ANALISIS KETERAMPILAN KLASIFIKASI DAN INFERENSI PADA MATERI ASAM-BASA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING SISWA KELAS XI IPA

(1)

Oleh

NOVITA SAFITRI Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Kimia

Jurusan Pendidikan Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDARLAMPUNG 2013


(2)

ABSTRAK

ANALISIS KETERAMPILAN KLASIFIKASI DAN INFERENSI PADA MATERI ASAM-BASA MELALUI PENERAPAN

MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING SISWA KELAS XI IPA

Oleh

NOVITA SAFITRI

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan keterampilan klasifikasi dan inferensi pada materi asam-basa melalui penerapan model pembelajaran problem solving untuk kelompok kognitif siswa kategori tinggi, sedang, dan rendah. Sub-yek penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA4 tahun ajaran 2012/2013 MAN 1 Bandar Lampung berjumlah 49 siswa. Metode penelitian ini adalah pre-experi-mental dengan one-shot case study design. Analisis data menggunakan analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan: (1) keterampilan mengklasifikasi, selu-ruh siswa berkriteria sangat baik untuk kelompok tinggi, hampir seluselu-ruh siswa berkriteria sangat baik dan sebagian kecil berkriteria baik untuk kelompok sedang dan rendah. (2) keterampilan menginferensi, hampir seluruh siswa berkriteria sangat baik dan sebagian kecil berkriteria baik untuk kelompok tinggi; sebagian besar berkriteria sangat baik, hampir separuh berkriteria baik, dan sebagian kecil berkriteria cukup untuk kelompok sedang; sebagian kecil berkriteria sangat baik, hampir separuh berkriteria baik dan cukup, serta sebagian kecil berkriteria kurang


(3)

untuk kelompok rendah. Kelompok tinggi memiliki keterampilan klasifikasi dan inferensi lebih tinggi daripada kelompok sedang dan rendah.

Kata kunci : problem solving, klasifikasi, inferensi, kelompok tinggi, kelompok sedang, kelompok rendah


(4)

(5)

(6)

vi DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 7

A. Pembelajaran Model Problem Solving... 7

B. Keterampilan Proses Sains ... 9

C. Kemampuan Kognitif……… 13

D. Konsep………. ... 14

E. Kerangka Pemikiran... 18

F. Anggapan Dasar ……… 20

G. Hipotesis ……….……….. 20

III. METODOLOGI PENELITIAN ... 21


(7)

vii

B. Sumber Data……….. 21

C. Metode dan Desain Penelitian ... 21

D. Instrumen Penelitian…………... 22

E. Validitas Instrumen Penelitian……….. 23

F. Prosedur Penelitian... 24

G. Teknik Pengelompokan Siswa 26 H. Teknik Analisis Data……….. ... 27

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 30

A. Hasil Penelitian ………... 30

B. Pembahasan ... 34

V. SIMPULAN DAN SARAN ... 51

A. Simpulan ... 51

B. Saran ... 52

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN 1. Pemetaan... 56

2. Silabus………... 66

3. RPP... ... 73

4. Lembar Kerja Siswa... 110

5. Kisi-kisi Soal Posttest ... 144

6. Soal Posttest ... 152

7. Jawaban Posttest... 156

8. Rubrik Penilaian Posttest... 161

9. Angket ...………... 173

10. Nilai Keterampilan Klasifikasi dan Inferensi... 174

11. Perhitungan Pengelompokan Siswa... 175

12. Perhitungan... 178

13. Lembar Penilaian Afektif... 190

14. Lembar Penilaian Psikomotor ... ...………….. 199

15. Lembar Observasi Aktivitas Siswa... 205

16. Lembar Observasi Kinerja Guru... 211


(8)

I. PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Ilmu Kimia merupakan salah satu ilmu yang memiliki karakteristik yang sama dengan IPA. Ilmu Kimia adalah ilmu yang mencari jawaban atas pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana gejala-gejala alam yang berkaitan dengan komposisi, struktur dan sifat perubahan, dinamika, dan energetika zat yang melibatkan kete-rampilan dan penalaran. Ada dua hal yang berkaitan dengan kimia yang tidak ter-pisahkan, yaitu kimia sebagai produk (berupa fakta, konsep, prinsip, hukum, dan teori) temuan ilmiah dan kimia sebagai proses (kerja ilmiah) (BSNP, 2006). Ber-dasarkan hal tersebut, maka pembelajaran kimia harus lebih diarahkan pada proses pembelajaran yang mengaktifkan siswa dan memberikan pengalaman belajar se-cara langsung yang dapat melatih kemampuan berpikir siswa melalui pengem-bangan keterampilan proses sains (KPS).

KPS adalah keterampilan-keterampilan yang dimiliki oleh ilmuwan untuk mem-peroleh dan mengembangkan produk kimia yang meliputi keterampilan amati (observasi), mengklasifikasikan, mengukur, inferensi, prediksi, dan meng-komunikasikan. Dalam hal ini, siswa diajak untuk mengetahui dan memahami bagaimana proses suatu produk kimia diperoleh, mulai dari perumusan masalah sampai dengan membuat suatu kesimpulan.


(9)

Fakta dilapangan menunjukkan bahwa pembelajaran kimia yang sering diterapkan guru di sekolah cenderung hanya menyampaikan konsep-konsep, hukum-hukum, dan teori-teori tanpa memnyuguhkan proses ditemukannya konsep, hukum, dan teori tersebut sehingga tidak tumbuh sikap ilmiah dari dalam diri siswa. Hal ini menyebabkan interaksi yang terjadi hanya satu arah yaitu interaksi antara guru dengan siswa sedangkan interaksi siswa dengan siswa jarang terjadi dikarenakan pembelajaran hanya berpusat pada guru.

Fakta di atas diperkuat dengan hasil observasi di MAN 1 Bandar Lampung bahwa pembelajaran kimia yang diajarkan masih berpusat pada guru (teacher centered learning). Pembelajaran yang digunakan masih bersifat konvensional yaitu cera-mah, tanya jawab, pemberian tugas sehingga membuat siswa tidak aktif dalam pembelajaran kimia. Meski sering diadakan demostrasi dan praktikum dilabora-torium, akan tetapi praktikum yang dilakukan hanya untuk pembuktian konsep bukan membimbing siswa membangun konsep. Sehingga siswa belum mampu mengaitkan konsep yang diperoleh dengan fenomena-fenomena yang ada di ling-kungan sekitar.

Salah satu cara untuk mengatasi masalah tersebut yaitu dengan memilih suatu mo-del pembelajaran yang dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa dan melatih KPS siswa. Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan adalah model pembelajaran problem solving. Model problem solving adalah suatu model pem-belajaran dengan menghadapkan siswa kepada persoalan yang harus dipecahkan atau diselesaikan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dalam pembelajaran ini, siswa diharuskan melakukan penyelidikan otentik untuk mencari penyelesaian


(10)

ter-hadap masalah yang diberikan, menganalisis dan merumuskan masalah, mencari data atau informasi yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah, menetap-kan jawaban sementara (hipotesis), menguji kebenaran hipotesis dan menarik ke-simpulan. Hasil penelitian Amelia (2012) yang dilakukan pada siswa kelas XI SMA YP Unila Bandar Lampung, menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran problem solving dapat meningkatkan KPS siswa pada materi koloid. Selain itu, hasil penelitian Basori (2011) pada siswa SMP Negeri 12 Bandung, menunjukkan bahwa model kegiatan laboratorium ber-basis problem solving dapat meningkatkan KPS pada pembelajaran pembiasan ca-haya.

KPS meliputi keterampilan intelektual atau kemampuan berpikir siswa. Kemam-puan yang melibatkan pengetahuan dan pengembangan keterampilan intelektual atau berpikir siswa adalah kemampuan kognitif (Winarni, 2006). Kemampuan kognitif dikelompokan menjadi tiga yaitu kemampuan kognitif tinggi, sedang, dan rendah. Kemampuan kognitif merupakan salah satu faktor yang berpengaruh ter-hadap prestasi belajar siswa. Siswa berkemampuan kognitif tinggi, cenderung memiliki prestasi belajar yang tinggi dibandingkan kemampuan kognitif sedang dan rendah (Nasution dalam Prayitno, 2010).

