UPAYA MENINGKATKAN DISIPLIN PADA TATA TERTIB SEKOLAH DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK POSITIVE REINFORCEMENT PADA SISWA KELAS IX SMP SATYA DHARMA SUDJANA GUNUNG MADU TAHUN PELAJARAN 2012/2013

(1)

ABSTRAK

UPAYA MENINGKATKAN DISIPLIN PADA TATA TERTIB SEKOLAH DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK POSITIVE REINFORCEMENT PADA SISWA KELAS IX SMP SATYA DHARMA SUDJANA GUNUNG

MADU TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Oleh

CEMPAKA PURI

Masalah dalam penelitian ini adalah kedisiplinan siswa pada tata tertib sekolah kurang. Permasalahan dalam penelitian ini adalah “apakah Positive Reinforcement dapat meningkatkan disiplin pada tata tertib sekolah pada siswa kelas IX di SMP Satya Dharma Sudjana Gunung Madu tahun ajaran 2012/2013?”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan disiplin siswa pada tata tertib sekolah dengan penggunaan Positive Reinforcemen pada siswa kelas IX di SMP Satya Dharma Sudjana Gunung Madu tahun pelajaran 2012/2013.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuasi eksperimen dengan desain eksperimen one group pretest-posttest dengan subjek sebanyak enam siswa kelas IX yang memiliki disiplin kurang dalam tata tertib sekolah. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dengan menggunakan observasi partisipan dan wawancara sebagai pendukungnya.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat peningkatan terhadap tata tertib peraturan sekolah dengan penggunaan teknik positive reinforcement pada siswa kelas IX SMP Satya Dharma Sudjana Gunung Madu Tahun ajaran 2012/2013. hal ini ditunjukkan dari hasil analisis data dengan menggunakan uji beda Wilcoxon, hasil pretest dan posttest yang diperoleh nilai p = 0,026; p<0,05. Maka Ho ditolak dan Ha diterima, yang artinya positif reinforcement dapat meningkatkan disiplin pada siswa kelas IX SMP. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah penggunaan positive reinforcement dapat meningkatkan disiplin pada tata tertib peraturan sekolah pada siswa kelas IX SMP Satya Dharma Sudjana Gunung Madu Tahun Pelajaran 2012/2013.

Saran yang dapat diberikan adalah (1) kepada siswa, hendaknya meminta bantuan guru BK untuk meningkatkan disiplin, sehingga dalam menjalankan kegiatan sehari-hari di sekolah siswa tidak mengalami suatu hambatan. (2) kepada guru, supaya dapat memberikan informasi kepada siswa mengenai pentingnya kedisiplinan serta ikut berperan aktif dalam meningkatkan kedisiplinan siswa, (3) Hendaknya dapat melakukan penelitian mengenai masalah yang sama yaitu


(2)

Cempaka Puri

disiplin, namun lebih mengkhususkan lagi ke treatment untuk merubah guru sebagai faktor pendukung atau penghambat disiplin siswa.


(3)

UPAYA MENINGKATKAN DISIPLIN PADA TATA TERTIB SEKOLAH DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK POSITIVE REINFORCEMENT PADA SISWA KELAS IX SMP SATYA DHARMA SUDJANA GUNUNG

MADU TAHUN AJARAN 2012/2013

(Skripsi)

Oleh

CEMPAKA PURI

PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG


(4)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

I. PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1

1. Latar Belakang ... 1

2. Identifikasi Masalah ... 5

3. Pembatasan Masalah ... 5

4. Rumusan Masalah ... 5

B.Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ... 6

1. Tujuan Penelitian ... 6

2. Manfaat Penelitian ... 6

C.Ruang Lingkup Penelitian ... 7

D.Kerangka Pikir ... 7

E. Hipotesis ... 10

II.TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A.Perilaku Disiplin di Sekolah ... 11

1. Pengertian Perilaku Disiplin ... 11

2. Faktor Penyebab Perilaku Tidak Disiplin di Sekolah ... 12

3. Dampak Perilaku Tidak Disiplin di Sekolah ... 14

4. Tujuan Disiplin di Sekolah... 15

5. Peranan Guru Pembimbing Dalam Menumbuhkan Disiplin Diri Siswa ... 16

6. Bimbingan Pribadi ... 17

B.Teknik Positive Reinforcement ... 19

1. Pengertian Positive Reinforcement ... 19


(5)

3. Komponen Pemberian Positive Reinforcement ... 24

4. Langkah-Langkah Reinforcement ... 26

5. Keunggulan dan Kelemahan Positive Reinforcement ... 27

C.Keterkaitan antara Teknik Positive Reinforcement dengan Disiplin Siswa di Sekolah ... 28

III. METODOLOGI PENELITIAN A.Tempat dan Waktu Penelitian ... 32

B.Subjek Penelitian ... 34

C.Variabel Penelitian dan Definisi Reinforcement ... 35

D.Definisi Operasional ... 35

E. Tahapan Penelitian ... 37

F. Teknik Pengumpulan Data ... 37

G.Pengujian Instrumen Pengumpulan Data ... 39

1. Pengujian Validitas Instrumen... 39

2. Pengujian Reliabilitas Instrumen ... 40

H.Teknik Analisis Data ... 41

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A.Hasil Penelitian ... 44

1. Gambaran Hasil Pra Pemberian Positive Reinforcement ... 44

2. Pelaksanaan Kegiatan Pemberian Positive Reinforcement ... 48

3. Data Hasil Penelitian ... 51

4. Uji Hipotesis… ... 69

B.Pembahasan ... 71

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 83

1. Kesimpulan Statistik ... 83

2. Kesimpulan Penelitian ... 84

B. Saran ... 84

DAFTAR PUSTAKA ... 85


(6)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 4.1 Data Siswa yang Akan Diberi PositiveReinforcement ... 52 Tabel 4.2 Tabel Kerja Perhitungan Pretest dan Posttest ... 52 Tabel 4.3 Data Hasil Observasi Kedisiplinan Siswa Subjek 1 (Dio) ... 54 Tabel 4.4 Rata-Rat Skor Kedisiplinan Sebelum dan

Sesudah Perlakuan ... 55 Tabel 4.5 Data Hasil Observasi Kedisiplinan Siswa

Subjek 2 (M Kelvin) ... 57 Tabel 4.6 Rata-Rata Skor Kedisiplinan Sebelum dan

Sesudah Perlakuan ... 58 Tabel 4.7 Data Hasil Observasi Kedisiplinan Siswa Subjek 3 (Fajar) .... 59 Tabel 4.8 Rata-rata skor kedisiplinan sebelum dan sesudah perlakuan .. 60 Tabel 4.9 Data hasil observasi kedisiplinan siswa subjek 4 (I Kadek) ... 62 Tabel 4.10 Rata-rata skor kedisiplinan sebelum dan sesudah perlakuan 63 Tabel 4.11 Data hasil observasi kedisiplinan siswa subjek 5 (Wahyu) .. 65 Tabel 4.12 Rata-rata skor kedisiplinan sebelum dan sesudah perlakuan 66 Tabel 4.13 Data hasil observasi kedisiplinan siswa subjek 6 (Riqi) ... 68

Tabel 4.14Rata-rata skor kedisiplinan sebelum dan sesudah perlakuan 69 Tabel 4.15 Uji Signifikansi Menggunakan Uji Beda Wilcoxon ... 70


(7)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Gambar 1.1 Alur Kerangka Pikir ... 10

Gambar 3.1 Pola One-group pretest-posstest design ... 33

Gambar 4.1 Grafik Peningkatan Disiplin Siswa ... 52

Gambar 4.2 Grafik Peningkatan Kedisiplinan Subjek 1 (Dio) ... 54

Gambar 4.3 Grafik Peningkatan Kedisiplinan Subjek 2 (M Kelvin) 57 Gambar 4.4 Grafik Peningkatan Kedisiplinan Subjek 3 ( Fajar) ... 60

Gambar 4.5 Grafik Peningkatan Kedisiplinan Siswa Subjek 4 (I Kadek) ... 63

Gambar 4.6 Peningkatan Kedisiplinan Subjek 5 ( Wahyu) ... 65


(8)

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran Halaman

Lampiran 1. Kisi-Kisi Instrument Penelitian ... 88

Lampiran 2. Target Behavior Disiplin Siswa ... 91

Lampiran 3. Modul... 94

Lampiran 4. Lembar Observasi ... 121

Lampiran 5. Kuesioner ... 123

Lampiran 6. Uji Coba koofesien Kesepakatan ... 124

Lampiran 7. Hasil Expert Judgement ... 128

Lampiran 8. Tahap Pelaksanaan Penelitian ... 129

Lampiran 9. Hasil Observasi Sebelum Perlakuan ... 130

Lampiran 10. Hasil Observasi Setelah Perlakuan (Postest) ... 131

Lampiran 11. Hasil Uji Beda Wilcoxon ... 132

Lampiran 12. Data Peningkatan Kedisiplinan Siswa Sebelum dan Sesudah Pemberian Positive Reinforcement Melalui Observasi ... 133

Lampiran 13. Foto-Foto ... 136

Lampiran 14. Data Observasi Pendahuluan ... 138

Lampiran 15. Data Observasi Siswa yang Tidak Disiplin ... 142

Lampiran 16. Data Observasi Rekan Sebaya ... 144


(9)

86

DAFTAR PUSTAKA

Aunillah, N.I. 2011. Panduan Menerapkan Pendidikan Karakter di Sekolah. Jakarta: Erlangga

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Aqib, Z. 2011. Pendidikan Karakter Membangun Perilaku Positif Anak Bangsa. Bandung: Yrama Widya

Azwar, S. 2000. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta. Pustaka Belajar.

Basrowi, dan Kasinu. A. 2010. Metodelogi Penelitian Sosial. Kediri: Jenggala Pustaka Utama.

Corey, G. 1995. Teori dan Praktek dari Konseling dan Psikoterapi. Semarang: IKIP Semarang Press.

Departemen Pendidikan Nasional. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan & pedoman Umum pembentukan Istilah. Bandung: Yrama Widya

Goodwin dan Croates. 1976. Helping Student Help Themselves. Prentice (Second edition). California: Wadsworth, Inc.

Harlock, E. B. 1978. Perkembangan Anak Jilid 1 Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga Imron, A. 2011. Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah. Jakarta: Bumi

Aksara

Kartini, K. 1996. Pengantar Metodolog Riset Sosial. Bandung: CV, Mandar Maju. Koesoema, D. 2010. Pendidikan Karakter Strategi Mendidik Anak di Zaman

Global. Jakarta: Grasindo

Komalasari. 2011. Teori dan Teknik Konseling. Jakarta: PT Indeks Latif, S. 2007. Modifikasi Perilaku Buku Ajar. FKIP Unila.


(10)

87

Martono, N. 2010. Statistik Sosial Teori dan Aplikasi Program SPSS. Yogyakarta: Penerbit Gava Media

Nursito. 1986. Disiplin Belajar dan Penerapannya. Jakarta: Graha Ilmu. Ormrod J.E. 2008. Psikologi Pendidikan. edisi keenam. Erlangga: Jakarta.

Prayitno & Amti, E. 2004. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: PT.Rieneka Cipta.

Rahmi, N.L.2009. Penggunaan Teknik Reinforcement Positif Terhadap Siswa Tidak Disiplin di Sekolah Pada Siswa SMA Perintis Bandar Lampung Tahun Ajaran 2008/2009. Bandar Lampung. Universitas Lampung.

