MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MENGARANG IMAJINATIF DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA SISWA KELAS IV SDN 1 GUNUNG RAYA TAHUN PELAJARAN 2012/2013
ABSTRAK
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MENGARANG IMAJINATIF
DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR PADA
MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA SISWA
KELAS IV SDN 1 GUNUNG RAYA
TAHUN PELAJARAN 2012/2013
OLEH :
TAYIB
Penelitian ini dilatar belakangi oleh rendahnya hasil mengarang imajinatif siswa
kelas IV SDN 1 Gunung Raya. Berdasarkan hasil ulangan harian Bahasa
Indonesia di semester ganjil masih banyak siswa yang dibawah KKM (Kriteria
Ketuntasan Minimal) dengan nilai rata-rata 60 sedangkan KKM yang telah
ditetapkan sebesar 65, penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar
mengarang imajinatif siswa kelas IV SDN 1 Gunung Raya dengan menggunakan
media gambar.
Penelitian ini menggunakan pendekatan PTK (Penelitian Tindakan Kelas).
Prosedur penelitian berbentuk siklus, setiap siklus terdiri dari 4 kegiatan pokok
yaitu : perencanaan, pelaksanaan, observasi, refleksi. Alat pengumpulan data
dilakukan dengan cara observasi dan tes hasil belajar, analisis data dalam
penelitian ini bersifat kualitatif dan kuantitatif.
Hasil penelitian dapat diketahui bahwa melalui penggunaan media gambar dapat
meningkatkan hasil belajar mengarang imajinatif siswa kelas IV SDN 1 Gunung
Raya pada mata pelajaran Bahsa Indonesia yang terlihat dari proses pembelajaran
diakhir siklus terlihat mengalami peningkatan yang cukup baik. Pada siklus I nilai
rata-rata sebesar 63, siklus II sebesar 66, dan siklus III sebesar 71 dengan
peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 15,78% dan siklus II ke siklus III
sebesar 26,31%.
(2)
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MENGARANG IMAJINATIF
DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR PADA
MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA SISWA
KELAS IV SDN 1 GUNUNG RAYA
TAHUN PELAJARAN 2012/2013
OLEH :
TAYIB
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar
Sarjana Pendidikan
Pada
Program studi S-1 PGSD Jurusan Ilmu Pendidikan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
PROGRAM S1-PGSD GURU DALAM JABATAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2014
(3)
(4)
(5)
(6)
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Desa Gunung Raya Kec. Marga
Sekampung, Lampung Timur pada tanggal 05 Juli 1970,
sebagai anak ketiga dari Enam bersaudara pasangan
Bapak Raden Jakso dan Ibu Hadijah.
Riwayat Pendidikan Peneliti :
1.
SDN 1 Gunung Raya tamat tahun 1984
2.
SMPN Sekampung tamat tahun 1987
3.
SPG PGRI Metro tamat tahun 1990
4.
STIT Agus Salim Metro tamat tahun 2007
5.
Universitas Lampung, Program Studi S-1 PGSD dari tahun 2010 sampai
sekarang.
(7)
MOTO
“ Dan Alloh mengeluarkan kamu dari perut ibumu
Dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun,
Dan Dia memberi kamu pendengaran,
Pengelihatan dan hati, agar
Kamu bersyukur.”
( Q.S. An-Nahl : 78 )
(8)
PERSEMBAHAN
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Alloh SWT penguasa alam
semesta, yang telah memberikan kesehatan jasmani dan rohani, memberikan akal
dan semangat untuk senantiasa bertawakal.
Sholawat teriring salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan Nabi Besar
Muhammad SAW.
Kupersembahkan karya sederhana ini untuk :
Kedua orang tuaku yang selalu menuntunku dan mendo’akan dengan setulus hati
pada setiap langkah dan tujuanku, semoga dalam setiap kata yang terucap sebagai
do’a dan mendap
at balasan dari-Nya.
Istriku tercinta Maryam dan anak-anakku, Annisa AR, Tatang. S, dan Tirta Rifki
yang aku sayangi yang selalu mendo’akan dan memberikan dukungan serta
semangat kepadaku.
(9)
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
ABSTRAK ... ii
SAMPUL DALAM ... iii
HALAMAN PERSETUJUAN ... iv
HALAMAN PENGESAHAN ... v
HALAMAN PERNYATAAN ... vi
RIWAYAT HIDUP ... vii
MOTTO ... viii
PERSEMBAHAN ... ix
KATA PENGANTAR
... x
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GRAFIK ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 8
C. Perumusan Masalah ... 8
D. Pemecahan Masalah ... 9
E. Tujuan Penelitian ... 9
F. Manfaat Penelitian ... 9
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Pustaka Yang Menyangkut Variabel ... 11
(10)
3. Model Pembelajaran Imajinatif ... 17
4. Melengkapi Cerita Rumpang ... 21
B. Kerangka Pikir ... 21
C. Hipotesis Tindakan ... 21
BAB III METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian Tindakan Kelas ... 22
B. Setting Penelitian ... 22
C. Sasaran Penelitian ... 22
D. Rencana Penelitian ... 23
1. Perencanaan ... 27
2. Pelaksanaan Tindakan ... 27
3. Observasi ... 28
4. Refleksi ... 28
D. Teknik Pengumpulan Data ... 29
1. Metode Observasi ... 29
2. Metode Interview ... 29
3. Metode Dokumentasi ... 29
E. Teknik Analisis Data ... 30
F. Indikator Keberhasilan ... 30
G. Jadwal Penelitian ... 32
(11)
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
1.
Keadaan guru dan penjaga SDN 1 Gunung Raya
50
2.
Keadaan siswa SDN 1 Gunung Raya
50
3.
Rekapitulasi aktivitas belajar siswa pada siklus I
58
4.
Rekapitulasi kinerja guru pada siklus I
59
5.
Rekapitulasi hasil belajar siswa pada siklus I
61
6.
Rekapitulasi aktivitas belajar siswa pada siklus II
69
7.
Rekapitulasi kinerja guru pada siklus II
70
8.
Rekapitulasi hasil belajar siswa pada siklus I I
71
9.
Rekapitulasi aktivitas belajar siswa pada siklus III
80
10.
Rekapitulasi kinerja guru pada siklus III
81
11.
Rekapitulasi hasil belajar siswa pada siklus I II
82
12.
Rekapitulasi kemampuan siswa dalam kegiatan
mengarang cerita pengalaman dengan menggunakan
media gambar pada siklus I, II dan III
85
13.
Rekapitulasi rata-rata perolehan nilai tiap aspek pada tiap siklus
86
14.
Rekapitulasi aktivitas belajar siswa siklus I, II dan III
87
15.
Rekapitulasi presentase kinerja guru dalam proses pembelajaran
91
16.
Rekapitulasi kemampuan siswa dalam proses pembelajaran
93
(12)
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG MASALAH
Dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (UU SPN) No. 20 tahun
2003 pasal 1 ayat 1, dinyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa,
dan Negara. Untuk membentuk peserta didik yang berkompeten diberbagai
bidang, peran bahasa memiliki andil besar di dalamnya, karena bahasa
merupakan alat komunikasi yang penting dalam kehidupan sehari-hari. Salah
satu hal yang menunjukkan pentingnya bahasa adalah fungsinya sebagai
pemersatu bahasa di nusantara.
Selain bahasa sebagai alat komunikasi, Lerner (dalam Mulyono, 2003:
182-183), mengungkapkan bahwa bahasa merupakan salah satu kemampuan
terpenting manusia yang memungkinkan ia unggul atas makhluk-mkhluk lain
di muka bumi. Bahasa adalah suatu sistem komunikasi yang terintegrasi,
(13)
mencakup bahasa ujaran, membaca, dan menulis. Dalam belajar bahasa
terdapat 4 keterampilan yang harus dikuasai seseorang untuk dapat
menggunakan bahasa dengan baik. Keterampilan tersebut antara lain
menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Keterampilan membaca dan
menyimak merupakan keterampilan berbahasa yang bersifat reseptif,
sedangkan keterampilan berbicara dan menulis merupakan keterampilan
berbahasa yang bersifat produktif.
Wiyanto (2006 : 6-7) mengemukakan bahwa dalam kegiatan menulis
memerlukan sejumlah potensi pendukung yang untuk mencapainya
diperlukan kesungguhan, kemauan keras, serta harus belajar dan berlatih
dengan sungguh-sungguh dan terus menerus dalam waktu yang cukup
lama. Dengan demikian, wajar bila dikatakan bahwa menciptakan iklim
budaya tulis akan mendorong seseorang menjadi lebih aktif, kreatif, dan
lebih cerdas. Hal ini bisa terjadi karena untuk mempersiapkan sebuah
tulisan, sejumlah komponen harus dikuasai, mulai dari hal-hal yang
sederhana, seperti memilih kata, merakit kalimat, sampai ke hal-hal yang
agak rumit, yaitu merakit paragraph.
Berdasarkan pengamatan penulis pada pra-penelitian, siswa kelas IV SDN 1
Gunung Raya belum lancar atau belum mampu mengarang cerita pengalaman
dengan baik. Pada saat pembelajaran berlangsung, masih banyak siswa yang
kurang antusias dan tidak menyimak materi yang disampaikan oleh guru,
sehingga hasil belajar siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia masih
rendah. Hal ini terlihat pada hasil rata-rata ulangan harian Bahasa Indonesia
pada mata pelajaran mengarang cerita pengalaman pada semester genap tahun
pelajaran 2012/2013 yaitu 57 sedangkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
yang telah ditetapkan adalah 75. dalam pembelajaran Bahasa Indonesia
terlihat kekurangmampuan siswa pada mata pelajaran mengarang cerita
(14)
menunjang proses pembelajaran, serta pola mengajar yang masih bersifat
teacher centred
.
