EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA KARTU BERGAMBAR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK DUNIA TUMBUHAN (Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas X Semester Genap SMA Neger

(1)

(2)

ABSTRAK

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA KARTU BERGAMBAR

MELALUI MODEL PEMBELAJARAN TIPE STUDENT

TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA

MATERI POKOK DUNIA TUMBUHAN

(Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas X Semester Genap SMA Negeri 1 Pagelaran Kabupaten Pringsewu Tahun Pelajaran 2012/2013)

Oleh EKO BUDIYONO

Hasil belajar siswa tidak terlepas dari aktivitas yang dilakukan pada saat proses pembelajaran berlangsung. Aktivitas diperlukan oleh siswa untuk mengetahui keberhasilan suatu proses pembelajaran yang telah berlangsung. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas penggunaan media kartu bergambar melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap aktivitas dan hasil belajar siswa pada materi pokok Dunia Tumbuhan.

Penelitian ini merupakan kuasi eksperimen dengan desain pretes postes kelompok tak ekuivalen. Data penelitian berupa data kuantitatif yaitu data hasil belajar siswa yang diperoleh dari rata-rata nilai pretes dan postes yang dianalisis secara statistik menggunakan uji-t melalui program SPSS 17 taraf kepercayaan 5%, sedangkan data kualitatif berupa aktivitas belajar siswa yang diperoleh dengan menggunakan


(3)

Eko Budiyono

rubrik aktivitas belajar dan dianalisis secara deskriptif. Sampel penelitian adalah siswa kelas X7 dengan jumlah 30 orang dan X8 dengan jumlah 30 orang.

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar siswa kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol (eksperimen = 54,31; kontrol = 49,17). Selain itu rata-rata peningkatan indikator hasil belajar siswa untuk dua indikator yang diamati pada kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol

(eksperimen = 28,63; kontrol = 23,90). Rata-rata persentase aktivitas siswa dalam semua aspek yang diamati pada kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol (eksperimen = 72,22; kontrol = 64,72). Selain itu juga sebagian besar siswa memberikan tanggapan positif terhadap penggunaan media kartu bergambar melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD, seperti siswa dapat mengarahkan sendiri cara belajar dan senang menggunakan media kartu

bergambar yaitu rata-rata persentase nya 100%. Namun pada kenyataanya hasil yang diperoleh tidak mencapai KKM yang sudah ditetapkan.

Berdasarkan hasil penelitian yang diuraikan di atas dapat disimpulkan bahwa penggunaan media kartu bergambar melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD tidak efektif untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Kata kunci: Media kartu bergambar, STAD, aktivitas, hasil belajar, dan Dunia


(4)

(5)

(6)

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xviii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran ... 9

B. Media Kartu Bergambar ... 10

C. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ... 14

D. Aktivitas Belajar ... 23

E. Hasil Belajar ... 26

F. Kerangka Pikir ... 32

G. Hipotesis Penelitian ... 34

III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 36

B. Populasi dan Sampel ... 36

C. Desain Penelitian ... 36

D. Prosedur Penelitian ... 37

E. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data ... 43

F. Teknik Analisis Data ... 45

G. Mendeskripsikan Hasil Belajar Siswa ... 48

H. Pengolahan Data Aktivitas Belajar Siswa ... 49

I. Tanggapan Siswa terhadap Penggunaan Media Kartu Bergambar melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ... 51


(8)

xiv

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ... 53

B. Pembahasan ... 58

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 65

B. Saran ... 66

DAFTAR PUSTAKA ... 67

LAMPIRAN 1. Silabus ... 71

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 75

3. Lembar Kerja Siswa ... 80

4. Soal Pretes dan Postes ... 92

5. Angket Tanggapan Siswa ... 103

6. Data Hasil Penelitian ... 105

7. Analisis Uji Statistik ... 113

8. Media Kartu Bergambar ... 121


(9)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Menurut UU Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (Depdiknas,

2003:1). Dengan kata lain, kesadaran pendidikan dapat memberikan harapan terbaik di masa mendatang telah mendorong berbagai upaya dan perhatian seluruh lapisan masyarakat terhadap setiap gerak langkah dan perkembangan dunia pendidikan. Pendidikan sebagai salah satu upaya dalam rangka

meningkatkan kualitas hidup manusia bertujuan untuk memanusiakan manusia, mendewasakan, merubah perilaku, serta meningkatkan kualitas menjadi lebih baik (Aini, 2011:1).

Dewasa ini berbagai cara sudah dilakukan dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan, mulai dari pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana

pendidikan, peningkatan kompetensi guru melalui penataran, pengadaan sertifikasi guru sampai perubahan dan pengembangan kurikulum (Mardaila,


(10)

2 2009:1). Diharapkan setelah dilakukan kegiatan tersebut, kedepannya mutu pendidikan di Indonesia dapat tercapai guna membangun bangsa, Setiap sekolah memiliki misi tertentu untuk meningkatkan hasil belajar siswa begitu juga dengan SMA Negeri 1 Pagelaran Kabupaten Pringsewu. Kenyataannya di sekolah tersebut masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar yang mengakibatkan hasil belajar yang dicapai belum memuaskan. Hal ini diduga aktivitas belajar saat di kelas kurang berkembang, sehingga hasil belajar yang diperoleh siswa juga rendah.

Hasil observasi pada siswa kelas X SMA Negeri 1 Pagelaran Kabupaten Pringsewu menunjukkan bahwa hasil belajar siswa masih rendah. Hal ini terlihat dari rata-rata nilai ulangan harian siswa pada materi pokok Dunia Tumbuhan yaitu 69,5 dengan ketuntasan 30%. Nilai tersebut belum memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan sekolah yaitu ≥ 71. Kenyataan tersebut kemungkinan disebabkan karena kurang tepatnya media yang digunakan guru dalam proses pembelajaran. Selama ini pembelajaran yang digunakan guru Biologi di SMA Negeri 1 Pagelaran masih terpaku pada proses pembelajaran langsung, yaitu guru menjelaskan materi pelajaran dan siswa cenderung hanya memperhatikan dan mencatat penjelasan materi dan pemberian soal yang disampaikan guru. Oleh karena itu siswa kurang aktif, kurang bersemangat, kurang merespon dalam proses belajar mengajar. Selain itu, media konvensional (teacher center) yang digunakan guru membuat siswa merasa bosan saat pembelajaran berlangsung yang dapat mengakibatkan kurang efektif pembelajaran. Dalam belajar


(11)

3 diperlukan adanya aktivitas, tanpa aktivitas siswa kegiatan belajar mengajar tidak mungkin berlangsung dengan efektif, senada dengan Rohanin(dalam Syukrina, 2011:25) menyatakan bahwa, belajar yang berhasil mesti melalui berbagai macam aktivitas, baik aktivitas fisik maupun psikis. Aktivitas belajar itu adalah aktivitas yang bersifat fisik atau jasmani maupun mental atau rohani. Hal ini sejalan dengan pendapat Sardiman (dalam Suarni,

2012:4) menyatakan bahwa aktivitas belajar itu adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun mental. Suatu aktivitas akan mengakibatkan adanya suatu perubahan tingkah laku pada individu yang bersangkutan sebagai hasil dari proses belajar. Aktivitas belajar merupakan segala kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi (guru dan siswa) dalam rangka mencapai tujuan belajar. Aktivitas yang dimaksudkan di sini penekanannya adalah pada siswa, sebab dengan adanya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran tercapailah situasi belajar aktif. Seperti yang dikemukakan oleh Natawijaya (dalam Suarni, 2012:4) menyatakan bahwa, belajar aktif adalah suatu sistem belajar mengajar yang menekankan keaktifan siswa secara fisik, mental intelektual dan emosional guna memperoleh hasil belajar berupa perpaduan antara aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.

Salah satu model yang dikembangkan oleh Suyitno (2000:37), untuk

menunjang kelancaran pembelajaran disamping pemilihan metode yang tepat juga perlu digunakan suatu media pembelajaran yang sangat berperan dalam membimbing abstraksi siswa. Salah satu model pembelajaran yang dapat dikombinasikan dengan media kartu bergambar untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa yaitu model pembelajaran kooperatif tipe STAD.


(12)

4 Berdasarkan permasalahan tersebut, salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa adalah dengan penggunaan media kartu bergambar melalui model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD). Slavin (dalam Trianto, 2009:68) menyatakan bahwa pada STAD siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan 4-5 orang yang merupakan campuran menurut tingkat prestasi, jenis kelamin, dan suku. Kelompok yang heterogen ini diharapkan mampu memaksimalkan informasi dan tukar pendapat antar siswa dalam kelompok. Ratumanan (dalam Trianto, 2009:62) menyatakan bahwa interaksi yang terjadi dalam belajar kooperatif dapat memacu terbentuknya ide baru dan memperkaya perkembangan intelektual siswa. Dalam arti lain dengan belajar secara berkelompok, saling tukar pendapat dan berdiskusi dengan teman kelompok dapat mengoptimalkan penggalian informasi dan pengetahuan siswa.

Pembelajaran kooperatif tipe STAD memberikan keuntungan bagi siswa yang berkemampuan rendah maupun yang berkemampuan tinggi. Bagi siswa yang berkemampuan rendah akan dibantu dengan siswa yang berkemampuan tinggi dalam memahami materi dan menjawab lembar kegiatan yang

diberikan dalam kegiatan kelompok, sedangkan bagi siswa yang

berkemampuan tinggi dapat membantu siswa yang berkemampuan rendah maupun sedang. Zamroni (dalam Trianto, 2009:57) mengemukakan bahwa manfaat penerapan belajar kooperatif adalah dapat mengurangi kesenjangan pendidikan khusunya dalam wujud input pada level individual. Disamping itu, belajar kooperatif dapat mengembangkan solidaritas sosial di kalangan siswa.


(13)

5 Penelitian yang menguji penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa adalah Syukrina (2011:1) yang menyimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar siswa. Aktivitas belajar siswa meningkat dari 31,88% sebelum penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan setelah dilakukan treatment menjadi 73,46% pada pertemuan pertama. 88,72% pada pertemuan kedua, dan 90,3% pada pertemuan ketiga. Prajayanti (2011: 41) menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD memberikan

pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar biologi dengan nilai rata-rata posttest yaitu kelas eksperimen 72,00% sedangkan kelas kontrol 67,03%. Maka dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada bahasan jurnal penyesuaian.

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti memandang perlu diadakan penelitian yang berkaitan dengan efektifitas media kartu bergambar melalui model kooperatif tipe STAD terhadap aktivitas dan hasil belajar siswa pada materi pokok Dunia Tumbuhan kelas X SMA Negeri 1 Pagelaran T.P. 2012/2013.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:


(14)

6 1. Apakah penggunaan media kartu bergambar melalui model pembelajaran

kooperatif tipe STAD efektif untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa? 2. Apakah penggunaan media kartu bergambar melalui model pembelajaran

kooperatif tipe STAD efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa? 3. Bagaimana tanggapan siswa terhadap penggunaan media kartu bergambar

melalui model kooperatif tipe STAD?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Efektivitas penggunaan media kartu bergambar melalui model

pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa.

