Konsonan Penulisan Huruf Kapital
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
kebersamaan, tolong menolong dan adanya prinsip kehati-hatian koperasi dimana tidak adanya barang ataupun surat berharga yang dijadikan sebagai anggunan
dalam tanggung renteng. Dengan terus meningkatkan partisipasi anggota diharapkan suatu lembaga akan semakin maju. Beberapa indikator dalam
mengukur partisipasi anggota, yaitu:
1
a Partisipasi dalam pengambilan keputusan dalam rapat anggota kehadiran,
keaktifan, dan penyampaian atau mengemukakan pendapat saran idegagasankritik bagi koperasi
b Partisipasi dalam kontribusi modal dalam berbagai jenis simpanan,
simpanan pokok, simpanan wajib, simpanan sukarela, jumlah dan frekuensi menyimpan simpanan, penyertaan modal.
c Partisipasi dalam pemanfaatan pelayanan dalam berbagai jenis unit usaha,
jumlah dan frekuensi pemanfaatan layanan dari setiap unit usaha yang dimanfaatkan, besaran pembelian atau penjualan barang maupun jasa yang
dimanfaatkan, cara pembayaran atau cara pengambilan, bentuk transaksi, waktu layanan.
d Partisipasi dalam pengawasan koperasi dalam menyampaikan kritik, ikut
serta melakukan pengawasan jalannya organisasi dan usaha koperasi.
1
Anogara, Panji dan Nanik Widiyanti,
Dinamika Koperasi
, Jakarta: Rieneka Cipta, 2003, 155.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Penerapan model tanggung renteng pada Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan Syariah Muamalah Berkah Sejahtera adalah sebuah model sistem
pembiayaan yang membagi tanggung jawab secara merata dalam hal pembiayaan melalui kelompok yang beranggotakan 5 sampai 15 orang, kemudian memilih
Penanggung Jawab PJ yang telah disepakati seluruh anggota dan bertugas untuk mengkordinasi anggota dan membuat kesepakatan-kesepakan dalam hal
berkaitan dengan kelompok tanggung renteng. Syarat pembiayaan dalam penerapan sistem tanggung renteng diantaranya
anggota harus memiliki anggota 5 sampai 15 orang, harus ditandatangani oleh seluruh anggota, harus diketahui oleh Penanggung Jawab dan Petugas Penyuluh
Lapangan, mengadakan rapat setiap bulan, dan memiliki simpanan wajib dan simpanan sukarela 15 dari jumlah pembiayaan yang telah disepakati. Sistem
tanggung renteng menerapkan konsep saling percaya, silahturahmi, dan tolong menolong mulai dari merancang program hingga mengatasi masalah yang
dihadapi. Semua proses pengambilan keputusan harus melalui musyawarah karena apapun yang diputuskan akan menjadi tanggung jawab seluruh anggota
kelompok. Selain itu koperasi dapat menyampaikan informasi maupun pemberitahuan serta komunikasi dengan anggota koperasi melalui kelompok-
kelompok tersebut. Penerapan sistem tanggung renteng yang didalamnya terdapat kelompok-
kelompok akan sangat membantu usaha koperasi dalam mewujudkan partisipasi aktif anggota pada koperasi. Akan tetapi, usaha yang dilakukan koperasi ini tidak
selalu berjalan sesuai dengan harapan itu terbukti dari penurunan jumlah
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
kelompok yang awalnya dari 21 kelompok menjadi hanya 5 kelompok yang aktif berpartisipasi. Hal tersebut yang menjadi garis besar permaslahan, dengan model
penerapan sistem tanggung renteng yang ada di Koperasi Simpan Pinjan Pembiayaan Syariah Muamalah Berkah Sejahtera seharusnya dapat meningkatan
partisipasi anggota terutama dalam hal kotribusi modal dan kemajuan koperasi. Atas dasar latar Belakang ini peneliti akan melakukan sebuah penelitian yang
berjudul “Penerapan Model Sistem Tanggung Renteng dalam Meningkatkan Partisipasi Anggota Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan Syariah Muamalah
Berkah Sejahtera Surabaya.