Dalam pelaksanaan pembelajaran, ternyata tidak semua aspek keterampilan
berbahasa dapat ditanamkan dengan mudah kepada anak. Banyak faktor yang
menjadi kendala dalam pembelajaran bahasa, salah satu diantaranya adalah
kurangnya pemanfaatan media pembelajaran. Guru sering mengalami
kesulitan untuk memilih media yang tepat sehingga guru menjadi enggan
untuk mengajar dengan menggunakan media, dan pembelajaran menulis
kurang diperhatikan oleh siswa.
Untuk menyiasati hal tersebut, guru harus melakukan tindakan yang dapat
mengubah suasana pembelajaran dan melibatkan siswa aktif dalam proses
pembelajaran. Kehadiran media pembelajaran memiliki peran yang sangat
penting demi tercapainya tujuan pembelajaran. Dalam hal mengarang cerita
pengalaman, salah satu media pembelajaran penunjangnya dapat ditempuh
dengan menggunakan media gambar. Seperti yang dikemukakan oleh Arsyad
(2006 : 17) bahwa, lambang visual atau gambar dapat memperlancar
pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang
terkandung dalam gambar. Gambar yang sigunakan sebagai media
pembelajaran harus artistic dalam arti gambar tersebut mempertimbangkan
factor-faktor seperti komposisi, pewarnaan yang efektif, serta teknik
pengambilan dan pemrosesan yang baik. Selanjutnya, gambar harus cukup
(15)
besar dan jelas untuk kelompok siswa yang dihadapi. Penggunaan media
gambar ini juga dimaksudkan untuk mengatasi kendala pengadaan media
realia. Jadi, jika guru tidak dapat menampilkan media nyata dalam
pembelajaran, kehadiran gambar dapat membantu mengatasi permasalahan
tersebut.
Pada kenyataannya, media pembelajaran memiliki peran yang sangat besar
dalam proses pembelajaran, seperti yang diungkapkan Hamalik (dalam
Arsyad, 2002 : 15-16), bahwa penggunaan media pembelajaran dalam proses
pembelajaran dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru,
membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan pembelajaran, dan bahkan
membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Penggunaan media
pembelajaran pada tahap orientasi pembelajaran akan sangat membantu
keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian pesan serta isi pelajaran
pada saat itu.
Pelajaran mengarang sebenarnya sangat penting diberikan kepada murid untuk
melatih menggunakan bahas secara aktif. Di samping itu, pengajaran
mengarang di dalamnya secara otomatis mencakup banyak unsur kebahasaan
termasuk kosa kata dan keterampilan penggunaan bahasa itu sendiri dalam
bentuk bahasa tulis. Akan tetapi dalam hal ini guru bahasa Indonesia
dihadapkan pada dua masalah yang sangat dilematis. Di satu sisi guru bahasa
harus dapat menyelesaikan target kurikulum yang harus dicapai dalam kurun
(16)
waktu yang telah ditentukan. Sementara di sisilain posi waktu yang disediakan
untuk pelajaran mengarang seharusnya dibutuhkan waktu yang cukup panjang,
karena diperlukan latihan-latihan yang cukup untukmemberikan siswa dalam
karang-mengarang. Dari dua persoalan tersebut kiranya dibutuhkan kreative
guru untuk mengatur sedemikian rupa sehingga materi pelajaran mengarang
dapat diberikan semaksimal mungkin dengan tidak mengesampingkan materi
yang lain.
Berdasarkan uraian di atas, maka dalam penelitian ini akan difokuskan pada
upaya meningkatkan kemampuan mengarang siswa di SDN 1 Gunung Raya
khususnya dalam mengarang cerita pengalaman. Oleh karena itu, penulis
melakukan
Penelitian
Tindakan
Kelas
dengan
mengambil
judul
”Meningkatkan Hasil Belajar Mengarang
Imajinatif Dengan Menggunakan
Media Gambar Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas IV SDN 1
Gunung Raya Tahun Pelajaran
2012/2013”.
B.
IDENTIFIKASI MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, perlu
diidentifikasikan permasalahan yang ada, yaitu sebagai berikut :
1.
Rendahnya hasil belajar siswa SDN 1 Gunung Raya dalam mengarang
cerita pengalaman.
(17)
2.
Rendahnya kemampuan siswa SDN 1 Gunung Raya dalam mengarang
cerita pengalaman yang terbukti pada hasil belajar Bahasa Indonesia
belum mencapai standar KKM 65.
3.
Guru kelas IV SDN 1 Gunung Raya belum menggunakan media gambar
yang dapat meningkatkan hasil belajar khususnya dalam mengarang
cerita pengalaman.
C.
PEMBATASAN MASALAH
Masalah dalam penelitian ini perlu dibatasi agar penelitian dapat terarah dan
terfokus secara cermat. Masalah tersebut difokuskan sebagai berikut :
”Meningkatkan hasil belajar mengarang
imajinatif siswa kelas IV SDN 1
Gunung Raya dalam kegiatan mengarang cerita pengalaman.
D.
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, dalam penelitian ini perlu
dirumuskan permasalahan yang akan diteliti serta pemecahan masalahnya.
Adapun permasalahan tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut.
”
Bagaimanakah penggunaan media gambar untuk meningkatkan hasil dan
kemampuan mengarang cerita pengalaman pada pembelajaran Bahasa
Indonesia siswa kelas IV SDN 1 Gunung Raya”.
(18)
E.
TUJUAN PENELITIAN
Dari rumusan masalah penelitian yang telah diuraikan di atas, maka tujuan
dari Penelitian Tindakan Kelas ini adalah untuk :
1.
Meningkatkan hasil belajar mengarang cerita pengalaman siswa kelas IV
SDN 1 Gunung Raya pada mata pelajaran Bahasa Indonesia melalui
penggunaan media gambar.
2.
Meningkatkan kemampuan siswa kelas IV SDN 1 Gunung Raya dalam
mengarang cerita pengalaman pada mata pelajaran Bahasa Indonesia
melalui penggunaan media gambar.
F.
MANFAAT PENELITIAN
Hasil Penelitian Tindakan Kelas ini diharapkan dapat memberikan manfaat
bagi :
1.
Siswa
a.
Dapat meningkatkan hasil belajar mengarang siswa kelas IV SDN 1
Gunung Raya dalam mengarang cerita pengalaman melalui
penggunaan media gambar.
b.
Dapat meningkatkan kemampuan siswa kelas IV SDN 1 Gunung Raya
dalam mengarang cerita pengalaman pada mata pelajaran Bahasa
Indonesia melalui penggunaan media gambar.
2.
Guru
Sebagai bahan masukan bagi guru untuk meningkatkan kualitas
pembelajarannya, guru dapat meningkatkan suasana pembelajaran yang
(19)
menyenangkan serta membangkitkan minat siswa dengan menggunakan
media gambar yang menarik dan bervariasi selain itu guru dapat
meningkatkan profesionalitas dirinya karena dengan Penelitian Tindakan
Kelas guru dapat memperbaiki kinerjanya dalam menyampaikan materi
pembelajaran, sehingga dapat menjadi guru yang kompeten.
3.
Sekolah ( SDN 1 Gunung Raya )
Sebagai bahan masukan bagi sekolah dalam upaya meningkatkan kualitas
pendidikan melalui penggunaan media gambar sebagai inovasi,
pembelajaran yang cepat berlangsung secara aktif, inovatif, kreatif,
menyenangkan secara efektif dan efisien khususnya dalam pembelajaran
mengarang cerita pengalaman.
4.
Peneliti
Dapat meningkatkan kompetensi pada diri peneliti sekaligus memberikan
pengalaman tentang Penelitian Tindakan Kelas sehingga dapat menjadi
guru yang profesional dikemudian hari.
(20)
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.
HASIL BELAJAR
1.
Pengertian Belajar
Menurut Hamalik, (2006:30) belajar merupakan suatu perilaku. Pada saat
seseorang belajar, maka responnya menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila
tidak belajar maka responsnya menurun. Pendapat yang berbeda juga
diungkapkan oleh Gagne (dalam Dimyati dan Mudjiono, 2002:10) bahwa
belajar adalah kegiatan yang kompleks. Setelah belajar, seseorang
memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai.
Selanjutnya, Piaget (dalam Dimyati dan Mudjiono, 2002:13) menyatakan
bahwa, pengetahuan dibentuk oleh individu, sebab individu melakukan
interaksi terus menerus dengan lingkungan. Selalu memahami perubahan.
Dengan adanya interaksi dengan lingkungan maka fungsi intelektual
semakin berkembang.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa merupakan suatu proses yang
komplek, dimana pengetahuan dibangun pada saat proses pembelajaran.
(21)
Belajar juga merupakan proses pembelajaran intelektual, dari yang tidak
tahu menjadi tahu, dari yang tidak biasa menjadi biasa.
2.
Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar adalah segala sesuatu yang dapat dilakukan atau dikuasai
siswa sebagai hasil pembelajaran (Nasution 1999). Menurut (2001)
faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran dan hasilnya adalah
sebagai berikut : kesiapan belajar, perhatian-perhatian, motivasi, aktivitas
siswa, mengalami sendiri, pengulangan, balikan dan penguatan, perbedaan
individual, kesiapan belajar.
Hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan
tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu,
dari tidak mengerti menjadi mengerti (Hamalik, 2006:30)
Guru dilihat dari sebuah porsi ia memiliki peranan yang sangat besar
dalam pendidikan, ia harus mampu memberikan, pelayanan dalam proses
belajar mengajar dalam kelas. Siswa menharap sekali dari guru. Manakala
harapan siswa terpenuhi, siswa akan merasa puas, bila tidak, ia akan meras
kecewa.
Guru harus menyadari konsekuensi yang disandangkanya, guru diharapkan
pada tantangan, di mana guru diminta harus harus ramah, sabar, penuh
percaya diri, bertanggung jawab, dan menciptakan rasa aman, dilain pihak
(22)
guru harus mampu memberi tugas, dorongan kepada siswa dalam
mencapai tujuan, mengadakan koreksi, mengarahkan belajar serta teguran
agar memperoleh hasil optimal. Guru juga harus memiliki kemauan dan
kerelaan untuk memaklumi alam pikiran dan perasaan siswa, dia harus
bersikap kritis, karena siswa dapat dibiarkan dalam keadaan sekarang.
Banyak kemampuan yang belum dimiliki siswa dan mereka harus dibantu
untuk memperolehnya.
3.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dapat digolongkan menjadi
dua golongan, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah
faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor
ekstern adalah faktor yang berasal dari luar individu.
Faktor intern terdiri dari faktor jasmaniah, faktor psokologis, dan faktor
kelelahan.
1.
Faktor Jasmaniah
a). Aktor Kesehatan
Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta
bagian-bagianya/bebas dari penyakit. Kesehatan adalah atau hal sehat.
Kesehatan seseorang berpengaruh terhadap belajarnya.
(23)
Proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan seseorang
terganggu, selain itu jugaia akan cepat lelah, kurang bersemangat, mudah
pusing, ngantuk jika badanya lemah, kurang darah atau ada
gangguan-gangguan/kelainan-kelainan fungsi alat inderanya serta tubuhnya
(http://lingkaran ilmu:blogspot.com/2009/05/teori.belajar.adalah.html/
060113/0930).
Agar seseorang dapat belajar dengan baik haruslah mengusahakan
kesehatan badanya tetap terjamin dengan cara elalu mengindahkan
ketentuan-ketentuan tentang bekerja, belajar, istirahat, tidur makan,
olahraga dan ibadah.
b). Cacat Tubuh
Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang
sempurna mengenai tubuh/badan. Cacat itu dapat berupa buat, setengah
buta, setengah tuli, patah kaki, dan patah tangan, lumpuh dan lain-lain.
Keadaan cacat tubuh juga mempengaruhi belajar. Siswa yang cacat
belajarnya juga terganggu. Jika hal ini terjadi, hendaknya ia belajar pada
lembaga pendidikan khusus atau diusahakan alat Banru agar dapat
menghindari atau mengurangi pengaruh kecacatanya itu.
(24)
2. Faktor Psikologis
Ada tujuh faktor yang tergolong dalam faktor psikologis yang
memengaruhi belajar. Faktor itu adalah: ineligensi, perhatian, minat, bakat,
motif, kematangan, dan kelelahan.
a). Inteligensi
Jadi inteligensi itu adalah kecakapan yang terdiri dari tiga
jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke
dalam situasi yang baru dengat cepat dan efektif, mengetahui/
menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif,
mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat.
b). Perhatian
Perhatian adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itu
pun semata-mata tertuju kepada suatu obyek atau sekumpulan
obyek. Untuk dapat menjaminhasil belajar yang baik, maka siswa
harus mempunyai erhatian terhadap bahan yang dipelajarinya, jika
bahan pelajaran tidak menjadi perhatian siswa, maka timbullah
kebosanan, sehingga ia tidak lagi suka belajar.
c). Minat
Minat adalah kecendrungan yang tetap untuk
memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang
diminati seseorang, diperhatikan terus menerus yang disertai
dengan rasa senang. Jadi berbeda dengan perhatian, karena sifatnya
sementara (tidak dalam waktu lama) dan belum diikuti dengan
(25)
perasaan senang, sedangkan minat selalu diikuti dengan perasaan
senang dan dari situ diperoleh kepuasan.
d). Bakat
Bakat adalah kemapuan untuk belajar. Kemampuan itu baru
akan terelasikan menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar
atau berlatih. Orang yang berbakat mengetik, misanya karena lebih
cepat dapat mengetik dangan lancar dibandingkan dengan orang
lain yang kurang/tidak berbakat di bidang itu.
Dari uraian di atas jelaslh bahwa bakat itu mempengaruhi
belajar. Jika bahan pelajaran yang dipelajari ia senang dengan
bakatnya maka hasil belajarnya lebih baik karena ia senang belajar
dan pastilah selanjutnya ia lebih giat dalam belajarnya itu. Adalah
penting untuk mengetahui bakat siswa dan menempatkan siswa
belajar di sekolah yang sesuai dengan bakatnya.
e). Motif
Motif erat sekali hubunganya dengan tujuan yang akan
dicapai, di dalam menentukan tujuan itu dapat disdari atau tidak,
akan tetapi untuk mencapai itu perlu berbuat, sedangkan yang
menjadi penyebab berbuat adalah motif itu sendiri sebagai daya
penggerak/pendorong.
(26)
f). Kematangan
Kematangan adalah suatu/fase dalam pertumbuhan
seseorang, di mana alat-alat tubhnya sudah siap untuk melakukan
kecakapan baru. Misalnya anakdengan kakinya sudah siap untuk
berjalan, tangan dan jari-jarinya sudah siap untuk menulis, dengan
otaknya sudah siap untuk berpikir abstrak, dan lain-lain.
Kematangan belum tentu anak dapat melaksanakan
kegiatan secara terus-menerus, untuk itu diperlukan latihan-latihan
dan pelajaran. Dengan kata alin, anak yang sudah siap (matang)
belum dapat melaksanakan kecakapanya sebelum belajar. Belajar
akan lebih baik berhasil jika anak sudah siap. Jadi kemajuan baru
untuk meiliki kecakapan itu tergantung dari kematangan dan
belajar.
g). Kesiapan
Kesiapan adalah kesediaan untuk memberikan response atau
bereaksi. Kesediaan itu timbul dari dalam diriseseorang dan
jugberhubungan dengan kematangan, karena kematangan berarti
kesiapan untuk melaksanakan kecakapan. Kesiapan ini perlu
diperhatikan dalam proses belajar, karena jika siswa belajar dan
padanya sudah ada kesiapan, maka hasil belajarnya akan lebih baik.
(http://lingkaran ilmu:blogspot.com/2009/05/teori.belajar.adalah.
html/060113/0930).
(27)
3.
Faktor Kelelahan
Kelelahan pada seseorang walaupun sulit untuk dipisahkan tetapi dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani
(bersifat psikis).
a.
Faktor-faktor Ekstern
Faktor
ekstern
yang
berpengaruh
terhadap
belajar
dapat
dikelompokkan menjadi 3 faktor; faktor keluarga, faktor sekolah, dan
faktor masyarakat.
1.
Faktor Keluarga
Faktor yang berasal dari orang tua ini utamanya adalah sebagai
mendidik orang tua terhadap anaknya. Dalam hal ini dpat
dikaitkan suatu teori, apakah oang tua
mendidik secara demokratis,otoriter, atau cara laisses fiare. Cara
atau tipe mendidik yang demikian masing-masing mempunyai
kebaikanya dan ada pula kekuranganya.
2.
Faktor yang berasal dari sekolah
Faktor yang berasal dari sekolah, dapat berasal
dari guru, mata pelajran yang ditempuh, dan metode yang
diterapkan. Faktor guru banyak menjadi penyebab kegagalan
belajar anak, yaitu yang menyangkut kepribadian guru,
kemampuan mengajarnya. Terhadap mata pelajaran, karena
kebanyakan anak memusatkan perhatianya kepada yang diminati
saja, sehingga mengakibatkan nilai yang diperolehnya tidak sesuai
(28)
dengan yang diharapkan. Keterampilan, kemampuan, dan kemauan
belajar anak tidak dapat dilepaskan dari pengaruh atau campur
tangan orang lain. Oleh karena itu menjadi tugas guru untuk
membimbing anak dalam belajar.
3. Faktor yang berasal dari masyarakat
Anak lepas dari kehidupan masyarakat. Faktor masyarakat bahkan
sangat kuat pengaruhnya terhadap pendidikan anak. Pengruh
masyarakat bahkan sulit dikendalikan. Mendukung atau tidak
mendukung
perkembangan
anak,
masyarakat
juga
ikut
mempengaruhi.(http://lingkaran ilmu:blogspot.com/2009/05/teori.
belajar.adalah.html/060113/0930).
B.
MEDIA PEMBELAJARAN
1.
Pengertian Media Pembelajaran
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2000 : 727), media adalah alat.
Media pendidikan merupakan alat dan bahan yang digunakan dalam proses
pembelajaran. Kata media berasal dari bahasa Latin
medius
yang secara
harfiah berarti tengah, perantara, atau pengantar. Dalam bahasa Arab,
media berarti perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada
penerima pesan.
Pengertian media juga diungkapkan oleh Gerlach dan Ely (dalam Arsyad,
2009 : 3) bahwa media apabila dipelajari secara garis besar adalah
(29)
manusia, materi atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat
siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap.
Selanjutnya Djamarah dan Zain (2006 : 120) mengatakan bahwa media
adalah alat bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan
guna mencapai tujuan pembelajaran.