2. Efektivitas penggunaan media kartu bergambar melalui model

pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam meningkatkan hasil belajar siswa.

3. Tanggapan siswa terhadap penggunaan media kartu bergambar melalui model kooperatif tipe STAD.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Bagi peneliti, dapat memberikan wawasan dan pengalaman, dalam

merancang dan menggunakan media kartu bergambar melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran Biologi untuk bekal berharga bagi peneliti dan sebagai calon guru yang profesional.


(15)

7 2. Bagi guru, dapat memberikan informasi mengenai media kartu bergambar

melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD sehingga dapat dijadikan alternatif dalam memilih media dan model pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

3. Bagi siswa, dapat memberikan pengalaman belajar yang berbeda sehingga diharapkan mampu melatih, mengasah, serta mengembangkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah.

4. Bagi sekolah, dapat memberikan kontribusi positif dalam meningkatkan kualitas pembelajaran biologi di sekolah, sehingga penggunaan media kartu bergambar melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat efektif diterapkan di kelas.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Untuk menjaga agar masalah ini lebih terarah dan lebih jelas sehingga tidak dapat terjadi kesalahpahaman, maka perlu adanya batasan ruang lingkup penelitian sebagai berikut.

1. Efektivitas, yang dilihat dari gain score dan ketuntasan belajar siswa yaitu nilai siswa ≥ 71.

2. Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut: penyampaian tujuan pembelajaran, membentuk kelompok yang beranggota lima orang secara heterogen, penyampaian materi, kegiatan kelompok, kuis, dan penghargaan kelompok.


(16)

8 3. Kelas kontrol menggunakan metode ceramah dikombinasikan dengan

model kooperatif tipe STAD.

4. Aktivitas belajar siswa yang diamati pada saat diskusi dan presentasi adalah mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan, mengajukan pendapat atau bertahan terhadapnya, dan bekerjasama dalam kelompok. 5. Hasil belajar yang diamati adalah aspek kognitif yang diperoleh dari nilai

pretes dan postes.

6. Materi pokok yang diteliti adalah mendeskripsikan ciri-ciri divisio dalam Dunia Tumbuhan dan peranannya bagi kelangsungan hidup di bumi yang terdapat pada KD 3.3.

7. Subjek penelitian adalah pada siswa kelas X semester genap SMA Negeri 1 Pagelaran Kabupaten Pringsewu Tahun Pelajaran 2012/2013.


(17)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Efektivitas Pembelajaran

Suatu cara untuk mengukur efektivitas adalah dengan jalan menentukan transferbilitas (kemampuan memindahkan) prinsip-prinsip yang dipelajari. Jika kemampuan mentransfer informasi atau skill yang dipelajari lebih besar dicapai melalui suatu strategi tertentu dibandingkan strategi yang lain, maka strategi tersebut lebih efektif untuk pencapaian tujuan (Hartono, 2007:7). Sadiman (dalam Trianto, 2009:20) berpendapat bahwa keefektifan

pembelajaran adalah hasil guna yang diperoleh setelah pelaksanaan proses belajar mengajar. Sejalan dengan itu Tim dari IKIP Surabaya (dalam Trianto, 2009:20) menyatakan bahwa efesiensi dan keefektifan mengajar dalam proses interaksi belajar yang baik adalah segala daya upaya guru untuk membantu para siswa agar bisa belajar dengan baik. Hal itu didukung oleh Soemosasmito (dalam Trianto, 2009:20) bahwa suatu pembelajaran dikatakan efektif apabila memenuhi persyaratan utama keefektifan pengajaran, yaitu :

1. Presentasi waktu belajar siswa yang tinggi dicurahkan terhadap Kegiatan Belajar Mengajar (KBM).


(18)

10 3. Ketetapan antara kandungan materi ajaran dengan kemampuan siswa

(orientasi keberhasilan belajar) diutamakan.

4. Mengembangkan suasana belajar yang akrab dan positif,

mengembangkan struktur kelas yang mendukung butir (2), tanpa mengabaikan butir (4).

Pembelajaran adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa yang sifatnya internal. Pembelajaran adalah proses interaksi antara pendidik dan peserta didik pada suatu lingkungan belajar. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa efektifitas pembelajaran adalah suatu ukuran yang telah dicapai yang dihasilkan dari usaha sadar guru untuk membuat siswa belajar, yaitu terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa yang belajar, dimana perubahan itu didapatkannya kemampuan baru yang berlaku dalam waktu yang relatif lama dan karena adanya usaha. pembelajaran dapat dikatakan efektif jika tujuan dari pembelajaran bisa dicapai secara tepat sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan sebelumnya (Saksono, 1984:22).

B. Media Kartu Bergambar

Kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata

medius yang secara harfiah berarti tengah, perantara,atau penghantar.

Menurut bahasa Arab, media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan (Arsyad, 2007:3).


(19)

11 Briggs (dalam Sadiman, 2008:6) berpendapat bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyampaikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar. Gerlach dan Ely (dalam Arsyad, 2007:3) mengatakan bahwa media secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap.

Sedangkan Gagne (dalam Sadiman, 2008:6) menyatakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang untuk belajar.

Solihatin (2007:23) menyatakan bahwa manfaat media dalam proses

pembelajaran adalah untuk memperlancar interaksi antara guru dengan siswa sehingga pembelajaran akan lebih efektif dan efisien. Hamalik (dalam Arsyad, 2007:15) menambahkan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses pembelajaran dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa.

Berdasarkan pendapat Sadiman (2008:17-18), secara umum media pendidikan mempunyai kegunaan-kegunaan sebagai berikut:

1. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis (dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka).

2. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera, seperti:

a. Objek yang terlalu besar bisa digantikan dengan gambar, film, atau model.


(20)

12 c. Gerak yang terlalu lambat atau terlalu cepat dapat dibantu dengan

timelapse.

d. Kejadian yang terjadi di masa lampau bisa ditampilkan lagi lewat rekaman film, video, dan foto.

3. Penggunaan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi sikap pasif siswa. Media pendidikan berguna untuk: a. Menimbulkan kegairahan belajar.

b. Memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara siswa dengan lingkungan dan kenyataan.

c. Memungkinkan siswa belajar sendiri-sendiri menurut kemampuan dan minatnya.

Sudjana dan Ahmad (2010:3) mengungkapkan bahwa ada beberapa jenis media pengajaran yang biasa digunakan dalam proses pengajaran. Pertama, media grafis seperti gambar, foto, grafik, bagan atau diagram, poster, kartun, komik, dan lain-lain. Media grafis disebut juga media dua dimensi yaitu media yang mempunyai ukuran panjang dan lebar. Kedua, media tiga dimensi yaitu dalam bentuk model seperti model padat (solid model), model penampang, model susun, model kerja, mock up, diorama, dan lain-lain. Ketiga, media proyeksi seperti slide, film strips, film, penggunaan OHP, dan lain-lain. Keempat, penggunaan lingkungan sebagai media pengajaran. Salah satu media pembelajaran adalah kartu bergambar. Berdasarkan pendapat tersebut, kartu bergambar termasuk ke dalam media grafis. Media kartu atau flash card diperkenalkan oleh Doman, seorang dokter ahli bedah


(21)

13 otak dari Philadelpia, Pennsylvania. Flash card adalah kartu-kartu

bergambar yang dilengkapi oleh kata-kata (Herlina, 2011:8). Menurut KBBI, kartu adalah kertas tebal yang berbentuk persegi panjang. Media bergambar ini terbuat dari kertas tebal atau karton berukuran 17×22 cm yang tengahnya terdapat gambar materi yang sesuai dengan pokok bahasan dan dirancang untuk membantu mempermudah dalam belajar (Prapita, 2009:5).

Yani (2011:42) menyatakan bahwa kartu bergambar merupakan salah satu implementasi dari media berbasis visual yakni pesan yang dituangkan dalam bentuk tulisan dan gambar yang disajikan dalam ukuran seperti kartu. Kartu bergambar biasanya berukuran 8x12 cm atau disesuaikan dengan besar kecilnya kelas yang dihadapi. Arsyad (2007:120-121) menambahkan bahwa gambar yang terdapat pada kartu menjadi petunjuk dan rangsangan bagi siswa untuk memberikan respon yang diinginkan. Sadiman (2008:29-30) menyatakan beberapa kelebihan media bergambar diantaranya adalah : 1. Sifatnya konkret, lebih realistis menunjukkan pokok masalah

dibandingkan dengan media verbal semata.

2. Dapat mengatasi batasan ruang dan waktu. Tidak semua benda, objek, atau peristiwa dapat dibawa ke kelas dan tidak selalu dapat siswa dibawa ke objek atau peristiwa tersebut.

3. Dapat mengatasi keterbatasan pengamatan kita.

4. Dapat memperjelas suatu masalah, dalam bidang apa saja dan untuk tingkat usia berapa saja sehingga dapat mencegah kesalahpahaman. 5. Harganya murah, mudah diperoleh, dan digunakan tanpa memerlukan


(22)

14 Kelemahan dari media bergambar menurut Sadiman (2008:31) yaitu:

1. Hanya menekankan persepsi indera mata.

2. Benda yang terlalu kompleks kurang efektif untuk kegiatan pembelajaran.

3. Ukurannya sangat terbatas untuk kelompok besar.

C. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Cooperative learning atau pembelajaran kooperatif berasal dari kata

cooperative yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim (Isjoni, 2007: 15). Lie (dalam Isjoni, 2007: 16) menyebut cooperative learning dengan istilah pembelajaran gotong-royong, yaitu sistem

pembelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dengan siswa lain dalam tugas-tugas yang terstruktur. Lebih jauh dikatakan,

cooperative learning hanya berjalan kalau sudah terbentuk suatu kelompok atau suatu tim yang di dalamnya siswa bekerja secara terarah untuk

mencapai tujuan yang sudah ditentukan dengan jumlah anggota kelompok pada umumnya terdiri dari 4-6 orang. Sedangkan menurut Djajadisastra (dalam Isjoni, 2007: 19) mengemukakan bahwa metode belajar kelompok atau lazim disebut metode gotong-royong, merupakan suatu metode mengajar dimana murid-murid disusun dalam kelompok-kelompok pada waktu menerima pelajaran atau mengerjakan soal-soal dan tugas-tugas. Pembelajaran kooperatif bernaung dalam teori konstruktivis. Pembelajaran ini muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan


(23)

15 memahami konsep yang sulit jika mereka saling membantu memecahkan masalah-masalah yang kompleks. Jadi, hakikat sosial dan penggunaan kelompok sejawat menjadi aspek utama dalam pembelajaran kooperatif. Senada dengan itu Zamroni (dalam Trianto, 2009:57-58) mengemukakan bahwa manfaat penerapan belajar kooperatif adalah dapat mengurangi kesenjangan pendidikan khususnya dalam wujud input pada level individual. Di samping itu, belajar kooperatif dapat mengembangkan solidaritas sosial di kalangan siswa. Sejalan dengan itu Eggen dan Kauchak (dalam Trianto, 2009:58) menjelaskan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama.