Hasil penelitian Sulastri (2012) menunjukkan bahwa keterampilan mengamati, menafsirkan hasil pengamatan, meramalkan, merencanakan penelitian, mengguna-kan alat dan bahan, menerapmengguna-kan konsep, mengajumengguna-kan pertanyaan, dan mengkomu-nikasikan hasil penelitian pada materi hidrolisis garam melalui penerapan model problem solving untuk kelompok tinggi memiliki tingkat kemampuan berkriteria


(11)

sangat baik (82,4%), kelompok sedang berkriteria baik (70,9%), dan kelompok rendah berkriteria cukup (58,9%). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa model pembelajaran problem solving dapat mengembangkan KPS siswa kelompok ting-gi, sedang, dan rendah.

Materi asam-basa dengan kompetensi dasar yang harus dicapai siswa, yaitu men-deskripsikan teori-teori asam-basa dengan sifat larutan dan menghitung pH laru-tan, merupakan materi yang dapat diterapkan melalui pembelajaran problem solving serta dapat melatih KPS siswa. Materi ini dapat melatih keterampilan siswa dalam mengklasifikasi dan inferensi. Keterampilan klasifikasi menuntut siswa agar mampu mengidentifikasi perbedaan serta persamaan (membandingkan) dari larutan-larutan asam-basa yang diamati, mengontraskan ciri-ciri (berdasarkan perubahan kertas lakmus dan indikator universal), serta mengelompokan atau menggolongkan larutan-larutan tersebut kedalam asam, basa, dan netral. Setelah itu, siswa mampu membuat suatu kesimpulan mengenai definisi asam-basa berda-sarkan perubahan kertas lakmus dan indikator universal. Keterampilan siswa dalam menarik sebuah kesimpulan berdasarkan fakta yang ditemui ini merupakan keterampilan inferensi.

Berdasarkan uraian tersebut, maka dilakukan penelitian yang berjudul “Analisis Keterampilan Klasifikasi dan Inferensi Pada Materi Asam-basa Melalui Penerap-an Model PembelajarPenerap-an Problem Solving Kelas Siswa XI IPA”.


(12)

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka diperoleh rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana keterampilan siswa dalam mengklasifikasi pada materi asam-basa melalui penerapan model pembelajaran problem solving untuk kelompok kog-nitif siswa kategori tinggi, sedang, dan rendah ?

2. Bagaimana keterampilan siswa dalam menginferensi pada materi asam-basa melalui penerapan model pembelajaran problem solving untuk kelompok kog-nitif siswa kategori tinggi, sedang, dan rendah ?

C.Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk men-deskripsikan keterampilan klasifikasi dan inferensi pada materi asam-basa melalui penerapan model pembelajaran problem solving untuk kelompok kognitif siswa kategori tinggi, sedang, dan rendah.

D.Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah: 1. Bagi siswa :

Melalui penerapan model pembelajaran problem solving dapat memberikan pengalaman belajar secara langsung kepada siswa dan melatihkan keterampil-an siswa dalam mengklasifikasi dketerampil-an inferensi pada materi asam-basa.


(13)

2. Bagi guru dan calon guru :

Memperoleh model pembelajaran yang dapat menjadi salah satu alternatif yang dapat digunakan pada materi asam-basa dan melatih keterampilan klasi-fikasi dan inferensi siswa kelas XI IPA.

E.Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah :

1. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA4 MAN 1 Bandar Lampung tahun ajaran 2012/2013.

2. Keterampilan mengklasifikasikan meliputi mengindentifikasi perbedaan dan persamaan (membandingkan), serta mencari dasar pengelompokkan atau penggolongan.

3. Keterampilan inferensi diukur dalam penelitian ini adalah membuat kesim-pulan dari fakta yang ditemui.

4. Materi kimia yang dibahas dalam penelitian ini adalah asam-basa Arrhenius. 5. Model problem solving terdiri dari lima tahap. Tahap satu yaitu

mengorienta-sikan siswa pada masalah, tahap dua yaitu mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah, tahap tiga yaitu menetapkan jawaban sementara dari masalah, tahap empat yaitu menguji kebenaran ja-waban sementara, dan tahap lima yaitu menarik kesimpulan (Depdiknas dalam Nessinta, 2009).

6. Kelompok tinggi, sedang, dan rendah merupakan kelompok kognitif siswa kategori tinggi, sedang, dan rendah.


(14)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Model Pembelajaran Problem Solving

Model pembelajaran problem solving merupakan model pembelajaran yang meng-hadapkan siswa kepada permasalahan yang harus dipecahkan. Pembelajaran problem solving, menuntut siswa belajar untuk memecahkan masalah baik secara individu maupun kelompok. Problem solving adalah suatu proses mental dan intelektual dalam menemukan suatu masalah dan memecahkannya berdasarkan data dan informasi yang akurat, sehingga dapat diambil kesimpulan yang tepat dan cermat. Proses problem solving memberikan kesempatan siswa berperan aktif dalam mempelajari, mencari, dan menemukan sendiri informasi untuk diolah menjadi konsep, prinsip, teori, atau kesimpulan. Dengan kata lain, problem solving menuntut kemampuan memproses informasi untuk membuat keputusan tertentu (Hidayati, 2006).

Langkah-langkah model problem solving (Depdiknas dalam Nessinta, 2009) yaitu meliputi :

1. Ada masalah yang jelas untuk dipecahkan. Masalah ini harus tumbuh dari siswa sesuai dengan taraf kemampuannya.

2. Mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah tersebut. Misalnya, dengan jalan membaca buku-buku, meneliti, bertanya dan lain-lain.

3. Menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut. Dugaan jawaban ini tentu saja didasarkan kepada data yang telah diperoleh, pada tahap kedua di atas.


(15)

4. Menguji kebenaran jawaban sementara tersebut. Dalam tahap ini siswa harus berusaha memecahkan masalah sehingga betul-betul yakin bahwa jawaban tersebut itu betul-betul cocok. Apakah sesuai dengan jawaban sementara atau sama sekali tidak sesuai. Untuk menguji kebenaran jawaban ini tentu saja diperlukan model model lainnya seperti demonstrasi, tugas, diskusi, dan lain-lain.

5. Menarik kesimpulan. Artinya siswa harus sampai kepada kesimpulan terakhir tentang jawaban dari masalah tadi.

Pendapat di atas mengungkapkan bahwa pembelajaran dengan model problem solving harus mengikuti langkah-langkah dari merumuskan masalah hingga pada tahap mencari kesimpulan agar siswa mampu memecahkan masalah. Dengan memecahkan masalah berarti siswa memperoleh sesuatu yang baru, yaitu pelajar-an baru ypelajar-ang dihasilkpelajar-an dari pemikirpelajar-an siswa saat memecahkpelajar-an masalah berdasar-kan aturan-aturan. Menurut Nasution (2000) mempelajari aturan perlu, terutama untuk memecahkan masalah. Problem solving merupakan perluasan yang wajar dari belajar aturan. Problem solving prosesnya terletak dalam diri siswa. Meme-cahkan masalah dapat dipandang sebagai proses dimana siswa menemukan kom-binasi aturan-aturan yang telah dipelajarinya lebih dahulu yang digunakan untuk memecahkan masalah yang baru. Namun memecahkan masalah tidak sekedar menerapkan aturan-aturan yang diketahui, akan tetapi juga menghasilkan pelajar-an baru.

Kelebihan dan kekurangan pembelajaran problem solving menurut Djamarah dan Zain (2002) adalah sebagai berikut.

1. Kelebihan pembelajaran problem solving

a. Membuat pendidikan di sekolah menjadi lebih relevan dengan kehidupan.

b. Membiasakan siswa menghadapi dan memecahkan masalah secara terampil.

c. Model pembelajaran ini merangsang pengembangan kemampuan berfikir siswa secara kreatif dan menyeluruh, karena dalam proses


(16)

belajarnya siswa banyak menyoroti permasalahan dari berbagai segi dalam rangka mencari pemecahannya.

