PENGANTAR MASALAH Pengembangan Virtual Javanese Gamelan Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Gamelan Pada Siswa Kelas Ii Mi Miftahul Huda 01

1 | P a g e PENGEMBANGAN VIRTUAL JAVANESE GAMELAN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR GAMELAN PADA SISWA KELAS II MI MIFTAHUL HUDA 01

A. PENGANTAR

Mata pelajaran Bahasa Jawa khususnya di Jawa Tengah adalah merupakan salah satu mata pelajaran muatan lokal wajib yang harus ada di setiap jenjang sekolah baik jenjang pendidikan dasar maupun jenjang pendidikan menengah, hal ini tertuang dalam surat edaran Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah nomor 433.514995 tertanggal 04 Juni 2014 tentang pelaksanaan kurukulum 2013 mata pelajaran Bahasa Jawa. Berdasarkan surat edaran tersebut mengandung arti setiap sekolah baik sekolah negeri maupun sekolah swasta yang berada di wilayah Jawa Tengah harus dan wajib memberikan porsi mata pelajaran muatan lokal Bahasa Jawa pada susunan kurikulum sekolahnya serta melaksanakan pembelajaran Bahasa Jawa adalah suatu hal yang harus dilaksanakan dengan penuh rasa tanggung jawab. Dalam surat keputusan tersebut juga tertuang beberapa kompetensi inti maupun kompetensi dasar yang harus dicapai oleh setiap siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar mata pelajaran muatan lokal Bahasa Jawa, salah satu dari kompetensi dasar tersebut adalah kompetensi dasar mengenal nama instrumen gamelan. Kompetensi dasar mengenal nama instrumen gamelan tersebut merupakan kompetensi dasar untuk jenjang pendidikan dasar khususnya untuk SDMI kelas II semester I. Dari kompetensi dasar mengenal nama instrumen gamelan mengisyaratkan dua indikator yang harus dicapai oleh setiap siswa yaitu 1 Mengenal nama-nama instrumen gamelan itu sendiri; 2 Mendeskripsikan nama instrumen gamelan baik dengan lisan maupun dengan tulisan; 3 Menirukan dan membunyikan suara dari masing-masing instrumen gamelan. 2 | P a g e

