PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE Think Pair Share (TPS) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK EKOSISTEM ( Kuasi Eksperimen Pada Siswa Kelas X Semester Genap SMA Gajah Mada Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

(1)

(Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas X SMA Gajah Mada Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

Oleh

IHSAN HAGIANTARAGA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Biologi

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDARLAMPUNG 2013


(2)

ABSTRAK

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE Think Pair Share (TPS) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR

SISWA PADA MATERI POKOK EKOSISTEM

( Kuasi Eksperimen Pada Siswa Kelas X Semester Genap SMA Gajah Mada Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

Oleh

IHSAN HAGIANTARAGA

Hasil observasi dan wawancara dengan guru biologi yang mengajar di kelas X SMA Gajah Mada Bandar Lampung, diketahui bahwa hasil belajar siswa masih rendah. Hal ini dikarenakan guru masih sering menggunakan metode ceramah akibatnya kurang merangsang aktivitas dan hasil belajar siswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan aktivitas belajar dan hasil belajar siswa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TPS.

Penelitian ini merupakan kuasi eksperimental dengan desain pretes postes kelompok tak ekuivalen. Sampel penelitian adalah siswa kelas X1 dan X2 yang dipilih dari populasi secara cluster random sampling. Data penelitian ini berupa data kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif diperoleh dari hasil belajar siswa yaitu rata-rata nilai pretes, postes, dan N-gain yang dianalisis dari SPSS 17 menggunakan uji-t dan uji U. Data kualitatif berupa aktivitas belajar siswa dan


(3)

iii

tanggapan siswa terhadap penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TPS yang dianalisis secara deskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas siswa pada kelas eksperimen mengalami peningkatan yakni 70,63% lebih tinggi dibanding kelas kontrol yakni 59,95%. Hasil belajar juga mengalami peningkatan, pada kelas eksperimen dengan rata-rata N-gain 0,60 lebih tinggi dari pada kelas kontrol yakni dengan rata-rata N-gain 0,50. Dengan demikian, pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.

Kata kunci : Pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS), aktivitas belajar, hasil belajar siswa, dan Eksosistem


(4)

(5)

(6)

Halaman

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Kegunaan Penelitian ... 5

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 6

F. Kerangka Pikir ... 7

G. Hipotesis ... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe kooperatif tipe Think Pair Share (TPS)... 9

B. Aktivitas Belajar ... 13

C. Hasil Belajar ... 15

III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 21

B. Populasi dan Sampel ... 21

C. Desain Penelitian ... 22

D. Prosedur penelitian ... 22

E. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data ... 27

F. Teknik Analisis Data ... 30

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 37


(7)

xiv

B. Saran ... 49

DAFTAR PUSTAKA ... 50

LAMPIRAN 1. Silabus ... 53

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 57

3. Soal Pretes dan Postes ... 75

4. Lembar Kerja Siswa ... 82

5. Data Hasil Penelitian ... 108

6. Angket Tanggapan Siswa ... 118

7. Analisis Uji Statistik Data Hasil Penelitian ... 119


(8)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau

perkembangan pendidikan adalah hal yang memang seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam arti perbaikan

pendidikan pada semua tingkat perlu terus-menerus dilakukan sebagai antisipasi kepentingan masa depan (Trianto, 2009:1).

Biologi termasuk dalam rumpun Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Biologi memiliki peran penting dalam peningkatan mutu pendidikan, khususnya di dalam menghasilkan peserta didik yang berkualitas, yaitu manusia Indonesia yang mampu berpikir kritis, kreatif, logis, dan berinisiatif dalam menanggapi isu di masyarakat yang diakibatkan oleh dampak perkembangan Ilmu

Pengetahuan Alam (BSNP, 2006:iv).

Melihat pentingnya biologi dan peranannya tersebut, maka peningkatan mutu pembelajaran harus selalu diupayakan. Salah satunya adalah kecakapan hidup (life skill) yang perlu dikembangkan melalui proses pendidikan adalah


(9)

dimiliki oleh setiap manusia, sehingga siswa yang memiliki kecakapan hidup

(life skill) berani menghadapi problema kehidupan dan mampu memecahkannya (Tim BBE, 2002:2).

Dalam hubungannya dengan kompetensi dasar biologi kelas X (sepuluh) semester genap yaitu mendeskripsikan peran komponen ekosistem dalam aliran energi dan daur biogeokimia serta pemanfaatan komponen ekosistem bagi kehidupan, maka materi tersebut lebih menuntut melibatkan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran. Materi pokok Ekosistem memuat tentang peran komponen penyusun ekosistem dan manfaatnya. Materi ini

membutuhkan daya berfikir dan pengetahuan yang baik sehingga siswa dapat mengetahui dengan jelas tentang ekosistem.

Berdasarkan obeservasi di SMA Gajah Mada Bandar Lampung didapatkan bahwa di dalam pembelajaran biologi guru selalu menggunakan metode ceramah dan diskusi, guru tidak mengajak siswa berlatih untuk menganalisis, mensintesis, mengevaluasi suatu informasi data atau argumen, sehingga aktivitas siswa berlangsung secara pasif dan tidak begitu menarik bagi siswa. Rendahnya aktivitas belajar siswa memberi dampak terhadap hasil belajarnya. Hal ini ditunjukkan dari nilai rata-rata kelas X SMA Gajah Mada Bandar Lampung untuk materi pokok Ekosistem tahun pelajaran 2011/2012 yakni 62,5. Nilai tersebut belum memenuhi standar KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum) yang ditentukan oleh sekolah pada mata pelajaran biologi materi pokok Ekosistem yaitu ≥68.


(10)

Ketidaktuntasan belajar siswa tersebut terjadi karena metode pembelajaran yang digunakan guru belum tepat dengan materi yang diajarkan. Sebagian besar siswa mengalami kesulitan dalam belajar biologi, kondisi seperti ini menyebabkan siswa kebanyakan diam (pasif), kurang aktif dalam bertanya maupun dalam menjawab pertanyaan dalam proses belajar mengajar. Salah satu cara untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah menerapkan metode pembalajaran yang dapat mengaktifkan siswa dalam proses belajar mengajar. Keterlibatan secara aktif tersebut mencakup keterlibatan fisik maupun intelektual emosional.

Berdasarkan uraian di atas, maka diperlukan model pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam belajar dan juga dapat meningkatkan solidaritas sosial siswa yang dapat memberikan dampak positif terhadap hasil belajar siswa. Salah satunya adalah pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pengajaran dimana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran (Slavin, 2008:4).

Salah satu model pembelajaran yang diharapkan dapat efektif membangkitkan aktivitas, semangat belajar dan hasil belajar siswa siswa yaitu model Think-Pair-Share (TPS). TPS adalah salah satu tipe model pembelajaran kooperatif yang pada pelaksanaannya mengutamakan siswa dalam berbuat untuk menemukan sendiri konsep-konsep materi dalam pembelajaran dengan jalan berfikir (Think), berpasangan (Pair), dan mengemukakan pendapat (Share) (Ibrahim dkk., 2000 : 26). Pemilihan model TPS juga didukung oleh hasil


(11)

penelitian Pramudiyanti (dalam Wulandari, 2009:5) menyimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dari pasif menjadi lebih aktif.

Dalam pembelajaran kooperatif tipe TPS ini, siswa belajar dengan cara berpasangan sehingga siswa memiliki kesempatan untuk bertukar pikiran dengan teman sebaya (pasangannya). Dengan cara tersebut maka siswa akan terdorong untuk menganalisis dan mengevaluasi suatu informasi data atau argumen, sehingga aktivitas dan hasil belajar siswa akan meningkat, karena mereka dapat saling mendiskusikan masalah-masalah tersebut dengan

pasangannya. Melalui pembelajaran kooperatif tipe TPS ini, diharapkan siswa dapat menjadi lebih aktif dalam pembelajaran sehingga dapat membangkitkan aktivitas, semangat belajar dan meningkatkan hasil belajar siswa.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah aktivitas belajar siswa kelas X pada penerapan model pembelajaran Think Pair Share (TPS)dalammateri pokok Ekosistem SMA Gajah Mada ?

