Latar Belakang Masalah BENTUK KASIH SAYANG ORANG TUA KEPADA ANAK DALAM KUMPULAN GEGURITAN DONGENG SAKA PABARATAN KARYA WIERANTA (TINJAUAN SEMIOTIKA).

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Karya sastra merupakan hasil renungan seorang pengarang yang dituangkan dalam bentuk tulis. Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya Semi, 1993:8. Negara Indonesia sangat akrab dengan dunia karya sastra. Perkembangan karya sastra itu sendiri juga mengalami perkembangan pada generasi ke generasi akan tetapi tidak melupakan fungsi utama dari karya sastra itu sendiri yaitu selain sebagai hiburan, karya sastra juga harus berisi pelajaran untuk penikmat karya sastra itu sendiri. Bentuk karya sastra beragam yakni ada jenis prosa dan puisi. Puisi merupakan suatu karangan terikat yang terikat pada aturan-aturan yang ketat Pradopo, 2007:306. Puisi sebagai salah satu karya seni sastra tentu dapat dikaji dari bermacam-macam aspek. Puisi dapat dikaji struktur dan unsur- unsurnya, mengingat bahwa puisi itu adalah struktur yang tersusun dari bermacam-macam unsur dan sarana-sarana kepuitisan Puisi itu dapat dikaji jenis- jenis atau ragam-ragamnya, mengingat ada beragam-ragam puisi. Puisi dapat juga dikaji dari sudut kesejarahannya, mengingat bahwa sepanjang sejarahnya, dari waktu ke waktu puisi selalu mengalami perubahan dan perkembangan Pradopo, 2007:1. Masyarakat Jawa menganal puisi Jawa dengan dengan nama geguritan . Geguritan berasal dari kata gurit yang berarti tulis, jadi geguritan adalah yang 1 ditulis atau tembang yang dikarang, tetapi secara luas geguritan berarti membuat atau mengarang tembang atau melagukan tembang. Masyarakat Jawa selain menganal geguritan juga mengenal macapat . Perbedaan antara geguritan dan macapat terletak pada aturan tembang yaitu guru lagu , guru gatra , dan guru wilangan . Geguritan seringkali dijadikan pengarang sebagai media dalam menuangkan pikiran dan juga kegelisahan yang dialami. Berbagai macam peristiwa yang terjadi mampu diubah dalam bentuk suatu karya sastra, dengan demikian karya sastra yang diciptakan pengarang tidak pernah terlepas dari permasalahan yang dialami seorang pengarang itu sendiri. Hal ini yang dilakukan seorang sastrawan bernama Wieranta. Wieranta merupakan salah satu sastrawan yang aktif dalam membuat karya sastra baik berupa puisi, cerpen, dan geguritan . Hasil karya Wiranta banyak yang diterbitkan dalam bentuk cetak, diantaranya adalah kumpulan geguritan berjudul Dongeng Saka Pabaratan . Kumpulan geguritan Dongeng Saka Pabaratan ini berisi tentang perjalanan hidup pengarang serta kritik sosial pengarang terhadap keadaan lingkungan. Bentuk kasih sayang pengarang terhadap sang anak yang terdapat dalam kumpulan Dongeng Saka Pabaratan akan dijadikan sorotan utama dalam penelitian ini. Kumpulan geguritan yang ada akan dikaji secara semiotika. Bentuk kasih sayang yang terdapat dalam geguritan karya Wieranta merupakan bentuk kewajaran antara orang tua terhadap anak. Setiap orang tua akan merasakan sedih apabila anaknya sedang merasakan sakit. Salah satu contoh geguritan karya Wieranta yang bertema kasih sayang orang tua terhadap anak berjudul Lare Lara seperti yang terpapar di bawah ini. Kutipan: Kapan weruh gegambarane Ati kekiris kaya Hem, ngene perihe Ngrasakake lare kang lagi lara Wus sayah angine Leren ana sangisore wit-witan Hem, ngene lelakone Yen lagi kena kacintrakan Terjemahan: Kapan melihat keadaan Hati seperti teriris Seperti ini perihnya Merasakan anak yang sedang sakit Sudah lelah anginnya Beristirahat di bawah pepohonan Seperti ini jalannya Kalau sedang mendapat cobaan Berdasarkan kutipan di atas dijelaskan bahwa seorang ayah merasa sangat sedih apabila sang buah hati sedang dilanda sakit. Tidak hanya sang ayah, tetapi ibu, nenek, dan seluruh keluarga juga ikut