2. Kekurangan pembelajaran problem solving

a. Memerlukan keterampilan dan kemampuan guru. Hal ini sangat penting karena tanpa keterampilan dan kemampuan guru dalam mengelola kelas pada saat strategi ini digunakan maka tujuan

pengajaran tidak akan tercapai karena siswa menjadi tidak teratur dan melakukan hal-hal yang tidak diinginkan dalam pembelajaran.

b. Memerlukan banyak waktu. Penggunaan model pembelajaran

problem solving untuk suatu topik permasalahan tidak akan maksimal jika waktunya sedikit, karena bagaimanapun juga akan banyak

langkah-langkah yang harus diterapkan terlebih dahulu dimana

masing-masing langkah membutuhkan kecekatan siswa dalam berpikir untuk menyelesaikan topik permasalahan yang diberikan dan semua itu berhubungan dengan kemampuan kognitif dan daya nalar masing-masing siswa.

c. Mengubah kebiasaan siswa belajar dari mendengarkan dan menerima informasi yang disampaikan guru menjadi belajar dengan banyak berpikir memecahkan masalah sendiri dan kelompok memerlukan banyak sumber belajar sehingga menjadi kesulitan tersendiri bagi siswa. Sumber-sumber belajar ini bisa di dapat dari berbagai media dan buku-buku lain. Jika sumber-sumber ini tidak ada dan siswa hanya mempunyai satu buku / bahan saja maka topik permasalahan yang diberikan tidak akan bisa diselesaikan dengan baik.

B. Keterampilan Proses Sains

Keterampilan proses sains dalam pembelajaran IPA memiliki dua arti yaitu IPA sebagai produk dan IPA sebagai proses. IPA sebagai produk berkaitan dengan konsep, fakta, prinsip, hukum, da teori, sedangkan IPA sebagai proses meliputi keterampilan, sikap/ prilaku yang dimiliki ilmuwan dalam mengembangkan IPA Keterampilan ini disebut dengan keterampilan proses sains (KPS). Dalam hal ini siswa diberikan kesempatan agar dapat menemukan fakta dan membangun kon-sep, melalui kegiatan dan atau pengalaman seperti ilmuwan. Dahar menyatakan bahwa KPS meliputi keterampilan intelektual atau keterampilan berpikir. Oleh karena itu KPS sangat diperlukan siswa dalam pembelajaran (Susiwi, 2007).


(17)

Hartono (2007) mengemukakan bahwa:

Untuk dapat memahami hakikat IPA secara utuh, yakni IPA sebagai proses, produk dan aplikasi, siswa harus memiliki kemampuan KPS. Dalam pembelajaran IPA, aspek proses perlu ditekankan bukan hanya pada hasil akhir dan berpikir benar lebih penting dari pada memperoleh jawaban yang benar. KPS adalah semua keterampilan yang terlibat pada saat berlang-sungnya proses sains. KPS terdiri dari beberapa keterampilan yang satu sama lain berkaitan dan sebagai prasyarat. Namun pada setiap jenis keterampilan proses ada penekanan khusus pada masing-masing jenjang pendidikan.

Tahapan-tahapan pendekatan pembelajaran KPS menurut Dimyati dan Mudjiono (2009):

Pendekatan keterampilan proses lebih cocok diterapkan pada pembelajaran sains. Pendekatan pembelajaran ini dirancang dengan tahapan: (1) Penam-pilan fenomena. (2) apersepsi, (3) menghubungkan pembelajaran dengan pengetahuan awal yang dimiliki siswa, (4) demonstrasi atau eksperimen, (5) siswa mengisi lembar kerja. (6) guru memberikan penguatan materi dan penanaman konsep dengan tetap mengacu kepada teori permasalahan.

Menurut Rustaman (Rachmania 2012), KPS melibatkan keterampilan-keterampil-an kognitif (intelektual), mketerampilan-keterampil-anual, dketerampilan-keterampil-an sosial. Keterampilketerampilan-keterampil-an kognitif (intelektual) terlibat karena dengan melakukan keterampilan proses, siswa menggunakan pikirannya. Keterampilan manual jelas terlibat karena siswa melibatkan peng-gunaan alat dan bahan, pengukuran, penyusunan atau perakitan alat. Sedangkan keterampilan sosial dimaksudkan bahwa siswa dapat berinteraksi dengan sesama-nya dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar, misalsesama-nya mendiskusikan hasil pengamatan.

Penerapan pendekatan pembelajaran KPS memungkinkan siswa untuk mengem-bangkan kemampuan-kemampuan yang pada dasarnya sudah dimiliki oleh siswa. Hal itu didukung oleh pendapat Arikunto (2004):


(18)

“Pendekataan berbasis KPS adalah wawasan atau anutan pengembangan keterampilan-keterampilan intelektual, sosial dan fisik yang bersumber dari kemampuan-kemampuan mendasar yang pada prinsipnya keterampilan-keterampilan intelektual tersebut telah ada pada diri siswa. “

Terdapat empat alasan mengapa pendekatan KPS diterapkan dalam proses belajar mengajar sehari-hari menurut Semiawan (Hariwibowo, 2009) , yaitu :

(1)Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berlangsung semakin cepat sehingga tidak mungkin lagi guru mengajarkan semua konsep dan fakta pada siswa. (2) Adanya kecenderungan bahwa siswa lebih memahami

konsep-konsep yang rumit dan abstrak jika disertai dengan contoh yang konkret. (3) Penemuan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak bersifat mutlak 100 %, tapi bersifat relatif. (4) Dalam proses belajar mengajar, pengembangan konsep tidak terlepas dari pengembangan sikap dan nilai dalam diri anak didik.

Menurut Dimyati dan Moedjiono (2002), ada berbagai keterampilan dalam KPS, keterampilan-keterampilan tersebut terdiri dari keterampilan-keterampilan dasar (basic skills) dan keterampilan-keterampilan terintegrasi (integrated skills). Kete-rampilan-keterampilan dasar terdiri dari enam keterampilan, yakni: mengamati (mengobservasi), mengklasifikasi, mengukur, memprediksi, menyimpulkan, dan mengkomunikasikan. Adapun KPS yang ingin diteliti pada penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Klasifikasi

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2002) mengklasifikasikan merupakan keteram-pilan proses untuk memilah berbagai objek peristiwa berdasarkan sifat-sifat khu-susnya, sehingga di dapatkan golongan/ kelompok sejenis dari objek peristiwa yang dimaksud. Contoh kegiatan yang menampakkan keterampilan mengklasifi-kasikan antara lain: mengklasifimengklasifi-kasikan cat berdasarkan warna,


(19)

mengklasifikasi-kan binatang menjadi binatang beranak dan bertelur dan kegiatan lain yang se-jenis.

Indikator keterampilan klasifikasi adalah mampu menentukan perbedaan, mengontraskan ciri-ciri, mencari kesamaan, membandingkan dan menentukan dasar penggolongan terhadap suatu obyek. Pengelompokkan obyek adalah cara memilah obyek berdasarkan kesamaan, perbedaan, dan hubungan. Ini merupakan langkah penting menuju pemahaman yang lebih baik tentang obyek yang berbeda dari gejala alam. Mengelompokkan adalah proses yang digunakan ilmuan untuk mengadakan penyusunan atau pengelompokkan atas obyek-obyek atau kejadian-kejadian. Keterampilan mengelompokkan dapat dikuasai apabila siswa dapat melakukan dua keterampilan berikut ini:

a. Mengidentifikasi dan memberi nama sifat-sifat yang dapat diamati dari seke-lompok obyek yang dapat digunakan sebagai dasar untuk mengeseke-lompokkan. b. Menyusun mengelompokkan dalam tingkat-tingkat tertentu sesuai dengan

sifat-sifat obyek.

Mengelompokkan berguna melatih siswa menunjukkan persamaan, perbedaan, dan hubungan timbal baliknya (Cartono, 2007).

2. Inferensi

Inferensi dapat diartikan sebagai suatu keterampilan untuk memutuskan keadaan suatu objek atau peristiwa berdasarkan fakta, konsep dan prinsip yang diketahui (Lidiawati, 2011). Inferensi merupakan suatu pernyataan yang ditarik berdasar-kan fakta hasil serangkaian hasil observasi. Dengan demikian inferensi harus


(20)

ber-dasarkan observasi langsung. Jika observasi merupakan pengalaman yang di-peroleh melalui satu atau lebih panca indera, maka inferensi merupakan penjelas-an terhadap hasil observasi (Soetardjo dpenjelas-an soejitno, 1998).