Definisi yang tidak jauh berbeda juga dikemukakan oleh Sudjana (dalam
Djamarah dan Zain, 1982 : 2) bahwa media pembelajaran adalah alat bantu
dalam proses pembelajaran. Dengan menggunakan media pembelajaran
diharapkan dapat meningkatkan partisipasi dan hasil belajar siswa. Media
pembelajaran
dapat
mempertinggi
proses
belajar
siswa
dalam
pembelajaran, yang pada gilirannya diharapkan dapat mempertinggi hasil
belajar yang diciptanya. Selanjutnya, Tabrani (1993 : 189-190)
mengemukakan pengertian media sebagai berikut :
1.
Media adalah alat yang dapat membantu proses pembelajaran yang
berfungsi memperjelas makna pesan yang disampaikan sehingga
tujuan dan proses pembelajaran dapat tercapai dengan sempurna.
2.
Media berperan sebagai perangsang belajar dan dapat menumbuhkan
motivasi belajar sehingga peserta didik tidak bosan dalam meraih
tujuan-tujuan belajar.
3.
Apa pun yang disampaikan oleh guru harus menggunakan media,
paling tidak yang digunakannya adalah media verbal, yaitu kata-kata
yang diucapkannya di hadapan peserta didik.
4.
Segala sesuatu yang terdapat di lingkungan sekolah, baik berupa
manusia ataupun bukan manusia yang pada permulaannya tidak
dilibatkan dalam proses belajar mengajar, setelah dirancang dan
dipakai dalam kegiatan tersebut, lingkungan itu berstatus sebagai
media sebagai alat perangsang belajar. Dengan kata lain, alat itu baru
disebut media jika dirancang dan dipakai dalam proses pembelajaran.
(30)
Jadi, media merupakan suatu alat penyampai pesan yang dapat mengubah
sesuatu yang abstrak menjadi lebih konkrit. Dengan media, anak akan
melihat apa yang seharusnya diketahui, dan bukan hanya sekedar
membayangkan.
2.
Manfaat Media Pembelajaran
Media dalam pembelajaran memiliki berbagai manfaat, seperti yang
dikemukakan oleh Sudjana dan Rivai (dalam Arsyad, 2009 : 24-25) yaitu :
a.
Pembelajaran akan menarik perhatian siswa sehingga dapat
menumbuhkan motivasi belajar.
b.
Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih
dipahami oleh siswa dan memungkinkannya menguasai dan
mencapai tujuan pembelajaran.
c.
Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata
komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru.
d.
Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak
hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti
mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, dan lain sebagainya.
Manfaat media juga dijelaskan oleh Hamalik (dalam Arsyad, 2009 : 25)
yaitu sebagai berikut :
a.
Meletakan dasar-dasar yang konkret untuk berpikir, oleh karena itu
mengurangi verbalisme.
b.
Memperbesar perhatian siswa.
c.
Meletakan dasar-dasar yang penting untuk perkembangan belajar,
oleh karena itu membuat pelajaran lebih mantap.
d.
Memberikan pengalaman nyata yang dapat menumbuhkan kegiatan
berusaha sendiri di kalangan siswa.
e.
Memberikan pengalaman yang tidak mudah diperoleh dengan cara
lain, dan membantu efisien dan keragamaan yang lebih banyak dalam
belajar.
(31)
Selain itu, Techonly (dalam http: // techonly13.wordpress.com / 220311 /
22:26) mengungkapkan manfaat dari penggunaan media sebagai berikut :
a.
Penyampaian pembelajaran menjadi lebih baku.
b.
Pembelajaran bisa lebih menarik.
c.
Pembelajaran menjadi lebih interaktif.
d.
Kualitas hasil belajar dapat ditingkatkan.
e.
Sikap positif siswa terhadap apa yang mereka pelajari dan terhadap
proses belajar dapat ditingkatkan.
f.
Peran guru dapat berubah ke arah yang lebih positif dalam proses
pembelajaran.
Pendapat yang tidak jauh berbeda juga dikemukakan oleh Arsyad (2009 :
25-26) bahwa media memiliki beberapa fungsi praktis dalam proses
pembelajaran, antara lain :
a.
Meida pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan
informasi sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses
dan hasil belajar.
b.
Media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian
siswa sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar.
c.
Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan ruang dan waktu.
d.
Media pembelajaran dapat memberikan kesamaan pengalaman
kepada siswa tentang peristiwa-peristiwa di lingkungan mereka, serta
memungkinkan terjadinya interaksi langsung dengan guru,
masyarakat, dan lingkungannya.
Dari uraian dan pendapat beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa
media memiliki manfaat yang sangat besar dalam proses pembelajaran.
Media merupakan salah satu stimulus bagi siswa untuk menumbuhkan
motivasi, serta meningkatkan respon positif siswa dalam proses
pembelajaran. Kehadiran media juga dapat memberikan pengalaman
langsung yang sangat berharga bagi siswa serta mengurangi verbalisme,
sehingga pembelajaran menjadi lebih terarah pada tujuan yang hendak
dicapai.
(32)
3.
Jenis-Jenis Media Pembelajaran
Media pembelajaran banyak sekali jenis dan macamnya. Mulai dari yang
paling sederhana dan murah hingga yang canggih dan mahal harganya.
Ada media yang dapat dibuat oleh guru sendiri, ada media yang
diperoduksi oleh pabrik. Ada media yang sudah tersedia di lingkungan
yang langsung dapat dimanfaatkan, ada pula yang secara khusus dirancang
untuk keperluan pembelajaran. Sejalan dengan hal tersebut, Kemp dan
Dayton (dalam Arsyad, 2002 : 37) mengelompokkan media ke dalam tujuh
jenis, yaitu :
a.
Media cetakan, meliputi bahan-bahan yang disiapkan di atas kertas
untuk pembelajaran dan informasi.
b.
Media pajang, umumnya digunakan untuk menyampaikan pesan atau
informasi di depan kelompok kecil.
c.
Overhead transparancies
. Transparansi yang diproyeksikan adalah
visual baik berupa huruf, lambang, gambar, grafik atau gabungannya
pada lembaran bahan tembus pandang atau plastik yang dipersiapkan
untuk diproyeksikan ke sebuah layar atau dinding melalui sebuah
proyektor.
d.
Rekaman
audiotape.
Pesan dan isi pelajaran dapat direkam pada tape
magnetik sehingga hasil rekaman itu dapat diputar kembali pada saat
diinginkan. Pesan dan isi pelajaran dimaksudkan untuk merangsang
pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan siswa sebagai upaya
mendukung terjadinya proses belajar.
e.
Seri Slide
dan
film strips
.
Slide
(film bingkai) adalah suatu film
transparansi yang berukuran 35 mm dengan bingkai 2 x 2 inci. Bingkai
tersebut terbua dari karton atau plastik. Film bingkai diproyeksikan
melalui
slide projector.
f.
Rekaman video dan film hidup. Film atau gambar hidup merupakan
gambar-gambar dalam frame di mana frame demi frame diproyeksikan
melalui lensa proyektor secara mekanis sehingga pada layar terlihat
gambar itu hidup. Sama halnya dengan film, video dapat
menggambarkan suatu objek yang bergerak bersama-sama dengan
suara alamiah atau suara yang sesuai.
g.
Komputer. Komputer adalah mesin yang dirancang khusus untuk
memanipulasi informasi yang diberi kode, mesin elektronik yang
otomatis melakukan pekerjaan dan perhitungan sederhana dan rumit.
(33)
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa banyak jenis media
pembelajaran yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran. Ada yang
berbentuk cetakan (visual), audio visual, media elektronil dan lain-lain.
Semua media tersebut memiliki kelebihan dan kelemahannya
masing-masing. Dari sekian banyak jenis media yang telah dijelaskan di atas,
media cetakan (visual) berbentuk gambar adalah media yang paling umum
digunakan. Karena selain harganya yang murah dan mudah didapat,
gambar juga dapat memperjelas hal-hal yang tidak mudah untuk diamati,
dapat menarik perhatian dan mampu mengilustrasikan suatu proses.
4.
Pengertian Media Gambar
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia (2000:329) gambar merupakan
tiruan barang (orang, binatang, tumbuhan, dan sebagainya) yang dibuat
dengan coretan pensil dan sebagainya pada kertas dan sebagainya.
Menurut Suyanto (2009:6) gambar merupakan suatu bentuk media yang
masuk dalam kategori grafis. Gambar didefinisikan sebagi representasi
visual dari orang, tempat ataupun benda yang diwujudkan di atas kanvas,
kertas atau bahan lain dengan cara lukisan, gambar atau foto. Ukuran
gambar dan foto dapat diperbesar atau diperkecil agar dapat digunakan
untuk keperluan pembelajaran tertentu.
Selanjutnya, Heinich (dalam Suyanto, 2009:6) menyatakan bahwa
pemanfaatan gambar dalam proses pembelajaran sangat membantu guru,
(34)
karena media gambar dapat menarik perhatian siswa. Pada umumnya
semua orang senang melihat gambar atau foto, menyediakan gambaran
nyata dari suatu objek yang karena suatu hal tidak mudah untuk diamati,
unik, memperjelas hal-hal yang bersifat abstrak, dan mampu
mengilustrasikan suatu proses.
Djamarah dan Zain (2006:124) mengungkapkan bahwa gambar juga
merupakan salah satu media visual yang mengandalkan indra
penglihatan. Selain media gambar, media visual ini juga ada yang
menampilkan gambar diam seperti
film strip
(film rangkai),
slides
(film bingkai), lukisan, atau cetakan. Ada pula media visual yang
menampilkan gambar atau simbol yang bergerak seperti film bisu,
dan film kartun.
Gambar merupakan salah satu media penunjang dalam kegiatan
pembelajaran, terutama untuk tingkat SD. Pada usia ini anak masih berada
pada tahap berfikir konkret dan belum mampu berfikir secara abstrak.
