30
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pembuatan Jamu Kunyit Asam Ramuan Segar
Pada penelitian ini digunakan jamu kunyit asam ramuan segar sebagai senyawa uji yang merupakan campuran dari rimpang kunyit dan daging buah asam
jawa. Rimpang kunyit diperoleh dari Pasar Beringharjo dan buah asam jawa diperoleh dari daerah Kulonprogo.
Bagian kunyit yang diambil sebagai bahan uji pada penelitian ini adalah bagian empu yang merupakan bagian utama rimpang. Bagian ini dipilih karena
berwarna lebih kuning dibandingkan dengan bagian lainnya sehingga diperkirakan mengandung lebih banyak senyawa kurkumin. Selanjutnya, bagian tersebut dikupas
kemudian dicuci. Pencucian tidak boleh terlalu lama karena warna kuning dapat terbawa oleh air sehingga mempengaruhi kadar kurkumin yang terdapat di dalam
rimpang. Setelah dicuci, kunyit diparut kemudian ditimbang, sedangkan untuk asam jawa bagian yang diambil adalah dagingnya. Daging buah asam dipisahkan dari
bijinya kemudian ditimbang. Setelah dilakukan penimbangan untuk parutan kunyit dan daging buah asam jawa, campuran tersebut direbus bersama dalam air mendidih
selama 10 menit. Selanjutnya, jamu tersebut didinginkan kemudian disaring.
31
B. Hasil Optimasi Metode Uji Aktivitas Antioksidan
DPPH memberikan serapan yang kuat pada panjang gelombang 517 nm Dehpour, Ebrahimzadeh, Fazel, dan Mohammad, 2009.
Oleh karena itu, sebelumnya dilakukan orientasi untuk mengetahui serapan jamu kunyit asam ramuan
segar dan jamu kunyit asam instan pada panjang gelombang 517 nm. Scanning
juga dilakukan pada metanol sebagai pelarut. Hal ini dilakukan karena apabila terdapat
serapan jamu kunyit asam ramuan segar dan jamu kunyit asam instan ataupun metanol pada panjang gelombang tersebut akan mengganggu pengukuran DPPH
sehingga pengukuran menjadi tidak akurat. Hasil orientasi menunjukkan bahwa tidak terdapat serapan jamu kunyit asam ramuan segar dan jamu kunyit asam instan
ataupun metanol pada panjang gelombang 517 nm lampiran 4. Untuk menguji aktivitas antioksidan jamu kunyit asam ramuan segar dan jamu kunyit asam instan
terlebih dahulu dilakukan penentuan Operating Time OT dan panjang gelombang maksimum.
1. Penentuan Operating Time OT
Operating Time adalah waktu dilakukannya pembacaan serapan dengan spektrofotometer visibel, dimana larutan uji sudah mereduksi radikal DPPH dengan
sempurna sehingga didapat nilai absorbansi yang stabil. Penentuan OT dilakukan dengan mengukur hubungan antara serapan larutan dan waktu pengukuran.
Pada penelitian ini dilakukan penentuan OT sebanyak dua kali, yaitu OT dengan sampel jamu kunyit asam instan dan OT dengan sampel jamu kunyit asam
32
ramuan segar. OT pada penelitian ini diukur dari menit ke-5 sampai menit ke-60 pada panjang gelombang teoritis 517 nm. Hasil pengukuran OT antara sampel jamu kunyit
asam instan dan OT dengan sampel jamu kunyit asam ramuan segar menunjukkan perbedaan waktu. Hasil pengukuran absorbansi pada OT dengan sampel jamu kunyit
asam instan menunjukkan pada menit 25 dengan absorbansi stabil, yaitu 0,342, sedangkan OT dengan sampel jamu kunyit asam ramuan segar menunjukkan pada
menit 20 dengan absorbansi stabil, yaitu 0,304 Lampiran 5. Dari hasil penelitian dipilih OT yang paling lama untuk meminimalkan variasi serapan yang cukup besar
dan memiliki tingkat reprodusibilitas yang tinggi pada pengukuran ulang.
2. Penentuan
maksimum
Tujuan penentuan panjang gelombang maksimum dalam penelitian ini adalah untuk menentukan panjang gelombang dimana larutan DPPH mempunyai serapan
yang maksimum. Kondisi percobaan dan alat yang digunakan tidak selalu sama sehingga panjang gelombang maksimum yang dihasilkan pada setiap penelitian
kemungkinan berbeda. Apabila pengukuran dilakukan pada panjang gelombang maksimum, maka dengan adanya perubahan kecil dari kadar larutan yang hendak
dianalisis dapat memberikan perbedaan hasil serapan yang besar. Dengan begitu, sensitivitas dari metode akan semakin meningkat.
Penentuan panjang gelombang serapan maksimum dilakukan dengan mengukur panjang gelombang dari tiga seri konsentrasi DPPH yang berbeda, yaitu
0,0056; 0,0167; 0,0278 mM. Pengukuran panjang gelombang maksimum dilakukan
33
pada panjang gelombang 400 nm sampai 600 nm. Rentang panjang gelombang ini dipilih untuk melihat adakah pergeseran panjang gelombang maksimum apabila
dibandingkan dengan panjang gelombang maksimum teoritis, yaitu pada 517 nm. Dari ketiga seri larutan DPPH tersebut diperoleh panjang gelombang maksimum
yaitu pada 516 nm Tabel II. Tabel II. Hasil scanning
maksimum DPPH Konsentrasi
larutan DPPH maksimum
hasil scanning maksimum
rata-rata maksimum
teoritis 0,0056 mM
516,0 nm 516,0 nm
517,0 nm 0,0167 mM
516,0 nm 0,0278 mM
516,0 nm
C. Hasil Penentuan Aktivitas Antioksidan Dengan Metode DPPH
Pengukuran aktivitas antioksidan jamu kunyit asam instan dan jamu kunyit asam ramuan segar dilakukan pada berbagai konsentrasi. Hal ini dilakukan untuk
mengetahui pengaruh konsentrasi terhadap aktivitas antioksidan. Semakin besar konsentrasi jamu kunyit asam instan dan ramuan segar yang ditambahkan, semakin
banyak pula atom hidrogen yang didonasikan maka aktivitas antioksidan semakin besar. DPPH adalah radikal yang stabil berwarna ungu gelap yang memiliki
absorbansi kuat pada panjang gelombang 517 nm Molyneux, 2004. Warna ungu gelap ini terbentuk karena radikal DPPH mampu beresonansi sehingga terbentuk
gugus kromofor yang panjang.