C.Kemampuan Kognitif

Kemampuan kognitif merupakan kemampuan yang melibatkan pengetahuan dan pengembangan keterampilan intelektual siswa. Kemampuan kognitif adalah gam-baran tingkat pengetahuan atau kemampuan siswa terhadap suatu materi pembel-ajaran yang telah dipelajari dan dapat digunakan sebagai bekal atau modal untuk memperoleh pengetahuan yang lebih luas dan kompleks lagi (Winarni, 2006).

Nasution (2000) menyatakan bahwa kemampuan kogitif merupakan salah satu faktor yang berpengaruh pada prestasi belajar siswa. Kemampuan kognitif siswa dikelompokkan menjadi tiga yaitu, kemampuan kognitif tinggi, sedang, dan rendah. Siswa berkemampuan kognitif tinggi cenderung memiliki prestasi belajar lebih tinggi dibandingkan dengan siswa berkemampuan kognitif sedang dan rendah. Pemberian pengalaman belajar yang sama pada siswa akan menghasilkan prestasi belajar yang berbeda. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan ke-mampuan kognitif.

Siswa berkemampuan kognitif tinggi memiliki keadaan awal lebih baik daripada siswa berkemampuan awal rendah. Hal ini menyebabkan siswa berkemampuan kognitif tinggi memiliki rasa percaya diri yang lebih dibandingkan dengan siswa berkemampuan kognitif rendah. Corebima (2006) menyatakan bahwa kesenjang-an kesenjang-antara siswa berkemampukesenjang-an kognitif tinggi dkesenjang-an rendah harus diperhatikkesenjang-an oleh pendidik dalam pembelajaran, diharapkan kesenjangan tersebut semakin


(21)

diperkecil, baik dalam proses maupun hasil akhir pembelajaran melalui strategi yang memberdayakan potensi siswa berkemampuan berbeda ini.

D.Konsep

Markle dan Tieman (Fadiawati, 2011) mendefinisikan konsep sebagai sesuatu yang sungguh-sungguh ada. Mungkin tidak ada satupun definisi yang dapat mengungkapkan arti dari konsep. Oleh karena itu diperlukan suatu analisis kons-ep yang memungkinkan kita dapat mendefinisikan konskons-ep, sekaligus menghu-bungkan dengan konsep-konsep lain yang berhubungan.

Lebih lanjut lagi, Herron (Fadiawati, 2011) mengemukakan bahwa analisis kon-sep merupakan suatu prosedur yang dikembangkan untuk menolong guru dalam merencanakan urutan-urutan pengajaran bagi pencapaian konsep. Prosedur ini telah digunakan secara luas oleh Markle dan Tieman serta Klausemer dkk. Analisis konsep dilakukan melalui tujuh langkah, yaitu menentukan nama atau label konsep, definisi konsep, jenis konsep, atribut kritis, atribut variabel, posisi konsep, contoh, dan non contoh.


(22)

Tabel 1. Analisis konsep materi Asam-basa

No Label Konsep Definisi Konsep Jenis

Konsep

Atribut Konsep Konsep

Contoh Non Contoh

Kritis Variabel Superordinat Koordinat Subordinat

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)

1. Larutan asam 1.Larutan asam adalah larutan yang melepaskan ion H+ dalam air menurut teori Arrhenius, dimana konsentrasi ion H+ menunjukan kekuatan asam suatu larutan yang dinyatakan dengan derajat keasaman (pH), spesi yang mendonorkan proton menurut teori Bronsted-Lowry, dan menerima pasangan elektron menurut teori Lewis. Konsep

Abstrak •

Larutan asam •kekuatan asam •derajat keasaman (pH)

• Larutan asam •Konsentrasi

ion H+ •

• Larutan • Larutan

elektrolit • Larutan non elektrolit •kekuatan asam •derajat keasaman (pH)

•H2SO4

•CH3COOH

• NaCl

• H2O

1


(23)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)

2. Larutan basa Larutan basa

adalah larutan yang melepaskan ion OH – dalam air menurut teori Arrhenius, dimana larutan asam basa tersebut dapat diidentifikasi sifatnya dengan menggunakan indikator asam basa, spesi yang menerima proton menurut Bronsted-Lowry, dan melepaskan pasangan elektron menurut Lewis. Konsep

Abstrak •

Larutan basa •Indikator asam basa • Larutan basa • Konsentrasi ion OH-

• Larutan • Larutan

elektrolit • Larutan non elektrolit •Indikator asam-basa •NaOH

•NH4OH

Larutan C6H12O6

NaCl H2O

3. Kekuatan asam basa

Kemampuan spesi asam atau basa untuk

menghasilkan ion H+ atau ion OH- dalam air yang bergantung pada derajat keasaman (pH).

Konsep

abstrak •

Kekuatan asam basa •Derajat

keasaman

• Konsentrasi ion H+

• Asam basa

Arrhenius •Konsep pH,pOH dan pKw •Derajat ionisasi •Tetapan ionisasi asam (Ka)

•Tetapan

ionisasi basa

• Asam

kuat = H2SO4

• Basa

kuat = NaOH

•Asam

kuat= CH3COOH

•Basa kuat = NH4OH

1


(24)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)

4. pH Derajat keasaman

suatu larutan yang bergantung pada konsentrasi ion H+ Konsep abstrak contoh konkrit Derajat keasaman (pH) Konsentrasi

ion H+ •

Asam basa Arrhenius

•pOH

•pKw

•pH

CH3COOH

0,1 M = 3

• pH

CH3COOH

0,1 M = 1

5. Indikator asam basa

Suatu spesi yang digunakan untuk mengetahui sifat asam atau basa dari suatu larutan berdasarkan trayek pH pada indikator yang digunakan

Konsep

konkrit •

indikator asam basa •trayek pH

•larutan yang diuji

• asam basa Arrhenius

•pH larutan • PP

• Brom-timol • Metil orange • Larutan Sukrosa 1 7 (Oktaviani, 2013)


(25)

E. Kerangka Pemikiran

Problem solving merupakan pembelajaran yang menghadapkan siswa kepada masalah. Pada pembelajaran problem solving siswa dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran dalam artian siswa lebih mendominasi daripada guru sehing-ga siswa dapat mengembangkan ide-ide atau daya pikir yang mereka miliki dalam memecahkan suatu masalah. Selain itu pembelajaran akan lebih bermakna karena dilakukan secara bertahap. Pada saat proses pembelajaran berlangsung, siswa di-kelompokkan secara heterogen. Pengelompokan ini, didasarkan pada kemampuan kognitif siswa. Dalam satu kelompok terdiri dari siswa yang berkemampuan kog-nitif tinggi, sedang, dan rendah

Tahap pertama, mengorientasikan siswa pada masalah. Pada tahap ini, guru me-mulai pembelajaran dengan menyampaikan tujuan pembelajaran, mengajukan fakta untuk memunculkan masalah, dan memotivasi siswa untuk terlibat dalam pemecahan masalah. guru mengajukan fenomena untuk memunculkan masalah yaitu seperti pada pertemuan pertama, mengenai air jeruk yang memiliki rasa asam dan merupakan sampel yang bersifat asam, serta air kapur sirih yang memi-liki rasa pahit dan merupakan sampel yang bersifat basa. Tidak semua sampel yang bersifat asam maupun basa dapat ditentukan sifatnya dengan mencicipi, ka-rena ada sebagian yang bersifat racun. Fenomena ini menimbulkan rasa ingin tahu siswa, bagaimana menentukan suatu sampel bersifat asam atau basa tanpa harus mencicipi dan apakah yang menyebabkan larutan bersifat asam dan basa. Pada tahap ini, diharapkan siswa dapat menentukan atau menemukan permasalah-an dari orientasi masalah ypermasalah-ang disampaikpermasalah-an oleh guru.


