Pengaruh Total Kredit Perbankan dan Kapitalisasi Pasar Saham Terhadap Produk Domestik Bruto Indonesia Periode Januari 2005- Juni 2013
ABSTRAK
Pengaruh Total Kredit Perbankan dan Kapitalisasi Pasar Saham terhadap Produk Domestik Bruto Indonesia Periode Januari 2005- Juni 2013
Oleh JIMI SUNARYO
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bukti empiris tentang pengaruh pengaruh total kredit perbankan dan kapitalisasi pasar saham terhadap produk domestik bruto Indonesia. Data yang digunakan adalah data sekunder berupa data time series bulanan dan data triwulan periode Januari 2005 hingga Juni 2013. Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah Vector Error Correction Model (VECM). Hasil penelitian menunjukan perkembangan volume penyaluran kredit memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel pertumbuhan ekonomi baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek, sedangkan variabel perkembangan kapitalisasi pasar modal hanya berpengaruh secara signifikan kepada variabel kredit domestik bruto dalam jangka panjang, tidak dalam jangka pendek.
Penelitian ini juga menunjukan bahwa perubahan total kredit mampu memberikan kontribusi hingga 2,011%, sedangkan variabel kapitalisasi pasar saham
memberikan kontribusi lebih besar dalam mempengaruhi Produk domestk bruto apabila dibandingkan dengan variabel total kredit kredit, yakni mampu mencapai 6,923%.
Kata Kunci: Kredit Perbankan, Kapitalisasi Pasar Saham, Produk Domestik Bruto dan VECM
(2)
ABSTRACT
The Influence of Bank Credit and Market Capitalization on Gross Domestic Product Indonesia during Januari 2005- Juni 2013
by
JIMI SUNARYO
This research aims to obtain empirical evidence the influence of bank credit and market capitalization on gross domestic product Indonesia. The secondary data as used in the research such as time series montly and per three monts data during Januari 2005 until Juni 2013. The analytical model used in this study is Vector Error Correction Model (VECM). The research finding indicate that progress on volume of bank credit significantly influence gross domestic product both short term and long term while variable market capitalization only significantly influence in long term. This research also shows that that progress on volume of bank credit could contrbuted to influence gross domestic product about 2.011% while market capitalization give bigger contribute than bank credit, ii is could reach 6.923% .
Key words: Bank Credit, Market Capitalization, Gross Domestic Product and VECM
(3)
Pengaruh Total Kredit Perbankan dan Kapitalisasi Pasar Saham Terhadap Produk Domestik Bruto Indonesia Periode Januari 2005- Juni 2013
(Skripsi)
Oleh JIMI SUNARYO
Jurusan Ekonomi Pembangunan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung Bandar Lampung
(4)
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Tingkat Pertumbuhan Ekonomi (PDB), Penyaluran Kredit oleh Perbankan, Kapitalisasi Pasar saham dalam miliar Rupiah periode
maret 2005 sampai dengan september 2012... 5 2. kerangka pemikiran... 10 3. Aliran Dana Melalui Sistem Keuangan... 17 4. Hubungan antara Sistem Keuangan dan Pertumbuhan
Ekonomi... 29 5. Bagan Analisa VAR ... 53 6. Respon kapitalisasi pasar modal (KPS) dan Total Kredit (TK) terhadap
(5)
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ... i
DAFTAR GAMBAR ... iv
DAFTAR TABEL ... v
DAFTAR LAMPIRAN ... vi
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Perumusan Masalah ... 7
C. Tujuan Penelitian ... 7
D. Manfaat Penelitian ... 8
E. Kerangka Pemikiran ... 8
F. Hipotesis ... 10
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pertumbuhan Ekonomi... 11
Pengertian Dan Konsep Pertumbuhan Ekonomi... 11
(6)
B. Sistem Keuangan... 16
Bank... 18
Kredit... 19
Pasar Modal... 24
C. Hubungan Antara Sistem Keuangan Dan Pertumbuhan Ekonomi... 26
D. Tinjauan Empiris ... 29
1. King dan Levine (1993)... 29
2. Levine dan Zervos (1998)... 31
3. Rousseau dan Xiao (2007)... 31
4. Gilman Pradana Nugraha (2007)... 33
III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data ... 40
B. Batasan Variabel.. ... 40
C. Metode Analisis ... 42
D. Proses dan Identifikasi Model Penelitian... 42
1. Uji Stationary... 42
2. Penentuan Lag Optimal... ... 45
3. Uji Kointegrasi ... 46
4. Model Umum Vector Auto Regression (VAR)... 47
5. Prosedur VAR / Vector Error Correction Model (VECM)... 48
6. Innovation Accounting... 49
Impulse Response Function (IRF)... 49
(7)
7. Spesifikasi Model... 51
IV. HASIL DAN PEMBAHASANN A. Hasil Pengujian Stasioneritas... 53
B. Penentuan Panjang Lag Optimal... 55
C. Hasil dan Pembahasan Uji Kointegrasi ... 57
D. Hasil Estimasi VECM... 59
1. Impulse Response Function (IRF)... 61
2. Variance Decomposition... 63
V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan... 67
(8)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
A.Hasil Uji Unit Root dengan Philip-Pheron Test pada variabel Produk Domestik Bruto(PDB), Total Kredit Perbankan (TK) dan Kapitalisasi Pasar Saham (KPS) Pada Ordo Level.
B.Hasil Uji Unit Root dengan Philip-Pheron Test pada variabel Produk Domestik Bruto(PDB), Total Kredit Perbankan (TK) dan Kapitalisasi Pasar Saham (KPS) pada Orde First Different.
C.Hasil Uji Kointegrasi Metode Johansen. D.Hasil Estimasi VECM.
E. Hasil Impulse Response Function F. Hasil Variance Decomposition.
G.Hasil Analisis Output VD Pengaruh Total Kredit (TK) dan Kapitalisasi Pasar Saham (KPS) Terhadap Pertumbuhan Ekonomi (PDB).
(9)
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1 Ringkasan Hasil Penelitian Empirik King dan Levine (1993))... 36
2 Ringkasan Hasil Penelitian Empirik Levine dan zervos (1998) ... 37
3 Ringkasan Hasil Penelitian Empirik Rousseau dan Xiao (2007)... 38
4 Ringkasan Hasil Penelitian Empirik Nugraha (2007)... 39
5 Hasil Uji Unit Root dengan Phillip-Perron, pada tingkat level... 54
6 Hasil Uji Unit Root dengan Phillip-Perron, pada First Difference... 55
7 Penetapan Lag Optimum ... 56
8 Uji Kointegrasi dengan Menggunakan Metode Johansen... 58
(10)
(11)
PERSEMBAHAN
Skripsi ini ku persembahkan kepada Ayahanda dan Ibunda Tersayang, seluruh keluarga besarku, kekasihku, sahabat dekatku, para sahabat-sahabatku, almamater
(12)
(13)
(14)
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kendari Sulawesi Tenggara tanggal 13 Oktober 1987 dan merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Sunaryo dan Umiyati. Pendidikan pertama penulis adalah Sekolah Dasar wanseriwu Kendari, lulus pada tahun 1999. Kemudian melanjutkan ke tingkat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 2 TIKEP Kendari, dan lulus pada tahun 2002, yang kemudian dilanjutkan ke Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 1 TIKEP Kendari, dan lulus pada tahun 2005.
Pada Tahun 2007, penulis melanjutkan ke perguruan tinggi, yaitu di Universitas Lampung Jurusan Ekonomi Pembangunan melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di beberapa lembaga kemahasiswaan, baik intern kampus maupun ekstern kampus. Di lingkungan intra kampus: Ketua Biro Dana dan Usaha Himpunan Mahasiswa Ekonomi Pembangunan (HIMEPA) periode 2009/2010, kemudian di lingkungan di luar kampus, penulis aktif sebagai anggota Wilayah Ikatan Mahasiswa
(15)
SANWACANA
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, karena atas kasih karunia-Nya Skrpsi ini dapat diselesaikan. Penyusunan skripsi dengan judul “Pengaruh Total Kredit Perbankan Dan Kapitalisasi Pasar Saham Terhadap Produk Domestik Bruto Indonesia Periode Januari 2005- Juni 2013 “ ini dimaksudkan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan studi Sarjana di Universitas Lampung.
Proses pembelajaran yang penulis alami selama ini memberikan kesan dan makna mendalam bahwa ilmu dan pengetahuan yang dimiliki penulis masih sangat terbatas. Bimbingan, keteladanan dan bantuan dari berbagai pihak yang diperoleh penulis mempermudah proses pembelajaran tersebut. Untuk itu dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Satria Bangsawan, S.E., M.Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
2. Bapak M.Husaini, S.E, M.E.P. selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Lampung.
3. Ibu Asih Murwiati, S.E, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan.
4. Bapak MA Irsan Dalimunthe, S.E., selaku dosen pembimbing. 5. Bapak Thomas Andrian,S.E.,M.Si., selaku dosen pembimbing.
(16)
8. Bapak dan Ibu Dosen Ekonomi Pembangunan Universitas Lampung. 9. Seluruh Staff dan Karyawan Ekonomi Pembanguan.
10. Seluruh staff dan karyawan BPS dan BI.
11. Ayah dan Ibunda tercinta yang telah menanamkan kepada penulis tentang pentingnya pendidikan.
12. Lina Fitri Yani, you`r the best.
13. Teman-teman mahasiswa Ekonomi Pembangunan angkatan 2007,
2008,2009 serta amgkatan 2010 ,2011 dan 2012 yang sudah sangat banyak membantu dalam proses skripsi ini yang tidak sempat saya sebutkan. 14. Serta semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu yang telah
memberikan bantuan dan dorongan kepada penulis.
Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, akan tetapi saya berharap semoga Skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Bandar Lampung, 18 Desember 2014 Penulis
JIMI SUNARYO
(17)
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia sebagai negara berkembang memiliki karakteristik perekonomian yang tidak berbeda jauh dengan negara sedang berkembang lainnya. Karakteristik perekonomian tersebut yaitu pendapatan nasional yang fluktuatif serta tingkat pertumbuhan penduduk dan pengangguran yang tinggi, tingkat produktivitas dan kualitas hidup rendah, ketergantungan pada sektor pertanian atau primer, pasar dan informasi tidak sempurna, tingkat ketergantungan pada angkatan kerja tinggi, dan ketergantungan tinggi pada ekspor komoditas primer. Pencapaian tingkat pendapatan nasional yang tinggi dalam proses pembangunannya dihadapkan pada permasalahan dalam keterbatasan modal untuk membiayai investasi pembangunan dan sektor keuangan memegang peranan yang sangat signifikan dalam memicu pembangunan ekonomi suatu negara.
Salah satu konsep yang lazim digunakan dalam pendapatan nasional adalah Produk domestik bruto (PDB). Produk domestik bruto merupakan jumlah nilai produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh unit-unit produksi di dalam batas wilayah suatu negara (domestik) selama satu tahun. Dalam perhitungan GDP ini, termasuk juga
(18)
hasil produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan/orang asing yang beroperasi di wilayah negara yang bersangkutanPendapatan nasional suatu negara.
