NILAI TAMBAH, BAURAN PEMASARAN (MARKETING MIX) DAN PERILAKU KONSUMEN DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMBELIAN PRODUK ROTAN (KURSI TERAS TANGGOK DAN PENGKI) DI KOTA BANDAR LAMPUNG

(1)

ABSTRACT

VALUE ADDED, MARKETING MIX AND CONSUMER BEHAVIOR IN PURCHASE DECISION OF RATTAN PRODUCT (TANGGOK AND

PENGKI PATIO SEAT) IN BANDAR LAMPUNG CITY

By

Intan Thahara Putri

This research aims to determine: (1) procurement of raw material, (2) value added of rattan product (Tanggok and Pengki Patio Seat), (3) marketing mix strategy implemented by rattan agro-industry in Bandar Lampung City (4) the effect of marketing mix and consumer behavior in purchase decision of rattan product. This research was conducted in Bandar Lampung City as location of rattan agro-industry. The numbers of manufacturer respondents were 10 people. The numbers of consumer respondents were 60 people that consist of 33 people who made a purchased rattan product and 27 people who did not make a purchased rattan product. The data analysis method used were descriptive analysis, Hayami method analysis, and regression logistic analysis. The results showed that (1) procurement of raw material at rattan agro-industry in Bandar Lampung City already qualified as five element were proper of quantity, proper of quality, proper of time, proper of cost, and proper of organization, (2) value added of Tanggok Patio Seat was Rp18.054,32 and value added of Pengki Patio Seat was Rp16.613,02, (3) marketing mix strategy implemented by rattan agro-industry in Bandar Lampung City can not be applied maximally because promotion as one of

the marketing mix strategy had not been applied by all manufactures, (4) consumer perception of product and promotion, psychological factor, cultural

factor, income, and gender had positive effect while consumer perception of distribution had negative effect on consumer decision to purchased rattan product in Bandar Lampung City.


(2)

ABSTRAK

NILAI TAMBAH, BAURAN PEMASARAN (MARKETING MIX) DAN PERILAKU KONSUMEN DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN

PEMBELIAN PRODUK ROTAN (KURSI TERAS TANGGOK DAN PENGKI) DI KOTA BANDAR LAMPUNG

Oleh

Intan Thahara Putri

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) pengadaan bahan baku agroindustri rotan, (2) nilai tambah yang dihasilkan oleh agroindustri rotan kursi teras tanggok dan pengki, (3) bauran pemasaran yang diterapkan oleh agroindustri produk rotan di Kota Bandar Lampung, (4) pengaruh bauran pemasaran dan perilaku konsumen terhadap pengambilan keputusan pembelian produk rotan. Penelitian ini dilaksanakan di Kota Bandar Lampung yang merupakan lokasi dari agroindustri rotan. Jumlah responden produsen sebanyak 10 orang, sedangkan jumlah responden konsumen sebanyak 60 orang yang terdiri dari 33 responden yang melakukan pembelian produk rotan dan 27 responden yang tidak melakukan pembelian produk rotan. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif, analisis nilai tambah metode Hayami dan analisis regresi logistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) pengadaan bahan baku pada agroindustri rotan di Kota Bandar Lampung sudah memenuhi syarat elemen pengadaan bahan baku lima tepat, yaitu tepat kuantitas, tepat kualitas, tepat waktu, tepat biaya dan tepat organisasi, (2) besaran nilai tambah yang dihasilkan oleh kursi teras tanggok adalah Rp 18.054,32 per set dan besaran nilai tambah yang dihasilkan oleh kursi teras pengki adalah Rp 16.613,02 per set, (3) strategi bauran pemasaran pada agroindustri rotan di Kota Bandar Lampung belum diterapkan secara maksimal karena promosi sebagai salah satu strategi bauran pemasaran belum diterapkan oleh seluruh produsen , (4) persepsi konsumen pada produk, persepsi konsumen pada promosi, faktor psikologis, faktor budaya, pendapatan dan jenis kelamin adalah variabel yang berpengaruh secara positif sementara persepsi konsumen pada distribusi berpengaruh secara negatif terhadap keputusan konsumen dalam pembelian produk rotan kursi teras tanggok dan kursi teras pengki di Kota Bandar Lampung.


(3)

NILAI TAMBAH, BAURAN PEMASARAN (MARKETING MIX) DAN PERILAKU KONSUMEN DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMBELIAN PRODUK ROTAN (KURSI TERAS TANGGOK DAN

KURSI TERAS PENGKI) DI KOTA BANDAR LAMPUNG

Oleh

INTAN THAHARA PUTRI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PERTANIAN

Pada

Jurusan Agribisnis

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

JURUSAN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG


(4)

NILAI TAMBAH, BAURAN PEMASARAN (MARKETING MIX) DAN PERILAKU KONSUMEN DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMBELIAN PRODUK ROTAN (KURSI TERAS TANGGOK DAN

KURSI TERAS PENGKI) DI KOTA BANDAR LAMPUNG (Skripsi)

INTAN THAHARA PUTRI

JURUSAN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(5)

i

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka pemikiran nilai tambah, bauran pemasaran dan perilaku konsumen dalam pembelian produk rotan (kursi teras

tanggok dan kursi teras pengki) di Kota Bandar Lampung ... 39

2. Produk kursi teras tanggok ... 104

3. Produk kursi teras pengki ... 105

4. Lokasi penjualan agroindustri Tegalwangi Rotan ... 109


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... viii

I. PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 9

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS ... 10

A.Tinjauan Pustaka ... 10

1. Rotan ... 10

2. Pengolahan Rotan Menjadi Furniture ... 11

3. Konsep Agribisnis dan Agroindustri ... 13

4. Pengadaan Bahan Baku ... 16

5. Analisis Nilai Tambah ... 18

6. Pemasaran dan Manajemen Pemasaran ... 20

7. Bauran Pemasaran ... 22

8. Perilaku Konsumen ... 25

9. Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Konsumen ... 26

B.Kajian Penelitian Terdahulu ... 32

C.Kerangka Pemikiran ... 36

D.Hipotesis ... 40

III. METODE PENELITIAN ... 41

A.Metode Penelitian ... 41

B.Konsep Dasar dan Batasan Operasional ... 41

C.Lokasi, Responden dan Waktu Penelitian ... 47

D.Jenis Data dan Cara Pengumpulan Data... 51

E. Metode Analisis Data ... 54

1. Analisis Data untuk Menjawab Tujuan Pertama ... 54

2. Analisis Data untuk Menjawab Tujuan Ke Dua ... 54

3. Analisis Data untuk Menjawab Tujuan Ke Tiga ... 56

4. Analisis Data untuk Menjawab Tujuan Ke Empat ... 56


(7)

2. Kecamatan Kedaton ... 66

3. Kecamatan Tanjung Karang Timur ... 68

4. Kecamatan Sukarame ... 70

C.Gambaran Umum Agroindustri ... 71

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 80

A.Keadaan Umum Responden Produsen ... 80

1. Jenis Kelamin Responden ... 80

2. Umur Responden ... 81

3. Tingkat Pendidikan Responden ... 82

4. Pengalaman Berusaha Responden ... 83

5. Jumlah Tanggungan Keluarga ... 84

B.Pengadaan Bahan Baku Agroindustri Rotan ... 84

C.Penggunaan Sarana Produksi ... 90

1. Penggunaan Tenaga Kerja ... 90

2. Penggunaan Peralatan ... 92

3. Penggunaan Sumbangan Bahan Lain ... 93

4. Proses Pembuatan Produk Rotan ... 94

D.Analisis Nilai Tambah ... 97

E. Bauran Pemasaran Agroindustri Rotan di Kota Bandar Lampung ... 103

F. Keadaan Umum Responden Konsumen ... 109

1. Jenis Kelamin dan Umur Responden ... 110

2. Tingkat Pendidikan dan Pekerjaan Sampingan ... 111

3. Jumlah Tanggungan Keluarga dan Tingkat Pendapatan ... 113

4. Pengambil Keputusan Pembelian ... 114

G.Indikator Persepsi Konsumen pada Bauran Pemasaran Agroindustri Rotan di Kota Bandar Lampung ... 115

H.Indikator Perilaku Konsumen Agroindustri Rotan di Kota Bandar Lampung ... 121

I. Pengaruh Persepsi Konsumen pada Bauran Pemasaran dan Perilaku Konsumen terhadap Pengambilan Keputusan Pembelian Produk ... 126

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 134

A. Kesimpulan ... 134

B. Saran ... 136

DAFTAR PUSTAKA ... 137

LAMPIRAN ... 142 TABEL 40 – 57 ... 143-168


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandar Lampung menurut lapangan usaha atas dasar harga berlaku tahun

2010-2013 (juta rupiah) ... 3 2. Persebaran industri pengolahan rotan di Kota Bandar Lampung .... 4 3. Ringkasan beberapa penelitian terdahulu mengenai analisis

nilai tambah, bauran pemasaran dan perilaku konsumen ... 33 4. Sebaran produsen kursi teras rotan tanggok dan kursi teras pengki

di Kota Bandar Lampung ... 48 5. Prosedur perhitungan nilai tambah Metode Hayami... 55 6. Banyaknya kawasan perumahan menurut kecamatan di Kota Bandar

Lampung, tahun 2012 dan 2013 ... 64 7. Jumlah penduduk Kecamatan Teluk Betung Utara berdasarkan

kelurahan dan jenis kelamin tahun 2013 ... 66 8. Jumlah penduduk Kecamatan Kedaton berdasarkan jenis kelamin

tahun 2013 ... 68 9. Jumlah penduduk Kecamatan Tanjung Karang Timur berdasarkan

jenis kelamin tahun 2013 ... 69 10. Jumlah penduduk Kecamatan Sukarame berdasarkan jenis kelamin

tahun 2013 ... 71 11. Sebaran produsen agroindustri rotan di Kota Bandar Lampung

berdasarkan jenis kelamin, tahun 2015 ... 80 12. Sebaran produsen agroindustri rotan di Kota Bandar Lampung

berdasarkan umur, tahun 2015 ... 81 13. Sebaran produsen agroindustri rotan di Kota Bandar Lampung

berdasarkan tingkat pendidikan, tahun 2015... 82 14. Sebaran produsen agroindustri rotan di Kota Bandar Lampung


(9)

16. Analisis pengadaan bahan baku pada agroindustri produk rotan

di Kota Bandar Lampung, tahun 2015 ... 85 17. Penggunaan bahan baku rotan mentah pada agroindustri

produk rotan di Kota Bandar Lampung, tahun 2015 ... 86 18. Sebaran produsen agroindustri rotan di Kota Bandar Lampung

berdasarkan penggunaan jenis rotan sebagai bahan baku,

tahun 2015 ... 88 19. Rata – rata penggunaan tenaga kerja dan upah tenaga kerja

dalam agroindustri rotan di Kota Bandar Lampung, tahun 2015 ... 91 20. Rata – rata biaya penyusutan peralatan dalam agroindustri rotan di

Kota Bandar Lampung, tahun 2015 ... 92 21. Rata – rata sumbangan bahan penunjang dalam agroindustri produk

rotan kursi teras tanggok di Kota Bandar Lampung, tahun 2015 .... 93 22. Rata – rata sumbangan bahan penunjang dalam agroindustri produk

rotan kursi teras pengki di Kota Bandar Lampung, tahun 2015 ... 94 23. Analisis nilai tambah agroindustri produk rotan di Kota Bandar

Lampung, tahun 2015 ... 97 24. Harga produk kursi teras tanggok dan kursi teras pengki di

Kota Bandar Lampung, tahun 2015 ... 106 25. Kegiatan promosi produsen produk rotan di Kota Bandar

Lampung, tahun 2015 ... 107 26. Sebaran konsumen agroindustri rotan di Kota Bandar Lampung

berdasarkan jenis kelamin dan umur, tahun 2015 ... 111 27. Sebaran konsumen agroindustri rotan di Kota Bandar Lampung

berdasarkan tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan, tahun 2015 .... 112 28. Sebaran konsumen agroindustri rotan di Kota Bandar Lampung

berdasarkan jumlah tanggungan keluarga dan tingkat pendapatan,

tahun 2015 ... 114 29. Sebaran konsumen agroindustri rotan di Kota Bandar Lampung