(26)

Tahap kedua yaitu mencari data atau keterangan yang digunakan untuk memecah-kan masalah. Pada tahap ini, siswa mencari informasi sebanyak-banyaknya ten-tang masalah yang sedang dihadapi. Kemudian, pada tahap ketiga yakni menetap-kan jawaban sementara dari permasalahan yang diberimenetap-kan, siswa dilatih untuk da-pat mengemukakan hipotesis. Pada tahap ini, guru memberikan kesemda-patan kepa-da siswa untuk memberikan ide atau penkepa-dapat sebagai hipotesis awal terhakepa-dap ja-waban atas permasalahan yang dikemukakan secara bebas berdasarkan pengetahu-an awal mereka.

Tahap keempat yakni menguji kebenaran dari jawaban sementara. Pada tahap ini siswa melakukan percobaan untuk menguji jawaban sementara yang bertujuan memberi kesempatan kepada siswa untuk mengamati fenomena- fenomena yang terjadi dengan memanfaatkan panca indera semaksimal mungkin. Setelah mela-kukan praktikum, siswa diharapkan dapat mengidentifikasi persamaan atau perbe-daan (membandingkan) larutan-larutan asam-basa yang diamati, mengontraskan ciri- ciri (berdasarkan perubahan kertas lakmus) serta mengelompokkan atau menggolongkan larutan yang bersifat asam, basa, atau netral. Kemudian melaku-kan diskusi untuk membahas hasil percobaan dan menjawab pertanyaan-pertanya-an ypertanyaan-pertanya-ang ada dalam LKS. Pada tahap ini, siswa berkampupertanyaan-pertanya-an kognitif rendah, dapat terbantu dalam memahami materi asam-basa dengan baik. Melalui diskusi kelom-pok, kegiatan praktikum, dan LKS berbasis problem solving, siswa berkemampu-an kognitif tinggi, dapat membberkemampu-antu siswa berkemampuberkemampu-an kognitif sedberkemampu-ang dberkemampu-an ren-dah untuk dapat memahami materi asam-basa dengan baik.


(27)

Tahap kelima yakni menarik kesimpulan, artinya siswa harus sampai kepada ke-simpulan terakhir tentang jawaban dari masalah tadi. Melalui kebebasan untuk mengolah semua informasi yang mereka dapatkan dan mengaitkannya dengan pengetahuan awal yang mereka miliki, proses ini membawa siswa untuk mengem-bangkan kemampuan berpikir dalam menarik sebuah kesimpulan yang diperoleh melalui tahapan pembelajaran ini, yaitu siswa dapat menyimpulkan definisi asam basa berdasarkan perubahan kertas lakmus.

Dengan demikian, penerapan model pembelajaran problem solving ini memberi-kan kesempatan kepada siswa untuk mengembangmemberi-kan keterampilan yang dimiliki yaitu keterampilan klasifikasi dan inferensi. Selain itu, melalui penerapan model pembelajaran ini, siswa yang memiliki tingkat kemampuan kognitif tinggi akan memiliki keterampilan klasifikasi dan inferensi yang sangat baik.

F. Anggapan Dasar

Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA4 MAN 1 Bandar Lampung tahun pelajaran 2012/2013 yang menjadi subyek penelitian memiliki kemampuan kognitif heterogen.

G.Hipotesis

Sebagai pemandu dalam melakukan analisis maka perlu disusun hipotesis umum dengan perumusan sebagai berikut:

Semakin tinggi tingkat kemampuan kognitif siswa maka akan semakin tinggi pula keterampilan siswa dalam mengklasifikasi dan inferensi.


(28)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A.Subyek Penelitian

Kelas XI IPA tahun ajaran 2012/2013 di MAN 1 Bandar Lampung terdapat 4 kelas. Penentuan subyek penelitian dilakukan dengan teknik purposive sampling yaitu ber-dasarkan pertimbangan kelas yang memiliki karakteristik kemampuan kognitif yang heterogen. Dalam penentuan subyek ini, peneliti meminta bantuan pihak sekolah, yaitu guru bidang studi kimia yang memahami karakteristik siswa di sekolah tersebut dan diperoleh kelas XI IPA4 sebagai subyek penelitian dengan jumlah 49 siswa.

B.Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari:

1. Sumber data primer, yaitu data hasil tes setelah pembelajaran diterapkan (posttest) siswa, lembar observasi (kinerja guru dan aktivitas siswa) dan angket siswa. 2. Sumber data sekunder, yaitu nilai ulangan harian mata pelajaran kimia.

C.Metode dan Desain Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah Pre-Experimental, dengan desain peneliti-an ypeneliti-ang digunakpeneliti-an adalah one-shot case study. Pada desain penelitipeneliti-an ini hpeneliti-anya di-beri suatu perlakuan dan selanjutnya diobservasi.


(29)

Menurut Craswell (1997) penelitian dengan desain ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Keterangan: X : Perlakuan yang diberikan O : Posstest

D.Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) materi asam-basa 2. Lembar Kerja Siswa

LKS yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari tiga LKS, yaitu LKS 1 mengenai penentuan asam-basa melalui percobaan, LKS 2 konsep pH, pKw dan pOH, dan LKS 3 asam lemah dan basa lemah. LKS ini digunakan untuk memandu siswa dalam melaksanakan kegiatan model pembelajaran problem solving serta untuk mengetahui keterampilan proses sains siswa saat pembelajaran berlangsung. 3. Tes tertulis.

Tes tertulis yang digunakan pada penelitian ini berupa soal essay berjumlah 6 soal. Soal essay yang dibuat digunakan untuk mengetahui keterampilan klasifika-si dan inferenklasifika-si pada pembelajaran asam-basa melalui penerapan model pembel-ajaran problem solving.

4. Lembar observasi

Lembar observasi yang digunakan ada dua jenis yaitu aktivitas siswa dan kinerja guru. Lembar observasi berupa check list yang digunakan untuk memperoleh in-formasi mengenai keterlaksanaan proses pembelajaran melalui penerapan model


(30)

pembelajaran problem solving serta KPS siswa selama kegiatan pembelajaran ber-langsung.

5. Angket

Angket digunakan untuk memperoleh informasi dari siswa mengenai keterlaksa-naan proses pembelajaran asam-basa melalui penerapan model pembelajaran problem solving. Daftar pertanyaan bersifat tertutup, yaitu alternatif jawaban telah ditentukan sebelumnya oleh peneliti.

E.Validitas Instrumen Penelitian

Data yang diperoleh dalam penelitian haruslah data yang valid. Oleh karena itu, ins-trumen yang digunakan harus melewati uji validitas. Validitas atau kesahihan adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur tersebut benar-benar mengukur apa yang diukur. Validitas ini menyangkut akurasi instrumen. Untuk mengetahui apakah ins-trumen yang disusun tersebut itu valid atau sahih ( Noor, 2012).

Validitas instrumen yang digunakan adalah validitas isi. Validasi isi terhadap instru-men ini dilakukan berdasarkan pertimbangan (judgeinstru-ment) dosen ahli dengan melihat kesesuaian antara butir soal dengan indikator keterampilan klasifikasi dan inferensi yang akan diukur. Dalam hal ini dilakukan oleh Dra. Ila Rosilawati, M.Si dan Dra. Nina Kadaritna, M.Si sebagai dosen pembimbing penelitian.


(31)

F. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: 1. Observasi pendahuluan

a. Mengadakan observasi ke sekolah tempat penelitian untuk mendapatkan informasi mengenai data siswa, karakteristik siswa, metode yang digunakan guru kimia dalam mengajar, dan sarana pendukung pelaksanaan penelitian.

b. Menentukan kelas yang digunakan sebagai subyek penelitian berdasarkan Karakteriktik siswa dan pertimbangan guru mata pelajaran kimia.

2. Pelaksanaan penelitian

Prosedur pelaksanaan penelitian ini terdiri dari beberapa tahap yaitu: a. Tahap persiapan

1) Menyusun instrumen penelitian yang akan digunakan selama proses pembel-ajaran dikelas.

