PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP PENINGKATAN KECAKAPAN BERPIKIR RASIONAL SISWA PADA MATERI POKOK EKOSISTEM (Studi Eksperimen pada Siswa Kelas X Semester Genap SMA Gajah Mada Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/20

(1)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP PENINGKATAN KECAKAPAN

BERPIKIR RASIONAL SISWA PADA MATERI POKOK EKOSISTEM

(Studi Eksperimen pada Siswa Kelas X Semester Genap SMA Gajah Mada Bandar Lampung

Tahun Pelajaran 2011/2012)

Oleh

WENING SUDRAJAT

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

pada

Program Studi Pendidikan Biologi

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDARLAMPUNG 2012


(2)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP PENINGKATAN KECAKAPAN

BERPIKIR RASIONAL SISWA PADA MATERI POKOK EKOSISTEM

(Studi Eksperimen pada Siswa Kelas X Semester Genap SMA Gajah Mada Bandar Lampung

Tahun Pelajaran 2011/2012) (Skripsi)

Oleh

WENING SUDRAJAT

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(3)

i ABSTRAK

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP PENINGKATAN KECAKAPAN

BERPIKIR RASIONAL SISWA PADA MATERI POKOK EKOSISTEM

(Studi Eksperimen pada Siswa Kelas X Semester Genap SMA Gajah Mada Bandar Lampung

Tahun Pelajaran 2011/2012) Oleh

WENING SUDRAJAT

Hasil observasi proses pembelajaran biologi selama ini hanya sebatas menghafal, sedangkan biologi tidak hanya membutuhkan kemampuan menghafal, tetapi juga kecakapan berpikir rasional, sehingga siswa mampu menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi suatu informasi data atau argumen. Sehubungan dengan itu dilakukan penelitian dengan menggunakan model pembelajaran Think Pair Share

(TPS) pada proses pembelajaran dalam upaya meningkatkan kecakapan berpikir rasional siswa.Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh model

pembelajaran TPS terhadap peningkatan kecakapan berpikir rasional dan aktivitas belajar siswa pada materi pokok Ekosistem pada kelas X SMA Gajah Mada Bandar Lampung.

Desain penelitian ini adalah pretes-posteskelompok tak equivalen. Sampel pada penelitian ini adalah siswa kelas X IPA2 (n=26) dan X IPA4 (n=28) yang dipilih


(4)

ii

secara acak dengan teknik cluster random sampling. Data kuantitatif diperoleh dari rata-rata nilai pretes dan postes yang dianalisis secara statistik menggunakan uji-t pada taraf kepercayaan 95%. Data kualitatif berupa data aktivitas belajar siswa dan angket tanggapan siswa terhadap penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TPS yang dianalisis secara deskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran TPS dapat meningkatkan kecakapan berpikir rasional siswa, terlihat pada kelas eksperimen rata-rata nilai N-Gain sebesar 51,6 dan rata-rata nilai N-Gain kelas kontrol sebesar 38,2. Peningkatan tertinggi yaitu pada indikator memecahkan masalah dan

indikator terendah yaitu pada aspek menggali informasi. Selain itu, rata-rata aktivitas siswa juga menunjukkan peningkatan sebesar 75,0. Aktivitas tersebut meliputi aktivitas bekerja sama dengan teman, mengungkapkan ide atau gagasan, melakukan kegiatan diskusi, dan mempresentasikan hasil diskusi. Skor tertinggi terdapat pada aspek aktivitas bekerja sama dengan teman dan skor terendah terdapat pada aspek presentasi. Data angket kemenarikan model pembelajaran TPS menunjukan bahwa 75,9% siswa menyatakan bahwa model pembelajaran TPS menarik yaitu dalam hal dapat mengembangkan kemampuan pribadi dan dapat berinteraksi baik dengan teman sehingga memudahkan siswa untuk

memahami materi. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran TPS meningkatkan kecakapan berpikir rasional siswa kelas X SMA Gajah Mada Bandar Lampung materi pokok Ekosistem.


(5)

xiii DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Kegunaan Penelitian ... 6

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 7

F. Kerangka Pikir ... 8

G. Hipotesis ... 10

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) ... 11

B. Kecakapan Berpikir Rasional ... 15

C. Aktivitas Belajar Siswa... 17

III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 18

B. Populasi dan Sampel ... 18

C. Desain Penelitian ... 18

D. Prosedur Penelitian ... 20

E. Jenis Data dan Teknik Pengambilan Data ... 24

1. Jenis Data ... 24

2. Teknik Pengumpulan Data ... 25

F. Teknik Analisis Data ... 28

1. Uji Normalitas Data ... 29

2. Kesamaan Dua Varian... 29

3. Pengujian Hipotesis ... 30

G. Pengolahan Data Aktivitas Siswa ... 31


(6)

xiv IV. Hasil Peenelitian Dan Pembahasan

A. Hasil Penelitian ... 35

B. Pembahasan ... 40

V. Simpulan Dan Saran A. Simpulan ... 46

B. Saran ... 46

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN 1. Perangkat Pembelajaran ... 52

2. Data Hasil Penelitian ... 113

3. Analisis Statistik Data Hasil Penelitian ... 140

4. Foto-Foto Penelitian ... 149


(7)

xv

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel

1. Kecakapan berpikir rasional siswa ... . 26

2. Lembar observasi Aktivitas belajar siswa ... ... 26

3. Hubungan antara Variabel, instrumen, jenis data, dan Analisis Data ... 27

4. Kriteria Kecakapan Berpikir Rasional Siswa ... 28

5. Kriteria N-Gain Yang Diperoleh Dari Siswa ... 29

6. Kriteria Persentase Aktivitas Siswa ... 32

7. Pernyataan Angket Tanggapan Siswa ... 32

8. Skor Tiap Pernyataan Tanggapan Siswa Terhadap Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS ... 33


(8)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar

1. Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat ... 10 2. Desain pretes postes kelompok non ekuivalen ... 20 3. Grafik peningkatan aspek indikator kecakapan berpikir rasional

Siswa... 38 4. Gambar pelaksanaan proses penelitian... ... 47


(9)

(10)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Dr. Tri Jalmo, M.Si. ………..

Sekretaris : Berti Yolida, S.Pd., M.Pd. …………...

Penguji

Bukan Pembimbing : Drs. Arwin Achmad, M.Si. ……….

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si.


(11)

Judul Skripsi : PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP PENINGKATAN KECAKAPAN BERPIKIR RASIONAL SISWA PADA MATERI POKOK EKOSISTEM

(Studi Eksperimen pada Siswa Kelas X Semester Genap SMA Gajah Mada Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012) Nama Mahasiswa : Wening Sudrajat

Nomor Pokok Mahasiswa : 0743024054

Program Studi : Pendidikan Biologi

Jurusan : Pendidikan MIPA

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Dr. Tri Jalmo, M.Si. Berti Yolida, S.Pd.,M.Pd.

NIP 196109101986031005 NIP 198310152006042001

2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA

Dr. Caswita, M.Si.


(12)

MOTTO

”Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum (kecuali) bila

mereka sendiri mengubah keadaannya...”

(Q.S. Ar-Ra’d, 13:11)

“Jangan pernah ragu dalam mengambil suatu keputusan.”

(Wening Sudrajat)


(13)

PERNYATAAN SKRIPSI MAHASISWA

Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Wening Sudrajat NPM : 0743024054 Program Studi : Pendidikan Biologi Jurusan : P. MIPA

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang telah diajukan memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan

sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Bandar Lampung, November 2012 Menyatakan

Wening Sudrajat


(14)

PERSEMBAHAN

Aku bersyukur kepadamu ya Allah atas izin Mu lah kebahagiaan ini dapat kuraih.

Aku persembahkan kebahagiaan ini kepada:

 Ayahandaku Sumardi, AS. (Alm) dan Ibundaku Srilestari yang telah mendidik dan membesarkanku dengan segala do’a terbaik mereka, kesabaran dan limpahan kasih sayang.

 Kakak-kakakku Mbak Ida Rahmawati, Mas Linggarsih Subandrio, Mbak Kartika Madyaratri, dan Mas Wening Nolo Agni yang amat sangat kucintai, terima kasih atas kasih sayang dan doa tulus untuk keberhasilanku.

 Semua teman-temanku satu angkatan Biologi Non Reg 07 yang selalu menyemangatiku.

 Almamater tercinta Universitas Lampung.


(15)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Karang Endah pada tanggal 30 November 1986, yang

merupakan anak kelima dari lima bersaudara pasangan Bapak Sumardi. AS (Alm) dan Ibu Sri lestari.

Pendidikan formal yang ditempuh penulis adalah Sekolah TK Aisiyah Karang Endah diselesaikan tahun 1993, Sekolah Dasar (SD) Negeri 1 Karang Endah diselesaikan tahun 1998, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Negeri 11 Karang Endah diselesaikan tahun 2001, Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Seputih Mataram diselesaikan tahun 2004. Pada tahun 2007 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Pendidikan MIPA Program Studi Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung melalui jalur Non-Reguler.