Menurut Laporan Perekonomian Indonesia 2012 ditengah ekonomi dunia yang tumbuh melambat, ekonomi Indonesia pada tahun 2012 tumbuh cukup tinggi sebesar 6,2%, terutama ditopang oleh permintaan domestik. Dalam delapan tahun terakhir, perekonomian Indonesia terus tumbuh cukup tinggi mencapai rata-rata di atas 6% per tahun dan merupakan salah satu negara dengan tingkat pertumbuhan tertinggi
sekaligus paling stabil di dunia. Terjaganya kesinambungan pertumbuhan ekonomi tersebut didukung oleh lingkungan ekonomi makro dan sistem keuangan yang kondusif dan stabil.
Laporan Perekonomian Indonesia 2012 juga menyatakan bahwa Pertumbuhan ekonomi tahun 2012 ditopang oleh kenaikan kontribusi permintaan domestik di tengah pelemahan kinerja ekspor yang terimbas oleh melemahnya permintaan eksternal. Sementara itu, kinerja impor, meskipun melambat masih tumbuh lebih tinggi dibanding ekspor sejalan dengan masih kuatnya permintaan domestik. Kuatnya permintaan domestik terutama berasal dari konsumsi rumah tangga yang mencapai pertumbuhan tertinggi sejak krisis keuangan global tahun 2008/2009, didukung oleh terjaganya daya beli dan keyakinan konsumen yang meningkat.
Lebih lanjut menurut Laporan Perekonomian Indonesia 2012 dilihat dari sektor keuangan, kinerja perekonomian domestik yang berdaya tahan tersebut juga didukung
(19)
oleh membaiknya kinerja perbankan. Membaiknya kinerja perbankan antara lain terlihat dari ekspansi kredit yang masih tetap tinggi dan dapat dipertahankan pada tingkat yang aman bagi perekonomian. Hal tersebut diikuti dengan strategi
penyaluran kredit yang ditujukan ke sektor produktif dalam bentuk kredit investasi. Selama tahun 2012, kredit investasi mencatat pertumbuhan tertinggi diikuti oleh kredit modal kerja (KMK) dan kredit konsumsi. Membaiknya kinerja perbankan juga terlihat dari sisi pendanaan sebagaimana terlihat dari meningkatnya dana pihak ketiga, terutama dalam bentuk deposito.
Sektor keuangan menjadi lokomotif pertumbuhan sektor riil melalui akumulasi kapital dan inovasi teknologi. Lebih tepatnya, sektor keuangan mampu memobilisasi tabungan. Sektor keuangan menyediakan para peminjam berbagai instrumen
keuangan dengan kualitas tinggi dan resiko rendah. Hal ini akan menambah investasi dan akhirnya mempercepat pertumbuhan ekonomi. Di lain pihak, terjadinya
asymmetric information, yang dimanifestasikan dalam bentuk tingginya biaya-biaya transaksi dan biaya-biaya informasi dalam pasar keuangan dapat diminimalisasi, jika sektor keuangan berfungsi secara efisien.
Dalam ruang lingkup kebijakan makroekonomi, sektor keuangan menjadi alat transmisi kebijakan moneter. Dengan demikian, shock yang dialami sektor keuangan juga mempengaruhi efektivitas kebijakan moneter. Perkembangan sistem keuangan yang mampu menjalankan fungsi-fungsinya secara efektif serta memiliki ketahanan
(20)
yang tinggi merupakan langkah yang sangat srategis dalam mendukung percepatan pemulihan ekonomi dan menjaga kestabilan makro ekonomi (Levine, 1997).
Perbankan dan pasar modal di Indonesia yang juga menjadi indikator sistem
keuangan terus mengalami peningkatan dari tahun-ketahun, hal ini dapat dilihat dari data total kredit domestik yang menjadi salah satu indikator perbankan dimana total kredit domestik Indonesia maret 2005 adalah 219.554 miliar rupiah meningkat menjadi 871.892 miliar rupiah per september 2012, begitu juga dengan kapitalisasi pasar saham per maret 2005 tercatat 735.807 miliar rupiah menjadi 4.027.750 miliar rupiah pada september 2012.
Penelitian Demirguc-kunt dan Levine (1996) menemukan bahwa dibeberapa negara berkembang pasar modal memang berjalan beriringan dengan pertumbuhan sektor perbankan. Salah satu hal yang menyebabkan terkaitnya perkembangan pasar modal dan pertumbuhan sektor perbankan adalah karena transaksi-transaksi di pasar modal dilakukan melalui sistem perbankan. Jika terjadi perkembangan dipasar modal, maka transaksi yang dilayani oleh perbankan akan meningkat.
Disisi lain perekonomi juga terus mengalami peningkatan dari tahun-ketahun dari Gambar 1 dapat dilihat pada maret 2005 produk domestik bruto (PDB) Indonesia adalah 426.612 miliar rupiah menigkat menjadi 671.476 miliar rupiah per desember 2012, hal ini seolah menunjukan bahwa sistem keuangan saling terkait dengan pertumbuhan ekonomi dimana ketika terjadi peningkatan dalam sistem keuangan pertumbuhan ekonomi juga akan merespon positif .
(21)
Gambar 1. Produk Domestik Bruto, Penyaluran Kredit oleh Perbankan dan Kapitalisasi Pasar saham (dalam miliar Rupiah periode maret 2005 sampai dengan september 2012)
Sumber : Website Bank Indonesia www.bi.go.id, (data diolah)
Beberapa penelitian telah dilakukan sebelumnya yang memasukan beberapa indikator perbankan dan pasar modal untuk mengetahui hubungannya dengan pertumbuhan ekonomi diantaranya adalah Levine dan Zervos (1998) yang melakukan penelitian empiris mengenai keterkaitan antara perkembangan pasar modal (stock market) dan perbankan terhadap pertumbuhan ekonomi di 47 negara dengan rentang waktu 1976 sampai dengan 1993 Penelitian ini menyimpulkan bahwa likuiditas pasar modal dan perkembangan sektor perbankan positif mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, akumulasi modal dan peningkatan produktivitas.
Bulan / Tahun Miliar Rupiah
Total kredit
Kapitalisasi pasar saham PDB
(22)
Sementara itu dari Gambar 1 terlihat bahwa ditahun 2008 terjadi penururan tajam pada kapitalisasi pasar saham indonesia dan mencapai titik yang relatif sangat rendah dimana pada desember 2008 tercatat 1.076.491 miliar rupiah tetapi penurunan
signifikan ini tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuahn ekonomi indonesia yang tumbuh cukup baik . Penelitian yang dilakukan dengan Nugraha (2007) menyimpulkan bahwa dalam jangka pendek variabel kapitalisasi pasar saham dan nilai saham yang diperdagangkan berpengaruh signifikan terhadap output riil atau PDB. Sedangkan dalam jangka panjang seluruh variabel pasar modal (kapitalisasi pasar saham, nilai saham yang diperdagangkan, dan indeks harga saham gabungan) signifikan mempengaruhi PDB.
Pada prinsipnya banyak teori tentang pertumbuhan ekonomi yang baik secara langsung maupun tidak langsung menjelaskan hubungan antara pertumbuhan
ekonomi dan keuangan. Peran sektor keuangan dalam perekonomian dapat mengacu pada teori Harrod-Domar (Todaro, 2004), yang menjelaskan adanya hubungan langsung antara tingkat pertumbuhan dengan besarnya stok modal. Semakin tinggi stok modal, semakin tinggi pula output perekonomian yang dapat dihasilkan. Sementara itu, besarnya akumulasi stok modal membutuhkan adanya mobilisasi tabungan melalui sektor keuangan yang mampu menyediakan sumber dana untuk meningkatan stok modal (investasi). Semakin besar tingkat tabungan, semakin besar peluang penyediaan dana untuk investasi yang pada akhirnya dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, adalah menarik untuk diteliti apakah di Indonesia fenomena pertumbuhan ekonomi
(23)
dipengaruhi oleh perkembangan sektor perbankan dan pasar modal benar-benar terjadi.
B. Perumusan Masalah
Mengacu latar belakang serta beberapa teori pendukung, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1. Bagaimana pengaruh total kredit dan kapitalisasi pasar saham terhadap produk domestik bruto di Indonesia periode 2005:01 – 2013:06.
2. Seberapa besar pengaruh total kredit dan kapitalisasi pasar saham memberi kontribusi terhadap produk bruto di Indonesia periode 2005:01 – 2013:06.
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pertanyaan penelitian, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui :
1. Menganalisis pengaruh total kredit dan kapitalisasi pasar saham terhadap produk domestik bruto di Indonesia periode 2005:01 – 2013:06.
2. Menganalisis seberapa besar pengaruh total kredit dan kapitalisasi pasar saham berkontribusi terhadap produk domestik bruto di Indonesia periode 2005:01 – 2013:06.
(24)
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1) Memberikan informasi bukti empiris terhadap pembangunan ekonomi dan memberikan kontribusi terhadap pengembangan ilmu, khususnya kajian dan penelitian tentang pembangunan manusia.
2) Sebagai bahan informasi untuk pengembangan penelitian selanjutnya, khususnya mencari dan menganalisis alternatif model-model pembangunan manusia yang lebih bermakna untuk pengembangan ilmu ekonomi.
3) Bagi penulis sendiri diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang perilaku ekonomi di dunia nyata.
E. Kerangka Pemikiran
Kerangka analisis dalam penelitian ini diajukan berdasarkan serangkaian studi kasus yang diperoleh dari berbagai literatur dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai peran, fungsi, dan karakteristik sistem keuangan dalam mendukung
pertumbuhan ekonomi mengingat sistem keuangan di setiap negara tidak selalu sama dan cenderung mengalami perubahan sejalan dengan perkembangan perekonomian masing-masing. Secara spesifik, sektor keuangan berfungsi untuk memobilisasi tabungan, mengelola resiko, menurunkan biaya dalam memperoleh informasi mengenai proyek-proyek investasi yang potensial, melakukan pengawasan terhadap proyek-proyek investasi, memonitor manager dan mengarahkan kontrol bagi
(25)
Fungsi-fungsi dari sektor keuangan tersebut akan menyebabkan perkembangan sektor keuangan yang selanjutnya akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. (Fabya, 2011).
Seperti yang telah diuraikan diatas bahwa sektor keuangan terdiri dari sektor keuangan perbankan dan sektor keuangan nonbank, peneliti mencoba membatasi penelitian ini dengan memfokuskan terhadap 1 variabel dependen dan 2 variabel independen, dimana penulis berhipotesis bahwa antara kapitalisasi pasar modal dan perbankan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Dari uraian diatas penulis dapat berhipotesis bahwa ketika perbankan memperoleh tambahan dana dalam rekeningnya, pihak perbankan akan meresponnya dengan berbagai kebijakan, salah satu kebijakan tersebut yaitu menambah jumlah kredit yang dikeluarkan untuk kredit kepada masyakat atau investasi lain yang produktif , hal ini diharapkan dapat meningkatkan output produksi oleh kreditur tersebut dan
peningkatan produksi akan meningkatkan produk domestik bruto / pertumbuhan ekonomi.
Begitu juga ketika investor mengalihkan dananya ke pasar saham, tiap-tiap perusahaan yang sahamnya dibeli akan memperoleh tambahan dana untuk
memperluas/ memperbesar usahanya dan output produksi perusahaan tersebut akan meningkat, peningkatan produksi akan meningkatkan produk domestik bruto / pertumbuhan ekonomi.