Satrock. 2002. Perkembangan Masa Hidup Jilid 1 Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga Seniati,L.,Yulianto,A., dan Setiadi, B.N. 2005 Psikologi Eksperiment. Jakarta:

Indeks

Slameto. 1995. Belajar dan Faktor yang mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta. Sudjana. 2002. Metode Statisika. Bandung: Tarsito

Sudrajat, A. 2008. Disiplin Siswa di Sekolah. Jakarta: PT Intermasa. Sugiono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: ALFABETA.

Suryabrata, S. 2007. Metodelogi Penelitian. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Tim Unila. 2011. Format Penulisan Karya Ilmiah. Bandar Lampung: UNILA.


(11)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Gunung Madu tanggal 06 Agustus 1989, sebagai anak ketiga dari tiga bersaudara, dari Bapak Purwoko dan Ibu Sri Wahyuningsih.

Pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK)Satya Dharma Sudjana Gunung Madu diselesaikan tahun 1995, Sekolah Dasar (SD) Negeri 1 Gunung Madu tahun 2002, Sekolah Menengah Pertama (SMP) Satya Dharma Sudjana Gunung Madu tahun 2005, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Terbanggi Besar tahun 2008.

Tahun 2008, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Ilmu Pendidikan, Program studi Bimbingan dan Konseling, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Unila melalui jalur Penelusuran Kemampuan Akademik dan Bakat (PKAB). Penulis melaksanakan Praktek Layanan Bimbingan dan Konseling di Sekolah (PLBK-S) di SMP Negeri 2 Adiluwih Pringsewu.


(12)

MOTTO

Wahai orang

orang yang beriman, mohonlah pertolongan

(kepada Allah) dengan sabar dan shalat. Sungguh, Allah

berserta orang

orang yang sabar

”.

(Qs. Al-Baqarah :153)

“Yang memudahkan seseorang yang m

engalami kesulitan

maka Allah akan beri kemudahan untuknya di dunia dan di

akhirat”


(13)

PERSEMBAHAN

Dengan penuh rasa syukur kepada Allah SWT atas

terselesaikannya

Penulisan skripsi ini, kupersembahkan

karya kecilku ini kepada :

Mama dan Papa tersayang

yang selalu menyertaiku disetiap

doa’nya.

Terimakasih atas ketulusan kasih sayang, cinta, dan doa yang

tak kunjung putus kau selipkan disetiap hembusan nafas

yang telah banyak memberikan semangat

untuk keberhasilan putra-putrinya.

Mbakku tersayang Anggun Pitaloka dan Mas Bram Sektiaka

yang tidak pernah lelah memberikan dukungan dan semangat


(14)

SANWACANA

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat dan karunia-Nya, sehingga penulis

dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Upaya Meningkatkan Disiplin Pada Tata Tertib Sekolah dengan Menggunakan Teknik Positifve Renforcement Pada Siswa Kelas IX SMP Satya Dharma Sudjana Gunung Madu Tahun Pelajaran 2012/2013”. Adapun maksud penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Bimbingan dan Konseling Jurusan Ilmu Pendidikan, FKIP Universitas Lampung.

Penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan atas bantuan dan kerja sama dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung yang telah memberikan izin bagi penulis untuk mengadakan penelitian.

2. Bapak Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd. selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan FKIP Universitas Lampung.

3. Bapak Drs. Yusmansyah, M.Si. selaku Ketua Program Studi Bimbingan Konseling sekaligus selaku pembimbing utama pada penulisan skripsi ini. Terima kasih atas masukan dan saran-saran pada seminar terdahulu sampai menuju ujian akhir.


(15)

4. Ibu Ratna Widiastuti, S.Psi., M.A., Psi selaku Pembimbing Pembantu yang telah memberikan masukan dan mengarahkan demi terselesaikannya skripsi ini.

5. Ibu Shinta Mayasari, S.Psi., M.Psi., Psi selaku dosen penguji utama terima kasih atas kesediannya memberikan bimbingan, saran dan kritik yang membangun dalam penyelesaian skripsi ini.

6. Bapak dan Ibu Dosen Bimbingan dan Konseling, terimakasih atas didikannya. Semoga apa yang bapak dan ibu berikan dapat bermanfaat bagi kehidupan peneliti di masa depan.

7. Bapak dan Ibu staf dan karyawan FKIP Unila, terimakasih atas bantuannya selama ini dalam menyelesaikan segala keperluan administrasi kami.

8. Ibu Sri Ismiyatun selaku Kepala Sekolah SMP Satya Dharma Sudjana Gunung Madu yang telah berkenan memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian.

9. Ibu Esti Latifah S.Pd dan Ibu Pradana Vidiawati S.Psi selaku guru BK di SMP Satya Dharma SudajanaGunung Madu terima kasih atas kesediannya membantu penulis dalam mengadakan penelitian ini.

10. Kedua orang tuaku tercinta yang tak henti-hentinya menyayangiku,

memberikan do’a, dukungan, materi, semangat serta yang selalu menantikan keberhasilanku.

11. Mbakku tersayang Anggun Pitaloka, Masku Brahm Sektiaka, Keponakanku tersayang Abrar Fakih, Mbah putri poncowati, Pakde mono, Pakde Nasib, Mas Adzan, Pakde Sitinjak, Mpip, Mas Indha dan seluruh keluarga besarku terimakasih atas doa, dukungan, semangatnya.


(16)

12. Sahabat-sahabat seperjuanganku bimbingan dan konseling angkatan 2008 Dika Ananda, Rika, Geisha, Lilis, Yuspa, Siska, Yeni, Putu, Umi, Nurul, Mella, Sari, Eny, Suci, Mba Titis, Yosi, Amel, Merry, Mifta, Milan, Mira, Cindi, Ariska, Riki Rosadi, Ricky Fernando, Marshinta, Tubagus, Denia, MbaMas Ari, Yonda, Fitri, Idris, Bang Tio, Wiwit, dan yang tidak dapat disebutkan satu persatu terima kasih atas bantuan, dukungan, do’a, dan motivasinya.

13. Kakak tingkat BK 2007 Mba Alfi, Kak Agus, Mba Ekasus, Kak Irfan, Mba Izni, Mba Aam, Uci, Kak Widi, Mba Ekalis, Mba Tuti, dan Kak Combro, terimakasih atas bantuan, semangat, doanya selama ini.

14. Sahabat-sahabatku Della, Odo Andotama, Kak Dika, Ike, Hariansyah, Mba Raput, Kak Gede, Andi, Nurman, Refto terimakasih atas semangat, motivasi

dan do’anya selama ini.

15. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Tidak sedikit kekurangan dan kelemahan yang ada di dalamnya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi sempurnanya skripsi ini.

Bandarlampung, 2013 Penulis


(17)

1

I. PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

1. Latar Belakang

Siswa adalah manusia berpotensi yang layak dikembangkan untuk mencapai kemandirian, kreativitas, dan produktivitas. Untuk itu diperlukan sistem pendidikan yang kondusif agar segala aspek potensial dalam diri siswa berkembang optimal. Permasalahan yang dialami para siswa di sekolah sering kali tidak dapat dihindari, seperti masalah siswa yang tidak disiplin di sekolah.

Imron (2011:173) menyatakan disiplin siswa sebagai suatu sikap tertib dan teratur yang dimiliki oleh siswa di sekolah, tanpa ada pelanggaran-pelanggaran yang merugikan baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap siswa sendiri dan terhadap sekolah secara keseluruhan. Sedangkan menurut Permana ( Nursito, 1986:14) menyatakan bahwa:

“disiplin merupakan suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui

proses dan serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan, dan ketertiban.”

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kedisiplinan siswa merupakan suatu sikap yang teratur tanpa adanya pelanggaran-pelanggaran


(18)

2

yang dapat merugikan pihak manapun. Sehingga tercipta suatu keteraturan yang di dalam sekolah yang dapat menunjang kegiatan pembelajaran dan kegiatan akademik berjalan dengan lancar.

Perilaku tidak disiplin siswa sering kali dipandang sebagai masalah kecil yang kurang mendapat perhatian khusus dari guru pembimbing di sekolah. Padahal jika di telusuri masalah siswa yang tidak disiplin seperti terlambat dan sering keluar kelas pada jam pelajaran, serta membolos memiliki dampak yang merugikan siswa itu sendiri seperti tidak bisa mengikuti materi pelajaran, nilai rendah, tidak naik kelas, bahkan kemungkinan terburuk siswa yang tidak disiplin di sekolah dapat dikeluarkan dari sekolah. Guru pembimbing yang disebut sebagai konselor sekolah memiliki kewajiban untuk melakukan pembinaan terhadap siswanya agar dapat menjadi siswa yang berpotensi mengembangkan pribadinya dengan mengubah perilaku tidak disiplin di sekolah menjadi perilaku yang lebih disiplin.

Untuk mengembangkan potensi siswa dan membantu pemecahan masalah yang dihadapinya, perlu adanya layanan bimbingan konseling yang terorganisir dan terprogram. Salah satunya layanan bimbingan konseling yang dapat digunakan dalam mengatasi masalah siswa yaitu layangan bimbingan pribadi dengan tujuan mengembangkan potensi siswa, mampu mengatasi masalah sendiri dan dapat menyesuaikan diri secara positif.

Bimbingan dan konseling adalah suatu upaya bantuan yang diberikan oeh seorang konselor kepada orang lain yang bermasalah baik masalah


(19)

3

psikologis, sosial, dan lain-lain dengan harapan dapat memecahkan masalahnya, memahami dirinya, mengarahkan dirinya sesuai dengan kemampuan dan potensinya sehingga mencapai penyesuaian diri dengan lingkungannya. Pelayanan bimbingan dan konseling mengemban sejumlah fungsi yang hendak dipenuhi melalui pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling.

Meningkatkan disiplin pada siswa merupakan fungsi perbaikan, karena layanan bimbingan konseling dapat berfungsi sebagai perbaikan yang artinya fungsi bimbingan dan konseling akan menghasilkan pemahaman tentang sesuatu oleh pihak-pihak tertentu sesuai dengan kepentingan siswa Sukardi (dalam Rahmi, 2009: 3).

Hal ini berkaitan dengan pemantapan perilaku siswa agar dapat berperilaku yang sesuai dengan pribadi sebagai pelajar. Pelayanan bimbingan dan konseling di Sekolah Menengah Pertama (SMP), sebagai kelanjutan dan pemantapan pelayanan bimbingan dan konseling pada jenjang pendidikan sebelumnya dengan memperhatikan karakteristik tujuan pendidikan, kurikulum dan peserta didik di SMP, yang meliputi bimbingan pribadi, karir, sosial, dan belajar.

Selain itu konseling sebagai suatu proses yang melibatkan interaksi antara konselor dan siswa dalam upaya bersama agar lebih efektif dalam berhubungan dengan dirinya dan lingkungannya. Masalah perilaku siswa yang tidak disiplin di sekolah, seperti siswa yang sering terlambat, keluar kelas pada jam pelajaran, membolos, perilaku maladaptif siswa tersebut


(20)

4

perlu mendapat penanganan agar dapat diubah menjadi perilaku yang lebih disiplin.