B.
Identifikasi dan Batasan Masalah
\\\ Dari latar belakang tersebut maka timbul persoalan yang harus
diidentifikasi oleh penullis untuk dijadikan acuan dalam penelitian yaitu: 1.
Penerapan model sistem tanggung renteng secara umum. 2.
Penerapan model sistem tanggung renteng di Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan Syariah Muamalah Berkah Sejahtera Surabaya.
3. Partisipasi Anggota Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan Syariah
Muamalah Berkah Sejahtera Surabaya. 4.
Partisipasi Anggota Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan Syariah Muamalah Berkah Sejahtera Surabaya dengan adanya model penerapan
sisterm tanggung renteng tersebut. Kajian masalah ini masih dirasa bersifat umum maka diperlukan batasan
masalah. Adapun batasan masalah tersebut adalah sebagai berikut:
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
1. Penerapan model sistem tanggung renteng di Koperasi Simpan Pinjam
Pembiayaan Syariah Muamalah Berkah Sejahtera Surabaya. 2.
Partisipasi anggota Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan Syariah Muamalah Berkah Sejahtera Surabaya dengan adanya model penerapan
sisterm tanggung renteng tersebut.
C.
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, identifikasi dan batasan masalah, maka rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana penerapan model sistem tanggung renteng di Koperasi Simpan
Pinjam Pembiayaan Syariah Muamalah Berkah Sejahtera Surabaya ? 2.
Bagaimana partisipasi anggota Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan Syariah Muamalah Berkah Sejahtera Surabaya dengan adanya penerapan
sisterm tanggung renteng tersebut ?
D.
Kajian Pustaka
Pada bagian ini memuat secara sistematis mengenai hasil penelitian terdahulu tentang persoalan yang akan dikaji dalam skripsi. Dan akan
menunjukkan bahwa masalah yang akan dibahas belum pernah diteliti sebelumnya. Sehingga diperlukan kajian pustaka untuk mengetahui perbedaan
antara penelitian sebelumnya dengan sekarang. Pertama, yaitu penelitian Giska Matahari Gegana, yang berjudul
“Penerapan Prinsip Tanggung Renteng dalam Hal Kreditur Melakukan
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Wanprestasi Terhadap Perjanjian Kredit Sindikasi”, penelitian ini menyimpulkan bahwa prinsip tanggung renteng tidak dapat diterapkan dalam perjanjian kredit
sindikasi, dalam hal kreditur melakukan wanprestasi terhadap perjanjian tersebut, karena sekalipun suatu fasilitas kredit sindikasi adalah suatu totalitas dan
bukannya kombinasi dari sejumlah fasilitas bilateral, namun tanggung jawab dari masing-masing bank peserta dalam sindikasi itu tidak bersifat tanggung renteng.
Bahwa masing-masing bank peserta hanya bertanggung jawab untuk bagian jumlah kredit yang menjadi komitmennya. Tanggung jawab dari masing-masing
bank di dalam sindikasi tidak merupakan tanggung jawab dimana suatu bank menjamin bank lainnya.
2
Kedua , penelitian Maftuhatul Lailiyah yang berjudul “Tinjauan Hukum
Islam Terhadap Sistem Tanggung Renteng dalam Infaq Produktif di Yayasan Dana Sosial al-
Falah”. Peneliti menyimpulkan bahwa aplikasi sistem tanggung renteng dalam infaq produktif di Yayasan Dana Sosial Al-Falah boleh dilakukan,
tentunya dengan memperhatikan asas dan prinsip yang ada dalam hukum Islam dan muamalah seperti prinsip suka sama suka atau ridha dan tidak ada pihak
yang mendhalimi dan di dhalimi. Baik dari segi akad atau perjanjiannya maupun di dalam aplikasinya sendiri. Akan tetapi untuk pertanggungan oleh anggota lain
2
Giska Matahari Gegana, yang berjudul “Penerapan Prinsip Tanggung Renteng dalam Hal Kreditur Melakukan Wanprestasi Terhadap Perjanjian Kredit Sindikasiس, Skripsi Universitas
Indonesia, 2011.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
terhadap anggota yang wanprestasi karena melarikan diri perlu dipertimbangkan kembali. Karena hal ini tidak diatur secara jelas dalam surat perjanjian.