2. Adakah pengaruh yang signifikan dari penerapan model pembelajaran

Think Pair Share (TPS)dalam meningkatkan hasil belajar siswa kelas X pada materi pokok Ekosistem SMA Gajah Mada ?


(12)

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan:

1. Mengetahui aktivitas belajar siswa kelas X pada penerapan model pembelajaran Think Pair Share (TPS) dalammateri pokok Ekosistem SMA Gajah Mada.

2. Mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran Think Pair Share

(TPS) dalam meningkatkan Hasil belajar siswa pada materi pokok Ekosistem SMA Gajah Mada.

D. Kegunaan Penelitian

Setelah dilakukannya penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi:

1. Siswa yaitu untuk memberikan pengalaman belajar yang berbeda dalam membantu meningkatkan aktivitas dan hasil belajar.

2. Guru yaitu sebagai sumbangan pemikiran dan alternatif pembelajaran dalam memilih model pembelajaran Think Pair Share (TPS) yang dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.

3. Peneliti yaitu untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman sebagai calon guru tentang penggunaan model pembelajaran khususnya model pembelajaran kooperatif tipe TPS dalam meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa

4. Sekolah yaitu memberikan sumbangan pemikiran untuk meningkatkan pembelajaran biologi disekolah melalui pemilihan model pembelajaran biologi yang tepat.


(13)

E. Ruang lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah:

1. Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) adalah pembelajaran yang menuntut siswa untuk bekerja sama dalam kelompok membangun pemahaman terhadap konsep-konsep dalam materi pelajaran.

2. Model pembelajaran kooperatif tipe TPS merupakan suatu strategi diskusi kooperatif dengan cara memproses informasi dengan mengembangkan cara berpikir dan komunikasi. Siswa diberi kesempatan untuk berpikir (Thinking) atas informasi yang diberikan guru, berpasangan (Pairing) dengan teman sebangku untuk berdiskusi, dan berbagi (Sharing) dengan seluruh kelas atas hasil diskusinya.

3. Hasil belajar yang diukur dalam penelitian ini adalah ranah kognitif yang diperoleh dari hasil pretes dan postes.

4. Aktivitas diperoleh dari lembar observasi aktivitas belajar siswa dengan indikator, mengemukakan pendapat, bekerjasama dengan teman, dan mempresentasikan hasil diskusi.

5. Siswa yang menjadi subjek penelitian ini adalah siswa kelas X1 dan X2 semester genap di SMA Gajah Mada Bandar Lampung tahun pelajaran 2012/2013.

6. Materi pelajaran dalam penelitian ini adalah Ekosistem dengan kompetensi dasar mendeskripsikan peran komponen ekosistem dalam aliran energi dan daur biogeokimia serta pemanfaatan komponen ekosistem bagi kehidupan (KD 4.1).


(14)

F. Kerangka Pikir

Biologi merupakan ilmu yang sangat penting dalam kehidupan, sehingga siswa harus dapat menguasainya dengan baik. Dalam mempelajari biologi tidak hanya membutuhkan kemampuan menghafal, tetapi juga membutuhkan kemampuan untuk menganalisis, mensintesis, mengevaluasi suatu informasi data atau argument. Kegiatan pembelajaran akan lebih bermakna dan mendalam apabila siswa terlibat secara aktif dalam kegiatan pembelajaran.

Model pembelajaran TPS merupakan model pembelajaran yang berpusat kepada siswa (student centered) dirasa lebih tepat untuk mengaktifkan siswa dalam mangkonstruksi pengetahuan sehingga pengetahuan yang baru diperoleh siswa dikonstruksi dengan pengetahuan yang telah dimiliki oleh siswa. Pengetahuan yang diperoleh siswa tidak harus berasal dari guru, tetapi juga dapat diperoleh dari lingkungan. Pada pembelajaran dengan

menggunakan modelTPS ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain itu juga model ini mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerja sama mereka dan mengasah kemampuan siswa dalam

memahami suatu permasalahan sehingga model ini diduga dapat memberikan hasil yang memaksimalkan aktivitas belajar dan penguasaan materi siswa.

Variabel dalam penelitian ini adalah variabel X dan variabel Y. Variabel X adalah variabel bebas yaitu model pembelajaran kooperatif tipe TPS dan variabel Y adalah variabel terikat yaitu aktivitas dan hasil belajar siswa.


(15)

Hubungan antara variabel tersebut digambarkan dalam diagram dibawah ini:

Keterangan : X = Model pembelajaran kooperatif tipe TPS. Y1 = Aktivitas siswa.

Y2 = Hasil belajar siswa pada materi pokok ekosistem Gambar 1. Hubungan antara variabel bebas dan variabel

G. Hipotesis Penelitian

1. Penerapan model TPS dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa

2. Ho : Tidak ada pengaruh yang signifikan terhadap penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada materi pokok Ekosistem kelas X SMA Gajah Mada Bandar Lampung tahun pelajaran 2012/2013.

H1 : Ada pengaruh yang signifikan terhadap penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe TPS dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada materi pokok Ekosistem kelas X SMA Gajah Mada Bandar Lampung tahun pelajaran 2012/2013.

X

Y1 Y2


(16)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share (TPS)

Model kooperatif adalah pembelajaran yang melibatkan unsur siswa itu sendiri sehingga siswa dapat berinteraksi dalam menyelesaikan tugas-tugas yang sulit dan setiap anggota saling memunculkan pemecahan masalah dengan selektif dalam masing-masing kelompok, selain itu siswa juga saling mengajar sesama siswa lainnya. Jadi dalam pembelajaran kooperatif siswa berperan ganda yaitu sebagai siswa ataupun sebagai guru. Bahkan, banyak peneliti menunjukkan bahwa pengajaran oleh rekan sebaya (peer teaching) ternyata lebih efektif daripada pengajaran oleh guru (Lie, 2002:31).

Lie (2002:31) mengemukakan bahwa terdapat lima unsur dasar kooperatif yang harus diterapkan yaitu : 1. Saling ketergantungan positif, 2. Tanggung jawab perseorangan, 3. Tatap muka, 4. Komunikasi antar anggota, dan 5. Evaluasi proses kelompok.

Salah satu tipe pembelajaran dalam pembelajaran model kooperatif adalah tipe TPS. TPS adalah salah satu tipe model pembelajaran kooperatif yang pada pelaksanaannya mengutamakan siswa dalam berbuat untuk menemukan sendiri konsep-konsep materi dalam pembelajaran dengan jalan berfikir


(17)

(Think), berpasangan (Pair), dan mengemukakan pendapat (Share). Pada pembelajaran kooperatif tipe TPS ini, siswa belajar dengan cara berpasangan sehingga siswa memiliki kesempatan untuk bertukar pikiran dengan teman sebaya (pasangannya). Dengan cara tersebut maka siswa akan terdorong untuk menganalisis dan mengevaluasi suatu informasi data atau argument, sehingga keterampilan berpikir rasionalnya akan meningkat, karena mereka dapat saling mendiskusikan masalah-masalah tersebut dengan pasangannya (Ibrahim dkk, 2000:26).

TPS merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa agar tercipta suatu pembelajaran

kooperatif yang dapat meningkatkan penguasaan akademik dan keterampilan siswa. Prosedur pembelajaran yang digunakan dalam TPS ini dapat

memberikan lebih banyak waktu kepada siswa untuk berpikir, untuk merespon dan saling membantu satu sama lain. TPS memiliki keunggulan dibanding dengan metode tanya jawab, karena TPS mengedepankan aspek berpikir secara mandiri, tanggung jawab terhadap kelompok, kerjasama dengan

kelompok kecil, dan dapat menghidupkan suasana kelas (Nurhadi dan Senduk, 2004:67).

Menurut Anonim (2001:1) ada empat prinsip kerja dari TPS yang sesuai dengan pembelajaran kooperatif yaitu:

1. Saling ketergantungan positif diantara siswa sehingga siswa mampu belajar dari siswa lain.


(18)

Setiap siswa bertanggung jawab pada gagasannya karena akan dipaparkan pada pasangannya dan pada seluruh kelas.