Kehadiran media pembelajaran sangat membantu anak dalam memahami
konsep tertentu yang tidak dapat dijelaskan dengan bahasa. Jika
pembelajaran menulis paragraf deskripsi dilakukan dengan menggunakan
media gambar, tentu saja dapat memberi pengaruh positif terhadap
motivasi dan hasil kerja siswa, karena ada pepatah Cina yang mengatakan
bahwa ”sebuah gambar berbicara banyak daripada seribu kata”.
1.
Kelebihan dan Kelemahan Media Gambar
Media gambar memiliki kelebihan dan juga kelemahan, seperti yang
dikemukakan oleh Sadiman, dkk. (2007:8) yaitu :
(35)
a.
Kelebihan
1)
Sifatnya konkrit, gambar lebih realistis menunjukkan pokok
masalah dibandingkan dengan verbal semata.
2)
Gambar dapat mengatasi batasan ruang dan waktu, tidak semua
benda, objek atau peristiwa dapat dibawa ke kelas, dan tidak
selalu bisa anak-anak dibawa ke objek/peristiwa tersebut.
3)
Meida gambar dapat mengatasi keterbatasan pengamatan kita.
Misalnya, sel atau penampang daun yang tidak mungkin kita
lihat dengan mata telanjang dapat disajikan dengan jelas dalam
bentuk gambar.
4)
Gambar dapat memperjelas suatu masalah, dalam bidang apa
saja dan untuk tingkat usia berapa saja, sehingga dapat
mencegah atau membetulkan kesalahpahaman.
5)
Gambar harganya murah dan gampang didapat serta digunakan
tanpa memerlukan peralatan khusus.
b.
Kelemahan
1)
Gambar hanya menekankan persepsi indra mata
2)
Gambar benda yang terlalu kompleks kurang efektif untuk
kegiatan pembelajaran.
(36)
Pendapat yang tidak jauh berbeda juga diungkapkan oleh Basuki dan
Farida (dalam Ian, http://ian43.wordpress.com/230311/00:56, yaitu :
a.
Kelebihan
1.
Umumnya murah harganya
2.
Mudah didapat
3.
Mudah digunakan
4.
Dapat memperjelas suatu masalah
5.
Lebih realistis
6.
Dapat mengatasi keterbatasan pengamatan
7.
Dapat mengatasi keterbatasan ruang
b.
Kelemahan
1.
Semata-mata hanya medium visual
2.
Ukuran gambar seringkali kurang tepat untuk pengajaran dalam
kelompok besar
Berdasarkan penjelasan di atas, maka penggunaan media gambar
dalam proses pembelajaran memiliki banyak kelebihan dibandingkan
kelemahannya. Jika seorang guru melakukan proses pembelajaran
dengan menggunakan media gambar, maka pembelajaran akan lebih
bermakna dan lebih terarah pada tujuan yang hendak dicapai, karena
siswa tidak hanya membayangkan hal yang hendak ditulis, melainkan
siswa menceritakan sesuatu berdasarkan gambar yang dilihat.
(37)
Selain kelebihan dan kelemahan yang telah dijelaskan di atas,
selanjutnya Sadiman, dkk (2007:29) mengungkapkan ada enam syarat
yang perlu dipenuhi oleh gambar yang baik sehingga dapat dijadikan
sebagai media pembelajaran yaitu :
a.
Autentik. Gambar tersebut harus secara jujur melukiskan
situasi seperti jika seseorang sedang melihat benda sebenarnya.
b.
Sederhana. Komposisi gambar hendaknya cukup jelas
menunjukkan poin-poin pokok dalam gambar.
c.
Ukuran Relatif. Gambar dapat membesarkan atau memperkecil
objek benda sebenarnya. Apabila gambar tersebut tentang
benda/objek yang belum dikenal atau pernah dilihat anak maka
sulitlah membayangkan berapa besar benda atau objek tersebut.
Untuk menghindari itu hendaknya dalam gambar tersebut
terdapat sesuatu yang telah dikenal anak-anak sehingga dapat
membantunya membayangkan gambar.
d.
Gambar sebaiknya mengandung gerak atau perbuatan. Gambar
yang baik tidaklah menunjukkan objek dalam keadaan diam,
tetapi memperlihatkan aktivitas tertentu.
e.
Gambar yang bagus belum tentu baik untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Walaupun dari segi mutu kurang, gambar karya
siswa sendiri sering kali lebih baik.
f.
Tidak setiap gambar yang bagus merupakan media yang bagus.
Sebagai media yang baik, gambar hendaklah bagus dari sudut
seni dan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
Apabila guru hendak menggunakan media gambar, ada baiknya guru
memahami syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh gambar yang
baik.Guru tidak boleh menggunakan media gambar yang tidak sesuai
dengan tujuan pembelajaran. Selain itu, guru
juga harus
mempertimbangkan ukuran dari gambar yang akan ditampilkan.
Apabila guru hendak memperlihatkan sebuah gambar pada kelompok
besar, maka ukuran gambar harus disesuaikan dengan jumlah siswa
yang ada. Hal tersebut dilakukan agar proses pembelajaran dapat
(38)
Jadi media pembelajaran dapat membantu guru dalam menyampaikan
materi sekaligus mempermudah siswa untuk menerima materi yang
diajarkan. Salah satu media yang lazim digunakan di SD adalah media
gambar, karena dengan media gambar siswa dapat dapat memahami
sesuatu yang abstrak menjadi lebih konkrit. Media gambar juga
merupakan sebuah alat penyampai pembelajaran yang dapat menarik
perhatian siswa, karena jika sebuah materi pembelajaran terdapat
bermacam-macam gambar, otomatis anak akan lebih tertarik pada
pokok bahasan yang sedang diajarkan.
2.
Langkah-langkah Menggunakan Media Gambar
Sebelum pembelajaran dimulai, terlebih dahulu guru harus
mempersiapkan langkah-langkah yang akan dilakukan untuk
menggunakan media gambar, agar proses pembelajaran dapat
berlangsung secara efektif dan efisien. Hal tersebut sejalan dengan
yang dikemukakan oleh Ruminiati (2007:2.23) bahwa sebelum
menggunakan media gambar, guru harus mempersiapkan
langkah-langkah sebagai berikut :
1)
Menganalisis pokok bahasan atau sub pokok bahasan yang akan
dituangkan dalam bentuk media gambar
2)
Menyiapkan bahan-bahan yang akan digunakan
(39)
4)
Guru meminta salah seorang siswa untuk mengomentari gambar
yang telah ditampilkan dan siswa yang lain diminta untuk
memberikan tanggapan terhadap komentar tersebut.
5)
Guru menjelaskan pokok bahasan melalui media yang telah
dipersiapkan
6)
Guru bersama-sama siswa menyimpulkan materi pelajaran
sekaligus menindak lanjuti dengan memberikan tugas kepada siswa
untuk memperkaya penguasaan materi dalam pembelajaran.
Dari pendapat ahli yang telah dijelaskan di atas, maka dalam penelitian
tindakan kelas ini penulis menggunakan langkah-langkah penyajian
media gambar tersebut untuk dikembangkan dan digunakan dalam
pembelajaran pada setiap siklus.
(40)
5.
Melengkapi Cerita Pengalaman
Cerita adalah tuturan yang membentangkan bagaimana terjadinya
sesuatu hal atau.
Pengalaman adalah sesuatu yang pernah dialami, dijalani, dirasa,
ditanggung. Jadi cerita pengalaman ini adalah pengalaman yang menarik
tidak bisa dilupakan misalnya pengalaman ketika pertamakali
berkunjung ketempat umum, seperti bandara, pantai, pasar dan lain-lain
(Arlangga, 27 : 89).
C.
KERANGKA PIKIR
Keberhasilan dalam suatu proses pembelajaran dipengaruhi oleh pemilihan
metode yang tepat dalam menyampaikan materi pembelajaran. Dan dapat
mengatur bagaimana caranya siswa mengelola belajarnya, ketika
mengingat-ingat dan berfikir dalam suatu pelajaran yang disampaikan sehingga dapat
meningkatkan prestasi belajarnya.
D.
HIPOTESIS TINDAKAN
Berdasarkan uraian di atas dirumuskan hipotesis penelitian tindakan kelas
sebagai berikut : “Apabila dalam proses pembelajaran Bahasa Indonesia
menggunakan media gambar dengan memperhatikan kriteria dan
langkah-langkag yang tepat maka hasil belajar mengarang cerita pengalaman siswa
kelas IV SDN 1 Gunung Raya dapat meningkat.
(41)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.
METODE PENELITIAN
Wardani, dkk. (2008 : 14) mengungkapkan penelitian tindakan kelas adalah
penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi
diri dengan tujuan untuk memperbaiki kinerja sebagai guru, sehingga hasil
belajar siswa menjadi meningkat. Sesuai dengan metode Penelitian Tindakan
Kelas (PTK), prosedur penelitian yang akan dilakukan adalah suatu bentuk
proses pengkajian berdaur siklus yang terdiri dari empat tahapan dasar yang
saling terkait dan berkesinambungan, yaitu :
(1) perencanaan (
planning
), (2) pelaksanaan (acting), (3) pengamatan
(
observing
), dan (4) refleksi (
reflecting
).
Pendapat yang tidak jauh berbeda juga diungkapkan oleh Kusumah, dkk.
(2009 : 26) bahwa ada empat langkah utama dalam PTK yaitu, perencanaan,
pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Dalam PTK siklus selalu berulang.
