BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Anatomi
Wanita pada umumnya memiliki dua indung telur kanan dan kiri, yang dengan mesovarium menggantung dibagian belakang ligamentum latum, kiri dan
kanan.Ovarium adalah kurang lebih sebesar ibu jari tangan dengan ukuran panjang kira-kira 4 cm, lebar dan tebal kira-kira 1,5 cm. Pinggir atasnya berhubungan dengan
mesovarium tempat ditemukannya pembuluh-pembuluh darah dan serabut-serabut saraf untuk ovarium. Pinggir bawahnya bebas. Permukaan belakangnya pinggir
keatas dan belakang , sedangkan permukaan depannya ke bawah dan depan.Ujung yang dekat dengan tuba terletak lebih tinggi daripada ujung yang dekat pada uterus,
dan tidak jarang diselubungi oleh beberapa fimbria dari infundibulum. Ujung ovarium yang lebih rendah berhubungan dengan uterus dengan ligamentum ovarii proprium
tempat ditemukannya jaringan otot yang menjadi satudengan yang ada di ligamentum rotundum. Embriologik kedua ligamentum berasal dari gubernakulum Davis.F.A
,2005
2.2. Histologi
Sistem reproduksi wanita terdiri atas dua ovarium, dua tuba uterina, uterus, vagina, dan genitalia eksterna. Ovarium merupakan suatu badan berbentuk buah
kenari dengan ukuran kurang lebih panjang 4 cm, lebar 2 cm, dan tebal 8mm. Ovarium memiliki bagian-bagian yang terdiri dari medulla dan korteks. Bagian
medulla ovarium mengandung jalinan vaskular yang luas di dalam jaringan ikat seluler yang longgar.Sementara itu, korteks merupakan tempat folikel ovarium
terutama yang mengandung oosit.
Universitas Sumatera Utara
Tidak ada batasan yang jelas antara korteks dan medulla .Permukaan ovarium ditutupi oleh epitel selapis gepeng atau kuboid, yakni epitel germinal.Di bawah
lapisan epitel germinal terdapat sebuah lapisan jaringan ikat padat yang tidak berbatas jelas membentuk tunika albugenia.Jaringan korteks ovarium berada dibawah tunika
albugenia. Di sini terdapat sejumlah besar folikel ovarium yang sedang berkembang pada fase yang berbeda-beda Davis.F.A ,2005.
Sebuah folikel ovarium teridiri atas sebuah oosit yang dikelilingi oleh satu atau lebih lapisan sel folikel. Folikel dbagi ke dalam tiga fase perkembangan , yaitu folikel
primordial , folikel berkembang , dan Folikel de Graaf atau matang Davis.F.A ,2005.
Folikel primordial paling banyak dijumpai saat sebelum kelahiran . Terdiri atas sebuah oosit primer dengan inti dan anak inti besar yang dibungkus oleh selapis sel
folikel gepeng . Sementara folikel berkembang , stroma ovarium yang mengelilingi folikel akan berdeferensiasi menjadi teka interna dan teka eksterna .Teka eksterna
kaya akan vascular dan teka eksterna terutama terdiri atas jaringan ikat . Tidak ada pembuluh darah dalam lapisan granulosa Davis.F.A,2005.
Sewaktu folikel berkembang pula, terbentuk ruang-ruang kecil diantara sel folikel yang berisi cairan folikel. Folikel ini disebut folikel sekunder. Kemudian ruang-ruang
ini menyatu dan akhirnya hanya membentuk satu ruang besar yang disebut antrum . Sel-sel dari lapisan granulosa berkumpul pada satu bagian dinding folikel,
membentuk bukit kecil sel-sel , yaitu kumulus ooforus , yang mengandung oosit . Kumulus ooforus ini menonjol ke dalam antrum . Oosit tidak akan bertumbuh lagi
dan dilapisi oleh sel granulosa tipis yang disebut korona radiata . Folikel ini kini bernama Follicle de Graaf atau matang Davis.F.A ,2005.
Proses ovulasi terdiri atas pecahnya folikel matang dan pelepasan ovum . Ovum bersama zona pelucida, sel-sel yang meliputinya, dan beberapa cairan antrum
meninggalkan ovarium dan masuk ke dalam tuba uterine .
Universitas Sumatera Utara
Setelah ovulasi , sel granulosa dan sel-sel dari teka interna yang menetap dalam ovarium membentuk kelenjar endokrin sementara yang disebut korpus luteum yang
mensekresikan progesterone dan estrogen Davis.F.A ,2005. 2.3. Epidemiologi
Di antara kanker genitalia wanita, insidens kanker ovarium berada di urutan ketiga, setelah kanker serviks dan endometrium. Jumlah kanker ovarium mencakup
6 dari seluruh kanker pada wanita dan merupakan kanker tersering keenam pada wanita di Amerika Serikat tidak termasuk kanker kulit. Tumor ovarium juga
mempresentasikan 30 dari seluruh kasus kanker genitalia wanita. Selain itu, karena kebanyakan dari neoplasma ovarium ini tidak dapat dideteksi secara dini, tumor
ovarium kebanyakan muncul sebagai kanker yang fatal, sehingga mengakibatkan kematian pada 50 dari seluruh kasus kanker genitalia wanita O.Hopfer,et.al.,2005.