Menurut Johnson (dalam Lie, 2002:30-33) bahwa tidak semua kerja

kelompok biasa dianggap cooperative learning. Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur model pembelajaran gotong royong harus diterapkan, yaitu:

1. Saling ketergantungan positif

Keberhasilan kelompok sangat tergantung pada usaha setiap anggotanya. 2. Tanggung jawab perseorangan

Setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik.

3. Tatap muka

Setiap kelompok harus diberikan kesempatan bertemu muka dan diskusi 4. Komunikasi antar anggota


(24)

16 Keberhasilan suatu kelompok juga bergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat mereka.

5. Evaluasi proses kelompok

Menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk evaluasi agar kerjasama selanjutnya lebih efektif.

Dalam proses pembelajaran, dikatakan menggunakan pembelajaran kooperatif apabila memiliki ciri-ciri seperti yang disebutkan Isjoni (2007: 20) yaitu: Setiap anggota memiliki peran, terjadi hubungan interaksi langsung di antara siswa, setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan juga teman-teman sekelompoknya, guru membantu

mengembangkan keterampilan-keterampilan interpersonal kelompok, guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan. Sedangkan

Nurulhayati (dalam Rusman, 2010: 205) mengemukakan ada lima unsur dasar yang membedakan pembelajaran kooperatif dengan kerja kelompok, yaitu: ketergantungan yang positif, pertanggungjawaban individual, kemampuan bersosialisasi, tatap muka, dan evaluasi proses kelompok. Ibrahim (dalam Isjoni, 2007: 27) juga mengungkapkan pada dasarnya model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting, yaitu:

1. Hasil belajar akademik

Dalam belajar kooperatif meskipun mencakup beragam tujuan sosial, juga memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akademis penting lainnya. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam


(25)

17 membantu siswa memahami konsep-konsep sulit. Para pengembang model ini telah menunjukkan bahwa model struktur penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan nilai siswa pada belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar

pembelajaran kooperatif dapat memberi keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas akademik.

2. Penerimaan terhadap perbedaan individu

Tujuan lain model pembelajaran kooperatif adalah penerimaan secara luas dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, dan ketidakmampuannya. Pembelajaran kooperatif memberi peluang bagi siswa dari bebagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja dengan saling bergantung pada tugas-tugas akademik dan melalui struktur penghargaan kooperatif akan belajar saling menghargai satu sama lain.

3. Pengembangan keterampilan sosial

Tujuan penting ketiga pembelajaran koperatif adalah mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerja sama dan kolaborasi. Keterampilan-keterampilan sosial, penting dimiliki oleh siswa sebab saat ini banyak anak muda masih kurang dalam keterampilan sosial.

Pada pembelajaran kooperatif para siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil dan diarahkan untuk mempelajari materi pelajaran yang telah ditentukan. Tujuan dibentuknya kelompok kooperatif adalah untuk memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat terlibat secara aktif dalam


(26)

18 proses berpikir dan dalam kegiatan-kegiatan belajar. Dalam hal ini sebagian besar aktifitas pembelajaran berpusat pada siswa, yakni mempelajari materi pelajaran serta berdiskusi untuk memecahkan masalah. Dengan demikian diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Kerja sama atau interaksi merupakan faktor yang mendasari model

pembelajaran kooperatif dalam pendidikan. Hal ini disebabkan karena pada hakekatnya manusia adalah makhluk sosial, yaitu tidak dapat hidup tanpa bantuan dari orang lain. Sehingga kerja sama merupakan kebutuhan yang sangat penting artinya bagi kelangsungan hidup. Tanpa kerja sama proses pembelajaran dalam pendidikan tidak dapat berlangsung dengan efektif. Oleh karena itu, pembelajaran kooperatif dikembangkan sebagai inovasi untuk lebih mengefektifkan proses pembelajaran di sekolah.

Pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan salah satu tipe dari pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok 4-5 orang siswa secara heterogen. Diawali dengan penyampaian tujuan pembelajaran, penyampaian materi, kegiatan kelompok, kuis, dan penghargaan kelompok (Trianto, 2009:68). Hal serupa yang diungkapkan oleh Slavin (dalam Trianto, 2009:68) menyatakan bahwa pada pembelajaran kooperatif tipe STAD siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan 4-5 orang yang merupakan campuran menurut tingkat prestasi, jenis kelamin, dan kemudian siswa bekerja dalam tim mereka memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut. Kemudian, seluruh siswa diberikan tes tentang


(27)

19 materi tersebut, pada saat tes mereka tidak diperbolehkan saling membantu. Masih menurut Slavin (2008:143) STAD merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan model yang paling baik untuk permulaan bagi para guru yang baru menggunakan

pendekatan kooperatif. Dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD, para siswa dibagi dalam tim belajar yang terdiri atas empat orang yang berbeda-beda tingkat kemampuan, jenis kelamin, dan latar belakang etniknya. Guru menyampaikan pelajaran lalu siswa bekerja dalam tim mereka untuk memastikan bahwa semua anggota tim telah menguasai pelajaran.

Selanjutnya, semua siswa mengerjakan kuis mengenai materi secara sendiri-sendiri, dimana saat itu mereka tidak diperbolehkan untuk saling bantu. Lebih jauh Slavin (dalam Rusman, 2010:214) adalah memacu siswa agar saling mendorong dan membantu satu sama lain untuk menguasai

keterampilan yang diajarkan guru.

Adapun langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD menurut Rusman (2010:215) sebagai berikut:

1. Penyampaian tujuan dan motivasi

Menyampaikan tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran tersebut dan memotivasi siswa untuk belajar.

2. Pembagian kelompok

Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok, dimana setiap kelompoknya terdiri dari 4-5 siswa yang memprioritaskan heterogenitas (keragaman) kelas dalam prestasi akademik, gender/jenis kelamin, rasa tau etnik. 3. Presentasi dari guru


(28)

20 Guru menyampaikan materi pelajaran dengan terlebih dahulu

menjelaskan tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pertemuan tersebut serta pentingnya pokok bahasan tersebut dipelajari. Guru member motivasi siswa agar dapat belajar dengan aktif dan kreatif. Di dalam proses pembelajaran guru dibantu oleh media, demonstrasi, pertanyaan atau masalahnya yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Dijelaskan juga tentang keterampilan dan kemampuan yang diharapkan dikuasai siswa, tugas dan pekerjaan yang harus dilakukan serta cara-cara mengerjakannya.

4. Kegiatan belajar dalam tim (kerja tim)

Siswa belajar dalam kelompok yang telah dibentuk. Guru menyiapkan lembar kerja sebagai pedoman bagi kerja kelompok, sehingga semua anggota menguasai dan masing-masing memberikan kontribusi. Selama tim bekerja, guru melakukan pengamatan, memberikan bimbingan, dorongan, dan bantuan bila diperlukan. Kerja tim ini merupakan ciri terpentingnya dari pembelajaran kooperatif tipe STAD.

5. Kuis (evaluasi)

Guru mengevaluasi hasil belajar melalui pemberian kuis tentang materi yang dipelajari juga melakukan penilaian terhadap presentasi hasil kerja masing-masing kelompok. Siswa diberikan kursi secara individual dan tidak dibenarkan bekerja sama. Ini dilakukan untuk menjamin agar siswa secara individu bertanggung jawab kepada diri sendiri dalam memahami bahan ajar tersebut. Guru menetapkan skor batas


(29)

21 penguasaan untuk setiap soal, misalnya 60, 75, 84, dan seterusnya sesuai dengan tingkat kesulitan siswa.

6. Penghargaan prestasi tim

Setelah pelaksanaan kuis, guru memeriksa hasil kerja siswa dan diberikan angka dengan rentang 0-100. Selanjutnya pemberian penghargaan atas keberhasilan kelompok dapat dilakukan oleh guru. Penghargaan atas keberhasilan kelompok menurut Slavin (dalam Trianto, 2009:71-72) dapat dilakukan oleh guru dengan melakukan tahapan-tahapan sebagai berikut:

1. Menghitung skor individu

Tabel 1. Perhitungan Perkembangan Skor Individu

No Nilai Tes Skor

Perkembangan

1. 2. 3. 4. 5.

Lebih dari 10 poin di bawah skor awal 10 sampai 1 poin di bawah skor awal Skor awal sampai 10 poin di atas skor awal Lebih dari 10 poin di atas skor awal

Nilai sempurna (tanpa memperhatikan skor awal)

0 poin 10 poin 20 poin 30 poin 40 poin

2. Menghitung skor kelompok

Skor kelompok ini dihitung dengan membuat rata-rata skor

perkembangan anggota kelompok, yaitu dengan menjumlahkan semua skor perkembangan yang diperoleh anggota kelompok dibagi dengan jumlah anggota kelompok tersebut. Sesuai dengan rata-rata skor perkembangan kelompok, diperoleh kategori skor kelompok sebagaimana dalam tabel berikut:


(30)

22 Tabel 2. Perhitungan Perkembangan Skor Kelompok

No Rata-rata Skor Kualifikasi

1. 2. 3. 4.

0 ≤ Nk ≤ 5 6 ≤ Nk ≤ 15 16≤ Nk ≤ 20 21≤ Nk ≤ 30

Tim yang buruk

Tim yang baik (Good Team) Tim yang baik sekali (Great Team) Tim yang istimewa (Super Team) Nk = point peningkatan kelompok

Nk = Jumlah poin peningkatan setiap anggota kelompok Banyaknya anggota kelompok

3. Pemberian hadiah dan pengakuan skor kelompok

Setelah masing-masing kelompok atau tim memperoleh predikat, guru memberikan hadiah atau penghargaan kepada masing-masing kelompok sesuai dengan predikatnya.

Pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan tipe pembelajaran kooperatif yang cukup sederhana, pembelajaran ini hampir sama dengan pembelajaran konvensional, karena terdapat fase penyampaian materi kepada siswa. Guru dapat membuat sendiri materi pelajarannya seperti yang diungkapkan Rusman (2010:217) yang berpendapat bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan suatu metode generik tentang pengaturan kelas dan bukan metode pengajaran komprehensif untuk subjek tertentu, guru menggunakan pelajaran dan materi mereka sendiri. Lembar tugas dan kuis disediakan bagi kebanyakan subjek sekolah untuk siswa, tetapi

kebanyakan guru menggunakan materi mereka sendiri untuk menambah atau mengganti materi-materi ini.


(31)

23

D. Aktivitas Belajar

Dalam peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41 tahun 2007 tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah dinyatakan bahwa ”Aktivitas belajar adalah kegiatan mengolah pengalaman dan atau praktik dengan cara mendengar, membaca, menulis,

mendiskusikan, merefleksikan rangsangan, dan memecahkan masalah”.