Berdasarkan catatan kasus siswa sekolah yang di berikan oleh guru bimbingan konseling SMP Satya Dharma Sudjana Gunung Madu diperoleh data dari jumlah siswa 537siswa, terdapat 6 siswa yang sering tidak disiplin di sekolah diantaranya, siswa keluar pada jam pelajaran, membolos, membawa handphone ke sekolah. (Data siswa yang tidak disiplin dapat di lihat pada lampiran 14 ). Pihak sekolah selama ini masih menerapkan teknik negative reinforcement dalam menangani ketidak disiplinan siswa seperti membolos, keluar kelas pada pergantian jam pelajaran, membawa handphone ke sekolah, terlambat, dan bentuk-bentuk perilaku tidak disiplin lainnya. Dari tiap perilaku ini sekolah menerapkan sistem point bagi setiap siswa, dimana saat perilaku pelanggaran kedisiplinan siswa terjadi, siswa mendapatkan pengurangan ponit. Jika point dalam satu tahun pelajaran siswa telah habis maka sekolah dapat mengeluarkan siswa sewaktu-waktu .

Berasal dari sudut pandang inilah maka untuk merubah perilaku tidak disiplin siswa di sekolah maka penggunaan teknik positive reinforcement sebagai cara perubahan perilaku melalui pendekatan kasih sayang secara interen dengan memberikan positive reinforcement. Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan penelitian tentang “Upaya Meningkatkan Disiplin Siswa Pada Tata Tertib Sekolah dengan Menggunakan Teknik Positive Reinforcement Pada Siswa Kelas IX SMP Satya Dharma Sudjana Gunung Madu Tahun Ajaran 2012/2013”.


(21)

5

2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka dapat di peroleh identifikasi masalah sebagai berikut :

a. ada siswa yang membolos,

b. ada siswa yang berkelahi di sekolah,

c. ada siswa yang keluar kelas pada jam pelajaran, d. ada siswa yang menyontek pekerjaan teman, e. ada siswa yang membawa handphone ke sekolah,

3. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, agar lebih efektif maka perlu adanya pembatasan masalah yang disesuaikan dengan judul penelitian yang akan diteliti, supaya apa yang hendak dicapai dalam penelitian dapat terlaksana. Maka dalam hal ini peneliti membatasi masalah pada “Upaya Meningkatkan Disiplin Pada Tata Tertib Sekolah dengan Menggunakan Teknik Positive Reinforcement Pada Siswa Kelas IX SMP Satya Dharma Sudjana Gunung Madu Tahun Ajaran 2012/2013”.

4. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada pembatasan masalah di atas, maka masalah dalam penelitian ini adalah “siswa tidak disiplin di sekolah”. Maka permasalahannya dapat di rumuskan sebagai berikut : “Apakah disiplin dapat di tingkatkan dengan teknik positive reinforcement pada siswa kelas IX SMP Satya Dharma Sudjana Gunung Madu Tahun Ajaran 2012/2013”.


(22)

6

B.Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini sebagai berikut :

Meningkatkan perilaku disiplin terhadap tata tertib di sekolah dengan menggunakan teknik positive reinforcement.

2. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat berguna antara lain :

a. secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkam dapat menambah ilmu pengetahuan, khususnya dalam penggunaan teknik positive reinforcement dalam meningkatkan perilaku disiplin terhadap tata tertib sekolah pada siswa kelas IX SMP Satya Dharma Sudjana Gunung Madu Tahun Ajaran 2012/2013 agar perilaku disiplin meningkat dan siswa mengalami perubahan perilakunya kearah yang lebih baik,

b. secara praktis, penelitian ini dapat dijadikan penambahan informasi dan refrensi bagi semua kalangan di dunia pendidikan dalam rangka melakukan suatu perubahan perilaku peningkatan disiplin di sekolah dengan menggunakan teknik positive reinforcement.


(23)

7

C.Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian adalah sebagai berikut : 1. Ruang lingkup ilmu

Ruang lingkup ilmu dalam penelitian ini adalah bimbingan dan konseling berkaitan dengan ilmu perilaku yang membahas mengenai teknik positive reinforcement.

2. Ruang lingkup wilayah

Penelitian ini di lakukan di SMP Satya Dharma Sudjana Gunung Madu Lampung Tengah Tahun Ajaran 2012/2013.

3. Ruang lingkup subyek

Ruang lingkup subyek dalam penelitian adalah siswa SMP Satya Dharma Sudjana Gunung Madu Lampung Tengah yang sering tidak disiplin keluar kelas pada jam pelajaran, membawa handphone ke sekolah dan membolos. 4. Ruang lingkup obyek

Ruang lingkup obyek dalam penelitian ini adalah bagaimana pelaksanaan teknik positive reinforcement digunakan dalam meningkatkan disiplin di sekolah pada siswa kelas IX SMP Satya Dharma Sudjana Gunung Madu Lampung Tengah.

D. Kerangka Pikir

Kedisiplinan siswa adalah suatu sikap yang teratur tanpa adanya pelanggaran-pelanggaran yang dapat merugikan pihak manapun. Sehingga tercipta suatu keteraturan di dalam sekolah yang dapat menunjang kegiatan pembelajaran dan


(24)

8

kegiatan akademik berjalan dengan lancar. Sebagaimana diungkapkan oleh Imron (2011: 173) yang menyatakan disiplin siswa sebagai suatu sikap tertib dan teratur yang dimiliki oleh siswa di sekolah. Tanpa adanya pelanggaran-pelanggaran yang merugikan baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap siswa sendiri dan terhadap sekolah secara keseluruhan.

Sekolah merupakan salah satu faktor dominan dalam membentuk dan mempengaruhi perilaku siswa. Salah satu dari perilaku siswa yang masih sering menjadi sorotan ialah rendahnya disiplin siswa di sekolah terhadap peraturan dan tata tertib sekolah. Untuk merealisasikan hal-hal tersebut, sekolah-sekolah di Lampung Tengah saat ini masih banyak menerapkan peraturan dan tata tertib di sekolah dengan sistem point, jadi apabila ada siswa yang tidak disiplin di sekolah maka akan diberi point tata tertib dan apabila point tata tertib telah melebihi batas yang telah ditentukan pihak sekolah maka siswa akan diberikan sanksi oleh sekolah (negative reinforcement).

Pada penerapan sistem poin masih terdapat siswa yang memiliki tingkat kesadaran yang rendah akan pentingnya kedisiplinan di sekolah yang kurang, meskipun terdapat pula siswa yang sudah sadar akan pentingnya disiplin di sekolah.

Wolpe (dalam Rahmi 2009: 14) menyatakan bahwa modifikasi perilaku merupakan penerapan prinsip-prinsip belajar yang telah teruji secara eksperimental untuk mengubah perilaku tidak adaptif. Dimana kebiasaan-kebiasaan yang tidak adaptif di lemahkan dan dihilangkan, perilaku adaptif ditimbulkan dan dikukuhkan. Reinforcement sebagai salah satu teknik dalam


(25)

9

modifikasi perilaku itu juga memiliki kemampuan untuk mengubah perilaku tidak adaptif. Perilaku tidak adaptif tersebut contohnya seperti ketidak disiplinan siswa di sekolah. Hal senada juga di kemukakan oleh Corey (1995: 412) dimana teknik positive reinfocement merupakan prosedur dimana respon (tanggapan) yang di ikuti adanya suatu stimulus dapat berupa pujian, benda, sebagai konsekuensi dari perilaku yang diinginkan muncul dan berulang. Pendapat ini di jadikan landasan teori dalam pemberian teknik positive reinforcement terhadap perilaku tidak disiplin di sekolah, dengan maksud dan tujuan merubah perilaku tidak disiplin menjadi disiplin.

Berdasarkan penelitian yang di lakukan sebelumnya oleh Rahmi (2009) yang menunjukkan bahwa perilaku tidak disiplin di sekolah seperti membolos, keluar kelas pada pergantian jam pelajaran, membawa handphone ke sekolah dapat dikurangi dengan menggunakan teknik positive reinforcement sehingga dapat meningkatkan disiplin siswa di sekolah.

Selanjutnya menurut Skinner (dalam Ormrod, 2008: 431) menyatakan bahwa perinsip dasar perubahan perilaku adalah sebuah respon diperkuat, dan karenanya mungkin akan terjadi lagi ketika respon tersebut diikuti oleh sebuah stimulus yang menguatkan (reinforcement).

Berdasarkan penelitian sebelumnya yang relevan dengan penelitian ini dan didukung oleh pendapat-pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa ketidak disiplinan siswa di sekolah dapat di tingkatkan dengan menggunakan teknik positive reinforcement.


(26)

10

Gambar 1.1 Alur Kerangka Pikir

E.Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara dari suatu rumusan masalah. Dalam penelitian ini hipotesis yang dapat penulis ajukan adalah sebagai berikut: perilaku disiplin siswa di sekolah dapat ditingkatkan dengan menggunakan teknik positive reinforcement.

Sedangkan Hipotesis penelitian ini adalah:

Ho : Disiplin siswa tidak dapat di tingkatkan dengan teknik positive Reinforcement

Ha : Disiplin siswa dapat di tingkatkan dengan teknik positive Reinforcement Penggunaan teknik

reinforcement positif

Disiplin siswa rendah Disiplin siswa


(27)

32

III. METODOLOGI PENELITIAN

A.Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan di lakukan di SMP Satya Dharma Sudjana Gunung Madu Lampung Tengah tahun pelajaran 2012/2013.

B.Metode Penelitian

Dalam suatu penelitian sangat diperlukan suatu metode yang sesuai dengan masalah yang akan diteliti sehingga dapat diperoleh hasil yang sesuai dengan yang diharapkan. Metode penelitian sangat diperlukan untuk menentukan data dan pengembangan suatu pengetahuan serta untuk menguji suatu kebenaran pengetahuan. Metode penelitian merupakan hal yang penting dalam suatu penelitian. Di dalam metode penelitian dijelaskan tentang urutan suatu penelitian yang dilakukan yaitu dengan teknik dan prosedur suatu penelitian akan dilakukan.

Hal terpenting yang perlu diperhatikan juga bagi seorang peneliti adalah ketepatan penggunaan metode yang sesuai dengan objek penelitian dan tujuan yang ingin dicapai agar penelitian dapat berjalan dengan baik, terarah, dan sistematis.


(28)

33

“ Menurut Sugiyono (2008:2), metode penelitin pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu, cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada ciri-ciri keilmuan yaitu

rasional, empiris, dan sistematis”.

Agar penelitian ini berjalan baik dan sistematis sesuai dengan tujuan yang akan dicapai maka peneliti menggunakan metode eksperimen. Sebagaimana

dikemukakan oleh Sugiyono (2010:107) mengatakan bahwa “metode

eksperimen dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan.

Metode metode eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pre-Experimental research (quasi experimental). Alasan peneliti menggunakan metode ini karena tidak menggunakan kelompok kontrol dan subyek tidak dipilih secara random. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Seniati (2005: 37) yang menyatakan bahwa eksperimen kuasi berbeda dengan penelitian eksperimen karena tidak memenuhi tiga syarat utama dari suatu penelitian eksperimen yaitu manipulasi, kontrol dan randomisasi. Pada penelitian ini, peneliti tidak menggunakan kelompok kontrol dan randomisasi, peneliti hanya melihat hasil dari pemberian teknik positive reinforcement pada siswa yang kurang disiplin dalam tata tertib sekolah SMP Satya Dharma Sudjana. Desain ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 3.1. Pola One-Group Pretest-Posttest Design (hal 110)


(29)

34

Keterangan :

O1 : Nilai Pretest yaitu pengukuran pertama, disiplin pada siswa

sebelum diberi teknik positive reinforcement dengan menggunakan skala.