(10)

berdasarkan persepsi terhadap indikator produk, tahun 2015 ... 116 31. Sebaran konsumen agroindustri rotan di Kota Bandar Lampung

berdasarkan persepsi terhadap indikator harga, tahun 2015 ... 117 32. Sebaran konsumen agroindustri rotan di Kota Bandar Lampung

berdasarkan persepsi terhadap indikator promosi, tahun 2015 ... 119 33. Sebaran konsumen agroindustri rotan di Kota Bandar Lampung

berdasarkan persepsi terhadap indikator distribusi, tahun 2015 ... 121 34. Sebaran konsumen agroindustri rotan di Kota Bandar Lampung

berdasarkan indikator faktor psikologis, tahun 2015 ... 122 35. Sebaran konsumen agroindustri rotan di Kota Bandar Lampung

berdasarkan indikator faktor budaya, tahun 2015 ... 124 36. Sebaran konsumen agroindustri rotan di Kota Bandar Lampung

berdasarkan indikator faktor sosial, tahun 2015 ... 126 37. Hasil regresi logistik ... 127 38. Uji kesesuaian model (Hosmer and Lemeshow Test) ... 127 39. Pengaruh variabel bebas (X) dengan pengambilan keputusan

konsumen dalam pembelian produk rotan (Y) ... 129 40. Identitas produsen agroindustri rotan di Kota Bandar Lampung,

tahun 2015 ... 143 41. Identitas konsumen yang melakukan pembelian produk rotan di

Kota Bandar Lampung, tahun 2015 ... 144 42. Identitas konsumen yang tidak melakukan pembelian produk

rotan di Kota Bandar Lampung, tahun 2015 ... 145 43. Biaya investasi agroindustri rotan produk kursi teras tanggok

dan kursi teras pengki di Kota Bandar Lampung, tahun 2015 ... 146 44. Biaya produksi produk rotan kursi teras tanggok di Kota Bandar

Lampung, tahun 2015 ... 148 45. Biaya produksi produk rotan kursi teras pengki di Kota Bandar


(11)

47. Tenaga kerja agroindustri produk kursi teras pengki di

Kota Bandar Lampung, tahun 2015 ... 153 48. Kinerja agorindustri produk rotan di Kota Bandar Lampung,

tahun 2015 ... 154 49. Penggunaan bahan baku pada agroindustri rotan di Kota

Bandar Lampung, tahun 2015 ... 155 50. Nilai tambah produk rotan kursi teras tanggok di Kota

Bandar Lampung, tahun 2015 ... 156 51. Nilai tambah produk rotan kursi teras pengki di Kota

Bandar Lampung, tahun 2015 ... 158 52. Persepsi konsumen terhadap bauran pemasaran dan perilaku

konsumen dalam keputusan pembelian produk rotan di Kota

Bandar Lampung ... 160 53. Nilai Metode Succesive Interval (MSI) pada persepsi konsumen

terhadap bauran pemasaran dan perilaku konsumen pada

agorindustri produk rotan di Kota Bandar Lampung ... 162 54. Data analisis logit pengaruh persepsi konsumen pada bauran

pemasaran dan perilaku konsumen dalam pembelian produk rotan kursi teras tanggok dan kursi teras pengki di Kota

Bandar Lampung ... 166 55. Output model summary analasis regresi logistik pengaruh

bauran pemasaran dan perilaku konsumen terhadap pengambilan keputusan dalam pembelian produk rotan kursi teras tanggok dan

kursi teras pengki di Kota Bandar Lampung ... 168 56. Output Hosmer and Lemeshow Test analasis regresi logistik

pengaruhbauran pemasaran dan perilaku konsumen terhadap pengambilan keputusan dalam pembelian produk rotan kursi

teras tanggok dan kursi teras pengki di Kota Bandar Lampung ... 168 57. Output regresi logistik pengaruh bauran pemasaran dan

perilaku konsumen terhadap pengambilan keputusan dalam pembelian produk rotan kursi teras tanggok dan/atau kursi teras


(12)

(13)

(14)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Bandar Lampung pada tanggal 27 Juni 1993 dari pasangan Bapak Koesmedi dan Ibu Nunung. Penulis adalah anak pertama dari tiga bersaudara. Penulis menyelesaikan studi tingkat Taman Kanak-Kanak (TK) di TK Kartika II-27 Bandar Lampung pada tahun 1999, tingkat Sekolah Dasar di SD Kartika II-28 pada tahun 2005, tingkat Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 4 Bandar Lampung pada tahun 2008, tingkat Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 10 Bandar Lampung pada tahun 2011, dan melanjutkan kuliah di Universitas Lampung Fakultas Pertanian, Program Studi Agribisnis pada tahun 2011 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) tertulis. Selama menjadi mahasiswa di Universitas Lampung, penulis pernah menjadi anggota Himpunan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian Universitas Lampung periode 2013/2014 bidang Minat, Bakat dan Kreativitas dan menjadi tutor Social Economic English Club. Penulis pernah menjadi Asisten Dosen mata kuliah Manajemen Pemasaran dan Tataniaga Pertanian pada semester genap tahun ajaran 2014/2015. Pada tahun 2014, penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata Tematik di Pekon Sukamulya Kecamatan Banyumas Kabupaten Pringsewu. Penulis juga melaksanakan Praktik Umum di PT Laju Perdana Indah (PG Komering),


(15)

SANWACANA

Bismillahirahmannirrahim,

Alhamdullilahirabbil’alamin, segala puji bagi Allah SWT atas segala curahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat beriring salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan dan teladan bagi seluruh umat Nabi Muhammad SAW, semoga kelak kita mendapatkan

syafaatnya. Aamiin ya Rabbalalaamiin.

Penulis menyadari bahwa tulisan ini bukanlah hasil jerih payah sendiri, akan tetapi berkat bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, baik moril maupun materil dalam penyelesaian skripsi ini, yang berjudul “Nilai Tambah, Bauran Pemasaran (Marketing Mix) dan Perilaku Konsumen dalam Pengambilan Keputusan Pembelian Produk Rotan (Kursi Teras Tanggok dan Kursi Teras Pengki) di Kota Bandar Lampung”. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Ali Ibrahim Hasyim., M.S., sebagai dosen pembimbing pertama atas ketulusan hati dan kesabaran, bimbingan, dukungan, dan nasihat yang telah diberikan selama proses penyelesaian skripsi.

2. Dr. Ir. Dyah Aring Hepiana Lestari., M.Si.,sebagai dosen pembimbing ke dua yang telah memberikan bimbingan, dukungan, nasihat dengan ketulusan hati dan kesabaran selama proses penyelesaian skripsi.


(16)

4. Indah Listiana, S.P., M.Si. dan Dr. Ir. M. Irfan Affandi., M.Si., sebagai dosen pembimbing akademik, atas saran, nasihat dan dukungan selama ini.

5. Dr. Ir. Fembriarti Erry Prasmatiwi., M.P., selaku Ketua Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian atas saran, nasihat dan dukungan selama ini.

6. Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa., M.S., selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung, atas saran, nasihat dan dukungan selama ini. 7. Orang tuaku tercinta: Ayahanda Koesmedi Dakir dan Ibunda Nunung

Rokayah, serta adik-adikku tersayang Muhammad Ikbal dan Habib Fadel Muhammad, atas semua limpahan kasih sayang, doa, dukungan dan bantuan yang telah diberikan hingga tercapainya gelar Sarjana Pertanian ini.

8. Sahabat-sahabatku: Dian Martiani, Ayu Permata Putri S, Haliana Ghaida Sanjaya, Clara Yolandika, Viranita Sismiari, Venti Martaliza, M Yanuar Rizaldi, Muhammad Azmi, Fergani Wicaksana, Aldino Ahmad dan

teristimewa untuk Adiguna Gadung yang telah memberikan bantuan, saran, kerja sama dan semangat kepada penulis.

9. Teman-teman seperjuangan Agribisnis 2011: Eni, Elsa, Chira, Ester, Furi, Ica, Tami, Sartika, Tunjung, Namira, Juwita, Maryana, Meri, Cici, Deti, Feby, Elvany, Awi, Dita, Rini, Nani, Tiar, Endah, Niken, Nadia, Maya, Trie, Didit, Bobi, Pram, Bram, Fadlan dan teman-teman lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terimakasih atas pengalaman dan kebersamaannya selama ini. 10. Adik – adik cantik Agribisnis: Windy, Sheila, Uli, Vanny, Tiara, Ayu


(17)

penulis.

12. Seluruh Dosen dan Karyawan (Mba Ayi, Mba Iin, Mba Fitri, Mas Boim, Mas Bukhari dan Mas Kardi) di Jurusan Agribisnis atas semua bantuan yang telah diberikan.

13. Almamater tercinta dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Dengan segala kekurangan yang ada, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Mohon maaf atas segala kesalahan dan kekhilafan selama proses penulisan skripsi ini. Semoga Allah SWT memberikan balasan terbaik atas segala bantuan yang telah diberikan.

Bandar Lampung, 20 November 2015 Penulis,


(18)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan ekonomi nasional menitikberatkan pada pembanguan sektor pertanian. Sektor pertanian secara umum terdiri dari lima subsektor, yaitu subsektor tanaman bahan pangan, subsektor tanaman perkebunan, subsektor peternakan, subsektor perikanan dan subsektor kehutanan. Pembangunan sektor pertanian dapat dilihat dari perubahan pola transformasi dengan mengembangkan produk hasil pertanian yang disebut sebagai agroindustri. Pembangunan agroindustri sangat berkaitan erat dengan pembangunan agribisnis secara keseluruhan. Dalam sistem agribisnis, agroindustri

merupakan salah satu subsistem yang bersama-sama subsistem lain membentuk agribisnis. Perlu dilakukan pengarahan pada pendalaman struktur agroindustri yang lebih ke hilir yang mengolah hasil pertanian menjadi produk olahan, baik berupa produk antara (intermediate product), produk semi-akhir (semi-finished product), maupun produk akhir (final product) di dalam pembangunan

agribisnis (Saragih, 1998).

Agroindustri memiliki peranan yang sangat penting dalam pembangunan pertanian. Hal ini dapat dilihat dari kontribusinya terhadap pendapatan pelaku agribisnis, menyerap tenaga kerja, meningkatkan perolehan devisa, dan


(19)

mendorong tumbuhnya industri lain. Peranan agroindustri dalam menarik sektor pertanian didasarkan bahwa agroindustri mempunyai keterkaitan ke belakang (backward linkages) yang erat dengan sektor pertanian yang merupakan andalan dari sebagian besar penduduk Indonesia (Soekartawi, 2003).

Agroindustri merupakan langkah strategis untuk meningkatkan produksi, harga hasil pertanian, pendapatan petani, serta nilai tambah hasil pertanian melalui pemanfaatan dan penerapan teknologi, memperluas lapangan pekerjaan serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pengembangan agroindustri dapat menciptakan value added product berupa (1) perubahan keadaan atau bentuk fisik dari suatu produk, (2) produksi dari suatu produk melalui suatu rencana bisnis untuk meningkakan nilainya, dan (3) sortasi dari produk atau komoditi pertanian yang menghaslkan peningkatan nilai dari komoditi atau produk tersebut (Soekartawi, 2000).

Perkembangan agroindustri terjadi hampir di seluruh wilayah Indonesia, termasuk di Kota Bandar Lampung. Kontribusi agroindustri di Kota Bandar Lampung dalam perekonomian daerah dapat dilihat pada struktur Produk Domestik Regional Bruto yang dapat dilihat pada Tabel 1. Berdasarkan Tabel 1 diketahui bahwa sektor industri pengolahan di Kota Bandar Lampung terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Kontribusi sektor industri pengolahan merupakan penyokong yang cukup besar bagi perekonomian nasional maupun perekonomian daerah, sehingga sektor industri pengolahan


(20)

ini dapat dijadikan sebagai harapan untuk meningkatkan dan menunjang perekonomian daerah.

