PENGARUH PEMBERIAN VITAMIN C TERHADAP GAMBARAN HISTOLOGI OTAK MENCIT JANTAN DEWASA (Mus musculus L) YANG DIINDUKSI MONOSODIUM GLUTAMAT

(1)

THE INFLUENCE OF THE GRANTING OF VITAMIN C AGAINST HISTOLOGIC PREVIEW OF BRAINADULT MALE MICE’S (Mus musculus

L) THAT INDUCED MONOSODIUM GLUTAMMATE

By

REZANDI AZIZTAMA

Monosodium glutammate (MSG) is given flavor to food that is often used in the entire world and it is a free radicals that can be destructive to neuron. Vitamin c is free radical antioxidant that counteracting the effects of msg. The purpose of this research is to know influence granting vitamin c against histologic preview of the brain mice adult male that induced monosodium glutammate.

The subject of this research using 25 the tail of a mouse the adult male a strain of dd webster that is divided at random in five a group of K (- ) (msg 4mg / grbb ) , K ( + ) (vitamin C 0, 2 mg / grbb ) , P1 (msg 4 mg / grbb and vitamin C 0,07 mg / grbb ) , P2 (msg 4 mg / grbb and vitamin C 0 , 2 mg / grbb ) , P3 (msg 4 mg / grbb dan vitamin C 0,6 mg / grbb ) after 15 days of the treatment, an enumeration of the amount of mice’sneuron done . analysis of data used a test of one way anova that is continued by analysis post hoc test with the methods of LSD and also a test of kruskal wallis that is continued by test mann whitney .

Obtained results after that the msg and giving vitamin c there are reducing employment neurons damaged in the brain mouse where P < 0,05. This indicates that the granting of MSG and vitamin C affect the cerebrum histologic preview of mice.


(2)

PENGARUH PEMBERIAN VITAMIN C TERHADAP GAMBARAN HISTOLOGI OTAK MENCIT JANTAN DEWASA (Mus musculus L)

YANG DIINDUKSI MONOSODIUM GLUTAMAT

Oleh

REZANDI AZIZTAMA

Monosodium Glutamat (MSG) merupakan penambah rasa makanan yang sering digunakan di seluruh dunia dan merupakan radikal bebas yang dapat merusak neuron. Vitamin C merupakan antioksidan yang menangkal efek radikal bebas dari MSG. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian vitamin C terhadap gambaran histologi otak mencit jantan dewasa yang diinduksi Monosodium Glutamat.

Subjek penelitian ini menggunakan 25 ekor mencit jantan dewasa strain DD Websteryang dibagi secara acak dalam 5 kelompok yaitu K (-)(MSG 4mg/grBB), K(+) (vitamin C 0,2 mg/grBB), P1 (MSG 4 mg/grBB dan vitamin C 0,07 mg/grBB), P2 (MSG 4 mg/grBBdan vitamin C 0,2 mg/grBB), P3 (MSG 4 mg/grBB dan vitamin C 0,6 mg/grBB) setelah 15 hari -perlakuan dilakukan penghitungan jumlah degenerasi neuron pada otak mencit. Analisis data yang digunakan uji one way Anova yang dilanjutkan dengan uji analisis post hoc dengan metode LSD dan juga uji Kruskal wallis yang dilanjutkan dengan uji mann whitney.

Diperoleh hasil setelah bahwa pemberian MSG dan pemberian vitamin C terdapat menurunkan jumlah neuron yang rusak pada otak mencit dimana P < 0,05. Hal ini menunjukan bahwa pemberian MSG dan vitamin C berpengaruh terhadap gambaran histologi otak mencit.


(3)

1. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Monosodium Glutamat (MSG) sudah lama digunakan diseluruh dunia sebagai penambah rasa makanan dengan L-Glutamic Acid sebagai komponen asam amino (Geha et al., 2000), dikarenakan MSG dapat menambah kenikmatan rasa makanan (Loliger, 2000). Rata-rata konsumsi MSG di Indonesia sekitar 0,6 g /, atau 0,3-1.0 g / hari di negara industri. Taiwan adalah negara yang paling tinggi konsumsi MSG per kapita, mencapai 3 g per hari sedangkan Amerika adalah negara yang paling rendah konsumsi MSG per kapita, hanya 0,5 g per hari (Sukawan, 2008).

food and Drug Administration (FDA, 2011) mengkategorikan MSG sebagai bahan yang aman untuk dikonsumsi. Tetapi, ada laporan yang menyatakan bahwa asupan MSG dalam jumlah besar menimbulkan beberapa gejala pada orang yang sensitif seperti baal pada belakang leher yang berangsur-angsur menjalar pada lengan dan punggung, badan lemah dan jantung berdebar, gejala-gejala ini dikenal dengan Chinese Restaurant Syndrome (Geha et al., 2000).


(4)

Pada penelitian yang dilakukan oleh Olney (1969) didapatkan bahwa dengan penyuntikan MSG secara subkutan pada mencit baru lahir menyebabkan terjadinya nekrosis akut neuron pada beberapa bagian otak yang sedang berkembang termasuk hipotalamus, ketika dewasa mencit tersebut mengalami kekerdilan tulang rangka, obesitas dan sterilitas pada mencit betina. Penelitian terhadap mencit jantan dewasa yang disuntikan MSG secara subkutan selama 6 hari dengan dosis 4 mg/ gr berat badan dan 8 mg/gr berat badan menyebabkan peningkatan kadar glukosa, peningkatan kadar peroksidasi lipid, kadar totalglutationdan protein yang terikat glutationserta peningkatan aktivitas enzim Glutathione Peroksidase (GR), Glutathione-S-Transferase (GST) dan Glutathione Peroxidase (GPX) ( Ahluwalia et al., 1996). Hal ini menggambarkan bahwa dengan pemberian MSG 4 mg/ g berat badan dapat menimbulkan terjadinya stress oksidatif yang diantisipasi oleh tubuh dengan meningkatkan kadar glutation dengan cara meningkatkan aktivitas enzim metaboliknya ( Ahluwaliaet al., 1996).

Beberapa penelitian tentang asam glutamat menunjukan tentang adanya kerusakan pada bagian otak. Penelitian yang dilakukan oleh Kisset al.,(2005) tentang efek MSG terhadap reflek neurologis dan koordinasi motorik mendapatkan adanya perubahan sementara pada reflek dan koordinasi motorik pada bayi tikus yang diberi MSG. Penelitian yang dilakukan oleh Martinez et al., (2002) terhadap otak tikus yang diberi msg menunjukan bahwa terdapat peningkatan astrosit dan mikroglia yang mengalami proliferasi dan hipertrofi sehingga menunjukan adanya respon dari sel glia terhadap stimulus neuroexitixic dari MSG. Penelitian yang dilakukan oleh urena et al.,(2003)


(5)

melaporkan bahwa pada pemberian MSG sebanyak 4 mg/g bb ke bayi tikus menimbulkan neurodegenerasi berupa jumlah neuron lebih sedikit dan rami dendrit (jaringan antar syaraf otak) lebih renggang. Menurut penelitian Camihortet al.,2004 MSG dapat merusak nukleus arkuata di hipotalamus dan dapat menyebabkan penurunan densitas, volume, ukuran serta sekresi kortikotropin, thyrotropin FSH dan LH gonadotropin.

Berbagai usaha telah dilakukan untuk meningkatkan ketahanan tubuh, khususnya organ otak, dari bahaya berbagai toksikan termasuk MSG. Pemberian vitamin C dengan dosis 0,2 mg/g berat badan secara oral dapat menanggalkan efek senyawa radikal bebas (Fauzi, 2008). Selain itu pemberian vitamin C juga dapat meningkatkan glutathion sehingga dapat mencegah kerusakan sel otak .

Pemberian vitamin C secara oral dengan dosis 200-1000 mg/ hari pada laki-laki infertile meningkatkan jumlah spermatozoa secara in vivo. Vitamin C merupakan antioksidan yang mampu menetralisir hidroksil, superoksid dan radikal peroksidasi hydrogendan mencegah aglutinasi spermatozoa (Agarwal et al., 2005). Secara fisiologis vitamin C adalah pemakan radikal bebas yang kuat hingga 24 % dari radikal bebas yang ada dalam plasma, jaringan mata, otak, paruparu, hati, jantung, sperma dan leukosit, dan berperan melindungi sel-sel dari kerusakan oksidatif termasuk mencegah mutasi DNA, dan memperbaiki dioksidasi residu asam amino memelihara integritas protein (Yi Li, 2007).


(6)

Dari penelitian yang telah dilakukukan, belum ada yang meneliti tentang manfaat vitamin C dalam mengurangi efek dari monosodium glutamat terhadap gambaran histologi otak mencit, sehingga peneliti tertarik untuk meneliti hal tersebut. Sehingga dibuatlah penelitian dengan judul “ Pengaruh pemberian vitamin C terhadap gambaran histologi otak mencit jantan dewasa yang diinduksi monosodium glutamat” yang diharapkan hasilnya akan membantu mengurangi efek dari monosodium glutamat.

B. Masalah Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini yaitu :

Apakah vitamin C dapat menurunkan degenerasi neuron otak mencit jantan dewasa yang diinduksi Monosodium Glutamat?

C. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui apakah pemberian vitamin C dapat menurunkan degenerasi neuron otak mencit jantan dewasa yang diinduksi oleh Monosodium Glutamat

D. Manfaat penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat :

a. Bagi ilmu pengetahuan, dari hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam rangka pencegahan kerusakan otak.


(7)

b. Bagi peneliti, diharapkan dapat menambah pengetahuan dibidang ilmu Biologi Medik sekaligus dapat menerapkan ilmu yang telah didapat selama perkuliahan.

c. Bagi institusi/masyarakat :

1) Sebagai bahan kepustakaan dalam lingkungan Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.

2) Bagi industri makanan, agar mengetahui efek samping yang mungkin dapat ditimbulkan dari penggunaan MSG serta kadar toksiknya.

3) Bagi tenaga kesehatan, agar dapat digunakan sebagai referensi untuk mencegah efek samping yang dapat ditimbulkan dari penggunaan MSG dalam keseharian.

E. Kerangka Teori

MSG merupakan radikal bebas yang dapat menimbulkan terjadinya stress oksidatif ( Ahluwalia et al., 1996), dimana MSG dapat menyebabkan peningkatan kadar glukosa,peroksidasi lipid, total glutation dan protein yang terikat glutation serta peningkatan aktivitas enzim Glutathione Peroksidase (GR),Glutathione-S-Transferase(GST) danGlutathione Peroxidase (GPX) ( Ahluwalia et al., 1996). Peroksidasi lipid merupakan kerusakan oksidatif pada biomolekul lipid akibat reaktivitas senyawa oksigen reaktif (SOR), sedangkan lipid merupakan bagian dari struktur membran sel, sehingga apabila terjadi kerusakan, dapat menyebabkan lisis pada neuron. Vitamin C merupakan senyawa antioksidan yang dapat mencegah terbentuknya radikal


(8)

MSG

Radikal Bebas

Kerusakan Jaringan Otak Peroksidasi Lipid

bebas dengan cara donor electron dan reducting agen. Antioksidan juga merupakan senyawa yang dapat menghambat reaksi oksidasi dengan mengikat radikal bebas dan molekul yang sangat reaktif. Akibatnya, kerusakan sel akan dihambat (Winarsi, 2007).

Gambar 1. Kerangka Teori Penelitian Keterangan :

: Menyebabkan

: Menghambat Vitamin C


(9)

F. Kerangka Konsep

• Variabel Bebas : MSG & Vit C

• Variabel Terikat : Histologi Otak

Ket :

: memperbaiki gambaran histologi otak : merusak gambaran histologi otak : faktor-faktor yang mempengaruhi

Faktor Endogen: • Hormon • Psikologis • Genetik

Faktor Eksogen: • Fisik • Kimia • Obat-obatan

Vitamin C

Gambaran Histologi Otak

Jumlah Neuron

Monosodium Glutamat


(10)

G. Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran diatas maka dibuat suatu hipotesis bahwa : Vitamin C dapat menurunkan degenerasi neuron otak mencit jantan dewasa yang diinduksi Monosodium Glutamat.


(11)

A. Monosodium Glutamat

MSG pertama kali ditemukan oleh Ikeda pada tahun 1909 dari mengisolasi garam metalik asam glutamat dari tumbuhan laut (genus Laminaria) atau disebut ‘konbu’ di Jepang (Halpern, 2002). Monosodium Glutamat di indentifikasi sebagai asam amino asam glutamate yang dapat meningkatkan rasa lezat pada makanan (Linderman et al., 2002). Rasa umami ini bertahan lama dan di dalamnya terdapat L-glutammate (suatu asam amino non-essential) dan 5’-ribonucleotide (Yamaguchi dan Ninomiya, 2000). MSG banyak digunakan pada masakan cina dan asia tenggara yang dikenal dengan nama Ajinomoto, Sasa, Vetsin, Miwon atau Weichaun (Gehaet al.,2000).

1. Sifat Kimia dan Metabolisme Monosodium Glutamat

MSG bersifat sangat larut dalam air, namun MSG tidak bersifat higroskopis sehingga sulit untuk larut di bahan pelarut organik umum (Geha et al., 2000). MSG bila larut dalam air ataupun saliva akan berisosiasi menjadi garam bebas dan menjadi bentuk anion dari glutamat. Glutamat akan membuka channel Ca2+ pada neuron yang terdapat taste bud sehingga memungkinkan Ca2+ bergerak ke dalam sel dan


(12)

menimbulkan depolarisasi reseptor dan potensial aksi yang sampai ke otak lalu diterjemahkan sebagai rasa lezat (Siregar, 2009). Pada tahun 1995 MSG telah digolongkan sebagai bahan tambahan makanan yang aman seperti garam, cuka dan baking powder tetapi penggunaannya dibatasi sebanyak 120 mg/kg berat badan/hari oleh FDA dan WHO (Ardyanto, 2004). Glutamat yang terdapat dalam MSG merupakan suatu asam amino yang banyak dijumpai pada makanan, kandungan glutamat 20% dari total asam amino pada beberapa makanan baik bebas maupun terikat pada peptida ataupun protein (Garattini, 2000).

Gambar 3. Rumus bangun Monosodium Glutammate (www.chemistry.about.com)

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kadar puncak asam glutamat adalah rute pemberian (oral< subkutan< intraperitoneal), konsentrasi MSG dalam larutan (2%, 10%) dan usia (hewan baru lahir memetabolisme asam glutamat lebih rendah daripada dewasa) (Garattini, 2000).

Diperkirakan seseorang dengan berat badan 70 kg setiap harinya dapat memperoleh asupan asam glutamat sekitar 28 gr yang berasal dari makanan dan hasil pemecahan protein dalam usus. Pertukaran asam glutamat setiap harinya dalam tubuh dapat mencapai 48 gr. Tetapi jumlahnya dalam darah sedikit yaitu sekitar 20 mg karena kecepatannya


(13)

mengalami ekstraksi dan penggunaan oleh beberapa jaringan termasuk otot dan hati (Garattini, 2000).

2. Efek Biologis Monosodium Glutamat

Terdapat laporan timbulnya gejala yang tidak nyaman pada manusia antara lain kaku pada bagian belakang leher yang berangsur menjalar pada kedua lengan dan punggung, lemah, jantung berdebar, sakit kepala, rasa terbakar, tekanan pada wajah dan nyeri dada. Kumpulan gejala tersebut dikenal dengan sebutan chinesse restaurant syndrome yang umumnya timbul setelah mengkonsumsi makanan china yang banyak mengandung MSG (FDA, 2011).

Suntikan subkutan pada mencit baru lahir dapat menyebabkan nekrosis otak termasuk hipotalamus yang ketika dewasa dapat terjadi hambatan perkembangan tulang rangka, obesitas bahkan sterilitas pada betina (Olney, 1969).

Penelitian terhadap tikus yang pada makanan standartnya ditambahkan MSG 100 gr/kg berat badan perhari, selama 45 hari memperlihatkan adanya disfungsi metabolik berupa peningkatan kadar glukosa darah, trigliserid, insulin dan leptin. Keadaan tersebut disebabkan adanya stress oksidatif berupa peningkatan kadar hiperoksidasi lipid dan penurunan bahan-bahan antioksidan, tetapi hal tersebut dapat dicegah dengan penambahan serat pada makanan (Diniz et al., 2005). Data penelitian menunjukan, MSG dapat merusak Nukleus Arkuata di Hipotalamus, kerusakan pada syaraf mata, meningkatkan lemak tubuh , menimbulkan


(14)

obesitas serta menurunkan hormon pertumbuhan dalam darah (Giovanbattista et al., 2003). Keadaan stress oksidatif juga terjadi setelah pemberian MSG 4 mg/gr berat badan secara intraperitoneal memperlihatkan peningkatan pembentukan malondialdehida (MDA) di hati, ginjal dan otak tikus. Pemberian makanan yang mengandung vitamin C, E dan quercetin secara bersamaan mengurangi kadar MDA yang muncul akibat MSG tersebut (Farombi dan Onyema, 2006).

Penelitian terhadap tikus Sprague dawley yang mengalami lesi nucleus arkuatus setelah penyuntikan MSG 4 gr/kg berat badan secara subkutan pada hari 1, 3, 5, 7 dan 9 setelah 10 minggu memperlihatkan adanya plak aterosklerotik pada permukaan lumen dinding aorta, degenerasi endothelium, inti endothelium mengalami edema, adanya vesikel berbagai ukuran pada lapisan subendotelium dan otot polos mengalami migrasi dari tunika media ke tunika intima melalui interna elastika yang robek, juga disertai peningkatan kadar kolesterol total, low density lipoprotein (LDL), kadar nitric okside berkurang sedangkan kadar high density lipoprotein (HDL) tidak berubah (Xiao longet al., 2007). Konsumsi MSG dosis tinggi memiliki beberapa efek merusak pada otak tikus wistar. Dapat mempengaruhi fungsi otak, menyebabkan tremor, tidak stabil, gerakan yang tidak terkoordinasi, dan ataksia (Eweka, 2007).