3. Partisipasi yang seimbang.

Setiap siswa akan mempunyai kesempatan yang sama untuk berbagi (mengemukakan pendapatnya) dengan pasangannya dan pada seluruh kelas.

4. Interaksi bersama

Semua siswa akan aktif dalam mengemukakan pendapat dan

mendengarkan sehingga menciptakan interaksi tingkat tinggi. Hal ini akan menciptakan pembelajaran yang aktif jika dibandingkan dengan cara Tanya jawab yang sudah biasa dilakukan oleh guru, dimana hanya satu atau dua siwa saja yang aktif .

TPS dapat mengoptimalisasikan partisipasi siswa. Siswa diberi kesempatan untuk bekerja sendiri serta bekerjasama dengan orang lain. Waktu berpikir akan memungkinkan siswa untuk mengembangkan jawaban. Siswa akan dapat memberikan jawaban yang lebih panjang dan lebih berkaitan. Jawaban yang dikemukakan juga telah dipikirkan dan didiskusikan. Siswa akan lebih berani mengambil resiko untuk mengemukakan jawabannya di depan kelas karena mereka telah “mencoba” dengan pasangannya. Proses pelaksanaan TPS akan membatasi munculnya aktivitas siswa yang tidak relevan dengan pembelajaran karena siswa harus mengemukakan pendapatnya, minimal pada pasangannya (Lyman, 2002:2).


(19)

Menurut Nurhadi dan Senduk (2004:67) tahapan-tahapan dalam TPS dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Thinking (berfikir)

Guru mengajukan pertanyaan/permasalahan yang berkaitan dengan materi yang baru dipelajari, kemudian memberi kesempatan kepada seluruh siswa untuk memikirkan jawabannya secara mandiri dalam 1 menit.

2. Pairing (berpasangan)

Jawaban yang telah difikirkan secara mandiri, kemudian disampaikan kepada pasangannya masing-masing (teman sebangkunya). Pada tahap ini, siswa dapat menuangkan idenya, menambahkan gagasan, dan berbagi jawaban dengan pasangan. Tahap ini berlangsung dalam 4 menit. 3. Sharing (berbagi)

Guru membimbing kelompok untuk menyampaikan hasil diskusi secara bergantian. Sampai sekitar seperempat kelompok menyampaikan

pendapat. Pada tahap ini seluruh kelompok dapat mendengarkan pendapat yang akan disampaikan oleh perwakilan tiap kelompok. Kelompok yang menyampaikan pendapatnya harus bertanggung jawab atas jawaban dan pendapat yang disampaikan. Pada akhir diskusi guru memberi tambahan materi yang belum terungkapkan oleh kelompok diskusi.

Tahapan pelaksanaan TPS tersebut efektif dalam membatasi aktifitas siswa yang tidak relevan dengan pembelajaran, serta dapat memunculkan

kemampuan dan keterampilan siswa yang positif. Pada akhirnya TPS akan mengembangkan kemampuan siswa untuk berfikir secara terstruktur dalam diskusi mereka dan memberikan kesempatan untuk bekerja sendiri ataupun


(20)

dengan orang lain melalui keterampilan berkomunikasi. Hasil penelitian Pramudiyanti (dalam Wulandari, 2009:5) menyimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Ariansyah (2009:37) bahwa pembelajaran TPS memberikan pengaruh yang signifikan terhadap penguasaan materi pokok Sistem Reproduksi Manusia. Hal yang sama juga diungkapkan oleh Wulandari (2011:48) bahwa model TPS dapat meningkatkan penguasaan konsep dan siswa lebih aktif dalam pembelajaran.

B. Aktivitas Belajar

Aktivitas belajar merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan siswa dalam proses pembelajaran. Semakin banyak aktivitas yang dilakukan siswa dalam belajar maka semakin baik proses pembelajaran yang terjadi. Dengan demikian belajar yang berhasil harus melalui berbagai macam aktivitas, baik aktivitas fisik maupun psikis Holt (dalam Wardani, 2007:9).

Aktivitas fisik ialah peserta didik giat aktif dengan anggota badan, membuat sesuatu, bermain atau bekerja, ia tidak hanya duduk dan mendengarkan, melihat atau hanya pasif. Aktivitas psikis (kejiwaan) adalah jika daya jiwanya bekerja sebanyak-banyaknya atau banyak berfungsi dalam rangka

pembelajaran. Seluruh peranan dan kemauan dikerahkan dan diarahkan supaya daya itu tetap aktif untuk mendapatkan hasil pembelajaran yang optimal

sekaligus mengikuti proses pengajaran secara aktif. Siswa mendengarkan, mengamati, menyelidiki, mengingat, menguraikan, mengasosiasikan ketentuan satu dengan lainnya dan sebagainya (Rohani, 2004:6-7). Menurut Diedrich


(21)

(dalam Rohani, 2004:9) terdapat macam-macam kegiatan peserta didik yang meliputi aktivitas jasmani dan aktivitas jiwa sebagai berikut:

1. Visual activities, membaca,memperhatikan gambar, demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain dan sebagainya.

2. Oral activities, menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan interview, diskusi, interupsi, dan sebagainya.

3. Listening activities, mendengarkan : uraian, percakapan, diskusi,musik, pidato dan sebagainya.

4. Writing activities, menulis : cerita, karangan, laporan, tes angket, menyalin dan sebagainya.

5. Drawing activities, menggambar, membuat grafik,peta, diagram, pola dan sebagainya.

6. Motor activities, melakukan percobaan, membuat konstruksi, model, mereparasi, bermain, berkebun, memelihara binatang dan sebagainya. 7. Mental activities, menganggap, mengingat, memecahkan masalah,

menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan, dan sebagainya. 8. Emotional activities, menaruh minat, merasa bosan, gembira, berani

tenang, gugup dan sebagainya.

Aktivitas-aktivitas tersebut tidaklah terpisah satu sama lain. Dalam setiap aktivitas motoris terkandung aktivitas mental disertai oleh perasaan tertentu dan pada setiap pelajaran terdapat berbagai aktivitas yang dapat diupayakan.


(22)

Menurut Memes (dalam Andra, 2007:38), terdapat beberapa indikator yang relevan dalam pembelajaran, yang meliputi:

1. Interaksi siswa dalam mengikuti pembelajaran

2. Kecakapan komunikasi siswa selama mengikuti proses belajar mengajar. 3. Partisipasi siswa dalam proses belajar

4. Motivasi dan kegairahan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar 5. Interaksi antar siswa selama proses belajar mengajar.

6. Interaksi siswa dengan guru selama proses belajar mengajar.

Seseorang dikatakan aktif belajar jika dalam belajarnya mengerjakan sesuatu yang sesuai dengan tujuan belajarnya, memberi tanggapan terhadap suatu peristiwa yang terjadi dan mengalami atau turut merasakan sesuatu dalam proses belajarnya. Dengan melakukan banyak aktivitas yang sesuai dengan pembelajaran, maka siswa mampu mengalami, memahami, mengingat dan mengaplikasikan materi yang telah diajarkan. Adanya peningkatan aktivitas belajar maka akan meningkatkan hasil belajar (Hamalik, 2004:12).

C. Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru tindakan mengajar diakhiri dengan proses evaluasi belajar, sedangkan dari sisi siswa hasil belajar merupakan puncak proses belajar (Dimyati dan Mujiono, 2002: 3).

Suatu proses belajar mengajar dinyatakan berhasil apabila hasilnya memenuhi tujuan dari proses belajar


(23)

mengajar tersebut. Hal tersebut sesuai dengan yang diungkapkan Djamarah dan Zain (2006: 105) sebagai berikut:

1. Daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi , baik secara individual maupun kelompok.

2. Perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran yang telah dicapai, baik secara individual maupun kelompok.