B. MASALAH

Fakta yang terjadi MI Miftahul Huda 01 Kabupaten Semarang menunjukkan rendahnya aktivitas siswa dalam belajar muatan lokal Bahasa Jawa, sehingga mengakibatkan rendahnya hasil belajar yang diperoleh siswa. Pada umumnya siswa kurang bersemangat dalam mengikuti proses belajar mengajar, hal ini terbukti dengan sedikit siswa yang berani bertanya maupun menjawab pertanyaan pada saat pembelajaran di kelas berlangsung, sebagian besar siswa kurang bersungguh-sungguh dalam mengikuti pembelajaran, mereka enggan bertanya kepada guru atau teman lain dan jika mengalami kesulitan, banyak siswa yang kurang memperhatikan pelajaran dan susah untuk diajak berkonsentrasi dalam belajar, sebagian siswa senang bergurau atau justru mengalihkan perhatian pada sesuatu di luar materi pembelajaran. Muatan lokal Bahasa Jawa khususnya materi mengenal nama instrumen gamelan dirasakan kurang menarik bagi siswa, hal ini terlihat dari kurangnya motivasi dan keingintahuan siswa untuk memahami masalah yang berkaitan dengan instrumen gamelan, sehingga mayoritas siswa mengalami kesulitan belajar terbukti dari hasil belajar mata pelajaran Bahasa Jawa di MI Miftahul Huda 01 materi “Mengenal tokoh pandawa dan punakawan” sangat rendah, hal ini dapat dilihat dari hasil ulangan harian UH yang tidak sesuai dengan kriteria ketuntasan minimal KKM yang telah ditentukan sebesar 70. Dengan rata-rata nilai ulangan harian yaitu 66 dan ketuntasan belajar hanya sebesar 27,8 . Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam daftar nilai sebagai berikut : Tabel 1.1 Analisis Nilai Ulangan Harian Nilai Jumlah siswa Persent ase Ketuntasan 71 – 80 5 27,8 Tuntas 61 - 70 9 50,0 Tidak Tuntas 60 4 22,2 Tidak Tuntas Jumlah 18 100 3 | P a g e Pengidentifikasian kesulitan belajar sangat penting bagi guru, mengingat tugas guru bukan sekedar menyampaikan materi pelajaran kepada siswa tetapi lebih dari itu, guru berkewajiban menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan, menarik minat siswa untuk senantiasa belajar, menumbuhkembangkan kerja sama team works, kreatif dan inovatif. Pada kenyataannya pembelajaran Bahasa Jawa masih dianggap pelajaran yang membosankan dan mengalami banyak kendala di beberapa sisi, setidaknya ada 4 empat kendala yang berhasil penulis identifikasi. Kendala pertama yaitu kendala dari sekolah, khususnya ketersediaan sarana dan prasana belajar alat musik gamelan. Seharusnya mempelajari alat musik gamelan adalah dengan menggunakan media belajar berupa alat gamelan itu sendiri sehingga siswa dapat belajar mengenal nama-nama instrumen gamelan, berlatih membunyikan gamelan nabuh gamelan serta bermain alat musik gamelan sehingga akan memberikan pengalaman yang nyata sekaligus memberikan pembelajaran yang berkmakna kepada siswa. Seperti kita ketahui bersama harga seperangkat alat musik gamelan dapat mencapai jutaan bahkan puluhan juta rupiah sehingga tidak semua sekolah dapat menyediakannya untuk media pembelajaran gamelan. Kendala kedua yaitu mengenai paradigma terhadap alat musik gamelan. Alat musik gamelan sering dipandang dengan sebelah mata sebagai alat musik kuno, ketinggalan zaman dan kurang kekinian. Siswa lebih tertarik kepada alat musik modern seperti drum, gitar, bass serta piano yang mereka anggap gaul, sesuai zaman dan kekinian. Pandangan kuno tersebut juga terjadi pada materi Bahasa Jawa yang lainnya, seperti materi “mengenal tokoh pandawa dan punakawan”, siswa lebih mengenal menggandrungi tokoh luar seperti Spongebob, Bobo Boy, Dora, Ipin Upin daripada mengenal tokoh yang menjunjung kearifan lokal seperti tokoh pandawa lima. Pandangan tersebut akan menimbulkan dampak yang fatal jika tidak segera ditanggulangi yaitu tidak adanya perasaaan memiliki serta nguri-uri budaya dan kearifan lokal Bahasa Jawa yang akan berakibat pada kehilangan identitas dan karakter jawa yang sopan, satun,lemah lembut baik tutur kata 4 | P a g e maupun perbuatannya yaitu “wong jawa ilang jawane” orang jawa yang tidak tahu menahu adat,istiadat serta budaya jawa. Kendala ketiga adalah dari guru, di antaranya adalah guru belum begitu menguasai alat musik gamelan itu sendiri karena tidak mempunyai latar belakang pendidikan Bahasa Jawa, padahal dalam undang-undang guru dan dosen mengisyaratkan untuk mengajar dan mendidik sesuai dengan kompetensi dan keprofesionalannya. Guru yang kurang menguasai bahan pelajaran mengakibat guru tersebut menyajikannya tidak jelas atau sikap guru terhadap mata pelajaran itu sendiri tidak baik, sehingga siswa kurang senang terhadap pelajaran atau gurunya. Akibatnya siswa malas untuk belajar. Kendala keempat adalah kurangnya jam tatap muka mata pelajaran muatan lokal Bahasa Jawa. Untuk kurikulum muatan lokal Bahasa Jawa hanya memberikan porsi 1x jam tatap muka dalam seminggu, dengan durasi 2 x 35 menit padahal materi yang harus dicapai sangatlah berat seperti halnya mata pelajaran Bahasa Indonesia yang diberikan porsi 3x jam tatap dalam seminggu. Kendala lain yang berhasil diidentifikasi oleh penulis ialah materi di buku pelajaran sangat terbatas penjelasannya. Hanya terdapat 2 halaman yang menguraikan tentang instrumen gamelan, 1 halaman untuk materi dan halaman berikutnya untuk penugasan. Hal ini sangat tidak sebanding dengan indikator pembelajaran yang ingin dicapai karena sebaran materi dan kedalaman penjelasan materi mengenal nama-nama instrument gamelan yang sangat dangkal.

C. PEMBAHASAN DAN SOLUSI