Ada berbagai tipe dari tumor ovarium, baik yang jinak maupun ganas. Sekitar 80 dari seluruh kasus bersifat jinak, dan sebagian besarnya ditemukan pada wanita
muda yang berusia antara 20-45 tahun. Tumor ganas lebih sering ditemukan pada
wanita berusia 40-65 tahun O.Hopfer,.D,Zwahler.,M.F.Fey,.S.Aebi., 2005. 2.4. Etiologi dan Predisposisi Tumor Ovarium
Etiologi dari kanker ovarium sampai saat ini belum diketahui secara pasti, namun beberapa penulis telah melaporkan bahwa terdapat hubungan antara kejadian kanker
ovarium ini dengan beberapa faktor lingkungan termasuk paparan dengan makanan, virus, dan bahan-bahan industri Aziz.M.F, Andrijono.,Saifuddin.A.B.,2006.
• Faktor Makanan Makanan yang banyak mengandung lemak hewan telah dilaporkan akan
meningkatkan risiko untuk menderita kanker ovarium. Beberapa negara seperti Swedia di mana konsumsi lemak hewan per kapitanya tinggi, mempunyai insiden
Universitas Sumatera Utara
kanker ovarium yang tinggi dibanding dengan negara Jepang dan China yang konsumsi lemak hewan per kapitanya rendah . Juga dilaporkan insiden kanker
ovarium yang tinggi didapati pada populasi dengan konsumsi kopi per kapitanya tinggi. Byers dalam penelitiannya menjumpai adanya hubungan diet yang rendah
serat dan kurang vitamin A dengan peningkatan insiden kanker ovarium Aziz.M.F, Andrijono.,Saifuddin.A.B.,2006.
• Faktor Bahan-Bahan Industri Dari beberapa penelitian dilaporkan bahwa asbes dan komponen dari talk
hydrous magnesium trisilicate merupakan penyebab dari terjadinya neoplasma epitel ovarium. Keal dan juga Graham dalam penelitiannya menemukan peningkatan
kejadian neoplasma ovarium pada wanita-wanita yang dalam pekerjaannya terpapar dengan asbes. Henderson melakukan penelitian pada babi hutan dan kelinci yang
dipaparkan dengan asbes, ternyata terjadi perubahan sel epitel ovariumnya menjadi atipik.
Juga dilaporkan pada wanita yang menggunakan talk pada pembalut wanitanya atau sebagai powder pengering di daerah vulva dan perineum, ternyata partikel dari
talk dapat ditemukan pada sel epitel pada ovarium yang normal, kista ovarium serta pada kanker ovarium Aziz.M.F, Andrijono.,Saifuddin.A.B.,2006.
• Faktor Infeksi Virus Dugaan bahwa virus juga terlibat sebagai penyebab kanker ovarium masih
diperdebatkan. Dijumpai kasus-kasus kanker ovarium yang ternyata mempunyai riwayat terinfeksi virus mumps parotitis epidemika atau menderita infeksi virus
mumps yang subklinis. Juga ada laporan yang menghubungkan penyebab kanker ovarium ini dengan infeksi dari virus rubella dan virus influenza Aziz.M.F,
Andrijono.,Saifuddin.A.B.,2006.
Universitas Sumatera Utara
• Faktor Paparan Radiasi Dugaan adanya pengaruh paparan dari radiasi terhadap ovarium telah mendapat
perhatian dari banyak peneliti. Dari penelitian case control terbukti adanya peningkatan risiko menderita kanker ovarium pada wanita yang terpapar oleh radiasi,
dengan risiko relatif sebesar 1,8. Walaupun ada juga penelitian yang tidak menemukan hubungan antara kejadian kanker ovarium pada wanita-wanita yang
terpapar oleh radiasi Aziz.M.F, Andrijono.,Saifuddin.A.B.,2006. • Hipotesis Incessant Ovulation
Pada saat terjadi ovulasi akan terjadi kerusakan pada epitel ovarium. Untuk proses perbaikan kerusakan ini diperlukan waktu tertentu. Apabila proses ovulasi dan
kerusakan epitel ini terjadi berkali-kali terutama jika sebelum penyembuhan sempurna tercapai, atau dengan kata lain masa istirahat sel tidak adekuat, maka
proses perbaikan tersebut akan mengalami gangguan sehingga dapat terjadi transformasi menjadi sel-sel neoplastik .
Hal ini dapat menerangkan tentang terjadinya penurunan kejadian kanker ovarium pada wanita yang hamil, menyusui atau menggunakan pil kontrasepsi, oleh
karena selama hamil, menyusui, dan menggunakan pil kontrasepsi tidak terjadi ovulasi Aziz.M.F, Andrijono.,Saifuddin.A.B.,2006.
