MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MENGARANG IMAJINATIF DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA SISWA KELAS IV SDN GUNUNG RAYA TAHUN PELAJARAN 2012/2013

(1)

ABSTRAK

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MENGARANG IMAJINATIF DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR PADA

MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA SISWA KELAS IV SDN 1 GUNUNG RAYA

TAHUN PELAJARAN 2012/2013 OLEH :

TAYIB

Penelitian ini dilatar belakangi oleh rendahnya hasil mengarang imajinatif siswa kelas IV SDN 1 Gunung Raya. Berdasarkan hasil ulangan harian Bahasa Indonesia di semester ganjil masih banyak siswa yang dibawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) dengan nilai rata-rata 60 sedangkan KKM yang telah ditetapkan sebesar 65, penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar mengarang imajinatif siswa kelas IV SDN 1 Gunung Raya dengan menggunakan media gambar.

Penelitian ini menggunakan pendekatan PTK (Penelitian Tindakan Kelas). Prosedur penelitian berbentuk siklus, setiap siklus terdiri dari 4 kegiatan pokok yaitu : perencanaan, pelaksanaan, observasi, refleksi. Alat pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi dan tes hasil belajar, analisis data dalam penelitian ini bersifat kualitatif dan kuantitatif.

Hasil penelitian dapat diketahui bahwa melalui penggunaan media gambar dapat meningkatkan hasil belajar mengarang imajinatif siswa kelas IV SDN 1 Gunung Raya pada mata pelajaran Bahsa Indonesia yang terlihat dari proses pembelajaran diakhir siklus terlihat mengalami peningkatan yang cukup baik. Pada siklus I nilai rata-rata sebesar 63, siklus II sebesar 66, dan siklus III sebesar 71 dengan peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 15,78% dan siklus II ke siklus III sebesar 26,31%.


(2)

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MENGARANG IMAJINATIF DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR PADA

MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA SISWA KELAS IV SDN 1 GUNUNG RAYA

TAHUN PELAJARAN 2012/2013 OLEH :

TAYIB SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan

Pada

Program studi S-1 PGSD Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

PROGRAM S1-PGSD GURU DALAM JABATAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG 2014


(3)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Desa Gunung Raya Kec. Marga Sekampung, Lampung Timur pada tanggal 05 Juli 1970, sebagai anak ketiga dari Enam bersaudara pasangan Bapak Raden Jakso dan Ibu Hadijah.

Riwayat Pendidikan Peneliti :

1. SDN 1 Gunung Raya tamat tahun 1984 2. SMPN Sekampung tamat tahun 1987 3. SPG PGRI Metro tamat tahun 1990 4. STIT Agus Salim Metro tamat tahun 2007

5. Universitas Lampung, Program Studi S-1 PGSD dari tahun 2010 sampai sekarang.


(4)

(5)

(6)

(7)

MOTO

“ Dan Alloh mengeluarkan kamu dari perut ibumu Dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun,

Dan Dia memberi kamu pendengaran, Pengelihatan dan hati, agar

Kamu bersyukur.” ( Q.S. An-Nahl : 78 )


(8)

PERSEMBAHAN

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Alloh SWT penguasa alam semesta, yang telah memberikan kesehatan jasmani dan rohani, memberikan akal dan semangat untuk senantiasa bertawakal.

Sholawat teriring salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW.

Kupersembahkan karya sederhana ini untuk :

Kedua orang tuaku yang selalu menuntunku dan mendo’akan dengan setulus hati pada setiap langkah dan tujuanku, semoga dalam setiap kata yang terucap sebagai do’a dan mendapat balasan dari-Nya.

Istriku tercinta Maryam dan anak-anakku, Annisa AR, Tatang. S, dan Tirta Rifki yang aku sayangi yang selalu mendo’akan dan memberikan dukungan serta semangat kepadaku.


(9)

KATA PENGANTAR Bismillahirrohmannirrohim

Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Alloh S.W.T yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Sholawat teriring salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad S.A.W.

Skripsi dengan judul ”Meningkatkan Hasil Belajar Mengarang Imajinatif Dengan Menggunakan Media Gambar Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas IV SDN 1 Gunung Raya Tahun Pelajaran 2012 / 2013” adalah salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini penulis ucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Harianto, M.Si., selaku Rektor Universitas Lampung yang telah memberikan kemudahan pada peneliti sehingga terselesaikannya skripsi ini.

2. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., sekalu Dekan FKIP Universitas Lampung yang telah memberikan kemudahan pada peneliti sehingga terselesaikannya skripsi ini.

3. Bapak Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd., selaku ketua jurusan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung yang telah memberikan kemudahan pada peneliti sehingga terselesaikannya skripsi ini.

4. Bapak Dr. Hi. Darsono, M.Pd., selaku ketua program studi PGSD Universitas Lampung yang telah memberikan kemudahan pada peneliti sehingga terselesaikannya skripsi ini.


(10)

5. Bapak Drs. Siswantoro, M.Pd., selaku pembimbing utama yang telah memberi Ilmu Pengetahuan dan masukan terhadap skripsi ini, dan meluangkan waktu dalam mengoreksi skripsi sehingga menjadikan karya ini menjadi lebih baik. 6. Bapak. Drs. Rapani, M.Pd., selaku pembahas yang telah meluangkan waktu

untuk mengoreksi dan memberikan masukan, saran dan motivasi sehingga penulis semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Bapak dan ibu dosen serta staf PGSD UPP Metro yang telah banyak membantu kelancaran penyusunan skripsi ini.

8. Bapak Sunarto, S.Pd., Kepala SDN 1 Gunung Raya, Kec. Marga Sekampung, serta Dewan Guru dan staf Administrasi yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

9. Untuk seluruh keluarga besarku tercinta (terimakasih banyak atas do’a nya) 10.Almamaterku Universitas Lampung

11.Semua pihak yang telah membantu kelancaran dalam penyusunan skripsi ini.

Semoga Allah SWT, membalas kebaikan kalian semua, dan skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung, 19 Februari 2014 Penulis

TAYIB


(11)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

ABSTRAK ... ii

SAMPUL DALAM ... iii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iv

HALAMAN PENGESAHAN ... v

HALAMAN PERNYATAAN ... vi

RIWAYAT HIDUP ... vii

MOTTO ... viii

PERSEMBAHAN ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GRAFIK ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 8

C. Perumusan Masalah ... 8

D. Pemecahan Masalah ... 9

E. Tujuan Penelitian ... 9

F. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pustaka Yang Menyangkut Variabel ... 11

1. Pengertian Hasil Belajar ... 11


(12)

3. Model Pembelajaran Imajinatif ... 17

4. Melengkapi Cerita Rumpang ... 21

B. Kerangka Pikir ... 21

C. Hipotesis Tindakan ... 21

BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Tindakan Kelas ... 22

B. Setting Penelitian ... 22

C. Sasaran Penelitian ... 22

D. Rencana Penelitian ... 23

1. Perencanaan ... 27

2. Pelaksanaan Tindakan ... 27

3. Observasi ... 28

4. Refleksi ... 28

D. Teknik Pengumpulan Data ... 29

1. Metode Observasi ... 29

2. Metode Interview ... 29

3. Metode Dokumentasi ... 29

E. Teknik Analisis Data ... 30

F. Indikator Keberhasilan ... 30

G. Jadwal Penelitian ... 32


(13)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Keadaan guru dan penjaga SDN 1 Gunung Raya 50

2. Keadaan siswa SDN 1 Gunung Raya 50

3. Rekapitulasi aktivitas belajar siswa pada siklus I 58

4. Rekapitulasi kinerja guru pada siklus I 59

5. Rekapitulasi hasil belajar siswa pada siklus I 61 6. Rekapitulasi aktivitas belajar siswa pada siklus II 69 7. Rekapitulasi kinerja guru pada siklus II 70 8. Rekapitulasi hasil belajar siswa pada siklus I I 71 9. Rekapitulasi aktivitas belajar siswa pada siklus III 80 10.Rekapitulasi kinerja guru pada siklus III 81 11.Rekapitulasi hasil belajar siswa pada siklus I II 82 12.Rekapitulasi kemampuan siswa dalam kegiatan

mengarang cerita pengalaman dengan menggunakan

media gambar pada siklus I, II dan III 85

13.Rekapitulasi rata-rata perolehan nilai tiap aspek pada tiap siklus 86 14.Rekapitulasi aktivitas belajar siswa siklus I, II dan III 87 15.Rekapitulasi presentase kinerja guru dalam proses pembelajaran 91 16.Rekapitulasi kemampuan siswa dalam proses pembelajaran 93


(14)

DAFTAR GRAFIK

Grafik Halaman

1. Rekapitulasi presentase aktivitas belajar siswa siklus I, II, II 90 2. Rekapitulasi presentase kinerja guru siklus I,II, III 92 3. Rekapitulasi nilai kemampuan siswa pada pembelajaran 94


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Surat izin penelitian dari Universitas 96

2. Surat keterangan dari kepala sekolah 97

3. Soal post test pada siklus I, II dan III 98

4. Silabus 99

5. RPP Siklus I 100

6. Daftar hadir siklus I 104

7. Lembar observasi aktivitas siswa sikus I pertemuan 1 105 8. Lembar observasi aktivitas siswa sikus I pertemuan 2 106

9. Daftar nilai siswa siklus I 107

10.Hasil nilai pada komponen menulis cerita pengalaman 108 11.Alat penilaian kemampuan guru ( APKG ) siklus I per 1 114 12.Alat penilaian kemampuan guru ( APKG ) siklus I per 2 117

13.Hasil cerita pengalaman siswa siklus I 121

14.Daftar hadir siklus II 129

15.Lembar observasi aktivitas siswa sikus II pertemuan 1 130 16.Lembar observasi aktivitas siswa sikus II pertemuan 2 131

17.Daftar nilai siswa siklus II 132

18.Hasil nilai pada komponen menulis cerita pengalaman 133 19.Alat penilaian kemampuan guru ( APKG ) siklus II per 1 139 20.Alat penilaian kemampuan guru ( APKG ) siklus II per 2 142 21.Hasil cerita pengalaman siswa siklus II 146

22.Daftar hadir siklus III 129

23.Lembar observasi aktivitas siswa sikus III pertemuan 1 130 24.Lembar observasi aktivitas siswa sikus III pertemuan 2 131

25.Daftar nilai siswa siklus III 161

26.Hasil nilai pada komponen menulis cerita pengalaman 162 27.Alat penilaian kemampuan guru ( APKG ) siklus III per 1 163 28.Alat penilaian kemampuan guru ( APKG ) siklus III per 2 164


(16)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (UU SPN) No. 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 1, dinyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara. Untuk membentuk peserta didik yang berkompeten diberbagai bidang, peran bahasa memiliki andil besar di dalamnya, karena bahasa merupakan alat komunikasi yang penting dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu hal yang menunjukkan pentingnya bahasa adalah fungsinya sebagai pemersatu bahasa di nusantara.