Pada tahun 2011 penulis melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA Gajah Mada Bandar Lampung dan pada tahun 2012 penulis melakukan penelitian di SMA Gajah Mada Bandar Lampung untuk meraih gelar sarjana pendidikan (S.Pd.).


(16)

x

SANWACANA

Puji syukur pada Allah SWT, atas segala nikmat dan kehendak-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat dalam meraih gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan MIPA, FKIP Unila. Skripsi ini berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) Terhadap Peningkatan Kecakapan Berpikir Rasional Siswa Pada Materi Pokok Ekosistem” (Studi Eksperimen pada Siswa Kelas X Semester Genap SMA Gajah Mada Bandar Lampung Tahun Pelajaran

2011/2012).

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari peranan dan bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dr. Hi. Bujang Rahman, M. Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung; 2. Dr. Caswita, M. Si., selaku Ketua Jurusan PMIPA FKIP Universitas

Lampung;

3. Pramudiyanti, S. Si., M. Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Biologi; 4. Dr. Tri Jalmo, M. Si., selaku Pembimbing I atas kesabaran, arahan dan waktu

yang diluangkan untuk membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini; 5. Berti Yolida, S. Pd., M. Pd., selaku pembimbing II dan sekaligus Pembimbing

Akademik atas kesabaran, bimbingan, arahan, dan masukannya kepada penulis;


(17)

xi

6. Drs. Arwin Achmad, M. Si., selaku pembahas yang memberikan bimbingan dan motivasi kepada penulis selama studi;

7. Bapak dan Ibu dosen pengajar, atas segala bantuan dan ilmu yang telah diberikan;

8. Imam Budi, S. P., selaku guru mitra yang telah banyak memberikan bantuan dan arahan selama penelitian;

9. Ayahanda tercinta Sumardi, AS. (Alm) yang selalu membimbing dari kecil tanpa kenal lelah, terimakasih ayah kini anakmu telah dewasa dan mengerti arti kehidupan ini. Ibundaku Sri Lestari yang selalu mencurahkan do’a serta kasih sayangnya. Saudara-saudaraku Mbak Ida Rahmawati, Mas Ahmat Sanusi, Mas Linggarsih Subandrio, Mbak Sasmita, Mbak Kartika Madyaratri, Mas Nuryadi, Mas Wening Nolo Agni, serta seluruh keluarga yang sangat kucintai atas Do’a, dukungan moril dan materil dan selalu memberikan semangat bagi penulis;

10.Kekasihku tersayang Tri Wahyuni, S. Ked., yang selalu memberikan motivasi, nasehat, dan mendampingiku dalam keadaan suka maupun duka.

11.Teman-teman seperjuanganku I Gede Suliwan, I Gede Suastika Yasa, S.Pd., Nur Hidayati, S.Pd., Septyan Nurrachman, terimakasih atas bantuan yang selama ini kalian berikan dan selalu memberikan dukungan;

12.Teman-temanku Fitriadi, S.Pd, Ahmad Fauzi, Arudia, S.Pd, Nuris Mukhton, Aditya Prayoga, Antun Sutarya, I Komang Suthawijaya, I Gusti Putu

Hendrawan, Fery Ardianto, dan Lamudin, terimakasih atas bantuan dan dukungan yang selama ini telah diberikan kepada penulis;


(18)

xii

13.Melda Ariyanti, S. Pd., terimakasih sudah sabar membantu dalam mengolah data hasil penelitian penulis;

14.Sahabat-sahabatku di Biologi Nr ’07, serta adik dan kakak tingkat tercinta pendidikan biologi, terima kasih motivasi dan kebersamaan selama ini; 15.Almamater tercintaku, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Lampung;

Bandar Lampung, November 2012 Penulis


(19)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan aspek pokok bagi kehidupan suatu bangsa. Kondisi bangsa di masa datang, sangat dipengaruhi oleh paradigma berpikir masyarakatnya yang terbentuk melalui suatu proses pendidikan. Proses pendidikan yang terarah akan membawa bangsa ini menuju peradaban yang lebih baik. Sebaliknya proses pendidikan yang tidak terarah, hanya akan menyita waktu, tenaga, serta dana tanpa ada hasil. Dengan demikian sistem pendidikan sebagai implementasi pendidikan nasional sangat menentukan maju mundurnya bangsa ini. Pendidikan nasional telah diatur dan didefinisikan dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) nomor 20 tahun 2003. Dalam UU tersebut pendidikan didefinisikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pendidikan agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Karim, 2011:3).

Hingga saat ini tujuan Pendidikan Nasional pada kenyataannya belum sepenuhnya tercapai. Hal tersebut dapat ditunjukan dari nilai rerata hasil belajar peserta didik yang belum

mencapai standar. Hasil tersebut disinyalir merupakan akibat dari pembelajaran yang masih bersifat konvensional dan tidak menyentuh ranah dimensi peserta didik itu sendiri, yaitu bagaimana sebenarnya belajar itu (belajar untuk belajar) (Trianto, 2009:5).


(20)

Hal tersebut menunjukkan bahwa pelaksanaan sistem pendidikan di Indonesia masih kurang, sehingga peningkatan mutu pembelajaran harus selalu diupayakan. Salah satunya adalah kecakapan hidup (life skills) yang perlu dikembangkan melalui proses pendidikan adalah keterampilan berpikir. Berpikir adalah salah satu kecakapan hidup yang harus dimiliki oleh setiap manusia, sehingga siswa yang memiliki kecakapan hidup berani menghadapi

problema kehidupan dan mampu memecahkannya (Tim BBE, 2002:2).

Biologi sangat erat kaitannya dengan proses pembelajaran yang mengajarkan kecakapan hidup siswa, terutama kecakapan berpikir rasional. Biologi tidak hanya membutuhkan kemampuan menghafal,tetapi juga membutuhkan kecakapan berpikir rasional, sehingga siswa mampu menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasisuatuinformasi data atau argumen. Seseorang yang memahami biologi akan bersikap dan bertindak berbeda dalam menghadapi suatu permasalahan dalam kehidupan (Anonim a), 2011:2).

Kecakapan berpikir rasional yaitu kecakapan menggali dan menemukan informasi, kecakapan mengolah informasi dan mengambil keputusan serta kecakapan memecahkan permasalahan secara kreatif (Anwar, 2006:29).Kecakapan berpikir rasional diperlukan untuk menghadapi dan memecahkan permasalahan yang kita hadapi sehari-hari. Pada

kenyataannya kita memang sejak kecil berhadapan dan berinteraksi dengan hal-hal yang tidak rasional, namun demikian kita tetap dapat hidup dengan keyakinan-keyakinan yang tidak rasional tersebut. Dampak dari keyakinan dan perilaku yang tidakrasional tersebut adalah bahwa perilaku kita tidak efektif dalam mengerjakan dan menyelesaikan masalah yang kita hadapi (Anonima), 2010:1).


(21)

Hasil observasi di SMA Gajah Mada Bandar Lampung didapatkan bahwa dalam pembelajaran biologi, guru masihkurangmengembangkan kecakapanberpikir rasionalsiswa.Hal tersebutterjadi karena dalampembelajarannyaguru

selalumenggunakanmetodeceramahdandiskusi, guru tidak

mengajaksiswaberlatihuntukmenganalisis, mensintesis, mengevaluasisuatuinformasi data atau argumen, sehingga

kecakapanberpikirrasionalmerekarendah.Selama ini proses pembelajaran biologi hanya sebatas menghafal,sehingga kemampuan yang dimiliki oleh siswa masih kurang.Rendahnya kecakapanberpikirrasionalsiswa memberi dampak terhadap penguasaan konsep siswa. Ini ditunjukkan dari nilai rata-rata kelas X IPA SMA Gajah Mada Bandar Lampung untuk materi pokok ekosistem yakni baru mencapai 56,5 dengan ketuntasan 55%, belum memenuhi standar KKM (Kriteria Ketuntasan

Minimum)yang ditentukan oleh sekolah padamatapelajaranbiologi materi pokok ekosistem yaitu ≥68.

Ketidaktuntasanbelajar siswa terjadikarenametodepembelajaran yang digunakan guru belumtepatdenganmateri yang

diajarkan.Sebagianbesarsiswamengalamikesulitandalambelajarbiologi, kondisisepertiinimenyebabkansiswakebanyakandiam (pasif),

kurangaktifdalambertanyamaupundalammenjawabpertanyaandalam proses belajarmengajar. Salah satu usaha untuk meningkatkan kemampuan belajar yaitu dengan cara pemilihan metode atau model pembelajaran yang tepat dan sesuai, untuk membantu siswa memahami konsep-konsep yang dipelajari secara utuh dan benar (Mulyasa, 2008:222).