Berakhirnya suatu proses pembelajaran, maka siswa memperoleh hasil belajar. Hasil belajar siswa merupakan suatu hal yang berkaitan dengan kemampuan siswa dalam menyerap atau memahami suatu materi yang disampaikan. Dengan kata lain, hasil belajar merupakan bukti adanya proses belajar- mengajar antara guru dan siswa. Hasil belajar yang bisa diperoleh siswa setelah pembelajaran dapat berupa informasi verbal, keterampilan intelek, keterampilan motorik, sikap, dan siasat kognitif Djamarah dan Zain (2006: 105).

Gagne (dalam Dimyati dan Mujiono, 2002: 10) menyatakan kelima hasil belajar tersebut merupakan kapabilitas siswa. Kapabilitas siswa tersebut berupa:

1. Informasi verbal adalah kapabilitas untuk mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Pemilihan informasi verbal memungkinkan individu berperanan dalam kehidupan.

2. Keterampilan intelektualadalah kecakapan yang berfungsi untuk berhubungan dengan lingkungan hidup serta mempresentasikan konsep


(24)

dan lambang. Keterampilan intelek ini terdiri dari diskriminasi jamak, konsep konkret dan definisi, dan prinsip.

3. Strategi kognitif adalah kemampuan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah.

4. Keterampilan motorik adalah kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani. 5. Sikapadalah kemampuan menerima atau menolak obyek berdasarkan

penilaian terhadap obyek tersebut.

Hasil belajar dari ranah kognitif mempunyai hirarki atau tingkatan dalam pencapaiannya. Adapun tingkat-tingkat yang dimaksud adalah: (1) informasi non verbal, (2) informasi fakta dan pengetahuan verbal, (3) konsep dan prinsip, dan (4) pemecahan masalah dan kreatifitas. Informasi non verbal dikenal atau dipelajari dengan cara penginderaan terhadap objek-objek dan peristiwa-peristiwa secara langsung. Informasi fakta dan pengetahuan verbal dikenal atau dipelajari dengan cara mendengarkan orang lain dan dengan jalan membaca. Semuanya itu penting untuk memperoleh konsep- konsep. Selanjutnya, konsep-konsep itu penting untuk membentuk prinsip- prinsip. Kemudian prinsip-prinsip itu penting di dalam pemecahan


(25)

Menurut Anderson, dkk (2000: 67-68), ranah kognitif terdiri dari 6 jenis perilaku sebagai berikut:

1) Remember mencakup kemampuan ingatan tentang hal yang telah

dipelajaridan tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan itu meliputi fakta peristiwa, pengertian, kaidah, teori, prinsip, dan metode.

2) Understand mencakup kemampuan menangkap arti dan makna hal yang

dipelajari.

3) Apply mencakup kemampuan menerapkam metode dan kaidah untuk

meghadapi masalah yang nyata dan baru.

4) Analyze mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan kedalam bagian

bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik. Misalnya mengurai masalah menjadi bagian yang lebih kecil.

5) Evaluate mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa

hal berdasarkan kriteria tertentu.

6) Create mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru.

Untuk menilai dan mengukur keberhasilan siswa dipergunakan tes hasil belajar. Terdapat beberapa tes yang dilakukan guru, diantaranya: uji blok, ulangan harian, tes lisan saat pembelajaran berlangsung, tes mid semester dan tes akhir semester. Hasil dari tes tersebut berupa nilai-nilai yang pada

akhirnya digunakan sebagai tolak ukur keberhasilan proses pembelajaran yang terjadi. Tes ini dibuat oleh guru berkaitan dengan materi yang telah diajarkan. Setiap kegiatan belajar akan berakhir dengan hasil belajar. Hasil belajar setiap siswa di kelas terkumpul dalam himpunan hasil belajar kelas. Bahan mentah hasil belajar terwujud dalam lembar-lembar jawaban soal ulangan atau ujian


(26)

dan yang berwujud karya atau benda. Semua hasil belajar tersebut merupakan bahan yang berharga bagi guru dan siswa.

Bagi guru, hasil belajar siswa di kelasnya berguna untuk melakukan perbaikan tindak mengajar atau evaluasi. Bagi siswa, hasil belajar tersebut berguna untuk memperbaiki cara-cara belajar lebih lanjut.

Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar. Proses pembelajaran

diharapkan dapat memberikan keberhasilan yang memuaskan baik bagi sistem pengajaran, guru dan terutama peserta didik. Akan tetapi pada kenyataannya dalam usaha pencapaian tujuan tersebut terkadang tidak berjalan dengan lancar, sehingga dapat menghambat kemajuan belajar. Hambatan inilah yang harus diketahui agar dapat dihindarkan sehingga tidak menimbulkan

kegagalan. Menurut Syah (2002:132) faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dibedakan menjadi tiga macam, yaitu sebagai berikut :

a. Faktor Internal (faktor-faktor yang berasl dari dalam diri peserta didik) 1. Aspek fisiologis (yang bersifat jasmaniah) diantaranya kondisi

kesehatan, daya pendengaran dan penglihatan dan sebagainya. 2. Aspek psikologis yang mempengaruhi kuantitas dan kualitas

perolehan pembelajaran peserta didik, diantaranya yaitu kondisi rohani peserta didik, tingkat kecerdasan/intelegensi, sikap, bakat, minat, dan motivasi peserta didik.

b. Faktor Eksternal (faktor-faktor yang berasal dari luar diri peserta didik) 1. Lingkungan sosial, seperti para guru, staf administrasi, dan

teman-teman sekelas, masyarakat, tetangga, teman-teman bermain, orang tua dan keluarga peserta didik itu sendiri.


(27)

2. Lingkungan non sosial, seperti gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat keluarga peserta didik dan letaknya, alat-alat belajar,

keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan peserta didik. c. Faktor pendekatan belajar, dapat dipahami sebagai cara atau strategi yang

digunakan peserta didik dalam menunjang dan efisiensi proses pembelajaran materi tertentu.


(28)

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat

Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April 2013 di SMA Gajah Mada Bandar Lampung.

B. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X semester genap SMA Gajah Mada tahun pelajaran 2012/2013. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas X2 berjumlah 28 sebagai kelas eksperimen dan siswa kelas X1 berjumlah 29 sebagai kelas kontrol. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik cluster random sampling. Cluster random sampling adalah populasi tidak terdiri dari individu-individu, melainkan terdiri dari kelompok-kelompok individu atau cluster misalnya kelas sebagai cluster (Margono, 2005:127). Pertama, dengan mengundi 5 kelas X yang tersedia untuk di ambil 2 kelas, kemudian 2 kelas yang terpilih diundi kembali untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol


(29)

C. Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain pretes-postes kelompok non ekuivalen. Kelas eksperimen diberi perlakuan dengan model pembelajaran TPS, sedangkan kelas kontrol menggunakan metode diskusi kelompok. Hasil pretes dan postes pada kedua kelas subyek dibandingkan.

Struktur desainnya sebagai berikut:

Keterangan: I = kelompok eksperimen; II = kelompok kontrol; O1 = pretest;

O2 = post test;

X = perlakuan model Think Pair Share; C = metode diskusi;

Sumber : Dimodifikasi dari Riyanto (2001:43) Gambar 2. Desain pretes postes kelompok non ekuivalen

D. Prosedur Penelitian

Penelitian ini terdiri atas dua tahap, yaitu prapenelitian dan pelaksanaan penelitian. Adapun langkah-langkah dari tahap tersebut yaitu sebagai berikut:

1. Prapenelitian

Kegiatan yang dilakukan pada prapenelitian adalah sebagai berikut : a. Menetapkan waktu penelitian; Mengurus surat penelitian pendahuluan

(observasi) ke FKIP untuk sekolah (tempat penelitian);

b. Mengadakan observasi ke sekolah tempat diadakannya penelitian, untuk mendapatkan informasi tentang keadaan kelas yang akan diteliti;

I O1 X O2 II O1 C O2


(30)

c. Menetapkan sampel penelitian untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol; d. Menetapkan waktu penelitian;

e. Membuat perangkat pembelajaran yang terdiri dari silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Siswa (LKS);

f. Membuat instrumen yang terdiri dari soal tes dalam bentuk essai pretest dan postest

g. Membuat lembar observasi kegiatan belajar mengajar berupa lembar observasi aktivitas siswa dan catatan lapangan.