X : Perlakuan yaitu pelaksanaan pemberian teknik positive reinfocement pada siswa kelas IX di SMP Satya Dharma Sudjana. O2 : Posttest/ kondisi setelah perlakuan yaitu pengukuran kedua

dimana disiplin siswa sesudah diberi teknik positive reinforcement dengan skala yang sama dengan pengukuran yang pertama.

C.Subyek Penelitian

Subjek penelitian adalah sumber data untuk menjawab masalah. Penentuan subjek ini disesuaikan dengan keberadaan masalah dan jenis data yang ingin dikumpulkan. Subjek yang dijadikan penelitian ini adalah siswa kelas IX SMP Satya Dharma Sudjana Gunung Madu tahun ajaran 2012/2013 yang memiliki disiplin yang kurang terhadap tata tertib sekolah.

Subjek dalam penelitian ini diketahui berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru BK maupun dari guru bidang studi, kemudian penulis memperoleh rekomendasi enam orang siswa kelas IX SMP Satya Dharma Sudjana Gunung Madu yang frekuensi tidak disiplinnya tinggi, dan masing-masing siswa dari kelas yang berbeda. Dari hasil rekomendasi kemudian dilakukan pengukuran disiplin menggunakan lembar observasi, dari hasil pengukuran tersebut diketahui ada enam orang siswa yang kurang memiliki disiplin terhadap tata tertib sekolah yang kemudian menjadi subjek penelitian.


(30)

35

D.Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

1.Variabel Penelitian

Suryabrata, (2007: 72) variabel adalah sebagai faktor yang berperan dalam penelitian peristiwa atau gejala yang akan diteliti (objek penelitian). Sedangkan menurut Sugiono (2010: 38) variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang di tetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudia ditarik kesimpulannya.

Variabel dalam penelitian ini ada dua variabel.

1. Variabel bebas (independent variabel) adalah suatu variabel yang ada atau terjadi mendahului variabel terikatnya.

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Positive Reinforcement. 2. Variabel terikat (devendent variabel) adalah variabel yang diakibatkan

atau yang dipengaruhi oleh variabel bebas.

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah perilaku kurang disiplin siswa kelas IXSMP Satya Dharma Sudjana Gunung Madu Tahun Ajaran 2012/2013.

E.Definisi Operasional

Definisi operasional variabel merupakan uraian yang berisikan tentang sejumlah indikator yang dapat diamati dan diukur untuk mengidentifikasi variabel atau konsep yang digunakan. Definisi operasional dari kedisiplinan yang kurang adalah perilaku subyek yang tidak menaati peraturan sekolah dan dilakukan secara berulang-ulang.


(31)

36

Teknik pengukuhan positif atau yang sering disebut positive reinforcement adalah peningkatan tingkah laku siswa yang dilakaukan secara berulang-ulang sebagai kontrol terhadap perilaku yang diinginkan atau pengukuhan positif adalah adanya peristiwa yang muncul setelah suatu respon diberikan dapat meningkat frekuensi perilaku respon yang diharapkan. Perilaku tidak disiplin adalah sikap mental yang tidak mengandung kerelaan untuk mematuhi ketentuan peraturan dan norma yang berlaku dalam menunaikan tugas tanggung jawab. Perilaku tidak disiplin di sekolah adalah suatu perilaku yang melanggar tata tertib sekolah.

Indikator perilaku disiplin di sekolah adalah sebagai berikut : 1) Ketertiban terhadap peraturan sekolah

2) Kepatuhan terhadap disiplin di sekolah

Sesuai dengan tujuannya bahwa positive reinforcement adalah usaha untuk menguatkan suatu perilaku yang diinginkan dengan menggunakan stimulus, maka positive reinforcement harus memenuhi langkah-langkah pemberian reinforcement.

F. Tahapan Penelitian

Goodwin & Croates (1976: 24-57) mengemukakan bahwa:

“tahap pemberian positive reinforcement merupakan tahap terakhir dari proses analisis perilaku yang dilaksanakan. Sehingga dalam mengevaluasi program yang akan dilaksanakan yaitu dengan cara membandingkan keadaan perilaku subyek sebelum dilakukan konseling behavior dengan menggunakan teknik positive reinforcement (base rate) dan sesudah dilakukan konseling behavior dengan menggunakan teknik positive reinforcement (post rate).”

Pada penelitian ini teknik positive reinforcement yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:


(32)

37

b) siapakah yang akan diberi perlakuan, c) mengobservasi keadaan lingkungan,

d) merencanakan dan mewujudkan sebuah strategi untuk mengubah perilaku, e) mengevaluasi program yang telah dilaksanakan

G.Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dapat diperoleh dari sumber data dalam penelitian yang merupakan subyek dari mana data dapat diperoleh. Apabila peneliti menggunakan kuesioner atau wawancara dalam pengumpulan datanya, dan sumber datanya responden, yaitu orang yang merespon atau menjawab pertanyaan-pertanyaan peneliti baik pertanyaan tertulis maupun lisan. Untuk mempermudah mengidentifikasi sumber dalam pengumpulan data dapat diklasifikasikan menjadi 3 tingkatan huruf p dari bahasa inggris, yaitu :

P = person, sumber data berupa orang P = place, sumber data berupa tempat P = paper, sumber data berupa symbol

Adapun teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Observasi langsung.

Margono (2007: 158) mengemukakan observasi sebagai “pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang nampak pada objek

penelitian.” Pada metode observasi ini peneliti mengamati langsung dan mencatat hal-hal penting dalam penelitian. Dimana observasi itu sendiri merupakan teknik pengumpulan data dengan menggunakan indra sehingga tidak hanya dengan pengamatan menggunakan mata, mendengarkan, mencium, mengecap dan meraba termaksud bentuk observasi. Instrumen


(33)

38

yang digunakan dalam observasi adalah panduan pengamatan lembar pengamatan.

Pada metode observasi ini peneliti mengamati langsung dan mencatat hal-hal penting dalam penelitian. Observasi dilakukan sebelum treatment, untuk menjaring subyek penelitian, dan setelah melakukan penjaringan subyek dengan observasi lalu diadakan pretest. Jadi setelah peneliti mendapat rekomendasi subjek penelitian dari guru BK, peneliti kemudian mengobservasi ulang hasil rekomendasi tersebut.

2. Wawancara

Dilakukan interview atau wawancara langsung dengan pihak yang berhubungan dalam mendukung kelengkapan data pada proses pengumpulan data. Misalnya interview dengan guru BK., kepala sekolah, wakil kepala sekolah dan wali kelas, dan peneliti melakukan wawancara dengan guru BK.

3. Dokumentasi

Teknik digunakan untuk memperoleh data mengenai subyek penelitian, data identitas siswa, absensi, catatan kasus siswa yang membolos, keluar kelas pada pergantian jam pelajaran, dan membawa handphone ke sekolah.

H.Pengujian Instrumen Pengumpulan Data 1. Pengujian Validitas Instrumen

Validitas merupakan kepercayaan terhadap instrumen penelitian. Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan adalah lembar observasi yang berupa checklist yang merupakan pengembangan dari pedoman observasi berisi rincian dari aspek-aspek yang diobservasi. Dengan demikian


(34)

39

validitas dalam instrumen ini merupakan validitas isi, yaitu validitas yang diestimasi lewat pengujian terhadap isi tes dengan analisis rasional atau lewat professional judgment (Azwar, 2000: 45).

Pertanyaan yang dicari jawabannya dalam validasi ini adalah sejauh mana item-item dalam tes mencakup keseluruhan kawasan isi objek yang hendak diukur atau sejauh mana isi tes mencerminkan ciri atribut yang hendak diukur. Sehingga untuk mendapatkan validitas instrumen peneliti akan melakukan analisis rasional dan uji ahli untuk mengetahui sejauh mana isi lembar observasi mencerminkan ciri rendahnya disiplin pada siswa. Analisis rasional dilakukan oleh peneliti dan rekan sebaya, sementara untuk uji ahli dilakukan oleh dosen pembimbing.

Untuk menguji validitas butir-butir instrumen, dilakukan dengan mengkonsultasikan dengan ahli dimana dalam penelitian ini peneliti mengkonsultasikan dengan dosen pembimbing. Bedasarkan hasil expert Judgment, instrument penelitian ini dapat dikatakan baik karena terdapat lebih dari 70% konsensus dari tiga ahli (pendapat ahli terlampir). Bedasarkan hasil perhitungan konsensus antara tiga ahli terdapat konsensus sebesar 95,7% yang artinya instrument penelitian ini valid dan dapat digunakan.

2. Pengujian Reliabilitas Instrumen

Reliablitas menunjuk pada satu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Penelitian ini menggunakan metode


(35)

40

observasi dan dilakukan oleh dua orang observer (peneliti dan guru BK) maka dalam menentukan reliabilitas instrumen observasinya, menggunakan rumus (Arikunto, 2006: 210):

Keterangan:

KK : koefisien kesepakatan

S : sepakat, jumlah kode yang sama untuk objek yang sama N1 : jumlah kode yang dibuat oleh pengamat I

N2 : jumlah kode yang dibuat oleh pengamat II

Untuk mengetahui tinggi rendahnya reliabilitas menggunakan kriteria reliabilitas (Koestoro dan Basrowi, 2010 : 62) sebagai berikut:

0,8-1000 = sangat tinggi 0,6-0,799 = tinggi 0,4-0,599 = cukup tinggi 0,2 – 0,399 = rendah 0<0,200 = sangat rendah

Perhitungan reliabilitas instrument dalam penelitian ini menggunakan rumus koefesien kesepakatan karena metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi. Pelaksanaan uji coba dilakukan pada tanggal 12 Juni 2012, peneliti melibatkan 10 anak yang


(36)

41

berasal dari luar populasi yaitu siswa kelas IX SMP Negeri 1 Terbanggi Besar. Alasan mengapa peneliti menggunakan responden siswa kelas IX SMP Negri 1 terbanggi Besar adalah karena siswa kelas IX SMP negeri 1 Terbanggi Besar memiliki karateristik yang hampir sama dengan anak yang akan dijadikan subyek penelitian. Berikut ini merupakan hasil perhitungan reliabilitas instrument yang sebelumnya telah dilakukan uji coba di sekolah.

Bedasarkan hasil pengolahan data terdapat 30 item yang valid dengan reliabilitas melalui koefisien kesepakatan yaitu 0,88 maka dapat dikatakan instrumen ini reliabel. Berdasarkan kriteria tingkat reliabilitas di atas maka tingkat reliabilitas observasi adalah sangat tinggi.

Dari hasil uji coba yang diperoleh, maka lembar observasi ini dapat digunakan untuk mengobservasi perilaku anak yang memiliki kedisiplinan di sekolah yang rendah.

I. Teknik Analisis Data

Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data, maka data tersebut diolah untuk dianalisis. Analisis data merupakan bagian yang teramat penting dalam penelitian ilmiah, karena itu dengan analisis, data tersebut dapat diberi arti dan makna yang berguna dalam memecahkan masalah.