(26)
Gambar 2. Kerangka Pemikiran
F. Hipotesis
Berdasarkan tujuan penulisan, kerangka pikir, dan teori, maka hipotesis yang akan dibuktikan dalam penelitian ini adalah :
1. Diduga total kredit dan kapitalisasi pasar saham berpengaruh positif signifikan terhadap produk domestik bruto di Indonesia periode 2005:01 – 2013:06. 2. Diduga total kredit dan kapitalisasi pasar saham mampu memberi kontribusi
terhadap produk domestik bruto di Indonesia periode 2005:01 – 2013:06. Sektor Keuangan Non Bank
(Pasar Modal)
Sektor Keuangan (Perbankan)
Kapitalisasi Pasar Saham
Pertumbuhan Ekonomi
(27)
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pertumbuhan Ekonomi
Pengertian Dan Konsep Pertumbuhan Ekonomi
M. Todaro (1998) mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi yang cepat menjadi pekerjaan utama dan tumpuan perhatian utama para pakar ekonomi, perencana, para pembuat keputusan dan politikus di negara-negara berkembang selama tiga dasawarsa ini. Hal ini terjadi karena pertumbuhan ekonomi dianggap sebagai prasyarat utama dalam mencapai taraf kehidupan yang lebih tinggi bagi seluruh anggota masyarakat di negara yang bersangkutan. Itu pula sebabnya pertumbuhan ekonomi menjadi inti usaha pembangunan. Akan tetapi, saat ini berkembang pula pandangan bahwa aspek lain tak kalah penting dalam pembangunan seperti pemerataan pendapatan dan hasil-hasil pembangunan, pengentasan kemiskinan, serta penanggulangan masalah
pengangguran.
Menurut Boediono (1992) pertumbuhan ekonomi salah satu proses dari kenaikan output perkapita dalam jangka waktu yang panjang. Pertumbuhan ekonomi disini meliputi 3 aspek yaitu :
(28)
1. Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses (aspek ekonomis) suatu perekonomian berkembang, berubah dari waktu ke waktu.
2. Pertumbuhan ekonomi berkaitan dengan adanya kenaikan output perkapita, dalam hal ini ada 2 aspek penting yaitu output total dan jumlah penduduk.
3. Pertumbuhan ekonomi dikaitkan dengan perspektif waktu jangka panjang. Dikatakan tumbuh bila dalam jangka waktu panjang waktu yang cukup lama (5 tahun) megalami kenaikan output.
Pendapat mengenai definisi pertumbuhan ekonomi menurut beberapa ilmuwan adalah sebagai berikut :
a) Menurut pandangan para ekonom klasik seperti : Adam Smith (1776), Ricardo (1917), Malthus (1798) dan Stuart Mill (1836), maupun para ekonom neoklasik seperti : Sollow (1987) dan Swan (1987), pada dasarnya ada empat faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi yaitu (1) jumlah penduduk, (2) jumlah stok barang modal, (3) luas tanah dan kekayaan alam, dan (4) tingkat teknologi yang digunakan. Kuncoro (2004) berpendapat bahwa suatu perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan atau berkembang apabila tingkat kegiatan ekonominya lebih tinggi daripada apa yang dicapai pada masa sebelumnya.
b) Kuznet (1971), mendefinisikan pertumbuhan ekonomi sebagai kenaikan jangka panjang dalam kemampuan suatu negara untuk menyediakan semakin banyak jenis barang-barang ekonomi kepada penduduknya, kemampuan ini tumbuh sesuai dengan kemajuan teknologinya dan penyesuaian kelembagaan dari ideologis yang diperlukan.
(29)
c) Sukirno (2004) berpendapat bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan perubahan tingkat kegiatan ekonomi yang berlaku dari tahun ke tahun. Sehingga untuk mengetahuinya harus diadakan perbandingan pendapatan naional dari tahun ke tahun, yang dikenal dengan laju pertumbuhan ekonomi.
d) Pertumbuhan ekonomi pada dasarnya diartikan sebagai suatu proses dimana PDB riil atau pendapatan riil perkapita meningkat secara terus-menerus melalui
kenaikan produktivitas perkapita (Salvatore & Dowling, 1977).
Model Pertumbuhan Ekonomi Harrod- Domar
Pada dasarnya model pertumbuhan Harrod-Domar (1947) menganalisis tentang syarat-syarat apa dan keadaan bagaimana yang harus diciptakan dalam perekonomian agar tercapai suatu pertumbuhan yang cukup mantap (steady state growth). Menurut Gordon (1993), Steady state adalah suatu situasi dimana output dan input modal tumbuh pada tingkat yang sama dan berimplikasi pada rasio output terhadap modal yang tetap (fixed ratio).
Todaro (2003) menyatakan bahwa setiap perekonomian pada dasarnya harus menabung sebagian tertentu dari pendapatan nasionalnya untuk menambah atau menggantikan barang-barang modal yang telah susut atau rusak. Namun untuk
memacu pertumbuhan ekonomi, dibutuhkan investasi baru yang merupakan tambahan neto terhadap stok modal (capital stock). Dengan demikian, salah satu cara untuk memacu laju pertumbuhan ekonomi tersebut adalah dengan mengerahkan dana tabungan guna menciptakan investasi dalam jumlah yang memadai.
(30)
Model pertumbuhan Harrod-Domar yang dikembangkan oleh Sir Roy Harrod dari Inggris dan Profesor Evsey Domar dari Amerika Serikat ini menunjukkan hubungan antara tabungan, investasi, dan pertumbuhan ekonomi. Pada model pertumbuhan Harrod-Domar terdapat tiga asumsi, yaitu:
1. Ada hubungan ekonomi langsung antara total stok modal (K) dengan total pendapatan nasional atau output (Y) sehingga setiap tambahan neto terhadap stok modal dalam bentuk investasi baru akan menghasilkan kenaikan arus output nasional dimana hubungan ini dikenal sebagai rasio modal-output ataucapital-output ratio (k).
2. Rasio tabungan nasional atau national saving ratio (s) merupakan bagian tertentu dari output nasional yang selalu ditabung dan bahwa jumlah investasi baru ditentukan oleh total tabungan (S).
3. Model ini mengasumsikan skala hasil tetap (constant return to scale).
Berdasarkan ketiga asumsi di atas, maka dapat disusun sebuah model pertumbuhan ekonomi sebagai berikut:
1. Total tabungan nasional (S) adalah bagian tertentu (s) dari pendapatan nasional (Y) yang ditunjukkan pada persamaan berikut ini:
S = sY... (2.1) 2. Investasi neto (I) didefinisikan sebagai perubahan dari stok modal (ΔK) sehingga persamaannya adalah sebagai berikut:
(31)
Namun sesuai dengan asumsi yang pertama, yaitu bahwa jumlah stok modal (K) mempunyai hubungan langsung dengan jumlah pendapatan nasional atau output (Y) seperti yang telah ditunjukkan oleh rasio modal-output (k), maka:
= k………...……….. (β.γ)
= k………..………..………...…….(β.4)
sehingga:
ΔK = k · ΔY ………..………..(β.5)
3. Identitas yang menyatakan bahwa tabungan nasional neto (S) harus sama dengan investasi neto (I) yang dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut:
S = I ………..………...….……… (β.6)
4. Berdasarkan persamaan (2.2) dan (2.5) dapat diketahui bahwa:
I = ΔK = k · ΔY ……….………...(β.7)
5. Identitas pada persamaan (2.6) dapat ditulis sebagai berikut:
S = sY = k · ΔY = ΔK = I ………..……….(β.8)
persamaan (2.8) di atas dapat diringkas menjadi:
sY = k · ΔY ………..……….………..(β.9)
persamaan (2.9) dapat pula ditulis sebagai berikut :
= ……….………...……….(β.10)
Persamaan (2.10) di atas dikenal sebagai teori pertumbuhan Harrod-Domar.
(32)
ditentukan secara bersama-sama oleh rasio tabungan nasional (s) dan rasio modal output (k).
Dengan demikian, tanpa adanya intervensi pemerintah, tingkat pertumbuhan output nasional berbanding lurus dengan rasio tabungan sehingga semakin banyak bagian dari pendapatan yang ditabung dan diinvestasikan, maka pertumbuhan output nasional yang dihasilkan akan lebih besar. Namun tingkat pertumbuhan output nasional berbanding terbalik terhadap rasio modal-output dari suatu perekonomian sehingga semakin besar rasio modal output, maka tingkat pertumbuhan output nasional akan semakin rendah.
B. Sistem Keuangan
Pertemuan antara pihak yang memerlukan dana (deficit unit) dengan pihak yang memiliki kelebihan dana untuk ditempatkan (surplus unit), terjadi di pasar keuangan yang digerakkan oleh sistem keuangan mencakup tidak hanya lembaga keuangan, melainkan juga mencakup instrumen-instrumen yang digunakan, teknik
perdagangan/transaksi dan perangkat ketentuan yang mengaturnya.
Peter S. Rose (2005) menyatakan bahwa sistem keuangan dapat diartikan sebagai kumpulan institusi, pasar, ketentuan perundangan, peraturan dan teknik-teknik dimana surat-surat berharga diperdagangkan, tingkat bunga ditetapkan dan jasa-jasa keuangan (financial services) dihasilkan serta ditawarkan ke seluruh bagian dunia.
Gambar 3 menggambarkan interaksi antara pihak yang membelanjakan dana lebih kecil dari pendapatannya sehingga dapat menabung dan memberi pinjaman (surplus
(33)
spending unit) pada sebelah kiri, dan pihak yang membelanjakan dana lebih besar dari pendapatannya (deficits spending unit) pada sebelah kanan.
Aliran dana dalam sistem keuangan tidak secara langsung mengalir dari lenderssavers kepada borrowers-spenders, melainkan melalui lembaga intermediasi yang berdiri di antara keduanya untuk membantu menyalurkan dana (indirect finance).
Mishkin (2007) menggambarkan aliran dana melalui sistem keuangan sebagaimana terlihat pada diagram berikut :
Gambar 3. Aliran Dana Melalui Sistem Keuangan
Sumber: The Economics of Money, Banking, and Financial Markets, Frederich S. Mishkin, 2007.
(34)
Hal ini menjadi dimungkinkan karena lembaga intermediasi mampu mengatasi masalah transaction cost dan information cost yang terjadi dalam proses penarikan dana dari deposan melalui saving deposit dan menyalurkannya kepada debitur dalam bentuk kredit. Melalui direct finance, borrowers meminjam secara langsung melalui pasar keuangan (antara lain pasar saham dan pasar obligasi) dengan cara menjual suratsurat berharga atau instrumen keuangan lainnya yang merupakan tagihan seseorang terhadap aset dan pendapatan borrower di masa yang akan datang. Surat berharga akan menjadi aset bagi pihak yang membelinya, namun merupakan kewajiban membayar secara periodik pada waktu tertentu bagi pihak yang
mengeluarkannya. Di Indonesia, sistem keuangan terdiri atas lembaga intermediasi yang terbagi menjadi dua kelompok yakni Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB), serta Pasar Keuangan/Pasar Modal.
Bank
Kata Bank berasal dari bahasa latin, dari kata "banca" yang mempunyai arti meja, yang biasa digunakan oleh para penukar uang di pasar. Pengertian bank ,emurut Undang-Undang No. 7 tahun 1992tentang perbankan sebagaimana diubah dalam Undang-Undang No. 10 tshun 1998 adalah sebagai berikut : Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup orang banyak.