Selain bahasa sebagai alat komunikasi, Lerner (dalam Mulyono, 2003: 182-183), mengungkapkan bahwa bahasa merupakan salah satu kemampuan terpenting manusia yang memungkinkan ia unggul atas makhluk-mkhluk lain di muka bumi. Bahasa adalah suatu sistem komunikasi yang terintegrasi,


(17)

mencakup bahasa ujaran, membaca, dan menulis. Dalam belajar bahasa terdapat 4 keterampilan yang harus dikuasai seseorang untuk dapat menggunakan bahasa dengan baik. Keterampilan tersebut antara lain menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Keterampilan membaca dan menyimak merupakan keterampilan berbahasa yang bersifat reseptif, sedangkan keterampilan berbicara dan menulis merupakan keterampilan berbahasa yang bersifat produktif.

Wiyanto (2006 : 6-7) mengemukakan bahwa dalam kegiatan menulis memerlukan sejumlah potensi pendukung yang untuk mencapainya diperlukan kesungguhan, kemauan keras, serta harus belajar dan berlatih dengan sungguh-sungguh dan terus menerus dalam waktu yang cukup lama. Dengan demikian, wajar bila dikatakan bahwa menciptakan iklim budaya tulis akan mendorong seseorang menjadi lebih aktif, kreatif, dan lebih cerdas. Hal ini bisa terjadi karena untuk mempersiapkan sebuah tulisan, sejumlah komponen harus dikuasai, mulai dari hal-hal yang sederhana, seperti memilih kata, merakit kalimat, sampai ke hal-hal yang agak rumit, yaitu merakit paragraph.

Berdasarkan pengamatan penulis pada pra-penelitian, siswa kelas IV SDN 1 Gunung Raya belum lancar atau belum mampu mengarang cerita pengalaman dengan baik. Pada saat pembelajaran berlangsung, masih banyak siswa yang kurang antusias dan tidak menyimak materi yang disampaikan oleh guru, sehingga hasil belajar siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia masih rendah. Hal ini terlihat pada hasil rata-rata ulangan harian Bahasa Indonesia pada mata pelajaran mengarang cerita pengalaman pada semester genap tahun pelajaran 2012/2013 yaitu 57 sedangkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan adalah 75. dalam pembelajaran Bahasa Indonesia terlihat kekurangmampuan siswa pada mata pelajaran mengarang cerita pengalaman. Hal ini dikarenakan belum digunakannya media yang dapat


(18)

menunjang proses pembelajaran, serta pola mengajar yang masih bersifat teacher centred.

Dalam pelaksanaan pembelajaran, ternyata tidak semua aspek keterampilan berbahasa dapat ditanamkan dengan mudah kepada anak. Banyak faktor yang menjadi kendala dalam pembelajaran bahasa, salah satu diantaranya adalah kurangnya pemanfaatan media pembelajaran. Guru sering mengalami kesulitan untuk memilih media yang tepat sehingga guru menjadi enggan untuk mengajar dengan menggunakan media, dan pembelajaran menulis kurang diperhatikan oleh siswa.

Untuk menyiasati hal tersebut, guru harus melakukan tindakan yang dapat mengubah suasana pembelajaran dan melibatkan siswa aktif dalam proses pembelajaran. Kehadiran media pembelajaran memiliki peran yang sangat penting demi tercapainya tujuan pembelajaran. Dalam hal mengarang cerita pengalaman, salah satu media pembelajaran penunjangnya dapat ditempuh dengan menggunakan media gambar. Seperti yang dikemukakan oleh Arsyad (2006 : 17) bahwa, lambang visual atau gambar dapat memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar. Gambar yang sigunakan sebagai media pembelajaran harus artistic dalam arti gambar tersebut mempertimbangkan factor-faktor seperti komposisi, pewarnaan yang efektif, serta teknik pengambilan dan pemrosesan yang baik. Selanjutnya, gambar harus cukup


(19)

besar dan jelas untuk kelompok siswa yang dihadapi. Penggunaan media gambar ini juga dimaksudkan untuk mengatasi kendala pengadaan media realia. Jadi, jika guru tidak dapat menampilkan media nyata dalam pembelajaran, kehadiran gambar dapat membantu mengatasi permasalahan tersebut.

Pada kenyataannya, media pembelajaran memiliki peran yang sangat besar dalam proses pembelajaran, seperti yang diungkapkan Hamalik (dalam Arsyad, 2002 : 15-16), bahwa penggunaan media pembelajaran dalam proses pembelajaran dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan pembelajaran, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Penggunaan media pembelajaran pada tahap orientasi pembelajaran akan sangat membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian pesan serta isi pelajaran pada saat itu.

Pelajaran mengarang sebenarnya sangat penting diberikan kepada murid untuk melatih menggunakan bahas secara aktif. Di samping itu, pengajaran mengarang di dalamnya secara otomatis mencakup banyak unsur kebahasaan termasuk kosa kata dan keterampilan penggunaan bahasa itu sendiri dalam bentuk bahasa tulis. Akan tetapi dalam hal ini guru bahasa Indonesia dihadapkan pada dua masalah yang sangat dilematis. Di satu sisi guru bahasa harus dapat menyelesaikan target kurikulum yang harus dicapai dalam kurun


(20)

waktu yang telah ditentukan. Sementara di sisilain posi waktu yang disediakan untuk pelajaran mengarang seharusnya dibutuhkan waktu yang cukup panjang, karena diperlukan latihan-latihan yang cukup untukmemberikan siswa dalam karang-mengarang. Dari dua persoalan tersebut kiranya dibutuhkan kreative guru untuk mengatur sedemikian rupa sehingga materi pelajaran mengarang dapat diberikan semaksimal mungkin dengan tidak mengesampingkan materi yang lain.

Berdasarkan uraian di atas, maka dalam penelitian ini akan difokuskan pada upaya meningkatkan kemampuan mengarang siswa di SDN 1 Gunung Raya khususnya dalam mengarang cerita pengalaman. Oleh karena itu, penulis melakukan Penelitian Tindakan Kelas dengan mengambil judul ”Meningkatkan Hasil Belajar Mengarang Imajinatif Dengan Menggunakan Media Gambar Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas IV SDN 1 Gunung Raya Tahun Pelajaran 2012/2013”.

B. IDENTIFIKASI MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, perlu diidentifikasikan permasalahan yang ada, yaitu sebagai berikut :

1. Rendahnya hasil belajar siswa SDN 1 Gunung Raya dalam mengarang cerita pengalaman.


(21)

2. Rendahnya kemampuan siswa SDN 1 Gunung Raya dalam mengarang cerita pengalaman yang terbukti pada hasil belajar Bahasa Indonesia belum mencapai standar KKM 65.

3. Guru kelas IV SDN 1 Gunung Raya belum menggunakan media gambar yang dapat meningkatkan hasil belajar khususnya dalam mengarang cerita pengalaman.

C. PEMBATASAN MASALAH

Masalah dalam penelitian ini perlu dibatasi agar penelitian dapat terarah dan terfokus secara cermat. Masalah tersebut difokuskan sebagai berikut : ”Meningkatkan hasil belajar mengarang imajinatif siswa kelas IV SDN 1 Gunung Raya dalam kegiatan mengarang cerita pengalaman.

D. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, dalam penelitian ini perlu dirumuskan permasalahan yang akan diteliti serta pemecahan masalahnya. Adapun permasalahan tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut.

”Bagaimanakah penggunaan media gambar untuk meningkatkan hasil dan kemampuan mengarang cerita pengalaman pada pembelajaran Bahasa Indonesia siswa kelas IV SDN 1 Gunung Raya”.


(22)

E. TUJUAN PENELITIAN

Dari rumusan masalah penelitian yang telah diuraikan di atas, maka tujuan dari Penelitian Tindakan Kelas ini adalah untuk :

1. Meningkatkan hasil belajar mengarang cerita pengalaman siswa kelas IV SDN 1 Gunung Raya pada mata pelajaran Bahasa Indonesia melalui penggunaan media gambar.

2. Meningkatkan kemampuan siswa kelas IV SDN 1 Gunung Raya dalam mengarang cerita pengalaman pada mata pelajaran Bahasa Indonesia melalui penggunaan media gambar.