(22)

Berdasarkan uraian di atas, maka diperlukan model pembelajaran yang dapat meningkatkan kecakapan berpikir rasional siswa dan juga dapat meningkatkan aktivitas siswa yang dapat memberikan dampak positif terhadap hasil belajar.Salah satu model pembelajaranyang dapat membangkitkan aktivitas, semangat belajar dan kecakapan berpikir rasional siswayaitu model Think-Pair-Share (TPS).TPS adalah salah satu tipe model pembelajaran kooperatif yang pada pelaksanaannya mengutamakan siswa dalam berbuat untuk menemukan sendiri konsep-konsep materi dalam pembelajaran dengan jalan berpikir (Think), berpasangan (Pair), dan mengemukakan pendapat (Share) (Ibrahim dkk, 2000:26).

Siswa dalam pembelajaran kooperatif tipe TPS ini belajar dengan cara berpasangan sehingga siswa memiliki kesempatan untuk bertukar pikiran dengan temannya (pasangannya). Cara

tersebut dapat mendorong siswa untuk menganalisis dan mengevaluasisuatuinformasi

data atau argumen, sehingga kecakapanberpikirrasionalnya akan meningkat, karena mereka dapat saling mendiskusikan masalah-masalah tersebut dengan pasangannya. Siswa diharapkan dapat menjadi lebih aktif dalam pembelajaran sehingga dapat

membangkitkan aktivitas, semangat belajar, dan kecakapan berpikir rasional siswa. Tahapan pelaksanaan TPS efektif dalam membatasi aktivitas siswa yang tidak relevan

dengan pembelajaran dan pada akhirnya TPS akan mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir secara terstruktur dalam diskusi, serta memberikan kesempatan untuk bekerja sendiri ataupun dengan orang lain melalui keterampilan berkomunikasi. Hasil penelitian

Pramudiyanti (dalam Wulandari, 2011:5) menyimpulkan bahwa penggunaan model

pembelajaran kooperatif tipe TPS dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Ariansyah (2009:37) bahwa pembelajaran TPS


(23)

Manusia.Hal yang sama juga diungkapkan oleh Wulandari (2011:48) bahwa model TPS dapat meningkatkan penguasaan konsep dan siswa lebih aktif dalam pembelajaran. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka perlu dilakukan penelitian mengenai pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe TPS terhadap peningkatan kecakapan berpikir rasional siswa.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dapat meningkatkan kecakapan berpikir rasional siswa pada materi pokok ekosistem kelas X SMA Gajah Mada Bandar Lampung tahun pelajaran 2011/2012?

2. Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa pada materi pokok ekosistem kelas X SMA Gajah Mada Bandar Lampung tahun pelajaran 2011/2012?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan:

1. Mengetahui peningkatan kecakapan berpikir rasional siswa dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TPS pada materi pokok ekosistem di kelas X SMAGajah Mada Bandar Lampung tahun pelajaran 2011/2012.


(24)

2. Mengetahui peningkatan aktivitas belajar siswa dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TPSpada materi pokok ekosistem kelas X SMA Gajah Mada Bandar Lampung tahun pelajaran 2011/2012.

D. Kegunaan Penelitian

Dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi:

1. Siswa yaitu untuk menciptakan suasana baru yang dapat meningkatkan kecakapan

berpikir rasionalsiswa.

2. Guru yaitu sebagai sumbangan pemikiran dan alternatif pembelajaran dalam usaha untuk meningkatkan kemampuan berpikir rasional siswa.

3. Peneliti yaitu untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman sebagai calon guru tentang penggunaan model pembelajaran khususnya model pembelajaran kooperatif tipe TPS dalam meningkatkan kecakapan berpikir rasional siswa.

4. Sekolah yaitu memberikan sumbangan pemikiran untuk meningkatkan pembelajaran

biologi disekolah melalui pemilihan model pembelajaran biologi yang tepat. E. Ruang lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah:

1. Model pembelajaran kooperatif tipe TPS merupakan suatu strategi diskusi kooperatif dengan cara memproses informasi dengan mengembangkan cara berpikir dan

komunikasi.TPS merupakan diskusi berpasangan yang terdiri dari tiga tahapan. Tahapan pertama yaitu thinking, pada tahapan ini guru mengajukan pertanyaan atau permasalahan kepada siswa kemudian siswa memikirkan jawabannya secara mandiri. Tahapan yang


(25)

kedua yaitu pairing, pada tahapan ini jawaban yang telah dipikirkan secara mandiri disampaikan pada pasangannya masing-masing (teman sebangkunya). Siswa dapat menuangkan idenya, menambahkan gagasan, dan berbagi jawaban dengan pasangannya. Tahapan yang ketiga yaitu sharing, pada tahapan ini guru membimbing kelompok untuk menyampaikan hasil diskusi secara bergantian di depan kelas.

2. Kecakapan berpikir rasional yang diamati dalam penelitian ini adalah (1) kecakapan menggali informasi, (2) kecakapan mengolah informasi, (3) kecakapan mengambil keputusan, dan (4) kecakapan memecahkan masalah secara kreatif.Pengukuran kecakapan berpikir rasional diperoleh dari hasil pretes dan postes pada materi pokok ekosistem.

3. Siswa yang menjadi subjek penelitian ini adalah siswa kelas X2dan X4semester genap di SMA Gajah Mada Bandar Lampung tahun pelajaran 2011/2012.

4. Materi pelajaran dalam penelitian ini adalah Ekosisem dengan kompetensi dasar mendeskripsikan peran komponen ekosistem dalam aliran energi dan daur biogeokimia serta pemanfaatan komponen ekosistem bagi kehidupan (KD 4.1).

F. Kerangka Pikir

Biologi merupakan ilmu yang sangat penting dalam kehidupan,sehingga siswa harus dapat menguasainya dengan baik.Dalam mempelajari biologi tidak hanya membutuhkan

kemampuan menghafal, tetapi juga membutuhkan kemampuan untuk menganalisis,

mensintesis, dan mengevaluasisuatuinformasi data atau argumen, sehingga dapat mengembangkan kecakapan berpikir rasional siswa. Kecakapan berpikir rasional diperlukan untuk menghadapi dan memecahkan permasalahan yang kita hadapi sehari-hari.Kecakapan berpikir rasional itu sendiri memiliki empat jenis kecakapan yaitu


(26)

kecakapan menggali informasi, mengolah informasi, mengambil keputusan, dan memecahkan masalah secara kreatif.

Guru memiliki tanggung jawab yang besar dalam mengembangkan kecakapan berpikir rasional siswa. Kecakapan ini mungkin tidak akan muncul secara maksimal apabila tidak diberikan masalah atau rangsangan terlebih dahulu. Pada proses pembelajaranini guru perlumemberikanmasalah-masalah yang merangsangsiswa agar menjadi lebih aktif, sehinggasiswadapatmengatasipersoalan yang diberikan oleh guru. Agar

dapatmencapaitujuantersebutmaka aktivitasbelajarmemegangperananpenting.Karenaadanya aktivitasbelajardapatmemperlancar proses pembelajaransehinggapembelajaran yang optimal dapat tercapai.

Oleh karena itu, guru harus menggunakan model pembelajaran yang dapat memberikan kondisi yang sesuai dalam proses pembelajaran. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menciptakan kondisi yang sesuai sehingga dapat mengembangkan kecakapan berpikir rasional siswa adalah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS).TPS dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain, mempertimbangkan jawaban yang paling tepat, dan memberi kesempatan kepada siswa untuk saling berbagi ide dengan pasangannya. Siswa dapat berlatih untuk menggali dan mengolah informasi dari berbagai sumber, berlatih untuk menghargai pendapat orang lain, dan menumbuhkan rasa percaya diri, serta saling

membantu.

Proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaranTPS ini diharapkan dapat meningkatkan kecakapan berpikir rasional siswa, karena siswa dituntut dapat melibatkan diri


(27)

secara aktif baik dengan pasangannya maupun dengan seluruh teman di dalam

kelas.Variabel dalam penelitian ini adalah variabel X dan variabel Y. Variabel X adalah variabel bebas yaitu model pembelajaran kooperatif tipe TPS dan variabel Y adalah variabel terikat yaitu kecakapan berpikir rasional siswa.

Hubungan antara variabel tersebut digambarkan dalam diagram di bawah ini:

Keterangan: X= Model pembelajaran kooperatif tipe TPS. Y = kecakapan berpikir rasional siswa.

Gambar 1. Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat G. Hipotesis Penelitian

Ho:Tidak ada pengaruh yang signifikan penggunaan modelpembelajaran kooperatif tipe TPS terhadap peningkatan kecakapan berpikir rasional siswa pada materi pokok ekosistem kelas X SMAGajah Mada Bandar Lampung tahun pelajaran 2011/2012. H1: Ada pengaruh yang signifikan penggunaan model pembelajarankooperatif tipe TPS

terhadap peningkatan kecakapan berpikir rasional siswa pada materi pokok ekosistem kelas X SMAGajah Mada Bandar Lampung tahun pelajaran 2011/2012.