B. Vitamin C

Vitamin C adalah vitamin yang larut dalam air dan sangat penting dalam biosintesa kolagen, karnitin dan berbagai neurotransmitter. Kebanyakan


(15)

tumbuh-tumbuhan dan hewan dapat mensintesa vitamin C untuk kebutuhannya sendiri. Akan tetapi manusia dan golongan primata lainnya tidak dapat mensintesa vitamin C karena tidak mempunyai enzim gulonolactone oksidase, sama halnya dengan marmut dan kelelawar pemakan buah. Oleh karenanya vitamin C hanya dapat diperoleh melalui konsumsi buah, sayur atau suplemen vitamin C. Banyak keuntungan pada bidang kesehatan yang diperoleh dari vitamin C, seperti fungsinya sebagai antioksidan, anti aterogenik dan imunomodulator(Naidu, 2003). Akan tetapi untuk dapat berfungsi dengan baik sebagai antioksidan, maka kadar vitamin C ini harus dijaga agar kadarnya relatif tinggi di dalam tubuh (Yi Li, 2007).

1. Sumber-Sumber Vitamin C

Vitamin C banyak dijumpai pada buah-buahan dan sayuran segar. Buah yang banyak mengandung vitamin C diantaranya adalah jeruk, lemon, mangga, strawberry dan nanas. Sedangkan sayuran yang banyak mengandung vitamin C adalah sayuran yang berwarna hijau, tomat, brokoli dan kembang kol. Kebanyakan tumbuhan dan hewan memproduksi asam askorbat dari glukosa-D atau galaktosa-D. Sebagian besar hewan memproduksi asam askorbatyang relatif tinggi dari glukosa yang terdapat di liver (Naidu, 2003).

Vitamin C merupakan molekul yang labil, sehingga dapat hilang dari makanan pada saat dimasak. Vitamin C sintetik tersedia dalam berbagai macam suplemen, bentuknya bisa bermacam-macam, baik dalam bentuk tablet, kapsul, tablet kunyah, bubuk kristal dan dalam bentuk larutan. Baik


(16)

vitamin C yang alami maupun yang sintesis memiliki rumus kimia yang identik dan tidak terdapat perbedaan aktivitas biologi danbioavabilitasnya (Naidu, 2003).

2. Biokimia Vitamin C (Asam Askorbat)

Vitamin C merupakan 6 karbon lakton yang disintesa dari glukosa yang terdapat dalam liver. Adapun nama kimia dari vitamin C adalah 2-oxo-L-threo-hexono-1,4-lactone-2,3-enediol. Bentuk utama dari vitamin C yang dimakan adalahL-ascorbicdandehydroascorbic acid(Naidu, 2003).

Gambar 4. Rumus bangun vitamin C (www.chemistry.about.com) Kebanyakan spesies mamalia dapat mensintesa vitamin C kecuali manusia dan primata lainnya, marmot dan kelelawar pemakan buah juga tidak dapat mensintesa vitamin C. Hal ini disebabkan karena mereka tidak memiliki enzim gulonolacton oksidase yang sebenarnya sangat penting dalam mensintesa immediate precursor vitamin C yaitu 2-keto-1-gulonolacton. DNA yang memberi kode untuk gulonolacton oksidase telah mengalami mutasi sehingga menyebabkan ketidakberadaan enzim tersebut (Yi Li, 2007).


(17)

Vitamin C merupakan donor electron dan reducting agent, dan mungkin semua fungsi biokimia dan molekuler dapat dijelaskan oleh fungsi ini. Vitamin C mendonorkan dua electrondari dua ikatan antara karbon kedua dan ketiga dari enam molekul karbon. Vitamin C disebut sebagai antioksidan karena dengan mendonorkan dua elektronnya, dapat mencegah zat-zat komposisi yang lain teroksidasi. Setelah vitamin C mendonorkan elektronnya dia akan menghilang dan digantikan oleh radikal bebas semidehydroascorbic acid atau radikal askobil, yang merupakan zat yang terbentuk akibat vitamin C kehilangan 1 elektronnya, bila dibandingkan dengan radikal bebas yang lain ,radikal askorbilini relatif stabil dan tidak reaktif. Hal inilah yang menjadikan vitamin C sebagai antioksidan pilihan, karena radikal bebas yang reaktif dan berbahaya dapat bereaksi dengan vitamn C, lalu direduksi dan kemudian radikal askorbil yang terbentuk, dimana radikal askorbil ini kurang reaktif dibandingkan radikal yang direduksi tadi. Bila radikal askorbil dan dehydroascorbic acid sudah dibentuk maka ia akan dapat direduksi kembali menjadi vitamin C sedikitnya melalui tiga jalur enzim yang terpisah dengan cara mereduksi komponen yang terdapat di sistem biologi seperti glutation, akan tetapi pada manusia hanya sebagian yang direduksi kembali menjadi vitamin C. Dehidroaskorbic acid yang telah terbentuk kemudian dimetabolisme dengan cara hidrolisis (Yi Li, 2007).


(18)

C. Otak

1. Anatomi Otak

Otak merupakan alat untuk memproses data tentang lingkungan internal dan eksternal tubuh yang diterima reseptor pada alat indera (seperti mata, telinga, kulit, dan lain-lain). Data tersebut dikirimkan oleh urat saraf yang dikenal dengan sistem saraf keseluruhan. Sistem saraf ini memungkinkan seluruh urat saraf mengubah rangsangan dalam bentuk implus listrik. Kemudian implus listrik dikirim ke pusat sistem saraf, yang berada di otak dan urat saraf tulang belakang. Disinilah data diproses dan direspon dengan rangsangan yang ‘’cocok’’. Biasanya dalam tahap ini timbul saraf efektor, yang berfungsi untuk mengirim implus saraf ke otot sehingga otot berkontraksi atau rileks (Price dan Wilson, 2006).

Sistem saraf pusat adalah bagian yang terpenting dari seluruh sistem saraf dalam tubuh, didalam sistem saraf pusat mengandung pusat pengelola rangsang saraf, rangsang ini setelah ditafsirkan dapat disimpan atau diteruskan ke sistem saraf tepi untuk menimbulkan tanggapan. Banyak rangsangan sederhana berhubungan dengan tindakan refleks/aksi spontan (misalnya, dengan cepat kita mengibaskan tangan saat menyentuh piring panas). Otak tidak terlibat langsung dalam proses ‘’identifikasi’’ mengenai tindakan refleks. Tapi, tindakan refleks tersebut diproses di saraf tulang belakang. Meskipun otak tidak terlibat langsung dalam proses yang berhubungan dengan aksi spontan, tetap saja kita akan mencerna data/rangsangan yang dipersepsi alat indera (Price dan Wilson, 2006).


(19)

a. Bagian-Bagian Otak

Otak nampak seperti sebuah ‘’kembang kol’’ yang beratnya rata-rata 1,2 kg pada laki-laki dan 1 kg pada perempuan. Otak dapat dibagi menjadi serebrum (otak besar), trunkus ensefalikus (batang otak), dan serebelum (otak kecil). Serebrum (otak depan atau prosensefalon) terdiri dari telensefalon dan diensefalon. Telensefalon mencakup korteks serebrum, substansia grisea, substansia subkortikal, dan ganglia basalis yang merupakan massa kelabu yang terdapat jauh di bagian dalam hemisfer serebrum. Sub bagian utama dari diensefalon adalah talamus dan hipotalamus (DeGroot dan Joseph, 1997).

Serebrum dipisahkan oleh fisura media menjadi dua hemisfer, hemisfer kanan dan kiri. Permukaan lateral masing-masing hemisfer dibedakan menjadi lobus frontal, parietal, temporal, dan oksipital. Otak mendapat darah dari arteri karotis interna dan arteri vertebralis (Moore, 2002).

Serebelum terbagi menjadi tiga lobus oleh dua fisura yang dalam, yakni: lobus anterior, lobus posterior, dan lobus flokulonodular. Di sebelah bawah dari pusat serebelum tampak suatu pita sempit yang dipisahkan dari bagian serebelum yang tersisa oleh celah dangkal, yang disebut vermis. Pada area ini, terletak sebagian besar fungsi pengatur serebelar untuk pergerakan-pergerakan otot menurut sumbu tubuh, leher, bahu, serta pinggul. Pada tiap sisi vermis ada bagian


(20)

yang besar, menonjol ke lateral yang disebut hemisfer serebeli, dan setiap hemisfer ini dibagi menjadi zona intermediat dan zona lateral (Guyton dan hall, 2006).

Zona intermediat hemisfer berhubungan dengan pengaturan kontraksi otot yang terletak di bagian distal anggota badan atas dan anggota badan bawah, khususnya tangan dan jari-jari tangan serta kaki dan jari-jari kaki. Zona lateral hemisfer bekerja pada tempat yang lebih jauh, karena tampaknya area ini ikut berperan dalam seluruh rangkaian gerakan motorik. Tanpa adanya zona lateral ini, maka sebagian besar aktivitas gerakan tubuh yang khas akan tidak tepat lagi sehingga menjadi sangat tidak teratur (Guyton dan hall, 2006).