F. MANFAAT PENELITIAN

Hasil Penelitian Tindakan Kelas ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi :

1. Siswa

a. Dapat meningkatkan hasil belajar mengarang siswa kelas IV SDN 1 Gunung Raya dalam mengarang cerita pengalaman melalui penggunaan media gambar.

b. Dapat meningkatkan kemampuan siswa kelas IV SDN 1 Gunung Raya dalam mengarang cerita pengalaman pada mata pelajaran Bahasa Indonesia melalui penggunaan media gambar.

2. Guru

Sebagai bahan masukan bagi guru untuk meningkatkan kualitas pembelajarannya, guru dapat meningkatkan suasana pembelajaran yang


(23)

menyenangkan serta membangkitkan minat siswa dengan menggunakan media gambar yang menarik dan bervariasi selain itu guru dapat meningkatkan profesionalitas dirinya karena dengan Penelitian Tindakan Kelas guru dapat memperbaiki kinerjanya dalam menyampaikan materi pembelajaran, sehingga dapat menjadi guru yang kompeten.

3. Sekolah ( SDN 1 Gunung Raya )

Sebagai bahan masukan bagi sekolah dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan melalui penggunaan media gambar sebagai inovasi, pembelajaran yang cepat berlangsung secara aktif, inovatif, kreatif, menyenangkan secara efektif dan efisien khususnya dalam pembelajaran mengarang cerita pengalaman.

4. Peneliti

Dapat meningkatkan kompetensi pada diri peneliti sekaligus memberikan pengalaman tentang Penelitian Tindakan Kelas sehingga dapat menjadi guru yang profesional dikemudian hari.


(24)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. HASIL BELAJAR 1. Pengertian Belajar

Menurut Hamalik, (2006:30) belajar merupakan suatu perilaku. Pada saat seseorang belajar, maka responnya menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila tidak belajar maka responsnya menurun. Pendapat yang berbeda juga diungkapkan oleh Gagne (dalam Dimyati dan Mudjiono, 2002:10) bahwa belajar adalah kegiatan yang kompleks. Setelah belajar, seseorang memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai.

Selanjutnya, Piaget (dalam Dimyati dan Mudjiono, 2002:13) menyatakan bahwa, pengetahuan dibentuk oleh individu, sebab individu melakukan interaksi terus menerus dengan lingkungan. Selalu memahami perubahan. Dengan adanya interaksi dengan lingkungan maka fungsi intelektual semakin berkembang.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa merupakan suatu proses yang komplek, dimana pengetahuan dibangun pada saat proses pembelajaran.


(25)

Belajar juga merupakan proses pembelajaran intelektual, dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak biasa menjadi biasa.

2. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar adalah segala sesuatu yang dapat dilakukan atau dikuasai siswa sebagai hasil pembelajaran (Nasution 1999). Menurut (2001) faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran dan hasilnya adalah sebagai berikut : kesiapan belajar, perhatian-perhatian, motivasi, aktivitas siswa, mengalami sendiri, pengulangan, balikan dan penguatan, perbedaan individual, kesiapan belajar.

Hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti (Hamalik, 2006:30)

Guru dilihat dari sebuah porsi ia memiliki peranan yang sangat besar dalam pendidikan, ia harus mampu memberikan, pelayanan dalam proses belajar mengajar dalam kelas. Siswa menharap sekali dari guru. Manakala harapan siswa terpenuhi, siswa akan merasa puas, bila tidak, ia akan meras kecewa.

Guru harus menyadari konsekuensi yang disandangkanya, guru diharapkan pada tantangan, di mana guru diminta harus harus ramah, sabar, penuh percaya diri, bertanggung jawab, dan menciptakan rasa aman, dilain pihak


(26)

guru harus mampu memberi tugas, dorongan kepada siswa dalam mencapai tujuan, mengadakan koreksi, mengarahkan belajar serta teguran agar memperoleh hasil optimal. Guru juga harus memiliki kemauan dan kerelaan untuk memaklumi alam pikiran dan perasaan siswa, dia harus bersikap kritis, karena siswa dapat dibiarkan dalam keadaan sekarang. Banyak kemampuan yang belum dimiliki siswa dan mereka harus dibantu untuk memperolehnya.

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang berasal dari luar individu.

Faktor intern terdiri dari faktor jasmaniah, faktor psokologis, dan faktor kelelahan.

1. Faktor Jasmaniah a). Aktor Kesehatan

Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta bagian-bagianya/bebas dari penyakit. Kesehatan adalah atau hal sehat. Kesehatan seseorang berpengaruh terhadap belajarnya.


(27)

Proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan seseorang terganggu, selain itu jugaia akan cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing, ngantuk jika badanya lemah, kurang darah atau ada gangguan-gangguan/kelainan-kelainan fungsi alat inderanya serta tubuhnya (http://lingkaran ilmu:blogspot.com/2009/05/teori.belajar.adalah.html/ 060113/0930).

Agar seseorang dapat belajar dengan baik haruslah mengusahakan kesehatan badanya tetap terjamin dengan cara elalu mengindahkan ketentuan-ketentuan tentang bekerja, belajar, istirahat, tidur makan, olahraga dan ibadah.

b). Cacat Tubuh

Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna mengenai tubuh/badan. Cacat itu dapat berupa buat, setengah buta, setengah tuli, patah kaki, dan patah tangan, lumpuh dan lain-lain.

Keadaan cacat tubuh juga mempengaruhi belajar. Siswa yang cacat belajarnya juga terganggu. Jika hal ini terjadi, hendaknya ia belajar pada lembaga pendidikan khusus atau diusahakan alat Banru agar dapat menghindari atau mengurangi pengaruh kecacatanya itu.


(28)

2. Faktor Psikologis

Ada tujuh faktor yang tergolong dalam faktor psikologis yang memengaruhi belajar. Faktor itu adalah: ineligensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kelelahan.

a). Inteligensi

Jadi inteligensi itu adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dengat cepat dan efektif, mengetahui/ menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat. b). Perhatian

Perhatian adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itu pun semata-mata tertuju kepada suatu obyek atau sekumpulan obyek. Untuk dapat menjaminhasil belajar yang baik, maka siswa harus mempunyai erhatian terhadap bahan yang dipelajarinya, jika bahan pelajaran tidak menjadi perhatian siswa, maka timbullah kebosanan, sehingga ia tidak lagi suka belajar.

c). Minat

Minat adalah kecendrungan yang tetap untuk

memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus menerus yang disertai dengan rasa senang. Jadi berbeda dengan perhatian, karena sifatnya sementara (tidak dalam waktu lama) dan belum diikuti dengan


(29)

perasaan senang, sedangkan minat selalu diikuti dengan perasaan senang dan dari situ diperoleh kepuasan.

d). Bakat

Bakat adalah kemapuan untuk belajar. Kemampuan itu baru akan terelasikan menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar atau berlatih. Orang yang berbakat mengetik, misanya karena lebih cepat dapat mengetik dangan lancar dibandingkan dengan orang lain yang kurang/tidak berbakat di bidang itu.

Dari uraian di atas jelaslh bahwa bakat itu mempengaruhi belajar. Jika bahan pelajaran yang dipelajari ia senang dengan bakatnya maka hasil belajarnya lebih baik karena ia senang belajar dan pastilah selanjutnya ia lebih giat dalam belajarnya itu. Adalah penting untuk mengetahui bakat siswa dan menempatkan siswa belajar di sekolah yang sesuai dengan bakatnya.

e). Motif

Motif erat sekali hubunganya dengan tujuan yang akan

dicapai, di dalam menentukan tujuan itu dapat disdari atau tidak, akan tetapi untuk mencapai itu perlu berbuat, sedangkan yang menjadi penyebab berbuat adalah motif itu sendiri sebagai daya penggerak/pendorong.


(30)

f). Kematangan

Kematangan adalah suatu/fase dalam pertumbuhan

seseorang, di mana alat-alat tubhnya sudah siap untuk melakukan kecakapan baru. Misalnya anakdengan kakinya sudah siap untuk berjalan, tangan dan jari-jarinya sudah siap untuk menulis, dengan otaknya sudah siap untuk berpikir abstrak, dan lain-lain.

Kematangan belum tentu anak dapat melaksanakan

kegiatan secara terus-menerus, untuk itu diperlukan latihan-latihan dan pelajaran. Dengan kata alin, anak yang sudah siap (matang) belum dapat melaksanakan kecakapanya sebelum belajar. Belajar akan lebih baik berhasil jika anak sudah siap. Jadi kemajuan baru untuk meiliki kecakapan itu tergantung dari kematangan dan belajar.

g). Kesiapan

Kesiapan adalah kesediaan untuk memberikan response atau bereaksi. Kesediaan itu timbul dari dalam diriseseorang dan jugberhubungan dengan kematangan, karena kematangan berarti kesiapan untuk melaksanakan kecakapan. Kesiapan ini perlu diperhatikan dalam proses belajar, karena jika siswa belajar dan padanya sudah ada kesiapan, maka hasil belajarnya akan lebih baik. (http://lingkaran ilmu:blogspot.com/2009/05/teori.belajar.adalah. html/060113/0930).


(31)

3. Faktor Kelelahan

Kelelahan pada seseorang walaupun sulit untuk dipisahkan tetapi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani (bersifat psikis).

a. Faktor-faktor Ekstern

Faktor ekstern yang berpengaruh terhadap belajar dapat dikelompokkan menjadi 3 faktor; faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat.

1. Faktor Keluarga

Faktor yang berasal dari orang tua ini utamanya adalah sebagai mendidik orang tua terhadap anaknya. Dalam hal ini dpat dikaitkan suatu teori, apakah oang tua

mendidik secara demokratis,otoriter, atau cara laisses fiare. Cara atau tipe mendidik yang demikian masing-masing mempunyai kebaikanya dan ada pula kekuranganya.