3
Ketiga, yaitu penelitian Chusnul Cholidah yang berjudul “Implementasi
Model Tanggung Renteng Nasabah Majelis Ta’lim Abang Becak Matabaca Untuk Meningkatkan Kedisiplinan Membayar Angsuran Pembiayaan
Qard}ul Hasan Di Kjks Pilar Mandiri Surabaya” Peneliti menyimpulkan bahwa
implementasi tanggung renteng nasabah matabaca pada pembiayaan qard}ul hasan
di KJKS Pilar Mandiri Surabaya dilakukan secara berkelompok. Program tanggung renteng bertujuan untuk mencegah kredit macet dari MATABACA.
Dengan diterapkannya tanggung renteng, apabila terdapat anggota yang belum membayar angsuran akan segera diingatkan oleh anggota tanggung renteng
lainnya untuk membayar. Terdapat syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh nasabah untuk mendapatkan pembiayaan. Untuk meningkatkan kedisiplinan
membayar angsuran pada tanggung renteng yaitu dengan saling mengingatkannya antar anggota kelompok sebelum jatuh tempo, diadakannya
pertemuan rutin kelompok, dan dibuatnya kas kelompok.
4
Keempat, yaitu penelitian Indryatna Yovita “Pengaruh Partisipasi
Anggota Dan Lingkungan Usaha Tehadap Keberhasilan Koperasi Inti Kapur Desa Glodogan Keca
matan Klaten Kabupaten Klaten” Hal ini dibuktikan dengan nilai t-hitung sebesar 3,227sementara nilai t-tabel sebesar 1,665, 2 lingkungan
3
Maftuhatul Lailiyah yang berjudul “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Sistem Tanggung Renteng dalam Infaq Produktif di Yayasan Dana Sosial al-
Falahس, Skripsi UIN Sunan Ampel Surabaya, 2008.
4
Chusnul Cholidah yang berjudul “Implementasi Model Tanggung Renteng Nasabah Majelis Ta’lim Abang Becak Matabaca Untuk Meningkatkan Kedisiplinan Membayar Angsuran
Pembiayaan Qardhul Hasan Di Kjks Pilar Mandiri Surabayaس, Skripsi UIN Sunan Ampel, 2014.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
usaha X2 berpengaruh positif dan signifikan terhadap keberhasilan Koperasi Inti Kapur. Hal ini dibuktikan dengan nilai t-hitung sebesar 3,814 sementara nilai
t-tabel sebesar 1,665, 3partisipasi anggota dan lingkungan usaha secara bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap keberhasilan Koperasi
Inti Kapur. Hal ini dibuktikan nilai F-hitung sebesar 34,781 dengan Sig.0.000. Sumbangan efektif semua variabel bebas sebesar 48,5 terhadap keberhasilan
koperasi dan 51,5 oleh variabel yang lain.