(28)

(29)

I. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share(TPS)

Pembalajaran kooperatif yang disebut dengan pembelajaran gotong royong adalah sistem pengajaran yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bekerjasama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur, dimana dalam sistem ini guru bertindak sebagai fasilitator (Lie, 2002:12). Dalam pembelajaran kooperatif siswa dapat berinteraksi baik dengan temannya dalam menyelesaikan tugas-tugas yang sulit dan setiap siswa dapat memunculkan pemecahan masalah secara selektif dalam masing-masing kelompok. Lie (2002:31) mengemukakan bahwa terdapat lima unsur dasar kooperatif yang harus diterapkan yaitu:

1) Saling ketergantungan positif 2) Tanggung jawab perseorangan 3) Tatap muka

4) Komunikasi antar anggota 5) Evaluasi proses kelompok

Agar pembelajaran kooperatif dapat berjalan sesuai dengan harapan, dan siswa dapat bekerja secara produktif dalam kelompok, maka siswa perlu diajarkan keterampilan-keterampilan kooperatif. Keterampilan kooperatif tersebut berfungsi untuk melancarkan peranan

hubungan kerja dan tugas. Peranan hubungan kerja dapat dibangun dengan mengembangkan komunikasi antar anggota kelompok, sedangkan peranan tugas dapat dilakukan dengan membagi tugas antar anggota kelompok.

Salah satu tipe pembelajaran dalam pembelajaran model kooperatif adalah tipe TPS. TPS adalah salah satu tipe model pembelajaran kooperatif yang pada pelaksanaannya


(30)

mengutamakan siswa dalam berbuat untuk menemukan sendiri konsep-konsep materi dalam pembelajaran dengan jalan berpikir (think), berpasangan (pair), dan mengemukakan

pendapat (share). Pada pembelajaran kooperatif tipe TPS ini, siswa belajar dengan cara berpasangan sehingga siswa memiliki kesempatan untuk bertukar pikiran dengan teman sebaya (pasangannya). Dengan cara tersebut maka siswa akan terdorong untuk

menganalisis dan mengevaluasisuatuinformasi data atau argumen,

sehinggaketerampilanberpikirrasionalnya akan meningkat, karena mereka dapat saling mendiskusikan masalah-masalah tersebut dengan pasangannya (Ibrahim dkk, 2000:26).

TPS merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa agar tercipta suatu pembelajaran kooperatif yang dapat meningkatkan

penguasaan akademik dan keterampilan siswa. Prosedur pembelajaran yang digunakan dalam TPS ini dapat memberikan lebih banyak waktu kepada siswa untuk berpikir, untuk merespon dan saling membantu satu sama lain. TPS mengedepankan aspek berpikir secara mandiri, tanggung jawab terhadap kelompok, kerjasama dengan kelompok kecil, dan dapat

menghidupkan suasana kelas (Nurhadi dan Senduk, 2004:67).

Menurut Anonim (2001:1) ada empat prinsip kerja dari TPS yang sesuai dengan pembelajaran kooperatif yaitu:

1. Saling ketergantungan positif diantara siswa sehingga siswa mampu belajar dari siswa lain.

2. Tanggung jawab individual.

Setiap siswa bertanggung jawab pada gagasannya karena akan dipaparkan pada pasangannya dan pada seluruh kelas.


(31)

3. Partisipasi yang seimbang.

Setiap siswa akan mempunyai kesempatan yang sama untuk berbagi (mengemukakan pendapatnya) dengan pasangannya dan pada seluruh kelas.

4. Interaksi bersama.

Semua siswa akan aktif dalam mengemukakan pendapat dan mendengarkan sehingga menciptakan interaksi tingkat tinggi. Hal ini akan menciptakan pembelajaran yang aktif jika dibandingkan dengan cara Tanya jawab yang sudah biasa dilakukan oleh guru, dimana hanya satu atau dua siwa saja yang aktif.

TPS dapat mengoptimalisasikan partisipasi siswa. Siswa diberi kesempatan untuk bekerja sendiri serta bekerjasama dengan orang lain. Waktu berpikir akan memungkinkan siswa untuk mengembangkan jawaban. Siswa akan dapat memberikan jawaban yang lebih panjang dan lebih berkaitan. Jawaban yang dikemukakan juga telah dipikirkan dan didiskusikan. Siswa akan lebih berani mengambil resiko untuk mengemukakan jawabannya di depan kelas karena mereka telah “mencoba” dengan pasangannya. Proses pelaksanaan TPS akan

membatasi munculnya aktivitas siswa yang tidak relevan dengan pembelajaran karena siswa harus mengemukakan pendapatnya, minimal pada pasangannya (Lyman, 2002:2).

Menurut Nurhadi dan Senduk (2004:67) tahapan-tahapan dalam TPS dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Thinking (berpikir)

Guru mengajukan pertanyaan/permasalahan yang berkaitan dengan materi yang baru dipelajari, kemudian memberi kesempatan kepada seluruh siswa untuk memikirkan jawabannya secara mandiri dalam satu menit.


(32)

2. Pairing (berpasangan)

Jawaban yang telah difikirkan secara mandiri, kemudian disampaikan kepada pasangannya masing-masing (teman sebangkunya). Pada tahap ini, siswa dapat menuangkan idenya, menambahkan gagasan, dan berbagi jawaban dengan pasangan. Tahap ini berlangsung dalam empat menit.

3. Sharing (berbagi)

Guru membimbing kelompok untuk menyampaikan hasil diskusi secara bergantian. Sampai sekitar seperempat kelompok menyampaikan pendapat. Pada tahap ini seluruh kelompok dapat mendengarkan pendapat yang akan disampaikan oleh perwakilan tiap kelompok. Kelompok yang menyampaikan pendapatnya harus bertanggung jawab atas jawaban dan pendapat yang disampaikan. Pada akhir diskusi guru memberi tambahan materi yang belum terungkapkan oleh kelompok diskusi.

B. Kecakapan Berpikir Rasional

Proses belajar pada dasarnya tidak hanya menekankan pada aspek pengetahuan dan pemahaman, tetapi aspek aplikasi, analisis, sintesis, bahkan tahap evaluasi juga harus ditekankan. Sehingga siswa dapat mengembangkan daya nalarnya dalam memecahkan permasalahan dan mengaplikasikan konsep-konsep yang telah dipelajari dalam kehidupan nyata. Berpikir, memecahkan masalah, dan menghasilkan sesuatu yang baru adalah kegiatan kompleks dan berhubungan erat satu dengan yang lain. Suatu masalah umumnya tidak dapat dipecahkan tanpa berpikir dan banyak masalah yang memerlukan pemecahan yang baru (Daryanto, 2009:142).


(33)

Berpikir rasional adalah perwujudan perilaku belajar terutama yang bertalian dengan pemecahan masalah. Pada umumnya siswa yang berpikir rasional akan menggunakan prinsip-prinsip dan dasar-dasar pengertian dalam menjawab pertanyaan “bagaimana” (how) dan “mengapa” (why). Dalam berpikir rasional, siswa dituntut menggunakan logika (akal sehat) untuk menentukan sebab-akibat, menganalisis, menarik kesimpulan-kesimpulan, dan bahkan juga menciptakan hukum-hukum (kaidah teoritis) dan ramalan-ramalan (Syah, 2004:123).

Kecakapan berpikir rasional (thinking skills) menurut Tim BBE (2002:7) yaitu: 1. Kecakapan menggali informasi

Kecakapan ini memerlukan kecakapan dasar yakni kecakapan membaca, menghitung dan kecakapan observasi.Tujuan dari kecakapan ini adalah untuk memperoleh data-data yang penting dan berperan dalam menentukan keputusan.

2. Kecakapan mengolah informasi

Kecakapan ini memerlukan kecakapan dasar seperti membandingkan, membuat perhitungan tertentu, dan membuat analogi.Tujuan dari pengolahan informasi adalah untuk membuat kesimpulan mengenai alternatif pemecahan masalah.

3. Kecakapan mengambil keputusan

Keputusan (decision) berarti pilihan, yakni pilihan dari dua atau lebih kemungkinan. 4. Kecakapan memecahkan masalah secara kreatif

Tim BBE (2002:20) menyatakan bahwa pemecahan masalah yang baik tentu berdasarkan informasi yang cukup dan telah diolah dan dipadukan dengan hal-hal lain yang terkait.


(34)

Pemecahan masalah memerlukan kreativitas dan kearifan. Kreativitas untuk menemukan pemecahan yang efektif dan efisien, sedangkan kearifan diperlukan karena pemecahan harus selalau memperhatikan kepentingan berbagai pihak dan lingkungan sekitarnya. Biologi sangat erat kaitannya dengan proses pembelajaran yang mengajarkan kecakapan hidup siswa, terutama kecakapan berpikir rasional. Kecakapan berpikir rasional yaitu kecakapan menggali dan menemukan informasi, kecakapan mengolah informasi dan mengambil keputusan serta kecakapan memecahkan permasalahan secara kreatif (Anwar, 2006:29).