Dalam belajar diperlukan adanya aktivitas, tanpa aktivitas siswa kegiatan belajar mengajar tidak mungkin berlangsung dengan efektif, Rohani (dalam Syukrina , 2011:25) menambahkan bahwa, belajar yang berhasil mesti melalui berbagai macam aktivitas, baik aktivitas fisik maupun psikis. Aktivitas fisik ialah siswa giat-aktif dengan anggota badan, membuat sesuatu, bermain atau bekerja, ia tidak hanya duduk dan mendengarkan, melihat atau pasif, sedangkan aktivitas psikis ialah jika jiwanya bekerja sebanyak-banyaknya atau banyak berfungsi dalam rangka pengajaran. Untuk itu perlu adanya terobosan baru dalam memvariasi model pembelajaran yang menarik sebagai salah satu alternatif belajar siswa, dengan harapan dapat meningkatkan hasil belajar siswa yang terlihat dari keaktifan siswa dalam belajar dengan menggunakan model pembelajaran yang berbeda dari biasanya.

Frobel (dalam Riyanto, 2012:22) menyatakan bahwa ”manusia sebagai pencipta”. Secara alami anak didik memang ada dorongan untuk mencipta. Anak adalah suatu organisasi yang berkembang dari dalam. Prinsip utama yang dikemukakan Frobel adalah bahwa anak itu harus bekerja sendiri.


(32)

24 Belajar tidak hanya kegiatan membaca dan menulis, belajar merupakan suatu kegiatan yang di dalamnya terdapat aktivitas-aktivitas yang komplek. Karena itu, aktivitas memegang peranan penting dalam kegiatan

pembelajaran. Aktivitas pembelajaran sebaiknya jangan didominasi oleh guru keran akan menghambat siswa dalam mengembangkan bakat dan potensinya. Hal ini sesuai yang dikemukakan oleh Nasution (dalam Riyanto, 2012:22) bahwa:

Prinsip aktivitas dalam pengajaran modern lebih mengutamakan aktivitas anak-anak (siswa), maksudnya siswalah yang lebih aktif sedang guru hanya membimbing dan menyediakan bahan pelajaran sedangkan yang mengolah dan mencernakannya adalah anak itu sendiri.

Paul (dalam Syukrina, 2011:26) membagi aktivitas belajar siswa ke dalam delapan jenis, yaitu :

1. Kegiatan-kegiatan visual membaca, melihat gambaran-gambaran, mengamati eksperimen, demontrasi, pameran, dan mengamati orang lain bekerja atau bermain.

2. Kegiatan-kegiatan lisan seperti mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi, dan interupsi. 3. Kegiatan-kegiatan mendengar seperti mendengarkan penyajian bahan,

mendengar percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan, dan mendengarkan radio.

4. Kegiatan-kegiatan menulis seperti menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, membuat rangkuman, mengerjakan tes, dan mengisi angket.


(33)

25 5. Kegiatan-kegiatan menggambar seperti menggambar, membuat grafik,

chart, diagram peta, dan pola.

6. Kegiatan-kegiatan metrik seperti melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan, menari, dan berkebun.

7. Kegiatan-kegiatan mental seperti merenungkan, mengingat,

memecahkan masalah, menganalisis faktor-faktor, melihat, hubungan-hubungan, dan membuat keputusan.

8. Kegiatan-kegiatan emosional seperti minat, membedakan, berani, tenang, dan lain-lain.

Berdasarkan jenis-jenis aktivitas di atas, pada penelitian kali ini yang berhubungan dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, maka peneliti membatasi untuk mengamati hanya pada aktivitas memperhatikan penjelasan guru, mencatat penjelasan guru, mengajukan pertanyaan, mengemukakan pendapat, melakukan diskusi kelompok, dan mengerjakan tugas. Alasan peneliti membatasi hanya mengamati enam aktivitas belajar selain itu keenam aktivitas tersebut dapat diamati langsung saat penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

Menurut Hamalik (dalam Kusmiati, 2001:23) menyebutkan bahwa asas aktivitas besar nilainya bagi pengajaran para siswa hal ini karena:

1. Para siswa mencari pengalaman sendiri dan langsung mengalami sendiri. 2. Berbuat sendiri akan mengembangkan seluruh ranah pribadi siswa secara


(34)

26 3. Memupuk kerja sama yang harmonis dikalangan siswa.

4. Para siswa bekerja menurut minat dan kemampuan sendiri. 5. Memupuk disiplin kelas secara wajar dan suasana belajar menjadi

demokratis.

6. Mempererat hubungan sekolah dan masyarakat, dan hubungan antara orang tua dengan guru.

7. Pengajaran dilaksanakan secara realistis dan konkret sehingga mengembangkan pemahaman dan berpikir kritis.

8. Pengajaran di sekolah menjadi hidup sebagaimana aktivitas dalam kehidupan di masyarakat.

E. Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan sesuatu yang diperoleh siswa setelah mengikuti pembelajaran di kelas. Hasil belajar tersebut dapat berupa perubahan kemampuan siswa menerima pengalaman belajarnya (Bloom dalam Sudijono, 1995:49) mengemukakan bahwa secara garis besar hasil belajar terbagi menjadi tiga ranah, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Ranah kognitif berkenaan hasil belajar intelektual berpikir, ranah afektif berkenaan dengan sikap, nilai, perasaan, dan perilaku siswa, sedangkan ranah

psikomotor berkenaan dengan keterampilan dan kemampuan bertindak. Sekarang ini, perhatian pemerintah terhadap masalah pendidikan masih terasa rendah. Gambaran ini tercermin dari beragamnya masalah

pendidikan yang terjadi. Hasil belajar siswa masih rendah, pengajar kurang profesional, dan biaya pendidikan yang mahal (Muliani, 2009:1). Dampak


(35)

27 dari pendidikan yang buruk itu, pendidikan di negara ini kedepannya makin terpuruk dan belum bisa bersaing dengan negara- negara berkembang lainnya. Dalam pendidikan di sekolah, masalah yang sering dihadapi adalah dari segi proses pembelajaran. Berhasil tidaknya pencapaian tujuan

pendidikan banyak tergantung kepada bagaimana proses belajar yang

dialami oleh siswa. Guru dituntut mampu meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah terutama mengenai penguasaan materi pembelajaran siswa sesuai dengan bidang studi yang diajarkan. Harapan yang tidak pernah sirna dan selalu guru tuntut adalah bagaimana bahan pelajaran yang disampaikan guru dapat dikuasai oleh siswa secara tuntas (Djamarah dan Zain, 2006:1).

Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman (Learning defined as the modification or strengthening of behavior through experiencing). Menurut pengertian ini, belajar merupakan suatu proses suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Hasil belajar bukan suatu

penguasaan hasil latihan melainkan pengubahan kelakuan. Sejalan dengan itu Hamalik (2001:27) menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Hasil belajar siswa merupakan suatu hal yang berkaitan dengan kemampuan siswa dalam menyerap atau memahami suatu materi yang disampaikan. Dengan kata lain, hasil belajar merupakan bukti adanya proses belajar-mengajar antara guru dan siswa. Hasil belajar yang bisa diperoleh siswa setelah pembelajaran dapat berupa informasi verbal. Keterampilan intelek, keterampilan motorik, sikap, dan strategi kognitif. Gagne (dalam Dimyati


(36)

28 dan Mujiono, 2002:10) menyatakan kelima hasil belajar tersebut merupakan kapabilitas siswa. Kapabilitas siswa tersebut berupa:

1. Informasi verbal adalah kapabilitas untuk mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Pemilihan informasi verbal memungkinkan individu berperan dalam kehidupan.

2. Keterampilan intelektual adalah kecakapan yang berfungsi untuk berhubungan dengan lingkungan hidup serta mempresentasikan konsep dan lambang. Keterampilan intelek ini terdiri dari diskriminasi jamak, konsep konkret dan definisi, dan prinsip.

3. Strategi kognitif adalah kemampuan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah.

4. Keterampilan motorik adalah kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani. 5. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan

penilaian terhadap objek tersebut.

Sedangkan Arikunto (1993:23) menyatakan bahwa hasil belajar merupakan perubahan pada dua hal, yaitu tingkah laku dan penampilan. Hasil belajar seseorang dapat berupa pengetahuan, keterampilan, serta sikap. Pengetahuan bersifat abstrak, sehingga tidak secara nyata dapat diamati, tetapi manifestasi pemilikan dapat diketahui apabila diukur dengan cara yang memang tepat. Hasil belajar juga dapat diartikan sebagai suatu perubahan tingkah laku ke arah lain dari tingkah laku sebelumnya. Hal ini sesuai dengan yang


(37)

29 dikemukakan oleh Winkel (dalam Amrina, 2004) bahwa adanya perubahan dalam pola perilaku inilah yang menandakan telah terjadinya belajar. Makin banyak kemampuan yang diperoleh sampai menjadi milik pribadi.

Kemampuan kognitif, kemampuan sensorik, kemampuan psikomotor dan kemampuan dinamik, semua pengubahan dibidang itu merupakan hasil belajar dan mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah laku. Untuk menilai dan mengukur keberhasilan siswa dipergunakan tes hasil belajar. Terdapat beberapa tes yang dilakukan guru, diantaranya: uji blok, ulangan harian, tes lisan saat pembelajaran berlangsung, tes mid semester dan tes akhir semester. Hasil dari tes tersebut berupa nilai-nilai yang pada akhirnya digunakan sebagai tolak ukur keberhasilan proses pembelajaran yang terjadi. Tes ini dibuat oleh guru berkaitan dengan materi yang telah diajarkan. Setiap kegiatan belajar akan berakhir dengan hasil belajar. Hasil belajar setiap siswa di kelas terkumpul dalam himpunan hasil belajar kelas. Bahan mentah hasil belajar terwujud dalam lembar-lembar jawaban soal ulangan atau ujian dan yang berwujud karya atau benda. Semua hasil belajar tersebut merupakan bahan yang berharga bagi guru dan siswa. Bagi guru, hasil belajar siswa di kelasnya berguna untuk melakukan perbaikan tindak mengajar atau evaluasi. Bagi siswa, hasil belajar tersebut berguna untuk memperbaiki cara-cara belajar lebih lanjut.