5
Kelima, yaitu penelitian Marifatul Chasanah yang berjudul Pengaruh Partisipasi, Permodalan dan Kemampuan Pengurus terhadap SHU Anggota
Koperasi Karyawan “Sumber Harapan” PTP.Nusantara IX PG.Sumberharjo Pemalang Tahun 2010. Peneliti menyimpulkan bahwa Partisipasi anggota,
permodalan, dan kemampuan pengurus berpengaruh secara langsung dan tidak langsung terhadap SHU anggota, pengaruh langsung partisipasi anggota sebesar
10, dan pengaruh langsung permodalan sebesar 5,2. sedangkan pengaruh tidak langsung partisipasi anggota melalui kemampuan pengurus sebesar 13,2,
pengaruh tidak langsung permodalan melalui kemampuan pengurus sebesar 28,9. Pengaruh total partisipasi anggota terhadap SHU anggota sebesar 23,2,
dan pengaruh total permodalan terhadap SHU anggota sebesar 34,1. Kemampuan pengurus berpengaruh secara langsung terhadap SHU anggota atau
pengaruh total kemampuan pengurus adalah sebesar 19,8. Kontribusi terbesar terdapat pada variabel permodalan yang mempunyai pengaruh total yang paling
5
Indryatna Yovita “Pengaruh Partisipasi Anggota Dan Lingkungan Usaha Tehadap
Keberhasilan Koperasi Inti Kapur Desa Glodogan Kecamatan Klaten Kabupaten Klaten”, Skripsi Universitas Negeri Yogyakarta, 2015.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
besar terhadap SHU anggota yaitu sebesar 34,1..Adapun saran yang dapat penulis berikan kepada KOPKAR Sumber Harapan adalah adanya wujud nyata
dari anggota untuk lebih dapat berpartisipasi dalam memanfaatkan unit usaha jasa yang termasuk dalam kategori rendah di Kopkar sebagai upaya untuk lebih
meningkatkan SHU yang masih rendah dan Koperasi hendaknya mampu meningkatkan permodalan dengan cara menaikan suku bunga simpanan sehingga
anggota lebih tertarik menabung di Koperasi Karyawan Sumber Harapan.
6
Tabel 1.1 Daftar Tinjauan Pustaka
NO Nama
PenulisTahunJudul Skripsi Terdahulu
Perbedaan dengan Penulis 1
Giska Matahari
Gegana2011 Penerapan Prinsip
Tanggung Renteng
dalam Hal
Kreditur Melakukan
Wanprestasi Terhadap
Perjanjian Kredit
Sindikasi Berfokus menganalisis tentang
bahwa prinsip tanggung renteng dapat
atau tidak
dapat diterapkan dalam perjanjian
kredit sindikasi. Sedangkan
penulis berfokus
menganalisis tentang penerapan model
tanggung renteng sebagai suatu
sistem guna
meningkatkan partisipasi anggota KSPPS MBS.
2 Maftuhatul
Lailiyah2008Tinjauan Hukum Islam Terhadap
Sistem Tanggung
Renteng dalam
Infaq Produktif di Yayasan
Dana Sosial al-Falah Fokus pada tinjauan hukum
terhadap sistem
tanggung renteng dalam Infaq Produktif di
Yayasan Dana Sosial al-Falah Peneliti
memfokuskan penelitian pada penerapan
model sistem
sistem tanggung renteng secara
operasional di KSPPS, bukan dari segi hukum.
3 Chusnul
Cholidah 2014Implementasi Model
Tanggung Renteng
Nasabah Majelis Ta’lim Abang Becak Matabaca
Untuk Meningkatkan
Kedisiplinan Membayar Angsuran
Pembiayaan
Qardhul Hasan
Di Kjks Pilar Mandiri Surabaya
Berfokus tentang implementasi tanggung
renteng nasabah
matabaca pada
pembiayaan
qard}ul hasan
di KJKS Pilar Mandiri Surabaya dilakukan
secara berkelompok. Program tanggung
renteng bertujuan
untuk mencegah kredit macet dari MATABACA.
Berisi tentang
peningkatan partisipasi
anggota dengan adanya penerapan model sistem
tanggung renteng
di KSPPS MBS.
4 Indryatna
Berfokus apakah ada pengaruh Berfokus tentang analisis
6
Marifatul Chasanah “Pengaruh Partisipasi, Permodalan dan Kemampuan Pengurus
terhadap SHU Anggota Koperasi Karyawan “Sumber Harapan” PTP.Nusantara IX PG.