(35)
Menurut Standar Akuntansi Keuangan (2002), Bank adalah lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan antara pihak yang memiliki dana dan pihak yang memerlukan dana, serta sebagai lembaga yang berfungsi memperlancar lalu lintas pembayaran. Sedangkan menurut Anita Febriyani dan Rahardian Zulfadin (2003), Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatannya menghimpun dan menyalurkan dana dari dan kepada masyarakat yang memilik fungsi memperlancar lalu lintas pembayaran.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Bank adalah lembaga perantara keuangan yang menghimpun dana dari masyarakat untuk memperlancar lalu lintas pembayaran demi meningkatkan kesejahteraan baik pihak yang memiliki dana maupun pihak yang membutuhkan dana.
Kredit
Menurut Undang-Undang Perbankan nomor 10 tahun 1998 kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Dalam artian luas kredit diartikan sebagai kepercayaan. Begitu pula dalam
bahasa latin kredit berarti “credere” artinya percaya. Maksud dari percaya bagi si pemberi kredit adalah ia percaya kepada si penerima kredit bahwa kredit yang
disalurkannya pasti akan dikembalikan sesuai perjanjian. Sedangkan bagi si penerima kredit merupakan penerimaan kepercayaan sehingga mempunyai kewajiban untuk membayar sesuai jangka waktu.
(36)
Kredit memiliki fungsi sebagai berikut : 1) Untuk meningkatkan daya guna uang
Dengan adanya kredit dapat meningkatkan daya guna uang maksudnya jika uang hanya disimpan saja tidak akan menghasilkan sesuatu yang berguna. Dengan diberikannya kredit, uang tersebut menjadi berguna untuk
mengasilkan barang atau jasa oleh si penerima kredit. 2) Untuk meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang.
Dalam hal ini uang yang diberikan atau disalurkan akan beredar dari satu wilayah ke wilayah lainnya sehingga, suatu daerah yang kekurangan uang dengan memperoleh kredit maka daerah tersebut akan memperoleh tambahan uang dari daerah lainnya.
3) Untuk meningkatkan daya guna barang
Kredit yang diberikan oleh bank akan dapat digunakan oleh si debitur untuk mengolah barang yang tidak berguna menjadi berguna atau bermanfaat. 4) Meningkatkan peredaran barang
Kredit dapat pula menambah atau memperlancar arus barang dari satu wilayah ke wilayah lainnya, sehingga jumlah barang yang beredar dari satu wilayah ke wilayah lainnya bertambah atau kredit dapat pula meningkatkan jumlah barang yang beredar.
5) Sebagai alat stabilitas ekonomi
Dengan memberikan kredit dapat dikatakan sebagai stabilitas ekonomi karena dengan adanya kredit yang diberikan akan menambah jumlah barang yang diperlukan oleh masyarakat. Kemudian dapat pula kredit membantu dalam
(37)
mengekspor barang dari dalam negeri ke luar negeri sehingga meningkatkan devisa negara.
6) Untuk meningkatkan kegairahan usaha
Bagi si penerima kredit tentu akan dapat meningkatkan kegairahan berusaha, apalagi bagi si nasabah yang modalnya pas-pasan.
7) Untuk meningkatkan pemerataan pendapatan
Semakin banyak kredit yang disalurkan maka akan semakin baik, terutama dalam hal meningkatkan pendapatan. Jika sebuah kredit diberikan untuk membangun pabrik, maka pabrik tersebut tentu membutuhkan tenaga kerja sehingga, dapat pula mengurangi pengangguran.
8) Untuk meningkatkan hubungan internasional
Dalam hal pinjaman internasional akan dapat meningkatkan saling
membutuhkan antara si penerima kredit dengan si pemberi kredit. Pemberian kredit oleh negara lain akan meningkatkan kerja sama di bidang lainnya.
Menurut Kasmir (2008) Secara umum jenis-jenis kredit dapat dilihat dari berbagai segi antara lain:
1. Dilihat Dari Segi Kegunaan a. Kredit Investasi
Kredit investasi merupakan kredit jangka panjang yang biasanya digunakan untuk keperluan perluasan usaha atau membangun proyek/pabrik baru atau untuk keperluan rehabilitas. Contoh kredit investasi misalnya untuk
(38)
suatu periode yang relatif lebih lama dan dibutuhkan modal yang relatif lebih lama dan dibutuhkan modal yang relatif lebih besar pula.
b. Kredit Modal Kerja
Kredit modal kerja merupakan kredit yang digunakan untuk keperluan meningkatkan produksi dalam operasionalnya. Sebagai contoh kredit modal kerja diberikan untuk membeli bahan baku, membayar gaji pegawai atau biaya-biaya lainnya yang berkaitan dengan proses produksi perusahaan.
2. Dilihat Dari Segi Tujuan Kredit 1. Kredit Produktif
Kredit yang digunakan untuk meningkatkan usaha atau produksi atau
investasi. Kredit ini diberikan untuk menghasilkan barang atau jasa. Sebagai contohnya kredit untuk membangun pabrik yang nantinya akan menghasilkan barang dan kredit pertanian akan menghasilkan produk pertanian, kredit pertambangan menghasilkan bahan tambang atau kredit industri akan menghasilkan barang industri.
2. Kredit Konsumtif
Kredit yang digunakan untuk dikonsumsi secara pribadi. Dalam kredit ini tidak ada pertambahan barang dan jasa yang dihasilkan, karena memang untuk digunakan atau dipakai seseorang atau badan usaha. Sebagai contoh kredit untuk perumahan, kredit mobil pribadi, kredit perabotan rumah dan kredit konsumtif lainnya.
(39)
3. Kredit Perdagangan
Merupakan kredit yang diberikan kepada pedagang dan digunakan untuk membiayai aktivitas dan perdagangannya seperti untuk membeli barang dagangan yang pembayarannya diharapkan dari hasil penjualan barang
dagangan tersebut. Kredit ini sering diberikan kepada supplier atau agen-agen perdagangan yang akan membeli barang dalam jumlah besar. Contoh kredit ini misalnya kredit ekspor dan import.
3. Dilihat Dari Segi Jangka Waktu 1. Kredit Jangka Pendek
Merupakan kredit yang memiliki jangka waktu kurang dari 1 tahun atau paling lama 1 tahun dan biasanya digunakan untuk keperluan modal kerja. Contohnya untuk peternakan, misalnya kredit peternakan ayam atau jika untuk pertanian misalnya tanaman padi atau jagung.
2. Kredit Jangka Menengah
Jangka waktu berkisar antara 1 tahun sampai dengan 3 tahun dan biasanya kredit ini digunakan untuk melakukan investasi. Sebagai contoh kredit untuk pertanian seperti apel, atau peternakan sapi.
3. Kredit Jangka Panjang
Merupakan kredit yang masa pengembaliannya paling panjang. Kredit jangka panjang waktu pengembaliannya diatas 3 tahun atau 5 tahun. Biasanya kredit ini untuk investasi jangka panjang seperti perkebunan karet, kelapa sawit atau manufaktur dan untuk kredit konsumtif seperti kredit perumahan.
(40)
Pasar Modal
Secara teoretis, Usman, Riphat dan Ika (1997) mendefinisikan pasar modal (capital market) sebagai perdagangan instrumen keuangan (sekuritas) jangka panjang, dalam bentuk modal sendiri (stocks) maupun hutang (bonds), baik yang diterbitkan oleh pemerintah (public authorities) maupun oleh perusahaan swasta (private sectors). Dengan demikian, pasar modal merupakan konsep yang lebih sempit dari pasar keuangan (financial market) mengingat pasar keuangan memperdagangkan semua bentuk hutang dan modal sendiri, baik yang berjangka pendek maupun berjangka panjang, dan yang bersifat negotiable maupun non negotiable.
Pasar modal dalam pengertian yang lebih operasional sebagaimana tertuang dalam Undang-undang No.8 tahun 1995 tentang Pasar Modal, didefinisikan sebagai kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Efek dalam definisi tersebut merupakan surat berharga berupa surat pengakuan hutang, surat berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti utang, unit penyertaan kontrak kolektif, kontrak berjangka atas efek, dan setiap derivasi dari efek.
Dari definisi dimaksud secara umum dapat dijelaskan bahwa pasar modal merupakan pasar, baik dalam pengertian yang abstrak maupun konkrit. Dalam pengertian abstrak, pasar modal adalah perdagangan surat berharga (bonds dan stocks). Dalam
(41)
menjalankan fungsi ekonomi, pasar modal menyediakan fasilitas untuk memindahkan dana dari pihak yang memiliki kelebihan dana (lenders) ke pihak yang memerlukan dana (borrowers). Sedangkan dalam menjalankan fungsi keuangan, pasar modal meyediakan dana yang diperlukan oleh para borrowers, sementara para lenders menyediakan dana tanpa harus terlibat langsung dalam kepemilikan aktiva riil yang diperlukan untuk investasi.
Dalam kegiatan pasar modal, keterlibatan pelaku pasar bersifat terus menerus dan merupakan kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dengan keberlangsungan hidup para pelaku itu sendiri. Lembaga-lembaga yang berperan sebagai pelaku pasar modal adalah:
1. Emiten, merupakan perusahaan yang telah mencatatkan efeknya di pasar modal melalui go public. Sehingga apabila ingin memperoleh modal sendiri maka perusahaan yang bersangkutan dapat menjual saham, dan apabila ingin memperoleh dana dari pasar modal maka dapat menjual obligasi.
2. Pemodal/investor, merupakan pihak perseorangan maupun perusahaan yang memiliki kelebihan dana dan melakukan penempatan dananya di pasar modal. 3. Lembaga penunjang pasar modal, merupakan lembaga yang memiliki peran
strategis dalam mendorong pengembangan pasar modal dan berada dalam posisi antara emiten dan investor untuk menjalankan fungsinya. Lembaga penunjang pasar modal terdiri dari penjamin emisi (underwriter), penanggung (guarantor), wali amanat (trustee), perantara pedagang efek (pialang, broker), pedagang efek
(42)
(dealer), perusahaan sekuritas, perusahaan pengelola dana (investment company), dan Biro Administrasi Efek.
Penjualan instrumen di pasar modal dilakukan melalui 2 (dua) cara yakni melalui pasar perdana (primary market) dan pasar sekunder (secondary market).
Pasar perdana merupakan transaksi penawaran saham dari perusahaan penerbitan saham (emiten) kepada pemodal dalam waktu yang ditetapkan sebelum saham tersebut diperdagangkan di pasar sekunder. Sedangkan pasar sekunder didefinisikan sebagai perdagangan saham setelah melewati masa penawaran pada pasar perdana. Adapun instrumen yang diperdagangkan di pasar modal merupakan instrumen yang diterbitkan oleh perusahaan-perusahaan yang telah memenuhi persyaratan yang ditentukan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI), antara lain dalam bentuk saham, warrant, sertifikat bukti right, dan obligasi.
C. Hubungan Antara Sistem Keuangan Dan Pertumbuhan Ekonomi Beberapa peneliti menyimpulkan bahwa negara-negara yang berhasil
mengembangkan sistem keuangan yang relatif lebih maju dan berfungsi dengan baik adalah negara-negara yang kemudian menjadi pemimpin perekonomian dunia pada masanya (Zulverdi, Syarifuddin, dan Prastowo, 2005). Peran vital sistem keuangan dalam pembangunan ekonomi muncul karena berbeda dengan kondisi ideal yang menjadi landasan teori ekonomi neoklasik. Dalam realitas sehari-hari para pelaku ekonomi selalu dihadapkan pada biaya informasi dan biaya transaksi keuangan yang
(43)
tinggi, yang mengakibatkan transaksi langsung antara pihak pemilik dana dengan pihak yang membutuhkan dana tidak berjalan optimal.