2. Pelaksanaan Penelitian

Mengadakan kegiatan pembelajaran dengan model TPS untuk kelas eksperimen dan dengan metode diskusi biasa untuk kelas kontrol. Penelitian ini dirancang sebanyak dua kali pertemuan. Pretes diberikan sebelum pembelajaran dan postes diberikan setelah pembelajaran.

Langkah-langkah pembelajaran kelas eksperimen dengan menggunakan model TPS sebagai berikut:

a. Pendahuluan

1. Siswa menerima lembar soal pretes untuk mengukur kemampuan awal (pertemuan I) .

2. Siswa mendengarkan informasi mengenai indikator/tujuan pembelajaran yang disampaikan guru.


(31)

4. Pertemuan pertama: Memberikan pertanyaan “ pernahkah kalian bermain di sawah? Komponen apa saja yang menyusun ekosistem sawah

tersebut?

Pertemuan kedua: Memberikan pertanyaan “ pernahkan kalian berfikir bagaimana proses terjadinya hujan ? apa yang terjadi jika di suatu tempat tidak ada hujan dalam waktu yang lama?

5. Siswa diberi motivasi

Pertemuan pertama: “ kita hidup dalam suatu ekosistem, yang di

dalamnya saling membutuhkan antara organisme satu dengan organisme lainnya, oleh karena itu kita harus mengetahui peran dari masing – masing komponen penyusun ekosistem agar ekosistem tetap terjaga dengan baik”.

Pertemuan kedua: “ Di dalam suatu ekosistem air merupakan komponen abiotik yang penting begitu pula dengan fosfor, nitrogen, karbon, sulfur. Untuk menjaga ekosistem dengan baik maka kita perlu mengetahui tentang daur dari masing – masing komponen abiotik tersebut. b. Kegiatan Inti

1. Siswa mendengarkan penjelasan tahapan pembelajaran dengan menggunakan model TPS yang disampaikan oleh guru.

2. Siswa mendengarkan penjelasan materi yang disampaikan secara singkat oleh guru.

3. Siswa menerima LKS kemudian diberi waktu berfikir (thinking) selama 15 menit.


(32)

4. Siswa berpasangan (pairing) dengan teman sebangkunya untuk saling mengutarakan hasil pemikirannya, jawaban, atau gagasan atas

pertanyaan yang ada dalam LKS selama 15 menit.

5. Siswa mengemukakan (sharing) hasil diskusinya di depan kelas. 6. Siswa yang lain menanggapi hasil diskusi.

7. Guru memberikan respon terhadap jawaban siswa dengan menambahkan materi yang belum diungkapkan siswa.

8. Guru mengecek pemahaman siswa terhadap materi yang telah disampaikan.

c. Penutup

1. Siswa dibimbing oleh guru untuk menyimpulkan materi yang telah dipelajari.

2. Siswa mengerjakan postes (pertemuan II).

Langkah-langkah pembelajaran kelas kontrol dengan menggunakan metode diskusi sebagai berikut:

a. Pendahuluan

1. Siswa diberi penjelasan mengenai tujuan pembelajaran.

2. Siswa menerima lembar soal pretes untuk mengukur kemampuan awal (pertemuan I).

3. Siswa diberi apersepsi

Pertemuan pertama: Memberikan pertanyaan “ pernahkah kalian bermain di sawah? Komponen apa saja yang menyusun ekosistem sawah


(33)

Pertemuan kedua: Memberikan pertanyaan “ pernahkan kalian berfikir bagaimana proses terjadinya hujan ? apa yang terjadi jika di suatu tempat tidak ada hujan dalam waktu yang lama?

4. Siswa diberi motivasi

Pertemuan pertama: “ kita hidup dalam suatu ekosistem, yang di

dalamnya saling membutuhkan antara organisme satu dengan organisme lainnya, oleh karena itu kita harus mengetahui peran dari masing – masing komponen penyusun ekositem agar ekosistem tetap terjaga dengan baik”.

Pertemuan kedua: “ Di dalam suatu ekosistem air merupakan komponen abiotik yang penting begitu pula dengan fosfor, nitrogen, karbon, sulfur. Untuk menjaga ekosistem dengan baik maka kita perlu mengetahui tentang daur dari masing – masing komponen abiotik tersebut.

5. Siswa menerima informasi dari guru bahwa pada pembelajaran ini akan dilakukan dengan metode diskusi kemudian akan dipresentasikan di depan kelas.

b) Kegiatan Inti

1. Siswa mendengarkan penjelasan materi secara singkat yang disampaikan oleh guru.

2. Siswa dibagi menjadi 6 kelompok.

3. Setiap kelompok menerima LKK yang di berikan oleh guru dan menjawab pertanyaan yang ada pada LKK.


(34)

5. Guru memberikan penguatan dengan menjelaskan materi yang belum dipahami siswa.

6. Siswa mengumpulkan hasil diskusi kelompoknya. c) Penutup

1. Siswa dibimbing oleh guru untuk menyimpulkan materi yang telah dipelajari.

2. Siswa menjawab soal postes (pertemuan II).

E. Jenis dan Teknik Pengambilan Data

1. Jenis Data

a. Aktivitas siswa

Jenis data aktivitas siswa berupa data kualitatif yang diperoleh dari lembar observasi aktivitas siswa.

b. Hasil belajar

Jenis data Hasil Belajar berupa data kuantitatif yang diperoleh dari nilai pretest dan postest pada materi pokok ekosistem

2. Teknik Pengambilan Data

Teknik pengambilan data pada penelitian ini adalah: a. Aktivitas Siswa

Aktivitas siswa diperoleh dengan lembar observasi aktivitas siswa yang berisi semua aspek kegiatan yang diamati pada saat proses pembelajaran. Setiap siswa diamati point kegiatan yang dilakukan dengan cara memberi tanda (√ ) pada lembar observasi sesuai dengan aspek yang telah ditentukan.


(35)

Lembar observasi ya pada saat pembelaja Tabel 1.Lembar Observasi A

Keterangan :

a. Kemampuan mengem 1. Tidak mengemuk 2. Mengemukakan p

pada materi poko 3. Mengemukakan p

pokok Ekosistem b. Bekerjasama dengan 1. Tidak bekerjasam 2. Bekerjasama den

permasalahan pad 3. Bekerjasama den

permasalahan pad c. Mempresentasikan ha 1. Siswa dalam kelo kelompok secara 2. Siswa dalam kelo kelompok denga dengan permasala 3. Siswa dalam kelo sistematis dan me pokok Ekosistem

No Nama A

1 2 1 2 3 4 5 Jum

i yang digunakan dalam pengambilan data aktivitas ajaran sebagai berikut:

i Aktivitas Siswa

emukakan pendapat/ ide : ukakan pendapat /ide (diam saja).

n pendapat/ ide namun tidak sesuai dengan pemba kok Ekosistem.

n pendapat/ide sesuai dengan pembahasan pada m em.

an teman :

ama dengan teman (diam saja).

engan anggota kelompok tetapi tidak sesuai denga pada materi Ekosistem.

engan semua anggota kelompok sesuai dengan pada materi pokok Ekosistem.

hasil diskusi kelompok :

ompok kurang dapat mempresentasikan hasil di ara sistematis dan tidak dapat menjawab pertanyaa elompok kurang dapat mempresentasikan hasil dis

gan secara sistematis dan menjawab pertanyaan se alahan materi pokok Ekosistem.

elompok dapat mempresentasikan hasil diskusi sec menjawab pertanyaan sesuai dengan permasalahan em.

Aspek yang diamati

Xi

B C

3 1 2 3 1 2 3

Jumlah itas siswa bahasan materi gan diskusi yaan. diskusi sesuai secara han materi


(36)

Menafsirkan atau menentukan kategori Persentase Aktivitas Siswa sesuai kriteria pada tabel 2.