(21)

b. Perdarahan Otak

Otak manusia mempunyai berat 2% dari berat badan orang dewasa (3 pon), menerima 20 % curah jantung dan memerlukan 20% pemakaian oksigen tubuh dan sekitar 400 kilokalori energi setiap harinya. Otak merupakan jaringan yang paling banyak memakai energi dalam seluruh tubuh manusia dan terutama berasal dari proses metabolisme oksidasi glukosa. Jaringan otak sangat rentan terhadap perubahan oksigen dan glukosa darah, aliran darah berhenti 10 detik saja sudah dapat menghilangkan kesadaran manusia. Berhenti dalam beberapa menit, merusak permanen otak. Hipoglikemia yang berlangsung berkepanjangan juga merusak jaringan otak (Prince, & Wilson, 2006) .

Perdarahan otak terjadi melalui cabang arteri karotis interna dan arteri vertebralis. Arteri carotis interna dipercabangkan di leher dari arteri carotis comunis. Cabang terminal dari arteri carotis interna adalah arteri cerebri anterior dan arteri cerebri media yang memperdarahi otak, juga arteri opthalmica yang memperdarahi bagian mata. Arteri vertebralis berawal di pangkal leher sebagai cabang-cabang bagian pertama kedua arteri subclavia dan bersatu pada tepi kaudal pons untuk membentuk arteri basilaris. Arteri basilaris diberi nama demikian karena hubungannya yang demikian erat dengan basis cranii, melintas melewati sisterna pontis ke tepi superior pons dan disini berakhir dengan bercabang menjadi arteri cerebri posterior dekstra dan sinistra (Moore, 2002).


(22)

Circulus arteriosus willisi pada dasar otak adalah anatomosis yang penting antara lima arteri yang memasok darah kepada otak. Circulus arteriosus willisi dibentuk oleh arteri cerebri anterior, arteri comunicans anterior, arteri carotis interna, arteri cerebri posterior dan arteri comunicans posterior (Moore, 2002).

Gambar 6.Circulus arteriosus willisi(www.ims.uni-stuttgart.d)

2. Histologi otak

Jaringan saraf dibagi dalam dua bagian besar, yaitu sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi, dimana otak termasuk kedalam sistem saraf pusat. Otak terdiri atas substansia alba dan substansia grisea yang terdiri dari neuron dan neuroglia (Eroschencko, 2003).


(23)

Pada potongan melintang dari serebrum, serebelum dan medula spinalis tampak daerah-daerah yang berwarna putih (substansia alba) dan kelabu (substansia grisea). Distribusi mielin yang berbeda dalam SSP menyebabkan perbedaan ini, komponen utama dari substansia alba adalah akson yang bermielin dan oligodendrosit yang memproduksi mielin dan tidak mengandung badan sel neuron. Serebelum terdiri dari vermis dan dua lobus lateralis (DeGroot dan Joseph, 1997; Junqueiraet al., 2007).

Pada serebrum terdapat sel-sel pyramid dan sel stellata diantara sel-sel pyramid. Substansia grisea terletak di bagian korteks dan tersusun atas lapisan-lapisan berikut ini dari korteks ke medulla:

a. lapisan molekular (terdiri dari sedikit sel-sel granuler)

b. lapisan sel-sel pyramid (mengalami perubahan ukuran dan makin membesar menuju medulla)

c. lapisan multiformis (terdiri atas neuron dengan berbagai bentuk) Bagian medulla merupakan substansia alba yang berisi serabut-serabut saraf (Junqueira, 2007).

a. Neuron

Jaringan saraf terdiri atas dua jenis sel utama yaitu neuron dan neuroglia. Sel struktural dan fungsional jaringan saraf adalah neuron. Neuron-neuron membentuk jaringan penghubung yang sangat rumit, terdiri atas sel yang menerima dan menghantarkan impuls sepanjang jalur neural atau akson ke SSP untuk dianalisis, diintegrasi,


(24)

diinterpretasi dan direspon. Respons terhadap stimulus dari SSP adalah aktivasi otot dan/atau kelenjar tertentu (Eroschencko, 2003).

Tiga kelompok utama neuron adalah multipolar, bipolar dan unipolar. Klasifikasi anatomiknya didasarkan kepada jumlah dendrit dan akson yang keluar dari badan sel. Neuron multipolar adalah jenis yang paling banyak terdapat di otak dan mencakup neuron motoris dan interneuron otak. Banyak dendrit bercabang terjulur keluar dari badan sel neuron multipolar. Pada sisi lain, yang berlawanan dengan neuron, terdapat satu cabang yaitu akson. Neuron bipolar yang lebih sedikit, merupakan neuron sensoris murni. Pada neuron ini satu dendrit dan satu akson keluar dari badan sel neuron. Neuron bipolar adalah sel reseptor sensoris pada retina mata, telinga dalam dan epitel olfaktoris dibagian atap rongga hidung. Kebanyakan neuron pada organisme dewasa yang hanya memiliki satu cabang, pada awalnya adalah bipolar. Inilah neuron unipolar neuron ini juga bersifat sensoris. Neuron unipolar terdapat pada banyak ganglion kranisakral tubuh (Eroschencko, 2003).

b. Neuroglia

Neuroglia adalah sel penyokong pada SSP yang non-neural, dengan banyak cabang yang terdapat diantara neuron. Sel-sel ini tidak menghantarkan impuls dan secara morfologi dan fungsional, berbeda dengan neuron. Neuroglia dapat dikenali karena jauh lebih kecil dan intinya terpulas gelap. Jumlahnya kira-kira 10 kali jumlah neuron di


(25)

dalan susunan saraf. Ada tiga jenis sel neuroglia yaitu astrosit, oligodendrosit dan mikroglia (Eroschencko, 2003).

Astrosit merupakan sel glia terbesar yang memiliki banyak prosesus dan berperan sebagai makrofag, astrosit sendiri terbagi menjadi astrosit fibrosa dan astrosit protoplasmik. Oligodendrosit mempunyai ukuran yang lebih kecil dari astrosit, memiliki prosesus lebih sedikit dan lebih pendek dari astrosit, pada substansia grisea terletak dekat dengan perikarion sedangkan di substansi alba terletak dekat dengan akson bermielin karena merupakan penghasil mielin. Mikroglia mempunyai ciri-ciri badan sel kecil, padat, gepeng dan prosesusnya pendek, terdapat banyak di substansia grisea dan dapat berubah fungsi menjadi fagosit pada kerusakan jaringan otak. Sel ependim merupakan epitel kolumnar yang melapisi beberapa ventrikel dan kanalis sentralis medulla spinalis, bagian basal sel berhubungan dengan jaringan saraf dan sel ependim merupakan penghasil cairan cerebrospinal (Junqueira, 2007).


(26)

BAB III. METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan Rancangan Acak Terkontrol (RAT). Penelitian ini menggunakan 5 (lima) kelompok perlakuan terhadap hewan percobaan mencit putih jantan (Mus musculus L) strain DD Webster dewasa.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium farmakologi dan patologi anatomi fakultas kedokteran UNILA selama 3 bulan.

C. Variabel Penelitian 1. Variabel Bebas

a. MSG

b. Vitamin C 2. Variabel Terikat


(27)

D. Definisi Operasional

1. Monosodium Glutamat adalah penambah rasa makanan dengan L-Glutamic Acid sebagai komponen asam amino. Adapun MSG yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 4 mg/ kgBB (Nayanataraet al., 2007)

2. Vitamin C yang diberikan pada perlakuan dalam bentuk vitamin C sintetik berupa cairan yang diberikan per oral dengan beberapa macam dosis yang berbeda pada setiap kelompok perlakuan. Dosis efektif vitamin C pada mencit adalah 0,2 mg/grBB. Dosis vitamin C 0,2 mg/grBB diberikan pada kelompok kontrol positif; 0,07 mg/grBB diberikan pada kelompok perlakuan 1; 0,2 mg/grBB diberikan pada kelompok perlakuan 2 dan 0,6 mg/grBB diberikan pada kelompok perlakuan 3. Peningkatan dosis berdasarkan buku panduan penelitian ASEAN (ASEAN, 2007).

3. Histologi otak

Dari setiap mencit dibuat preparat otak dan dibaca dalam 5 lapangan pandang dengan perbesaran 400x. Sasaran yang dibaca adalah jumlah sel neuron dari 5 lapang pandang lalu diambil nilai rata-ratanya (Tjandra, 2010).

E. Alat dan Bahan 1. Alat Penelitian

Alat-alat yang digunakan yaitu : kandang mencit yang terbuat dari kawat sebanyak 5 kandang, sonde lambung, spuit 1ml, botol yang tutupnya diberi pipa alumunium sebagai tempat minum mencit, seperangkat alat bedah, mikroskop, pipet tetes, erlenmeyer, mikrotom, rotary evaporator, soxhlet, pipet eppendorf, objek glass, aluminium foil, neraca analitik dan cover glass.


(28)

2. Bahan Penelitian

a. Bahan Biologis: mencit jantan (Mus musculus L) strain DD webster dewasa. umur 2,5-3 bulan dengan berat 25-35 gram dan sehat.

b. Bahan kimia: Vitamin C sintetik, monosodium glutamat murni, NaCl 0,9%, pelet ayam sebagai pakan mencit, , alkohol 70-100%, paraffin, xylol, canada balsam, dan zat warna HE (Haematoksilin-Eosin) dan aquadest.

F. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dari penelitian ini adalah mencit jantan (Mus musculus L) strain DD webster dewasa. umur 2,5-3 bulan dengan berat 25-35 gram dan sehat yang ditandai dengan gerakan aktif, diperoleh dari IPB (Institut Pertanian Bogor). Besar sampel ditentukan berdasarkan buku panduan penelitian WHO yaitu minimal 5 ekor mencit tiap kelompok. Sedangkan, banyaknya pengulangan ditentukan berdasarkan rumus Federer (Federer, 1967).

(5-1)(n-1)≥15 4(n-1)≥15 4n–415 4n≥19 n≥4,83 n≥5 n≥4,83 n≥5

t = kelompok perlakuan (5 kelompok )

n = jumlah pengulangan atau sampel tiap kelompok G. Kriteria Inklusi dan Ekslusi


(29)

1. Kriteria Inklusi : a. Sehat

b. Memiliki berat badan antara 25-35 gr c. Jenis kelamin jantan

d. Usia 2,5-3 bulan 2. Kriteria Eksklusi:

a. Terdapat penurunan berat badan lebih dari 10% setelah 1 minggu masa adaptasi di laboratorium.

H. Prosedur Penelitian

1. Pemeliharaan Hewan Uji

Hewan uji yang digunakan adalah mencit jantan (Mus musculus L)strain DD webster dewasa. umur 2,5-3 bulan dengan berat 25-35 gram dan sehat. Dasar kandang dilapisi dengan sekam padi setebal 0,5-1 cm dan diganti setiap tiga hari untuk mencegah infeksi yang dapat terjadi akibat kotoran mencit tersebut. Dalam 1 kelompok, 5 ekor mencit ditempatkan dalam 1 kandang. Cahaya ruangan dikontrol persis 12 jam terang (pukul 06.00 sampai dengan pukul 18.01) dan 12 jam gelap (pukul 18.00 sampai dengan pukul 06.01), sedangkan suhu dan kelembaban ruangan dibiarkan berada dalam kisaran alamiah.

Kandang ditempatkan dalam suhu kamar dan cahaya menggunakan sinar matahari tidak langsung. Makanan dan minuman diberikan secukupnya dalam wadah terpisah dan diganti setiap hari. Makanan yang diberikan pada mencit berupa pelet ayam, sedangkan air minum yang diberikan berupa air putih yang diletakkan dalam botol plastik yang disumbat pipa aluminium. Setiap mencit diberi perlakuan sekali sehari selama 15 hari.


(30)

2. Persiapan Hewan Uji

Sebelum diberi perlakuan, mencit diadaptasikan selama satu minggu di Ruang penelitian Fakultas Kedokteran Unila tempat dilaksanakannya penelitian. Terhadap setiap mencit ditimbang berat badannya dan diamati kesehatannya secara fisik ( gerakannya, makan dan minumnya), sebelum diberi perlakuan.

3. Penyediaan Vitamin C dan Monosodium Glutamat

Vitamin C didapatkan dari Vitamin C sintetik yang terdapat dipasaran. Sedangkan untuk Monosodium Glutamat didapatkan dari Bagian Kimia FMIPA UNILA dalam bentuk Monosodium Glutamat murni yang dilarutkan dalam larutan NaCl 0,9% sebanyak 0,5 ml.

Pada penelitian ini zat padat yang digunakan berupa Monosodium Glutammate dengan kadar toksik 4 mg/gr berat badan (Nayanatara et al, 2008). Sedangkan larutan yang digunakan sebagai pelarut ialah NaCl (larutan garam) 0.9% sebanyak 0,5 ml.

a. Pelarutan Monosodium Glutamat

Tahap selanjutnya adalah melarutkan MSG, terlebih dahulu diukur berat MSG yang akan digunakan. Berdasarkan referensi dosis MSG yang digunakan ialah 4 mg/gr BB hewan percobaan (Nayanataraet al., 2008). Dikarenakan berat badan hewan percobaan sebesar 30 gr, maka MSG yang digunakan sebesar:

MSG = dosis x berat badan mencit = 4 mg/gr BB x 30 gr


(31)

Didapati berat MSG yang digunakan sejumlah 120 mg. Tahap selanjutnya ialah menimbang MSG dengan menggunakan neraca analitik sampai berat MSG 120 mg. Setelah ditimbang, kemudian dimasukkan ke dalam gelas ukur lalu ditambahkan dengan 0,5 ml larutan NaCl 0,9%. Setelah itu diaduk dengan spatula sampai kristal MSG larut.

b. Pengenceran Vitamin C

Pada penelitian ini vitamin C yang akan diinduksi harus dilakukan pengenceran terlebih dahulu dengan menggunakan suatu larutan . Dalam hal ini, zat yang digunakan sebagai pelarut adalah aquades.

Berdasarkan Pedoman penelitian ASEAN, dosis yang akan diberikan pada masing-masing hewan percobaan ialah:

- Kontrol : 0,2 mg/gr BB

- Perlakuan 1 : 0,07 mg/gr BB

- Perlakuan 2 : 0,2 mg/gr BB

- Perlakuan 3 : 0,6 mg/gr BB

Dikarenakan sediaan yang digunakan dalam penelitian ini berupa vitamin C dalam bentuk cairan, maka sebelum diencerkan terlebih dahulu dikonversikan ke dalam satuan mililiter (ml). Adapun perhitungannya ialah sebagai berikut:

Diketahui:

- Berat badan mencit : 30 gram

- Dosis Vitamin C:

• Kontrol : 0,2 mg/gr BB • Perlakuan 1 : 0,07 mg/gr BB


(32)

• Perlakuan 2 : 0,2 mg/gr BB • Perlakuan 3 : 0,6 mg/gr BB

- Tiap 2 ml vitamin C yang ada dalam 1 ampul mengandung 200 mg vitamin C

Perhitungan volume ,vitamin C yang akan diencerkan ialah: • Dosis Vitamin C untuk kontrol :

K = dosis x berat badan = 0,2 mg/gr BB x 30 gr = 6 mg

Didapatkan dosis vitamin C dalam bentuk sediaan padat (gram) sebesar 6 gram, kemudian dikonversikan kedalam satuan mililiter dengan cara:

2 ml Vitamin C = 200 mg Vitamin C

X (Dosis vitamin C yang dicari) = 6 mg Maka hasil yang didapat ialah:

X= (2ml x 6mg) / 200mg X= 0, 06 ml

Jadi dosis vitamin C untuk kontrol ialah 0,06 ml.

Dosis Vitamin C untuk Perlakuan 1 : K = dosis x berat badan

= 0,07 mg/gr BB x 30 gr = 2,1 mg

Didapatkan dosis vitamin C dalam bentuk sediaan padat (gram) sebesar 2,1 gram, kemudian dikonversikan kedalam satuan mililiter dengan cara:


(33)

X (Dosis vitamin C yang dicari) = 2,1 mg

Maka hasil yang didapat ialah:

X= (2ml x 2,1mg) / 200mg

X= 0,021 ml

Jadi dosis vitamin C untuk perlakuan 1 ialah 0,021 ml.

Dosis Vitamin C untuk Perlakuan 2 : K = dosis x berat badan

= 0,2 mg/gr BB x 30 gr = 6 mg

Didapatkan dosis vitamin C dalam bentuk sediaan padat (gram) sebesar 6 gram, kemudian dikonversikan kedalam satuan mililiter dengan cara:

2 ml Vitamin C = 200 mg Vitamin C

X (Dosis vitamin C yang dicari) = 6 mg Maka hasil yang didapat ialah:

X= (2ml x 6mg) / 200mg X= 0, 06 ml

Jadi dosis vitamin C untuk perlakuan 2 ialah 0,06 ml. • Dosis Vitamin C untuk perlakuan 3 :

K = dosis x berat badan = 0,6 mg/gr BB x 30 gr = 18 mg


(34)

Didapatkan dosis vitamin C dalam bentuk sediaan padat (gram) sebesar 18 gram, kemudian dikonversikan kedalam satuan mililiter dengan cara:

2 ml Vitamin C = 200 mg Vitamin C

X (Dosis vitamin C yang dicari) = 18 mg

Maka hasil yang didapat ialah: X= (2ml x 18mg) / 200mg X= 0, 18 ml

Jadi dosis vitamin C untuk perlakuan 3 ialah 0,18 ml.

Setelah dilakukan perhitungan, cairan vitamin C tersebut kemudian diambil dengan menggunakan pipet mikron sesuai dosisnya masing-masing, dan dimasukkan ke dalam labu ukur satu per satu. Selanjutnya ditambahkan 0,5 ml aquades yang merupakan zat pelarut ke dalam labu ukur, lalu dihomogenkan/dilarutkan.

4. Pemberian Perlakuan

Setiap kelompok mempunyai perlakuan yang berbeda, yaitu:

1. Kontrol (-) : hanya diberi MSG 4 mg/gr berat badan yang dilarutkan dalam 0,5 ml NaCl 0,9% secara intraperitoneal.

2. Kontrol (+) : diberi vitamin C 0,2 mg/gr berat badan yang dilarutkan dalam 0,5 ml aquadest secara oral setiap hari selama 15 hari.

3. P1 : diberi MSG 4 mg/gr berat badan yang dilarutkan dalam 0,5 ml NaCl 0.9% secara intraperitoneal setiap hari selama 15 hari + diberi vitamin C


(35)

0,07 mg/rg berat badan yang dilarutkan dalam 0,5 ml aquadest secara oral setiap hari selama 15 hari.