2) Meminta data nama dan nilai siswa pada materi sebelumnya untuk mengelom-pokkan siswa kedalam kelompok tinggi, sedang, dan rendah.

b. Tahap pelaksanaan proses pembelajaran

1) Pelaksanaan proses pembelajaran di kelas yang menjadi subyek penelitian yaitu dengan model pembelajaran problem solving

2) Memberikan posttest

3) Memberikan angket kepada siswa setelah pembelajaran mengenai materi asam-basa.


(32)

c. Tahap Akhir

1) Menganalisis jawaban tes tertulis siswa dan jawaban angket untuk memperoleh informasi mengenai keterampilan kklasifikasi dan inferensi siswa.

2) Melakukan pembahasan terhadap hasil penelitian. 3) Tahap penarikan kesimpulan.

Prosedur pelaksanaan penelitian tersebut dapat digambarkan dalam bentuk bagan di bawah ini:

Gambar 1. Bagan Alur pelaksanaan Penelitian

Tahap persiapan

Tahap Pelaksanaan

Tahap Akhir

Pembuatan Instrumen Penelitian

Validitasi Instrumen Penelitian

Pengolahan Data

Analisis Data

Hasil dan Pembahasan

Kesimpulan

posttest Angket

Pembelajaran Problem Solving


(33)

G. Teknik Pengelompokan Siswa

Berdasarkan kemampuan kognitif, siswa dikelompokan menjadi tiga yaitu kelompok tinggi, sedang, dan rendah. Pengelompokan ini dilakukan dengan tahapan membuat daftar distribusi frekuensi, menghitung rata-rata nilai ulangan harian mata pelajaran kimia dan standar deviasi. Langkah-langkah yang dilakukan dalam mengelompok-kan siswa berdasarmengelompok-kan kemampuan kognitif adalah sebagai berikut:

1. Membuat daftar distribudi frekuensi a. Menentukan rentang kelas (R)

b. Menentukan banyak kelas (k)

Dimana n = banyaknya siswa c. Menghitung panjang kelas (p)

P =

d. Menentukan ujung bawah kelas interval pertama

2. Menghitung nilai rata-rata siswa dengan menggunakan persamaan:

ܯ

∑ ∑

Keterangan : = Nilai rata-rata siswa

∑ fi.xi = Jumlah frekuensi dikalikan dengan nilai siswa = Jumlah frekuensi

R = Data nilai terbesar – Data nilai terkecil


(34)

3. Menghitung standar deviasi

Keterangan : SD = Standar Deviasi

Fxi2 = Jumlah semua frekuensi dikalikan dengan kuadrat nilai n = Jumlah subyek

4. Mengelompokkan siswa berdasarkan kriteria pengelompokan menurut Sudijono (2008).

Tabel 2. Kriteria pengelompokan siswa

Kriteria pengelompokan Kriteria

Nilai ≥ mean + SD Tinggi

Mean – SD ≤ nilai < mean + SD Sedang

Nilai < mean – SD Rendah

5. Berdasarkan perhitungan dari poin 1 sampai 4, diperoleh hasil perhitungan seperti pada Tabel 3. (perhitungan terlampir pada Lampiran 11, Hal.166)

Tabel 3. Pengelompokan siswa

Kriteria pengelompokan Kriteria Jumlah Siswa

Nilai ≥ 84,50 Tinggi 8

61,88 ≤ nilai < 84,50 Sedang 27

Nilai < 61,88 Rendah 14

H.Teknik Analisis Data 1. Pengolahan skor tes tertulis

a. Memberi skor setiap jawaban siswa pada tes tertulis berbentuk uraian berdasarkan pedoman jawaban yang telah dibuat.

b. Mengelompokkan skor yang didapat setiap siswa sesuai dengan keterampilan kla-sifikasi dan inferensi.


(35)

c. Menjumlahkan skor yang didapat setiap siswa sesuai dengan keterampilan klasifi-kasi dan inferensi.

d. Mengubah skor menjadi nilai, dengan menggunakan persamaan: ∑

∑ 100

e. Menghitung rata-rata nilai pada setiap kelompok tinggi, sedang, dan rendah untuk keterampilan klasifikasi dan keterampilan inferensi, dengan menggunakan

persamaan:

∑ ! "∑ ! "

f. Menentukan kriteria tingkat kemampuan siswa pada keterampilan klasifikasi dan inferensi berdasarkan Tabel 4.

Tabel 4. Kriteria tingkat kemampuan siswa

Nilai Kriteria

81 – 100 61 – 80 41 – 60 21 – 40 0 – 20

Sangat baik Baik Cukup Kurang Kurang sekali

(Arikunto,2010)

g. Menentukan jumlah siswa pada kelompok tinggi, sedang dan rendah untuk setiap kriteria tingkat kemampuan.

h. Menentukan persentase siswa pada kelompok tinggi, sedang dan rendah untuk setiap kriteria tingkat kemampuan dengan menggunakan rumus di bawah ini:

% $% 100%

Keterangan :%X : Persentase Siswa

A : ∑ " ! "


(36)

i. Menafsirkan persentase yang diperoleh dengan menggunakan kriteria yang di-kemukakan oleh Koentjaraningrat (1990).

Tabel 5. Hubungan antara nilai presentase dengan tafsiran

2. Pengolahan skor jawaban siswa yang diperoleh dari angket Analisis data angket dilakukan dengan cara berikut:

a. Memberikan skor untuk setiap nomor sesuai kriteria berikut ini: 1) Pilihan jawaban “Ya” diberi skor 1

2) Pilihan jawaban “Tidak” diberi skor 0

b. Menjumlahkan skor yang diperoleh dari jawaban seluruh siswa pada setiap pertanyaan.

c. Menentukan persentase jawaban dari skor yang didapat pada setiap pertanyaan dengan menggunakan persamaan menurut Sudjana dalam Surya (2010)

%

100%

Keterangan:

%Xin = Persentase jawaban angket-i ∑S = Jumlah skor jawaban

Smaks = Skor maksimum yang diharapkan

d. Menafsirkan persentase angket secara keseluruhan dengan menggunakan tafsiran Koentjaraningrat (1990) pada Tabel 5.

Presentase Tafsiran

0% Tidak ada

1%-25% Sebagian kecil

26%-49% Hampir separuhnya

50% Separuhnya

51%-75% Sebagian besar

76%-99% Hampir seluruhnya


(37)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A.Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dalam penelitian penerapan model pembelajaran problem solving pada materi asam-basa dapat disimpulkan bahwa:

1. Keterampilan siswa dalam mengklasifikasi, seluruh siswa berkriteria sangat baik untuk kelompok tinggi; hampir seluruh siswa berkriteria sangat baik dan sebagian kecil berkriteria baik untuk kelompok sedang; hampir seluruh siswa berkriteria sangat baik dan sebagian kecil berkriteria baik untuk kelompok rendah.

2. Keterampilan siswa dalam menginferensi, hampir seluruh siswa berkriteria sangat baik dan sebagian kecil berkriteria baik untuk kelompok tinggi; sebagi-an besar berkriteria ssebagi-angat baik, hampir separuh berkriteria baik, dsebagi-an sebagisebagi-an kecil berkriteria cukup untuk kelompok sedang; dan sebagian kecil berkriteria sangat baik, hampir separuh berkriteria baik, hampir separuh berkriteria cukup, dan sebagian kecil berkriteria kurang untuk kelompok rendah.


(38)

B.Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, disarankan bahwa:

1. Pembelajaran problem solving sebaiknya dapat diterapkan pada proses pem-belajaran kimia lainnya, dikarenakan dapat mengembangkan KPS siswa. 2. Bagi calon peneliti yang tertarik dengan penelitian yang sama, agar lebih

memerhatikan soal tes yang akan diberikan kepada siswa, untuk terlebih dahulu melakukan uji validitas dan reabilitas soal serta melakukan pretest sebelum dilakukan pengelompokan agar memperoleh kemampuan kognitif siswa yang sebenarnya.


(39)

DAFTAR PUSTAKA

Amelia, D. 2012. Efektivitas Model Pembelajaran Problem Solving Dalam Meningkatkan Keterampilan Mengkomunikasikan dan Inferensi SiswaPada materi koloid (Skripsi). FKIP Unila. Bandar Lampung.

Arikunto, S. 2004. Penilaian Program Pendidikan. Bina Aksara. Jakarta. _________. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. PT. Rineka

Cipta. Jakarta.