C. Aktivitas Belajar Siswa

Belajar sangat diperlukan adanya aktivitas. Tanpa adanya aktivitas, belajar tidak mungkin berlangsung dengan baik. Aktivitas dalam proses belajar mengajar merupakam rangkaian kegiatan yang meliputi keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran, bertanya hal-hal yang belum jelas, mencatat, mendengar, berpikir, membaca dan segala kegiatan yang dilakukan dapat menunjang prestasi belajar.Siswa yang beraktivitas akan memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan aspek-aspek tingkah laku lainnya, serta mengembangkan keterampilan yang bermakna untuk hidup di masyarakat(Sardiman, 2003:100).

Dierich yang dikutip oleh Hamalik (2001:172) menyatakan, aktivitas belajar dibagi dalam kelompok, yaitu sebagai berikut:

1. Kegiatan-kegiatan visual, yaitu membaca, melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, dan mengamati orang lain bekerja atau bermain.


(35)

2. Kegiatan-kegiatan lisan (oral), yaitu mengemukakan suatu fakta atau prinsip,

menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, member saran, mengemukakan pendapat, berwawancara, diskusi, dan interupsi.

3. Kegiatan-kegiatan mendengarkan, yaitu mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu permaianan, atau mendengarkan radio.

4. Kegiatan-kegiatan menulis, yaitu menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, bahan-bahan copy, membuat outline atau rangkuman, dan mengerjakan tes, serta mengisi angket.

5. Kegiatan-kegiatan menggambar, yaitu menggambar, membuat grafik, chart, diagram, peta, dan pola.

6. Kegiatan-kegiatan metrik, yaitu melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan, serta menari dan berkebun. 7. Kegiatan-kegiatan mental, yaitu merenungkan, mengingat, memecahkan masalah,

menganalisa faktor-faktor, melihat hubungan-hubungan, dan membuat keputusan. 8. Kegiatan-kegiatan emosional, yaitu minat, membedakan, berani, tenang dan lain-lain.


(36)

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat

Penelitian ini telah dilaksanakan di SMA Gajah Mada pada bulan Mei 2012.

B. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X semester genap SMA Gajah Mada tahun pelajaran 2011/2012. Sampel dalam penelitin ini adalah siswa kelas X2 yang berjumlah 26 siswa sebagai kelas eksperimen dan siswa kelas X4 sebagai kelas kontrol yang berjumlah 28 siswa. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik cluster random sampling, karena memilih secara acak kelompok individu yang terpilih mewakili populasi dan

melibatkan seluruh individu dalam kelompok tersebut sebagai subyek (Sugiono, 2009:83-84).

C. Desain Penelitian

Desain penelitian ini adalah desain pretes-postes kelompok tak ekuivalen. Kelompok eksperimen maupun kontrol menggunakan kelas yang ada dengan kondisi yang homogen.Kelas eksperimen diberi perlakuan dengan model pembelajaran TPS, sedangkan kelas kontrol menggunakan metode diskusi kelompok.

Struktur desainnya sebagai berikut:

I O1 X O2 II O1 C O2


(37)

2

Keterangan:I= kelompok eksperimen; II= kelompok kontrol; O1 = pretes;

O2 = postes;

X = perlakuan model TPS;

C= metode diskusi;(dimodifikasi dari Riyanto, 2001:43) Gambar 2. Desain pretes postes kelompok non ekuivalen

D. Prosedur Penelitian

Penelitian ini terdiri atas dua tahap, yaitu prapenelitian dan pelaksanaan penelitian. Adapun langkah-langkah dari tahap tersebut yaitu sebagai berikut:

1. Prapenelitian

Kegiatan yang dilakukan pada prapenelitian adalah sebagai berikut: a. Menetapkan waktu penelitian;

b. Mengurus surat penelitian pendahuluan (observasi) ke sekolah;

c. Mengadakan observasi ke sekolah tempat diadakannya penelitian, untuk mendapatkan informasi tentang keadaan kelas yang akan diteliti;

d. Menetapkan sampel penelitian untuk kelas kontrol dan kelas eksperimen;

e. Membuat perangkat pembelajaran yang terdiri dari silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Siswa (LKS); f. Membuat instrumen evaluasi yaitu soal pretes/postes untuk setiap

pertemuan untuk mengukur berpikir rasional siswa;

g. Melakukan uji kualitatif, validitas, dan reliabilitas instrumen evaluasi;


(38)

3 Mengadakan kegiatan pembelajaran dengan model TPS untuk kelas

eksperimen dan dengan metode diskusi biasa untuk kelas kontrol.

Penelitian ini dirancang sebanyak dua kali pertemuan. Tes awaldiberikan sebelum pembelajaran dan tes akhirdiberikan setelah pembelajaran. Langkah-langkah pembelajaran kelas eksperimen dengan model pembelajaran TPS sebagai berikut:

a. Pendahuluan

1. Siswa menerima lembar soal pretes untuk mengukur kemampuan

awal siswa (pertemuan I).

2. Siswa mendengarkan informasi mengenai indikator/tujuan pembelajaran yang dismpaikan guru.

3. Siswa diberi apersepsi

Pertemuan pertama: Menyajikan gambar ekosistem sawah “komponen apa saja yang menyusun ekositem tersebut?”

Pertemuan kedua: Menyajikan gambar penebangan hutan secara liar “apakah pengaruh dari kegiatan pada gambar tersebut bagi daur air di bumi ini?”

4. Siswa diberi motivasi

Pertemuan pertama: “keseimbangan suatu ekosistem perlu dijaga dengan baik, karena kita hidup di suatu lingkungan bersama

organisme-organisme lain dan saling membutuhkan. Untuk itu, kita harus mengetahui peran masing-masing komponen ekosistem agar suatu ekosistem dapat tetap seimbang”


(39)

4 Pertemuan kedua: “ seluruh makhluk hidup yang ada di bumi pasti membutuhkan air. Air bisa dikatakan sebagai sumber kehidupan. Untuk itu, kita harus tetap menjaga ketersediaan air di bumi ini” b. Kegiatan Inti

1. Siswa mendengarkanpenjelasan tahapan pembelajaran dengan

menggunakan model TPS yang disampaikan oleh guru.

2. Siswa mendengarkan penjelasan materi yang disampaikan secara

singkat oleh guru.

3. Siswa menerima LKS kemudian diberi waktu berpikir (thinking) selama dua menit untuk setiap soal.

4. Siswa berpasangan (pairing) dengan teman sebangkunya untuk saling mengutarakan hasil pemikirannya, jawaban, atau gagasan atas pertanyaan yang ada dalam LKS selama lima menit untuk tiap soal.

5. Siswa mengemukakan (sharing) hasil diskusinya di depan kelas. 6. Siswa yang lainmenanggapi hasil diskusi.

7. Guru memberikan respon terhadap jawaban siswa dengan

menambahkan materi yang belum diungkapkan siswa.

8. Guru mengecek pemahaman siswa terhadap materi yang telah

disampaikan.

c. Penutup

1. Siswa dibimbing oleh guru untuk menyimpulkan materi yang

telah dipelajari.


(40)

5 Langkah-langkah pembelajaran kelas kontrol dengan metode diskusi

sebagai berikut:

a. Pendahuluan

1. Siswa diberi penjelasan mengenai tujuan pembelajaran.

2. Siswa menerima lembar soal pretes untuk mengukur kemampuan

awal (pertemuan I). 3. Siswa diberi apersepsi

Pertemuan pertama: Menyajikan gambar ekosistem sawah “komponen apa saja yang menyusun ekositem tersebut?”

Pertemuan kedua: Menyajikan gambar penebangan hutan secara liar “apakah pengaruh dari kegiatan pada gambar tersebut bagi daur air di bumi ini?”

4. Siswa diberi motivasi

Pertemuan pertama: “keseimbangan suatu ekosistem perlu dijaga dengan baik, karena kita hidup di suatu lingkungan bersama

organisme-organisme lain dan saling membutuhkan. Untuk itu, kita harus mengetahui peran masing-masing komponen ekosistem agar suatu ekosistem dapat tetap seimbang”

Pertemuan kedua: “ seluruh makhluk hidup yang ada di bumi pasti membutuhkan air. Air bisa dikatakan sebagai sumber kehidupan. Untuk itu, kita harus tetap menjaga ketersediaan air di bumi ini” 5. Siswa menerima informasi dari guru bahwa pada pembelajaran ini

akan dilakukan dengan metode diskusikemudian akan dipresentasikan di depan kelas.


(41)

6 b) Kegiatan Inti

1. Siswa mendengarkan penjelasan materi secara singkat yang disampaikan oleh guru.

2. Siswa dibagi menjadi 5 kelompok.

3. Setiap kelompok menerima LKS yang diberikan oleh guru dan

menjawab pertanyaan yang ada pada LKS.