Syifa (2011:13-16), Bloom dan kawan-kawannya mengembangkan perangkat tujuan pembelajaran yang berorientasi pada prilaku (behavior objective) yang dapat diukur dan diamati secara ilmiah mengenai ketiga kategori atau domain yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Jenjang


(38)

30 kognitif menurut taksonomi Bloom yang telah direvisi adalah sebagai

berikut (dalam Syifa, 2011:13-16): 1) C1 (mengingat)

Tipe hasil belajar mengingat termasuk jenjang kognitif yang paling rendah. Namun, tipe ini menjadi prasyarat bagi tipe hasil belajar berikutnya. Kategori ini mencakup dua macam proses kognitif yaitu: mengenali (recognizing), mencakup proses kognitif untuk menarik kembali informasi yang tersimpan dalam memori jangka panjang yang identik atau sama dengan informasi yang baru; mengingat (recalling), menarik kembali informasi yang tersimpan dalam memori jangka panjang apabila ada petunjuk untuk melakukan hal tersebut. 2) C2 (memahami)

Memahami yaitu mengkonstruksi makna atau pengertian berdasarkan pengetahuan awal yang dimiliki, mengaitkan yang baru dengan pengetahuan yang telah dimiliki, atau mengintegrasikan pengetahuan yang baru ke dalam skema yang telah ada dalam pemikiran siswa. Mencakup tujuh proses kognitif, yaitu: menafsirkan (interpreting), memberikan contoh (exemplifying), mengklasifikasikan (classifying), meringkas (summarizing), menarik inferensi (inferring),

membandingkan (comparing), dan menjelaskan (explaining). 3) C3 (mengaplikasikan)

Mengaplikasikan yaitu mencakup penggunaan suatu prosedur guna menyelesaikan masalah atau mengerjakan tugas. Namun demikian, tidak berarti bahwa kategori ini hanya sesuai untuk pengetahuan prosedural


(39)

31 saja. Kategori ini mencakup dua macam proses kognitif yaitu:

menjalankan (executing), suatu prosedur rutin yang telah dipelajari sebelumnya, langkah-langkah yang diperlukan sudah tertentu dan juga dalam urutan tertentu. Mengimplementasikan (implementing) yaitu memilih dan menggunakan prosedur yang sesuai untuk menyelesaikan tugas yang baru.

4) C4 (menganalisis)

Merupakan kecakapan kompleks yang memanfaatkan kecakapan dari ketiga tipe sebelumnya. Dengan menganalisa diharapkan seseorang mempunyai kemampuan untuk memilih sebuah struktur informasi dan mengamati pengorganisasian bagian-bagian, sehingga keterkaitan antara ide dalam informasi tersebut menjadi tampak jelas. Kategori ini

mencakup tiga proses kognitif yaitu: menguraikan (differentiating), mengorganisasi (organizing), menemukan makna tersirat (attributing). 5) C5 (mengevaluasi)

Pemberian keputusan tentang nilai sesuatu yang mungkin dilihat dari segi tujuan, gagasan, carakerja, pemecahan, metode, dll. Ada dua macam proses kognitif meliputi: memeriksa (checking), yaitu menguji

konsistensi atau kekurangan suatu karya berdasarkan kriteria yang ada. Mengkritik (critiquing), yaitu menilai suatu karya baik kelebihan maupun kekurangannya.

6) C6 (mencipta)

Yaitu menggabungkan beberapa unsur menjadi suatu bentuk kesatuan. Ada tiga proses kognitif dalam kategori ini, yaitu: membuat


(40)

32 (generating), yaitu menguraikan suatu masalah sehingga dapat

dirumuskan berbagai kemungkinan hipotesis yang mengarah pada pemecahan masalah. Merencanakan (planning) yaitu merancang suatu metode atau strategi untuk memecahkan masalah. Memproduksi (producing) yaitu membuat suatu rancangan atau menjalankan suatu rencana untuk memecahkan masalah.

Tabel 3. Taksonomi Bloom

No. Jenjang kognitif Domain proses kognitif 1. C1 Mengingat (Remember) Mengenali (Recognizing)

Mengingat (Recalling)

2.

C2 Memahami (Understand) Menafsirkan (Interpreting) Memberi contoh (Examplying) Meringkas (Summarizing) Menarik inferensi (Inffering) Membandingkan (Comparing) Menjelaskan (Explaining) 3.

C3 Mengaplikasikan (Apply) Menjelaskan (Executing) Mengimplementasikan (Implementing)

4.

C4 Menganalisis (Analyze) Menguraikan (Diffrentiating) Mengorganisasi (Oragnizing) Menemukan makna tersirat (Attributing)

5. C5 Mengevaluasi (Evaluate) Memeriksa (Checking) Mengkritik (Critiquing) 6.

C6 Mencipta (Create) Merumuskan (Generating) Merencanakan (Planning) Memproduksi (Producing) (Sumber: Anderson, 2008:1)

F. Kerangka Pikir

Keberhasilan dalam suatu proses pembelajaran didukung oleh beberapa faktor antara lain media, metode, dan pendekatan yang dilakukan oleh guru dalam pembelajaran. Sekarang ini guru bukanlah berperan sebagai sumber ilmu bagi siswa melainkan sebagai fasilitator yang memfasilitasi siswa


(41)

33 dalam mendapatkan ilmu pengetahuan. Peran guru sebagai fasilitator sangat diperlukan, bagaimana upaya menciptakan lingkungan belajar yang mampu mendorong siswa untuk senang dan bergairah dalam belajar. Salah satu cara yang dapat dilakukan yaitu mengganti model pembelajaran langsung dengan model pembelajaran kooperatif yang dapat menarik minat siswa untuk belajar sehingga hasil belajar siswa dapat maksimal.

Salah satu model pembelajaran yang dapat mengubah pembelajaran menjadi

students centered yaitu STAD. STAD diharapkan dapat efektif untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar. Diharapkan tahapan STAD dapat meningkatkan aktivitas siswa untuk mengingat, memahami,

mengaplikasikan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta suatu pelajaran.

Media kartu bergambar yang digunakan dalam model pembelajaran kooperatif tipe STAD diharapkan dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa , karena kartu bergambar menyajikan gambar yang disertai dengan deskripsi yang sesuai dengan materi dan diharapkan siswa memiliki cara berpikir yang berbeda-beda dalam mengungkapkan keterkaitan antara gambar dengan materi. Dunia Tumbuhan memuat konsep berupa klasifikasi tumbuhan yang beranekaragam, sehingga tidak memungkinkan untuk

menghadirkan obyek asli sebagai sumber belajar. Oleh karena itu diharapkan dengan adanya kartu bergambar dapat membantu siswa dalam belajar di ruang kelas.


(42)

34 Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen yang menggunakan dua kelas. Pada penelitian ini dilakukan pengujian untuk membandingkan aktivitas dan hasil belajar menggunakan media kartu bergambar melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan pembelajaran kooperatif tipe STAD tanpa menggunakan media kartu bergambar pada materi pokok Dunia Tumbuhan. Hubungan antara variabel tersebut digambarkan dalam diagram berikut ini:

Keterangan: X: Media kartu bergambar melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD; Y1: Aktivitas belajar siswa; Y2: Hasil

Belajar siswa

Gambar 1. Model teoritis hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat

G. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Penggunaan media kartu bergambar melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD efektif untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa.

2. H0 : Penggunaan media kartu bergambar melalui model pembelajaran

kooperatif tipe STAD sama efektifnya dalam meningkatkan hasil belajar siswa dengan model kooperatif tipe STAD.

X

Y2


(43)

35 H1 : Penggunaan media kartu bergambar melalui model pembelajaran

kooperatif tipe STAD lebih efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa jika dibandingkan dengan model kooperatif tipe STAD.

3. Sebagian besar siswa memberikan tanggapan positif terhadap penggunaan media kartu bergambar melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD.


(44)

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Pagelaran Kabupaten

Pringsewu pada semester genap bulan Februari tahun pelajaran 2012/2013.

B. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X semester genap SMA Negeri 1 Pagelaran Pringsewu tahun pelajaran 2012/2013. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik cluster random sampling. Sampel tersebut adalah siswa kelas X7 sebagai kelas eksperimen dengan jumlah siswa 30

orang dan siswa kelas X8 sebagai kelas kontrol dengan jumlah siswa 30

orang.

C. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan eksperimental semu (kuasi eksperimen) dengan desain pretes-postes tak ekuivalen. Kelas eksperimen diberi perlakuan dengan media kartu bergambar dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, sedangkan kelas kontrol menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD tanpa menggunakan kartu bergambar. Hasil pretes dan postes pada kedua kelompok subyek dibandingkan.


(45)

37 Struktur desainnya sebagai berikut:

Keterangan : I = Kelas eksperimen; II = Kelas kontrol; O1 = Pretes; O2 = Postes;

X = Perlakuan dengan media kartu bergambar dan dikombinasikan STAD; C= Perlakuan dengan metode ceramah dan dikombinasikan dengan STAD (Sumber: Hadjar, 1999:335)

Gambar 2. Desain pretes-postes tak ekuivalen

D. Prosedur Penelitian

Penelitian ini terdiri atas dua tahap, yaitu prapenelitian dan pelaksanaan penelitian. Adapun langkah-langkah dari tahap tersebut yaitu sebagai berikut:

1. Prapenelitian

Kegiatan yang dilakukan pada prapenelitian sebagai berikut : a. Membuat surat izin penelitian pendahuluan ke sekolah tempat

penelitian.

b. Mengadakan observasi ke sekolah tempat diadakannya penelitian untuk mendapatkan informasi tentang keadaan kelas yang diteliti. c. Menetapkan sampel penelitian untuk kelas eksperimen dan kelas

kontrol.

d. Mengambil data berupa nilai akademik siswa semester genap yang digunakan sebagai acuan dalam pembuatan kelompok.

e. Menentukan gambar dan materi yang disajikan dalam kartu bergambar tiap-tiap tema.

Kelompok Pretes Perlakuan Postes I O1 X O2


(46)

38 f. Mendesain media kartu bergambar menggunakan program Microsoft

Office Publisher.

g. Mencetak kartu dengan menggunakan printer di atas kertas berwarna putih polos.

h. Menggunting kartu dan memasukkan kartu ke dalam kotak agar awet.

i. Membuat perangkat pembelajaran yang terdiri dari silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan Lembar Kerja Siswa (LKS). j. Membuat instrumen penelitian, yaitu: lembar observasi aktivitas

siswa, soal pretes-postes, dan angket tanggapan siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan media kartu bergambar dan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

2. Pelaksanaan Penelitian

Mengadakan kegiatan pembelajaran yang menggunakan media kartu bergambar dan model pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk kelas eksperimen dan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk kelas kontrol di SMA Negeri 1 Pagelaran Pringsewu. Penelitian ini dilaksanakan sebanyak dua kali pertemuan. Pertemuan pertama membahas dunia tumbuhan dan pada pertemuan ke dua membahas tentang peranannya bagi kelangsungan hidup di bumi. Langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut:

A. Kelas Eksperimen (Pembelajaran Menggunakan Media Kartu Bergambar dengan Model Kooperatif Tipe STAD)


(47)

39 a) Siswa mengerjakan pretes pada pertemuan I berupa soal

uraian mengenai dunia tumbuhan dan peranannya bagi kelangsungan hidup di bumi.

b) Siswa mendengarkan penjelasan tentang tujuan pembelajaran. c) Siswa diberi apersepsi:

Pertemuan I: “Apakah fungsi klorofil yang dimiliki oleh tumbuhan, sebutkan! Menurut kalian apa kegunaan akar bagi tumbuhan?”.

Pertemuan II: “Apakah yang terjadi jika tumbuhan tidak memilki siklus hidup?”.

d) Siswa diberi motivasi:

Pertemuan I: “Bayangkan jika di lingkungan sekitarmu tidak ada tumbuhan hijau, apa yang terjadi!”.