Tabel 1. Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandar Lampung menurut lapangan usaha atas dasar harga berlaku, tahun 2010-2013 (juta rupiah)

No Lapangan usaha 2010 2011 2012 2013 1 Pertanian 1.185.271 1.290.058 1.418.138 1.544.122 2 Pertambangan dan

penggalian

165.367 183.427 204.450 223.039 3 Industri pengolahan

non migas

4.364.206 4.962.632 5.590.237 6.318.046 4 Listrik dan air bersih 252.868 289.450 316.765 345.599 5 Bangunan 1.017.270 1.186.699 1.415.993 1.675.470 6 Perdagangan, hotel

dan restoran

2.656.031 2.976.031 3.325.722 3.729.416 7 Pengangkutan dan

komunikasi

4.004.817 4.617.762 5.343.852 6.068.869 8 Keuangan,

persewaan dan jasa

3.094.100 3.842.071 4.576.842 5.465.355 9 Jasa-jasa 2.697.234 2.963.788 3.340.955 3.766.619 PDRB 19.437.165 22.311.918 25.532.953 29.136.930 Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Bandar Lampung, 2014

Salah satu industri pengolahan yang saat ini sedang dikembangkan di Kota Bandar Lampung adalah industri pengolahan rotan. Terjadinya perkembangan industri pengolahan rotan ini disebabkan oleh meningkatnya minat masyarakat akan hasil industri pengolahan rotan. Hal ini disebabkan oleh keunikan yang dimiliki oleh rotan, kemudahan dalam mengolah rotan, serta rotan memiliki penampilan yang menarik. Perkembangan industri pengolahan rotan di Kota Bandar Lampung dapat dilihat dari banyaknya produsen yang memasarkan produk rotan yang tersebar di beberapa kecamatan di Kota Bandar Lampung, seperti disajikan pada Tabel 2.


(21)

Tabel 2. Sebaran industri pengolahan rotan di Kota Bandar Lampung, tahun 2014

No Kecamatan Jumlah industri pengolahan rotan

1 Teluk Betung Utara 4

2 Kedaton 3

3 Tanjung Karang Timur 2

4 Sukarame 1

Sumber : Data Primer, 2014

Produk olahan rotan merupakan salah satu hasil hutan yang banyak diminati setelah produk olahan kayu. Keunggulan rotan yang tidak kalah dari kayu, menjadikan komoditi rotan banyak dimanfaatkan sebagai bahan baku dalam industri pengolahan khususnya alat rumahtangga. Industri pengolahan rotan, dibuat dengan bahan baku utamanya yaitu rotan mentah yang diolah sebagai perlengkapan rumah tangga, seperti; sofa, kursi santai, kursi teras, kursi makan, kursi tamu, lemari, rak, tudung saji, kuda-kudaan, ayunan bayi, hulahuf,

keranjang, sekat dan lain sebagainya (Junuminro, 2000).

Menurut Assauri (1999), ketersediaan bahan baku untuk menunjang proses produksi akan mempengaruhi keberlangsungan suatu agroindustri. Banyaknya material yang akan digunakan dalam agroindustri akan sangat tergantung kepada banyaknya bahan baku untuk pelaksanaan proses produksi dalam periode tertentu. Tersedianya bahan baku dalam kuantitas dan kualitas yang cukup dan waktu yang tepat, akan sangat dibutuhkan selama kegiatan produksi berlangsung. Bahan baku yang digunakan oleh agroindustri rotan di Kota Bandar Lampung diperoleh dari daerah Kalimantan dan Sulawesi.


(22)

Dalam suatu masyarakat yang sedang berkembang, dimana pembangunan ekonomi telah mulai berjalan, pemanfaatan instrumen pasar dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat menjadi sangat penting guna meningkatkan keuntungan industri rumah tangga dan kelangsungan hidup industri tersebut. Pengetahuan mengenai konsumen menjadi penting sebagai akibat dari kemajuan teknologi dimana kualitas produk, harga, dan desain produk haruslah menjadi pusat perhatian para pelaku ekonomi yang dapat mendorong keinginan pasar dalam mengkonsumsi produk yang ditawarkan.

Agar setiap pengusaha dapat memperluas pangsa pasar dan merebut pasar, maka masing-masing pengusaha perlu mengetahui strategi bauran pemasaran atau tataniaga campuran (marketing mix) yangdiperlukan untuk meningkatkan volume penjualan. Bauran pemasaran merupakan kombinasi antara empat unsur pemasaran, yakni produk, harga promosi dan saluran distribusiyang merupakan komponen yang dapat dikendalikan dan dapat digunakan oleh perusahaan untuk mepengaruhi tanggapan atau respon konsumen. Oleh karena itu, para pengusaha perlu mengetahui bagaimana kombinasi bauran pemasaran (marketing mix) yang tepat untuk diterapkan agar dapat menarik konsumen atau pelanggan sebanyak mungkin, sehingga memperoleh keuntungan yang maksimal (Kotler, 2002).

Keberhasilan dari setiap bisnis yang dijalankan oleh para pengusaha atau produsen industri pengolahan rotan, tidak terlepas dari pemahaman terhadap perilaku konsumen. Perilaku konsumen perlu diketahui oleh masing-masing produsen untuk dapat memaksimalkan keuntungan dan mendapatkan


(23)

konsumen yang loyal terhadap produk hasil pengolahan yang dipasarkan. Agar para produsen dapat memaksimalkan keuntungan dan mendapatkan konsumen yang loyal, maka mereka harus memahami konsumen, harus berusaha

mempelajari bagaimana konsumen berperilaku, bertindak, dan berpikir.

Meskipun konsumen memiliki berbagai macam perbedaan, baik dari sisi selera, pendapatan, maupun pola konsumsi, namun mereka juga memiliki banyak persamaan. Oleh karena itu, para produsen wajib memahami keragaman dan kesamaan konsumen, agar mereka mampu memasarkan produknya dengan baik (Sumarwan, 2004).

Secara sederhana, perilaku konsumen meliputi hal-hal: apa yang dibeli konsumen, mengapa konsumen membelinya, seberapa sering mereka

membelinya, dan seberapa sering mereka menggunakannya. Beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam pembelian suatu produk adalah faktor budaya, sosial, psikologis dan karakteristik konsumen. Faktor-faktor tersebut perlu diperhatikan oleh pedagang untuk merebut pasar (Engel. et. al. 1994).

B. Perumusan Masalah

Agroindustri rotan yang berkembang di Kota Bandar Lampung adalah industri rumah tangga dan industri kecil. Permasalahan pokok yang saat ini

menghambat perkembangan industri kecil dan rumah tangga adalah

ketersediaan bahan baku. Ketersediaan bahan baku yang menunjang proses produksi akan mempengaruhi keberlangsungan suatu agroindustri. Dibutuhkan pengadaan bahan baku yang tepat agar ketersediaan bahan baku rotan di Kota


(24)

Bandar Lampung dapat terpenuhi. Bahan baku rotan mentah dapat digunakan dalam pembuatan berbagai macam bentuk produk olahan, salah satunya adalah kursi teras tanggok dan kursi teras pengki.

Selain ketersediaan bahan baku, agroindustri rotan yang ada di Kota Bandar Lampung memiliki permasalahan dalam penggunaan teknologi. Penggunaan teknologi yang rendah akan memberikan kontribusi yang sedikit terhadap peningkatan nilai tambah. Oleh karena itu, perlu diketahui apakah nilai tambah yang dihasilkan sudah cukup memberikan kontribusi yang layak atau tidak terhadap agroindustri rotan di Kota Bandar Lampung. Semakin tinggi nilai tambah yang dihasilkan oleh suatu agroindustri rotan, maka akan semakin meningkatkan keuntungan yang dihasilkan dari suatu agroindustri tersebut. Hal lain yang perlu diperhatikan bagi produsen agroindustri rotan untuk dapat memperluas pangsa pasar dan peningkatan volume penjualan adalah dengan menerapkan strategi bauran pemasaran (marketing mix). Bauran pemasaran terdiri dari empat komponen pemasaran, yaitu produk, harga, promosi dan saluran distribusi, yang digunakan produsen untuk mempengaruhi konsumen dalam membeli produk rotan. Bauran pemasaran erat kaitannya dengan perilaku konsumen, karena penetapan kombinasi bauran pemasaran diperlukan untuk dapat menarik konsumen sehingga produsen dapat memperoleh

keuntungan yang maksimal.

Pemahaman produsen agroindustri rotan di dalam menarik konsumen adalah dengan memahami beberapa komponen faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian produk rotan. Menurut Kotler dan Amstrong (2004), faktor – faktor


(25)

yang mempengaruhi konsumen dalam keputusan pembelian adalah faktor budaya, faktor sosial, faktor pribadi dan faktor psikologis. Oleh karena itu, penting bagi produsen untuk mengetahui hal-hal yang dapat mempengaruhi konsumen dalam keputusan pembelian. Karakteristik dari seorang konsumen juga dapat mempengaruhi keputusan pembelian. Informasi mengenai perilaku konsumen diperlukan untuk membuat keputusan yang tepat, sehingga hanya produsen yang memiliki informasilah yang dapat menyesuaikan rencana. Agar tetap dapat dipilih konsumen dengan kondisi persaingan yang terus meningkat, maka setiap produsen harus membangun dan memperkuat usahanya

Berdasarkan uraian tersebut, permasalahan yang dapat dirumuskan adalah: 1. Bagaimana pengadaan bahan baku agroindustri produk rotan di Kota

Bandar Lampung?

2. Berapa besar nilai tambah yang dihasilkan oleh agroindustri produk rotan (kursi teras tanggok dan kursi teras pengki) di Kota Bandar Lampung? 3. Bagaimana strategi bauran pemasaran yang diterapkan oleh agroindustri

produk rotan di Kota Bandar Lampung?

4. Bagaimana pengaruh persepsi konsumen pada bauran pemasaran dan perilaku konsumen terhadap pengambilan keputusan pembelian produk rotan (kursi teras tanggok dan kursi teras pengki) di Kota Bandar Lampung?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui pengadaan bahan baku agroindustri produk rotan di Kota Bandar Lampung.


(26)

2. Menganalisis nilai tambah agroindustri produk rotan (kursi teras tanggok dan kursi teras pengki) di Kota Bandar Lampung.

3. Mengetahui strategi bauran pemasaran yang diterapkan oleh agroindustri produk rotan di Kota Bandar Lampung.

4. Mengetahui pengaruh persepsi konsumen pada bauran pemasaran dan perilaku konsumen terhadap pengambilan keputusan pembelian produk rotan (kursi teras tanggok dan kursi teras pengki) di Kota Bandar Lampung.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan berguna sebagai :

1. Pertimbangan bagi pelaku agroindustri rotan dalam menjalankan dan mengembangkan kegiatan usahanya.

2. Pertimbangan bagi intansi pemerintahan terkait dalam penentuan kebijakan dan pengambilan keputusan yang terkait dengan program pengembangan agroindustri rotan di Kota Bandar Lampung.


(27)

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

A. Tinjauan Pustaka

1. Rotan

Pengelompokkan jenis-jenis rotan didasarkan atas persamaan cirri-ciri karakteristik morfologi organ tanaman, yaitu: akar, batang, daun, bunga, buah dan alat-alat tambahan lainnya. Menurut ilmu taksonomi tumbuhan, Plantamor (2008) rotan dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae (tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (tumbuhan berpembuluh) Divisi : Spermatophyta (menghasilkan biji) Sub Divisi : Angiospermae

Kelas : Monocotyledoneae Sub Kelas : Arecidae

Ordo : Arecales

Famili : Arecaceae

Genus : Calamus


(28)

Rotan dapat dibedakan menjadi dua yaitu rotan yang berasal dari hutan alam dan rotan yang berasal dari tanaman budidaya. Rotan yang berasal dari hutan alam meliputi jenis-jenis rotan manau, rotan batang, rotan lambing, rotan pitrit, rotan semambu, dan jenis rotan lainnya dalam bentuk mentah maupun setengah jadi. Sementara jenis rotan tanaman budidaya meliputi jenis rotan tanam/sega dan rotan irit.