4. Siswa mempresentasikan hasil kerja kelompoknya.

5. Guru memberikan penguatan dengan menjelaskan materi yang

belum dipahami siswa.

6. Siswa mengumpulkan hasil diskusi kelompoknya.

c) Penutup

1. Siswa dibimbing oleh guru untuk menyimpulkan materi yang telah dipelajari.

2. Siswa menjawab soal postes (pertemuan II).

E. Jenis Data dan Teknik Pengambilan Data

1. Jenis Data

Jenis dan teknik pengambilan data pada penelitian ini adalah: a. Data Kuantitatif

Data kuantitatif yaitu berupa data keterampilan berpikir rasional siswa pada materi pokok ekosistem yang diperoleh dari nilai pretesdan postes.

b. Data Kualitatif

Data kualitatif berupa data aktivitas siswa selama proses pembelajaran.


(42)

7

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Pretes dan Postes

Data berupa nilai pretesyang diambil pada pertemuan awal dan nilai postespada pertemuan terakhir. Nilai pretes diambil sebelum

pembelajaran, sedangkan nilai postes diambil setelah pembelajaran baik pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Bentuk soal yang diberikan berupa soal essay yang mengandung indikator kecakapan berpikir rasional.Indikator berpikir rasionl yangdiamati yaitu: 1) menggali informasi, 2) mengolah informasi, 3) mengambil keputusan, 4) memecahkan masalah. Masing-masing indikator berpikir rasional memiliki skor yang tertera pada rubrik penilaian soalPretes dan Postes.

Teknik penskoran nilai pretes dan postes yaitu:

= 100

Keterangan:

S = Nilai yang diharapkan (dicari);

R = jumlah skor dari item atau soal yang dijawab benar; N = jumlah skor maksimum dari tes tersebut;

(Purwanto,2008:112).


(43)

8

No. Nama

Aspek Kecakapan Berpikir Raional Menggali

Informasi Mengolah Informasi Menentukan Keputusan Memecahkan masalah Skor per soal Skor per soal Skor per soal Skor per soal

1 2 3 Dst No. Soal Jumlah Poin (P) Kriteria

Catatan : Isilah skor yang diperoleh pada kolom yang disediakan. (dimodifikasi dari Arief, 2009:9).

b. Lembar observasi aktivitas siswa

Berisi kegiatan yang diamati pada saat proses pembelajaran. Setiap siswa diamati poin kegiatan yang dilakukan dengan cara memberi tanda (√ ) pada lembar observasi sesuai dengan aspek yang telah ditentukan.

Tabel 2. Lembar Observasi Aktivitas Siswa

Catatan: Berilah tanda checklist (√) pada setiap item yang sesuai. Keterangan: = persentaseaktivitas siswa;

∑Xi= Jumlah skor yang diperoleh;

n= Jumlah skor maksimum; (dimodifikasi dari Belina, 2008:133).

Keterangan Kriteria penilaian aktivitas siswa: A. Bekerjasama dengan teman

No Nama

Aspek yang diamati Xi

A B C D

1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 4 Dst Jumlah


(44)

9 1. Tidak bekerjasama dengan teman (diam saja).

2. Bekerjasama tetapi tidak sesuai dengan permasalahan. 3. Bekerjasama baik dengan teman.

B. Mengungkapkan ide atau gagasan

1. Tidak mengungkapkan ide atau gagasan.

2. Mengungkapkan ide atau gagasan namun tidak sesuai dengan permasalahan. 3. Mengungkapkan ide atau gagasan sesuai dengan permasalahan.

C. Melakukan kegiatan diskusi

1. Diam saja, tidak melakukan diskusi dengan teman.

2. Melakukan diskusi, tapi kurang tepat dan tidak sesuai dengan permasalahan. 3. Melakukan diskusi dengan tepat dan sesuai dengan permasalahan.

D. Mempresentasikan kegiatan kelompok

1. Siswa dalam kelompok kurang dapat mempresentasikan hasil diskusi kelompok dan tidak menjawab pertanyaan.

2. Siswa dalam kelompok kurang dapat mempresentasikan hasil diskusi kelompok, tetapi menjawab pertanyaan dengan benar.

3. Siswa dalam kelompok dapat mempresentasikan hasil diskusi kelompok

dan menjawab pertanyaan dengan benar.

Rubrik variabel, sub variabel, indikator, jenis data dan alat ukur data secara rinci dapat dilihat pada Tabel 3 di bawah ini:

Tabel 3. Hubungan antara variabel, instrumen, jenis data, dan analisis data

F. Teknik Analisis Data

No Variabel Instrumen Jenis data dan Alat ukur Analisis Data

1 Kecakapan

berpikir rasional Tes kecakapan berpikir rasional siswa

Nominal dan tes

tertulis Uji t

2 Aktivitas siswa selama proses pembelajaran

Lembar observasi


(45)

10 1. Kecakapan berpikir rasional

Data kecakapan berpikir rasional siswa diperoleh dari skor pretes postes. Untuk memperoleh skor tiap indikator kecakapan berpikir rasional dicari dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

= 100

Keterangan :P= Poin yang dicari;

f = Jumlah poin kecakapan berpikirrasional yang diperoleh;

N= Jumlah total poinkecakapan berpikir rasioanaltiap Indicator;(dimodifikasi dari Sudijono, 2004:40).

Setelah data diolah dan diperoleh poinnya, maka kecakapan

berpikir rasional siswa tersebut dapat dilihat dari kriteria sebagai berikut: Tabel 4. Kriteria kecakapan berpikir rasional siswa

Interval Kriteria

80,1-100 60,1-80 40,1-60 20,1-40 0,0-20 Sangat tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat rendah (dimodifikasi dari Arikunto, 2010:245)

Kemudian dihitung selisih antara nilai pretest dan postest dengan menggunakan rumus N-gain lalu dianalisis secara statistik. Untuk

mendapatkan skor N-gainmenggunakan formula Hake (modifikasi dalam

Loranz, 2008:3)sebagai berikut: 100 X Y Z Y X Gain N    

Keterangan : X = Nilai rata-rata postes Y = Nilai rata-rata pretes Z = Skor maksimum


(46)

11 Nilai rata-rata

N-gain (g) Kriteria

g>70 Tinggi

30<g≤70 Sedang

g<30 Rendah

Dimodifikasi dari Hake (dalam Loranz, 2008:3)

Data penelitian yang berupa nilai pretes, postes, dan skor gain pada kelompok kontrol dan eksperimen dianalisis menggunakan uji t dengan program SPSS 17, yang sebelumnya dilakukan uji prasyarat berupa:

1) Uji Normalitas Data

Uji normalitas data dilakukan menggunakan uji Lilliefors dengan program SPSS versi 17.

a. Hipotesis

Ho : Sampel berdistribusi normal H1 : Sampel tidak berdistribusi normal

b. Kriteria Pengujian

Terima Ho jika Lhitung<Ltabelatau p-value> 0,05, tolak Ho untuk harga yang lainnya (Nurgiantoro dkk, 2002:118).

2) Kesamaan Dua Varians

Apabila masing-masing data berdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan uji kesamaan dua varian dengan uji Barlett.

a. Hipotesis

Ho : Kedua sampel mempunyai varians sama H1 : Kedua sampel mempunyai varians berbeda b. Kriteria Uji


(47)

12 - Jika χ 2hit <χ 2tab sehingga Ho diterima

- Jika χ 2

hit >χ 2tab sehingga Ho ditolak(Pratisto, 2004:71)

3) Pengujian Hipotesis

Untuk menguji hipotesis digunakan uji kesamaan dua rata-rata dan uji perbedaan dua rata-rata dengan menggunakan program SPSS 17. A. Uji hipotesis menggunakan uji t

1. Uji Kesamaan Dua Rata-rata a. Hipotesis

Ho = Rata-rata N-gain kedua sampel sama H1 = Rata-rata N-gain kedua sampel tidak sama b. Kriteria Uji

- Jika ttabel< thitung< ttabel, maka Ho diterima

- Jika thitung< -ttabel atau thitung>ttabel maka Ho ditolak (Pratisto, 2004:13)

2. Uji Perbedan Dua Rata-rata a. Hipotesis

Ho= rata-rata N-gain pada kelompok eksperimen sama dengan kelompok kontrol.

H1 = rata-rata N-gain pada kelompok eksperimen lebih tinggi dari kelompok kontrol.

b. Kriteria Uji

- Jika –ttabel < thitung < ttabel, maka Ho diterima

- Jika thitung< -t tabel atau thitung> t tabel, maka Ho ditolak (Pratisto, 2004:10).


(48)

13

B. Uji hipotesis dengan uji U 1. Hipotesis

H0 = Rata-rata N-gain kedua sampel sama H1 = Rata-rata N-gain kedua sampel tidak sama 2. Kriteria Uji

- Jika –Ztabel<Zhitung<Ztabel atau p-value> 0,05, maka Ho diterima - Jika Zhitung< -Ztabel atau Zhitung>Ztabelatau p-value< 0,05, maka Ho

ditolak (Martono, 2010:158).