4. P2: diberi MSG 4 mg/gr berat badan yang dilarutkan dalam 0,5 ml NaCl 0.9% secara intraperitoneal setiap hari selama 15 hari + diberi vitamin C 0,2 mg/gr berat badan yang dilarutkan dalam 0,5 ml aquadest secara oral setiap hari selama 15 hari

5. P3 : diberi MSG 4 mg/gr berat badan yang dilarutkan dalam 0,5 ml NaCl 0.9% secara intraperitoneal setiap hari selama 15 hari + diberi vitamin C 0,6 mg/gr berat badan yang dilarutkan dalam 0,5 ml aquadest secara oral setiap hari selama 15 hari

Perlakuan dilakukan selama 15 hari karena menurut penelitian yang dilakukan oleh Nayanatara et al (2008) bahwa dalam waktu 15 hari sudah dapat menyebabkan akumulasi MSG dalam jaringan. Dosis toksik dari MSG didapatkan dari penelitian sebelumnya yang dilakukan pada tikus Wistar jantan dewasa yang disuntikan MSG dengan dosis 4 mg/kg berat badan selama 15 hari (kelompok jangka pendek) dan 30 hari (kelompok jangka panjang) (Nayantara et al, 2008). Dosis Vitamin C didapatkan dari dosis maksimal penelitian sebelumnya yang belum berhasil yaitu 0,2 mg/gr barat badan kemudian dikalikan 1/3x untuk P1 yaitu 0,07 mg/gr berat badan , 1x untuk P2 yaitu 0,2 mg/gr berat badan dan 3x untuk P3 yaitu 0,6 mg/kg berat badan.

5. Pengamatan

Setelah 15 hari perlakuan, dilakukan dislokasi leher pada masing-masing hewan coba dan selanjutnya dibedah. Selanjutnya dilakukan pengamatan sebagai berikut :


(36)

a. Pembuatan preparat otak

Pembuatan sediaan mikroskopis dilakukan dengan metode paraffin dan pewarnaan Hematoksilin-Eosin. Hematoksilin memiliki sifat pewarna basa, yaitu memulas unsur jaringan yang basofilik, sedangkan eosin memulas unsur jaringan yang bersifat asidofilik. Kombinasi ini yang paling banyak digunakan (Junqueira dan Jose, 2007).

Sampel otak ini lalu difiksasi dengan formalin 10%. Selanjutnya, sampel ini dikirim ke laboratorium Patologi Anatomi FK Unila untuk pembuatan sediaaan mikroskopis jaringan otak

Metode teknik pembuatan preparat histopatologi menurut bagian PA FK Unila (2011):

1) Fixation

a. Spesimen berupa potongan organ otak yang telah dipotong secara representatif kemudian segera difiksasi dengan formalin 10% selama 3 jam.

b. Dicuci dengan air mengalir sebanyak 3-5 kali. 2) Trimming

a. Organ dikecilkan hingga ukuran ± 3 mm.

b. Potongan organ otak tersebut lalu dimasukkan ke dalamtissue cassette.

3) Dehidrasi

a. Mengeringkan air dengan meletakkan tissue cassette pada kertas tisu.


(37)

b. Berturut-turut organ hepar direndam dalam alkohol 70% selama 0,5 jam, alkohol 96% selama 0,5 jam, alkohol absolut selama 1 jam, dan alkohol xylol 1:1 selama 0,5 jam.

4) Clearing

Untuk membersihkan sisa alkohol, dilakukan clearing dengan xylol I dan II, masing-masing selama 1 jam.

5) Impregnasi

Impregnasi dilakukan dengan menggunakan paraffin selama 1 jam dalam oven suhu 650C.

6) Embedding

a) Sisa paraffin yang ada pada pan dibersihkan dengan memanaskan beberapa saat di atas api dan diusap dengan kapas.

b) Paraffin cair disiapkan dengan memasukkan paraffin ke dalam cangkir logam dan dimasukkan dalam oven dengan suhu di atas 580C.

c) Paraffin cair dituangkan ke dalam pan.

d) Dipindahkan satu per satu daritissue cassetteke dasar pan dengan mengatur jarak yang satu dengan yang lainnya.

e) Pan dimasukkan ke dalam air.

f) Paraffin yang berisi potongan hepar dilepaskan dari pan dengan dimasukkan ke dalam suhu 4-60C beberapa saat.

g) Paraffin dipotong sesuai dengan letak jaringan yang ada dengan menggunakan skalpel/pisau hangat.

h) Lalu diletakkan pada balok kayu, diratakan pinggirnya, dan dibuat ujungnya sedikit meruncing.


(38)

7) Cutting

a) Pemotongan dilakukan pada ruangan dingin.

b) Sebelum memotong, blok didinginkan terlebih dahulu di lemari es.

c) Dilakukan pemotongan kasar, lalu dilanjutkan dengan

pemotongan halus dengan ketebalan 4-5 mikron. Pemotongan dilakukan menggunakanrotary microtomedengandisposable knife.

d) Dipilih lembaran potongan yang paling baik, diapungkan pada air, dan dihilangkan kerutannya dengan cara menekan salah satu sisi lembaran jaringan tersebut dengan ujung jarum dan sisi yang lain ditarik menggunakan kuas runcing.

e) Lembaran jaringan dipindahkan ke dalamwater bathsuhu 600C selama beberapa detik sampai mengembang sempurna.

f) Dengan gerakan menyendok, lembaran jaringan tersebut diambil denganslidebersih dan ditempatkan di tengah atau pada sepertiga atas atau bawah.

g) Slideyang berisi jaringan ditempatkan pada inkubator (suhu 370C) selama 24 jam sampai jaringan melekat sempurna. 8) Staining(pewarnaan) dengan Harris Hematoksilin-Eosin

Setelah jaringan melekat sempurna pada slide, dipilih slide yang terbaik, selanjutnya dilakukan deparafinisasi dalam larutan xylol I selama 5 menit dan larutan xylol II selama 5 menit. Kemudian, didehidrasi dalam ethanol absolut selama 1 jam, alkohol 96% selama 2 menit, alkohol 70% selama 2 menit, dan air selama 10 menit. Lalu dilakukan pulasan inti dengan Harris Hematoksilin selama 15 menit,


(39)

dibilas dengan air mengalir, lalu diwarnai dengan eosin selama maksimal 1 menit. Selanjutnya, didehidrasi dengan alkohol 70% selama 2 menit, alkohol 96% selama 2 menit, dan alkohol absolut selama 2 menit. Kemudian dilakukan penjernihan dengan xylol I selama 2 menit dan xylol II selama 2 menit.

9) Mountingdengan entelan dan tutup dengandeck glass

Setelah pewarnaan selesai, slide ditempatkan di atas kertas tisu pada tempat datar, ditetesi dengan bahan mounting, yaitu entelan, dan ditutup dengandeck glass,cegah jangan sampai terbentuk gelembung udara.

10) Slidedibaca dengan mikroskop

Slidediperiksa di bawah mikroskop cahaya dengan perbesaran 1000x.

b. Pengamatan histologi otak

Variabel dependen berupa degenerasi neuron otak mencit. Skala yang digunakan adalah skala numerik. Dari setiap mencit dibuat preparat otak dan dibaca dalam 5 lapangan pandang dengan perbesaran 400x. Sasaran yang dibaca adalah perubahan jumlah neuron dari organ otak (Tjandra, 2010).

6. Analisis Data dan Pengujian Hipotesis

Kelompok penelitian terdiri dari 5 kelompok, yaitu: 3 kelompok perlakuan dan 2 kontrol dalam 5 kali pengulangan. Pada tiap kelompok, data yang terkumpul dianalisis menggunakan program SPSS 17.00 for Windows dengan menggunakan uji one way anova untuk menguji perbedaan rerata pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol.


(40)

Hewan percobaan dalam 5 kelompok Kontrol

+

Kontrol

-Perlakuan 1

Perlakuan 2

Perlakuan 3

Hewan siap untuk penelitian (Diberi perlakuan)

Hewan diadaptasikan selama 1 minggu


(41)

Hewan yang telah diberi perlakuan Kontrol + Kontrol -Perlakuan 1 Perlakuan 2 Perlakuan 3

Interpretasi hasil perlakuan Kontrol + Kontrol -Perlakuan 1 Perlakuan 2 Perlakuan 3 ? ? ? ? ?