2. Faktor yang berasal dari sekolah

Faktor yang berasal dari sekolah, dapat berasal

dari guru, mata pelajran yang ditempuh, dan metode yang

diterapkan. Faktor guru banyak menjadi penyebab kegagalan belajar anak, yaitu yang menyangkut kepribadian guru, kemampuan mengajarnya. Terhadap mata pelajaran, karena kebanyakan anak memusatkan perhatianya kepada yang diminati saja, sehingga mengakibatkan nilai yang diperolehnya tidak sesuai


(32)

dengan yang diharapkan. Keterampilan, kemampuan, dan kemauan belajar anak tidak dapat dilepaskan dari pengaruh atau campur tangan orang lain. Oleh karena itu menjadi tugas guru untuk membimbing anak dalam belajar.

3. Faktor yang berasal dari masyarakat

Anak lepas dari kehidupan masyarakat. Faktor masyarakat bahkan sangat kuat pengaruhnya terhadap pendidikan anak. Pengruh masyarakat bahkan sulit dikendalikan. Mendukung atau tidak mendukung perkembangan anak, masyarakat juga ikut mempengaruhi.(http://lingkaran ilmu:blogspot.com/2009/05/teori. belajar.adalah.html/060113/0930).

B. MEDIA PEMBELAJARAN

1. Pengertian Media Pembelajaran

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2000 : 727), media adalah alat. Media pendidikan merupakan alat dan bahan yang digunakan dalam proses pembelajaran. Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti tengah, perantara, atau pengantar. Dalam bahasa Arab, media berarti perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan.

Pengertian media juga diungkapkan oleh Gerlach dan Ely (dalam Arsyad, 2009 : 3) bahwa media apabila dipelajari secara garis besar adalah


(33)

manusia, materi atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Selanjutnya Djamarah dan Zain (2006 : 120) mengatakan bahwa media adalah alat bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan guna mencapai tujuan pembelajaran.

Definisi yang tidak jauh berbeda juga dikemukakan oleh Sudjana (dalam Djamarah dan Zain, 1982 : 2) bahwa media pembelajaran adalah alat bantu dalam proses pembelajaran. Dengan menggunakan media pembelajaran diharapkan dapat meningkatkan partisipasi dan hasil belajar siswa. Media pembelajaran dapat mempertinggi proses belajar siswa dalam pembelajaran, yang pada gilirannya diharapkan dapat mempertinggi hasil belajar yang diciptanya. Selanjutnya, Tabrani (1993 : 189-190) mengemukakan pengertian media sebagai berikut :

1. Media adalah alat yang dapat membantu proses pembelajaran yang berfungsi memperjelas makna pesan yang disampaikan sehingga tujuan dan proses pembelajaran dapat tercapai dengan sempurna. 2. Media berperan sebagai perangsang belajar dan dapat menumbuhkan

motivasi belajar sehingga peserta didik tidak bosan dalam meraih tujuan-tujuan belajar.

3. Apa pun yang disampaikan oleh guru harus menggunakan media, paling tidak yang digunakannya adalah media verbal, yaitu kata-kata yang diucapkannya di hadapan peserta didik.

4. Segala sesuatu yang terdapat di lingkungan sekolah, baik berupa manusia ataupun bukan manusia yang pada permulaannya tidak dilibatkan dalam proses belajar mengajar, setelah dirancang dan dipakai dalam kegiatan tersebut, lingkungan itu berstatus sebagai media sebagai alat perangsang belajar. Dengan kata lain, alat itu baru disebut media jika dirancang dan dipakai dalam proses pembelajaran.


(34)

Jadi, media merupakan suatu alat penyampai pesan yang dapat mengubah sesuatu yang abstrak menjadi lebih konkrit. Dengan media, anak akan melihat apa yang seharusnya diketahui, dan bukan hanya sekedar membayangkan.

2. Manfaat Media Pembelajaran

Media dalam pembelajaran memiliki berbagai manfaat, seperti yang dikemukakan oleh Sudjana dan Rivai (dalam Arsyad, 2009 : 24-25) yaitu :

a. Pembelajaran akan menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar.

b. Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan pembelajaran.

c. Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru.

d. Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, dan lain sebagainya. Manfaat media juga dijelaskan oleh Hamalik (dalam Arsyad, 2009 : 25) yaitu sebagai berikut :

a. Meletakan dasar-dasar yang konkret untuk berpikir, oleh karena itu mengurangi verbalisme.

b. Memperbesar perhatian siswa.

c. Meletakan dasar-dasar yang penting untuk perkembangan belajar, oleh karena itu membuat pelajaran lebih mantap.

d. Memberikan pengalaman nyata yang dapat menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri di kalangan siswa.

e. Memberikan pengalaman yang tidak mudah diperoleh dengan cara lain, dan membantu efisien dan keragamaan yang lebih banyak dalam belajar.


(35)

Selain itu, Techonly (dalam http: // techonly13.wordpress.com / 220311 / 22:26) mengungkapkan manfaat dari penggunaan media sebagai berikut : a. Penyampaian pembelajaran menjadi lebih baku.

b. Pembelajaran bisa lebih menarik. c. Pembelajaran menjadi lebih interaktif. d. Kualitas hasil belajar dapat ditingkatkan.

e. Sikap positif siswa terhadap apa yang mereka pelajari dan terhadap proses belajar dapat ditingkatkan.

f. Peran guru dapat berubah ke arah yang lebih positif dalam proses pembelajaran.

Pendapat yang tidak jauh berbeda juga dikemukakan oleh Arsyad (2009 : 25-26) bahwa media memiliki beberapa fungsi praktis dalam proses pembelajaran, antara lain :

a. Meida pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar.

b. Media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian siswa sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar.

c. Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan ruang dan waktu. d. Media pembelajaran dapat memberikan kesamaan pengalaman

kepada siswa tentang peristiwa-peristiwa di lingkungan mereka, serta memungkinkan terjadinya interaksi langsung dengan guru, masyarakat, dan lingkungannya.

Dari uraian dan pendapat beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa media memiliki manfaat yang sangat besar dalam proses pembelajaran. Media merupakan salah satu stimulus bagi siswa untuk menumbuhkan motivasi, serta meningkatkan respon positif siswa dalam proses pembelajaran. Kehadiran media juga dapat memberikan pengalaman langsung yang sangat berharga bagi siswa serta mengurangi verbalisme, sehingga pembelajaran menjadi lebih terarah pada tujuan yang hendak dicapai.


(36)

3. Jenis-Jenis Media Pembelajaran

Media pembelajaran banyak sekali jenis dan macamnya. Mulai dari yang paling sederhana dan murah hingga yang canggih dan mahal harganya. Ada media yang dapat dibuat oleh guru sendiri, ada media yang diperoduksi oleh pabrik. Ada media yang sudah tersedia di lingkungan yang langsung dapat dimanfaatkan, ada pula yang secara khusus dirancang untuk keperluan pembelajaran. Sejalan dengan hal tersebut, Kemp dan Dayton (dalam Arsyad, 2002 : 37) mengelompokkan media ke dalam tujuh jenis, yaitu :

a. Media cetakan, meliputi bahan-bahan yang disiapkan di atas kertas untuk pembelajaran dan informasi.

b. Media pajang, umumnya digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi di depan kelompok kecil.

c. Overhead transparancies. Transparansi yang diproyeksikan adalah visual baik berupa huruf, lambang, gambar, grafik atau gabungannya pada lembaran bahan tembus pandang atau plastik yang dipersiapkan untuk diproyeksikan ke sebuah layar atau dinding melalui sebuah proyektor.

d. Rekaman audiotape. Pesan dan isi pelajaran dapat direkam pada tape magnetik sehingga hasil rekaman itu dapat diputar kembali pada saat diinginkan. Pesan dan isi pelajaran dimaksudkan untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan siswa sebagai upaya mendukung terjadinya proses belajar.

e. Seri Slide dan film strips. Slide (film bingkai) adalah suatu film transparansi yang berukuran 35 mm dengan bingkai 2 x 2 inci. Bingkai tersebut terbua dari karton atau plastik. Film bingkai diproyeksikan melalui slide projector.

f. Rekaman video dan film hidup. Film atau gambar hidup merupakan gambar-gambar dalam frame di mana frame demi frame diproyeksikan melalui lensa proyektor secara mekanis sehingga pada layar terlihat gambar itu hidup. Sama halnya dengan film, video dapat menggambarkan suatu objek yang bergerak bersama-sama dengan suara alamiah atau suara yang sesuai.

g. Komputer. Komputer adalah mesin yang dirancang khusus untuk memanipulasi informasi yang diberi kode, mesin elektronik yang otomatis melakukan pekerjaan dan perhitungan sederhana dan rumit.


(37)

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa banyak jenis media pembelajaran yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran. Ada yang berbentuk cetakan (visual), audio visual, media elektronil dan lain-lain. Semua media tersebut memiliki kelebihan dan kelemahannya masing-masing. Dari sekian banyak jenis media yang telah dijelaskan di atas, media cetakan (visual) berbentuk gambar adalah media yang paling umum digunakan. Karena selain harganya yang murah dan mudah didapat, gambar juga dapat memperjelas hal-hal yang tidak mudah untuk diamati, dapat menarik perhatian dan mampu mengilustrasikan suatu proses.

4. Pengertian Media Gambar

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia (2000:329) gambar merupakan tiruan barang (orang, binatang, tumbuhan, dan sebagainya) yang dibuat dengan coretan pensil dan sebagainya pada kertas dan sebagainya. Menurut Suyanto (2009:6) gambar merupakan suatu bentuk media yang masuk dalam kategori grafis. Gambar didefinisikan sebagi representasi visual dari orang, tempat ataupun benda yang diwujudkan di atas kanvas, kertas atau bahan lain dengan cara lukisan, gambar atau foto. Ukuran gambar dan foto dapat diperbesar atau diperkecil agar dapat digunakan untuk keperluan pembelajaran tertentu.