G. Pengolahan Data Aktivitas Siswa

Data aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung merupakan data yang diambil melalui observasi. Data tersebut dianalisis dengan

menggunakan indeks aktivitas siswa.

Langkah–langkah yang dilakukan untuk yaitu:

Menghitung rata–rata skor aktivitas dengan menggunakan rumus:

X = ∑Xi

n

Keterangan: X = Rata-rata skor aktivitas siswa; ∑xi = Jumlah skor yang diperoleh;

n = Jumlah skor maksimun; (dimodifikasi dari Sudjana, 2002:67).

Tabel 6. Kriteria Persentase Aktivitas Siswa x 100%


(49)

14 Persentase Kriteria

87,50-100 75,00-87,49 50,00-74,99 0-49,99 Sangat baik Baik Cukup Kurang (dimodifikasi dari Hidayati, dkk, 2011:17)

H. Pengolahan Data Kemenarikan model pembelajaran TPS

Angket ini berisikan 10 pernyataan, 6 pernyataan positif, dan 4 pernyataan negatif.

1. Item pernyataan.

Tabel 7. Pernyataan angket tanggapan siswa

No Pernyataan S Pilihan TS

1 Saya senang mempelajari materi pokok ekosistem melalui model pembelajaran yang diberikan oleh guru (think, pair,share)

2 Saya lebih mudah memahami materi yang dipelajari melalui modelpembelajaran yang diberikan oleh guru.

3 Saya bingung dalam menyelesaikan masalah melalui modelpembelajaran yang diberikan oleh guru.

4 Saya lebih mudah mengerjakan soal-soal setelah belajar dengan modelpembelajaran yang diberikan oleh guru.

5 Saya merasa bosan dalam proses belajar melalui modelpembelajaran yang diberikan oleh guru. 6 Modelpembelajaranyang diberikan kepada saya dapat meningkatkan semangat/motivasi belajar

saya .

7 Saya belajar menggunakan kemampuan sendiri melaluimodelpembelajaran yang diberikan oleh guru.

8 Saya merasa sulit berinteraksi dengan teman dalam proses pembelajaran yang berlangsung. 9 Saya merasa sulit mengerjakan soal-soal di LKS melalui modelpembelajaran diberikan oleh guru. 10 Saya dapat berinteraksi dengan teman dalam proses pembelajaran melaluimodelpembelajaran yang

diberikan oleh guru. 2. Skor angket


(50)

15 Tabel 8. Skor tiap pernyataan tanggapan siswa terhadap model

pembelajaran kooperatif tipe TPS

No Pernyataan 1 Skor 0

1 Saya senang mempelajari materi pokok ekosistem melalui model pembelajaran yang diberikan oleh guru (think, pair,share)

S TS

2 Saya lebih mudah memahami materi yang dipelajari melalui modelpembelajaran yang diberikan oleh

guru. S TS

3 Saya bingung dalam menyelesaikan masalah melalui modelpembelajaran yang diberikan oleh

guru. TS S

4 Saya lebih mudah mengerjakan soal-soal setelah belajar dengan modelpembelajaran yang diberikan

oleh guru. S TS

5 Saya merasa bosan dalam proses belajar melalui modelpembelajaran yang diberikan oleh guru. TS S 6 Modelpembelajaranyang diberikan kepada saya dapat meningkatkan semangat/motivasi belajar

saya . S TS

7 Saya belajar menggunakan kemampuan sendiri melaluimodelpembelajaran yang diberikan oleh

guru. S TS

8 Saya merasa sulit berinteraksi dengan teman dalam proses pembelajaran yang berlangsung. TS S 9 Saya merasa sulit mengerjakan soal-soal di LKS melalui modelpembelajaran diberikan oleh guru. TS S 10 Saya dapat berinteraksi dengan teman dalam proses pembelajaran melaluimodelpembelajaran yang

diberikan oleh guru. S TS

Skor 1 (satu) untuk menyatakan setuju bagi pernyataan positif dan tidak setuju bagi pernyataan negatif. Skor 0 (nol) untuk menyatakan tidak setuju bagi pernyataan positif dan setuju bagi pernyataan negatif. Jumlah skor setiap angket dihitung untuk mengetahui tanggapan masing-masing siswa tentang kemenarikan model pembelajaran TPS. Menghitung skor yang diperoleh dalam bentuk persentase. Teknik ini sering disebut dengan teknik deskriptif kualitatif dengan persentase.


(51)

16 Adapun rumus untuk analisis deskriptif persentase menurut Ali (1992:46) adalah:

Presentase kemenarikan model pembelajaranTPS(%) =

N

n ×100%

Keterangan:n = Nilai yang diperoleh sampel

N = Nilai yang semestinya diperoleh sampel % = Persentase kemenarikan model pembelajaran TPS Tabel9. Kriteria Tingkat Kemenarikan Model Pembelajaran TPS

No Rentang skor Interval Kriteria

1 16 – 23 76< % ≤ 100% Tinggi

2 8 – 15 51< % ≤ 75% Sedang

3 0 – 7 25< % ≤ 50% Rendah


(52)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkanhasilpenelitiandanpembahasan, makadapatdisimpulkanbahwa:

1. Penggunaan model pembelajaran Think Pair Share (TPS) berpengaruh

signifikan terhadap peningkatan kecakapan berpikir rasional siswakelas X SMA Gajah Mada Bandar Lampung padamateripokokEkosistem.

2. Penggunaan model pembelajaran Think Pair Share (TPS)

berpengaruhdalammeningkatkanaktivitasbelajarsiswakelas XSMA Gajah Mada Bandar LampungpadamateripokokEkosistem.

B. Saran

Berdasarkanhasilpenelitiandansimpulan, penulismenyampaikan saran sebagaiberikut:

1. Bagi guru ataupeneliti yang akanmenerapkan model pembelajaran TPS

hendaknya meminta siswa agar mengumpulkan lembar jawaban masing-masing siswa pada saat tahapan Thinkinguntuk mengetahui kemampuan awal siswa sebelum siswa melakukan tahapan Pairing.

2. Model pembelajaran kooperatif tipe TPS memerlukan waktu yang cukup

lama, sehingga guru hendaknya sebelum melaksanakan proses pembelajaran sebaiknya terlebih dahulu


(53)

36

merancangkesesuaianwaktudenganmateripokok agar pembelajarandapatberjalandenganefektifdanefisien.

3. Bagipenelitiselanjutnyasebelummelaksanakan proses

penelitianhendaknyapernahmengajarterlebihdahulupadakelas yang akanditeliti, sehinggapadasaat proses


(54)

DAFTAR PUSTAKA

Ali, M. 1992. Penelitian Kependidikan Prosedur dan Strategi. Angkasa. Bandung.

Anonim. 2008. Daur Biogeokimia. 23 Desember 2011.

http://gurungeblog.wordpress.com/2008/11/17/daur-biogeokimia/ 2001. Think Pair Share. Google.Networked Learning Community.13

desember 2011.http://www.eazhul.org.uk/nlc/think,pair,share.htm.

2010. a). Berpikir rasional. 20 desember 2011.

http://centerofhumanbehavior.wordpress.com/2010/02/06/berpikir-rasional-here-and-now/

2010. b). Siklus Biogeokimia. 23 Desember 2011.

http://a-bi8l8gist.blogspot.com/2010/08/sma-biologi-siklus-biogeokimia.html

2011. a). Manfaat Mempelajari Biologi. 13 Desember 2011. http://budisma.web.id/materi/sma/kelas-x-biologi/manfaat- mempelari-biologi/

2011. b). Daur Biogeokimia. 23 Desember 2011.

http://fajarprahastianto.blogspot.com/2011/09/daur-biogeokimia.html

2011. c). Hutan Bakau. 23 Desember 2011.

http://www.attayaya.net/2011/02/hutan-bakau-pohon-bakau.html

2012. Serangga Tomcat. 23 Desember 2011.

http://www.beritasatu.com/mobile/kesehatan/38055-bandung-antisipasi-serbuan-serangga-tomcat.html

Anwar. 2006. Pendidikan Kecakapan Hidup. Alfabeta. Bandung.

Ariansyah. 2009. Penguasaan Materi Pokok Sistem Reproduksi Manusia Oleh

Siswa Pada Penggunaan Animasi Multimedia Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS). FKIP Universitas Lampung. Bandar Lampung.


(1)

14

Persentase Kriteria

87,50-100 75,00-87,49 50,00-74,99 0-49,99 Sangat baik Baik Cukup Kurang

(dimodifikasi dari Hidayati, dkk, 2011:17)

H.

Pengolahan Data Kemenarikan model pembelajaran TPS

Angket ini berisikan 10 pernyataan, 6 pernyataan positif, dan 4 pernyataan

negatif.