Tabel 2. Kriteria persentase aktivitas siswa

Persentase (%) Kriteria

87,50 – 100 75,00 – 87,49 50,00 – 74,99

0 – 49,99

Sangat baik Baik Cukup Kurang Sumber : Dimodifikasi dari Hidayati (2011:17)

a. Hasil Belajar

Data dalam penelitian ini diperoleh melalui pretest dan postest. Pretest dilakukan di awal pertemuan I, dan postest dilakukan di akhir pertemuan II. Pretest dan postest dilakukan pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dengan bentuk dan jumlah soal yang sama. Bentuk soal adalah soal uraian. Pretest yang diberikan pada awal pertemuan I, mempunyai bentuk dan jumlah yang sama dengan postest yang diberikan di akhir pertemuan II.

Untuk menguji hipotesis yang telah dikemukakan dalam penelitian ini, diperlukan suatu analisis data untuk memperoleh kesimpulan. Uji hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji t menggunakan software SPSS 17. Untuk mendapat N-gain yakni dengan menggunakan rumus sebagai berikut :


(37)

Data penelitian kuantitatif berupa nilai pretes, postes, dan skor N-gain. Untuk mendapatkan skor N-gain menggunakan rumus Hake (1999:1) yaitu:

Keterangan: Spost = skor postes; Spre = skor pretes; Smax = skor maksimum

Dengan kriteria:

• tinggi jika G > 0,7

• sedang jika 0,7 > G > 0,3

• rendah jika G < 0,3

F. Teknik Analisis Data

a. Aktivitas Siswa

Data aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung merupakan data yang diambil melalui observasi. Data tersebut dianalisis dengan menggunakan indeks aktivitas siswa dengan menghitung rata–rata skor aktivitas siswa menggunakan rumus sebagai berikut:

n x100

x

X =

i

Keterangan : X = Rata-rata skor aktivitas siswa ∑xi = Jumlah skor yang diperoleh n = Jumlah skor maksimum


(38)

b. Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan kemampuan menyerap arti dari materi suatu bahan yang dipelajari. Penguasaan materi bukan hanya sekedar mengingat

mengenai apa yang dipelajari tetapi menguasai lebih lebih dari itu, yakni melibatkan berbagai proses kegiatan mental sehingga lebih bersifat dinamis (Arikunto, 2003:131).

1. Uji normalitas data

Uji normalitas data dihitung menggunakan uji Lilliefors dengan menggunakan softwere SPSS 17.

a. Rumusan hipotesis

H0 = data berdistribusi normal H1 = data tidak berdistribusi norma b. Kriteria pengujian

Terima H0 jika Lhitung < Ltabel atau p-value > 0,05, tolak H0 untuk harga yang lainnya (Sudjana, 2002:466)

2. Uji kesamaan dua varians

Apabila masing masing data berdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan uji kesamaan dua varians dengan menggunakan program SPSS 17.

a. Rumusan Hipotesis

H0 = kedua data mempunyai varians yang sama H1 = kedua data mempunyai varians berbeda


(39)

b. Kriteria Uji

- Jika F hitung < F tabel atau probabilitasnya > 0,05 maka H0 diterima - Jika F hitung> F tabel atau probabilitasnya < 0,05 maka H0 ditolak (Pratisto, 2004:18).

3. Pengujian Hipotesis

Untuk menguji hipotesis digunakan uji kesamaan dua rata-rata dan uji perbedaan dua rata-rata dengan menggunakan program SPSS 17.

a. Uji Kesamaan Dua Rata-rata 1) Hipotesis

H0 = Rata-rata N-Gain kedua sampel sama H1 = Rata-rata N-Gain kedua sampel tidak sama 2) Kriteria Uji

- Jika –t tabel< t hitung< t tabel, maka H0diterima

- Jika t hitung< -t tabel atau t hitung> t tabel maka H0ditolak (Pratisto, 2004:18)

b. Uji Perbedaan Dua Rata-rata 1) Hipotesis

H0 = rata-rata N-Gainpada kelompok eksperimen sama dengan kelompok kontrol.

H1 = rata-rata N-Gain pada kelompok eksperimen lebih tinggi dari kelompok kontrol.


(40)

2) Kriteria Uji :

- Jika –t tabel < t hitung< t tabel, maka H0 diterima

- Jika t hitung< -t tabel atau t hitung> t tabel, maka H0 ditolak (Pratisto, 2004:12).

c. Uji hipotesis dengan uji U 1. Hipotesis

H0 = Rata-rata N-gain kedua sampel sama

H1 = Rata-rata N-gain kedua sampel tidak sama

2. Kriteria Uji

- Jika –Ztabel < Zhitung < Ztabel atau p-value > 0,05, maka Ho diterima - Jika Zhitung < -Ztabel atau Zhitung > Ztabel atau p-value < 0,05, maka Ho

ditolak (Martono, 2010:158).

E. Pengolahan Data Kemenarikan model pembelajaran TPS

Penyebaran angket dilakukan untuk mengetahui kemenarikan model pembelajaran TPS. Angket ini berisikan 10 pernyataan, 4 pernyataan negatif, dan 6 pernyataan positif.


(41)

1. Item pernyataan

Tabel 3. Pernyataan angket tanggapan siswa

No Pernyataan Pilihan

S TS

1 Saya senang mempelajari materi pokok ekosistem

melalui pembelajaran yang diberikan oleh guru

2 Saya lebih mudah memahami materi yang dipelajari

melalui pembelajaran yang diberikan oleh guru.

3 Saya bingung dalam menyelesaikan masalah

melalui pembelajaran yang diberikan oleh guru.

4 Saya lebih mudah mengerjakan soal-soal setelah

belajar dengan pembelajaran yang diberikan oleh guru.

5 Saya merasa bosan dalam proses belajar melalui

pembelajaran yang diberikan oleh guru.

6 Pembelajaran yang diberikan kepada saya dapat

meningkatkan semangat/motivasi belajar saya .

7 Saya belajar menggunakan kemampuan sendiri

melalui pembelajaran yang diberikan oleh guru.

8 Saya merasa sulit berinteraksi dengan teman dalam

proses pembelajaran yang berlangsung.

9 Saya merasa sulit mengerjakan soal-soal di LKS

melalui pembelajaran diberikan oleh guru.

10 Saya dapat berinteraksi dengan teman dalam proses

pembelajaran melalui pembelajaran yang diberikan oleh guru.


(42)

2. Skor angket

Tabel 4. Skor tiap pernyataan tanggapan siswa terhadap model pembelajaran kooperatif tipe TPS

No Pernyataan Skor

1 0

1 Saya senang mempelajari materi pokok ekosistem

melalui pembelajaran yang diberikan oleh guru

S TS

2 Saya lebih mudah memahami materi yang dipelajari

melalui pembelajaran yang diberikan oleh guru.

S TS

3 Saya bingung dalam menyelesaikan masalah

melalui pembelajaran yang diberikan oleh guru.

TS S

4 Saya lebih mudah mengerjakan soal-soal setelah

belajar dengan pembelajaran yang diberikan oleh guru.

S TS

5 Saya merasa bosan dalam proses belajar melalui

pembelajaran yang diberikan oleh guru.

TS S

6 Pembelajaran yang diberikan kepada saya dapat

meningkatkan semangat/motivasi belajar saya .

S TS

7 Saya belajar menggunakan kemampuan sendiri

melalui pembelajaran yang diberikan oleh guru.

S TS

8 Saya merasa sulit berinteraksi dengan teman dalam

proses pembelajaran yang berlangsung.

TS S

9 Saya merasa sulit mengerjakan soal-soal di LKS

melalui pembelajaran diberikan oleh guru.

TS S

10 Saya dapat berinteraksi dengan teman dalam proses

pembelajaran melalui pembelajaran yang diberikan oleh guru.