Pertemuan II: “Coba bayangkan bila tumbuhan yang ada di alam ini dieksploitasi besar-besaran! Bayangkan juga bila tumbuhan tidak punya siklus hidup? Kemudian keuntungan bila melestarikan tumbuhan!”.

2) Kegiatan Inti

a) Siswa diberi penjelasan tentang diterapkannya penggunaan media kartu bergambar dengan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD.

b) Siswa dikelompokkan ke dalam enam kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari lima orang secara heterogen. Siswa diminta bergabung dengan kelompok masing-masing


(48)

40 (pembagian kelompok dilakukan pada pertemuan

sebelumnya).

c) Siswa diberikan materi pelajaran mengenai dunia tumbuhan (pertemuan I), siklus hidup dan peranan tumbuhan bagi kelangsungan hidup di bumi (pertemuan II) menggunakan kartu bergambar.

d) Setiap kelompok dibagikan Lembar Kerja Siswa (LKS) e) LKS harus dikerjakan oleh anggota kelompok. Anggota yang

sudah mengerti menjelaskan kepada anggota lainnya sampai semua anggota kelompok mengerti. Pemahaman materi oleh anggota kelompok menentukan perkembangan skor

kelompok.

f) Setelah LKS selesai dikerjakan, siswa diminta

mengumpulkan LKS, selanjutnya diadakan presentasi LKS. g) Penyajian dari tiap kelompok dievaluasi dan menambahkan

jika ada materi yang terlewatkan oleh kelompok penyaji.

3) Penutup

a) Mengulas kembali materi yang telah dipelajari. b) Siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari.

c) Siswa diberi informasi tentang materi untuk pertemuan yang akan datang.

d) Siswa mengerjakan postespada akhir pembelajaran pertemuan II berupa soal uraian yang sama dengan soal pretes.


(49)

41 e) Siswa diberikan penghargaan kelompok seperti tim super,

hebat dan tim baik.

B. Kelas Kontrol (Pembelajaran Menggunakan Model Kooperatif Tipe STAD dengan Metode Ceramah)

1) Pendahuluan.

a) Siswa mengerjakan pretes pada pertemuan I berupa soal uraian mengenai dunia tumbuhan dan peranannya bagi kelangsungan hidup di bumi.

b) Siswa mendengarkan penjelasan tentang tujuan pembelajaran. c) Siswa diberi apersepsi:

Pertemuan I: “Apakah fungsi klorofil yang dimiliki oleh tumbuhan, sebutkan! Menurut kalian apa kegunaan akar bagi tumbuhan?”.

Pertemuan II: “Apakah yang terjadi jika tumbuhan tidak memilki siklus hidup?”.

d) Siswa diberi motivasi:

Pertemuan I: “Bayangkan jika di lingkungan sekitarmu tidak ada tumbuhan hijau, apa yang terjadi!”.

Pertemuan II: “Coba bayangkan bila tumbuhan yang ada di alam ini dieksploitasi besar-besaran! Bayangkan juga bila tumbuhan tidak punya siklus hidup? Kemudian keuntungan bila melestarikan tumbuhan!”.


(50)

42 a) Siswa diberi penjelasan tentang diterapkannya model

pembelajaran kooperatif tipe STAD.

b) Siswa dikelompokkan ke dalam enam kelompok (setiap kelompok berjumlah lima orang dan pembagian kelompok dilakukan pada pertemuan sebelumnya).

c) Siswa diberikan materi pelajaran mengenai dunia tumbuhan (pertemuan I), siklus hidup dan peranan tumbuhan bagi kelangsungan hidup di bumi (pertemuan II) tanpa menggunakan media kartu bergambar.

d) Setiap kelompok dibagikan Lembar Kerja Siswa (LKS) e) LKS harus dikerjakan oleh anggota kelompok. Anggota yang

sudah mengerti menjelaskan kepada anggota lainnya sampai semua anggota kelompok mengerti. . Pemahaman materi oleh anggota kelompok menentukan perkembangan skor

kelompok.

f) Setelah LKS selesai dikerjakan, siswa diminta

mengumpulkan LKS, selanjutnya diadakan presentasi LKS. g) Penyajian dari tiap kelompok dievaluasi dan menambahkan

jika ada materi yang terlewatkan oleh kelompok penyaji.

3) Penutup

a) Mengulas kembali materi yang telah dipelajari. b) Siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari.

c) Siswa diberi informasi tentang materi untuk pertemuan yang akan datang.


(51)

43 d) Siswa mengerjakan postespada akhir pembelajaran

pertemuan II berupa soal uraian yang sama dengan soal pretes.

e) Siswa diberikan penghargaan kelompok seperti tim super, hebat dan tim baik.

E. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data 1) Jenis Data

a) Data Kuantitatif

Data kuantitatif yaitu berupa data hasil belajar pada materi pokok Dunia Tumbuhan yang diperoleh dari nilai pretesdan postes.

Kemudian dihitung selisih antara nilai pretes dengan postes dalam bentuk N-gain.

b) Data Kualitatif

Data kualitatif berupa data aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dan data angket tanggapan siswa terhadap

penggunaan media kartu bergambar melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

2) Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini sebagai berikut :

a) Pretes dan Postes

Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu teknik tes. Hasil belajar siswa diukur dengan memberikan soal tes berbentuk uraian. Tes ini untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Data hasil belajar


(52)

44

R N

berupa nilai pretes dan postes. Nilai pretes diambil pada pertemuan pertama setiap kelas, baik eksperimen maupun kontrol, sedangkan nilai postes diambil di akhir pembelajaran pada pertemuan kedua setiap kelas, baik eksperimen maupun kontrol.

Teknik penskoran nilai pretes dan postes yaitu : S = x 100

Keterangan : S = nilai yang diharapkan (dicari); R = jumlah skor dari item atau soal yang dijawab benar; N = jumlah skor maksimum dari tes tersebut (Sumber: Purwanto, 2008:112).

b) Lembar Observasi Aktivitas Siswa

Lembar observasi aktivitas siswa berisi semua aspek kegiatan yang diamati pada saat proses pembelajaran. Setiap siswa diamati poin kegiatan yang dilakukan dengan cara memberi tanda (√ ) pada lembar observasi sesuai dengan aspek yang ditentukan. Aspek yang diamati yaitu mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan, mengungkapkan pendapat atau bertahan terhadapnya, dan bekerja sama dalam kelompok.

c) Angket Tanggapan Siswa

Angket tanggapan siswa berisi semua pendapat siswa mengenai penggunaan media kartu bergambar melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran yang dilakukan. Angket berisi tujuh pernyataan, empat pernyataan positif dan tiga


(53)

45 pernyataan negatif. Siswa diberikan dua pilihan jawaban yang terdiri dari setuju dan tidak setuju.

Tabel 4 . Item pernyataan pada angket

No. Pernyataan-pernyataan S TS

1. Saya senang mempelajari materi pokok Dunia Tumbuhan dan peranannya bagi kelangsungan hidup di bumi menggunakan media kartu bergambar. 2. Saya lebih mudah memahami materi yang dipelajari

menggunakan media kartu bergambar melalui model pembelajaran yang diberikan oleh guru.

3. Saya belajar menggunakan kemampuan sendiri dengan media kartu bergambar melalui model pembelajaran yang diberikan oleh guru.

4. Saya merasa sulit mengerjakan soal-soal di LKS dengan media kartu bergambar melalui model pembelajaran yang diberikan oleh guru.

5. Saya merasa sulit berinteraksi dengan teman dalam proses pembelajaran yang berlangsung

6. Saya dapat mengarahkan sendiri cara belajar saya melalui model pembelajaran yang diberikan oleh guru. 7. Saya tidak dapat menjawab pertanyaan yang ada di

LKS setelah ditayangkan media kartu bergambar.

F. Teknik Analisis Data

Data penelitian berupa nilai pretes-postes dan N-gain (g). Skor N-gain (g) diperoleh dengan menggunakan rumus Hake (1999:1) yaitu :

Keterangan : Spost = skor postes; Spre = skor pretes; Smax = skor maksimum Tabel 5. Kriteria N-gain

N-gain Kriteria

g ≥ 0,7 0,7 > g > 0,3

g ≤ 0,3

Tinggi Sedang Rendah

N-gain =

Spost ฀

Spre


(54)

46 Sedangkan untuk mengukur persen (%) peningkatan (% gain) hasil belajar siswa digunakan rumus sebagai berikut :

Tabel 6. Kriteria persentase peningkatan hasil belajar oleh siswa

% Peningkatan Kriteria

%g ≥ 7 70 > %g > 30

%g ≤ 3

Tinggi Sedang Rendah

Nilai pretes-postes, dan skor N-gain pada kelompok eksperimen dan kontrol dianalisis menggunakan uji t dengan program SPSS versi 17 yang

sebelumnya dilakukan uji prasyarat berupa :

1) Uji Normalitas Data

Uji normalitas data dilakukan menggunakan uji Lilliefors dengan program SPSS versi 17.

a) Hipotesis

H0 : Sampel berdistribusi normal

H1 : Sampel tidak berdistribusi normal

b) Kriteria Pengujian

Terima H0 jika Lhitung < Ltabel atau p-value > 0,05, tolak H0 untuk

harga yang lainnya (Pratisto, 2004:5).

2) Uji Homogenitas Data

Apabila masing-masing data berdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan uji Bartlett.

Hipotesis

H0 : Kedua sampel mempunyai varians sama

% Peningkatan = x 100%

skor akhir ฀ skor awal skor maksimum ฀ skor awal


(55)

47 H1 : Kedua sampel mempunyai varians berbeda

a) Kriteria Uji

-Jika χ 2hitung < χ 2tabel sehingga H0 diterima

-Jika χ 2hitung > χ 2tabel sehingga H0 ditolak (Sudjana, 2005:261).

Apabila masing-masing data tidak berdistribusi normal, maka

dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney U dengan menggunakan program SPSS versi 17.

a) Hipotesis

H0 : rata-rata nilai kedua sampel tidak berbeda secara signifikan

H1 : rata-rata nilai kedua sampel berbeda secara signifikan

b) Kriteria Uji

- Jika probabilitasnya > 0,05 maka H0 diterima

- Jika probabilitasnya < 0,05 maka H0 ditolak

3) Pengujian Hipotesis

Hipotesis diuji dengan menggunakan uji kesamaan dua rata-rata dan uji perbedaan dua rata-rata (uji t) dengan menggunakan program SPSS versi 17.

1) Uji Kesamaan Dua Rata-rata a) Hipotesis

H0 : Rata-rata N-gain kedua sampel sama

H1 : Rata-rata N-gain kedua sampel tidak sama

b) Kriteria Uji

-Jika –t tabel < t hitung < tabel, maka H0 diterima


(56)

48 (Pratisto, 2004:13).

2) Uji Perbedaan Dua Rata-rata a) Hipotesis

H0 : Rata-rata N-gain pada kelompok eksperimen sama dengan

kelompok kontrol.