Pemanfaatan hasil hutan non-kayu di Indonesia sudah sejak lama dilakukan oleh penduduk di sekitar hutan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Kegiatan pemungutan dan pengusahaan hasil hutan non-kayu

mempunyai peranan yang cukup besar dalam mengurangi pengangguran dan sebagai sumber mata pencaharian. Salah satu hasil hutan non-kayu yang dikenal oleh masyarakat di sekitar hutan adalah rotan. Rotan digunakan masyarakat dalam berbagai keperluan hidup sehari-hari, bahkan di beberapa tempat telah menjadi pendukung perkembangan budaya masyarakat

setempat (Muhdi, 2008).

2. Pengolahan Rotan Menjadi Furniture

Pengolahan rotan asalan dan setengah jadi menjadi suatu produk sangat tergantung pada tujuan dan bentuk barang yang diinginkan. Proses pembuatan produk sangat tergantung pada kreasi, imajinasi, dan keterampilan pembuatnya. Proses pembuatan menjadi barang jadi

merupakan gabungan proses mekanik (pemotongan dan pengolahan rotan) dan pengerjaan seni tradisional (pembentukan produk jadi secara manual). Pengusahaan barang jadi rotan merupakan usaha yang padat karya atau


(29)

menyerap banyak tenaga kerja manusia yang memiliki keterampilan (Januminro, 2000). Proses pembuatan furniture secara umum terdiri dari beberapa tahap, antara lain:

a. Persiapan Bahan Baku

Pada tahap ini bahan baku dipersiapkan mulai dari jenis rotan, dan ukuran rotan yang dipakai. Selain itu dipersiapkan juga bahan penolong seperti dempul, amplas, sending sealer, top coat, pewarna, dan tinner. b. Pembentukan dan Pembuatan Tipe Mebel

Pada tahap ini dilakukan pengukuran bahan baku dengan

mempertimbangkan spilasi ukuran. Setelah itu dilakukan pemotongan bahan baku yang telah dibuat ukurannya. Dalam pemotongan akan dilakukan juga pembuatan sambungan antar rangka mebel. Setelah pemotongan selesai, kemudian dilakukan pembengkokan sesuai dengan model atau tipe yang direncanakan. Pembengkokan dapat dilakukan dengan cara dipanaskan dengan kompor semprot atau steaming oven. c. Perakitan

Proses ini merupakan kegiatan merangkai komponen-komponen yang telah dibuat sebelumnya. Perakitan harus dilakukan oleh pekerja yang terampil dan berpengalaman karena sangat menentukan bentuk, ukuran dimensi, dan proses selanjutnya.

d. Pre-finishing, dan Finishing

Pre-finishing terdiri dari beberapa tahapan yaitu amplas dasar, dempul, dan pengomporan. Sedangkan pada kegiatan finishing terdiri dari


(30)

pewarnaan, penyemprotan melamin sending sealer, amplas sending, penyemprotan melaine top coat.

3. Konsep Agribisnis dan Agroindustri

Menurut Sjarkowi dan Sufri (2004) agribisnis adalah setiap usaha yang berkaitan dengan kegiatan produksi pertanian. Kegiatan tersebut meliputi pengusahaan input pertanian, pengusahaan produksi pertanian dan

pengusahaan pengelolaan hasil pertanian. Menurut Sumarwan (2004), agribisnis adalah suatu sistem yang memvisualisasikan beberapa sektor pertanian yang saling berhubungan pada suatu sistem dimana keberhasilan setiap bagian sangat bergantung pada ketepatan fungsi dari sektor lainnya. Saragih (1998) mengemukakan bahwa sistem agribisnis terdiri atas empat subsistem, yaitu

a. Subsistem agribisnis hulu (downstream agribusiness)

Kegiatan yang dilakukan pada subsistem agribisnis hulu adalah dengan menyediakan sarana produksi bagi pertanian, seperti benih/bibit, pupuk, pestisida, mesin dan peralatan pertanian.

b. Subsistem agribisnis usahatani (on-farm agribusiness)

Subsistem agribisnis usahatani meliputi kegiatan ekonomi dengan menggunakan sarana produksi yang dihasilkan oleh subsistem agribisnis hulu untuk menghasilkan produk pertanian primer. Kegiatan ekonomi yang termasuk ke dalam subsistem agribisnis usahatani meliputi usaha tanaman pangan, usaha tanaman hortikultura, usaha tanaman


(31)

obat-obatan, usaha perkebunan, usaha perikanan, usaha peternakan, dan kehutanan.

c. Subsistem agribisnis hilir (upstream agribusiness)

Subsitem agribisnis hilir meliputi kegiatan ekonomi dengan mengolah produk pertanian primer menjadi produk olahan. Produk olahan yang dihasilkan adalah produk antara maupun produk akhir yang di dalamnya terdapat kegiatan perdagangan di pasar domestik maupun di pasar internasional. Kegiatan ekonomi yang termasuk dalam subsistem agibisnis hilir ini antara lain adalah industri pengolahan makanan, industri pengolahan minuman, industri pengolahan serat (kayu, kulit, karet, sutera, jerami), industri jasa boga, industri farmasi dan bahan kecantikan, dan kegiatan perdagangan lainnya. Kegiatan subsistem agribisnis hilir dikenal juga sebagai subsistem agroindustri.

d. Subsistem jasa layanan pendukung agribisnis (supporting institution)

Kegiatan yang mencakup dalam subsistem ini adalah seluruh kegiatan yang menyediakan jasa bagi agribisnis, seperti lembaga keuangan, lembaga penelitian dan pengembangan, lembaga transportasi, lembaga pendidikan, dan lembaga pemerintah yang di dalamnya terdapat berbagai kebijakan-kebijakan.

Hubungan antara agribisnis dan agroindustri dapat terihat bahwa agroindustri merupakan bagian (subsistem) dari sistem agribisnis. Agroindustri adalah suatu proses yang di dalamnya terjadi pengolahan komoditas pertanian primer menjadi produk olahan baik produk akhir


(32)

maupun produk antara. Agroindustri terdiri dari dua bagian yaitu

agroindustri hulu dan agroindustri hilir. Agroindustri mencakup penangan pasca panen, industri pengolahan produk pertanian dalam arti luas termasuk hasil laut, hasill hutan, peternakan dan perikanan (Firdaus, 2012).

Firdaus (2012) menjelaskan mengenai karakteristik agroindustri yang memiliki kelebihan dibandingkan dengan industri lainnya. Karakteristik agroindustri tersebut antara lain: (a) memiliki keterkaitan yang kuat dengan industri hulu maupun industri hilir, (b) menggunakan sumber daya alam yang ada dan dapat diperbaharui, (c) mampu memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif di pasar domestik dan pasar internasional, (d) dapat menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar, (e) produk agroindustri pada umumnya bersifat elastis sehingga dapat meningkatkan pendapatan masyarakat.

Menurut Soekartawi (2003) terdapat tiga karakteristik yang perlu diperhatikan dalam agroindustri. Karakteristik yang pertama bahwa

komponen biaya bahan baku pada umumnya merupakan komponen terbesar dalam agroindustri. Ketidakpastian produksi pertanian dapat menyebabkan ketidakstabilan harga bahan baku sehingga dapat menyulitkan pendanaan dan pengelolaan modal kerja. Kedua, perlu adanya perhatian serta

keterlibatan pemerintah dalam kegiatan agroindustri karena banyak produk-produk agroindustri merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi dan

merupakan komoditas penting bagi perekonomian suatu negara. Ketiga, pasokan bahan baku agroindustri yang tidak kontinyu dapat menyebabkan


(33)

kesenjangan antara ketersediaan bahan baku dengan produksi dalam kegiatan agroindustri.

4. Pengadaan Bahan Baku

Indonesia merupakan salah satu negara pengahasil rotan terbesar di dunia dengan sumberdaya rotan yang sangat besar. Beberapa daerah di Indonesia yang merupakan penghasil rotan utama antara lain Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, dan Papua. Melimpahnya potensi rotan di Indonesia dapat menyediakan bahan baku yang melimpah bagi industri rotan dalam negeri. Rotan merupakan bahan baku industri mebel/furniture dalam negeri yang dapat memberikan kesempatan kerja yang cukup besar bagi masyarakat.

Keberadaan sumber daya rotan di Indonesia merupakan suatu peluang dan tantangan untuk memanfaatkannya menjadi komoditi yang dapat diandalkan untuk pembangunan daerah dan untuk modal kesejahteraan masyarakat serta pemabangunan ekonomi nasional. Dari beberapa tempat penghasil rotan di Indonesia, diketahui bahwa kemampuan produksi rotan adalah berkisar antara 250.000 ton sampai dengan 600.000 ton per tahun (Hartono, 1998). Pengadaan bahan baku adalah banyaknya kuantitas dan seberapa baik kualitas bahan yang dikehendaki , untuk mencapai kuantitas dan kualitas yang diinginkan. Pengadaan bahan baku dilakukan untuk menunjang pelaksanaan proses produksi yang ada di dalam suatu agroindustri. Dengan


(34)

demikian, banyaknya material yang akan digunakan dalam agroindustri akan sangat tergantung kepada banyaknya keperluan bahan baku untuk pelaksanaan proses produksi dalam periode tertentu. Tersedianya bahan baku dalam kuantitas dan kualitas yang cukup dan waktu yang tepat, akan sangat dibutuhkan selama kegiatan produksi berlangsung. Menurut Assauri (1999), pengadaan bahan baku dapat dibedakan atau digolongkan menurut jenis posisi bahan baku di dalam urutan pengerjaan produk yaitu:

1. Pengadaan bahan baku, yaitu pengadaan dari barang-barang berwujud yang digunakan dalam proses produksi yang dapat diperoleh dari sumber-sumber alam atapun dibeli dari supplier yang menghasilkan bahan baku bagi perusahaan.

2. Pengadaan bahan baku pembantu, yaitu pengadaan bahan – bahan yang diperlukan dalam proses produksi untuk membantu berhasilnya proses produksi.

3. Pengadaan bahan baku setengah jadi atau barang dalam proses, yaitu pengadaan bahan – bahan yang keluar dari tiap bagian dalam suatu proses produksi atau bahan yang telah diolah dan perlu diproses kembali untuk kemudian menjadi barang jadi.

Elemen – elemen pengadaan bahan baku menurut Assauri (1999) adalah: 1. Kuantitas, yaitu jumlah bahan baku yang cukup perlu dipenuhi untuk

menjamin berjalannya proses pengolahan sesuai dengan kapasitas dan untuk kepentingan pemenuhan kebutuhan pasar.


(35)

2. Kualitas, yaitu terkait dengan persyaratan produksi, harga, dan strategi pengendalian mutu bahan baku yang perlu adanya standar yang jelas dengan penetapan pengendalian mutu bahan baku.

3. Waktu, yaitu pengadaan bahan baku yang sangat berkaitan dengan kendala musiman, mudah rusak, dan faktor jarak akibat lokasi sumber bahan baku yang tercepencar. Karakteristik dari setiap komoditas memiliki perbedaan sehingga waktu pengadaaan bahan baku tergantung dari masing – masing komoditas.

4. Biaya, yaitu di dalam pengadaan bahan baku agroindustri menjadi faktor penentu biaya karena pada umumnya bahan baku agroindustri menyerap sebagian besar biaya industri. Penetapan kesepakatan harga ditentukan dengan memperhatikan prinsip saling menguntungkan.

5. Organisasi, yaitu kelembagaan pendukung untuk pengadaan bahan baku yang penting untuk diperhatikan karena berkaitan dengan banyak pihak untuk mendukung proses produksi agroindustri.