1.

Item pernyataan.

Tabel 7. Pernyataan angket tanggapan siswa

No Pernyataan S Pilihan TS

1 Saya senang mempelajari materi pokok ekosistem melalui model pembelajaran yang diberikan oleh guru (think, pair,share)

2 Saya lebih mudah memahami materi yang dipelajari melalui modelpembelajaran yang diberikan oleh guru.

3 Saya bingung dalam menyelesaikan masalah melalui modelpembelajaran yang diberikan oleh guru.

4 Saya lebih mudah mengerjakan soal-soal setelah belajar dengan modelpembelajaran yang diberikan oleh guru.

5 Saya merasa bosan dalam proses belajar melalui modelpembelajaran yang diberikan oleh guru. 6 Modelpembelajaranyang diberikan kepada saya dapat meningkatkan semangat/motivasi belajar

saya .

7 Saya belajar menggunakan kemampuan sendiri melaluimodelpembelajaran yang diberikan oleh guru.

8 Saya merasa sulit berinteraksi dengan teman dalam proses pembelajaran yang berlangsung. 9 Saya merasa sulit mengerjakan soal-soal di LKS melalui modelpembelajaran diberikan oleh guru. 10 Saya dapat berinteraksi dengan teman dalam proses pembelajaran melaluimodelpembelajaran yang

diberikan oleh guru.

2.

Skor angket


(2)

Tabel 8. Skor tiap pernyataan tanggapan siswa terhadap model

pembelajaran kooperatif tipe TPS

No Pernyataan 1 Skor 0

1 Saya senang mempelajari materi pokok ekosistem melalui model pembelajaran yang diberikan oleh guru (think, pair,share)

S TS

2 Saya lebih mudah memahami materi yang dipelajari melalui modelpembelajaran yang diberikan oleh

guru. S TS

3 Saya bingung dalam menyelesaikan masalah melalui modelpembelajaran yang diberikan oleh

guru. TS S

4 Saya lebih mudah mengerjakan soal-soal setelah belajar dengan modelpembelajaran yang diberikan

oleh guru. S TS

5 Saya merasa bosan dalam proses belajar melalui modelpembelajaran yang diberikan oleh guru. TS S 6 Modelpembelajaranyang diberikan kepada saya dapat meningkatkan semangat/motivasi belajar

saya . S TS

7 Saya belajar menggunakan kemampuan sendiri melaluimodelpembelajaran yang diberikan oleh

guru. S TS

8 Saya merasa sulit berinteraksi dengan teman dalam proses pembelajaran yang berlangsung. TS S 9 Saya merasa sulit mengerjakan soal-soal di LKS melalui modelpembelajaran diberikan oleh guru. TS S 10 Saya dapat berinteraksi dengan teman dalam proses pembelajaran melaluimodelpembelajaran yang

diberikan oleh guru. S TS

Skor 1 (satu) untuk menyatakan setuju bagi pernyataan positif dan tidak

setuju bagi pernyataan negatif. Skor 0 (nol) untuk menyatakan tidak setuju

bagi pernyataan positif dan setuju bagi pernyataan negatif. Jumlah skor

setiap angket dihitung untuk mengetahui tanggapan masing-masing siswa

tentang kemenarikan model pembelajaran TPS. Menghitung skor yang

diperoleh dalam bentuk persentase. Teknik ini sering disebut dengan teknik

deskriptif kualitatif dengan persentase.


(3)

16

Adapun rumus untuk analisis deskriptif persentase menurut Ali (1992:46)

adalah:

Presentase kemenarikan model pembelajaranTPS(%) =

N

n

×100%

Keterangan:n = Nilai yang diperoleh sampel

N = Nilai yang semestinya diperoleh sampel

% = Persentase kemenarikan model pembelajaran TPS

Tabel9. Kriteria Tingkat Kemenarikan Model Pembelajaran TPS

No

Rentang skor

Interval

Kriteria

1

16 – 23

76< % ≤ 100%

Tinggi

2

8 – 15

51< % ≤ 75%

Sedang

3

0 – 7

25< % ≤ 50%

Rendah


(4)

A.

Simpulan

Berdasarkanhasilpenelitiandanpembahasan, makadapatdisimpulkanbahwa:

1.

Penggunaan model pembelajaran Think Pair Share (TPS) berpengaruh

signifikan terhadap peningkatan kecakapan berpikir rasional siswakelas

X SMA Gajah Mada Bandar Lampung padamateripokokEkosistem.

2.

Penggunaan model pembelajaran Think Pair Share (TPS)

berpengaruhdalammeningkatkanaktivitasbelajarsiswakelas XSMA Gajah

Mada Bandar LampungpadamateripokokEkosistem.

B.

Saran

Berdasarkanhasilpenelitiandansimpulan, penulismenyampaikan saran

sebagaiberikut:

1.

Bagi guru ataupeneliti yang akanmenerapkan model pembelajaran TPS

hendaknya meminta siswa agar mengumpulkan lembar jawaban

masing-masing siswa pada saat tahapan Thinkinguntuk mengetahui kemampuan

awal siswa sebelum siswa melakukan tahapan Pairing.

2.

Model pembelajaran kooperatif tipe TPS memerlukan waktu yang cukup

lama, sehingga guru hendaknya sebelum melaksanakan proses


(5)

36

merancangkesesuaianwaktudenganmateripokok agar

pembelajarandapatberjalandenganefektifdanefisien.

3.

Bagipenelitiselanjutnyasebelummelaksanakan proses

penelitianhendaknyapernahmengajarterlebihdahulupadakelas yang

akanditeliti, sehinggapadasaat proses


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Ali, M. 1992.

Penelitian Kependidikan Prosedur dan Strategi

. Angkasa.

Bandung.

Anonim. 2008.

Daur Biogeokimia

. 23 Desember 2011.

http://gurungeblog.wordpress.com/2008/11/17/daur-biogeokimia/

2001.

Think Pair Share

. Google.Networked Learning Community.13

desember 2011.

http://www.eazhul.org.uk/nlc/think,pair,share.htm.

2010. a).

Berpikir rasional

. 20 desember 2011.

http://centerofhumanbehavior.wordpress.com/2010/02/06/berpikir-rasional-here-and-now/

2010. b).

Siklus Biogeokimia

. 23 Desember 2011.

http://a-bi8l8gist.blogspot.com/2010/08/sma-biologi-siklus-biogeokimia.html

2011. a).

Manfaat Mempelajari Biologi

. 13 Desember 2011.

http://budisma.web.id/materi/sma/kelas-x-biologi/manfaat-

mempelari-biologi/

2011. b).

Daur Biogeokimia.

23 Desember 2011.

http://fajarprahastianto.blogspot.com/2011/09/daur-biogeokimia.html

2011. c).

Hutan Bakau

. 23 Desember 2011.

http://www.attayaya.net/2011/02/hutan-bakau-pohon-bakau.html

2012.

Serangga Tomcat

. 23 Desember 2011.

http://www.beritasatu.com/mobile/kesehatan/38055-bandung-antisipasi-serbuan-serangga-tomcat.html

Anwar. 2006.

Pendidikan Kecakapan Hidup

. Alfabeta. Bandung.

Ariansyah. 2009.

Penguasaan Materi Pokok Sistem Reproduksi Manusia Oleh

Siswa Pada Penggunaan Animasi Multimedia Melalui Pembelajaran

Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS).

FKIP Universitas Lampung.

Bandar Lampung.


Dokumen yang terkait

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP PENGUASAAN MATERI POKOK SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIA (Studi Eksperimen Siswa Kelas VIII SMP Gajah Mada Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012)

0 4 55

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP PENINGKATAN KECAKAPAN BERPIKIR RASIONAL SISWA PADA MATERI POKOK EKOSISTEM (Studi Eksperimen pada Siswa Kelas X Semester Genap SMA Gajah Mada Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/20

0 7 54

PENGGUNAAN MEDIA KARTU BERGAMBAR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA PADA MATERI POKOK KEANEKARAGAMAN HAYATI (Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Kotagajah Semester Genap

0 7 57

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM PEREDARAN DARAH (Studi Eksperimen pada Siswa Kelas XI Semester Ganjil SMA Negeri 1 Natar Kab. Lampu

3 9 54

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM PEREDARAN DARAH (Studi Eksperimen pada Siswa Kelas XI Semester Ganjil SMA Negeri 1 Natar Kab. Lampu

0 5 54

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PENCEMARAN LINGKUNGAN (Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas X Semester Genap SMA Negeri 12 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 2 49

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi Terhadap Siswa Kelas VIII SMP Negeri 7 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 5 38

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE Think Pair Share (TPS) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK EKOSISTEM ( Kuasi Eksperimen Pada Siswa Kelas X Semester Genap SMA Gajah Mada Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

1 7 48

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 1 Pringsewu Tahun Pelajaran 2013/2014)

0 5 54

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 8 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014)

0 20 44