S TS

Skor 1 (satu) untuk menyatakan setuju bagi pernyataan positif dan tidak setuju bagi pernyataan negatif. Skor 0 (nol) untuk menyatakan tidak setuju bagi pernyataan


(43)

positif dan setuju bagi pernyataan negatif. Jumlah skor setiap angket dihitung untuk mengetahui tanggapan masing-masing siswa tentang kemenarikan model pembelajaran TPS. Menghitung skor yang diperoleh dalam bentuk persentase. Teknik ini sering disebut dengan teknik deskriptif kualitatif dengan persentase. Adapun rumus untuk analisis deskriptif persentase menurut Ali (1992: 46) adalah :

Presentase kemenarikan model pembelajaranTPS(%) =

N n

× 100%

Keterangan: n = Nilai yang diperoleh sampel

N = Nilai yang semestinya diperoleh sampel

% = Persentase kemenarikan model pembelajaran TPS Tabel 5 : Kriteria Tingkat Kemenarikan model pembelajaran TPS No Rentang skor Interval Kriteria

1 16 - 23 76< % ≤ 100% Tinggi

2 8 - 15 51< % ≤ 75% Sedang

3 0 - 7 25< % ≤ 50% Rendah


(44)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Penggunaan model pembelajaran TPS berpengaruh signifikan terhadap peningkatan hasil belajar siswa kelas X SMA Gajah Mada Bandar Lampung pada materi pokok Ekosistem

2. Penggunaan model pembelajaranTPS berpengaruh dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas kelas X SMA Gajah Mada Bandar Lampung pada materi pokok Ekosistem.

3. Sebagian besar 28 siswa memberikan tanggapan yang positif terhadap penerapan model pembelajaran kooperatif tipeTPS pada materi pokok ekosistem.


(45)

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan simpulan, penulis menyampaikan saran sebagai berikut:

1. Model pembelajaran kooperatif tipe TPS dapat dijadikan salah satu model pembelajaran alternatif untuk merangsang agar siswa aktif dalam pembelajaran, khususnya pada materi pokok ekosistem.

2. Model pembelajaran kooperatif tipe TPS erat berhubungan dengan waktu untuk setiap tahapan pembelajaran. Maka dari itu hendaknya memperhatikan alokasi waktu, karakteristik bahan ajar, dan pengelolaan kelas yang baik pada saat akan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS.

3. Dalam proses pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe TPS, dimana terdapat banyak kelompok dibutuhkan pengawasan dan observer yang lebih banyak untuk dapat menilai aktivitas belajar siswa.


(46)

DAFTAR PUSTAKA

Ali, M. 1992. Penelitian Kependidikan Prosedur dan Strategi. Angkasa. Bandung.

Andra, D. 2007. Penerapan Mastery Learning Melalui discovery Untuk

Meningkatkan Aktivitas Dan Pencapaian Kompetensi Belajar Siswa Materi Gerak (PTK Pada Siswa Kelas VIIB SMP Negeri 8 Bandar Lampung Tahun

Pelajaran 2006/2007. Skripsi. Unila. Bandar Lampung

Anderson. at all. 2000. A Taxonomy For Learning, Teaching, ans Assesing, (A Revision of Bloom Taxonomy of Educational Objectives, Abridged Edition). Longman: Newyork

Anonim. 2001. Think Pair Share. Google.Networked Learning

Community.http://www.eazhul.org.uk/nlc/think,pair,share.htm.(13 desember 2012)

Ariansyah. 2009. Penguasaan Materi Pokok Sistem Reproduksi Manusia Oleh Siswa Pada Penggunaan Animasi Multimedia Melalui Pembelajaran

Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS). FKIP Universitas Lampung.

Bandar Lampung.

Ariyanti, M. 2012.Pengaruh Penggunaan Bahan Ajar Leaflet Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS ( Think Pair Share) Terhadap Penguasaan Konsep Siswa Pada Materi Pokok Sistem Pernapasan. FKIP Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Arikunto, S. 2010. Dasar-Dasar Evaluasi pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Arsyad, A. 2008. Media Pembelajaran. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Belina, W.W. 2008. Peningkatan Kecakapan Berpikir Rasional Siswa Dalam

Pembelajaran Fisika di SMP Pada Pokok Bahasan Pemantulan Cahaya Melalui Model Pembelajaran PBI (Penelitian eksperimen pada siswa kelas VIII di salah satu SMP Swasta di kota Bandung). (Skripsi) Jurusan


(47)

BSNP. 2006. Petunjuk Teknis Pengembangan Silabus dan Contoh/Model Silabus

SMA/MA. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Dimyati dan Mujiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Djamarah, S. B dan A. Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta.

Jakarta

Depdiknas. 2003. Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta.

Hamalik, O. 2004. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta

Hidayati, A. N. Rustaman, N. Redjeki, S. dan Munandar. 2011. Training of Trainer Berorientasi Higher Order Learning Skills dan Pengaruhnya pada Prestasi serta Performance Guru. (Prosiding Seminar Nasional Pendidikan 2011).Kerjasama FKIP Unila HEPL Bandar Lampung.

Ibrahim., M. R. Fida., M. Nur dan Ismono. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Universitas Negeri Surabaya. Surabaya.

Lie, A. 2002. Cooperative Learning Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. PT Grasindo. Jakarta

Lyman, F. 2002. Strategies For Reading Comprehension Think-Pair-Share. Cooperative Learning Community. Jones, Raymon C. Reading Quest. Org.

http://curry.Edschool.virginia.edu/go/readquest/strat/tps/html (28 desember 2011).

Nurhadi. B.Y. dan A.G. Senduk. 2004. Kurikulum 2004 (Pertanyaan dan Jawaban). Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta.

Pratisto, A. 2004. Cara Mudah Mengatasi Masalah Statistik dan Rancangan

Percobaan Dengan SPSS Versi 12. Gramedia. Jakarta.

Riyanto, Y. 2001. Metodologi Penelitian Pendidikan. SIC. Surabaya. Roestiyah, N. K. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta Rohani, A. 2004. Media Instruksional Edukatif. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Sudjana. 2002. Metode Penelitian. Bandung: Tarsito 466 hlm.

Sudrajat, W. 2012.Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS ( Think Pair Share) Terhadap Peningkatan Kecakapan Berpikir Rasional Siswa

Pada Materi Pokok Ekosistem. FKIP Universitas Lampung. Bandar


(48)

Slameto. 1991. Proses Belajar Mengajar Dalam Sistem Kredit. Jakarta: Rineka Cipta.

Slavin, R.E. 2008. Cooperatif Learning : Teori, Riset dan Praktek. Nusa Media. Bandung.

Syah, M. 2002. Psikologi Belajar. Raja Grafindo Persada: Jakarta.

Tim BBE. 2002. Pendidikan Berorientasi Pada Kecakapan Hidup (Life Skill) Melalui Pendekatan Pendidikan Berbasis Luas Broad Best Education (BBE).Surabaya: SIC.

Trianto. 2009. Model-model Pembelajaran inovatif Berorientasi konstruktivisme. Prestasi Pustaka Publisher. Jakarta.

Wardani, A. 2007. Meningkatkan Aktivitas, Kreativitas dan Hasil belajar Melalui pembelajaran berbasis Produk (PTK di SMP YBL Natar). Skripsi. Unila. Bandar Lampung

Wulandari, E. 2009. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

TPS ( Think Pair Share) Terhadap Penguasaan Konsep Sistem Pernapasan.


(1)

positif dan setuju bagi pernyataan negatif. Jumlah skor setiap angket dihitung untuk mengetahui tanggapan masing-masing siswa tentang kemenarikan model pembelajaran TPS. Menghitung skor yang diperoleh dalam bentuk persentase. Teknik ini sering disebut dengan teknik deskriptif kualitatif dengan persentase. Adapun rumus untuk analisis deskriptif persentase menurut Ali (1992: 46) adalah :

Presentase kemenarikan model pembelajaran TPS(%) = N

n

× 100%

Keterangan: n = Nilai yang diperoleh sampel

N = Nilai yang semestinya diperoleh sampel

% = Persentase kemenarikan model pembelajaran TPS Tabel 5 : Kriteria Tingkat Kemenarikan model pembelajaran TPS No Rentang skor Interval Kriteria

1 16 - 23 76< % ≤ 100% Tinggi 2 8 - 15 51< % ≤ 75% Sedang 3 0 - 7 25< % ≤ 50% Rendah Sumber : Dimodifikasi dari Ali (1992:46)


(2)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Penggunaan model pembelajaran TPS berpengaruh signifikan terhadap peningkatan hasil belajar siswa kelas X SMA Gajah Mada Bandar Lampung pada materi pokok Ekosistem

2. Penggunaan model pembelajaran TPS berpengaruh dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas kelas X SMA Gajah Mada Bandar Lampung pada materi pokok Ekosistem.