Levine (1997) membagi fungsi dasar sistem menjadi 5 (lima) fungsi dasar sebagai berikut:
1. Memobilisasi tabungan. Sistem keuangan yang baik dan kredibel akan mampu mengumpulkan dana dengan biaya transaksi dan biaya informasi seminimal mungkin dengan menciptakan berbagai instrumen yang dapat digunakan untuk memobilisasi dana dalam jumlah kecil tetapi berasal dari banyak sumber/investor.
2. Mengalokasikan sumber daya. Sistem keuangan dituntut untuk mampu mengumpulkan, mengolah, dan menerjemahkan informasi menjadi alat pengambilan keputusan investasi yang terlihat pada pergerakan harga instrumen keuangan yang mencerminkan kondisi fundamental sehingga mampu memperbaiki alokasi sumber daya.
3. Melakukan monitoring perusahaan. Sistem keuangan yang baik turut berperan dalam melakukan kegiatan monitoring manajemen perusahaan dan verifikasi proyek. Perusahaan-perusahaan publik yang mendapatkan dana dari
lembaga intermediasi secara umum memiliki tingkat fraud yang rendah, mengingat fungsi monitoring yang dilakukan oleh lembaga intermediasi terkait penempatan lembaga dana pada perusahaan tersebut.
4. Manajemen risiko. Tingginya volume dan frekuensi transaksi, rendahnya fluktuasi harga serta tersedianya kepastian waktu penyelesaian transaksi pada
(44)
sistem keuangan mencerminkan tingkat likuiditas yang tinggi. Semakin likuid aktivitas perdagangan di pasar keuangan, semakin tinggi minat investor untuk menanamkan dananya pada proyek-proyek jangka panjang (illiquid), yang pada akhirnya akan semakin mendorong perkembangan pertumbuhan ekonomi. Dari sisi pengelolaan risiko, sistem keuangan yang baik juga dituntut untuk mampu membantu investor mengurangi risiko-risiko khusus yang terkandung dalam suatu proyek, perusahaan, industri, atau negara melalui mekanisme perdagangan risiko, pooling risiko, dan diversifikasi risiko.
5. Memfasilitasi transaksi. Sistem keuangan yang berfungsi baik mampu
menciptakan suatu mekanisme keuangan yang cepat dan aman dengan biaya rendah.
Masing-masing fungsi sistem keuangan tersebut dapat memengaruhi pertumbuhan ekonomi melalui dua jalur, yakni jalur akumulasi modal (modal fisik dan modal manusia) dan jalur inovasi teknologi. Kedua jalur tersebut merupakan dua sumber utama pertumbuhan ekonomi jangka panjang yang berkembang di dalam teori pertumbuhan ekonomi (Romer, 2006).
(45)
Levine (1997) menggambarkan hubungan antara sistem keuangan dengan pertumbuhan ekonomi sebagai berikut:
Gambar 4. Hubungan antara Sistem Keuangan dan Pertumbuhan Ekonomi
Sumber: Financial Development and Economic Growth,Ross Levine, 1997.
D. Tinjauan Empiris
Berikut ini beberapa penelitian mengenai hubungan antara perkembangan sistem keuangan dan pertumbuhan ekonomi telah dilakukan sebelumnya.
1. King dan Levine (1993)
King dan Levine (1993) meneliti hubungan antara perkembangan sistem keuangan terhadap pertumbuhan ekonomi jangka panjang, akumulasi modal dan produktivitas dengan menggunakan data cross section dari 80 negara. Variabel yang digunakan
(46)
untuk mewakili pertumbuhan ekonomi meliputi: (1) rata-rata tingkat pertumbuhan PDB per kapita; (2) rata-rata tingkat pertumbuhan modal per kapita; dan (3)
pertumbuhan produktivitas. Sementara variabel yang mewakili perkembangan sistem keuangan meliputi: (1) rasio kewajiban lancar dari sistem keuangan terhadap PDB; (2) rata-rata rasio kredit bank umum terhadap total kredit (bank umum dan bank sentral); (3) rata-rata rasio kredit kepada sektor swasta terhadap total kredit; dan (4) rata-rata rasio kredit kepada sektor swasta terhadap PDB riil.
Selain itu, juga digunakan beberapa variabel lain yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi atau disebut variabel kontrol, yaitu: pendapatan perkapita, rata-rata tingkat pendidikan, indikator kestabilan politik, nilai tukar, perdagangan, fiskal dan kebijakan moneter. Tiga variabel pertumbuhan ekonomi (G), empat variabel perkembangan sistem keuangan (F) dan serangkaian variabel kontrol (X) tersebut kemudian
dikombinasikan sehingga menghasilkan 12 persamaan regresi, yang masing- masing dibentuk berdasarkan persamaan umum sebagai berikut:
G(j) = a + ßF(t) + X + e
Hasil estimasi seluruh persamaan tersebut menghasilkan 12 koefisien ß yang mempunyai tanda positif dan signifikan secara statistik. Hal ini berarti seluruh variabel sistem keuangan berpengaruh signifikan terhadap akselerasi pertumbuhan ekonomi.
(47)
2. Levine dan Zervos (1998)
Sementara itu Levine dan Zervos (1998) melakukan penelitian empiris mengenai keterkaitan antara perkembangan pasar modal (stock market) dan perbankan terhadap pertumbuhan ekonomi di 47 negara dengan rentang waktu 1976 sampai dengan 1993. Untuk perkembangan pasar modal digunakan enam indikator yaitu : market
capitalization per GDP (untuk menggambarkan size dari stock market), turn over dan value traded per GDP (keduanya untuk menggambarkan likuiditas pasar), Capital Asset Pricing Model (CAPM) dan Internatioanl Arbitrage Pricing Theory (APT) (keduanya untuk menggambarkan tingkat integrasi pada pasar internasional) serta volatility. Untuk perkembangan perbankan, digunakan kredit kepada swasta per GDP. Sementara untuk indikator pertumbuhan ekonomi digunakan tiga variabel yaitu: GDP per capita, physical capital stock per capita, productivity growth dan private saving per GDP.
Metode yang digunakan oleh Levine dan Zervos adalah cross section. Penelitian ini menyimpulkan bahwa likuiditas pasar modal dan perkembangan sektor perbankan positif mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, akumulasi modal dan peningkatan produktivitas.
3. Rousseau dan Xiao (2007)
Penelitian lainnya yang juga menggunakan metode VAR dan VECM dilakukan oleh Peter L.Rousseau dan Sheng Xiao (2007) untuk mengkaji hubungan antara
(48)
ekonomi di China (single country) dengan menggunakan data time series (quarterly) periode 1995 sampai dengan 2005. Dalam penelitian ini, indikator untuk
perkembangan sektor perbankan menggunakan total kredit domestik yang disalurkan oleh perbankan. Sementara untuk indikator perkembangan pasar modal, digunakan salah satu dari tiga variabel yaitu: (1) kapitalisasi pasar saham (stock market
capitalization); (2) jumlah emiten yang tercatat di bursa (number of listed firms) atau (3) total nilai saham yang ditransaksikan (value of listed stock traded). Untuk
indikator kinerja perekonomian (real sector) digunakan salah satu dari dua variabel yaitu: (1) Produk Domestik Bruto atau (2) investasi tetap (fixed investment). Dengan adanya 2 (dua) opsi variabel perekonomian dan 3 (tiga) opsi variabel pasar modal yang digunakan, maka dalam penelitian ini terdapat 6 (enam) sistem VAR yang diestimasi, dengan model umum untuk masing-masing
sistem VAR sebagai berikut:
X1,t = a1,0 a1,i X1,t-i+ b1,i X2,t-i + c1,i X3,t-i + μ1,t
X2,t = a2,0 a2,i X1,t-i+ b2,i X2,t-i + c2,i X3,t-i + μ2,t
(49)
Dimana X1 adalah salah satu dari variabel aktivitas sektor riil perekonomian (PDB atau investasi), X2 adalah variabel perkembangan sektor perbankan, dan X3 adalah salah satu dari tiga variabel pasar modal yang digunakan. Dari penelitian yang
dilakukan oleh Rousseau dan Xiao tersebut diperoleh kesimpulan bahwa berdasarkan hasil uji causalitas Granger, impulse response functions dan variance decomposition menunjukkan bahwa perkembangan di sektor perbankan memiliki hubungan yang positif dan pengaruh yang signifikan terhadap aktivitas perekonomian baik yang diukur dari PDB mapun investasi (fixed investment) di China. Pada saat yang sama, perkembangan pasar modal yang diukur berdasarkan ketiga variabel yang digunakan (stock market capitalization, number of listed firms atau value of listed stock traded) tidak satupun yang menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap aktivitas
perekonomian (PDB dan fixed investment) di China.
4. Gilman Pradana Nugraha (2007)
Penelitian yang dilakukan Gilman Pradana Nugraha (2007) bertujuan untuk menganalisis pengaruh indikator-indikator perkembangan pasar modal terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series bulanan dari Januari tahun 1999 sampai Desember tahun 2006 yang terdiri dari data produk domestik bruto riil, investasi riil, kapitalisasi pasar saham, indeks harga saham gabungan, nilai saham yang diperdagangkan, dan nilai tukar riil. Metode yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini adalah Metode Analisis Vector Auto Regression (VAR) yang dikombinasikan dengan Metode Vector Error Correction
(50)
Model (VECM). Terdapat dua persamaan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu persamaan investasi riil dan persamaan pertumbuhan ekonomi. Analisis pengaruh indikator pasar modal terhadap investasi riil dan pertumbuhan ekonomi dapat dilihat berdasarkan hasil signifikansi, hasil impulse response, dan hasil variance
decomposition.
Hasil estimasi persamaan investasi menunjukkan bahwa dalam jangka pendek hanya kapitalisasi pasar saham yang signifikan dalam mempengaruhi investasi riil ,
sedangkan dalam jangka panjang seluruh variabel pasar modal (kapitalisasi pasar saham, nilai saham yang diperdagangkan, dan indeks harga saham gabungan) signifikan dalam mempengaruhi investasi riil. Pada hasil Variance Decomposition persamaan investasi riil menunjukkan bahwa indikator pasar modal memiliki pengaruh yang relatif kecil terhadap investasi riil di Indonesia. Hal ini terkait perkembangan pasar modal Indonesia lebih banyak didorong oleh perubahan harga (inflasi atas saham itu sendiri) sehingga tidak memiliki dampak yang besar bagi reinvestasi ataupun ekspansi korporasi pada sektor riil. Pada jangka pendek peran variabel-variabel 3 pasar modal terhadap investasi riil cenderung meningkat sampai pada periode 11.
Setelah periode tersebut, peran variabel-variabel pasar modal terhadap investasi riil mengalami penurunan pada jangka panjang. Dari hasil Impulse Response Function persamaan investasi, dapat diketahui bahwa inovasi atau guncangan variabel investasi riil, produk domestik bruto riil dan nilai tukar riil memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap investasi riil dibandingkan dengan inovasi atau guncangan variabel-variabel
(51)
pasar modal. Hasil estimasi persamaan pertumbuhan ekonomi menunjukkan bahwa dalam jangka pendek variabel kapitalisasi pasar saham dan nilai saham yang diperdagangkan berpengaruh signifikan terhadap output riil atau pertumbuhan
ekonomi. Sedangkan dalam jangka panjang seluruh variabel pasar modal (kapitalisasi pasar saham, nilai saham yang diperdagangkan, dan indeks harga saham gabungan) signifikan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi.