Selanjutnya, Heinich (dalam Suyanto, 2009:6) menyatakan bahwa pemanfaatan gambar dalam proses pembelajaran sangat membantu guru,


(38)

karena media gambar dapat menarik perhatian siswa. Pada umumnya semua orang senang melihat gambar atau foto, menyediakan gambaran nyata dari suatu objek yang karena suatu hal tidak mudah untuk diamati, unik, memperjelas hal-hal yang bersifat abstrak, dan mampu mengilustrasikan suatu proses.

Djamarah dan Zain (2006:124) mengungkapkan bahwa gambar juga merupakan salah satu media visual yang mengandalkan indra penglihatan. Selain media gambar, media visual ini juga ada yang menampilkan gambar diam seperti film strip (film rangkai), slides (film bingkai), lukisan, atau cetakan. Ada pula media visual yang menampilkan gambar atau simbol yang bergerak seperti film bisu, dan film kartun.

Gambar merupakan salah satu media penunjang dalam kegiatan pembelajaran, terutama untuk tingkat SD. Pada usia ini anak masih berada pada tahap berfikir konkret dan belum mampu berfikir secara abstrak. Kehadiran media pembelajaran sangat membantu anak dalam memahami konsep tertentu yang tidak dapat dijelaskan dengan bahasa. Jika pembelajaran menulis paragraf deskripsi dilakukan dengan menggunakan media gambar, tentu saja dapat memberi pengaruh positif terhadap motivasi dan hasil kerja siswa, karena ada pepatah Cina yang mengatakan bahwa ”sebuah gambar berbicara banyak daripada seribu kata”.

1. Kelebihan dan Kelemahan Media Gambar

Media gambar memiliki kelebihan dan juga kelemahan, seperti yang dikemukakan oleh Sadiman, dkk. (2007:8) yaitu :


(39)

a. Kelebihan

1) Sifatnya konkrit, gambar lebih realistis menunjukkan pokok masalah dibandingkan dengan verbal semata.

2) Gambar dapat mengatasi batasan ruang dan waktu, tidak semua benda, objek atau peristiwa dapat dibawa ke kelas, dan tidak selalu bisa anak-anak dibawa ke objek/peristiwa tersebut. 3) Meida gambar dapat mengatasi keterbatasan pengamatan kita.

Misalnya, sel atau penampang daun yang tidak mungkin kita lihat dengan mata telanjang dapat disajikan dengan jelas dalam bentuk gambar.

4) Gambar dapat memperjelas suatu masalah, dalam bidang apa saja dan untuk tingkat usia berapa saja, sehingga dapat mencegah atau membetulkan kesalahpahaman.

5) Gambar harganya murah dan gampang didapat serta digunakan tanpa memerlukan peralatan khusus.

b. Kelemahan

1) Gambar hanya menekankan persepsi indra mata

2) Gambar benda yang terlalu kompleks kurang efektif untuk kegiatan pembelajaran.


(40)

Pendapat yang tidak jauh berbeda juga diungkapkan oleh Basuki dan Farida (dalam Ian, http://ian43.wordpress.com/230311/00:56, yaitu : a. Kelebihan

1. Umumnya murah harganya 2. Mudah didapat

3. Mudah digunakan

4. Dapat memperjelas suatu masalah 5. Lebih realistis

6. Dapat mengatasi keterbatasan pengamatan 7. Dapat mengatasi keterbatasan ruang b. Kelemahan

1. Semata-mata hanya medium visual

2. Ukuran gambar seringkali kurang tepat untuk pengajaran dalam kelompok besar

Berdasarkan penjelasan di atas, maka penggunaan media gambar dalam proses pembelajaran memiliki banyak kelebihan dibandingkan kelemahannya. Jika seorang guru melakukan proses pembelajaran dengan menggunakan media gambar, maka pembelajaran akan lebih bermakna dan lebih terarah pada tujuan yang hendak dicapai, karena siswa tidak hanya membayangkan hal yang hendak ditulis, melainkan siswa menceritakan sesuatu berdasarkan gambar yang dilihat.


(41)

Selain kelebihan dan kelemahan yang telah dijelaskan di atas, selanjutnya Sadiman, dkk (2007:29) mengungkapkan ada enam syarat yang perlu dipenuhi oleh gambar yang baik sehingga dapat dijadikan sebagai media pembelajaran yaitu :

a. Autentik. Gambar tersebut harus secara jujur melukiskan situasi seperti jika seseorang sedang melihat benda sebenarnya. b. Sederhana. Komposisi gambar hendaknya cukup jelas

menunjukkan poin-poin pokok dalam gambar.

c. Ukuran Relatif. Gambar dapat membesarkan atau memperkecil objek benda sebenarnya. Apabila gambar tersebut tentang benda/objek yang belum dikenal atau pernah dilihat anak maka sulitlah membayangkan berapa besar benda atau objek tersebut. Untuk menghindari itu hendaknya dalam gambar tersebut terdapat sesuatu yang telah dikenal anak-anak sehingga dapat membantunya membayangkan gambar.

d. Gambar sebaiknya mengandung gerak atau perbuatan. Gambar yang baik tidaklah menunjukkan objek dalam keadaan diam, tetapi memperlihatkan aktivitas tertentu.

e. Gambar yang bagus belum tentu baik untuk mencapai tujuan pembelajaran. Walaupun dari segi mutu kurang, gambar karya siswa sendiri sering kali lebih baik.

f. Tidak setiap gambar yang bagus merupakan media yang bagus. Sebagai media yang baik, gambar hendaklah bagus dari sudut seni dan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Apabila guru hendak menggunakan media gambar, ada baiknya guru memahami syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh gambar yang baik.Guru tidak boleh menggunakan media gambar yang tidak sesuai dengan tujuan pembelajaran. Selain itu, guru juga harus mempertimbangkan ukuran dari gambar yang akan ditampilkan. Apabila guru hendak memperlihatkan sebuah gambar pada kelompok besar, maka ukuran gambar harus disesuaikan dengan jumlah siswa yang ada. Hal tersebut dilakukan agar proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif dan efisien.


(42)

Jadi media pembelajaran dapat membantu guru dalam menyampaikan materi sekaligus mempermudah siswa untuk menerima materi yang diajarkan. Salah satu media yang lazim digunakan di SD adalah media gambar, karena dengan media gambar siswa dapat dapat memahami sesuatu yang abstrak menjadi lebih konkrit. Media gambar juga merupakan sebuah alat penyampai pembelajaran yang dapat menarik perhatian siswa, karena jika sebuah materi pembelajaran terdapat bermacam-macam gambar, otomatis anak akan lebih tertarik pada pokok bahasan yang sedang diajarkan.

2. Langkah-langkah Menggunakan Media Gambar

Sebelum pembelajaran dimulai, terlebih dahulu guru harus mempersiapkan langkah-langkah yang akan dilakukan untuk menggunakan media gambar, agar proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif dan efisien. Hal tersebut sejalan dengan yang dikemukakan oleh Ruminiati (2007:2.23) bahwa sebelum menggunakan media gambar, guru harus mempersiapkan langkah-langkah sebagai berikut :

1) Menganalisis pokok bahasan atau sub pokok bahasan yang akan dituangkan dalam bentuk media gambar

2) Menyiapkan bahan-bahan yang akan digunakan


(43)

4) Guru meminta salah seorang siswa untuk mengomentari gambar yang telah ditampilkan dan siswa yang lain diminta untuk memberikan tanggapan terhadap komentar tersebut.

5) Guru menjelaskan pokok bahasan melalui media yang telah dipersiapkan

6) Guru bersama-sama siswa menyimpulkan materi pelajaran sekaligus menindak lanjuti dengan memberikan tugas kepada siswa untuk memperkaya penguasaan materi dalam pembelajaran.

Dari pendapat ahli yang telah dijelaskan di atas, maka dalam penelitian tindakan kelas ini penulis menggunakan langkah-langkah penyajian media gambar tersebut untuk dikembangkan dan digunakan dalam pembelajaran pada setiap siklus.


(44)

5. Melengkapi Cerita Pengalaman

Cerita adalah tuturan yang membentangkan bagaimana terjadinya sesuatu hal atau.

Pengalaman adalah sesuatu yang pernah dialami, dijalani, dirasa, ditanggung. Jadi cerita pengalaman ini adalah pengalaman yang menarik tidak bisa dilupakan misalnya pengalaman ketika pertamakali berkunjung ketempat umum, seperti bandara, pantai, pasar dan lain-lain (Arlangga, 27 : 89).

C. KERANGKA PIKIR

Keberhasilan dalam suatu proses pembelajaran dipengaruhi oleh pemilihan metode yang tepat dalam menyampaikan materi pembelajaran. Dan dapat mengatur bagaimana caranya siswa mengelola belajarnya, ketika mengingat-ingat dan berfikir dalam suatu pelajaran yang disampaikan sehingga dapat meningkatkan prestasi belajarnya.

D. HIPOTESIS TINDAKAN

Berdasarkan uraian di atas dirumuskan hipotesis penelitian tindakan kelas sebagai berikut : “Apabila dalam proses pembelajaran Bahasa Indonesia menggunakan media gambar dengan memperhatikan kriteria dan langkah-langkag yang tepat maka hasil belajar mengarang cerita pengalaman siswa kelas IV SDN 1 Gunung Raya dapat meningkat.


(45)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. METODE PENELITIAN

Wardani, dkk. (2008 : 14) mengungkapkan penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki kinerja sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat. Sesuai dengan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK), prosedur penelitian yang akan dilakukan adalah suatu bentuk proses pengkajian berdaur siklus yang terdiri dari empat tahapan dasar yang saling terkait dan berkesinambungan, yaitu :

(1) perencanaan (planning), (2) pelaksanaan (acting), (3) pengamatan (observing), dan (4) refleksi (reflecting).