Basori, H. 2011. Penelitian Pendidikan IPA Program Studi Pendidikan IPA Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia. Seminar Proseeding of The International Seminar of Science Education, Volume 5 nomor 3,3 November 2011. Bandung.

BSNP. 2006. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarrta: BSNP

Cartono. 2007. Profil Keterampilan Proses Sains Mahasiswa Program Pendidikan Jarak Jauh SI PGSD Universitas Sriwijaya. Seminar Proseeding of The International Seminar of Science Education, 27 Oktober 2007. Bandung Craswell, J.W. 1997. Research Design Qualitative & Quantitative Approaches.

Thousand Oaks-London-New. New Delhi. Sage Publications. Corebima, A.D. 2006. Keterampilan Proses: Pemberdayaan dan Asesmen.

Makalah disajikan dalam Workshop bagi Mahasiswa dan Guru Pelaksana PTK A2 di Batu, Malang, 24 Juni 2006. Di akses tanggal 12 April 2013 dari http://phisiceducation09.blogspot.com/2013/01/pengaruh-strategi-think-pair-share-tps.

Depdiknas. 2008. Rambu – Rambu Pengakuan Pengalaman Kerja dan Hasil Belajar (PPKHB). Depdiknas. Jakarta.

Dimyati dan Mudjiono . 2002. Belajar dan Pembelajaran.Rineka Cipta.Jakarta. . 2009. Belajar dan Pembelajaran.Rineka Cipta.Jakarta.


(40)

Djamarah, S.B dan A. Zain. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta.

Fadiawati, N. 2011. Perkembangan Konsepsi Pembelajaran Tentang Struktur Atom Dari SMA Hingga Perguruan Tinggi. Disertasi. SPs-UPI Bandung. Bandung.

Hartono. 2007. Profil Keterampilan Proses Sains Mahasiswa Program

Pendidikan Jarak Jauh S1 PGSD Universitas Sriwijaya. FKIP Universitas Sriwijaya. Palembang. Proceeding of The First International Seminar on Science Education.ISBN: 979-25-0599-7

Hidayati, M. 2006. Model Problem Solving Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kalor dan Perpindahannya pada Siswa MTsN 1 Tanjung Karang. Skripsi. FKIP Unila. Bandar Lampung.

Koentjaraningrat. 1990. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Gramedia. Jakarta.

Lidiawati. 2011. Efektivitas Penerapan Model Problem Solving Dalam

Meningkatkan Keterampilan Mengkomunikasikan dan Penguasaan Konsep Koloid pada Kelas XI IPA SMAN 1 Abung Semuli TP 2010-2011. Skripsi. FKIP Unila. Bandar Lampung.

Muhfahroyin. 2009. Pengaruh Strategi TPS dan Kemampuan Akademik Terhadap Kemampuan berpikir Kritis. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Vol.16 Nomor 2 Oktober 2009. Diakses Tanggal 12 April 2013 dari

http:// phisiceducation09.blogspot.

com//2013//01//pengaruh-strategi-think-pair-share-tps. html

Nessinta, N. 2009. Penerapan Metode Problem Solving Pada Materi Pokok Asam Basa Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SMA 10 Bandar Lampung (Skripsi PTK). FKIP Unila. Bandar Lampung.

Noor, J. 2012. Metodologi Penelitian. Kencana Prenada Media Group. Jakarta. Oktaviani, R. 2013. Pengembangan Modul Asam-Basa Berbasis Multipel

Repre-sentasi (Skripsi). FKIP Unila. Bandar Lampung

Prayitno, BA. 2010. Potesi Pembelajaran Kooperatif dalam memberdayakan Prestasi Belajar Siswa Under Achievment. Seminar Nasional Pendidikan Biologi FKIP UNS 2010. Diakses Tanggal 10 April 2013 dari

jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/prosbio/Article/download/1280/872 Purba, M. 2006. Kimia SMA Kelas XI. Erlangga. Jakarta.


(41)

Purlistyani, I. 2012. Analisis Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Kelas XI pada Pembelajaran Sifat-Sifat Koloid Dengan Metode Discovery-Inquiry. Skripsi. Diakses tanggal 9 Desember 2012 dari

http://repository.upi.edu/operator/upload/s_kim_0807600.pdf Rachmania, OS. 2012. Analisis PhET Sugar And Salt Solutions Dalam

membangun Konsep Larutan elektrolit dan Nonelektrolit Serta Keterampilan Proses Sains Siswa SMA. (Skripsi). Diakses tanggal 9 Desember 2012 dari http://repository.upi.edu/operator/upload/s_kim_0807602.pdf

Semiawan, C. 2005. Pendidikan Ketrampilan Proses. Jakarta. Gramedia. Septiana, C. 2012. Efektivitas Model Pembelajaran Problem Solving Pada

Materi Asam-basa Dalam Meningkatkan Keterampilan Memprediksi Siswa SMAN Terbanggi Besar. (Skripsi). FKIP Unila. Bandar Lampung . Slavin, R.E. 2005. Cooperative Learning: Theory, Research, and Practice.

London: Allymand Bacon.

Soetardjo dan Soejitno P. O. 1998. Proses Belajar Mengajar dengan Metode Pendekatan Keterampilan Proses. SIC. Surabaya.

Sudijono. 2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta

Sudjana. 2002. Metoda Statistika. Tarsito. Bandung.

Sulastri, O. 2012. Analisis Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas XI Pada Pembelajaran Hidrolisis Garam Menggunakan Model Problem Solving (Skripsi). Diakses tanggal 9 Desember 2012 dari

http://repository.upi.edu/operator/upload/s_kim 0807604.pdf

Surya, B. 2010. Pengembangan Media Animasi Kimia dan LKS Praktikum Berbasis Keterampilan Generik Sains Siswa Kelas XI IPA. (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung

Susiwi, S. 2007. Pendekatan Dalam Pembelajaran Kimia. UPI. Bandung Diakses tanggal 10 Desember 2012 dari

file.upi.edu/...SUSIWI-26)._Handout_Pendekatan_Pembelajaran

Tim Penyusun. 2010. Format Penulisan Karya Ilmiah Universitas Lampung. Penerbit Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Usman, Uzer. 2008. Menjadi Guru Profesional. Remaja Rosdakarya. Bandung Winarni, EW. 2006. Inovasi dalam Pembelajaran IPA. FKIP Press. Bengkulu

Diakses tanggal 2 Maret.2013 dari


(1)

29

i. Menafsirkan persentase yang diperoleh dengan menggunakan kriteria yang di-kemukakan oleh Koentjaraningrat (1990).

Tabel 5. Hubungan antara nilai presentase dengan tafsiran

2. Pengolahan skor jawaban siswa yang diperoleh dari angket Analisis data angket dilakukan dengan cara berikut:

a. Memberikan skor untuk setiap nomor sesuai kriteria berikut ini: 1) Pilihan jawaban “Ya” diberi skor 1

2) Pilihan jawaban “Tidak” diberi skor 0

b. Menjumlahkan skor yang diperoleh dari jawaban seluruh siswa pada setiap pertanyaan.

c. Menentukan persentase jawaban dari skor yang didapat pada setiap pertanyaan dengan menggunakan persamaan menurut Sudjana dalam Surya (2010)

%

100%

Keterangan:

%Xin = Persentase jawaban angket-i ∑S = Jumlah skor jawaban

Smaks = Skor maksimum yang diharapkan

d. Menafsirkan persentase angket secara keseluruhan dengan menggunakan tafsiran Koentjaraningrat (1990) pada Tabel 5.

Presentase Tafsiran

0% Tidak ada

1%-25% Sebagian kecil

26%-49% Hampir separuhnya

50% Separuhnya

51%-75% Sebagian besar

76%-99% Hampir seluruhnya


(2)

51

V. SIMPULAN DAN SARAN

A.Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dalam penelitian penerapan model pembelajaran problem solving pada materi asam-basa dapat disimpulkan bahwa:

1. Keterampilan siswa dalam mengklasifikasi, seluruh siswa berkriteria sangat baik untuk kelompok tinggi; hampir seluruh siswa berkriteria sangat baik dan sebagian kecil berkriteria baik untuk kelompok sedang; hampir seluruh siswa berkriteria sangat baik dan sebagian kecil berkriteria baik untuk kelompok rendah.