Sementara hasil Variance Decomposition persamaan pertumbuhan ekonomi
memperlihatkan bahwa pengaruh varians variabel-variabel pasar modal (kapitalisasi pasar saham, nilai saham yang diperdagangkan, dan indeks harga saham gabungan) terhadap pertumbuhan ekonomi relatif rendah pada jangka pendek, tetapi pengaruh varians variabel-variabel pasar modal tersebut terhadap pertumbuhan ekonomi mengalami peningkatan secara konsisten, hingga pada jangka panjang varians dari kapitalisasi pasar saham, nilai saham yang diperdagangkan, dan indeks harga saham gabungan dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi sebesar yang cukup signifikan.
Dari hasil Impulse Response Function pertumbuhan ekonomi, dapat diketahui bahwa inovasi atau guncangan dari investasi riil terhadap GDPR memiliki pengaruh yang sangat besar. Inovasi atau guncangan kapitalisasi pasar saham merupakan variabel pasar modal yang memiliki pengaruh terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi. Inovasi atau guncangan kapitalisasi pasar saham memberikan respon positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu, pengembangan dan pembangunan pasar modal yang lebih berfokus pada peningkatan sektor riil sangat diperlukan mengingat
(52)
keterkaitannya yang semakin besar terhadap irama pertumbuhan ekonomi Indonesia baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang.
Tabel 1. King dan Levine (1993) Judul /
Tahun/Pengarang
Finance and Growth. 1993.Robert G. King dan Ross Levine
Tujuan Meneliti hubungan antara perkembangan sistem keuangan terhadap pertumbuhan ekonomi
Model estimasi G(j) = a + ßF(t) + X + e
Jenis data cross section 80 negara 1960-1989 Variabel
Variabel pertumbuhan ekonomi: PDB per kapita, tingkat pertumbuhan modal per kapita, pertumbuhan produktivitas, rasio kewajiban lancar sistem keuangan terhadap PDB, Variabel sistem keuangan: rasio kredit bank umum terhadap total kredit (bank umum dan bank sentral), rasio kredit kepada sektor swasta terhadap total kredit, rasio kredit kepada sektor swasta terhadap PDB riil.
Variabel kontrol: pendapatan perkapita, tingkat pendidikan, kestabilan politik, nilai tukar, perdagangan, fiskal dan kebijakan moneter.
Kesimpulan seluruh variabel sistem keuangan berpengaruh signifikan terhadap akselerasi pertumbuhan ekonomi
(53)
Tabel 2. Levine dan zervos (1998) Judul /
Tahun/Pengarang
Stock Markets, Banks, and Economic Growth. 1998. Ross Levine dan Sara zervos
Tujuan Meneliti hubungan antara perkembangan pasar modal dan perkembangan sistem keuangan terhadap pertumbuhan ekonomi
Model estimasi Growthcapi,t= 0 + 1Xi,t+ 2Stocki,t+ i,t Jenis data cross section 49 negara 1976-1993 Variabel
Variabel pasar modal: market capitalization, turn over dan value traded, Capital Asset Pricing Model/CAPM dan Internatioanl Arbitrage Pricing Theory/APT , volatility. Variabel perbankan kredit kepada swasta.
Variabel pertumbuhan : GDP per kapita, physical capital stock per capita, productivity growth dan private saving per GDP.
Kesimpulan
likuiditas pasar modal dan perkembangan sektor perbankan positif mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, akumulasi modal dan peningkatan produktivitas.
(54)
Tabel 3. Rousseau dan Xiao (2007) Judul /
Tahun/Pengarang
Banks, stock markets, and China's ‘great leap forward. β007.
Peter L.Rousseau dan Sheng Xiao
Tujuan untuk mengkaji hubungan antara perkembangan sistem keuangan (perbankan dan pasar modal) dan pertumbuhan ekonomi di China
Model estimasi Growthi,t= 0 + 1Xi,t+ 2i,t+ i,t
Jenis data Time series (single country) 1995 - 2005. Variabel
Variabel perbankan:total kredit domestik.
Variabel pasar modal: kapitalisasi pasar saham, jumlah emiten yang tercatat di bursa,total nilai saham yang ditransaksikan.
Variabel pertumbuhan :Produk Domestik Bruto, investasi tetap.
Kesimpulan
sektor perbankan memiliki hubungan yang positif dan pengaruh yang signifikan terhadap aktivitas perekonomian baik yang diukur dari PDB mapun investasi (fixed
investment) di China. Pada saat yang sama, perkembangan pasar modal yang diukur berdasarkan ketiga variabel yang digunakan (stock market capitalization, number of listed firms atau value of listed stock traded) tidak satupun yang menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap aktivitas perekonomian (PDB dan fixed investment) di China.
(55)
Tabel 4. Nugraha (2007) Judul /
Tahun/Pengarang
Analisis pengaruh perkembangan pasar modal Terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. 2007. Gilman Pradana Nugraha
Tujuan Menganalisis pengaruh perkembangan pasar modal terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia
Model estimasi yt = A0 + A1yt-1 + A2yt-2 + ... + Apyt-p + e t
Jenis data Time series 1999 - 2006
Variabel
Variabel pertumbuhan :Produk Domestik Bruto Riil.
Variabel pasar modal :Investasi Riil, Nilai Kapitalisasi Pasar Saham, Nilai Saham yang Diperdagangkan, Indeks Harga Saham – IHSG, Nilai Tukar Riil Rp/USD
Kesimpulan
Dalam jangka pendek variabel kapitalisasi pasar saham dan nilai saham yang diperdagangkan berpengaruh signifikan terhadap output riil atau pertumbuhan ekonomi. Sedangkan dalam jangka panjang seluruh variabel pasar modal
(kapitalisasi pasar saham, nilai saham yang diperdagangkan, dan indeks harga saham gabungan) signifikan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi.
(56)
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Sumber Data
Berdsarkan kajian beberapa literatur penelitian ini akan menggunakan data sekunder. Data-data tersebut berupa data bulanan dalam rentang waktu (time series) Januari 2005– Juni 2013, yang diperoleh dari Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia yang dilansir Bank Indonesia dan beberapa sumber lain yang kemudian di analisa dengan alat bantu E-views 5.0.
B. Batasan Variabel
Batasan atau variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Produk Domestik Bruto
Produk Domestik Bruto (PDB) digunakan sebagai proxy perkembangan ekonomi. Data PDB yang digunakan adakah PDB riil dengan harga konstan tahun 2000 dinyatakan dalam rupiah dimana data PDB adalah data triwulan yang di interpolasi menjadi data bulanan dengan eviews 5.0, yang diperoleh dari situs Bank Indonesia di http://www.bi.go.id, Penggunaan variabel ini mengacu pada penelitian sebelumnya dan beberapa literatur yang di jabarkan pada tinjauan pustaka.
(57)
2. Total Kredit Domestik
Total kredit domestik (TK) yang disalurkan oleh bank digunakan sebagai indikator perkembangan sektor perbankan. Dalam hal ini data yang digunakan adalah data bulanan volume kredit yaitu posisi kredit rupiah dan valas yang disalurkan bank umum kepada sektor swasta yang juga diperoleh dari dari situs Bank Indonesia di http://www.bi.go.id, yang dinyatakan dalam rupiah akan digunakan sebagai indikator perkembangan sektor perbankan. Penggunaan variabel ini juga mengacu pada
penelitian sebelumnya dan beberapa literatur yang di jabarkan pada tinjauan pustaka.
3. Kapitalisasi pasar Saham
Indidakator pasar modal menggunakan data kapitalisasi pasar saham (KPS) yang diperoleh dari situs http://www.bapepam.go.id, dan dinyatakan dalam satuan rupiah, yang juga merupakan data bulanan dlam satuan rupiah. Pemilihan kapitalisasi pasar saham juga didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Nugraha (2007) , yang meneliti mengenai pengaruh perkembangan pasar modal terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia . Dari hasil penelitian tersebut, diperoleh kesimpulan bahwa secara statistik kapitalisasi pasar saham memiliki peran yang paling besar dalam mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dibanding indikator pasar modal lainnya digunakan sebagai indikator perkembangan pasar modal.
(58)
C. Metode Analisis
Rousseau dan Xiao (2007) melakukan penelitian single country, untuk meneliti peran sektor keuangan terhadap sektor riil di China juga menggunakan metode VAR dan VECM dengan menggunakan data time series periode 1995 sampai dengan 2005. Secara spesifik, VAR digunakan untuk melakukan uji kausalitas antara variabel output dengan variabel sistem keuangan dan untuk melihat hubungan jangka panjangnya. Sementara VECM digunakanuntuk melihat intensitas dan speed of adjustment atau respon dari masing- masing variabel.
Berdasarkan kajian beberapa literatur dan penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Rousseau dan Xiao (2007) maka penelitian ini akan menggunakan pendekatan VAR dan VECM.
D. Proses Dan Identifikasi Model Penelitian 1. Uji Stationary
Uji stasioneritas merupakan langkah pertama dalam membangun model VAR guna memastikan bahwa data yang digunakan adalah data yang stasioner sehingga hasil regresi yang dihasilkan tidak menggambarkan hubungan variabel yang nampaknya signifikan secara statistik namun dalam kenyataannya tidak demikian (spurious). Pengujian ini dilakukan dengan melakukan pengujian unit root, yang bertujuan untuk mengetahui apakah data tersebut mengandung unit root atau tidak.
(59)
Jika data mengandung unit root maka data tersebut dikatakan data yang tidak stationary, sebaliknya data dikatakan stasioner jika data tersebut mendekati rata-ratanya dan tidak terpengaruhi waktu.
Jika data yang diamati dalam uji akar-akar unit ternyata belum stasioner maka haris dilakukan uji integrasi (integration test) sampai memperoleh data stasioner.
Penentuan orde integrasi dilakukan dengan uji unit root untuk mengetahui sampai berapa kali diferensiasi harus dilakukan agar series menjadi stasioner. Apabila data telah stasioner pada level series, maka data tersebut adalah integreted of order zero atau I(0). Apabila data stasioner pada diferensiasi tahap 1, maka data tersebut adalah integreted of order one atau I(1).
Terdapat beberapa metode pengujian unit root, dua diantaranya yang saat ini secara luas dipergunakan secara luas adalah Dickey-Fuller dan Phillips-Perron unit root test. Tahapan-tahapan pengujian stasionary adalah sebagai berikut (Awaluddin, 2004; Santoso, 2008):
1. Langkah pertama dalam uji unit root adalah melakukan uji terhadap level series. Jika hasil dari unit root menolak hipotesis nol bahwa ada unit root, berarti series adalah stasionary pada tingkat level atau series terintegrasi pada I(0).
2. Jika semua variabel adalah stasionary, maka estimasi terhadap model yang digunakan adalah dengan regresi Ordinary Least Square (OLS).
(60)
3. Jika dalam uji terhadap level series terdapat unit root, maka pada tingkat level seluruh series adalah non stasionary.
4. Langkah selanjutnya adalah melakukan uji unit root terhadap first difference dari series.
5. Jika hasilnya menolak hipotesis adanya unit root, berarti pada tingkat first difference, series sudah stasionary atau dengan kata lain semua series terintegrasi pada orde I(1), sehingga estimasi dapat dilakukan dengan menggunakan metode kointegrasi.
6. Namun, jika hasil uji unit root masih belum stasioner, maka langkah
selanjutnya adalah melakukan differensiasi lagi terhadap series sampai series menjadi stasionary, atau series terintegrasi pada orde I(d).