H1 : Rata-rata N-gain pada kelompok eksperimen lebih tinggi

dari kelompok kontrol. b) Kriteria Uji

-Jika –t tabel < t hitung < t tabel, maka H0 diterima

-Jika t hitung < -t tabel atau t hitung> t tabel, maka H0 ditolak

(Prastito, 2004:10).

G. Mendeskripsikan Hasil Belajar Siswa

Hasil belajar siswa dalam pembelajaran Biologi dideskripsikan dengan langkah sebagai berikut :

1) Memberikan skor pada lembar penilaian hasil belajar siswa seperti pada tabel dibawah ini:

Tabel 7. Lembar penilaian hasil belajar siswa

No. Nama

Siswa

Skor padaAspek Hasil Belajar Siswa

C1 C2 C3 C4 dst.

No. soal No. soal No. soal No. soal No. soal No. soal No. soal No. soal No. soal No. soal 1 2 3 4 5 dst. R N S Kriteria


(57)

49

Catatan : Berilah skor pada setiap item yang sesuai (Sumber: Paidi, 2010:8) Keterangan: C1= Mengingat; C2= Memahami; C3= Mengaplikasikan; C4=

Menganalisis; C5= Mengevaluasi; C6= Mencipta;

R= Jumlah skor hasil belajar yang diperoleh; N= Jumlah skor maksimum; S= Nilai hasil belajar yang diharapkan (dicari).

2) Menunjukkan skor seluruh siswa.

3) Menentukan nilai tiap indikator hasil belajar siswa dengan menggunakan rumus :

Keterangan: S = Nilai hasil belajar yang diharapkan (dicari); R = Jumlah skor hasil belajar yang diperoleh; N = Jumlah skor hasil belajar maksimum (Purwanto, 2008:112).

4) Setelah data diolah dan diperoleh nilainya, maka hasil belajar siswa tersebut dapat dilihat dari kriteria sebagai berikut :

Tabel 8. Kriteria hasil belajar siswa

Nilai Kriteria

71 – 100 31 – 70

0 – 30

Tinggi Sedang Rendah (Sumber: Hake, 1999:1)

H. Pengolahan Data Aktivitas Belajar Siswa

Data aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung merupakan data yang diambil melalui observasi. Data tersebut dianalisis menggunakan persentase aktivitas siswa. Langkah-langkah yang dilakukan yaitu :

1) Menghitung persentase aktivitas menggunakan rumus : S= x 100

R N

Persentase = x 100% skor perolehan


(58)

50 Tabel 9. Lembar observasi aktivitas belajar siswa

No. Nama

Aspek yang diamati

A B C D

1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3

1 2 3 dst Jumlah skor Skor maksimum Persentase Kriteria

Berilah tanda checklist () pada setiap item yang sesuai (Sumber: Arikunto, 2009:183). Keterangan kriteria penilaian aktivitas belajar siswa :

A. Mengajukan pertanyaan:

1) Tidak mengajukan pertanyaan

2) Mengajukan pertanyaan tetapi tidak relevan dengan materi 3) Mengajukan pertanyaan yang relevan dengan materi B. Menjawab pertanyaan:

1) Tidak menjawab pertanyaan

2) Menjawab pertanyaan tetapi tidak relevan dengan materi 3) Menjawab pertanyaan yang relevan dengan materi C. Bekerja sama dalam kelompok

1) Tidak bekerja sama dalam kelompok

2) Bekerja sama dalam kelompok tetapi hanya satu atau dua teman 3) Bekerja sama dalam kelompok dengan semua anggota kelompok D. Mengungkapkan pendapat atau bertahan terhadapnya :

1) Tidak mengungkapkan pendapat

2) Mengungkapkan pendapat tetapi tidak relevan dengan materinya 3) Mengungkapkan pendapat yang relevan dengan materi

2) Menafsirkan atau menentukan kategori persentase aktivitas belajar siswa sesuai pada tabel 10.

Tabel 10. Kriteria persentase aktivitas belajar siswa

Persentase (%) Kriteria

87,50 – 100 75,00 – 87,49 50,00 – 74,99

0 – 49,99

Sangat baik Baik Cukup Kurang (Sumber: Hidayati, 2011:17)


(59)

51

I. Tanggapan Siswa terhadap Penggunaan Media Kartu Bergambar melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Data tanggapan siswa terhadap kegiatan pembelajaran terhadap penggunaan media kartu bergambar melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD dikumpulkan melalui penyebaran angket. Angket tanggapan berisi tujuh pernyataan yang terdiri dari empat pernyataan positif dan tiga pernyataan negatif. Pengolahan data angket dilakukan sebagai berikut:

1) Menghitung skor angket pada setiap jawaban sesuai dengan ketentuan pada tabel 11.

Tabel 11. Skor per soal angket

Pernyataan angket Skor per soal angket

1 0

Pernyataan positif S TS

Pernyataan negatif TS S

Keterangan : S = setuju; TS = tidak setuju.

2) Menghitung persentase skor angket dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Keterangan : P = Persentase jawaban siswa; f = frekuensi jawaban; N = banyaknya jawaban (Sudijono, 2004:43).

3) Melakukan tabulasi data temuan pada angket berdasarkan klasifikasi yang dibuat, bertujuan untuk memberikan gambaran frekuensi dan kecendrungan dari setiap jawaban berdasarkan pernyataan angket.

P= x 100% f


(60)

52 Tabel 12. Data angket tanggapan siswa terhadap penggunaan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD

No. Pertanyaan

angket

Pilihan Jawaban

Nomor Responden (siswa)

Persentase

1 2 3 4 5 dst.

1. S

TS

2. S

TS

dst. S

TS

4) Menafsirkan persentase angket untuk mengetahui tanggapan siswa yang pembelajarannya menggunakan model kooperatif tipe STAD.

Tabel 13. Kriteria persentase angket tanggapan siswa terhadap penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD

Persentase (%) Kriteria

100 76 – 99 51 – 75

50 26 – 49

1 – 25 0

Semuanya Sebagian besar Pada umumnya Setengahnya

Hampir setengahnya Sebagian kecil Tidak ada (Sumber: Hendro dalam Hastriani, 2006:43)


(61)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Penggunaan media kartu bergambar melalui model pembelajaran

kooperatif tipe STAD tidak efektif untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa.

2. Penggunaan media kartu bergambar melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD tidak efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

3. Kurang lebih 50% siswa memberikan tanggapan positif terhadap penggunaan media kartu bergambar melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD.


(62)

66

B. Saran

Untuk kepentingan penelitian yang berikutnya, maka penulis menyarankan sebagai berikut:

1. Penelitian hanya dilakukan sebanyak dua pertemuan sehingga dimungkinkan siswa belum terbiasa dengan media kartu bergambar melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang diterapkan, diharapkan untuk penelitian selanjutnya rancangan penelitian lebih dari dua kali pertemuan sehingga siswa mempunyai pengalaman belajar dengan media kartu bergambar melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

2. Peneliti seharusnya mempertimbangkan jumlah anggota untuk setiap kelompok agar proses pembelajaran dapat berjalan kondusif.

3. Sebaiknya peneliti meningkatkan kualitas serta kelengkapan media kartu bergambar dan mendesainnya yang menarik agar kemampuan belajar siswa dapat dikembangkan secara optimal.


(63)

DAFTAR PUSTAKA

Aini, Q. 2011. Pengaruh Penggunaan Bahan Ajar Leaflet terhadap Prestasi Belajar Siswa pada Materi Pokok Ekosistem. (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Amrina, Z. 2004. Hubungan Antara Gaya Kognitif dengan Hasil Belajar Matematka Siswa Kelas II SMU Negeri di Kota Padang. Jurnal

Pembelajaran Vol 207 No 1 April 2004. Universitas Negeri Padang Press. Padang.

Anderson, L.W. 2008. Bl m’s Tax n my Revised: A Tax n my f Lea ning,

Teaching, and Assessing. New York. Diakses dari

http://www.transitionmathproject.org/partners/wcp/doc/bloom.pdf (04 Juli 2012; 10:49 wib).

Arikunto, S. 2009. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta. Arsyad, A. 2007. Media Pembelajaran. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. BSNP. 2006. Panduan Penyusunan KTSP Jenjang Pendidikan Dasar dan

Menengah. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta. Depdiknas. 2003. Pendidikan menurut undang-undang. Jakarta. http//:www.depdiknas.co.id. (07 mei 2012; 08:00 wib).

Dimyati dan Mujiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. Djamarah, S.B dan A. Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta.

Hadjar, I. 1999. Dasar-dasar Metodelogi Penelitian Kwantitatif dalam Pendidikan. Raja Grasindo. Jakarta.

Hake, R.R. 1999. Analizing Change/Gain Scores. Indiana University. USA. http://physics. Indiana.edu/~sdi/AnalizingChange_Gain.pdf (21 Desember 2011; 09:05 wib).

Hamalik, O. 2001. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta. Hartono, B. 2007. Strategi dan Metode. Dalam


(64)

68 http://budih.blogs.friendster.com/budi_hartono/2007/07/index html. (19 Mei 2012; 15:24 wib).

Herlina. 2011. Penggunaan Kartu Kata dan Gambar untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Siswa Kelas I SDN Banjarimbo 02 Kecamatan Lumbang Kabupaten Pasuruan. (Skripsi). Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.

http://repository.upi.edu/operator/upload/s_a0651_0810414_chapter2.pdf. (29 Oktober 2011; 19.45 wib).

Hidayati, Rustaman, dan Redjeki. 2011. Training of Trainer Berorientasi Higher Order Learning Skills dan Pengaruhnya pada Prestasi serta Performance Guru. (Prosiding Seminar Nasional Pendidikan 2011). Kerjasama FKIP Unila-HEPI. Bandar Lampung.

Isjoni. 2007. Cooperative learning. Alfabeta. Bandung.

Kusmiati, E. 2011. Upaya Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas IX B SMP Negeri 1 Parongpong Melalui Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe TGT. Bandung. Diakses dari

http://repository.upi.edu/operator/upload/s_pfis_0804634_chapter4.pdf (14 Agustus 2012; 11:10 wib

Lie, A. 2002. Cooperatif Learning. Penerbit PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta.

Mardaila, Y. 2009. Perbandingan Pembelajaran Kooperatif antara Tipe STAD dengan TPS Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Margono, S. 2009. Metodologi Penelitian Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta. Muliani. 2009. Masalah Pendidikan di Indonesia. Bangka Belitung. Diakses dari

http//:www.ubb.ac.id. (16 April 2012; 08:05 wib).

Paidi. 2010. Model Pemecahan Masalah dalam Pembelajaran Biologi di SMA.

Artikel Semnas FMIPA 2010 UNY.

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/132048519/Artikel Semnas MIPA2010 UNY.pdf. (18 April 2012; 04:37 wib).