2. Keterampilan siswa dalam menginferensi, hampir seluruh siswa berkriteria sangat baik dan sebagian kecil berkriteria baik untuk kelompok tinggi; sebagi-an besar berkriteria ssebagi-angat baik, hampir separuh berkriteria baik, dsebagi-an sebagisebagi-an kecil berkriteria cukup untuk kelompok sedang; dan sebagian kecil berkriteria sangat baik, hampir separuh berkriteria baik, hampir separuh berkriteria cukup, dan sebagian kecil berkriteria kurang untuk kelompok rendah.


(3)

52

B.Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, disarankan bahwa:

1. Pembelajaran problem solving sebaiknya dapat diterapkan pada proses pem-belajaran kimia lainnya, dikarenakan dapat mengembangkan KPS siswa. 2. Bagi calon peneliti yang tertarik dengan penelitian yang sama, agar lebih

memerhatikan soal tes yang akan diberikan kepada siswa, untuk terlebih dahulu melakukan uji validitas dan reabilitas soal serta melakukan pretest sebelum dilakukan pengelompokan agar memperoleh kemampuan kognitif siswa yang sebenarnya.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Amelia, D. 2012. Efektivitas Model Pembelajaran Problem Solving Dalam Meningkatkan Keterampilan Mengkomunikasikan dan Inferensi SiswaPada materi koloid(Skripsi). FKIP Unila. Bandar Lampung.

Arikunto, S. 2004. Penilaian Program Pendidikan. Bina Aksara. Jakarta. _________. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. PT. Rineka

Cipta. Jakarta.

Basori, H. 2011. Penelitian Pendidikan IPA Program Studi Pendidikan IPA Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia. Seminar Proseeding of The International Seminar of Science Education, Volume 5 nomor 3,3 November 2011. Bandung.

BSNP. 2006. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarrta: BSNP

Cartono. 2007. Profil Keterampilan Proses Sains Mahasiswa Program Pendidikan Jarak Jauh SI PGSD Universitas Sriwijaya. Seminar Proseeding of The

International Seminar of Science Education, 27 Oktober 2007. Bandung

Craswell, J.W. 1997. Research Design Qualitative & Quantitative Approaches.

Thousand Oaks-London-New. New Delhi. Sage Publications.

Corebima, A.D. 2006. Keterampilan Proses: Pemberdayaan dan Asesmen. Makalah disajikan dalam Workshop bagi Mahasiswa dan Guru Pelaksana PTK A2 di Batu, Malang, 24 Juni 2006. Di akses tanggal 12 April 2013 dari http://phisiceducation09.blogspot.com/2013/01/pengaruh-strategi-think-pair-share-tps.

Depdiknas. 2008. Rambu – Rambu Pengakuan Pengalaman Kerja dan Hasil

Belajar (PPKHB). Depdiknas. Jakarta.

Dimyati dan Mudjiono . 2002. Belajar dan Pembelajaran.Rineka Cipta.Jakarta. . 2009. Belajar dan Pembelajaran.Rineka Cipta.Jakarta.


(5)

Djamarah, S.B dan A. Zain. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta.

Fadiawati, N. 2011. Perkembangan Konsepsi Pembelajaran Tentang Struktur Atom Dari SMA Hingga Perguruan Tinggi. Disertasi. SPs-UPI Bandung. Bandung.

Hartono. 2007. Profil Keterampilan Proses Sains Mahasiswa Program

Pendidikan Jarak Jauh S1 PGSD Universitas Sriwijaya. FKIP Universitas Sriwijaya. Palembang. Proceeding of The First International Seminar on

Science Education.ISBN: 979-25-0599-7

Hidayati, M. 2006. Model Problem Solving Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kalor dan Perpindahannya pada Siswa MTsN 1 Tanjung Karang. Skripsi. FKIP Unila. Bandar Lampung.

Koentjaraningrat. 1990. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Gramedia. Jakarta.

Lidiawati. 2011. Efektivitas Penerapan Model Problem Solving Dalam

Meningkatkan Keterampilan Mengkomunikasikan dan Penguasaan Konsep Koloid pada Kelas XI IPA SMAN 1 Abung Semuli TP 2010-2011. Skripsi. FKIP Unila. Bandar Lampung.

Muhfahroyin. 2009. Pengaruh Strategi TPS dan Kemampuan Akademik Terhadap Kemampuan berpikir Kritis. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Vol.16 Nomor 2 Oktober 2009. Diakses Tanggal 12 April 2013 dari

http:// phisiceducation09.blogspot.

com//2013//01//pengaruh-strategi-think-pair-share-tps. html

Nessinta, N. 2009. Penerapan Metode Problem Solving Pada Materi Pokok Asam Basa Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SMA 10 Bandar Lampung

(Skripsi PTK). FKIP Unila. Bandar Lampung.

Noor, J. 2012. Metodologi Penelitian. Kencana Prenada Media Group. Jakarta. Oktaviani, R. 2013. Pengembangan Modul Asam-Basa Berbasis Multipel

Repre-sentasi (Skripsi). FKIP Unila. Bandar Lampung

Prayitno, BA. 2010. Potesi Pembelajaran Kooperatif dalam memberdayakan Prestasi Belajar Siswa Under Achievment. Seminar Nasional Pendidikan

Biologi FKIP UNS 2010. Diakses Tanggal 10 April 2013 dari

jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/prosbio/Article/download/1280/872 Purba, M. 2006. Kimia SMA Kelas XI. Erlangga. Jakarta.


(6)

Purlistyani, I. 2012. Analisis Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Kelas XI pada Pembelajaran Sifat-Sifat Koloid Dengan Metode Discovery-Inquiry.

Skripsi. Diakses tanggal 9 Desember 2012 dari

http://repository.upi.edu/operator/upload/s_kim_0807600.pdf Rachmania, OS. 2012. Analisis PhET Sugar And Salt Solutions Dalam

membangun Konsep Larutan elektrolit dan Nonelektrolit Serta Keterampilan Proses Sains Siswa SMA. (Skripsi). Diakses tanggal 9 Desember 2012 dari http://repository.upi.edu/operator/upload/s_kim_0807602.pdf

Semiawan, C. 2005. Pendidikan Ketrampilan Proses. Jakarta. Gramedia. Septiana, C. 2012. Efektivitas Model Pembelajaran Problem Solving Pada

Materi Asam-basa Dalam Meningkatkan Keterampilan Memprediksi Siswa SMAN Terbanggi Besar. (Skripsi). FKIP Unila. Bandar Lampung . Slavin, R.E. 2005. Cooperative Learning: Theory, Research, and Practice.

London: Allymand Bacon.

Soetardjo dan Soejitno P. O. 1998. Proses Belajar Mengajar dengan Metode

Pendekatan Keterampilan Proses. SIC. Surabaya.

Sudijono. 2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta

Sudjana. 2002. Metoda Statistika. Tarsito. Bandung.

Sulastri, O. 2012. Analisis Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas XI Pada Pembelajaran Hidrolisis Garam Menggunakan Model Problem Solving

(Skripsi). Diakses tanggal 9 Desember 2012 dari

http://repository.upi.edu/operator/upload/s_kim 0807604.pdf

Surya, B. 2010. Pengembangan Media Animasi Kimia dan LKS Praktikum Berbasis Keterampilan Generik Sains Siswa Kelas XI IPA. (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung

Susiwi, S. 2007. Pendekatan Dalam Pembelajaran Kimia. UPI. Bandung Diakses tanggal 10 Desember 2012 dari

file.upi.edu/...SUSIWI-26)._Handout_Pendekatan_Pembelajaran

Tim Penyusun. 2010. Format Penulisan Karya Ilmiah Universitas Lampung. Penerbit Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Usman, Uzer. 2008. Menjadi Guru Profesional. Remaja Rosdakarya. Bandung Winarni, EW. 2006. Inovasi dalam Pembelajaran IPA. FKIP Press. Bengkulu

Diakses tanggal 2 Maret.2013 dari