Unit root digunakan untuk mengetahui stationarity data. Jika hasil uji menolak hipotesis adanya unit root untuk semua variabel, berarti semua adalah stasioner atau dengan kata lain, variabel-variabel terkointegrasi pada I(0), sehingga estimasi akan dilakukan dengan menggunakan regresi linier biasa (OLS). Jika hasil uji unit root terhadap level dari variabel-variabel menerima hipotesis adanya unit root, berarti semua data adalah tidak stasioner atau semua data terintegrasi pada orde I(1). Jika semua variabel adalah tidak stasioner, estimasi terhadap model dapat dilakukan dengan teknik kointegrasi.
(61)
2. Penentuan Lag Optimal
Penentuan kelambanan (lag) optimal merupakan tahapan yang sangat penting dalam model VAR mengingat tujuan membangun model VAR adalah untuk melihat perilaku dan hubungan dari setiap variabel dalam sistem.
Permasalahan yang muncul apabila panjang lagnya terlalu kecil akan membuat model tersebut tidak dapat digunakan karena kurang mampu menjelaskan hubungannya. Dan sebaliknya, jika panjang lag yang digunakan terlalu besar maka derajat bebasnya (degree of freedom) akan menjadi lebih besar sehingga tidak efisien lagi dalam menjelaskan. Salah satu metode yang paling umum digunakan untuk menentukan panjang lag adalah dengan melihat Akaike Information Criterion (AIC). Dimana rumusnya adalah (Gujarati, 2004) :
AIC = T Log + 2 N
Dimana ∑ adalah determinan dari matriks residual varians atau kovarians sedangkan N adalah jumlah total dari parameter yang diestimasi dalam semua persamaan. Gujarati memberikan pedoman dalam melihat nilai AIC, dimana nilai AIC terendah yang didapatkan dari hasil estimasi VAR dengan berbagai lag menunjukkan bahwa panjang lag tersebut yang paling baik untuk digunakan. Dalam penelitian ini, penulis akan mencari lag optimal dengan menguji VECM dengan beberapa lag, yakni dari lag 1 sampai lag 4. Pengujian hanya sampai dengan lag 4 karena jumlah variabel dalam model hanya 3, sehingga jika diuji hingga lebih 4 lag maka dikhawatirkan hasil estimasi tidak akan lagi efisien karena derajat kebebasan yang terlalu besar. Dari
(62)
pengujian keempat lag tersebut, maka akan dilihat hasil output estimasi VECM model lag mana yang mempunyai AIC terendah yang menunjukkan lag yang optimal.
3. Uji Kointegrasi
Langkah selanjutnya dalam estimasi VAR adalah melakukan uji kointegrasi guna mengetahui keberadaan hubungan jangka panjang antar variabel. Pada tahapan ini akan diketahui apakah model yang akan digunakan merupakan model VAR tingkat diferensiasi, jika tidak terdapat kointegrasi, atau model VECM, jika terdapat kointegrasi. Engle Granger menyatakan bahwa kombinasi linier dari dua atau lebih variabel time series yang tidak stasioner dapat menjadi stasioner. Jika kombinasi dari variabel-variabel yang tidak stasioner menghasilkan residual yang stasioner maka variabel tersebut dikatakan terkointegrasi atau memiliki hubungan jangka panjang antar variabel di dalam sistem VAR.
Mengingat penelitian ini akan menggunakan pendekatan VAR maka metode
kointegrasi yang akan digunakan untuk memperoleh hubungan jangka panjang antar variabel dalam penelitian ini adalah metode kointegrasi Johansen. Metode
kointegrasi Johansen untuk beberapa persamaan agak berbeda dengan metode Engle Granger yang lazim digunakan untuk satu persamaan saja.
(63)
4. Model Umum Vector Auto Regression (VAR)
Sebagaimana telah disebutkan bahwa model VAR menganggap semua variabel ekonomi adalah saling ketergantungan satu sama lain (endogen). Secara sederhana, Enders (1995) menuliskan sistem bivariat VAR sebagai berikut:
yt = b10 – b12zt + 11yt-1 + 12zt-1 + εyt
……….. (γ.1)
zt = b20 – b22zt + 21yt-1 + 22zt-1 + εzt
Persamaan (3.1) di atas dikenal sebagai first order atau primitive VAR dengan asumsi:
1. yt dan zt adalah stasioner,
β. εyt dan εzt adalah proses white noise dengan standar deviasi αy dan αz, dan
γ. εyt dan εzt tidak saling berkorelasi.
Selanjutnya, persamaan (3.1) tersebut diubah dalam bentuk matriks atau menjadi Bxt
= Г0 + Г0xt-1 + εt ………..……… (γ.β)
dan mengalikannya terhadap inverse matriks B (B-1) sehingga diperoleh persamaan VAR dalam bentuk standar
xt = A0 + A1xt-1 + ℓ1 ………...… (γ.γ) dimana A0 = B-1Г0, A1 = B-1Г0 dan ℓ1 = B-1 εt.
Jika αi0 didefinisikan sebagai elemen baris I dari vektor A0, αij sebagai elemen baris i dan kolom j dari matriks A1, εit sebagai elemen baris i dari ℓt maka persamaan VAR yang baru adalah :
(64)
yt = α10 + α 11yt-1 + α 12zt-1 + ε1t
...……….. (γ.4) zt = α20 + α 21 yt-1 + α 22zt-1 + ε2t
dari persamaan dasar tersebut dapat diturunkan beberapa macam bentuk estimasi, dimana salah satunya adalah respons terhadap inovasi.
5. Prosedur VAR / Vector Error Correction Model (VECM)
Salah satu kegunaan pengujian stasioneritas dan kointegrasi sebelumnya adalah digunakan untuk menentukan metode VAR yang akan dipakai melakukan dalam estimasi apakah metode VAR in Level ataukah menggunakan metode Vector Error Correction Model (VECM). Jika pengujian sebelumnya menunjukkan hasil estimasi data yang tidak stasioner namun memiliki kointegrasi dengan variabel data yang lain maka akan digunakan metode VECM. Metode ini pada dasarnya menggunakan bentuk VAR yang terestriksi. Restriksi tambahan ini harus diberikan karena
keberadaan bentuk data yang tidak stasioner namun terkointegrasi. VECM kemudian memanfaatkan informasi restriksi kointegrasi tersebut ke dalam spesifikasi model. Karena itulah mengapa VECM juga sering disebut sebagai model VAR bagi data time series yang bersifat non stasioner dan memiliki hubungan kointegrasi.
(65)
6. Innovation Accounting
Pada dasarnya kedua test ini digunakan untuk menguji struktur dinamis dari sistem variabel dalam model yang diamati yang dicerminkan oleh variabel inovasi
(innovation variable). Lag variabel endogen di dalam sistem VAR kemungkinan tidak signifikan secara statistik. Selain itu, secara individual, koefisien di dalam model VAR sulit diinterpretasikan. Umumnya model VAR digunakan untuk analisis
dinamis data time series. Dalam hal ini beberapa analisis penting yang bisa dihasilkan di dalam model VAR adalah Impulse Response Function dan Variance
Decomposition.
Impulse Response Function (IRF)
IRF memberikan arah hubungan besarnya pengaruh antar variabel endogen. Dengan demikian, shock atas suatu variabel dengan adanya informasi baru akan
mempengaruhi variabel itu sendiri dan variabel-variabel lainnya di dalam sistem VAR. Dengan menggunakan analisa IRF juga bisa dilacak shock untuk beberapa periode ke depan. Respon terhadap adanya inovasi (shock) merupakan salah satu metode pada VAR yang digunakan untuk melihat respon variabel endogen terhadap pengaruh inovasi variabel endogen lain yang ada dalam model.
Analisis IRF mampu melacak respon dari variabel endogen dalam model VAR akibat adanya suatu shock atau perubahan di dalam variabel gangguan (e), yang selanjutnya dapat melihat lamanya pengaruh dari shock suatu variabel terhadap variabel lain hingga pengaruhnya hilang dan kembali konvergen. Fungsi impulse response didapat
(66)
melalui model VAR yang diubah menjadi vektor rata-rata bergerak (vector moving average) dimana koefisien merupakan respon terhadap adanya inovasi (Enders, 1995).
Adanya shock variabel gangguan (e1t) pada persamaan variabel endogen ke-1 dalam model VAR, misalnya e1t mengalami kenaikan sebesar satu standar deviasi, maka akan mempengaruhi variabel endogen ke-1 itu sendiri untuk saat ini maupun di masa yang akan datang. Mengingat variabel endogen tersebut juga mucul dalam persamaan variabel endogen yang lain, maka shock variabel gangguan e1t tersebut juga akan menjalar ke variabel endogen lainnya melalui struktur dinamis VAR. Dengan demikian, shock atas suatu variabel dengan adanya informasi baru akan mempengaruhi variabel itu sendiri dan variabel lainnya dalam model.
Variance Decomposition (VD)
Uji ini digunakan untuk mengukur perkiraan varians error suatu variabel yaitu
seberapa besar kemampuan satu variabel dalam memberikan penjelasan pada variabel lainnya atau pada variabel itu sendiri. Variance Decomposition ini memberikan metode yang berbeda di dalam menggambarkan sistem dinamis VAR dibandingkan dengan analisis IRF. Analisis IRF digunakan untuk melacak dampak shock dari variabel endogen terhadap variabel lainnya di dalam sistem VAR. Sedangkan analisis Variance Decomposition ini menggambarkan relatif pentingnya setiap variabel di dalam sistem VAR karena adanya shock atau seberapa kuat komposisi dari peranan variabel tertentu terhadap lainnya Variance Decomposition berguna untuk
(67)
memprediksi kontribusi persentase varian setiap variabel karena adanya perubahan variabel tertentu di dalam sistem VAR.
7. Spesifikasi Model
Secara teoretis, variabel pertumbuhan ekonomi, perkembangan perbankan, pasar modal dan tingkat suku bunga mempunyai hubungan sehingga keempat variabel tersebut merupakan variabel endogen, yang kemudian dapat dianalisis dengan menggunakan metode VAR. Adapun model yang akan digunakan dalam mengamati hubungan kausalitas antara pertumbuhan ekonomi, perkembangan perbankan, pasar modal dan tingkat
suku bunga pada penelitian ini adalah mengacu pada model yang pernah
dikembangkan oleh Rousseau dan Xiao (2007), Jennifer Lee (2005) serta Rousseau dan Watchel (1998) sebagai berikut:
X1,t = a1,0 + X1,t-i + X2,t-i + X3,t-i +μ1,t
X1,t = a2,0 + X1,t-i + X2,t-i + X3,t-i +μ2,t
X1,t = a3,0 + X1,t-i + X2,t-i + X3,t-i +μ3,t
dimana:
X1 adalah Produk Domestik Bruto
X2 adalah Total kredit yang di salurkan oleh Perbankan X3 adalah Kapitalisasi Pasar Modal
(68)
Seluruh variable yang digunakan dalam penelitian ini dinyatakan dalam bentuk logaritma.