Pendapat yang tidak jauh berbeda juga diungkapkan oleh Kusumah, dkk. (2009 : 26) bahwa ada empat langkah utama dalam PTK yaitu, perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Dalam PTK siklus selalu berulang. Setelah satu siklus selesai, mungkin guru akan menemukan masalah baru atau masalah lama yang belum tuntas dipecahkan, maka dilanjutkan ke siklus kedua dengan langkah yang sama seperti pada siklus pertama, dan siklus yang


(46)

baik biasanya lebih dari dua siklus. Adapun siklus dari PTK ini adalah sebagai berikut.

SIKLUS I

SIKLUS II

SIKLUS III

(Adaptasi dari Kusumah, dkk.2009 : 44) Pelaksanaan

Pengamatan Perencanaan

Refleksi

Pelaksanaan Pelaksanaan

Pengamatan Perencanaan

Refleksi

Pelaksanaan Pelaksanaan

Pengamatan Perencanaan

Refleksi

Dan Seterusnya


(47)

Penjelasan alur diatas adalah:

1. Rancangan/rencana awal, sebelum mengadakan penelitian peneliti menyusun rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan, termasuk di dalamnya instrument penelitian dan perangkat pembelajaran. 2. Kegiatan dan pengamatan, meliputi tindakan yang dilakukan oleh peneliti

sebagai upaya membangun pemahaman konsep siswa serta mengamati hasil atau dampak dari diterapkannya metode pengajaran berbasis tugas proyek.

3. Refleksi, peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil kelompok atau dampak dari tindakan dilakukan berdasarkan lembar pengamatan yang di isi oleh pengamat.

4. Rancangan/rencana yang direvisi, berdasarkan hasil refleksi dari pengamatan membuat rancangan yang direfisi untuk dilaksanakan pada siklus berikutnya.

Observasi dibagi dalam tiga putaran, yaitu putaran 1, 2, dan 3, dimana masing putaran dikenai perlakuan yang sama (alur kegiatan yang sama) dan membahas satu mata pelajaran yang di akhiri dengn tes formatif diakhir masing putaran. Dibuat dalam tiga putaran dimaksudkan untuk memperbaiki sistem pngajaran yang telah dilaksanakan.

Penelitian bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia siswa kelas IV SDN 1 Gunung Raya tahun pelajaran 2012/2013. Dalam hal ini


(48)

peneliti langsung berinteraksi dengan mengobservasi nilai siswa yang berasal dari pre test dan post test. Penelitian ini akan dilaksanakan selama 3 siklus dimana masing-masing siklusnya sebanyak dua jam pelajaran (2 x 35 menit).

B. SETTING PENELITIAN 1. Subjek Penelitian

Dalam penelitian kelas ini, yang dijadikan sebagai subjek penelitian adalah siswa kelas IV SDN 1 Gunung Raya Tahun Pelajaran 2012/2013 dengan jumlah siswa 19 siswa yang terdiri dari 10 siswa laki-laki 9 siswa perempuan.

2. Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di kelas IV SDN 1 Gunung Raya Kecamatan Marga Sekampung Kabupaten Lampung Timur.

3. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada semester genap selama kurang lebih empat bulan. Kegiatan penelitian dimulai dari tahap persiapan (penyusunan proposal PTK, diskusi, penyusunan RPP dan lembar kerja siswa) sampai tahap pelaksanaan (pembelajaran di kelas) dan tahap pelaporan.


(49)

C. SUMBER DATA

Data penelitian ini berupa data kualitatif dan data kuantitatif. Dan kualitatif diperoleh dari hasil observasi aktivitas belajar siswa dan observasi kinerja guru. Sedangkan data kuantitatif diperoleh dari hasil tes mengarang cerita pengalaman yang dievaluasi dengan skor (angka).

D. ALAT PENGUMPULAN DATA

Alat yang digunakan dalam pengumpulan data yaitu berupa lembar observasi, tes tertulis dan juga dokumentasi.

1. Lembar observasi, digunakan untuk mengamati aktivitas kinerja guru maupun aktivitas belajar siswa pada saat pembelajaran berlangsung. Hal ini dilaksanakan oleh pengamat (observer).

2. Tes yang digunakan adalah tes subjektif tertulis untuk mengetahui kemampuan siswa dalam mengarang cerita pengalaman pada mata pelajaran Bahasa Indonesia.

A. TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Pada tahap ini, peneliti mengumpulkan seluruh data-data berdasarkan instrumen penelitian yaitu dengan observasi dan juga tes tertulis. Pengumpulan data diulakukan selama proses pembelajaran.

a. Lembar panduan observasi, digunakan untuk mengetahui apakah dengan menggunakan media gambar, pembelajaran di kelas akan lebih efektif, apa pengaruhnya serta bagaimana pembelajaran yang akan dilakukan.


(50)

Observasi dilakukan oleh observer terhadap aktivitas siswa maupun guru selama proses pembelajaran berlangsung.

b. Tes, digunakan untuk mengumpulkan data yang berupa nilai-nilai siswa, guna mengetahui hasil belajar siswa dalam bentuk karangan setelah digunakannya media gambar.

B. TEKNIK ANALISIS DATA

Dalam penelitian ini akan dianalisis dengan menggunakan analisis kualitatif dan kuantitatif.

1. Analisis kualitatif

Digunakan untuk menganalisis aktivitas belajar siswa, serta untuk menganalisis kinerja guru selama proses pembelajaran berlangsung.

a. Rumus analisis aktivitas belajar siswa.

Keterangan :

N = Nilai yang dicari atau diharapkan. R = Skor mentah yang diperoleh siswa. SM = Skor maksimum.

100 = Bilangan tetap.

b. Rumus analisis kinerja guru selama proses pembelajaran N =

SM R

x 100

Jumlah skor yang diperoleh

Skor akhir = x 100%


(51)

Dengan keterangan sebagai berikut : 86 – 100% = Baik sekali

71 – 85% = Baik 56 – 70% = Cukup 41 – 55% = Kurang 0 – 40% = Sangat kurang

Adaptasi dari Departemen Pendidikan Nasional (dalam www.sdncisarua.sch.id/...guru...guru.../265-penilaian-kinerja-guru.html). 2. Analisis kuantitatif

Digunakan untuk mendeskripsikan hasil belajar siswa dalam hubungannya dengan penguasaan materi yang diajarkan guru, yaitu kemampuan siswa dalam mengarang cerita pengalaman. Adapun aspek yang dinilai dalam tes dengan menggunakan model pembelajaran imajinatif antara lain :

(a) kesesuaian isi dengan gambar, (b) diksi (pemeliharaan kata), (c) ejaan dan tanda baca, (d) kerapian tulisan, (e) koherensi, (f) imajinasi, dan (g) kesan hidup. Teknik penyekoran kegiatan mengarang cerita pengalaman dengan menggunakan metode pembelajaran imajinatif (terlampir).


(52)

C. URUTAN TINDAKAN PENELITIAN Siklus I

1. Perencanaan

Pada tahap perencanaan akan ditetapkan hal-hal sebagai berikut :

a. Menyiapkan silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran dan bahan ajar.

b. Menyiapkan instrumen penelitian yang terdiri dari lembar observasi untuk kegiatan guru dan siswa, lembar kerja siswa, dan alat evaluasi. c. Menentukan materi.

2. Pelaksanaan

Pada siklus pertama, materi pembelajarannya adalah ”Mengarang Cerita Pengalaman”. Kegiatan ini diawali dengan pembuatan rencana perbaikan pembelajaran secara kolaboratif partisipatif antara guru dan peneliti. Dalam rencana perbaikan pembelajaran dengan menggunakan media gambar meliputi beberapa tahap, antara lain :

1) Kegiatan awal

a. Mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam proses pembelajaran.

b. Guru menyampaikan apersepsi dan menginformasikan tujuan yang akan dicapai melalui kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan.


(53)

2) Kegiatan inti

a. Guru menjelaskan kepada siswa mengenai mata pelajaran ”Mengarang Cerita Pengalaman” sesuatu yang akan diajarkan, lalu siswa diminta untuk mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan, misalnya alat tulis dan buku.

b. Guru menjelaskan mata pelajaran dengan menggunakan media gambar yang telah disiapkan sekaligus diselingi dengan tanggapan dan pernyataan dari siswa.

c. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal-hal yang belum dimengerti.

d. Guru menempelkan gambar cerita pengalaman di papan tulis, kemudian siswa diperintahkan untuk memperhatikannya dan membuat karangan.

e. Siswa mengumpulkan hasil pekerjaannya di meja guru.

f. Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok kecil (terdiri dari 4-5 orang) kemudian perwakilan kelompok kedepan kelas untuk mengambil gambar yang dirahasiakan guru.

g. Perwakilan dari kelompok yang telah selesai mengerjakan tugas dari guru, dipersilahkan ke depan kelas untuk membacakan hasil diskusinya.


(54)

3) Kegiatan Penutup

Guru bersama-sama siswa menyimpulkan mata pelajaran yang telah diajarkan sekaligus menindaklanjuti dengan memberikan tes formatif kepada siswa untuk melihat tingkat penguasaan materi pembelajaran Bahasa Indonesia dalam hal mengarang cerita pengalaman.

3. Pengamatan/Observasi

Selama proses pembelajaran dari kegiatan awal sampai kegiatan akhir diamati oleh observer dengan lembar observasi yang telah disepakati bersama, yaitu observasi mengenai aktivitas belajar siswa pada kegiatan mengarang cerita pengalaman dengan menggunakan metode pembelajaran imajinatif, serta observasi kinerja guru selama proses pembelajaran berlangsung.