Prapita, D. E. 2009. Efektivitas Media Kartu Bergambar Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Ekosistem Kelas VII SMP Negeri 1 Klaten Tahun Ajaran 2008/2009. (Skripsi). Universitas Muhammadiyah


(65)

69 Surakarta. Surakarta. http://etd.eprints.ums.ac.id/4258/2/A420050019.pdf. (28 Oktober 2011; 21.04 wib).

Pratisto, A. 2004. Cara Mudah Mengatasi Masalah Statistik dan Rancangan Percobaan dengan SPSS 12. Gramedia. Jakarta.

Purwanto, N. 2004. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Riyanto. 2012. Penerapan Model Pembelajaran Think Pair Share untuk

Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Fisika Siswa. Bandung. Diakses dari http://repository.upi.edu/operator/upload/s_fis_056895_chapter2.pdf (14 Agustus 2012; 10:57 wib)

Rusman. 2010. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Rajawali Pers. Jakarta.

Sadiman, A. 2008. Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Saksono. 1984. Efektivitas dalam Pembelajaran. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Solihatin, E. 2007. Cooperative Learning: Analisis Model Pembelajaran IPS. Bumi Aksara. Jakarta.

Suarni, E.S. 2012. Penerapan Metode Talking Stick pada Pembelajaran Seni Tari untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa Kelas XI IPA di SMA Warga Bakti Cimahi. Bandung. Diakses dari

http://repository.upi.edu/operator/upload/s_sdt_0707968_chapter1.pdf (04 Juli 2012; 09:53 wib).

Sudijono, A. 1995. Pengantar Evaluasi Pendidikan. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. 487 hlm.

Sudijono, A. 2004. Pengantar Statistik Pendidikan. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Sudjana. 2005. Metode Statistika. Tarsito. Bandung.

Sudjana, N. dan R. Ahmad. 2010. Media Pengajaran. Sinar Baru Algesindo. Bandung.

Suyitno, A. 2000. Dasar-dasar dan Proses Pembelajaran Matematika I.


(66)

70 Syifa. 2011. Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran Pencemaran

Air dengan Menggunakan Guided Discovery. Bandung. Diakses dari http://repository.upi.edu/operator/upload/s_bio_0602790_chapter4.pdf (14 Agustus 2012; 11:13 wib)

Syukrina, E. 2011. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dalam Meningkatkan Aktivitas Belajar dan Hasil Belajar Siswa Pada Bahasan Jurnal Penyesuaian di SMA Pasundan 1 Bandung. Diakses dari

http://repository.upi.edu/operator/upload/s_pea_0705869_chapter4.pdf (19 Juni 2012; 12:04 wib).

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Kencana. Jakarta.

Yani, R. F. 2011. Pengaruh Penggunaan Multimedia Berbentuk Kartu Bergambar Terhadap Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (Tik) Di Sekolah Menengah Pertama. (Skripsi). Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.

http://repository.upi.edu/skripsiview.php?no_skripsi=3322. (1 November 2011; 04:07 wib).


(67)

SILABUS (KelasEksperimen)

SatuanPendidikan : SMA Negeri 1 Pagelaran Mata Pelajaran : Biologi

Kelas / Semester : X / 2 (genap)

StandarKompetensi : 3. Memahamimanfaatkeanekaragamanhayati

KompetensiDasar MateriPelajar an

KegiatanPembel

ajaran Indikator Penilaian

Alokasi Waktu Sumber/ Alat/ Bahan NilaiKarakt er 3.3Mendeskripsikanciri-ciriDivisiodalamDun iaTumbuhandanpera nannyabagikelangsu nganhidup di bumi

1. Ciri-ciriDivisiodalam DuniaTumbuhan 2. Peranannyabagik elangsunganhidu p di bumi

1. Mengamati media kartubergambarme ngenaiciri-ciriDivisiodalamD uniaTumbuhandan peranannyabagikel angsunganhidup di bumimenggunaka n model STAD. 2. Mengelompokkan media kartubergambarme ngenaiciri-ciriDivisiodalamD uniaTumbuhanber dasarkankelasnya, danperanannyabag ikelangsunganhidu p di bumimenggunaka nmodel STAD. 1. Mengklasifikasikan tumbuhanberdasark anciri-cirinya. 2. Menjelaskanciri-ciriDivisiodalamDu niaTumbuhan. 3. Mengenalanggotad arisetiapDivisiodala mDuniaTumbuhan berdasarkanmorfol oginya. 4. Membandingkancir i-ciriDivisiodalamDu niaTumbuhan. 5. Menjelaskansiklush idupdaritiapDivisio dalamDuniaTumbu han. 6. Menjelaskanperana nDuniaTumbuhanb agikelangsunganhid Jenis:  Testertulis  Nontes Bentuk:  uraian  Lembarobs ervasiaktiv itassiswa  Angkettan ggapansis wa

4 x 45 menit Sumber:  Aryulina, dkk. 2007. Biologi SMA dan MA untukKelas X.Erlangga. Jakarta.  Internet Alat: Laptop, proyektor, kartubergamba r. Bahan: LKS ciri-ciriDuniaTumb uhandanperana nnyabagikelan Peduli, tanggungjawab, bekerjasama, komunikatif, rasa ingintahu, menjadipendeng ar yang baik, menyimak. L a mp ira n 1 .Sil a b us P em bela ja ra n 71


(68)

3. MendiskusikanLe mbarKerjaSiswa (LKS) yang telahdibagikanme ngenaiciri-ciriDivisiodalamD uniaTumbuhan, danperanannyabag ikelangsunganhidu p di

bumimenggunaka n model STAD. 4. Mempresentasikan

hasildiskusikelom pok.

up di bumi. gsunganhidup

di bumi.

Pagelaran, 26 Februari 2013

Guru Pamong Peneliti

EndangWahyuningsih, S.Pd., M.M. EkoBudiyono

NIP 19691101199802 2 001 NPM 0813024027

Mengetahui,

Kepala SMA Negeri 1 Pagelaran

HasanPauzi, S.Pd., M.M.


(69)

SILABUS (KelasKontrol)

SatuanPendidikan : SMA Negeri 1 Pagelaran Mata Pelajaran : Biologi

Kelas / Semester : X / 2 (genap)

StandarKompetensi : 3. Memahamimanfaatkeanekaragamanhayati

KompetensiDasar MateriPelajar an

KegiatanPembel

ajaran Indikator Penilaian

Alokasi Waktu Sumber/ Alat/ Bahan NilaiKarakt er 3.3Mendeskripsikanciri-ciriDivisiodalamDun iaTumbuhandanpera nannyabagikelangsu nganhidup di bumi

1. Ciri-ciriDivisiodalam DuniaTumbuhan 2. Peranannyabagik elangsunganhidu p di bumi

1. Mengkajiliteratur mengenaiciri-ciriDivisiodalamD uniaTumbuhandan peranannyabagikel angsunganhidup di bumimenggunaka n model STAD. 2. Mengelompokkan mengenaiciri-ciriDivisiodalamD uniaTumbuhanber dasarkankelasnya, danperanannyabag ikelangsunganhidu p di bumimenggunaka n model STAD. 3. MendiskusikanLe mbarKerjaSiswa (LKS) yang 1. Mengklasifikasikant umbuhanberdasarka nciri-cirinya. 2. Menjelaskanciri-ciriDivisiodalamDun iaTumbuhan. 3. Mengenalanggotadar isetiapDivisiodalam DuniaTumbuhanber dasarkanmorfologin ya. 4. Membandingkanciri-ciriDivisiodalamDun iaTumbuhan. 5. Menjelaskansiklushi dupdaritiapDivisioda lamDuniaTumbuhan . 6. Menjelaskanperanan DuniaTumbuhanbag ikelangsunganhidup di bumi. Jenis:  Testertulis  Non tes Bentuk:  uraian  Lembarobs ervasiaktiv itassiswa  Angkettan ggapansis wa

4 x 45 menit Sumber:  Aryulina, dkk. 2007. Biologi SMA dan MA untukKelas X.Erlangga. Jakarta.  Internet Alat: Laptop, proyektor, kartubergamba r. Bahan: LKS ciri-ciriDuniaTumb uhandanperana nnyabagikelan Peduli, tanggungjawab, bekerjasama, komunikatif, rasa ingintahu, menjadipendeng ar yang baik, menghargaipres tasi.


(70)

telahdibagikanme ngenaiciri-ciriDivisiodalamD uniaTumbuhan, danperanannyabag ikelangsunganhidu p di

bumimenggunaka n model STAD. 4. Mempresentasikan

hasildiskusikelom pok.

gsunganhidup di bumi.

Pagelaran, 26 Februari 2013

Guru Pamong Peneliti

EndangWahyuningsih, S.Pd., M.M. EkoBudiyono

NIP 19691101199802 2 001 NPM 0813024027

Mengetahui,

Kepala SMA Negeri 1 Pagelaran

HasanPauzi, S.Pd., M.M.

NIP 19671103199903 1 003


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

PENGGUNAAN MEDIA KARTU BERGAMBAR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN SURVEY, QUESTION, READ, RECITE AND REVIEW (SQ3R) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA PADA MATERI POKOK KEANEKARAGAMAN HAYATI (Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas X Semester Genap SMA YP Unila

2 22 52

PENGGUNAAN MEDIA KARTU BERGAMBAR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA PADA MATERI POKOK KEANEKARAGAMAN HAYATI (Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Kotagajah Semester Genap

0 7 57

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA KARTU BERGAMBAR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA PADA MATERI POKOK KEANEKARAGAMAN HAYATI (Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas X SMA Negeri

1 14 63

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA KARTU BERGAMBAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR SISWA DAN PENGUASAAN MATERI OLEH SISWA PADA MATERI POKOK VIRUS

3 7 66

EFEKTIVITAS ANIMASI MULTIMEDIA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR DAN PENGUASAAN MATERI POKOK SISTEM PEREDARAN DARAH OLEH SISWA (Studi Eksperimen pada Siswa Kelas XI IPA Semester

0 10 53

PENGARUH MEDIA AUDIO-VISUAL MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) TERHADAP AKTIVITAS DAN PENGUASAAN MATERI OLEH SISWA PADA MATERI POKOK VERTEBRATA (Studi Eksperimen pada Siswa Kelas X SMA Negeri 13 Bandar Lampung S

0 2 60

PENGARUH MEDIA AUDIO-VISUAL MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) TERHADAP AKTIVITAS DAN PENGUASAAN MATERI OLEH SISWA PADA MATERI POKOK VERTEBRATA (Studi Eksperimen pada Siswa Kelas X SMA Negeri 13 Bandar Lampung S

1 8 76

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA KARTU BERGAMBAR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK DUNIA TUMBUHAN (Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas X Semester Genap SMA Neger

0 20 129

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) DENGAN MEDIA KARTU BERGAMBAR TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR DAN PENGUASAAN MATERI POKOK DUNIA TUMBUHAN (Kuasi Eksperimental pada Siswa Kelas X Semester Genap SMA PGRI 1 Terbanggi Besar Tahun Pelajaran 2

0 4 60

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA POSTER MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD)TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PADA MATERI POKOK PENGELOLAAN LINGKUNGAN (Studi Eksperimen pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Neg

0 28 68