Gambar 7. Bagan Alir penelitian Kontrol + Kontrol -Perlakuan 1 Perlakuan 2 Perlakuan 3

Kontrol (-): IP MSG 4 mg/gBB

Kontrol (+): Oral Vit C 0,2 mg/gBB

Perlakuan 1: IP MSG 4 mg/gBB + Oral Vit C 0,07 mg/gBB

Perlakuan 2: IP MSG 4 mg/gBB + Oral Vit C 0,2 mg/gBB

Perlakuan 3: IP MSG 4 mg/gBB + Oral Vit C 0,6 mg/gBB

•Determinasi dan pembedahan

•Pembuatan preparat histologi dan pengamatan


(42)

(Skripsi)

Oleh

REZANDI AZIZTAMA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(43)

Halaman

DAFTAR GAMBAR ... i

DAFTAR TABEL... ii

DAFTAR GRAFIK ... iii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Masalah Penelitian ... 4

C. Tujuan Penelitian... 4

D. Manfaat penelitian... 4

E. Kerangka Teori ... 5

F. Kerangka Konsep... 7

G. Hipotesis... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Monosodium Glutamat... 9

1. Sifat Kimia dan Metabolisme Monosodium Glutamat... 9

2. Efek Biologis Monosodium Glutamat ... 11

B. Vitamin C ... 13

1. Sumber-sumber Vitamin C... 13

2. Biokimia Vitamin C ... 14

C. Otak ... 15

1. Anatomi Otak ... 15

a. Bagian-bagian Otak ... 16

b. Perdarahan Otak... 18

2. Histologi Otak ... 20

a. Neuron ... 21


(44)

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 24

C. Variable Penelitian ... 24

D. Definisi Operational ... 25

E. Alat dan Bahan ... 25

1. Alat Penelitian ... 25

2. Bahan Penelitian ... 26

F. Populasi dan Sample Penelitian ... 26

G. Kriteria Inklusi dan Eksklusi... 27

1. Kriteria Inklusi... 27

2. Kriteria Eksklusi ... 27

H. Prosedur Penelitian... 27

1. Pemeliharaan Hewan Uji ... 27

2. Persiapan Hewan Uji ... 28

3. Penyediaan Vitamin C dan Monosodium Glutamate ... 28

a. Pelarutan Monosodium Glutamat ... 28

b. Pengenceran Vitamin C ... 29

4. Pemberian Perlakuan ... 32

5. Pengamatan... 34

a. Pembuatan Preparat Otak... 34

b. Pengamatan Preparat Otak... 37

6. Analisa Data dan Pengujian Hipotesis... 37

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 39

1. Perhitungan Jumlah Neuron ... 39

a. Gambaran Histologi Otak Mencit... 39

b. Jumlah Neuron ... 42

2. Uji Normalitas Jumlah Degenerasi Neuron Mencit Jantan Dewasa ... 43

3. Uji Homogenitas Jumlah Degenerasi Neuron Mencit JantanDewasa ... 44

4. Uji0ne-way AnovaJumlah Degenerasi Neuron Mencit Jantan Dewasa ... 44

5. UjiPost HocJumlah Degenerasi Neuron Mencit Jantan Dewasa ... 44


(45)

B. Saran... 50

DAFTAR PUSTAKA


(46)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka Teori Penelitian... 6

2. Kerangka Konsep Penelitian ... 7

3. Rumus bangun Monosodium ... 10

4. GlutamatRumus bangun vitamin C... 14

5. Otak potongan median ... 18

6.Circulus arteriosus willisi... 20

7. Bagan Alir penelitian ... 39


(47)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Hasil perhitungan jumlah degenerasi neuron (%) mencit jantan dewasa setelah pemberian MSG sebagai radikal bebas dan vitamin C sebagai

antioksidan ... 43 2. Hasil uji normalitas data jumlah degenerasi neuron mencit pada kelompok

perlakuan ... 44 3. Hasil UjiPost HocDegenerasi neuron mencit jantan dewasa setelah

pemberian MSG sebagai radikal bebas dan vitamin C sebagai


(48)

DAFTAR GRAFIK

Grafik Halaman


(49)

DAFTAR PUSTAKA

Agarwal, A., Prabakaran, S. & Said, T. 2005. Prevention of oxydative stress injury to sperm. J Androl. 26: 654-60.

Ahluwalia, P., Tewari, K. & Choudary, P. 1996, Studies on the effect of monosodium glutamate (MSG) on oxydative stress on erithrocyte of adult male mice.Toxicol lett. 84: 161-5.

Ardyanto, T.D. 2004. MSG dan Kesehatan : Sejarah, Efek dan Kontroversinya. inovasi Vol 1/XVI/ Agustus. Asean Countries. 2007. Standart of Asean Herbal Medicine. Vol. I, Jakarta.

Asean Countries. 2007. Standart of Asean Herbal Medicine. Vol. I, Jakarta.

Camihort G, Dumm C G, Luna G, Fersese C, 2004 Relathioship between pituitary and Adpdiposa Tissue after Hypothalamic Denervation in the famale rats Circulus arteriosus willisi available at www.ims.uni-stuttgart.d)

DeGroot, J. dan Joseph G. 1997.Neuroanatomi Korelatif. EGC: Jakarta.

Diniz, Y. S., Faine, L. A., Galhardi, C. M., Rodriges, H. G., Ebaid, G. X., Burneiko, R. C., Cicogna, A. C. & Novelli, E. L. 2005. Monosodium glutamate in standart and high-fiber diets : metabolic syndrome and oxydative stress in rats.Nutrition. 21: 749-55.

Eroschencko, V. P. 2003.Atlas Histologi diFiore dengan Korelasi Fungsional. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC. p: 279-287.

Eweka, A. O. 2007. Histologi studies of the effect of monosodium glutamate on the kidney of adults wistar rats. J.Health. 6(2).

Farombi, E., O. & Onyema, O., O. 2006. Monosodium glutamate-induced oxydative damage and genotoxycity in the rat : Modulatory role of vitamin C, vitamin E and quertin. Hum Exp Toxicol. 25: 251-9.


(50)

Fauzi, T. 2008. Pengaruh pemberian timbal dan vitamin C terhadap peroksidasi lipid dan kualitas spermatozoa di dalam sekresi epididimis mencit jantan (Mus Musculus L) strain DDW. Biomedic. Medan, Universitas Sumatra Utara.

Federer, W. T. 1967. Eksperimental design : Theory and Aplication. Oxford& IBH Publising Co., New Delhi. 544 pp.

FDA. 2011. FDA and monosodium glutamate (MSG) available at http://www.fda.gov/opacom/backgrounders/msg.html.

Garattini, S. 2000. Glutamic Acid, Twenty Years Later. J.Nutrition. 130: 901-909. Geha, R., Beiser, A., Ren, C., Patterson, R., Greenberger, P., Grammer, L., Ditti, A., Harris, K., Saughnassy, M., Yarnold, P., Corrent, J., & Saxon, A. 2000. Review og alleged reaction to monosodium glutamate and outcome of a multicenter double-blind placebo-controlled study. TheJournal of Nutrition. 130: 1058-62.

Giovan Battista, franca, S Calandra, et al. 2003, Modullatory Effec of leptin on Leydig Cell Function of Normal and Hiperleptinemia rats, Reproduktive Guyton, A. dan John E. 2006. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. EGC:

Jakarta.

Halpern, B. 2002. What’ in a name? Are MSG and umami are the same?. Chemical Sense.

Iswara, Arya.2009. Pengaruh Pemberian AntioksidanVitamin CDan E Terhadap Kualitas Spermatozoa Tikus Putih Terpapar Allethrin. Skripsi, Jurusan Biologi universitas andalas.

Junqueira, L. dan Jose C. 2007. Histologi Dasar Teks dan Atlas. Edisi 10. EGC. Jakarta.

Kiss, P., Tamas, A., Lubics, A., Szalai, M., Szalontay, L., Lenguari, I. And Reglodi, D. 2005. Development of neurological reflexes and motor coordination in rats neonatally treated with monosodium glutamate.Journal of Neuroscience Research.

Linderman B, Ogiwara Y, et al. 2002, the discovery of Umami, Chemical senses Univercitydes Sarlandes, Medical falculty.

Maida Wilis. 2010. Pengaruh pemberian MSG terhadap kadar hormone FSH dan LH. Universitas Andalas Padang


(51)

Martinez, C., Huerta, M., Lopez-perez, S., Garcia-Estrada, J., Luquin, S., Beas-Zarate, C. 2002. Astrositic and microglia cells reactivity induced by neonatal administration of glutamate in cerebral cortex of adult rats.Journal of Neuroscience Research.200-10.

Moore, K.L. dan A.M.R. Agur. 2002. Anatomi Klinis Dasar.Hipokrates. Jakarta. 505 hlm.

Naidu, K. 2003. Vitamin C in human health and desease is still mystery?. Nutrition Journal, 1-10.

Nayanatara, A., Vinodini, N., Damodar, G., Ahamed, B., Ramaswamy, C., Shabarinath & Bath, R. 2008. Role of ascorbic acid in monosodium glutamate mediated effect on testicular weight, sperm morphology and sperm count, in rat testis.Journal of Chinesse Clinical Medicine.3: 1-5. Olney, J, W., Schainker, B. 1969. Glutamat-type hipothalamic-pituitary syndrome

in mice treated with aspartat or cysteated in infancy. Journal of Neural Transmission , Volume 35, Number 3, 207-215, DOI: 10.1007/BF01258952.

Price, S.A. dan L.M. Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Edisi 6.EGC. Jakarta. 734 hlm.

Putz, R. dan Reinhard P. 2006. Sobotta, Atlas Anatomi Manusia jilid 1, edisi 22. EGC: Jakarta.

Siregar, J.H. 2009. Pengaruh Pemberian Vitamin C Terhadap Jumlah Sel Leydig dan Jumlah Sperma Mencit Jantan Dewasa (Mus musculus L) Yang Terpapar Monosodium Glutamat (MSG) Tesis Pascasarjana. Universitas Sumatra Utara.