4. Refleksi

Hal-hal yang dilakukan dalam kegiatan refleksi adalah membahas sesuatu yang terjadi dalam siklus pertama yang dilakukan oleh peneliti baik itu kelebihan atau kelemahan selama proses pembelajaran berlangsung. Bila terdapat kelemahan atau kekurangan yang terjadi pada proses pembelajaran, maka akan dilakukan perbaikan pada perencanaan tindakan untuk siklus kedua. Sedangkan kebaikan yang telah dilakukan pada siklus pertama perlu dipertahankan untuk siklus selanjutnya dan dapat dijadikan


(55)

sebagai contoh atau acuan dalam melaksanakan pembelajaran di masa yang akan datang.

Siklus II

1. Perencanaan

Pada tahap perencanaan akan ditetapkan hal-hal sebagai berikut :

a. Menyiapkan silabus, rencana perbaikan pembelajaran dan bahan ajar. b. Menyiapkan instrumen penelitian yang terdiri dari lembar observasi

untuk kegiatan guru dan siswa, lembar kerja siswa, dan alat evaluasi. c. Menentukan materi.

2. Pelaksanaan

Pada siklus kedua, materi pembelajarannya adalah ”Mengarang Cerita Pengalaman”. Kegiatan ini diawalai dengan pembuatan rencana perbaikan pembelajaran secara kolaboratif partisipatif antara guru dan peneliti. Dalam rencana perbaikan pembelajaran dengan menggunakan media gambar meliputi beberapa tahap, antara lain :

1) Kegiatan awal

a. Mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam proses pembelajaran.

b. Guru menyampaikan apersepsi dan menginformasikan tujuan yang akan dicapai melalui kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan.


(56)

2) Kegiatan inti

a. Guru menjelaskan kepada siswa mengenai mata pelajaran ”Mengarang Cerita Pengalaman” sesuatu yang akan diajarkan, lalu siswa diminta untuk mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan, misalnya alat tulis dan buku.

b. Guru menjelaskan mata pelajaran dengan menggunakan media gambar yang telah disiapkan sekaligus diselingi dengan tanggapan dan pernyataan dari siswa.

c. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal-hal yang belum dimengerti.

d. Guru menempelkan gambar cerita pengalaman di papan tulis, kemudian siswa diperintahkan untuk memperhatikannya dan membuat karangan.

e. Siswa mengumpulkan hasil pekerjaannya di meja guru.

f. Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok kecil (terdiri dari 4-5 orang) kemudian perwakilan kelompok kedepan kelas untuk mengambil gambar yang dirahasiakan guru.

g. Perwakilan dari kelompok yang telah selesai mengerjakan tugas dari guru, dipersilahkan ke depan kelas untuk membacakan hasil diskusinya.


(57)

3) Kegiatan Penutup

Guru bersama-sama siswa menyimpulkan mata pelajaran yang telah diajarkan sekaligus menindaklanjuti dengan memberikan tes formatif kepada siswa untuk melihat tingkat penguasaan materi pembelajaran Bahasa Indonesia dalam hal mengarang cerita pengalaman.

3. Pengamatan/Observasi

Selama proses pembelajaran dari kegiatan awal sampai kegiatan akhir diamati oleh observasi dengan lembar observasi yang telah disepakati bersama, yaitu observasi mengenai hasil belajar siswa pada kegiatan cerita pengalaman dengan menggunakan metode pembelajaran imajinatif, serta observasi kinerja guru selama proses pembelajaran berlangsung.

4. Refleksi

Hal-hal yang dilakukan dalam kegiatan refleksi adalah membahas sesuatu yang terjadi dalam siklus kedua yang dilakukan oleh peneliti baik itu kelebihan atau kelemahan selama proses pembelajaran berlangsung. Bila terdapat kelemahan atau kekurangan yang terjadi pada proses pembelajaran, maka akan dilakukan perbaikan pada perencanaan tindakan untuk siklus ketiga. Sedangkan kebaikan yang telah dilakukan pada siklus kedua perlu dipertahankan untuk siklus selanjutnya dan dapat dijadikan sebagai contoh atau acuan dalam melaksanakan pembelajaran di masa yang akan datang.


(58)

Siklus III 1. Perencanaan

Pada tahap perencanaan akan ditetapkan hal-hal sebagai berikut :

a. Menyiapkan silabus, rencana perbaikan pembelajaran dan bahan ajar. b. Menyiapkan instrumen peneliti yang terdiri dari lembar observasi

untuk kegiatan guru dan siswa, lembar kerja siswa, dan alat evaluasi. c. Menentukan materi.

2. Pelaksanaan

Pada siklus ketiga, materi pembelajarannya adalah ”Mengarang Cerita Pengalaman”. Kegiatan ini diawalai dengan pembuatan rencana perbaikan pembelajaran secara kolaboratif partisipatif antara guru dan peneliti. Dalam rencana perbaikan pembelajaran dengan menggunakan media gambar meliputi beberapa tahap, antara lain :

1) Kegiatan awal

a. Mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam proses pembelajaran.

b. Guru menyampaikan apersepsi dan menginformasikan tujuan yang akan dicapai melalui kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan.

2) Kegiatan inti

a. Guru menjelaskan kepada siswa mengenai mata pelajaran ”Mengarang Cerita Pengalaman” sesuatu yang akan diajarkan, lalu


(59)

siswa diminta untuk mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan, misalnya alat tulis dan buku.

b. Guru menjelaskan mata pelajaran dengan menggunakan media gambar yang telah disiapkan sekaligus diselingi dengan tanggapan dan pernyataan dari siswa.

c. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal-hal yang belum dimengerti.

d. Guru menempelkan gambar cerita pengalaman di papan tulis, kemudian siswa diperintahkan untuk memperhatikannya dan membuat karangan.

e. Siswa mengumpulkan hasil pekerjaannya di meja guru.

f. Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok kecil (terdiri dari 4-5 orang) kemudian perwakilan kelompok kedepan kelas untuk mengambil gambar yang dirahasiakan guru.

g. Perwakilan dari kelompok yang telah selesai mengerjakan tugas dari guru, dipersilahkan ke depan kelas untuk membacakan hasil diskusinya.


(60)

3) Kegiatan Penutup

Guru bersama-sama siswa menyimpulkan mata pelajaran yang telah diajarkan sekaligus menindaklanjuti dengan memberikan tes formatif kepada siswa untuk melihat tingkat penguasaan materi pembelajaran Bahasa Indonesia dalam hal mengarang cerita pengalaman.

3. Pengamatan/Observasi

Selama proses pembelajaran dari kegiatan awal sampai kegiatan akhir diamati oleh observer dengan lembar observasi yang telah disepakati bersama, yaitu observasi mengenai hasil belajar siswa pada kegiatan mengarang cerita pengalaman dengan menggunakan metode pembelajaran imajinatif, serta observasi kinerja guru selama proses pembelajaran berlangsung.

4. Refleksi

Hal-hal yang dilakukan dalam kegiatan refleksi adalah membahas sesuatu yang terjadi dalam siklus ketiga yang dilakukan oleh peneliti baik itu kelebihan atau kelemahan selama proses pembelajaran berlangsung. Jika pada siklus ketiga pembelajaran dapat berlangsung dengan baik dan telah terjadi peningkatan dibanding dengan siklus-siklus sebelumnya, maka peneliti dianggap cukup. Namun jika masih terdapat kekurangan, peneliti akan dilanjutkan pada siklus selanjutnya.


(61)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

1. KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan pada siswa kelas IV SDN 1 Gunung Raya mata pelajaran Bahasa Indonesia, khususnya dalam kegiatan mengarang cerita pengalaman, dapat disimpulkan sebagai berikut :

Penggunaan media gambar dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa SDN 1 Gunung Raya dalam mengarang cerita pengalaman. Hal ini sesuai dari hasil pembahasan yang telah dilakukan pada siswa mulai dari siklus I sampai dengan siklus III. Pada siklus I diperoleh nilai rata-rata 74,73%, siklus II sebesar 77,36% dan siklus III sebesar 91,57%. Dengan demikian peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 2,63% dan peningkatan dari siklus II ke siklus III sebesar 14,21%.

Penggunaan media gambar dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SDN 1 Gunung Raya dalam mengarang cerita pengalaman. Hal ini sesuai dengan hasil pembahasan yang telah dilakukan pada siswa mulai dari siklus I


(62)

sampai dengan siklus III. Pada siklus I, diperoleh nilai rata-rata sebesar 63, siklus II sebesar 66 dan siklus III sebesar 71.

Dengan peningkatan dari siklus I ke siklus II 15,78% dan siklus II ke III sebesar 26,31%.

2. SARAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan penulis di SDN 1 Gunung Raya, maka penulis memberikan saran-saran sebagai berikut :

1. Kepada Siswa, hendaknya selalu berlatih menulis, khususnya mengarang cerita pengalaman dengan menggunakan media gambar. Siswa juga harus mampu mencermati gambar yang ditampilkan, agar komponen-komponen yang ada dapat tercapai dengan baik, sehingga dikemudian hari siswa dapat berkreasi dengan tulisannya pada jenjang yang lebih tinggi.

2. Kepada Guru, hendaknya dalam pembelajaran Bahasa Indonesia guru dapat menggunakan media gambar pada pokok bahasan mengarang cerita pengalaman sebagai alternatif dalam pembelajaran, sehingga dapat membangkitkan motivasi dan minat siswa serta memperoleh hasil yang baik dalam pembelajaran.