5. Analisis Nilai Tambah

Nilai tambah (value added) merupakan pertambahan nilai dari suatu produk dikarenakan mengalami proses pengolahan, pengangkutan dan penyimpanan didalam suatu proses produksi. Nilai tambah dalam proses pengolahan dipengaruhi oleh beberapa faktor teknis yaitu kapasitas produksi, jumlah bahan baku, tenaga kerja dan faktor pasar. Besarnya suatu nilai tambah untuk pengolahan hasil pertanian merupakan pengurangan biaya bahan baku


(36)

dan input lainnya terhadap nilai produk yang dihasilkan, namun tidak termasuk tenaga kerja (Hayami et al, 1987 dalam Rizky, 2012)

Sudiyono (2004) menyatakan nilai tambah untuk pengolahan dipengaruhi oleh faktor teknis yang meliputi kapasitas produksi, jumlah bahan baku, dan tenaga kerja, serta faktor pasar yang meliputi harga output, harga bahan baku, upah tenaga kerja dan harga bahan baku lain selain bahan bakar dan tenaga kerja. Besarnya nilai tambah suatu hasil pertanian karena proses pengolahan adalah merupakan pengurangan biaya bahan baku dan input lainnya terhadap nilai produk yang dihasilkan, tidak termasuk tenaga kerja. Bisa dikatakan bahwa nilai tambah merupakan gambaran imbalan bagi tenaga kerja, modal dan manajemen.

Menurut Tunggadewi (2009) nilai tambah suatu produk dapat dianalisis melalui metode Hayami. Namun, metode ini memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan. Adapun kelebihan dari metode Hayami antara lain: a. Dapat diketahui besarnya nilai tambah dan output

b. Dapat diketahui besarnya balas jasa terhadap pemilik faktor-faktor produksi

c. Prinsip nilai tambah menurut Hayami dapat digunakan untuk subsistem lain selain pengolahan, seperti analisis nilai tambah pemasaran.

Sedangkan kelemahan dari metode Hayami antara lain:

a. Pendekatan rata-rata tidak tepat jika diterapkan pada unit usaha yang menghasilkan banyak produk dari satu jenis bahan baku


(37)

c. Sulit menentukan pembanding yang dapat digunakan untuk menentukan layak atau tidaknya balas jasa terhadap pemilik faktor produksi.

6. Pemasaran dan Manajemen Pemasaran

Pemasaran dikembangkan dari kata pasar yang artinya adalah sarana atau tempat berkumpulnya orang yang terlibat di dalam suatu proses pemasaran. Pemasaran merupakan salah satu dari kegiatan pokok untuk

mengembangkan usaha dan mendapatkan laba. Menurut Lupiyoadi (2001) pemasaran adalah kegiatan yang dilakukan yang memiliki tujuan untuk memperlancar arus barang dan jasa dari produsen ke konsumen dengan cara yang efisien guna menciptakan suatu permintaan yang efektif.

Pemasaran menurut Kotler (2005) adalah proses sosial yang dilakukan oleh individu dan kelompok untuk pemenuhan kebutuhan dengan cara

menciptakan, menawarkan dan mempertukarkan produk dan jasa yang memiliki nilai sehingga dapat memberikan kepuasan yang maksimal. Definisi pemasaran menurut AmericanMarketing Association (AMA)

adalah “suatu proses perencanaan dan eksekusi, mulai dari tahap konsepsi,

penetapan harga,promosi, hingga distribusi barang-barang, ide-ide dan jasa, untuk melakukan pertukaran yang memuaskan individu dan

lembaga-lembaganya” (Kasali, 1998).

Pemasaran adalah keseluruhan sistem dari suatu kegiatan usaha yang bertujuan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan, dan


(38)

mendistribusikan barang dan jasa untuk pemenuhan kebutuhan pembeli dan memperoleh suatu kepuasan (Umar, 2012).

Pemasaran memberikan kontribusi secara langsung untuk mencapai sasaran laba dan pertumbuhan ekonomi. Pemasaran terdiri dari beberapa kegiatan yaitu menilai keinginan dan kepuasan konsumen, mendesain dan mengatur penawaran produk, menentukan harga dan kebijakan harga,

mengembangkan strategi distribusi, dan melakukan komunikasi dengan konsumen (Kotler, 2002)

Manajemen pemasaran adalah suatu seni dan ilmu yang dapat memilih pasar sasaran dan meraih, mempertahankan, serta menumbuhkan pelanggan dengan menciptakan, menghantarkan dan mengkomunikasikan pelanggan yang unggul. Manajemen pemasaran dapat mengkoordinasikan dan mengelola dengan baik kegiatan pemasaran (Kotler, 2005).

Kotler (2002) mendefinisikan manajemen pemasaran sebagai suatu analisis, perencanaan, implementasi dan pengendalian dari perancangan program untuk menciptakan, membangun, dan memelihara pertukaran yang

menguntungkan untuk mencapai suatu tujuan. Manajemen pemasaran dapat mencakup pengaturan permintaan yang selanjutnya mengatur hubungan dengan konsumen. Manajemen pemasaran berusahan mempengaruhi tingkat, waktu dan sifat permintaan sehingga tercapainya suatu tujuan. Dari definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa manajemen pemasaran dapat menciptakan permintaan dan keinginan yang beragam. Manajemen


(39)

pemasaran melaksanakan semua fungsi pemasaran yang bertujuan untuk pemenuhan kebutuhan dan mendapatkan kepuasan baik konsumen maupun pemasar. Pemasar menciptakan suatu produk yang dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen sehingga terciptanya kepuasan kosnumen yang merupakan kunci utama yang harus diperhatikan oleh pemasar.

7. Bauran Pemasaran (Marketing Mix)

Di dalam pemasaran, terdapat strategi pemasaran yang memiliki peranan penting dalam mempengaruhi konsumen untuk melakukan pembelian suatu produk atau jasa yang sering disebut sebagai bauran pemasaran (marketing mix). Menurut Dharmmesta (2002), bauran pemasaran (marketing mix) merupakan variabel-variabel terkendali (controllable) yang dapat digunakan perusahaan untuk mempengaruhi tanggapan konsumen dari segmen pasar tertentu yang dituju perusahaan.

Kotler (2005) mengklasifikasikan empat unsur dari alat–alat bauran pemasaran yang terdiri atas 4P dalam pemasaran barang, diantaranya adalah: produk (product), harga (price), tempat (place), promosi

(promotion). Adapun pengertian dari masing-masing variabel bauran pemasaran tersebut akan dijelaskan dibawah ini :

a. Produk (Product)

Produk merupakan unsur terpenting dalam bauran pemasaran yang memiliki berbagai macam arti dan makna, namun secara umum produk


(40)

adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk diperhatikan, dibeli, digunakan dan dikonsumsi. Istilah produk mencakup benda fisik, jasa, kepribadian, tempat, organisasi, atau ide. Keputusan-keputusan mengenai produk mencakup kualitas, kestimewaan, jenis merk, kemasan, pengembangan, bersarkan penelitian pasar, pengujian dan pelayanan pra dan purna jual. Produk merupakan seperangkat atribut baik berwujud maupun tidak berwujud, termasuk di dalamnya masalah warlna, harga, nama baik pabrik, nama baik toko yang menjual (pengecer), dan pelayanan pabrik serta pelayanan pengecer yang diterima oleh pembeli guna memuaskan keinginannya.

b. Harga (Price)

Merupakan unsur terpenting kedua dalam bauran pemasaran setelah produk dan merupakan satu-satunya unsur dalam bauran pemasaran yang menghasilkan pendapatan penjualan, sedangkan unsur-unsur lainnya merupakan pengeluaran biaya saja. Keputusan-keputusan mengenai harga mencakup tingkat harga, potongan harga, keringanan periode pemasaran, dan rencana iklan yang dibuat oleh produsen. Harga dapat diartikan sebagai suatu jumlah uang yang harus dipersiapkan seseorang untuk membeli atau memesan suatu produk yang diperlukan atau diinginkannuya. Penentuan harga merupakan titik kritis dalam bauran pemasaran karena hargamenentukan pendapatdari suatu usaha.

Harga juga merupakan satu-satunya unsur bauran pemasaran yang merupakan penerimaan penjualan, sedangkan unsur lainnya merupakan


(41)

unsur biaya apa saja. Keputusan penentuan harga juga sangat signifikan dalam penentuan nilai atau manfaat yang dapat diberikan kepada

pelanggan dan memainkan peranan penting dalam gambaran kualitas produk.

c. Promosi(Promotion)

Merupakan berbagai kegiatan yang dilakukan perusahaan dengan tujuan utama untuk menginformasikan, membujuk, mempengaruhi dan

mengingatkan konsumen agar membeli produk dari perusahaan. Dalam hal ini keputusan-keputusan yang diambil mencakup periklanan, promosi penjualan, hubungan masyarakat, penjualan personal, dan pemasaran langsung.

1) Periklanan, yang merupakan suatu bentuk promosi non personal dengan menggunakan berbagai media berbayar mengenai presentasi, ide promosi produk dengan suatu sponsor tertentu untuk merangsang pembelian.

2) Promosi penjualan, yaitu insentif jangka pendek yang digunakan untuk mendorong pembelian atau penjualan produk

3) Hubungan masyarakat, yaitu dengan memiliki dan membangun hubungan baik dengan berbagai kalangan untuk dapat membangun citra perusahaan.

4) Penjualan personal, yaitu bentuk promosi secara personal dengan presentasi lisan dalam suatu percakapan dengan calon pembeli yang ditujukan untuk merangsang pembelian.


(42)

5) Pemasaran langsung, yaitu penggunaan saluran elektronik untuk mencapai dan mengirimkan produk dan pelayanan kepada pelanggan tanpa menggunakan perantara pemasaran. Contoh pemasaran

langsung adalah katalog, telemarketing, TV interaktif, website, dan penyuratan langsung).

d. Tempat (Place)

Menunjukkan berbagai kegiatan yang dilakukan oleh produsen untuk menjadikan suatu produk yang dihasilkan dapat diperoleh dan tersedia bagi konsumen pada waktu dan tempat yang tepat dimanapun konsumen berada. Di dalam industri manufaktur tempat (place) diartikan sebagai saluran distribusi, two level channesl zero channel, dan multilevel channel.

Tempat juga diartikan sebagai tempat pelayanan yang digunakan dalam pemasok kepada pelanggan yang dituju merupakan keputusan kunci, keputusan mengenai lokasi pelayanan yang akan digunakan melibatkan pertimbangan dimana penyerahan jasa kepada pelanggan dan dimana itu akan berlangsung. Tempat juga penting sebagai lingkungan dimana dan bagaimana suatu produk akan diserahkan sebagai bagian dari nilai dan manfaat.

8. Perilaku Konsumen

The American Marketing Association dalam Setiadi (2003) menyatakan bahwa perilaku konsumen adalah suatu interaksi dinamis antara afeksi & kognisi, perilaku, dan lingkungannya dimana manusia melakukan kegiatan


(43)

pertukaran dalam hidup mereka. Dari definisi tersebut terdapat 3 (tiga) ide penting perilaku konsumen, yaitu : (a) Perilaku konsumen bersifat dinamis yang berarti bahwa perilaku seorang konsumen, grup konsumen, ataupun masyarakat luas selalu berubah-ubah dan bergerak sepanjang waktu, (b) Perilaku konsumen terjadi dengan melibatkan interaksi antara afeksi (perasaan) dan kognisi (pemikiran), perilaku dan kejadian yang ada di sekitarnya, (c) Perilaku konsumen melibatkan pertukaran, oleh karena itu peran pemasaran adalah untuk menciptakan pertukaran dengan konsumen melalui formulasi dan penerapan strategi pemasaran.

Solomon (2003) menyatakan bahwa, “consumer behavior is the process

involved when individuals or groups, purchase, use, adn dispose of goods, services, ideas, or experiences to satisfy their needs and desires”.