Subyek dalam penelitian ini terdapat enam orang sehingga distribusinya dianggap tidak normal, hal ini sesuai dengan pendapat (Sudjana, 2002: 455)


(37)

42

bahwa subjek penelitian yang kurang dari 25 distribusi datanya dianggap tidak normal. Data yang diperoleh dalam penelitian ini merupakan data ordinal, maka statistik yang digunakan adalah nonparametrik dengan menggunakan wilcoxon matched pairs test, hal ini sesuai dengan pendapat (Martono, 2010: 6) bahwa statistik yang digunakan untuk data ordinal merupakan stattistik non parametrik yaitu dengan menggunakan wilcoxon matched pairs test. Selain kedua alasan itu, data yang diperoleh peneliti merupakan dua subjek yang berhubungan yaitu peneliti hanya menggunakan satu subjek, namun diberikan perlakuan lebih dari satu kali (Martono, 2010: 144).

Penelitian ini akan menguji pretest dan posttest. Pretest merupakan hasil sebelum anak diberikan reinforcement positive dan posttest merupakan hasil setelah anak diberikan reinforcement positive. Dengan demikian peneliti dapat melihat perbedaan nilai antara pretest dan posttest melalui hasil uji Wilcoxon ini.

Adapun rumus uji Wilcoxon ini adalah sebagai berikut (Martono, 2010: 145):

Keterangan:

T = jumlah rank dengan tanda paling kecil n = jumlah data


(38)

43

Dalam pelaksanaan uji Wilcoxon untuk menganalisis kedua data yang berpasangan tersebut, dilakukan dengan menggunakan analisis uji melalui program SPSS (Statistical Package for Social Science) 17. Hasil pengujian ini kemudian disimpulkan untuk membuktikan adanya peningkatan disiplin siswa di sekolah dengan menggunakan teknik positive reinforcement.

Hasil uji wilcoxon untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 9. Hasil analisis data dengan uji signifikansi 5 % diperoleh nilai p = 0,026 ; p < 0,05. Kesimpulannya adalah kedisiplinan siswa di sekolah dapat di tingkatkan dengan menggunakan teknik positive reinforcement pada siswa kelas IX SMP Satya Dharma Sudjana Gunung Madu Tahun Pelajaran 2012/2013.


(39)

11

II. TINJAUAN PUSTAKA

A.Perilaku Disiplin Siswa di Sekolah 1. Pengertian Perilaku Disiplin

Dalam kehidupan sehari-hari sering kali orang mengatakan bahwa si X adalah orang yang memiliki disiplin tinggi, sedangkan si Y orang yang kurang disiplin. Sebutan orang yang memiliki disiplin tinggi biasanya tertuju kepada orang yang selalu hadir tepat waktu, taat terhadap peraturan, berperilaku sesuai dengan norma-norma yang berlaku, dan sejenisnya. Sebaliknya, sebutan sebagai siswa yang tidak disiplin ditunjukan kepada siswa yang kurang atau tidak mentaati peraturan berlaku.

Menurut Permana ( Nursito, 1986:14) menyatakan bahwa:

“disiplin merupakan suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui

proses dan serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan,

kepatuham, kesetiaan, keteraturan, dan ketertiban.”

Berdasarkan gambaran di atas, dapat disimpulkan bahwa disiplin adalah suatu bentuk tingkah laku di mana seseorang menaati suatu peraturan dan kebiasaan-kebiasaan sesuai dengan waktu dan tempatnya. Perilaku siswa seperti, keluar kelas pada pergantian jam pelajaran, membolos, dan membawa handphone ke sekolah merupakan bentuk ketidakdisiplinan siswa pada peraturan sekolah. Sehingga dalam mengikuti belajar di sekolah


(40)

12

seorang siswa tidak lepas dari berbagai peraturan dan tata tertib sekolah yang diberlakukan di sekolahnya dan setiap siswa dituntut untuk dapat berperilaku sesuai dengan aturan tata tertib yang berlaku di sekolahnya.

2.Faktor Penyebab Perilaku Tidak Disiplin di Sekolah

Perilaku siswa terbentuk dan dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain faktor lingkungan, keluarga, dan sekolah. Tidak dapat dipungkiri bahwa sekolah merupakan salah satu faktor dominan dalam membentuk dan mempengaruhi perilaku siswa.

Brown (dalam Rahmi, 2009: 18) mengelompokkan beberapa penyebab perilaku siswa yang tidak disiplin, sebagai berikut :

1. perilaku tidak disiplin bisa disebabkan oleh guru,

2. perilaku tidak disiplin bisa disebabkan oleh sekolah : kondisi sekolah yang kurang menyenangkan, kurang teratur dan lain-lain dapat menyebabkan perilaku tidak disiplin,

3. perilaku tidak disiplin bisa disebabkan oleh siswa-siswa yang berasal dari keluarga yang broken home.

Sedangkan menurut Slameto (1995: 56) faktor-faktor yang mempengaruhi sikap disiplin siswa di sekolah adalah sebagai berikut:

a) faktor internal, yaitu faktor yang berasal dari dalam individu 1). Kesehatan siswa

Kesehatan siswa sangat mempengaruhi siswa dalam mengikuti proses belajar di sekolah. Karena kondisi kesehatan yang sehat, siswa dapat


(41)

13

lebih berkonsentrasi dalam belajar dandapat mematuhi segala peraturan di sekolah.

2). Minat siswa

Minat adalah kecenderungan dalam individu untuk tertarik pada suatu objek atau aktivitas dan merasa senang terlibat dalam aktivitas tersebut. Minat sangat penting pengaruhnya terhadap belajar, karena bila siswa kurang berminat pada materi pelajaran yang diberikan oleh guru maka dapat dipastikan siswa kurang dapat menerima pelajaran dengan sebaik-baiknya tetapi sebaliknya bila bahan pelajaran tidak menarik minat siswa, maka bahan pelajaran ini akan mudah untuk dipelajari dan diingat karena minat siswa dapat menambah kegiatan belajar.

3). Motivasi belajar siswa

Motivasi adalah dorongan dari dalam diri siswa untuk melakukan kegiatan belajar. Motivasi sangat penting pengaruhnya terhadap belajar, karena bila seseorang siswa memiliki motivasi belajar yang baik sudah dapat dipastikan ia akan berhasil dalam belajar dan dapat melaksanakan disiplin di sekolah dengan baik.

b) Faktor eksternal

faktor eksternal merupakan faktor yang bersumber dari luar individu itu sendiri. Faktor eksternal meliputi: lingkungan tempat tinggal siswa, perhatian orang tua, keadaan keluarga, dan keadaan sekolah.


(42)

14

Dari hasil penelitian pendahulu yang telah dilakukan peneliti terdapat beberapa penyebab perilaku siswa tidak disiplin di sekolah yaitu, kondisi keluarga yang kurang harmonis yang dialami oleh siswa, siswa kurang mendapat kasih sayang dari kedua orang tua yang sering bertengkar, kedua orang tua yang bercerai, sehingga mempengaruhi perilaku siswa di sekolah tidak memiliki motivasi belajar di sekolah menjadi sering membolos, dan tidak menaati peraturan sekolah sebagai pelampiasan diri.

3.Dampak Perilaku Siswa Tidak Disiplin di Sekolah

Menurut Sudrajat (2008: 18) dalam disiplin di sekolah dampak dari perilaku siswa yang tidak disiplin di sekolah antara lain:

Siswa sering keluar kelas pada pergantian jam pelajaran mengakibatkan siswa ketinggalan mata pelajaran, tidak mendapatkan nilai, jika ketahuan guru piket ataupun dewan guru lainnya akan mendapatkan sangsi.

a. siswa tidak disiplin sering melanggar tata tertib sekolah seperti nekat membawa handphone ke sekolah, jika terkena razia oleh dewan guru maka handphone akan di sita dan siswa juga akan diberikan sangsi, b. siswa tidak disiplin sering membolos mengakibatkan siswa jadi malas

berangkat ke sekolah, siswa tidak mengetahui informasi dari sekolah, tertinggal materi pelajaran, mendapatkan skors dari pihak sekolah, terancam tidak naik kelas/tidak lulus, menimbulkan image buruk bagi teman-teman sekolah ataupun dewan guru, dampak paling fatal siswa dikeluarkan dari sekolah.


(43)

15

Dampak secara garis beras pada siswa yang tidak disiplin di sekolah, akan mendapat citra diri yang negatif dari lingkungan sekitar, melanggar peraturan sekolah dapat diberi hukuman, apabila perilaku tidak disiplin di sekolah sering muncul maka siswa tersebut bisa dikeluarkan dari sekolah

4.Tujuan Disiplin Sekolah

Dalam upaya merubah perilaku tidak disiplin di sekolah, siswa perlu memahami tujuan dari disiplin itu sendiri.

Rachman (dalam Rahmi, 2009: 20) mengemukakan bahwa tujuan disiplin sekolah adalah :

1. “memberi dukungan bagi terciptanya perilaku yang tidak menyimpang, 2. mendorong siswa melakukan yang baik dan benar,

3. membantu siswa memahami dan menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungannya dan menjauhi siswa dalam melakukan hal-hal yang di larang oleh sekolah,

4. siswa belajar hidup dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik dan bermanfaat baginya serta lingkungannya.”

Tujuan dari disiplin di sekolah secara garis besar merupakan suatu usaha untuk memelihara perilaku siswa agar tidak menyimpang dan dapat mendorong siswa untuk berperilaku sesuai dengan norma, peraturan dan tata tertib yang berlaku di sekolah.


(44)

16

5.Peranan Guru Pembimbing Dalam Menumbuhkan Disiplin Diri Siswa

Sehubungan dengan permasalahannya di atas, seorang guru pembimbing mampu menumbuhkan disiplin dalam diri siswa, terutama disiplin diri. Dalam kaitan ini, guru harus mampu melakukan hal-hal sebagai berikut : a. Membantu siswa mengembangkan pola perilaku untuk dirinya, setiap

siswa berasal dari latar belakang yang berbeda, mempunyai karakteristik yang berbeda, mempunyai kemampuan yang berbeda pula, dalam kaitan ini guru harus mampu melayani berbagai perbedaan tersebut agar setiap siswa dapat menemukan jati dirinya dan mengembangkan dirinya secara optimal.

b. Membantu siwa meningkatkan standar perilakunya karena siswa berasal dari berbagai latar belakang yang berbeda.

c. Menggunakan pelaksanaan aturan sebagai alat, di setiap sekolah terdapat aturan-aturan umum.

Sebagai guru pembimbing yang memiliki peranan dalam menumbuhkan perilaku disiplin siswa. Hal ini berkaitan dengan strategi guru pembimbing dalam merancang kedisiplinan siswa, sehingga perilaku tidak disiplin siswa di sekolah dapat diubah.

Sementara itu, Reisman dan Payne (dalam Rahmi, 2009: 22) mengemukakan strategi umum merancang disiplin siswa yaitu : “

1. Konsep diri; untuk menumbuhkan konsep diri siswa dapat berperilaku disiplin, guru disarankan untuk bersikap empati, menerima, hangat dan tebuka.

2. Ketrampilan berkomunikasi sehingga dapat mampu menerima perasaan dan mendorong kepatuhan siswa.


(45)

17

3. Konsekuensi–konsekuensi logis alami; guru disarankan dapat menunjukkan secara tepat perilaku yang salah, sehingga dapat membantu siswa dalam mengatasinya dan memanfaatkan akibat-akibat logis dari perilakunya yang salah.

4. Klarifikasi nilai; guru membantu siswa dalam menjawab pertanyaanya sendiri tentang nilai-nilai dan membentuk sistem nilainya sendiri.