Gambar 5, Bagan Analisa VAR
Sumber : hardiati (2010), diolah
Uji stasioneritas
Penentuan panjang lag
Var in different Data time series
Stasioner VAR in level
Tidak Stasioner
Uji kausalitas Uji kointegrasi Tidak terkointegrasi
VAR estimation model
terkointegrasi VECM estimation model Innovation Accounting
Impulse response function
Variance decomposition
(69)
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil perhitungan dan pembahasan pada Bab 4, maka dapat di tarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil estimasi VECM, variabel perkembangan volume penyaluran kredit memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel produk domestk brutobaik dalam jangka panjang maupun jangka pendek, yang juga diindikasikan oleh angka-angka koefisien IRF D (PDB) terhadap perubahan D (TK) yang bernilai positif dari awal hingga akhir periode. Berdasarkan hasil ini dapat disimpulkan bahwa kenaikan volume kredit akan menyebabkan meningkatnya pertumbuhan ekonomi.
Sedangkan variabel perkembangan kapitalisasi pasar modal hanya
berpengaruh secara signifikan kepada variabel kredit domestik bruto dalam jangka panjang, tidak dalam jangka pendek, selain itu angka-angka koefisien IRF D (KPS) terhadap perubahan D (PDB) yang bernilai positif dari awal yaitu sebesar 503 terus berfluktuasi dan positif hingga akhir periode. Berdasarkan hasil ini dapat disimpulkan bahwa kenaikan Kapitalisasi pasar Saham akan menyebabkan meningkatnya Produk domestik bruto.
(70)
2. Hasil uji VD menunjukan bahwa perubahan total kredit mampu memberikan kontribusi hingga 2,011%, sedangkan variabel kapitalisasi pasar saham memberikan kontribusi lebih besar dalam mempengaruhi produk domestk brutoapabila dibandingkan dengan variabel total kredit kredit, yakni mampu mencapai 6,923% pada periode akhir penelitian.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukan bahwa baik sektor perbankan maupun pasar modal sama-sama berperan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi. Dalam kondisi ideal, perbankan dan pasar modal seharusnya dapat saling melengkapi dalam melakukan pembiayaan dalam investasi, dan pemerintah perlu melakukan kebijakan untuk lebih mendorong peran pasar modal sebagai sumber pembiayaan untuk menggerakkan investasi riil dan produk domestk brutoIndonesia.
(71)
DAFTAR PUSTAKA
Antonios, Adamopoulos. 2010. Stock Market and Economic Growth: An Empirical Analysis for Germany.
Boediono. 1992. Teori Pertumbuhan Ekonomi, Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi No. 4. BPFE. Yogyakarta.
Duca, Gevit. 2007. The relationship between the Stock market and the economy: Experience from international Financial markets.
Fabya. 2011. Analisis Pengaruh Perkembangan Sektor Keuangan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia. Institut Pertanian Bogor.
Hanum, Isya. 2008. Pengaruh perkembangan pasar modal tearhadap
pertumbuhan ekonomi dan sektor perbankan di indonesia pad triwulan I 1995 - trtiwulan III 2007
Inggrid. β006. ”Sektor Keuangan dan Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia:
Pendekatan Kausalitas dalam Multivariate Vector Error Correction Model (VECM)”. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan Fakultas Ekonomi UK Petra, 8:40-50
Kasmir. 2004. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Edisi Ke-6. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Laporan perekonomian 2012.
http://www.bi.go.id/id/publikasi/laporan-tahunan/perekonomian/ /Pages/LPI_2012.aspx
Levine, Ross (1997), ‘‘Financial Development andEconomic Growth: Views and Agenda,’’ Journal ofEconomic Literature, vol. 35, pp. 688-726
(72)
Mankiw, N. Gregory. 2000. Makroekonomi Edisi Keempat. Penerbit Erlangga. Jakarta.
Manurung, Mandala, Prathama Rahardja. 2004. Uang, Perbankan, dan Ekonomi Moneter (Kajian Kontekstual Indonesia). Jakarta : Penerbit FE UI Mishkin, Frederic S. 2009. Ekonomi Uang, Perbankan, dan Pasar Keuangan
Buku 2. Terjemahan Lana Soelistianingsih dan Beta Yulianita. Salemba Empat. Jakarta.
Norman, Ashari. 2010. Analisis Pengaruh Financial Deepening Pada Sektor Perbankan dan Pasar Modal Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia.
Nugraha, Gilman Pradana.2007.Analisis Perkembangan Pasar Modal Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Pohan, A. 2008. Kerangka Kebijakan Moneter & Implementasinya di Indonesia.
PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia. Berbagai Edisi. Bank Indonesia.
http://www. bi.go.id./web/id/Statistik/Statistik+Ekonomi+dan+ Keuang an+Indonesia
Statistik Ekonomi Moneter Indonesia. Berbagai Edisi. Bank Indonesia. http://www. bi.go.id./web/id/Statistik/Statistik+Ekonomi+dan+ Moneter+Indonesia
Statistik Ekonomi Perbankan Indonesia. Berbagai Edisi. Bank Indonesia. http://www. bi.go.id./web/id/Statistik/Statistik+Ekonomi+dan+ Perbankan+Indonesia
Stephanie, Amanda. 2007. Kontribusi perkembangan sektor keuangan terhadap pertumbuhan ekonomi studi kasus 1969-2005.
Studenmund. 2006. Using Econometrics: A Practical Guide. Pearson Education, Inc. Addison Wesley.
(73)
Todaro, M. P. dan S. C. Smith. 2004. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Edisi ke-8. Munandar [Penerjemah]. Erlangga, Jakarta.
Vazakidis, Athanasios. Anthonios Adampolous. 2010. A Causal Relationship between Financial Market Development and Economic Growth. Widarjono, Agus. 2007. Ekonometrika: Teori dan Aplikasi untuk Ekonomi dan
(1)
52
Seluruh variable yang digunakan dalam penelitian ini dinyatakan dalam bentuk logaritma.
Gambar 5, Bagan Analisa VAR
Sumber : hardiati (2010), diolah
Uji stasioneritas
Penentuan panjang lag
Var in different Data time series
Stasioner VAR in level
Tidak Stasioner
Uji kausalitas
Uji kointegrasi Tidak terkointegrasi
VAR estimation model
terkointegrasi
VECM estimation model
Innovation Accounting
Impulse response function
Variance decomposition
(2)
67
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil perhitungan dan pembahasan pada Bab 4, maka dapat di tarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil estimasi VECM, variabel perkembangan volume penyaluran kredit memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel produk domestk brutobaik dalam jangka panjang maupun jangka pendek, yang juga diindikasikan oleh angka-angka koefisien IRF D (PDB) terhadap perubahan D (TK) yang bernilai positif dari awal hingga akhir periode. Berdasarkan hasil ini dapat disimpulkan bahwa kenaikan volume kredit akan menyebabkan meningkatnya pertumbuhan ekonomi.
Sedangkan variabel perkembangan kapitalisasi pasar modal hanya
berpengaruh secara signifikan kepada variabel kredit domestik bruto dalam jangka panjang, tidak dalam jangka pendek, selain itu angka-angka koefisien IRF D (KPS) terhadap perubahan D (PDB) yang bernilai positif dari awal yaitu sebesar 503 terus berfluktuasi dan positif hingga akhir periode. Berdasarkan hasil ini dapat disimpulkan bahwa kenaikan Kapitalisasi pasar Saham akan menyebabkan meningkatnya Produk domestik bruto.
(3)
68
2. Hasil uji VD menunjukan bahwa perubahan total kredit mampu memberikan kontribusi hingga 2,011%, sedangkan variabel kapitalisasi pasar saham memberikan kontribusi lebih besar dalam mempengaruhi produk domestk brutoapabila dibandingkan dengan variabel total kredit kredit, yakni mampu mencapai 6,923% pada periode akhir penelitian.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukan bahwa baik sektor perbankan maupun pasar modal sama-sama berperan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi. Dalam kondisi ideal, perbankan dan pasar modal seharusnya dapat saling melengkapi dalam melakukan pembiayaan dalam investasi, dan pemerintah perlu melakukan kebijakan untuk lebih mendorong peran pasar modal sebagai sumber pembiayaan untuk menggerakkan investasi riil dan produk domestk brutoIndonesia.
(4)
DAFTAR PUSTAKA
Antonios, Adamopoulos. 2010. Stock Market and Economic Growth: An Empirical Analysis for Germany.
Boediono. 1992. Teori Pertumbuhan Ekonomi, Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi No. 4. BPFE. Yogyakarta.
Duca, Gevit. 2007. The relationship between the Stock market and the economy: Experience from international Financial markets.
Fabya. 2011. Analisis Pengaruh Perkembangan Sektor Keuangan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia. Institut Pertanian Bogor.
Hanum, Isya. 2008. Pengaruh perkembangan pasar modal tearhadap
pertumbuhan ekonomi dan sektor perbankan di indonesia pad triwulan I 1995 - trtiwulan III 2007
Inggrid. β006. ”Sektor Keuangan dan Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia:
Pendekatan Kausalitas dalam Multivariate Vector Error Correction Model (VECM)”. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan Fakultas Ekonomi UK Petra, 8:40-50
Kasmir. 2004. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Edisi Ke-6. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Laporan perekonomian 2012.
http://www.bi.go.id/id/publikasi/laporan-tahunan/perekonomian/ /Pages/LPI_2012.aspx
Levine, Ross (1997), ‘‘Financial Development andEconomic Growth: Views and
Agenda,’’ Journal ofEconomic Literature, vol. 35, pp. 688-726
(5)
Kunt, Demirguc. Ross Levine. 1996. Financial Structure and Economic Growth: Perspective and Lessons
Mankiw, N. Gregory. 2000. Makroekonomi Edisi Keempat. Penerbit Erlangga. Jakarta.
Manurung, Mandala, Prathama Rahardja. 2004. Uang, Perbankan, dan Ekonomi Moneter (Kajian Kontekstual Indonesia). Jakarta : Penerbit FE UI Mishkin, Frederic S. 2009. Ekonomi Uang, Perbankan, dan Pasar Keuangan
Buku 2. Terjemahan Lana Soelistianingsih dan Beta Yulianita. Salemba Empat. Jakarta.
Norman, Ashari. 2010. Analisis Pengaruh Financial Deepening Pada Sektor Perbankan dan Pasar Modal Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia.
Nugraha, Gilman Pradana.2007.Analisis Perkembangan Pasar Modal Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Pohan, A. 2008. Kerangka Kebijakan Moneter & Implementasinya di Indonesia.
PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia. Berbagai Edisi. Bank Indonesia.
http://www. bi.go.id./web/id/Statistik/Statistik+Ekonomi+dan+ Keuang an+Indonesia
Statistik Ekonomi Moneter Indonesia. Berbagai Edisi. Bank Indonesia. http://www. bi.go.id./web/id/Statistik/Statistik+Ekonomi+dan+ Moneter+Indonesia
Statistik Ekonomi Perbankan Indonesia. Berbagai Edisi. Bank Indonesia. http://www. bi.go.id./web/id/Statistik/Statistik+Ekonomi+dan+ Perbankan+Indonesia
Stephanie, Amanda. 2007. Kontribusi perkembangan sektor keuangan terhadap pertumbuhan ekonomi studi kasus 1969-2005.
Studenmund. 2006. Using Econometrics: A Practical Guide. Pearson Education, Inc. Addison Wesley.
(6)
Thiel, Michael. 2001. Finance and economic growth – a review of theory and the available evidence.
Todaro, M. P. dan S. C. Smith. 2004. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Edisi ke-8. Munandar [Penerjemah]. Erlangga, Jakarta.
Vazakidis, Athanasios. Anthonios Adampolous. 2010. A Causal Relationship between Financial Market Development and Economic Growth. Widarjono, Agus. 2007. Ekonometrika: Teori dan Aplikasi untuk Ekonomi dan