Penyataan tersebut dapat diartikan bahwa perilaku konsumen merupakan suatu proses yang melibatkan seseorang ataupun suatu kelompok untuk memilih, membeli, menggunakan dan memanfaatkan barang-barang, pelayanan ataupun ide untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan. Menurut Engel et al. (1994), bahwa di dalam perilaku konsumen, adanya suatu tindakan langsung yang terlibat ketika mendapatkan, mengonsumsi dan menghabiskan produk dan jasa yang di dalamnya terdapat proses keputusan konsumen. Pendapat lain dikemukakan oleh Kotler (2005), bahwa perilaku kosumen adalah suatu cara mempelajari individu, kelompok, dan organisasi memilih, membeli, memakai, serta memanfaatkan barang, jasa, gagasan, atau pengalaman dalam rangka memuaskan kebutuhan.


(44)

9. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Konsumen

Analisis mengenai berbagai faktor yang berdampak pada perilaku konsumen menjadi dasar dalam pengembangan strategi pemasaran. Untuk itu pemasar wajib memahami konsumen, seperti apa yang dibutuhkan, apa seleranya, dan bagaimana konsumen dalam mengambil keputusan.

Keputusan pembelian menurut Schiffman dan Kanuk (2008) adalah

pemilihan dari dua atau lebih alternatif pilihan keputusan pembelian, artinya bahwa seseorang dapat membuat keputusan, haruslah tersedia beberapa alternatif pilihan. Keputusan untuk membeli dapat mengarah kepada bagaimana proses dalam pengambilan keputusan tersebut itu dilakukan. Beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam pembelian menurut Schiffman dan Kanuk (2008) adalah:

a. Faktor Sosial 1) Grup

Sikap dan perilaku seseorang dipengaruhi oleh banyak grup-grup kecil. Kelompok dimana orang tersebut berada yang mempunyai pengaruh langsung disebut membership group. Membership group terdiri dari dua, meliputi primary groups dan secondary groups yang lebih formal dan memiliki interaksi rutin yang sedikit.

2) Pengaruh Keluarga

Keluarga memberikan pengaruh yang besar dalam perilaku pembelian. Para pelaku pasar telah memeriksa peran dan pengaruh suami, istri, dan anak dalam pembelian produk dan servis yang berbeda.


(45)

3) Peran dan Status Sosial

Seseorang memiliki beberapa kelompok seperti keluarga,

perkumpulan-perkumpulan, organisasi. Sebuah peran terdiri dari aktivitas yang diharapkan pada seseorang untuk dilakukan sesuai dengan orang-orang di sekitarnya. Tiap peran membawa sebuah status yang merefleksikan penghargaan umum yang diberikan oleh masyarakat.

b. Faktor Pribadi 1) Situasi Ekonomi

Keadaan ekonomi seseorang akan mempengaruhi pilihan produk, contohnya rolex diposisikan konsumen kelas atas sedangkan timex dimaksudkan untuk konsumen menengah. Situasi ekonomi seseorang amat sangat mempengaruhi pemilihan produk dan keputusan

pembelian pada suatu produk tertentu (Kotler dan Amstrong, 2004) 2) Gaya Hidup

Pola kehidupan seseorang yang diekspresikan dalam aktivitas,

ketertarikan, dan opini orang tersebut. Orang-orang yang datang dari kebudayaan, kelas sosial, dan pekerjaan yang sama mungkin saja mempunyai gaya hidup yang berbeda.

3) Umur

Orang-orang merubah barang dan jasa yang dibeli seiring dengan siklus kehidupannya. Rasa makanan, baju-baju, perabot, dan rekreasi seringkali berhubungan dengan umur, membeli juga dibentuk oleh


(46)

umur sering diperhatikan oleh para pelaku pasar. Hal ini dikarenakan oleh perbedaan yang besar dalam umur antara orang-orang yang menentukan strategi marketing dan orang-orang yang membeli produk.

4) Pekerjaan

Pekerjaan seseorang mempengaruhi barang dan jasa yang dibeli. Contohnya, pekerja konstruksi sering membeli makan siang dari catering yang datang ke tempat kerja. Bisnis eksekutif, membeli makan siang dari full service restoran, sedangkan pekerja kantor membawa makan siangnya dari rumah atau membeli dari restoran cepat saji terdekat.

c. Faktor Psikologi 1) Motivasi

Kebutuhan yang mendesak untuk mengarahkan seseorang untuk mencari kepuasan dari kebutuhan. Berdasarkan teori Maslow, seseorang dikendalikan oleh suatu kebutuhan pada suatu waktu. Kebutuhan manusia diatur menurut sebuah hierarki, dari yang paling mendesak sampai paling tidak mendesak (kebutuhan psikologikal, keamanan, sosial, harga diri, pengaktualisasian diri).

2) Persepsi

Persepsi adalah proses dimana seseorang memilih, mengorganisasi, dan menerjemahkan informasi untuk membentuk sebuah gambaran yang berarti dari dunia. Orang dapat membentuk berbagai macam persepsi yang berbeda dari rangsangan yang sama.


(47)

d. Faktor Kebudayaan

Nilai-nilai dasar, persepsi, keinginan, dan perilaku yang dipelajari

seseorang melalui keluarga dan lembaga penting lainnya. Penentu paling dasar dari keinginan dan perilaku seseorang. Faktor Kebudayaan

mengkompromikan nilai-nilai dasar, persepsi, keinginan, dan perilaku yang dipelajari seseorang secara terus-menerus dalam sebuah lingkungan (Kotler dan Amstrong, 2004).

Bentuk proses pengambilan keputusan menurut Engel et al (2000) dapat digolongkan sebagai berikut:

a. Fully Planned Purchase, adalah produk dan merek sudah dipilih sebelumnya. Biasanya terjadi ketika keterlibatan dengan produk tinggi (barang otomotif) namun bisa juga terjadi dengan keterlibatan pembelian yang rendah (kebutuhan rumah tangga). Planned purchase dapat

dialihkan dengan taktik marketing misalnya pengurangan harga, kupon, atau aktivitas promosi lainnya.

b. Partially Planned Purchase, bermaksud untuk membeli produk yang sudah ada tetapi pemilihan merek ditunda sampai saat pembelajaran. Keputusan akhir dapat dipengaruhi oleh discount harga, atau display produk.

c. Unplanned Purchase, adalah pemilihan produk dan merek yang

dilakukan di tempat pembelian. Konsumen sering memanfaatkan katalog dan produk pajangan sebagai pengganti daftar belanja. Dengan kata lain, sebuah pajangan dapat mengingatkan sesorang akan kebutuhan dan memicu pembelian


(48)

Menurut Kotler dan Amstrong (2001), pengambilan keputusan pembelian sebagai perilaku konsumen dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain budaya, sosial, pribadi dan psikologis. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen di dalam melakukan pembelian yaitu sebagai berikut:

a. Faktor Budaya

Budaya merupakan hal yang mendasari dari keinginan dan perilaku seseorang. Ketika seseorang tumbuh di dalam suatu masyarakat, maka akan mempelajari nilai-nilai dasar, persepsi, keinginan dan perilaku yang dilakukan dalam masyarakat tersebut. Pergeseran budaya akan membuat pemasar menemukan produk baru yang mungkin akan diinginkan oleh masyarakat.

b. Faktor Sosial

Faktor sosial yang dapat mempengaru perilaku konsumen antara lain seperti kelompok acuan, keluarga, serta peran dan status sosial. Kelompok acuan dijadikan sebagai titik banding baik secara langsung maupun tidak langsung yang dapat membentuk sikap dan perilaku seseorang sehingga dapat mempengaruhi pilihan seseorang dalam pembelian. Anggota keluarga akan sangat mempengaruhi perilaku konsumen dalam pembelian akibat adanya keterlibatan dari anggota keluarga tersebut di dalam pembelian produk. Peran seseorang meliputi kegiatan-kegiatan yang diharapkan dilakukan sesorang di dalam suatu


(49)

lingkungan dan dapat membawa status yang mencerminkan suatu penghargaan yang diberikan oleh masyarakat.

c. Faktor Pribadi

Keputusan pembelian oleh konsumen juga dapat dipengaruhi oleh karakteristik pribadi seperti umur dan tahap dalam siklus hidup,

pekerjaan, keadaan ekonomi, kepribadian dan gaya hidup, serta konsep diri.

d. Faktor Psikologis

Faktor psikologis adalah salah satu cara yang digunakan untuk mengenali perasaan seseorang , mengumpulkan dan menganalisis informasi,

merumuskan pikiran dan pendapat dalam mengambil suatu tindakan. Pilihan-pilihan seseorang dalam pembelian dipengaruhi oleh faktor psikologis antara lain: motivasi, persepsi, pengetahuan serta keyakinan dan sikap.

B. Kajian Penelitian Terdahulu

Tinjauan penelitian terdahulu memperlihatkan persamaan dan perbedaaan dalam hal metode, hasil, dan waktu penelitian. Penelitian terdahulu akan memberikan gambaran kepada penulis tentang penelitian sejenis yang akan dilakukan, sehingga dapat dijadikan referensi bagi penulis. Hal ini

dimaksudkan untuk memberikan gambaran kepada penulis tentang penelitian terdahulu dengan penelitian yang dilakukan dapat dilihat pada Tabel 3.


(50)

Tabel 3. Ringkasan beberapa penelitian terdahulu mengenai analisis nilai tambah, bauran pemasaran dan perilaku konsumen.

No Peneliti Judul Metode Analisis Hasil

1. Asmidah (2013) Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Permintaan dan Penawaran Jeruk Manis di Pasar Tradisional Kota Medan Provinsi Sumatera Utara

Analisis Regresi Linear Berganda

Penawaran jeruk manis secara bersama-sama dipengaruhi oleh harga beli pedagang, biaya penjualan, dan keuntungan. Sementara permintaan jeruk manis secara serempak dipengaruhi oleh harga beli konsumen, pendapatan rata-rata, dan jumlah tanggungan.

2. Aulia (2012) Analisis Nilai Tambah dan Strategi Pemasaran Usaha Industri Tahu di Kota Medan

Metode Hayami Nilai tambah yang dihasilkan usaha industri tahu cina sebesar Rp.2.284,816/kg. Nilai tambah yang dihasilkan usaha industri tahu sumedang mentah sebesar Rp. 2.735,385/kg. Dan nilai tambah yang dihasilkan usaha industri tahu sumedang goring sebesar Rp.

17.692,22/kg. 3. Ayu, dkk (2013) Analisis Nilai Tambah

pada Klaster Industri Pengolahan Ikan Teri Kering di Pulau Pasaran Kota Bandar Lampung

Metode Hayami Hasil produksi tertinggi pengolahan ikan teri kering di Pulau Pasaran Kota Bandar Lampung adalah pada musim angin timur. Berdasarkan jenisnya, produksi ikan teri kering terbanyak adalah ikan teri nasi kering yaitu sebesar 11.663,00 kilogram. Selain itu, disimpulkan pula bahwa nilai tambah yang diperoleh dari pengolahan satu kilogram ikan teri basah menjadi ikan teri kering tertinggi berada pada musim angin barat yaitu pada jenis ikan teri nasi sebesar Rp7.253,02 dan rasio nilai tambah terhadap nilai produk adalah 29,73 persen, artinya setiap Rp100,00 nilai produk akan diperoleh nilai tambah sebesar Rp29,73.


(51)

4. Diansyah, dkk (2011)

Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Perilaku Konsumen dalam Pembelian Produk

Kerajinan Rotan Nuriah di Kota Pontianak

Uji Korelasi Rank Spearman

Pembelian produk kerajinan rotan Nuriahdi Kota Pontianak yang dilakukan oleh konsumen berhubungan secara nyata dan signifikan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen yang terdiri dari faktor budaya, sosial, pribadi dan psikologis.

5. Kusumaningrum, (2008)

Analisis Faktor Marketing Mix Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen Buah Jeruk pada Pasar Swalayan di Surakarta

Analisis Faktor Hasil factor analysis menunjukkan bahwa ada 4 faktor yang menjadi pertimbangan konsumen dalam membeli buah jeruk pada pasar swalayan di Surakarta. Keempat faktor tersebut berdasarkan prioritasnya adalah faktor produk, faktor tempat, faktor harga, dan faktor promosi.