• Faktor Hormonal Pengaruh pemakaian terapi sulit hormonal pada wanita menopause terhadap
kejadian kanker ovarium masih diperdebatkan. Hildreth dkk. tidak menjumpai peningkatan risiko kejadian kanker ovarium pada pemakai terapi sulih hormonal.
Rodriguez melaporkan pemakaian terapi sulih hormonal pada wanita menopause dengan estrogen saja selama 10 tahun, meningkatkan risiko relatif kejadian kanker
ovarium sebesar 2,2.
Universitas Sumatera Utara
Pada penelitian-penelitian lainnya didapatkan adanya pengaruh hormon
gonadotropin, androgen dan progesteron dalam meningkatkan risiko terhadap kejadian kanker ovarium. Pemakaian pil kontrasepsi juga dapat menurunkan risiko
terhadap kejadian karsinoma ovarium sebanyak 30 sampai 60 Aziz.M.F,
Andrijono.,Saifuddin.A.B.,2006. Tabel 2.1. Pengaruh pemakaian pil kontrasepsi terhadap kejadian
kanker ovarium.
Pemakaian Pil Kontrasepsi Resiko Tidak Pernah 1.0
Pernah 0.75 3 bulan sampai 4 tahun 0.6 – 0.7
5 sampai 10 tahun 0.4 Lebih dari 10 tahun 0.2
Whittemore.,1992
• Faktor Paritas Banyak peneliti yang melaporkan bahwa kejadian karsinoma ovarium
menurun pada wanita-wanita yang mempunyai banyak anak dibandingkan dengan wanita yang tidak pernah melahirkan dengan risiko relatif berkisar antara 0,5 sampai
0,8. Keadaan ini memperkuat dasar dari hipotesis incessant ovulation Aziz.M.F, Andrijono.,Saifuddin.A.B.,2006.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.2. Paritas Risiko Relatif
Paritas Faktor Resiko Nulipara 1.0
1 anak dari kehamilan awam 0.6 2 anak dari kehamilan aterm 0.53
≥ 6 dari kehamilan aterm 0.29 Negri et al.,1991
• Faktor Ligasi Tuba dan Histerektomi Tindakan ligasi tuba fallopii dalam rangka program keluarga berencana dan juga
tindakan histerektomi ternyata menurunkan risiko kejadian kanker ovarium. Mekanisme terjadinya penurunan risiko karena tindakan pembedahan ginekologi ini
sampai sekarang belum jelas. Ada yang mengatakan bahwa dengan dilakukan ligasi tuba ataupun histerektomi akan mengakibatkan terjadinya pemutusan hubungan pintu
masuk partikel talk dari daerah perineum menuju ovarium Aziz.M.F, Andrijono.,Saifuddin.A.B.,2006.
• Faktor Genetik dan Familial Adanya hubungan yang erat antara terjadinya kanker ovarium dengan faktor
genetik sudah diketahui sejak lama. Di Amerika Serikat risiko sepanjang hidup lifetime risk seorang wanita untuk mendapat kanker ovarium adalah 1 dalam 70 atau
1,4.Pada penelitian Hildreth dkk. didapatkan estimasi odds ratio untuk terjadinya kanker ovarium pada wanita dengan riwayat keluarga menderita kanker ovarium
mutasi pada gene adalah 18 dibandingkan dengan wanita yang tanpa riwayat keluarga. Hampir sebanyak 10 dari kanker ovarium disebabkan oleh karena adanya
BRCA1 yang berlokasi pada kromosom 17q dan gene BRCA2 yang berlokasi pada kromosom 13q Aziz.M.F, Andrijono.,Saifuddin.A.B.,2006.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan penelitian epidemiologi, dikenal 3 kelainan genetik yang berhubungan dengan kanker ovarium. Namun kelainan genetik ini tidak hanya menyebabkan
keganasan pada ovarium saja, akan tetapi juga menyebabkan keganasan pada organ lain secara bersamaan, sehingga merupakan suatu sindroma. Ada tiga sindroma yang
dikenal, sesuai dengan urutan yang paling banyak dijumpai yaitu: 1. Hereditary Breastovarian cancer syndrome HBOC
2. Hereditary site-specific ovarian cancer 3. Hereditary nonpolyposis colon cancer syndromeHNPCC
Adanya riwayat keluarga yang menderita karsinoma mamma dan kanker ovarium merupakan faktor risiko terhadap kejadian kanker ovarium pada seseorang, seperti
terlihat pada tabel di bawah ini. Tabel 2.3. Faktor risiko keturunan dari karsinoma ovarium
Faktor resiko Resiko relatif Riwayat kanker payudara pada keluarga
-tidak ada 1,0 -ada pada keluarga tingkat pertama 2,1
-ada pada pribadi yang bersangkutan 10
Riwayat kanker ovarium pada keluarga
-tidak ada 1,0
-ada 1 orang pada keluarga tingkat pertama 3,1 -ada 2 orang pada keluarga tingkat pertama 4,6-15
Whittemore et al.,1992
Universitas Sumatera Utara
2.5. Klasifikasi Tumor Ovarium