Sumberharjo Pemalang Tahun 2010”, Skripsi Universitas Negeri Semarang, 2010.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Yovita2015Pengaruh Partisipasi Anggota Dan
Lingkungan Usaha
Tehadap Keberhasilan
Koperasi Inti Kapur Desa Glodogan
Kecamatan Klaten Kabupaten Klaten
partisipasi anggota
dan lingkungan
usaha tehadap
keberhasilan Koperasi Inti Kapur Desa
Glodogan Kecamatan
Klaten Kabupaten Klaten penerapan model sistem
tanggung renteng dalam meningkatkan pastisipasi
anggota KSPPS MBS.
5 Marifatul
Chasanah2010Pengaruh Partisipasi,
Permodalan dan
Kemampuan Pengurus terhadap SHU
Anggota Koperasi
Karyawan “Sumber
Harapan” PTP.Nusantara IX
PG.Sumberharjo Pemalang Tahun 2010
Berfokus tentang ada atau tidaknya pengaruh partisipasi,
permodalan dan kemampuan pengurus terhadap SHU anggota
Koperasi Karyawan Berfokus tentang analisis
penerapan model sistem tanggung renteng dalam
meningkatakan partisipasi anggota KSPPS MBS
Surabaya.
Kelima, penelitian tersebut dianggap berhubungan dengan penelitian yang dilakukan sekarang. Akan tetapi perbedaan penelitian ini dan penelitian
sebelumnya yakni terletak pada objek dan fokus penelitian yang akan diteliti oleh karenanya peneliti berfokus pada penerapan model sistem tanggung renteng
dalam meningkatkan partisipasi anggota Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan Syariah Muamalah Berkah Sejahtera Surabaya.
E.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan dari penelitian ini yaitu:
1. Untuk menganalisis model penerapan sistem tanggung renteng di Koperasi
Simpan Pinjam Pembiayaan Syariah Muamalah Berkah Sejahtera Surabaya.
2. Untuk menganalisis partisipasi anggota Koperasi Simpan Pinjam
Pembiayaan Syariah Muamalah Berkah Sejahtera Surabaya dengan adanya
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
model penerapan sisterm tanggung renteng tersebut.
F.
Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan berguna dalam dua aspek :
1. Aspek keilmuan teoretis. Hasil penelitian ini diharapkan dapat
memperluas dan memberikan sumbangsih ilmu pengetahuan tentang penerapan model sistem tanggung renteng di Koperasi Simpan Pinjam
Pembiayaan Syariah Muamalah Berkah Sejahtera Surabaya. 2.
Aspek terapan praktis. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan
Syariah Muamalah Berkah Sejahtera Surabaya dalam meningkatkan partisipasi anggota dalam segala hal yang berkaitan dengan koperasi.
G. Definisi Operasional
Untuk memudahkan dalam memahami skripsi ini, maka peneliti mendefinisikan beberapa istilah, antara lain:
1. Sistem Tanggung Renteng adalah sistem tanggung jawab bersama dalam
hal pembiayaan melalui kelompok-kelompok anggota yang telah disepakati.
2. Partisipasi anggota adalah suatu kegiatan turut serta anggota dalam suatu
kegiatan operasional meliputi penghimpunan,penyaluran dana, dan seluruh kegiatan yang diadakan oleh koperasi.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
3. Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan Syariah Muamalah Berkah Sejahtera
KSPPS MBS adalah Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan Syariah yang sudah berdiri sejak 2008 yang beralamatkan di jl. Cipta Menanggal III-A
54F Surabaya. Produk yang dihasilkan koperasi ini dibagi atas dua bagian, yakni produk penghimpunan dana dan produk penyaluran dana.
H.
Metode Penelitian
1. Data yang dikumpulkan
Data yang dikumpulkan yakni data yang perlu dihimpun untuk menjawab pertanyaan dalam rumusan masalah. Adapun data yang
dikulmpulkan antara lain data tentang model penerapan sistem tanggung renteng dalam meningkatkan partisipasi anggota Koperasi Simpan Pinjam
Pembiayaan Syariah Muamalah Berkah Sejahtera. 2.