Sukawan Uke Yohani, 2008, Efek Toksik Monosodium Glutamat (msg) Pada Binatang Percobaan, diakses 6 mei 2009, <http://www.ukip.ac.id/journaldown/ EfekToksikMonosodiumGlutamatMSGPadaBinatangPercobaan.pdf > Tjandra, Aditya. 2010. Pengaruh pemberian dekstrometorpfan dosis bertingkat

terhadap gambaran histopatologis otak tikus. Skipsi.

Urenna, D., Jenni, F. 2005. MSG effect at brain. Journal of Chinesse Clinical Medicine.3: 1-5.

Winarsi. 2007. Antioksidan dan kegunannya. Borobudur. Yogyakarta.

Xiao-Hong, J., Yi-Rong, X., Bing, L., Ya-An, Y., Min-Cheng, W. & Kai-Yun, W. 2007. Morphological changes of aorta and total cholesterol, high density lipoprotein, oxydized low density lipoprotein, nitric monoxida and lipide peroxidation in serum after arcute nucleus lesioned. Journal of US-Chi na Medical Science. 4: 24-27.


(52)

Yamaguchi, S . & Nionomiya, K. 2000. Umami and food palatability. Journal Nutrition. 130: 921S-926S.

Yi Li, Schellhorn, H. E. 2007. New development and novel therapeutic perspective for vitamin C.J. Nutition. 137: 2171-84.


(53)

Oleh

REZANDI AZIZTAMA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA KEDOKTERAN

Pada

Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(54)

1. Tim Penguji

Ketua : dr. Susianti, M.Sc

---Sekretaris : Prof.Dr.dr. Efrida Warganegara, M.Kes., Sp.MK

---Penguji

Bukan Pembimbing : dr. Khairunnisa Berawi, M.Kes., AIFO

---2. Dekan Fakultas Kedokteran

Dr. Sutyarso, M.Biomed NIP. 195704241987031001


(55)

YANG DIINDUKSI MONOSODIUM GLUTAMAT Nama Mahasiswa : Rezandi Aziztama

Nomor Pokok Mahasiswa : 0818011040 Program studi : Pendidikan Dokter

Fakultas : Kedokteran

MENYETUJUI 1.Komisi Pembimbing

Dr. Susianti, M.Sc Prof.Dr.dr. Efrida Warganegara, M.Kes, Sp.MK NIP. 197808052005012003 NIP. 195012231977102001

2. Dekan Fakultas Kedokteran Unila

Dr. Sutyarso, M.Biomed NIP. 195704241987031001


(56)

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 8 Mei 1990, sebagai anak pertama dari dua bersaudara, dari Bapak Adi Erlansyah dan Ibu Rusdiana Dewi.

Pendidikan Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SDN 02 Rawa Laut Bandar Lampung pada tahun 2002, Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMPN 02 Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2005, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMAN 02 Bandar Lampung pada tahun 2008.

Pada tahun 2008, penulis terdaftar sebagai mahasiswa pada Fakultas Kedokteran UNILA melalui jalur Penelusuran Kemampuan Akademik dan Bakat (PKAB). Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah aktif pada PADUS FK UNILA.


(57)

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah AWT, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya skripsi ini dapat diselesaikan.

Skripsi dengan judul Pengaruh Pemberian Vitamin C Terhadap Gambaran Histologi Otak Mencit Jantan Dewasa (Mus musculus L) yang Diinduksi Monosodium Glutamatadalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Kedokteran di Universitas Lampung .

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Harianto, M.S., selaku Rektor Universitas Lampung;

2. Bapak Dr. Sutyarso, M.Biomed.,selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Lampung;

3. dr. Susianti, M.Sc selaku Pembimbing Pertama atas kesediannya untuk memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini;


(58)

penyelesaian skripsi ini;

5. Dr. Khairunnisa Berawi, M.Kes., AIFO selaku pembahas yang telah memberikan banyak masukan dan nasehat selama penyelasaian skripsi ini; 6. dr. Muhartono, M.Kes., Sp.PA selaku Pembimbing Akademik;

7. Seluruh dokter dan staf pengajar di Fakultas Kedokteran Universitas Lampung;

8. Bapak dan Ibu Staf Administrasi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung; 9. Yang tercinta Papa dan Mama yang tidak henti-hentinya mendoakan saya

dalam setiap waktu dan selalu memberikan semangat kepada saya;

10. Untuk adikku tersayang, Rivandi Arief Harista terimakasih atas doa dan dukungan yang selalu diberikan ;

11. Untuk Nenek tercinta yang selalu mendoakan saya; 12. Untuk semua angkatan 2008 FK UNILA;

13. Terimakasih untuk Ardiansyah WIEN yang sudah menyemangati ; 14. Untuk sahabatku Arienaldo Rahman dan Elza Puspita;

15. Keluarga besarku yang selalu mendukungku dan mendoakanku;

16. Untuk anak INDIGO, Dodi, Rifki, Danisa, Harry, terimakasih atas pengalaman spiritualnya;

17. Teman-teman seperjuangan dalam penelitian ini Riza Zahara, Eka Aprilia Arum K, Kania Anindita dan Chyntia Giska atas dukungan dan semangat yang diberikan;


(59)

Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amiin.

Bandar Lampung, Oktober 2012,


(1)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : dr. Susianti, M.Sc

---Sekretaris : Prof.Dr.dr. Efrida Warganegara, M.Kes., Sp.MK

---Penguji

Bukan Pembimbing : dr. Khairunnisa Berawi, M.Kes., AIFO

---2. Dekan Fakultas Kedokteran

Dr. Sutyarso, M.Biomed NIP. 195704241987031001


(2)

Judul Skripsi :PENGARUH PEMBERIAN VITAMIN C TERHADAP GAMBARAN HISTOLOGI OTAK MENCIT JANTAN DEWASA (Mus musculus L) YANG DIINDUKSI MONOSODIUM GLUTAMAT Nama Mahasiswa : Rezandi Aziztama

Nomor Pokok Mahasiswa : 0818011040 Program studi : Pendidikan Dokter

Fakultas : Kedokteran

MENYETUJUI 1.Komisi Pembimbing

Dr. Susianti, M.Sc Prof.Dr.dr. Efrida Warganegara, M.Kes, Sp.MK NIP. 197808052005012003 NIP. 195012231977102001

2. Dekan Fakultas Kedokteran Unila

Dr. Sutyarso, M.Biomed NIP. 195704241987031001


(3)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 8 Mei 1990, sebagai anak pertama dari dua bersaudara, dari Bapak Adi Erlansyah dan Ibu Rusdiana Dewi.

Pendidikan Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SDN 02 Rawa Laut Bandar Lampung pada tahun 2002, Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMPN 02 Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2005, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMAN 02 Bandar Lampung pada tahun 2008.

Pada tahun 2008, penulis terdaftar sebagai mahasiswa pada Fakultas Kedokteran UNILA melalui jalur Penelusuran Kemampuan Akademik dan Bakat (PKAB). Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah aktif pada PADUS FK UNILA.


(4)

SANWACANA

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah AWT, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya skripsi ini dapat diselesaikan.

Skripsi dengan judul Pengaruh Pemberian Vitamin C Terhadap Gambaran Histologi Otak Mencit Jantan Dewasa (Mus musculus L) yang Diinduksi Monosodium Glutamatadalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Kedokteran di Universitas Lampung .

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Harianto, M.S., selaku Rektor Universitas Lampung;

2. Bapak Dr. Sutyarso, M.Biomed.,selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Lampung;

3. dr. Susianti, M.Sc selaku Pembimbing Pertama atas kesediannya untuk memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini;


(5)

4. Prof.Dr.dr. Efrida Warganegara, M.Kes., Sp.MK selaku Pembimbing Kedua atas kesediannya untuk memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini;

5. Dr. Khairunnisa Berawi, M.Kes., AIFO selaku pembahas yang telah memberikan banyak masukan dan nasehat selama penyelasaian skripsi ini; 6. dr. Muhartono, M.Kes., Sp.PA selaku Pembimbing Akademik;

7. Seluruh dokter dan staf pengajar di Fakultas Kedokteran Universitas Lampung;

8. Bapak dan Ibu Staf Administrasi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung; 9. Yang tercinta Papa dan Mama yang tidak henti-hentinya mendoakan saya

dalam setiap waktu dan selalu memberikan semangat kepada saya;

10. Untuk adikku tersayang, Rivandi Arief Harista terimakasih atas doa dan dukungan yang selalu diberikan ;

11. Untuk Nenek tercinta yang selalu mendoakan saya; 12. Untuk semua angkatan 2008 FK UNILA;

13. Terimakasih untuk Ardiansyah WIEN yang sudah menyemangati ; 14. Untuk sahabatku Arienaldo Rahman dan Elza Puspita;

15. Keluarga besarku yang selalu mendukungku dan mendoakanku;

16. Untuk anak INDIGO, Dodi, Rifki, Danisa, Harry, terimakasih atas pengalaman spiritualnya;

17. Teman-teman seperjuangan dalam penelitian ini Riza Zahara, Eka Aprilia Arum K, Kania Anindita dan Chyntia Giska atas dukungan dan semangat yang diberikan;


(6)

18. Untuk seseorang yang sudah menjadi penyemangat di akhir penyelesaian skripsi.

Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amiin.

Bandar Lampung, Oktober 2012,