5. Analisis transaksional: guru disarankan sebagai orang dewasa terutama ketika berhadapan dengan siswa yang sedang menghadapi masalah. 6. Terapi realitas; sekolah harus berupaya mengurangi kegagalan dan

meningkatkan keterlibatan. Guru perlu berfikir positif dan bertanggung jawab.

7. Disiplin dan terintegrasi; metode ini menekankan pengendalian penuh oleh guru dan untuk mengembangkan dan mempertahankan peraturannya.

8. Modifikasi perilaku; perilaku salah disebabkan oleh lingkungan. Oleh karena itu dalam pembelajaran perlu diciptakan lingkungan yang kondusif.

9. Tantangan bagi disiplin; guru diharapkan cekatan, sangat terorganisasi dan dalam pengendalian yang tegas. Pendekatan ini mengasumsikan bahwa peserta didik akan menghadapi berbagai keterbatasan pada hari-hari pertama di sekolah dan guru perlu membiarkan mereka untuk mengetahui siapa yang berada dalam posisi sebagai pemimpin.”

Konsep diri merupakan salah satu strategi yang penting dalam merancang disiplin siswa sehingga siswa tidak merasa ketergantungan dengan orang lain serta dapat mengambil keputusan sendiri dalam merubah perilaku tidak disiplin di sekolah.

Dalam penelitian ini strategi dalam merancang disiplin siswa yang peneliti

gunakan yaitu strategi no 8 “Modifikasi Perilaku” karena modifikasi

perilaku ini berhubungan dengan penelitian yang akan di lakukan oleh peneliti.

6.Bimbingan Pribadi

Melalui pelayanan bimbingan pribadi di SMP bertujuan untuk membantu siswa dalam mengenal, menemukan dan mengembangkan pribadi yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, siswa yang mandiri,


(46)

18

serta sehat jasmani dan rohani. Hal ini berkaitan dengan pemantapan perilaku siswa agar dapat berperilaku yang sesuai dengan pribadi sebagai pelajar. Pelayanan bimbingan dan konseling di Sekolah Menengah Pertama (SMP), sebagai kelanjutan dan pemantapan pelayanan bimbingan dan konseling pada jenjang pendidikan sebelumnya dengan memperhatikan karakteristik tujuan pendidikan, kurikulum dan peserta didik di SMP, yang meliputi bimbingan pribadi, karir, sosial, dan belajar.

Berikut ini merupakan rincian bidang bimbingan pribadi (Prayitno 2004) sebagai berikut : “

a) pemantapan kebiasaan dan pengembangan sikap dalam beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

b) pemahaman kekuatan diri dan arah pengembangannya melalui kegiatan yang kreatif dan produktif baik dalam sehari-hari, di masyarakat, maupun untuk peranannya di masa depan.

c) pemahaman bakat dan minat pribadi, serta penyaluran dan pengembangannya melalui kegiatan yang kreatif dan produktif.

d) pengenalan kelemahan diri dan upaya penanggulangannya, e) pemantapan kemampuan pengambilan keputusan.

f) pemantapan kemampuan mengarahkan diri sesuai dengan keputusan yang diambilnya.

g) pemantapan dalam perencanaan dan penyelenggaraan hidup sehat baik secara rohani maupun jasmaniah.”

Dengan adanya bimbingan pribadi sebagai salah satu layanan BK dalam mengatasi masalah pribadi siswa salah satunya perilaku tidak disiplin disekolah. Apabila rincian layanan bimbingan pribadi di atas dapat dipenuhi dengan baik oleh siswa, maka akan memberikan dampak positif dalam meningkatkan disiplin siswa di sekolah.


(47)

19

B.Teknik Positive Reinforcement

1. Pengertian Positive Reinforcement

Corey (1995: 412) mengemukakan bahwa:

“positive reinforcement merupakan prosedur dimana respon (tanggapan) diikuti stimulus (rangsangan) di dalamnya ada tambahan sesuatu (seperti pujian) sebagai konsekuensi dari suatu perilaku tertentu.”

Dalam usaha merubah perilaku dengan memunculkan perilaku yang diingikan salah satu caranya dengan memberikan stimulus seperti pujian, benda, reward ataupun hadiah pada subjek yang akan diberikan perlakuan. Dengan adanya pengukuhan maka perilaku yang diinginkan akan lebih sering muncul sehingga perilaku yang diinginkan cenderung meningkat sedangkan perilaku yang tidak dikehendaki semakin menurun.

Menurut Corey (1995: 412) teknik positive reinforcement merupakan prosedur dimana respon (tanggapan) yang diikuti adanya suatu stimulus dapat berupa pujian, benda, sebagai konsekuensi dari perilaku yang diinginkan muncul dan berulang. Dan untuk menentukan benda yang di inginkan oleh subjek penelitian, yaitu dengan memberikan dan menyuruh subjek penelitian mengisi kuesioner (dapat di lihat pada lampiran 5).

Berdasarkan pendapat di atas maka dapat dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan penguat adalah suatu prosedur peningkatan tingkah laku siswa yang dilakukan secara berulang-ulang sebagai kontrol terhadap tingkah laku yang diinginkan. Dan positive reinfocement adalah peristiwa atau kejadian yang


(48)

20

muncul setelah suatu resopn diberikan dapat meningkatkan frekuensi perilaku atau respon yang diharapkan.

Menyambung dari penjelasan di atas secara spesifik positive reinforcement terjadi bila telah bertemu tiga kondisi :

a.Sebuah konsekuensi diberikan tergantung pada perilakunya. b.Perilaku menjadi lebih sering terjadi

c.Perilaku menjadi lebih sering terjadi karena sebuah konsekuensi diberikan tergantung pada perilakunya.

2. Prosedur Positive Reinforcement

Sebelum melaksanakan pemberian teknik positive reinforcement terhadap siswa guna meningkatkan disiplin di sekolah baiknya kita memperhatikan prosedur pelaksanaan positive reinforcement. Prosedur positive reinforcement merupakan salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan positive reinforcement dalam meningkatkan disiplin siswa di sekolah. Hal ini dilakukan untuk mengetahui prosedur-prosedur yang dapat digunakan sehingga penelitian dapat melakukan treatment dengan baik serta untuk melihat apakah penggunaan teknik positive reinforcement untuk kalangan siswa SMP efektif atau tidak.

Menurut Ormrod (2009: 441) agar penggunaan pengukuhan lebih efektif maka perlu diperhatikan beberapa hal sebagai berikut :

1. Menentukan perilaku yang di inginkan di awal pelajaran.

Dengan menentukan perilaku akhir yang diharapkan di awal pelajaran, kita memberikan diri kita dan siswa kita target-target untuk dikejar, dan


(49)

21

kita pada akhirnya juga dapat menentukan apakah target tersebut tercapai atau tidak. Dalam penelitian ini, peneliti menentukan target siswa yang akan dijadikan subjek penelitian.

2. Identifikasikan konsekuensi-konsekuensi yang benar-benar memberikan penguatan bagi masing-masing siswa.

Penggunaan penguatannya di sesuaikan dengan karakter masing-masing siswa daripada ketika konsekuensi yang sama digunakan untuk setiap orang Pfiffner at. Al., 1985 (dalam ormrod 2009: 441). Dalam penelitian ini, peneliti menjelaskan tanda bintang sebagai token ekonomi.

3. Menggunakan penguat-penguat ekstrinsik hanya ketika perilaku yang diinginkan tidak akan terjadi tanpa penguat-penguat tersebut.

Tidak mungkin dan tidak juga tidak perlu memberikan penguatan pada setiap kelakuan baik. Lebih lanjut banyak penguatan ekstrinsik tidak efektif ketika digunakan berulang kali. (Michael, 2000; Murphy, McSweeney, Smith, dan McComas, 2003 (dalam ormrod 2009: 441)). Dalam penelitian ini, peneliti menjelaskan positive reinforcement yang akan subjek dapatkan.

4. Membuat Kontigensi respon – kontigensi eksplisit.

Penguat biasanya lebih efektif ketika siswa mengetahui secara jelas konsekuensi yang akan dihasilkan oleh masing-masing perilaku. Jika memberikan penguatan di depan umum, pastikan siswa mempunyai kesempatan untuk mendapatkannya.

Dalam usaha memperbaiki perilaku beberapa siswa, kita mungkin secara tidak sengaja mengabaikan siswa lain yang sebetulnya sama-sama layak


(50)

22

mendapatkan penguatan. Dalam penelitian ini, peneliti memberikan kontrak secara lisan kepada subjek penelitian akan program positive reinforcement yang akan subjek lakukan.

5. Jalankan penguatan secara konsisten sampai perilaku perilaku yang diinginkan terjadi sebagaimana diharapkan.

Perilaku-perilaku yang tidak diberikan penguatan seringkali menurun frekuensinya dan pada akhirnya bisa menghilang sama sekali.

6. Memonitor kemajuan siswa

Ketika kita menggunakan penguatan di kelas, untuk melihat apakah usaha-usaha kita akan mendatangkan hasil yang diinginkan, maka secara lebih spesifik mendorong kita menilai frekuensi perilaku akhir yang diinginkan baik sebelum maupun selama berusaha meningkatkannya. Frekuensi perilaku sebelum kita secara sengaja memulai penguatan disebut tingkat basis (baseline) perilaku tersebut. Beberapa perilaku sering terjadi bahkan ketika tidak diberikan penguatan secara eksplisit, sebaliknya perilaku-perilaku lainnya jarang atau sama sekali tidak terjadi. Dengan membandingkan frekuensi basis sebuah respons dengan frekuensinya setelah kita memulai menguatkannya, kita dapat menentukan apakah prosedur penguatan kita benar-benar membawa perubahan perilaku.

Berdasarkan pendapat di atas dijelaskan bahwa menyajikan pengukuhan seketika lebih efektif dari pada penyajian tertunda karena dengan kita memberikan pengukuhan seketika perilaku tersebut belum disertai dengan perilaku lain pada saat itu, serta dengan jelas dapat diketahui perilaku mana


(51)

23

yang mendapatkan pengukuhan. Setiap individu itu adalah unik dan berbeda meskipun perilaku yang akan diubah sama akan tetapi belum tentu dapat menggunakan pengukuhan yang sama dapat berhasil, oleh karenanya memilih pengukuh yang tepat bagi subjek sangat penting.

Agar perilaku yang mendapat pengukuh berulang pada saat dan tempat yang tepat, perlu diatur kondisi situasional pemberian pengukuh. Dan perlu juga ditunjang dengan komunikasi yang jelas dan subjek diminta untuk memperhatikan kondisi situasional tersebut. Mengenai banyaknya pengukuh yang akan diberikan setiap kali perlu mendapat pertimbangan mengenai bentuk pengukuh diberikan dan bagaimana hasilnya setelah mendapat pengukuhan. Kualitas pengukuh yang tidak sesuai dengan harapan penerima dapat menyebabkan efektivitasnya menurun.

Memberi pengukuh yang baru pada siswa dapat memberikan keragu-raguan maka perlu dicobakan lebih dahulu pengukuhan yang akan diberikan. Dalam memberikan pengukuhan adakalanya mendapat pengaruh saingan dari luar misalnya berupa hukuman atau pegukuhan lain. Jika terdapat saingan yang lebih kuat maka pengukuhan perlu kita tambahkan. Jadwal pengukuhan merupakan suatu program yang menentukan kapan subjek akan diberikan pengukuhan sebagai mengukuh perilaku yang diinginkan baik berkenaan dengan waktu maupun dengan jumlah reaksi yang dilakukannya.