Sedangkan variabel-variabel yang dominan dipertimbangkan konsumen dalam membeli buah jeruk pada pasar swalayan di Surakarta untuk tiap-tiap faktor adalah faktor produk yaitu variabel rasa, faktor tempat yaitu variabel kenyamanan, faktor harga yaitu variabel harga, serta faktor promosi yaitu variabel promosi.

6. Novia, dkk (2013)

Analisis Nilai Tambah dan Kelayakan Pengembangan Agroindustri Beras Siger

Metode Hayami Setiap pengolahan satu kilogram ubi kayu, agroindustri SU

menghasilkan beras siger sebesar 0,33kilogram, sedangkan agroindustri SS menghasilkan beras siger sebesar 0,35 kilogram. Agroindustri beras siger SU memberikan nilai tambah sebesar Rp3.065,38 per kg bahan baku atau 2,04 kali harga bahan baku, sedangkan agroindustri beras siger SS memberikan nilai tambah sebesar Rp1.508,04 per kg bahan baku atau 1,68 kali harga bahan baku.

7. Sasangka (2010) Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Konsumen Dalam Pembelian Minuman Energi Analisis Regresi Linear Berganda

Faktor kebudayaan, sosial, pribadi dan psikologis secara bersama-sama berpengaruh terhadap keputusan pembelian produk minuman energi Extra Joss. Dari keempat faktor tersebut yang paling banyak

mempengaruhi keputusan konsumen untuk membeli minuman energi adalah faktor kebudayaan.


(52)

8. Sesunan, dkk (2014)

Bauran Pemasaran (Marketing Mix) Dan Perilaku Konsumen Dalam Pengambilan Keputusan Pembelian Cappucino Cincau Analisis Rank Spearman dan Regresi Linear Berganda

Unsur bauran pemasaran yang berhubungan dengan proses pengambilan keputusan konsumen cappuccino cincau adalah unsur tempat dan promosi, sementara unsur perilaku konsumen yang berhubungan dengan proses pengambilan keputusan konsumen cappuccino cincau adalah unsur pribadi. Karakteristik konsumen mahasiswa yang dianggap berpengaruh nyata terhadap keputusan pembelian cappuccino cincau adalah variabel tempat tinggal, jenis kelamin, dan frekuensi penbelian cappuccino cincau.

9. Siregar, dkk (2012)

Analisis Nilai Tambah dan Strategi Pengembangan Usaha Industri Pengolahan Rotan (Calamus, Sp) Menjadi Furnitur Di Kota Medan

Metode Hayami Nilai tambah yang dihasilkan usaha industri pengolahan rotan menjadi furnitur di daerah penelitian bernilai positif, menghasilkan nilai tambah sebesar Rp.1.992.701,81.

10. Sulistyawati, dkk (2010)

Analisis Perilaku Keputusan Konsumen dalam Pembelian Produk Patung Kayu pada Toko Kerajinan (Art Shop)

Kecamatan Sukawati, Gianyar, Bali

Analisis Faktor dan Regresi Linear Berganda

Dari uji analisis faktor diperoleh hasil bahwa dari 17 variabel yang ditahan di dalam model dan mengelompokkan ke dalam 6 faktor merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam keputusan pembelian produk patung kayu. Faktor-faktor tersebut adalah faktor harga, faktor promosi, faktor referensi, faktor produk, faktor budaya dan faktor kondisi fisik.


(53)

C. Kerangka Pemikiran

Indonesia merupakan salah satu negara di daerah tropis yang memiliki potensi hasil hutan yang besar. Hasil hutan yang dapat diperoleh berupa hasil hutan kayu dan hasil hutan non kayu. Rotan merupakan hasil hutan non kayu selain madu, getah-getahan, minyak atsiri, berbagai jenis tumbuhan obat, dan

sebagainya. Rotan merupakan salah satu hasil hutan yang banyak diminati setelah kayu. Hal ini disebabkan oleh rotan memiliki sifat yang unik, mudah untuk diolah, kuat dan memiliki penampilan yang cukup menarik.

Pertumbuhan industri pengolahan rotan menjamur di berbagai wilayah Indonesia, salah satunya adalah di Kota Bandar Lampung. Pertumbuhan industri pengolahan rotan ini memiliki peranan penting dalam rangka mewujudkan usaha untuk lebih meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Secara umum tujuan pembangunan industri adalah untuk memperluas

kesempatan berusaha dan meningkatkan produksi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Produk hasil pengolahan rotan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan pasar umumnya dihasilkan melalui proses industri pengolahan rotan, baik berupa industri kerajinan maupun furniture.

Untuk melangsungkan kegiatan industri pengolahan hasil rotan tersebut, maka kegiatan industri berkaitan dengan upaya pengadaan bahan baku, kegiatan proses pengolahan bahan baku serta upaya pamasaran hasil. Pengadaan bahan baku sangat erat hubungannya dengan lokasi sumber bahan baku tersebut. Pengadaan bahan baku dilakukan untuk menunjang pelaksanaan proses produksi yang ada di dalam suatu agroindustri. Oleh karena itu, perlu


(54)

diperhatikan elemen – elemen yang terdapat di dalam pengadaan bahan baku yaitu, kualitas bahan baku, kuantitas bahan baku, waktu pengadaan, harga bahan baku dan organisasi pendukung. Tersedianya bahan baku dalam kuantitas dan kualitas yang cukup dan waktu yang tepat, akan sangat dibutuhkan selama kegiatan produksi berlangsung.

Sektor industri pengolahan hasil rotan dapat meningkatkan nilai tambah produk rotan mentah yang dilakukan untuk meningkatkan efisiensi sektor pertanian hingga menjadi kegiatan yang sangat produktif melalui proses modernisasi pertanian. Upaya pengolahan bahan baku rotan mentah menjadi barang jadi akan meningkatkan nilai tambah produk sehingga dapat meningkatkan

keuntungan di dalam agroindustri. Sudiyono (2004) menyatakan nilai tambah untuk pengolahan dipengaruhi oleh faktor teknis yang meliputi kapasitas produksi, jumlah bahan baku, dan tenaga kerja, serta faktor pasar yang meliputi harga output, harga bahan baku, upah tenaga kerja dan harga bahan baku lain selain bahan bakar dan tenaga kerja. Besarnya nilai tambah suatu hasil pertanian karena proses pengolahan adalah merupakan pengurangan biaya bahan baku dan input lainnya terhadap nilai produk yang dihasilkan.

Pemasaran di dalam industri pengolahan hasil rotan merupakan suatu cara di dalam menawarkan produk rotan yang sudah melewati proses pengolahan kepada konsumen. Setiap produsen dapat memperluas pangsa pasar dan merebut pasar dengan mengetahui strategi bauran pemasaran (marketing mix).

Bauran pemasaran merupakan kombinasi antara empat unsur pemasaran, yaitu


(55)

komponen yang dapat dikendalikan dan dapat digunakan oleh perusahaan untuk mempengaruhi konsumen dalam membeli produk rotan.

Produsen industri pengolahan rotan dapat mampu memasarkan produk hasil olahan rotan dengan memahami perilaku konsumen. Beberapa faktor yang memengaruhi perilaku konsumen adalah faktor budaya, sosial, pribadi, dan psikologis. Faktor-faktor inilah yang harus diperhatikan oleh produsen industri pengolahan rotan untuk mendapatkan pangsa pasar. Faktor konsumen lainnya yang perlu diperhatikan adalah faktor karakteristik konsumen. Faktor

karakteristik konsumen ini terdiri dari umur, pendapatan dan jenis kelamin yang dapat mempengaruhi perilaku konsumen di dalam pembelian produk rotan (kursi teras tanggok dan kursi teras pengki) di Kota Bandar Lampung. Kerangka pemikiran pada penelitian ini disajikan pada Gambar 1.


(56)

Gambar 1. Kerangka pemikiran nilai tambah, bauran pemasaran dan perilaku konsumen dalam pembelian produk rotan (kursi teras tanggok dan kursi teras pengki) di Kota Bandar Lampung, tahun 2015.

Sistem agroindustri produk rotan

Subsistem pengadaan bahan baku Rotan mentah Subsistem pengolahan Proses pengolahan Analisis nilai tambah produk rotan Subsistem Pemasaran Kursi Teras Tanggok dan Pengki Rotan sebagai sumber daya

alam yang potensial

Keputusan Konsumen Analisis persepsi

konsumen pada bauran pemasaran:

1. Produk (X1) 2. Harga (X2) 3. Promosi (X3) 4. Distribusi(X4) 1. Tenaga kerja

2. Sumbangan bahan lain: a. Peralatan d. Lem b. Rotan Kecil e. Minyak c. Lasio f. Thinner

d. Paku g. Melamic

Analisis Perilaku konsumen: 1. Faktor psikologis (X5) 2. Faktor budaya (X6) 3. Faktor sosial (X7) 4. Umur (X8)

5. Pendapatan (X9) 6. Jenis kelamin (D1) Analisis pengadaan bahan baku


(57)

D. Hipotesis

1. Tujuan pertama tidak memerlukan hipotesis, karena menggunakan analisis deskriptif.

2. Tujuan ke dua tidak memerlukan hipotesis, karena menggunakan metode Hayami.

3. Tujuan ke tiga tidak memerlukan hipotesis, karena menggunakan analisis deskriptif.

4. Diduga keputusan konsumen dalam pembelian produk rotan (kursi teras tanggok dan kursi teras pengki) di Kota Bandar lampung dipengaruhi secara positif oleh variabel persepsi konsumen pada produk, persepsi konsumen pada harga, persepsi konsumen pada promosi, persepsi konsumen pada distribusi, faktor budaya, faktor sosial, faktor psikologis dan pendapatan serta dipengaruhi secara negatif oleh variabel harga, umur dan jenis kelamin.


(58)

III. METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei. Metode survei menurut Singarimbun dan Effendi (1995) adalah penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat

pengumpulan data yang pokok. Unit analisa yang digunakan dalam penelitian survei adalah individu. Pada penelitian ini dilakukan pengambilan sampel dari populasi dengan menggunakan kuesioner di dalam mengumpulkan data.

B. Konsep Dasar dan Batasan Operasional

Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup semua pengertian dan petunjuk mengenai bagaimana variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini akan diukur dan diidentifikasi.

Agroindustri rotan adalah suatu sistem yang terdiri dari subsistem pengadaan bahan baku rotan, pengolahan hasil dan pemasaran hasil produksi rotan. Produksi merupakan proses mengubah input atau faktor-faktor produksi dan penggunaan sumber daya lainnya untuk menghasilkan output atau keluaran. Produk merupakan segala sesuatu yang ditawarkan. Dalam penelitian ini, produk yang ditawarkan adalah kursi teras tanggok dan kursi teras pengki.


(59)

Pengadaan bahan baku adalah proses memperoleh barang ataupun jasa dari pihak di luar organisasi/perusahaan yang dibutuhkan dalam proses pengolahan agroindustri. Elemen – elemen pengadaan bahan baku adalah kualitas,

kuantitas, waktu, biaya dan organisasi bahan baku.

Hasil produksi produk adalah produksi total kursi teras rotan tanggok dan kursi teras pengki yang dihasilkan selama satu bulan proses produksi, yang diukur dalam satuan (set).

Bahan baku rotan adalah banyaknya bahan baku batang rotan yang digunakan dalam satu bulan produksi, diukur dalam satuan (kg).

Biaya batang rotan adalah rotan yang umumnya dipergunakan sebagai struktur rangka pada furniture, diukur dalam satuan (Rp/kg).

Curahan tenaga kerja adalah adalah jumlah tenaga kerja yang dicurahkan dalam satu bulan proses produksi, yang diukur dalam satuan setara Hari Orang Kerja (HOK) atau setara dengan delapan jam kerja efektif.

