32
Proses ini dialami atau dilakukan secara umum oleh Pemirsa sehingga membentuk sebuah jaringan yang dipengaruhi oleh aktor aktor lain sebagai berikut:
5.1. Jaringan I
Pada Sub bab ini, penulis akan menjabarkan jaringan yang terbentuk dengan berfokus pada “Pemirsa” sebagai salah satu dari kelima aktor besar.
Kemudian akan dijelaskan pula peran para aktor yang berada di dalam jejaring
5.1.1. Jaringan I - Proses Laporan Tayangan dari Pemirsa dengan
Memanfaatkan Tekhnologi
Gambar 6
Jaringan Proses Laporan Tayangan dari Pemirsa dengan Memanfaatkan
Tekhnologi Hubungan antar jaringan :
Pada Jaringan ini penulis berfokus pada proses yang dialami oleh pemirsa dalam hal ini adalah masyarakat Indonesia. Pemirsa
memiliki beberapa media yang melekat dekat dengan dirinya, seperti halnya televisi, gadget, komputer, dan juga internet. Media
– media ini membantu manusia pemirsa dalam mempermudah beberapa hal.
Kedekatan pemirsa dengan tekhnologi pertelevisian 1 memungkinkan mereka memiliki banyak waktu atau meluangkan
waktu mereka untuk menikmati tayangan televisi 3. Tayangan yang disajikan merupakan hasil dari kemajuan teknologi pertelevisian
33
Indonesia yang semakin berkembang2. Televisi pada umumnya memiliki 4 fungsi utama yakni edukasi, informasi, persuasi dan juga
hiburan kepada pemirsa4. Dalam perkembangannya televisi dinilai seringkali memiliki penyimpangan dari keempat fungsi tersebut yang
berakibat pada adanya indikasi pelanggaran Dari setiap tayangan televisi yang disajikan5.
Selain memiliki kedekatan dengan teknologi televisi, dalam perkembangan jaman ini, pemirsa juga mengenal adanya new media
yang merupakan sumbangsih dari kemajuan teknologi 6. Bentuk new media yang sangat dekat dengan masyarakat saat ini ialah gadget
9 dan komputer 10. Kedua media ini memungkinkan adanya akses terhadap internet yang seringkali sangat membantu manusia dalam
mempermudah hidupnya. Banyak hal baru yang dapat ditemukan dengan adanya internet dan teknologi ini. Baik teknologi televisi,
maupun teknologi media baru, keduanya sama-sama digunakan manusia untuk memberikan kemudahan bagi hidupnya.
Dahulu, ada pandangan yang mengatakan bahwa pemirsa televisi adalah penonton yang pasif, yakni semata
– mata hanya menjadi menikmat televisi itu saja. Namun, dengan berkembangnya
media baru, para peneliti tak lagi menilai pemirsa sebagai obyek pasif namun justru menyebut pemirsa sebagai penonton aktif. Hal ini
dibuktikan dengan adanya banyak pemikiran kritis masyarakat 29 terhadap tayangan televisi 27. Beberapa orang menuangkan
pemikiran kritisnya pada akun akun sosial media mereka dengan memanfaatkan teknologi yang mereka kendalikan30,31 seperti
halnya yang dilakukan oleh Christa narasumber2. Pemikiran kritis masyarakat atau pemirsa terhadap
tayangan televisi ini pada dasarnya merupakan penilaian akan tayangan televisi yang baik, dan yang kurang baik. Tanpa disadari
sebenarnya penilaian mereka ini adalah sebuah pengetahuan pribadi mereka terhadap aturan negara yang berkaitan dengan penyiaran yang
34
baik dan benar 23,28. Pemikiran ini pada akhirnya akan membandingkan antara aturan negara yang mereka ketahui dengan
adanya potensi pelanggaran tayangan televisi yang mereka lihat25. Sebuah media diperkenalkan tahun 2015 lalu bernama
Rapotivi yang merupakan sebuah wadah pemberian kritik terhadap tayangan televisi. Media ini memanfaatkan teknologi yang berdekatan
dengan masyarakat untuk menghadirkan formulir aduan pelanggaran tayangan televisi dengan bantuan internet 12,14. Bentuk formulir ini
telah dijelaskan pada bab sebelumnya, namun secara umum formulir ini berisi tentang daftar aturan negara tentang pelanggaran tayangan
televisi20. Sehingga formulir ini pada akhirnya dapat dimanfaatkan pemirsa untuk menyampaikan pemikiran kritisnya 18. Para
pengguna media Rapotivi yang mengisi formulir ini secara tidak langusng akan terhubung dengan staff Rapotivi di Jakarta 17.
Paparan di atas merupakan penjabaran tentang proses penyampaian pendapat masyarakat tentang potensi pelanggaran
tayangan televisi melalui Rapotivi. Namun pada kenyataannya tak hanya proses tersebut yang berlaku. Seperti pada kasus narasumber
ketiga Novita, proses ini justru terjadi secara kebalikan. Novita terlebih dahulu mengetahui keberadaan media Rapotivi. Pada saat
yang bersamaan, ia mengetahui bentuk formulir aduan media ini16 yang di distribusi melalui gadget dan komputer 13,15 beakses
internet yang merupakan hasil perkembangan teknologi media baru 8,11. Setelah itu ia baru memahami apa
– apa saja aturan negara yang berlaku, sesuai yang tercantum pada formulir tersebut 21.
Sehingga pada akhirnya formulir ini dapat menggugah 22 dan mengakomodir pemikiran kritis Novita19 terhadap adanya potensi
pelanggaran tayangan televisi26.
35
5.1.2. Aktor dan Aktan dalam jaringan I – Proses Laporan