3. Komponen Pemberian Positive Reinforcement

Sebelum teknik reinforcement diberikan pada siswa guna meningkatkan disiplin di sekolah terlebih dahulu kita mempelajari komponen yang perlu


(52)

24

diperlukan dalam praktek ini. Komponen dalam pemberian positive reinforcement dapat digunakan dalam teknik positive reinforcement sehingga memudahkan peneliti dalam menentukan komponen yang sesuai dengan subjek.

Menurut Latif (2007) dalam memberikan penguatan diperlukan penggunaan komponen ketrampilan yang tepat. Komponen tersebut adalah :

a) penguatan verbal

penguat verbal merupakan dorongan dan suatu pujian yang diucapkan oleh peneliti untuk merespon tingkah laku subjek yang diberikan oleh peneliti ketika perilaku yang diinginkan pada diri subjek muncul. Ucapan tersebut berupa kata-kata: bagus, baik, betul, benar dan tepat.

b). penguatan gestural

Pemberian penguatan gestural dapat berupa semua gerakan tubuh dari peneliti. Seperti mimik wajah yang cerah, senyuman, mengangguk, acungan jempol, tepuk tangan, memberi salam, menaikan bahu, geleng-geleng kepala dan menaikan tangan.

c). penguatan kegiatan

Penguatan dalam bentuk kegiatan banyak terjadi bila peneliti banyak menggunakan suatu kegiatan atau tugas, sehingga subyek dapat memilihnya atau menikmatinya sebagai suatu hadiah atau suatu pekerjaan atau penampilan sebelumnya. Contoh penguatan kegiatan: pulang lebih dulu, diberi istirahat lebih, bermain, olahraga, mendengarkan musik, radio, menjadi ketua, membantu siswa lain dan melihat TV.


(53)

25

d). penguatan sentuhan

Penguatan sentuhan merupakan penguatan yang terjadi bila peneliti secara fisik menyentuh subjek, misalnya: menepuk bahu subjek, berjabat tangan, merangkulnya, mengusap kepala, menaikan tangan subjek yang semuanya ditunjukan untuk penghargaan penampilan tingkah lakuatau kerja subjek.

e). penguatan tanda

Penguatan tanda apabila peneliti menggunakan berbagai simbol, apakah itu benda tulisan yang ditunjukan kepada subjek sebagai penghargaan. Penguat tanda berbentuk tulisan misalnya komentar tertulis kepada subjek, ijazah, tanda penghargaan, dan lain-lain berupa tulisan. Penguat dengan memberikan tanda bintang.

Dalam penelitan ini peneliti menggunakan seluruh penguat kepada subjek penelitian. Hal ini di harapkan agar nantinya subjek penelitian tidak bosan jika hanya diberikan satu penguat saja.

4. Langkah-langkah Positive Reinforcement

Selain memperhatikan penggunaan komponen yang tepat di sini perlu memperhatikan langkah-langkah dalam proses analisis positive reinforcement. Langkah-langkah positive reinforcement juga menjadi salah satu hal yang perlu diperhatikan, dengan adanya langkah-langkah reinforcement positive memudahkan peneliti dalam mengatasi masalah subjek.


(54)

26

Menurut Goodwin & Croates, (1976: 24-57) lima langkah dalam proses analisis tingkah laku adalah :

1) memliki target perilaku yang akan diubah, 2) siapa subyek yang akan diberi perlakuan, 3) mengobservasi keadaan lingkungan,

4) merencanakan dan mewujuddkan sebuah strategi untuk mengabah perilaku,

5) mengevaluasi program yang telah dilaksanakan.

Dalam menentukan target perilaku yang akan diubah sebelumnya dilakukan observasi awal untuk mengamati secara langsung perilaku maladaftif yang sering dilakukan siswa. Menentukan subjek penelitian atau siapa yang akan diberikan perlakukan pada penelitian yaitu berdasarkan observasi langsung dan rekomendasi dari guru bk dan guru bidang study sehingga dapat diketahui siswa yang sering malakukan perilaku tidak disiplin. Mengobservasi keadaan lingkungan dimana perilaku tidak disiplin itu sering muncul dan kemungkinan penyebab terjadinya perilaku tidak disiplin tersebut. Merancanankan strategi yang tepat digunakan dalam menangani masalah siswa tidak disiplin yaitu teknik positive reinforcement.

Setelah dilakukannnya konseling dengan menggunakan teknik positive reinforcement kemudian melakukan evaluasi program yang dilaksanankan untuk mengetahui apakah treatment yang digunakan berhasil atau tidak.

5. Keunggulan dan Kelemahan Positive Reinforcement

Latif (2007) menjelaskan mengenai keunggulan dan kelamahan penggunaan positive reinforcement, yaitu:


(55)

27

1. Keunggulan positive reinforcement

a) suatu cara yang baik untuk memperkuat kecenderungan perilaku berulang

b) merupakan suatu cara yang tepat dalam memberikan pendekatan pada siswa untuk dapat merubah perilaku tidak disiplin siswa di sekolah dengan diberikannya suatu positive reinforcement sebagai stimulus c) memberikan pengaruh positif bagi yang mendapat pengukuhan 2. Kelemahan positive reinforcement

Penggunaan teknik positive reinforcement bila dilakukan tanpa perencanaan dan terlalu sering maka akan menimbulkan kejenuhan kepada si penerima pengukuh.”

Setiap prosedur yang digunakan untuk dapat merubah perilaku yang diinginkan tentu mempunyai kelebihan dan kekurangan. Kelebihan akan dirasakan manfaatnya jika pengukuhan ini dilakukan dengan perencanaan yang cermat dan pelaksanaan yang teliti. Dan kelemahan dari suatu prosedur pengukuh ini akan terjadi apabila penggunaan pengukuh secara berlebihan dan tidak sesuai dengan prosedur yang ada dapat menimbulkan kejenuhan pada subjek dan perilaku yang diinginkan tidak tercapai.

C. Keterkaitan Antara Teknik Positive Reinforcement dengan Disiplin Siswa di Sekolah

Seorang siswa dalam mengikuti kegiatan belajar di sekolah tidak akan lepas dari berbagai peraturan dan tata tertib yang diberlakukan di sekolahnya, dan setiap siswa dituntut untuk dapat berperilaku sesuai dengan aturan dan tata tertib yang berlaku di sekolahnya. Menurut Permana, (dalam Nursisto, 1986:14) Disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui


(56)

28

proses dan serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan atau ketertiban.

Sedangkan menurut Depdiknas (1992:3), disiplin adalah tingkat konsistensi dan konsekuen seseorang terhadap suatu komitmen atau kesepakatan bersama yang berhubungan dengan tujuan yang akan dicapai waktu dan proses pelaksanaan suatu kegiatan. Sehingga dalam arti luas kedisiplinan adalah cermin kehidupan masyarakat bangsa. Maknanya, dari gambaran tingkat kedisiplinan suatu bangsa akan dapat dibayangkan seberapa tingkatan tinggi rendahnya budaya bangsa yang dimilikinya. Sementara itu cerminan kediplinan mudah terlihat pada tempat-tempat umum, lebih khusus lagi pada sekolah-sekolah dimana banyaknya pelanggaran tata tertib sekolah-sekolah yang dilakukan oleh siswa-siswa yang kurang disiplin.

Menurut Imron (2011:173) menyatakan disiplin siswa sebagai suatu sikap tertib dan teratur yang dimiliki oleh siswa di sekolah, tanpa ada pelanggaran-pelanggaran yang merugikan baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap siswa sendiri dan terhadap sekolah secara keseluruhan. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kedisiplinan siswa merupakan suatu sikap yang teratur tanpa adanya pelanggaran-pelanggaran yang dapat merugikan pihak manapun. Sehingga tercipta suatu keteraturan yang di dalam sekolah yang dapat menunjang kegiatan pembelajaran dan kegiatan akademik berjalan dengan lancar.

Di lingkungan internal sekolah pun pelanggaran terhadap berbagai aturan dan tata tertib sekolah masih sering ditemukan yang merentang dari pelanggaran


(57)

29

tingkat ringan sampai dengan pelanggaran tingkat tinggi, seperti : kasus bolos, perkelahian, nyontek, perampasan, pencurian dan bentuk-bentuk penyimpangan perilaku lainnya. Tentu saja, semua itu membutuhkan upaya pencegahan dan penanggulangganya, dan disini lah arti penting disiplin sekolah.

Wolpe (dalam Rahmi, 2009: 34) menyatakan bahwa modifikasi perilaku merupakan penerapan prinsip-prinsip belajar yang telah teruji secara eksperimental untuk mengubah perilaku yang tidak adaptif. Kebiasaan-kebiasaan yang tidak adaptif dilemahkan dan dihilangkan, perilaku adaptif ditimbulkan dan dikukuhkan.

Dalam usaha merubah perilaku maladaptif menjadi perilaku adaptif perlu adanya suatu penerapan prinsip proses belajar dan adanya suatu teknik yang dapat mengukukuhkan perilaku yang adaptif. Dimana dalam modifikasi perilaku ini memerlukan penanganan dengan perencanaan dan monitoring serta evaluasi secara tepat agar tercapainya perilaku yang diinginkan. Langkah-langkah dalam modifikasi perilaku harus direncanakan terlebih dahulu. Perencanaan ini dapat dibicarakan dan dimintakan persetujuan subjek agar kooperatif, serta teknik pendekatan uang digunakan harus berpotensial dalam mengatasi perilaku yang dipermasalahkan.

Menurut Corey (1995: 412) teknik positive reinforcement merupakan prosedur dimana respon (tanggapan) yang diikuti adanya suatu stimulus dapat berupa pujian, benda, sebagai konsekuensi dari perilaku yang diinginkan muncul dan berulang. Pendapat tersebut di jadikan landasan teori dalam pemberian teknik


(58)

30

positive reinforcement terhadap perilaku tidak disiplin di sekolah, dengan maksud dan tujuan merubah perilaku tidak disiplin menjadi displin.

Skinner (Ormrod,2008: 431) menyatakan bahwa:

“Prinsip dasar perubahan perilaku adalah sebuah respon diperkuat, dan karenanya mungkin akan terjadi lagi ketika respon tersebut diikuti oleh sebuah stimulus yang menguatkan (reinforcement).”

Ormrod (2008:432) menyatakan bahwa seorang guru yang memuji para siswanya hanya ketika mereka berperilaku secara pantas membuat penguatan yang berdekatan (kontingen) dengan perilaku yang diinginkan. Sebaliknya guru yang menertawakan seorang siswa yang berperilaku tidak pantas juga sedang melakukan penguatan bahkan ketika sebuah respon yang diinginkan belum terjadi. Konsekuensinya perilaku siswa tersebut tidak mungkin di perbaiki. Dari penjelasan di atas dapat di simpulkan bahwa dalam memberikan penguatan (reinforcement) pada siswa dapat mengubah perilaku siswa, termaksud mengubah perilaku siswa yang tidak disiplin menjadi disiplin.

Penguat reinforcement ada 2 macam yaitu:

1. Positive Reinforcement dimana peristiwa atau kejadian yang muncul setelah suatu respon dapat meningkatkan frekuensi perilaku atau respon yang diharapkan.