3. Sebagian besar 28 siswa memberikan tanggapan yang positif terhadap penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TPS pada materi pokok ekosistem.


(3)

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan simpulan, penulis menyampaikan saran sebagai berikut:

1. Model pembelajaran kooperatif tipe TPS dapat dijadikan salah satu model pembelajaran alternatif untuk merangsang agar siswa aktif dalam pembelajaran, khususnya pada materi pokok ekosistem.

2. Model pembelajaran kooperatif tipe TPS erat berhubungan dengan waktu untuk setiap tahapan pembelajaran. Maka dari itu hendaknya memperhatikan alokasi waktu, karakteristik bahan ajar, dan pengelolaan kelas yang baik pada saat akan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS.

3. Dalam proses pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe TPS, dimana terdapat banyak kelompok dibutuhkan pengawasan dan observer yang lebih banyak untuk dapat menilai aktivitas belajar siswa.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Ali, M. 1992. Penelitian Kependidikan Prosedur dan Strategi. Angkasa. Bandung.

Andra, D. 2007. Penerapan Mastery Learning Melalui discovery Untuk

Meningkatkan Aktivitas Dan Pencapaian Kompetensi Belajar Siswa Materi Gerak (PTK Pada Siswa Kelas VIIB SMP Negeri 8 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2006/2007. Skripsi. Unila. Bandar Lampung

Anderson. at all. 2000. A Taxonomy For Learning, Teaching, ans Assesing, (A Revision of Bloom Taxonomy of Educational Objectives, Abridged Edition). Longman: Newyork

Anonim. 2001. Think Pair Share. Google.Networked Learning

Community.http://www.eazhul.org.uk/nlc/think,pair,share.htm.(13 desember 2012)

Ariansyah. 2009. Penguasaan Materi Pokok Sistem Reproduksi Manusia Oleh Siswa Pada Penggunaan Animasi Multimedia Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS). FKIP Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Ariyanti, M. 2012.Pengaruh Penggunaan Bahan Ajar Leaflet Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS ( Think Pair Share) Terhadap Penguasaan Konsep Siswa Pada Materi Pokok Sistem Pernapasan. FKIP Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Arikunto, S. 2010. Dasar-Dasar Evaluasi pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Arsyad, A. 2008. Media Pembelajaran. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Belina, W.W. 2008. Peningkatan Kecakapan Berpikir Rasional Siswa Dalam

Pembelajaran Fisika di SMP Pada Pokok Bahasan Pemantulan Cahaya Melalui Model Pembelajaran PBI (Penelitian eksperimen pada siswa kelas VIII di salah satu SMP Swasta di kota Bandung). (Skripsi) Jurusan


(5)

BSNP. 2006. Petunjuk Teknis Pengembangan Silabus dan Contoh/Model Silabus SMA/MA. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Dimyati dan Mujiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Djamarah, S. B dan A. Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta.

Jakarta

Depdiknas. 2003. Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta.

Hamalik, O. 2004. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta

Hidayati, A. N. Rustaman, N. Redjeki, S. dan Munandar. 2011. Training of Trainer Berorientasi Higher Order Learning Skills dan Pengaruhnya pada Prestasi serta Performance Guru. (Prosiding Seminar Nasional Pendidikan 2011).Kerjasama FKIP Unila HEPL Bandar Lampung.

Ibrahim., M. R. Fida., M. Nur dan Ismono. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Universitas Negeri Surabaya. Surabaya.

Lie, A. 2002. Cooperative Learning Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. PT Grasindo. Jakarta

Lyman, F. 2002. Strategies For Reading Comprehension Think-Pair-Share. Cooperative Learning Community. Jones, Raymon C. Reading Quest. Org. http://curry.Edschool.virginia.edu/go/readquest/strat/tps/html (28 desember 2011).

Nurhadi. B.Y. dan A.G. Senduk. 2004. Kurikulum 2004 (Pertanyaan dan Jawaban). Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta.

Pratisto, A. 2004. Cara Mudah Mengatasi Masalah Statistik dan Rancangan Percobaan Dengan SPSS Versi 12. Gramedia. Jakarta.

Riyanto, Y. 2001. Metodologi Penelitian Pendidikan. SIC. Surabaya. Roestiyah, N. K. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta Rohani, A. 2004. Media Instruksional Edukatif. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Sudjana. 2002. Metode Penelitian. Bandung: Tarsito 466 hlm.

Sudrajat, W. 2012.Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS ( Think Pair Share) Terhadap Peningkatan Kecakapan Berpikir Rasional Siswa Pada Materi Pokok Ekosistem. FKIP Universitas Lampung. Bandar Lampung.


(6)

Slameto. 1991. Proses Belajar Mengajar Dalam Sistem Kredit. Jakarta: Rineka Cipta.

Slavin, R.E. 2008. Cooperatif Learning : Teori, Riset dan Praktek. Nusa Media. Bandung.

Syah, M. 2002. Psikologi Belajar. Raja Grafindo Persada: Jakarta.

Tim BBE. 2002. Pendidikan Berorientasi Pada Kecakapan Hidup (Life Skill) Melalui Pendekatan Pendidikan Berbasis Luas Broad Best Education (BBE).Surabaya: SIC.

Trianto. 2009. Model-model Pembelajaran inovatif Berorientasi konstruktivisme. Prestasi Pustaka Publisher. Jakarta.

Wardani, A. 2007. Meningkatkan Aktivitas, Kreativitas dan Hasil belajar Melalui pembelajaran berbasis Produk (PTK di SMP YBL Natar). Skripsi. Unila. Bandar Lampung

Wulandari, E. 2009. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS ( Think Pair Share) Terhadap Penguasaan Konsep Sistem Pernapasan. FKIP Universitas Lampung. Bandar Lampung.


Dokumen yang terkait

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP PENGUASAAN MATERI POKOK SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIA (Studi Eksperimen Siswa Kelas VIII SMP Gajah Mada Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012)

0 4 55

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING TERHADAP AKTIVITAS DAN PENGUASAAN KONSEP OLEH SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM PENCERNAAN MAKANAN (Studi Eksperimen Pada Siswa Kelas XI IPA Semester Genap SMA Gajah Mada Bandar Lampung T.P 2011/2012)

0 24 64

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP PENINGKATAN KECAKAPAN BERPIKIR RASIONAL SISWA PADA MATERI POKOK EKOSISTEM (Studi Eksperimen pada Siswa Kelas X Semester Genap SMA Gajah Mada Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/20

0 7 54

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TIPE JIGSAW TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA MATERI POKOK PERANAN MANUSIA DALAM KESEIMBANGAN EKOSISTEM (Studi Eksperimen Pada Siswa Kelas X Semester Genap SMA Negeri 1 Terusan Nunyai Kab. Lampung Ten

2 27 54

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SNOWBALL THROWING TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR SISWA DAN PENGUASAAN MATERI BIOLOGI PADA MATERI POKOK KINGDOM PLANTAE (Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas X SMA Bina Mulya Bandar Lampung Semester Genap Tah

4 62 52

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE Think Pair Share (TPS) TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR DAN PENGUASAAN MATERI POKOK PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN MAKHLUK HIDUP

0 4 55

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK ORGANISASI KEHIDUPAN (Studi Eksperimen Semu pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 23 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

2 12 55

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PENCEMARAN LINGKUNGAN (Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas X Semester Genap SMA Negeri 12 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 2 49

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE Think Pair Share (TPS) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK EKOSISTEM ( Kuasi Eksperimen Pada Siswa Kelas X Semester Genap SMA Gajah Mada Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

1 7 48

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X SMA GAJAH MADA BANDAR LAMPUNG PADA MATERI POKOK KEANEKARAGAMAN HAYATI (Kuasi Eksperimental pada Siswa Kelas X SMA Gajah Mada Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 5 48