merasakan sakit apabila sang anak sedang sakit meskipun sakit yang dirasakan berbeda. Orang tua akan mengupayakan yang terbaik agar sang anak kembali sembuh dan dapat beraktivitas lagi seperti sedia kala. Pemilihan kumpulan puisi karya Wieranta sebagai objek penelitian diantaranya adalah: pertama, geguritan merupakan salah satu karya sastra jawa yang perlu dipertahankan agar tidak punah atau hilang tertelan jaman. Kedua, tema tentang kasih sayang orang tua terhadap anak merupakan tema yang sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari karena setiap anak pasti terlahir dari kedua orang tua. Ketiga, wieranta merupakan salah satu pengarang yang produktif dalam berkarya, di sela-sela kesibukannya seagai seorang dosen, beliau masih bisa menyisihkan waktu untuk menciptakan karya sastra. Penelitian terhadap geguritan sudah banyak dilakukan. Geguritan juga sudah cukup banyak dijadikan sebagai objek penelitian skripsi. Diantaranya adalah: 1. Sumari 2014 dalam skripsinya yang berjudul Kritik Sosial dalam Kumpulan Geguritan Puser Bumi Karya Gampang Prawoto Tinjauan Semiotika Michael Riffaterre. Penelitian tersebut membahas mengenai struktur geguritan , makna geguritan , dan kritik sosial. 2. Dessi Apriliya Ningrum 2013 dalam skripsinya yang berjudul Aspek Religius dalam Geguritan Irul S Budianto Tinjauan Semiotika Michael Riffaterre. Penelitian tersebut membahas mengenai struktur geguritan , aspek religius geguritan , dan makna dari kedua puluh enam geguritan karya Irul S Budianto bagi pembangunan spiritual masyarakat. 3. Nandia Nessa Lestari 2012 dalam skripsinya yang berjudul Religiositas dalam Kumpulan Geguritan Alam Sawegung Karya Sudi Yatmana Tinjauan Semiotika, yang membahas tentang struktur geguritan , makna geguritan serta keunikan nilai religius yang diungkapkan Sudi Yatmana dalam geguritan karyanya yang terkumpul dalam Kumpulan geguritan Alam Sawegung. Kesamaan antara penelitian ini terhadap penelitian terdahulu adalah tinjauan yang sama. Tinjuan yang digunakan adalah tinjauan semiotika. Dalam penelitian iini penulis akan menganalisis mendalam dan mengungkap makna geguritan secara semiotik. Penulis dalam penelitian ini menghubungkan makna geguritan dan bentuk kasih sayang orang tua terhadap anak. Penelitian ini menggunakan pendekatan semiotik Riffatere karena geguritan Wieranta mengandung berbagai tanda yang merangkai makna. Dengan semiotika Riffatere, tanda-tanda yang ada dalam geguritan dapat diurai dan pemaknaan menyeluruh. Semiotika Riffatere dalam Pradopo, 1995:318 menyoroti tentang tiga hal yaitu penggantian arti displacing of meaning, penyimpangan arti distorting of meaning dan penciptaan arti creating of meaning . Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan strukturalisme yang berdasakan konsep semiotika, karena dengan menggunakan konsep ini dapat diketahui tanda-tanda kebahasaan yang terkandung di dalam geguritan . Suatu penelitian haruslah dapat melakukan suatu pendekatan. Pendekatan adalah cara memandang suatu hal, dan pendekatan sastra pada dasarnya adalah memahami jenis sastra tertentu sesuai dengan sifatnya. Berdasarkan konsep semiotika, yaitu dengan menganalisis karya berdasarkan satuan-satuan tanda yang bermakna dengan tidak melupakan hubungan fungsi satuan tanda tersebut Pradopo, 2005:118. Dalam pendekatan strukturalisme dinamika sastra tidak lepas dari konvensi-konvensi masyarakat, baik masyarakat sastra maupun masyarakat pada umumnya, dan dipandang sebagai suatu sistem tanda yang bermakna. Berdasarkan tema yang diangkat yaitu tentang kacintaan Wieranta terhadap sang anak, maka geguritan Wieranta tersebut akan diteliti lebih lanjut dengan judul Bentuk Kasih Sayang Orang Tua kepada Anak dalam Kumpulan Geguritan Dongeng Saka Pabaratan Karya Wieranta Tinjauan Semiotika.

B. Perumusan Masalah