2. Negatif Reinforcement dimana meningkatnya suatu perilaku melalui penghilangan sebuah stimulus (biasanya stimulus yang tidak menyenangkan).


(59)

31

Dalam penelitian yang akan dilakukan, peneliti menggunakan teknik positive reinforcement dalam meningkatkan disiplin siswa di sekolah. Dalam menerapkan positive reinforcement, peneliti menggunakan penguatan tanda sebagai penghargaan kepada subjek siswa SMP dengan menentukan bentuk tanda apa yang sesuai dengan pribadi subjek yang harus disepakati bersama. sehingga melalui teknik ini diharapkan dapat meningkatkan disiplin siswa kelas IX SMP Satya Dharma Sudjana Gunung Madu Lampung Tengah tahun ajaran 2012/2013.


(1)

Menurut Goodwin & Croates, (1976: 24-57) lima langkah dalam proses analisis tingkah laku adalah :

1) memliki target perilaku yang akan diubah, 2) siapa subyek yang akan diberi perlakuan, 3) mengobservasi keadaan lingkungan,

4) merencanakan dan mewujuddkan sebuah strategi untuk mengabah perilaku,

5) mengevaluasi program yang telah dilaksanakan.

Dalam menentukan target perilaku yang akan diubah sebelumnya dilakukan observasi awal untuk mengamati secara langsung perilaku maladaftif yang sering dilakukan siswa. Menentukan subjek penelitian atau siapa yang akan diberikan perlakukan pada penelitian yaitu berdasarkan observasi langsung dan rekomendasi dari guru bk dan guru bidang study sehingga dapat diketahui siswa yang sering malakukan perilaku tidak disiplin. Mengobservasi keadaan lingkungan dimana perilaku tidak disiplin itu sering muncul dan kemungkinan penyebab terjadinya perilaku tidak disiplin tersebut. Merancanankan strategi yang tepat digunakan dalam menangani masalah siswa tidak disiplin yaitu teknik positive reinforcement.

Setelah dilakukannnya konseling dengan menggunakan teknik positive reinforcement kemudian melakukan evaluasi program yang dilaksanankan untuk mengetahui apakah treatment yang digunakan berhasil atau tidak.

5. Keunggulan dan Kelemahan Positive Reinforcement

Latif (2007) menjelaskan mengenai keunggulan dan kelamahan penggunaan positive reinforcement, yaitu:


(2)

1. Keunggulan positive reinforcement

a) suatu cara yang baik untuk memperkuat kecenderungan perilaku berulang

b) merupakan suatu cara yang tepat dalam memberikan pendekatan pada siswa untuk dapat merubah perilaku tidak disiplin siswa di sekolah dengan diberikannya suatu positive reinforcement sebagai stimulus c) memberikan pengaruh positif bagi yang mendapat pengukuhan 2. Kelemahan positive reinforcement

Penggunaan teknik positive reinforcement bila dilakukan tanpa perencanaan dan terlalu sering maka akan menimbulkan kejenuhan kepada si penerima pengukuh.”

Setiap prosedur yang digunakan untuk dapat merubah perilaku yang diinginkan tentu mempunyai kelebihan dan kekurangan. Kelebihan akan dirasakan manfaatnya jika pengukuhan ini dilakukan dengan perencanaan yang cermat dan pelaksanaan yang teliti. Dan kelemahan dari suatu prosedur pengukuh ini akan terjadi apabila penggunaan pengukuh secara berlebihan dan tidak sesuai dengan prosedur yang ada dapat menimbulkan kejenuhan pada subjek dan perilaku yang diinginkan tidak tercapai.

C. Keterkaitan Antara Teknik Positive Reinforcement dengan Disiplin Siswa

di Sekolah

Seorang siswa dalam mengikuti kegiatan belajar di sekolah tidak akan lepas dari berbagai peraturan dan tata tertib yang diberlakukan di sekolahnya, dan setiap siswa dituntut untuk dapat berperilaku sesuai dengan aturan dan tata tertib yang berlaku di sekolahnya. Menurut Permana, (dalam Nursisto, 1986:14) Disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui


(3)

proses dan serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan atau ketertiban.

Sedangkan menurut Depdiknas (1992:3), disiplin adalah tingkat konsistensi dan konsekuen seseorang terhadap suatu komitmen atau kesepakatan bersama yang berhubungan dengan tujuan yang akan dicapai waktu dan proses pelaksanaan suatu kegiatan. Sehingga dalam arti luas kedisiplinan adalah cermin kehidupan masyarakat bangsa. Maknanya, dari gambaran tingkat kedisiplinan suatu bangsa akan dapat dibayangkan seberapa tingkatan tinggi rendahnya budaya bangsa yang dimilikinya. Sementara itu cerminan kediplinan mudah terlihat pada tempat-tempat umum, lebih khusus lagi pada sekolah-sekolah dimana banyaknya pelanggaran tata tertib sekolah-sekolah yang dilakukan oleh siswa-siswa yang kurang disiplin.

Menurut Imron (2011:173) menyatakan disiplin siswa sebagai suatu sikap tertib dan teratur yang dimiliki oleh siswa di sekolah, tanpa ada pelanggaran-pelanggaran yang merugikan baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap siswa sendiri dan terhadap sekolah secara keseluruhan. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kedisiplinan siswa merupakan suatu sikap yang teratur tanpa adanya pelanggaran-pelanggaran yang dapat merugikan pihak manapun. Sehingga tercipta suatu keteraturan yang di dalam sekolah yang dapat menunjang kegiatan pembelajaran dan kegiatan akademik berjalan dengan lancar.

Di lingkungan internal sekolah pun pelanggaran terhadap berbagai aturan dan tata tertib sekolah masih sering ditemukan yang merentang dari pelanggaran


(4)

tingkat ringan sampai dengan pelanggaran tingkat tinggi, seperti : kasus bolos, perkelahian, nyontek, perampasan, pencurian dan bentuk-bentuk penyimpangan perilaku lainnya. Tentu saja, semua itu membutuhkan upaya pencegahan dan penanggulangganya, dan disini lah arti penting disiplin sekolah.

Wolpe (dalam Rahmi, 2009: 34) menyatakan bahwa modifikasi perilaku merupakan penerapan prinsip-prinsip belajar yang telah teruji secara eksperimental untuk mengubah perilaku yang tidak adaptif. Kebiasaan-kebiasaan yang tidak adaptif dilemahkan dan dihilangkan, perilaku adaptif ditimbulkan dan dikukuhkan.

Dalam usaha merubah perilaku maladaptif menjadi perilaku adaptif perlu adanya suatu penerapan prinsip proses belajar dan adanya suatu teknik yang dapat mengukukuhkan perilaku yang adaptif. Dimana dalam modifikasi perilaku ini memerlukan penanganan dengan perencanaan dan monitoring serta evaluasi secara tepat agar tercapainya perilaku yang diinginkan. Langkah-langkah dalam modifikasi perilaku harus direncanakan terlebih dahulu. Perencanaan ini dapat dibicarakan dan dimintakan persetujuan subjek agar kooperatif, serta teknik pendekatan uang digunakan harus berpotensial dalam mengatasi perilaku yang dipermasalahkan.

Menurut Corey (1995: 412) teknik positive reinforcement merupakan prosedur dimana respon (tanggapan) yang diikuti adanya suatu stimulus dapat berupa pujian, benda, sebagai konsekuensi dari perilaku yang diinginkan muncul dan berulang. Pendapat tersebut di jadikan landasan teori dalam pemberian teknik


(5)

positive reinforcement terhadap perilaku tidak disiplin di sekolah, dengan maksud dan tujuan merubah perilaku tidak disiplin menjadi displin.

Skinner (Ormrod,2008: 431) menyatakan bahwa:

“Prinsip dasar perubahan perilaku adalah sebuah respon diperkuat, dan karenanya mungkin akan terjadi lagi ketika respon tersebut diikuti oleh sebuah stimulus yang menguatkan (reinforcement).”

Ormrod (2008:432) menyatakan bahwa seorang guru yang memuji para siswanya hanya ketika mereka berperilaku secara pantas membuat penguatan yang berdekatan (kontingen) dengan perilaku yang diinginkan. Sebaliknya guru yang menertawakan seorang siswa yang berperilaku tidak pantas juga sedang melakukan penguatan bahkan ketika sebuah respon yang diinginkan belum terjadi. Konsekuensinya perilaku siswa tersebut tidak mungkin di perbaiki. Dari penjelasan di atas dapat di simpulkan bahwa dalam memberikan penguatan (reinforcement) pada siswa dapat mengubah perilaku siswa, termaksud mengubah perilaku siswa yang tidak disiplin menjadi disiplin.

Penguat reinforcement ada 2 macam yaitu:

1. Positive Reinforcement dimana peristiwa atau kejadian yang muncul setelah suatu respon dapat meningkatkan frekuensi perilaku atau respon yang diharapkan.

2. Negatif Reinforcement dimana meningkatnya suatu perilaku melalui penghilangan sebuah stimulus (biasanya stimulus yang tidak menyenangkan).


(6)

Dalam penelitian yang akan dilakukan, peneliti menggunakan teknik positive reinforcement dalam meningkatkan disiplin siswa di sekolah. Dalam menerapkan positive reinforcement, peneliti menggunakan penguatan tanda sebagai penghargaan kepada subjek siswa SMP dengan menentukan bentuk tanda apa yang sesuai dengan pribadi subjek yang harus disepakati bersama. sehingga melalui teknik ini diharapkan dapat meningkatkan disiplin siswa kelas IX SMP Satya Dharma Sudjana Gunung Madu Lampung Tengah tahun ajaran 2012/2013.


Dokumen yang terkait

UPAYA MENINGKATKAN INTERAKSI SOSIAL DENGAN MENGGUNAKAN KONSELING KELOMPOK PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 3 GEDONG TATAAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 13 74

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN DISKUSI PADA MATA PELAJARAN IPS DI KELAS IX.2 SEMESTER GENAP SMP PGRI BATANGHARI TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 6 62

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN DISKUSI PADA MATA PELAJARAN IPS DI KELAS IX.2 SEMESTER GENAP SMP PGRI BATANGHARI TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 6 63

UPAYA MENINGKATKAN DISIPLIN PADA TATA TERTIB SEKOLAH DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK POSITIVE REINFORCEMENT PADA SISWA KELAS IX SMP SATYA DHARMA SUDJANA GUNUNG MADU TAHUN PELAJARAN 2012/2013

1 18 59

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PROBLEM-BASED LEARNING PADA MATA PELAJARAN IPS DI KELAS VII.D SEMESTER GENAP PADA SMP NEGERI 1 PULAU PANGGUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 6 36

MENINGKATKAN PERILAKU DISIPLIN BERLALU LINTAS DENGAN MENGGUNAKAN LAYANAN KONSELING KELOMPOK PADA SISWA KELAS XI SMA BINA MULYA KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

3 55 56

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MENGARANG IMAJINATIF DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA SISWA KELAS IV SDN 1 GUNUNG RAYA TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 9 60

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MENGARANG IMAJINATIF DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA SISWA KELAS IV SDN GUNUNG RAYA TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 5 64

PENINGKATAN MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN MENGGUNAKAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK PADA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 1 LIWA TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 2 36

PENGARUH POSITIVE REINFORCEMENT TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA KELAS V SD NEGERI I LABUHAN RATU TAHUN PELAJARAN 2014/2015

0 12 61