Koefisien tenaga kerja adalah banyaknya tenaga kerja yang terlibat untuk mengolah satu set kursi teras tanggok dan kursi teras pengki.

Upah tenaga kerja adalah upah dari tenaga kerja yang dicurahkan dalam satu bulan proses produksi, yang diukur dalam satuan rupiah per HOK (Rp/HOK). Imbalan tenaga kerja adalah besarnya imbalan yang diperoleh tenaga kerja dalam mengolah satu set kursi teras tanggok dan kursi teras pengki, diukur dalam satuan rupiah (Rp).


(60)

Sumbangan bahan lain adalah nilai bahan-bahan lain selain bahan baku yang secara langsung digunakan dalam proses pengolahan, diukur dalam satuan rupiah per set (Rp/set).

Biaya rotan kecil adalah biaya yang dikeluarkan dalam pembelian bahan rotan yang berasal dari bagian dalam (inti) tanaman rotan, menyerupai lidi panjang, diukur dalam satuan (Rp/kg).

Biaya lasio adalah biaya yang dikeluarkan dalam pembelian bahan rotan yang berasal dari kulit bagian luar rotan kecil (Rp/kg).

Biaya paku adalah biaya yang dikeluarkan untuk pembelian logam keras berujung runcing, umumnya terbuat dari baja, yang digunakan untuk melekatkan dua bahan dengan menembus keduanya (Rp/kg).

Biaya minyak tanah adalah biaya yang dikeluarkan untuk pembelian cairan organik yang tidak larut/bercampur dalam air (hidrofobik) tetapi larut dalam pelarut organik (Rp/liter).

Biaya thinner adalah biaya yang dikeluarkan untuk pembelian zat cair yang biasanya berfungsi untuk mengencerkan cat pada rotan (Rp/liter).

Biaya melamic adalah biaya yang dikeluarkan untuk pembelian cairan yang disemprot sebagai pelapis luar furniture yang berbentuk transparan (Rp/liter).

Faktor konversi adalah banyaknya produk yang dihasilkan dari satu satuan bahan baku yang digunakan.


(1)

tahun 1985. Toko pemasaran Harlis Rotan buka setiap hari Senin – Sabtu mulai pukul 08.00 – 16.00 WIB, sedangkan proses pengolahan pada agroindustri ini setiap hari Senin – Jumat mulai pukul 08.00 hingga pukul 16.00 WIB. Pemilik agroindustri ini bernama Bapak Harlis.

Harlis Rotan merupakan agorindustri yang memasarkan berbagai produk olahan rotan antara lain adalah kursi teras, kursi makan, kursi tamu, sofa, dan kerajinan rotan lainnya. Selain memasarkan produk olahan dari rotan mentah, Harlis Rotan juga memasarkan produk dari rotan sintetis. Lokasi pemasaran Harlis Rotan terletak di Jalan Jendral Ryacudu No. B7/90 dengan adanya lokasi parkir yang strategis. Status lokasi pemasaran Harlis Rotan adalah milik sendiri.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurahman M, S. A Muhidin dan A Somantri. 2011. Dasar – Dasar Metode Statistika untuk Penelitian. Pustaka Setia. Bandung.

Anonimous 1. 2008. Informasi Spesies Rotan. www.plantamor.com. Diakses pada Senin, 8 Desember 2014 pukul 20.25 WIB.

Anonimous 2. 2015. Kuliah Pengantar Agroindustri: Pengadaan Bahan Baku. ariefm.lecture.ub.ac.id. Diakses pada Selasa, 3 Februari 2015 pukul 23.50 WIB.

Arikunto, S. 2002. Metodologi Penelitian Suatu Pendekatan Proposal. PT. Rineka Cipta. Jakarta.

Asmidah, 2013. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan dan Penawaran Jeruk Manis di Pasar Tradisional Kota Medan. Skripsi. Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Assauri, S. 1999. Manajemen Produksi dan Operasi. Lembaga Penerbit FE-UI, Jakarta.

Aulia, G. R. 2012. Analisis Nilai Tambah dan Strategi Pemasaran Usaha Industri Tahu di Kota Medan. Skripsi. Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara, Medan.

Ayu, W. B, R, H. Ismono, dan A. Soelaiman. 2013 Analisis Nilai Tambah pada Klaster Industri Pengolahan Ikan Teri Kering di Pulau Pasaran Kota Bandar Lampung. Jurnal Ilmu – Ilmu Agribisnis Vol. 1 No. 03. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Badan Pusat Statistik. 2014. Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandar Lampung Menurut Lapangan Usaha atas Dasar Harga Berlaku tahun 2010-2013. Bandar Lampung.

Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung. 2014. Kecamatan Kedaton dalam Angka. Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung. Bandar Lampung. ________________________________. 2014. Kota Bandar Lampung Dalam


(3)

________________________________. 2014. Kecamatan Tanjung Karang Timur dalam Angka. Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung. Bandar Lampung.

________________________________. 2014. Kecamatan Teluk Betung Utara dalam Angka. Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung. Bandar Lampung. ________________________________. 2014. Kecamatan Sukarame dalam

Angka. Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung. Bandar Lampung. Dharmmesta, B. 2002. Manajemen Pemasaran. Liberty. Yogyakarta.

Diansyah, W, E Dolorosa, dan Maswadi. 2011. Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Perilaku Konsumen dalam Pembelian Produk Kerajinan Rotan Nuriah di Kota Pontianak. Jurnal Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura, Pontianak.

Engel, J. F., Roger D. B, Paul W. 1994. Perilaku Konsumen Jilid Ke Enam. Binarupa Aksara. Jakarta.

____________________________. 2000. Perilaku Konsumen. Terjemahan F.X. Budianto. Binarupa Aksara. Jakarta.

Firdaus, M. 2012. Manajemen Agribisnis. Bumi Aksara. Jakarta.

Hartono, J. 1998. Analisis dan Desain Sistem Informasi : Pendekatan Terstruktur Teori dan Praktek Aplikasi Bisnis. Andi Offset. Yogyakarta.

Hasyim, A. I. 2012. Tataniaga Pertanian. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Januminro. 2000. Rotan Indonesia Potensi Budidaya Pemungutan Pengolahan Standar Mutu dan Prospek Pengusahaan. Kanisius. Yogyakarta.

Kasali, R. 1998. Membidik Pasar Indonesia : Segmentasi, Targeting dan Positioning. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Kotler, P dan Amstrong. 2001. Prinsip-Prinsip Manajemen. Jilid 1 Edisi Ke Delapan, Alih Bahasa Oleh Damos Sihombing, MBA. Erlangga. Jakarta. ____________________. 2004. Prinsip-prinsip Marketing Edisi Ke Tujuh.

Penerbit Salemba Empat. Jakarta.

Kotler, P. 2000. Manajemen Pemasaran. Jilid 1 Edisi Ke Delapan. Alih Bahasa Benyamin Molan, Drs. PT. Prenhalindo. Jakarta.

________. 2002. Manajemen Pemasaran Jilid 2. Edisi Milenium PT Prenhallindo. Jakarta.


(4)

________. 2005. Manajamen Pemasaran. PT. Indeks Kelompok Gramedia. Jakarta

Kuncoro, M. 2004. Metode Kuantitatif: Teori Dan Aplikasi Untuk Bisnis dan Ekonomi Edisi Ke dua. AMP YKPN. Yogyakarta.

Kusumaningrum, E.W. 2008. Analisis Faktor Marketing Mix Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen Buah Jeruk pada Pasar Swalayan di Surakarta. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Laksana, F. 2008. Manajemen Pemasaran. Graha Ilmu. Yogyakarta.

Lupiyoadi, R. 2001. Manajemen Pemasaran Jasa. Salemba Empat. Jakarta. Masesah, L, A.I Hasyim, S Situmorang. 2013. Pengadaan Bahan Baku dan Nilai

Tambah Pisang Bolen di Bandar Lampung. Jurnal Ilmu – Ilmu Agribisnis Vol. 1 No. 04. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Muhdi. 2008. Prospek, Pemasaran Hasil Hutan Bukan Kayu Rotan. Skripsi. Departemen Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Sumatera Utara.

Novia, W, W.A Zakaria dan D.A.H Lestari. 2013. Analisis Nilai Tambah dan Kelayakan Pengembangan Agroindustri Beras Siger. Jurnal Ilmu – Ilmu Agribisnis Vol. 1 No. 03. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Octaviani MW, Indriani Y, Situmorang S. 2014. Pengaruh Bauran Pemasaran (Marketing Mix) dan Perilaku Konsumen terhadap Pengambilan Keputusan Pembelian Jus Buah Segar di Bandar Lampung. Jurnal Ilmu – Ilmu Agribisnis Vol. 2 No. 02. Universitas Lampung, Bandar Lampung.

Saragih, B. 1998. Agribisnis: Paradigma Baru Pembangunan Ekonomi Berbasis Pertanian. Yayasan Mulia Persada Indonesia-Pusat Studi Pembangunan Lemlit IPB Bogor. Bogor.

Sari, Y. E. 2014. Keputusan Petani Mengambil Kredit Usaha Rakyat Bank Rakyat Indonesia di Kecamatan Adiluwih Kabupaten Pringsewu. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Sasangka, L. 2010. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Konsumen dalam Pembelian Minuman Energi. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro, Semarang.


(5)

Sesunan, T. M, Y. Indriani, I. Listiana. 2014. Bauran Pemasaran (Marketing Mix) dan Perilaku Konsumen dalam Pengambilan Keputusan Pembelian

Cappucino Cincau. Skripsi. Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Lampung, Bandar Lampung.

Setiadi, N. J. 2003. Perilaku Konsumen. Kencana. Jakarta.

Singarimbun, M dan S Effendi. 1995. Metode Penelitian Survei. PT. Pustaka LP3ES. Jakarta.

Siregar, S.A.P, Salmiah, dan AT Hutajulu. 2012. Analisis Nilai Tambah dan Strategi Pengembangan Usaha Industri Pengolahan Rotan (Calamus, Sp) Menjadi Furnitur di Kota Medan. Jurnal Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Sjarkowi, F. dan M. Sufri. 2004. Manajemen Agribisnis. Baldal Grafiti Press. Palembang.

Soekartawi. 2000. Pengantar Agroindustri. Raja Grafindo Persada. Jakarta. _________. 2003. Prinsip Ekonomi Pertanian. Rajawali Press. Jakarta.

Solomon, R. Michael dan Stuart, W. Elnora. 2003. Marketing Real People, Real Choices, International Edition. Prentice Hall.New Jersey.

Stanton, J.W. 2002. Prinsip Pemasaran Edisi Ke Tujuh. Erlannga. Jakarta. Sudiyono, A. 2004. Pemasaran Pertanian. Universitas Muhamadiyah Malang.

Malang.

Sufren dan Natanel, Y. 2013. Mahir Menggunakan SPSS secara Otodidak. PT Elex Media Komputindo. Jakarta.

Sulistyawati, E, T. Multifiah, dan A. Thoyib. 2010. Analisis Perilaku Keputusan Konsumen dalam Pembelian Produk Patung Kayu pada Toko Kerajinan (Art Shop) Kecamatan Sukawati, Gianyar, Bali. Jurnal Program

Pascasarjana Universitas Brawijaya, Malang.

Sumarwan, U. 2004. Perilaku Konsumen. Ghalia Indonesia. Bogor. ____________. 2012. Riset Pemasaran dan Konsumen. IPB Press. Bogor. Supranto, J. 1998. Teknik Pengambilan Keputusan. Rineka Cipta. Jakarta Supriyadi, E. 2014. Perangkat Lunak Statistik Mengolah Data untuk Penelitian.

In Media. Jakarta.


(6)

Tunggadewi, A.T. 2009. Analisis Profitabilitas Serta Nilai Tambah Usaha Tahu dan Tempe. Skripsi. Departemen Agribisnis. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Umar, H. 2012. Manajemen Riset dan Perilaku Konsumen. PT. Gramedia.Jakarta. Widarjono, A. 2010. Analisis Statistika Multivariat Terapan. Edisi Pertama. UPP