3. Kepala Sekolah, hendaknya selalu mendukung dan memotivasi guru untuk melakukan PTK, dan memberi kesempatan kepada guru untuk bebas berkreasi dalam melakukan kegiatan profesinya, dengan cara melengkapi sarana dan prasarana yang menjunjung kegiatan tersebut.

4. Mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD), hendaknya dapat memahami PTK lebih baik lagi, sehingga dapat dijadikan acuan sebagai


(63)

calon guru Sekolah Dasar dalam melaksanakan kegiatan penelitian, serta dapat menjadi guru yang berkompeten dikemudian hari.


(64)

DAFTAR PUSTAKA

Arlangga. 2007. Saya Senang Berbahasa Indonesia. Erlangga. Jakarta.

Arsyad, Azhar. 2002. Media Pembelajaran. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Basuki dan Farida. Dalam Ian. http://ian43.wordpress.com/2012113/00.56. Dimyati dan Mudjiono, 2002. Belajar dan pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. Djamarah dan Zain. 2006. Stratrgi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta. Hamalik, Oemar. 2006. Metode Pengajaran dan Kesulitan-Kesulitan Belajar.

Bandung.

http://lingkaran ilmu : Blogspot.com/2009/05/teori.belajar. adalah./0601130930. http://Techonly 13. wordpress.com/220113/2220.

Kamus Besar Bahasa Indonesia. (KBBI, 2000:90).

Kusumah.Wijaya, dkk. 2009 Mengenal Penelitian Tindakan Kelas. Malta Printindo. Jakarta.

Mulyono, Abdurrahmn. 2003. Pendidikan bagi anak berkesulitan belajar. Rineka Cipta. Jakarta

Nasution, 1999. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembelajaran. Erlangga. Jakarta.

Ruminiati. 2007. Pengembangan Pendidikan Kewarganegaraan SD. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasianal. Jakarta. Sadiman, Arif. Dkk. 2007. Media Pendidikan, Pengertian, Pengembangan dan

Pemanfaatannya. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Suyanto, Eko. 2009. Modul 04 Pemanfaatan Media Pembelajaran. Universitas Lampung. Bandar lampung.

Tabrani, Rusian. 1993. Proses Belajar Mengajar Yang Efektif Tingkat Pendidikan Dasar. Eresco Offet. Bandung.

Wardani, IGAK, dkk. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Universitas Terbuka. Jakarta.


(1)

siswa diminta untuk mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan, misalnya alat tulis dan buku.

b. Guru menjelaskan mata pelajaran dengan menggunakan media gambar yang telah disiapkan sekaligus diselingi dengan tanggapan dan pernyataan dari siswa.

c. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal-hal yang belum dimengerti.

d. Guru menempelkan gambar cerita pengalaman di papan tulis, kemudian siswa diperintahkan untuk memperhatikannya dan membuat karangan.

e. Siswa mengumpulkan hasil pekerjaannya di meja guru.

f. Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok kecil (terdiri dari 4-5 orang) kemudian perwakilan kelompok kedepan kelas untuk mengambil gambar yang dirahasiakan guru.

g. Perwakilan dari kelompok yang telah selesai mengerjakan tugas dari guru, dipersilahkan ke depan kelas untuk membacakan hasil diskusinya.


(2)

3) Kegiatan Penutup

Guru bersama-sama siswa menyimpulkan mata pelajaran yang telah diajarkan sekaligus menindaklanjuti dengan memberikan tes formatif kepada siswa untuk melihat tingkat penguasaan materi pembelajaran Bahasa Indonesia dalam hal mengarang cerita pengalaman.

3. Pengamatan/Observasi

Selama proses pembelajaran dari kegiatan awal sampai kegiatan akhir diamati oleh observer dengan lembar observasi yang telah disepakati bersama, yaitu observasi mengenai hasil belajar siswa pada kegiatan mengarang cerita pengalaman dengan menggunakan metode pembelajaran imajinatif, serta observasi kinerja guru selama proses pembelajaran berlangsung.

4. Refleksi

Hal-hal yang dilakukan dalam kegiatan refleksi adalah membahas sesuatu yang terjadi dalam siklus ketiga yang dilakukan oleh peneliti baik itu kelebihan atau kelemahan selama proses pembelajaran berlangsung. Jika pada siklus ketiga pembelajaran dapat berlangsung dengan baik dan telah terjadi peningkatan dibanding dengan siklus-siklus sebelumnya, maka peneliti dianggap cukup. Namun jika masih terdapat kekurangan, peneliti akan dilanjutkan pada siklus selanjutnya.


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

1. KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan pada siswa kelas IV SDN 1 Gunung Raya mata pelajaran Bahasa Indonesia, khususnya dalam kegiatan mengarang cerita pengalaman, dapat disimpulkan sebagai berikut :

Penggunaan media gambar dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa SDN 1 Gunung Raya dalam mengarang cerita pengalaman. Hal ini sesuai dari hasil pembahasan yang telah dilakukan pada siswa mulai dari siklus I sampai dengan siklus III. Pada siklus I diperoleh nilai rata-rata 74,73%, siklus II sebesar 77,36% dan siklus III sebesar 91,57%. Dengan demikian peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 2,63% dan peningkatan dari siklus II ke siklus III sebesar 14,21%.

Penggunaan media gambar dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SDN 1 Gunung Raya dalam mengarang cerita pengalaman. Hal ini sesuai dengan hasil pembahasan yang telah dilakukan pada siswa mulai dari siklus I


(4)

sampai dengan siklus III. Pada siklus I, diperoleh nilai rata-rata sebesar 63, siklus II sebesar 66 dan siklus III sebesar 71.

Dengan peningkatan dari siklus I ke siklus II 15,78% dan siklus II ke III sebesar 26,31%.

2. SARAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan penulis di SDN 1 Gunung Raya, maka penulis memberikan saran-saran sebagai berikut :

1. Kepada Siswa, hendaknya selalu berlatih menulis, khususnya mengarang cerita pengalaman dengan menggunakan media gambar. Siswa juga harus mampu mencermati gambar yang ditampilkan, agar komponen-komponen yang ada dapat tercapai dengan baik, sehingga dikemudian hari siswa dapat berkreasi dengan tulisannya pada jenjang yang lebih tinggi.

2. Kepada Guru, hendaknya dalam pembelajaran Bahasa Indonesia guru dapat menggunakan media gambar pada pokok bahasan mengarang cerita pengalaman sebagai alternatif dalam pembelajaran, sehingga dapat membangkitkan motivasi dan minat siswa serta memperoleh hasil yang baik dalam pembelajaran.

3. Kepala Sekolah, hendaknya selalu mendukung dan memotivasi guru untuk melakukan PTK, dan memberi kesempatan kepada guru untuk bebas berkreasi dalam melakukan kegiatan profesinya, dengan cara melengkapi sarana dan prasarana yang menjunjung kegiatan tersebut.


(5)

calon guru Sekolah Dasar dalam melaksanakan kegiatan penelitian, serta dapat menjadi guru yang berkompeten dikemudian hari.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Arlangga. 2007. Saya Senang Berbahasa Indonesia. Erlangga. Jakarta.

Arsyad, Azhar. 2002. Media Pembelajaran. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Basuki dan Farida. Dalam Ian. http://ian43.wordpress.com/2012113/00.56. Dimyati dan Mudjiono, 2002. Belajar dan pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. Djamarah dan Zain. 2006. Stratrgi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta. Hamalik, Oemar. 2006. Metode Pengajaran dan Kesulitan-Kesulitan Belajar.

Bandung.

http://lingkaran ilmu : Blogspot.com/2009/05/teori.belajar. adalah./0601130930. http://Techonly 13. wordpress.com/220113/2220.

Kamus Besar Bahasa Indonesia. (KBBI, 2000:90).

Kusumah.Wijaya, dkk. 2009 Mengenal Penelitian Tindakan Kelas. Malta Printindo. Jakarta.

Mulyono, Abdurrahmn. 2003. Pendidikan bagi anak berkesulitan belajar. Rineka Cipta. Jakarta

Nasution, 1999. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembelajaran. Erlangga. Jakarta.

Ruminiati. 2007. Pengembangan Pendidikan Kewarganegaraan SD. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasianal. Jakarta. Sadiman, Arif. Dkk. 2007. Media Pendidikan, Pengertian, Pengembangan dan

Pemanfaatannya. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Suyanto, Eko. 2009. Modul 04 Pemanfaatan Media Pembelajaran. Universitas Lampung. Bandar lampung.

Tabrani, Rusian. 1993. Proses Belajar Mengajar Yang Efektif Tingkat Pendidikan Dasar. Eresco Offet. Bandung.

Wardani, IGAK, dkk. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Universitas Terbuka. Jakarta.


Dokumen yang terkait

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INDUKTIF DENGAN MEDIA GAMBAR PADA MATA PELAJARAN PKn KELAS IV SDN 08 METRO SELATAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 11 69

PENGGUNAAN MEDIA REALIA UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS IV SDN 2 METRO SELATAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012

4 33 62

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR PADA MATA PELAJARAN IPS UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV SDN 4 BRANTI RAYA

0 18 16

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPA DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS IV SDN 3 NEGARARATU KECAMATAN NATAR

0 16 18

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN METODE KERJA KELOMPOK MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS IV SDN 4 METRO TIMUR TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 14 63

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN PENERAPAN MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS 1 SDN 2 GUNUNG SULAH BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 25 87

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS IV SDN 2 GULAK GALIK TELUK BETUNG UTARA BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 3 39

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK BAGI SISWA KELAS IV SDN 2 TANJUNG SARI TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 8 50

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MENGARANG IMAJINATIF DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA SISWA KELAS IV SDN 1 GUNUNG RAYA TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 9 60

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MENGARANG IMAJINATIF DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA SISWA KELAS IV SDN GUNUNG RAYA TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 5 64