Setelah satu siklus selesai, mungkin guru akan menemukan masalah baru atau
masalah lama yang belum tuntas dipecahkan, maka dilanjutkan ke siklus
kedua dengan langkah yang sama seperti pada siklus pertama, dan siklus yang
(42)
baik biasanya lebih dari dua siklus. Adapun siklus dari PTK ini adalah sebagai
berikut.
SIKLUS I
SIKLUS II
SIKLUS III
(Adaptasi dari Kusumah, dkk.2009 : 44)
Pelaksanaan
Pengamatan
Perencanaan
Refleksi
Pelaksanaan
Pelaksanaan
Pengamatan
Perencanaan
Refleksi
Pelaksanaan
Pelaksanaan
Pengamatan
Perencanaan
Refleksi
Dan
Seterusnya
(43)
Penjelasan alur diatas adalah:
1.
Rancangan/rencana awal, sebelum mengadakan penelitian peneliti
menyusun rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan,
termasuk di dalamnya instrument penelitian dan perangkat pembelajaran.
2.
Kegiatan dan pengamatan, meliputi tindakan yang dilakukan oleh peneliti
sebagai upaya membangun pemahaman konsep siswa serta mengamati
hasil atau dampak dari diterapkannya metode pengajaran berbasis tugas
proyek.
3.
Refleksi, peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil
kelompok atau dampak dari tindakan dilakukan berdasarkan lembar
pengamatan yang di isi oleh pengamat.
4.
Rancangan/rencana yang direvisi, berdasarkan hasil refleksi dari
pengamatan membuat rancangan yang direfisi untuk dilaksanakan pada
siklus berikutnya.
Observasi dibagi dalam tiga putaran, yaitu putaran 1, 2, dan 3, dimana masing
putaran dikenai perlakuan yang sama (alur kegiatan yang sama) dan
membahas satu mata pelajaran yang di akhiri dengn tes formatif diakhir
masing putaran. Dibuat dalam tiga putaran dimaksudkan untuk memperbaiki
sistem pngajaran yang telah dilaksanakan.
Penelitian bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia siswa
kelas IV SDN 1 Gunung Raya tahun pelajaran 2012/2013. Dalam hal ini
(44)
peneliti langsung berinteraksi dengan mengobservasi nilai siswa yang berasal
dari pre test dan post test. Penelitian ini akan dilaksanakan selama 3 siklus
dimana masing-masing siklusnya sebanyak dua jam pelajaran (2 x 35 menit).
B.
SETTING PENELITIAN
1.
Subjek Penelitian
Dalam penelitian kelas ini, yang dijadikan sebagai subjek penelitian adalah
siswa kelas IV SDN 1 Gunung Raya Tahun Pelajaran 2012/2013 dengan
jumlah siswa 19 siswa yang terdiri dari 10 siswa laki-laki 9 siswa
perempuan.
2.
Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan di kelas IV SDN 1 Gunung Raya Kecamatan
Marga Sekampung Kabupaten Lampung Timur.
3.
Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada semester genap selama kurang lebih
empat bulan. Kegiatan penelitian dimulai dari tahap persiapan
(penyusunan proposal PTK, diskusi, penyusunan RPP dan lembar kerja
siswa) sampai tahap pelaksanaan (pembelajaran di kelas) dan tahap
pelaporan.
(45)
C.
SUMBER DATA
Data penelitian ini berupa data kualitatif dan data kuantitatif. Dan kualitatif
diperoleh dari hasil observasi aktivitas belajar siswa dan observasi kinerja
guru. Sedangkan data kuantitatif diperoleh dari hasil tes mengarang cerita
pengalaman yang dievaluasi dengan skor (angka).
D.
ALAT PENGUMPULAN DATA
Alat yang digunakan dalam pengumpulan data yaitu berupa lembar observasi,
tes tertulis dan juga dokumentasi.
1.
Lembar observasi, digunakan untuk mengamati aktivitas kinerja guru
maupun aktivitas belajar siswa pada saat pembelajaran berlangsung. Hal
ini dilaksanakan oleh pengamat (observer).
2.
Tes yang digunakan adalah tes subjektif tertulis untuk mengetahui
kemampuan siswa dalam mengarang cerita pengalaman pada mata
pelajaran Bahasa Indonesia.
A.
TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Pada tahap ini, peneliti mengumpulkan seluruh data-data berdasarkan
instrumen penelitian yaitu dengan observasi dan juga tes tertulis.
Pengumpulan data diulakukan selama proses pembelajaran.
a.
Lembar panduan observasi, digunakan untuk mengetahui apakah dengan
menggunakan media gambar, pembelajaran di kelas akan lebih efektif, apa
pengaruhnya serta bagaimana pembelajaran yang akan dilakukan.
(46)
Observasi dilakukan oleh observer terhadap aktivitas siswa maupun guru
selama proses pembelajaran berlangsung.
b.
Tes, digunakan untuk mengumpulkan data yang berupa nilai-nilai siswa,
guna mengetahui hasil belajar siswa dalam bentuk karangan setelah
digunakannya media gambar.
B.
TEKNIK ANALISIS DATA
Dalam penelitian ini akan dianalisis dengan menggunakan analisis kualitatif
dan kuantitatif.
1.
Analisis kualitatif
Digunakan untuk menganalisis aktivitas belajar siswa, serta untuk
menganalisis kinerja guru selama proses pembelajaran berlangsung.
a.
Rumus analisis aktivitas belajar siswa.
Keterangan :
N
= Nilai yang dicari atau diharapkan.
R
= Skor mentah yang diperoleh siswa.
SM
= Skor maksimum.
100
= Bilangan tetap.
b.
Rumus analisis kinerja guru selama proses pembelajaran
N =
SM
R
x 100
Jumlah skor yang diperoleh
Skor akhir =
x 100%
(47)
Dengan keterangan sebagai berikut :
86
–
100%
= Baik sekali
71
–
85%
= Baik
56
–
70%
= Cukup
41
–
55%
= Kurang
0
–
40%
= Sangat kurang
Adaptasi
dari
Departemen
Pendidikan
Nasional
(dalam
www.sdncisarua.sch.id/...guru...guru.../265-penilaian-kinerja-guru.html).
2.
Analisis kuantitatif
Digunakan untuk mendeskripsikan hasil belajar siswa dalam hubungannya
dengan penguasaan materi yang diajarkan guru, yaitu kemampuan siswa
dalam mengarang cerita pengalaman. Adapun aspek yang dinilai dalam tes
dengan menggunakan model pembelajaran imajinatif antara lain :
(a) kesesuaian isi dengan gambar, (b) diksi (pemeliharaan kata), (c) ejaan
dan tanda baca, (d) kerapian tulisan, (e) koherensi, (f) imajinasi, dan
(g) kesan hidup. Teknik penyekoran kegiatan mengarang cerita
pengalaman dengan menggunakan metode pembelajaran imajinatif
(terlampir).
(48)
C.
URUTAN TINDAKAN PENELITIAN
Siklus I
1.
Perencanaan
Pada tahap perencanaan akan ditetapkan hal-hal sebagai berikut :
a.
Menyiapkan silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran dan bahan
ajar.
b.
Menyiapkan instrumen penelitian yang terdiri dari lembar observasi
untuk kegiatan guru dan siswa, lembar kerja siswa, dan alat evaluasi.
c.
Menentukan materi.
2.
Pelaksanaan
Pada siklus pertama, materi pembelajarannya adalah
”Mengarang Cerita
Pengalaman”. Kegiatan ini diawali dengan pembuatan rencana perbaikan
pembelajaran secara kolaboratif partisipatif antara guru dan peneliti.
Dalam rencana perbaikan pembelajaran dengan menggunakan media
gambar meliputi beberapa tahap, antara lain :
1)
Kegiatan awal
a.
Mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam proses
pembelajaran.
b.
Guru menyampaikan apersepsi dan menginformasikan tujuan yang
akan dicapai melalui kegiatan pembelajaran yang akan
dilaksanakan.
(49)
2)
Kegiatan inti
a.
Guru menjelaskan kepada siswa mengenai mata pelajaran
”Mengarang Cerita Pengalaman” sesuatu yan
g akan diajarkan, lalu
siswa diminta untuk mempersiapkan segala sesuatu yang
diperlukan, misalnya alat tulis dan buku.
b.
Guru menjelaskan mata pelajaran dengan menggunakan media
gambar yang telah disiapkan sekaligus diselingi dengan tanggapan
dan pernyataan dari siswa.
c.
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan
hal-hal yang belum dimengerti.
d.
Guru menempelkan gambar cerita pengalaman di papan tulis,
kemudian siswa diperintahkan untuk memperhatikannya dan
membuat karangan.
e.
Siswa mengumpulkan hasil pekerjaannya di meja guru.
f.
Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok kecil (terdiri dari 4-5
orang) kemudian perwakilan kelompok kedepan kelas untuk
mengambil gambar yang dirahasiakan guru.
g.
Perwakilan dari kelompok yang telah selesai mengerjakan tugas
dari guru, dipersilahkan ke depan kelas untuk membacakan hasil
diskusinya.
(50)
3)
Kegiatan Penutup
Guru bersama-sama siswa menyimpulkan mata pelajaran yang telah
diajarkan sekaligus menindaklanjuti dengan memberikan tes formatif
kepada siswa untuk melihat tingkat penguasaan materi pembelajaran
Bahasa Indonesia dalam hal mengarang cerita pengalaman.
3.
Pengamatan/Observasi
Selama proses pembelajaran dari kegiatan awal sampai kegiatan akhir
diamati oleh observer dengan lembar observasi yang telah disepakati
bersama, yaitu observasi mengenai aktivitas belajar siswa pada kegiatan
mengarang cerita pengalaman dengan menggunakan metode pembelajaran
imajinatif, serta observasi kinerja guru selama proses pembelajaran
berlangsung.
4.
Refleksi
Hal-hal yang dilakukan dalam kegiatan refleksi adalah membahas sesuatu
yang terjadi dalam siklus pertama yang dilakukan oleh peneliti baik itu
kelebihan atau kelemahan selama proses pembelajaran berlangsung. Bila
terdapat kelemahan atau kekurangan yang terjadi pada proses
pembelajaran, maka akan dilakukan perbaikan pada perencanaan tindakan
untuk siklus kedua. Sedangkan kebaikan yang telah dilakukan pada siklus
pertama perlu dipertahankan untuk siklus selanjutnya dan dapat dijadikan
(51)
sebagai contoh atau acuan dalam melaksanakan pembelajaran di masa
yang akan datang.
Siklus II
1.
Perencanaan
Pada tahap perencanaan akan ditetapkan hal-hal sebagai berikut :
a.
Menyiapkan silabus, rencana perbaikan pembelajaran dan bahan ajar.
b.
Menyiapkan instrumen penelitian yang terdiri dari lembar observasi
untuk kegiatan guru dan siswa, lembar kerja siswa, dan alat evaluasi.
c.
Menentukan materi.
2.
Pelaksanaan
Pada siklus kedua, materi pembelajarannya adalah
”Mengarang Cerita
Pengalaman”. Kegiatan ini diawalai dengan pembuatan rencana perbaikan
pembelajaran secara kolaboratif partisipatif antara guru dan peneliti.
Dalam rencana perbaikan pembelajaran dengan menggunakan media
gambar meliputi beberapa tahap, antara lain :
1)
Kegiatan awal
a.
Mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam proses
pembelajaran.
b.
Guru menyampaikan apersepsi dan menginformasikan tujuan yang
akan dicapai melalui kegiatan pembelajaran yang akan
dilaksanakan.
(52)
2)
Kegiatan inti
a.
Guru menjelaskan kepada siswa mengenai mata pelajaran
”Mengarang Cerita Pengalaman” sesuatu yang akan diajarkan, lalu
siswa diminta untuk mempersiapkan segala sesuatu yang
diperlukan, misalnya alat tulis dan buku.
b.
Guru menjelaskan mata pelajaran dengan menggunakan media
gambar yang telah disiapkan sekaligus diselingi dengan tanggapan
dan pernyataan dari siswa.
c.
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan
hal-hal yang belum dimengerti.
d.
Guru menempelkan gambar cerita pengalaman di papan tulis,
kemudian siswa diperintahkan untuk memperhatikannya dan
membuat karangan.
e.
Siswa mengumpulkan hasil pekerjaannya di meja guru.
f.
Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok kecil (terdiri dari 4-5
orang) kemudian perwakilan kelompok kedepan kelas untuk
mengambil gambar yang dirahasiakan guru.
g.
Perwakilan dari kelompok yang telah selesai mengerjakan tugas
dari guru, dipersilahkan ke depan kelas untuk membacakan hasil
diskusinya.
(53)
3)
Kegiatan Penutup
Guru bersama-sama siswa menyimpulkan mata pelajaran yang telah
diajarkan sekaligus menindaklanjuti dengan memberikan tes formatif
kepada siswa untuk melihat tingkat penguasaan materi pembelajaran
Bahasa Indonesia dalam hal mengarang cerita pengalaman.
3.
Pengamatan/Observasi
Selama proses pembelajaran dari kegiatan awal sampai kegiatan akhir
diamati oleh observasi dengan lembar observasi yang telah disepakati
bersama, yaitu observasi mengenai hasil belajar siswa pada kegiatan cerita
pengalaman dengan menggunakan metode pembelajaran imajinatif, serta
observasi kinerja guru selama proses pembelajaran berlangsung.
4.
Refleksi
Hal-hal yang dilakukan dalam kegiatan refleksi adalah membahas sesuatu
yang terjadi dalam siklus kedua yang dilakukan oleh peneliti baik itu
kelebihan atau kelemahan selama proses pembelajaran berlangsung. Bila
terdapat kelemahan atau kekurangan yang terjadi pada proses
pembelajaran, maka akan dilakukan perbaikan pada perencanaan tindakan
untuk siklus ketiga. Sedangkan kebaikan yang telah dilakukan pada siklus
kedua perlu dipertahankan untuk siklus selanjutnya dan dapat dijadikan
sebagai contoh atau acuan dalam melaksanakan pembelajaran di masa
yang akan datang.
(54)
Siklus III
1.
Perencanaan
Pada tahap perencanaan akan ditetapkan hal-hal sebagai berikut :
a.
Menyiapkan silabus, rencana perbaikan pembelajaran dan bahan ajar.
b.
Menyiapkan instrumen peneliti yang terdiri dari lembar observasi
untuk kegiatan guru dan siswa, lembar kerja siswa, dan alat evaluasi.
c.
Menentukan materi.
2.
Pelaksanaan
Pada siklus ketiga, materi pembelajarannya adalah
”Mengarang Cerita
Pengalaman”. Kegiatan ini diawalai dengan pembuatan rencana perbaikan
pembelajaran secara kolaboratif partisipatif antara guru dan peneliti.
Dalam rencana perbaikan pembelajaran dengan menggunakan media
gambar meliputi beberapa tahap, antara lain :
1)
Kegiatan awal
a.
Mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam proses
pembelajaran.
b.
Guru menyampaikan apersepsi dan menginformasikan tujuan yang
akan dicapai melalui kegiatan pembelajaran yang akan
dilaksanakan.
2)
Kegiatan inti
a.
Guru menjelaskan kepada siswa mengenai mata pelajaran
”Mengarang Cerita Pengalaman” sesuatu yang akan diajarkan, lalu
(55)
siswa diminta untuk mempersiapkan segala sesuatu yang
diperlukan, misalnya alat tulis dan buku.
b.
Guru menjelaskan mata pelajaran dengan menggunakan media
gambar yang telah disiapkan sekaligus diselingi dengan tanggapan
dan pernyataan dari siswa.
c.
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan
hal-hal yang belum dimengerti.
d.
Guru menempelkan gambar cerita pengalaman di papan tulis,
kemudian siswa diperintahkan untuk memperhatikannya dan
membuat karangan.
e.
Siswa mengumpulkan hasil pekerjaannya di meja guru.
f.
Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok kecil (terdiri dari 4-5
orang) kemudian perwakilan kelompok kedepan kelas untuk
mengambil gambar yang dirahasiakan guru.
g.
Perwakilan dari kelompok yang telah selesai mengerjakan tugas
dari guru, dipersilahkan ke depan kelas untuk membacakan hasil
diskusinya.
(56)
3)
Kegiatan Penutup
Guru bersama-sama siswa menyimpulkan mata pelajaran yang telah
diajarkan sekaligus menindaklanjuti dengan memberikan tes formatif
kepada siswa untuk melihat tingkat penguasaan materi pembelajaran
Bahasa Indonesia dalam hal mengarang cerita pengalaman.
3.
Pengamatan/Observasi
Selama proses pembelajaran dari kegiatan awal sampai kegiatan akhir
diamati oleh observer dengan lembar observasi yang telah disepakati
bersama, yaitu observasi mengenai hasil belajar siswa pada kegiatan
mengarang cerita pengalaman dengan menggunakan metode pembelajaran
imajinatif, serta observasi kinerja guru selama proses pembelajaran
berlangsung.
4.
Refleksi
Hal-hal yang dilakukan dalam kegiatan refleksi adalah membahas sesuatu
yang terjadi dalam siklus ketiga yang dilakukan oleh peneliti baik itu
kelebihan atau kelemahan selama proses pembelajaran berlangsung. Jika
pada siklus ketiga pembelajaran dapat berlangsung dengan baik dan telah
terjadi peningkatan dibanding dengan siklus-siklus sebelumnya, maka
peneliti dianggap cukup. Namun jika masih terdapat kekurangan, peneliti
akan dilanjutkan pada siklus selanjutnya.
(57)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
1.
KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan pada
siswa kelas IV SDN 1 Gunung Raya mata pelajaran Bahasa Indonesia,
khususnya dalam kegiatan mengarang cerita pengalaman, dapat disimpulkan
sebagai berikut :
Penggunaan media gambar dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa SDN 1
Gunung Raya dalam mengarang cerita pengalaman. Hal ini sesuai dari hasil
pembahasan yang telah dilakukan pada siswa mulai dari siklus I sampai
dengan siklus III. Pada siklus I diperoleh nilai rata-rata 74,73%, siklus II
sebesar 77,36% dan siklus III sebesar 91,57%. Dengan demikian peningkatan
dari siklus I ke siklus II sebesar 2,63% dan peningkatan dari siklus II ke siklus
III sebesar 14,21%.
Penggunaan media gambar dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV
SDN 1 Gunung Raya dalam mengarang cerita pengalaman. Hal ini sesuai
dengan hasil pembahasan yang telah dilakukan pada siswa mulai dari siklus I
(58)
sampai dengan siklus III. Pada siklus I, diperoleh nilai rata-rata sebesar 63,
siklus II sebesar 66 dan siklus III sebesar 71.
Dengan peningkatan dari siklus I ke siklus II 15,78% dan siklus II ke III
sebesar 26,31%.
2.
SARAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan penulis di SDN 1 Gunung
Raya, maka penulis memberikan saran-saran sebagai berikut :
1.
Kepada Siswa, hendaknya selalu berlatih menulis, khususnya mengarang
cerita pengalaman dengan menggunakan media gambar. Siswa juga harus
mampu mencermati gambar yang ditampilkan, agar komponen-komponen
yang ada dapat tercapai dengan baik, sehingga dikemudian hari siswa
dapat berkreasi dengan tulisannya pada jenjang yang lebih tinggi.
2.
Kepada Guru, hendaknya dalam pembelajaran Bahasa Indonesia guru
dapat menggunakan media gambar pada pokok bahasan mengarang cerita
pengalaman sebagai alternatif dalam pembelajaran, sehingga dapat
membangkitkan motivasi dan minat siswa serta memperoleh hasil yang
baik dalam pembelajaran.
3.
Kepala Sekolah, hendaknya selalu mendukung dan memotivasi guru untuk
melakukan PTK, dan memberi kesempatan kepada guru untuk bebas
berkreasi dalam melakukan kegiatan profesinya, dengan cara melengkapi
sarana dan prasarana yang menjunjung kegiatan tersebut.
4.
Mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD), hendaknya dapat
memahami PTK lebih baik lagi, sehingga dapat dijadikan acuan sebagai
(59)
calon guru Sekolah Dasar dalam melaksanakan kegiatan penelitian, serta
dapat menjadi guru yang berkompeten dikemudian hari.
(60)
DAFTAR PUSTAKA
Arlangga. 2007.
Saya Senang Berbahasa Indonesia. Erlangga
. Jakarta.
Arsyad, Azhar. 2002.
Media Pembelajaran. PT. Raja Grafindo Persada
. Jakarta.
Basuki dan Farida. Dalam Ian. http://ian43.wordpress.com/2012113/00.56.
Dimyati dan Mudjiono, 2002.
Belajar dan pembelajaran
. Rineka Cipta. Jakarta.
Djamarah dan Zain. 2006.
Stratrgi Belajar Mengajar
. Rineka Cipta. Jakarta.
Hamalik, Oemar. 2006.
Metode Pengajaran dan Kesulitan-Kesulitan Belajar
.
Bandung.
http://lingkaran ilmu : Blogspot.com/2009/05/teori.belajar. adalah./0601130930.
http://Techonly 13. wordpress.com/220113/2220.
Kamus Besar Bahasa Indonesia. (KBBI, 2000:90).
Kusumah.Wijaya, dkk. 2009
Mengenal Penelitian Tindakan Kelas
. Malta
Printindo. Jakarta.
Mulyono, Abdurrahmn. 2003.
Pendidikan bagi anak berkesulitan belajar.
Rineka
Cipta. Jakarta
Nasution, 1999.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pembelajaran.
Erlangga
.
Jakarta.
Ruminiati. 2007. Pengembangan Pendidikan Kewarganegaraan SD. Direktorat
Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasianal. Jakarta.
Sadiman, Arif. Dkk. 2007.
Media Pendidikan, Pengertian, Pengembangan dan
Pemanfaatannya.
PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Suyanto, Eko. 2009.
Modul 04 Pemanfaatan Media Pembelajaran
. Universitas
Lampung. Bandar lampung.
Tabrani, Rusian. 1993.
Proses Belajar Mengajar Yang Efektif Tingkat Pendidikan
Dasar
. Eresco Offet. Bandung.
Wardani, IGAK, dkk. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Universitas Terbuka.
Jakarta.
(1)
siswa diminta untuk mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan, misalnya alat tulis dan buku.
b. Guru menjelaskan mata pelajaran dengan menggunakan media gambar yang telah disiapkan sekaligus diselingi dengan tanggapan dan pernyataan dari siswa.
c. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal-hal yang belum dimengerti.
d. Guru menempelkan gambar cerita pengalaman di papan tulis, kemudian siswa diperintahkan untuk memperhatikannya dan membuat karangan.
e. Siswa mengumpulkan hasil pekerjaannya di meja guru.
f. Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok kecil (terdiri dari 4-5 orang) kemudian perwakilan kelompok kedepan kelas untuk mengambil gambar yang dirahasiakan guru.
g. Perwakilan dari kelompok yang telah selesai mengerjakan tugas dari guru, dipersilahkan ke depan kelas untuk membacakan hasil diskusinya.
(2)
3) Kegiatan Penutup
Guru bersama-sama siswa menyimpulkan mata pelajaran yang telah diajarkan sekaligus menindaklanjuti dengan memberikan tes formatif kepada siswa untuk melihat tingkat penguasaan materi pembelajaran Bahasa Indonesia dalam hal mengarang cerita pengalaman.
3. Pengamatan/Observasi
Selama proses pembelajaran dari kegiatan awal sampai kegiatan akhir diamati oleh observer dengan lembar observasi yang telah disepakati bersama, yaitu observasi mengenai hasil belajar siswa pada kegiatan mengarang cerita pengalaman dengan menggunakan metode pembelajaran imajinatif, serta observasi kinerja guru selama proses pembelajaran berlangsung.
4. Refleksi
Hal-hal yang dilakukan dalam kegiatan refleksi adalah membahas sesuatu yang terjadi dalam siklus ketiga yang dilakukan oleh peneliti baik itu kelebihan atau kelemahan selama proses pembelajaran berlangsung. Jika pada siklus ketiga pembelajaran dapat berlangsung dengan baik dan telah terjadi peningkatan dibanding dengan siklus-siklus sebelumnya, maka peneliti dianggap cukup. Namun jika masih terdapat kekurangan, peneliti akan dilanjutkan pada siklus selanjutnya.
(3)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
1. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan pada siswa kelas IV SDN 1 Gunung Raya mata pelajaran Bahasa Indonesia, khususnya dalam kegiatan mengarang cerita pengalaman, dapat disimpulkan sebagai berikut :
Penggunaan media gambar dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa SDN 1 Gunung Raya dalam mengarang cerita pengalaman. Hal ini sesuai dari hasil pembahasan yang telah dilakukan pada siswa mulai dari siklus I sampai dengan siklus III. Pada siklus I diperoleh nilai rata-rata 74,73%, siklus II sebesar 77,36% dan siklus III sebesar 91,57%. Dengan demikian peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 2,63% dan peningkatan dari siklus II ke siklus III sebesar 14,21%.
Penggunaan media gambar dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SDN 1 Gunung Raya dalam mengarang cerita pengalaman. Hal ini sesuai dengan hasil pembahasan yang telah dilakukan pada siswa mulai dari siklus I
(4)
sampai dengan siklus III. Pada siklus I, diperoleh nilai rata-rata sebesar 63, siklus II sebesar 66 dan siklus III sebesar 71.
Dengan peningkatan dari siklus I ke siklus II 15,78% dan siklus II ke III sebesar 26,31%.
2. SARAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan penulis di SDN 1 Gunung Raya, maka penulis memberikan saran-saran sebagai berikut :
1. Kepada Siswa, hendaknya selalu berlatih menulis, khususnya mengarang cerita pengalaman dengan menggunakan media gambar. Siswa juga harus mampu mencermati gambar yang ditampilkan, agar komponen-komponen yang ada dapat tercapai dengan baik, sehingga dikemudian hari siswa dapat berkreasi dengan tulisannya pada jenjang yang lebih tinggi.
2. Kepada Guru, hendaknya dalam pembelajaran Bahasa Indonesia guru dapat menggunakan media gambar pada pokok bahasan mengarang cerita pengalaman sebagai alternatif dalam pembelajaran, sehingga dapat membangkitkan motivasi dan minat siswa serta memperoleh hasil yang baik dalam pembelajaran.
3. Kepala Sekolah, hendaknya selalu mendukung dan memotivasi guru untuk melakukan PTK, dan memberi kesempatan kepada guru untuk bebas berkreasi dalam melakukan kegiatan profesinya, dengan cara melengkapi sarana dan prasarana yang menjunjung kegiatan tersebut.
(5)
calon guru Sekolah Dasar dalam melaksanakan kegiatan penelitian, serta dapat menjadi guru yang berkompeten dikemudian hari.
(6)
DAFTAR PUSTAKA
Arlangga. 2007. Saya Senang Berbahasa Indonesia. Erlangga. Jakarta.
Arsyad, Azhar. 2002. Media Pembelajaran. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Basuki dan Farida. Dalam Ian. http://ian43.wordpress.com/2012113/00.56. Dimyati dan Mudjiono, 2002. Belajar dan pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. Djamarah dan Zain. 2006. Stratrgi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta. Hamalik, Oemar. 2006. Metode Pengajaran dan Kesulitan-Kesulitan Belajar.
Bandung.
http://lingkaran ilmu : Blogspot.com/2009/05/teori.belajar. adalah./0601130930. http://Techonly 13. wordpress.com/220113/2220.
Kamus Besar Bahasa Indonesia. (KBBI, 2000:90).
Kusumah.Wijaya, dkk. 2009 Mengenal Penelitian Tindakan Kelas. Malta Printindo. Jakarta.
Mulyono, Abdurrahmn. 2003. Pendidikan bagi anak berkesulitan belajar. Rineka Cipta. Jakarta
Nasution, 1999. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembelajaran. Erlangga. Jakarta.
Ruminiati. 2007. Pengembangan Pendidikan Kewarganegaraan SD. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasianal. Jakarta. Sadiman, Arif. Dkk. 2007. Media Pendidikan, Pengertian, Pengembangan dan
Pemanfaatannya. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Suyanto, Eko. 2009. Modul 04 Pemanfaatan Media Pembelajaran. Universitas Lampung. Bandar lampung.
Tabrani, Rusian. 1993. Proses Belajar Mengajar Yang Efektif Tingkat Pendidikan Dasar. Eresco Offet. Bandung.
Wardani, IGAK, dkk. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Universitas Terbuka. Jakarta.