Sumber Data Data yang diklasifikasikan maupun dianalisa untuk mempermudah
dalam menghadapkan pada pemecahan permasalahan, perolehannya dapat berasal dari :
a. Sumber Primer
Data yang diperoleh secara langsung dari masyarakat baik yang dilakukan melalui wawancara, observasi dan alat lainnya merupakan
data primer. Data primer diperolehnya sendiri secara mentah-mentah
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
dari masyarakat dan masih memerlukan analisa lebih lanjut.
7
Sumber data primer pada penelitian ini yakni wawancara dari anggota biasa
dan anggota tanggung renteng serta para pengurus Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan Syariah Muamalah Berkah Sejahtera meliputi
Ketua, Sekertaris, Bendahara, dan Staf Operasional. b.
Sumber Sekunder Data yang diperoleh dari atau berasal dari bahan kepustakaan
disebut data sekunder. Data ini biasanya digunakan untuk melengkapi data primer yang dapat dikatakan sebagai data praktek yang ada
secara langsung dalam praktek di lapangan atau ada di lapangan karena penerapan suatu teori.
8
Sumber data sekunder pada penelitian ini adalah: 1
Andriani S. Soemantri, dkk. Bunga Rampai Tanggung Renteng. Malang: Puskowajanti LIMPAD, 2001
2 Anoraga Panji, dkk. Dinamika Koperasi, Jakarta: Rineka Cipta,
2003 3
Arief Subyantoro, Manajemen Koperasi, Yogyakarta: Goysen Publishing, 2015
4 Burhan Bugin, Metodologi Penelitian Sosial: Format-Format
Kuantitatif dan Kualitatif, Surabaya: Airlangga University Press, 2001
7
P. Joko Subagyo, Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta, 2004, 87.
8
Ibid., 88.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
5 Chusnul Cholidah, “Implementasi Model Tanggung Renteng
Nasabah Majelis Ta’lim Abang Becak Matabaca Untuk Meningkatkan Kedisiplinan Membayar Angsuran Pembiayaan
Qardhul Hasan Di Kjks Pilar Mandiri Surabaya”. Skripsi--UIN Sunan Ampel, 2014.
6 Djoko Muljono, Buku Pintar Strategi Bisnis Koperasi Simpan
Pinjam, Yogyakarta: Andi, 2012 7
Gatot Supriyanto, Aplikasi Sistem Tanggung Renteng Koperasi Setia Bhakti Wanita Jawa Timur Surabaya: Kopwan Setia
Bhakti Wanita, 2009 8
Giska Matahari Gegana,. “Penerapan Prinsip Tanggung Renteng dalam Hal Kreditur Melakukan Wanprestasi Terhadap Perjanjian
Kredit Sindikasi”. Skripsi--Universitas Indonesia, 2011. 9
Hasan Ali, Asuransi dalam Prespektif Hukum Islam, Jakarta: Kencana, 2004
10 Hendar Kusnadi, Ekonomi Koperasi, Jakarta: LPFE-UI, 1999
11 Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2002 12
Indryatna Yovita, “Pengaruh Partisipasi Anggota Dan Lingkungan Usaha Tehadap Keberhasilan Koperasi Inti Kapur
Desa Glodogan Kecamatan Klaten Kabupaten Klaten”. Skripsi-- Universitas Negeri Yogyakarta, 2015.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
13 Keputusan Menteri Koperasi Dan Usaha Kecil Dan Menengah
Republik Indonesia Nomor 91KepM.KUKMIX2004 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Usaha Koperasi Jasa Koperasi Syariah
14 Maftuhatul Lailiyah, “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Sistem
Tanggung Renteng dalam Infaq Produktif di Yayasan Dana Sosial al-
Falah”. Skripsi--UIN Sunan Ampel Surabaya, 2008. 15
Mahi M Hikmat, Metode Penelitian dalam Prespektif Ilmu Komunikasi dan Sastra, Yogyakarta: graha Ilmu, 2011
16 Muhammad Syafi Antonio, Bank Syari’ah dari Teori ke Praktik,
Jakarta: Gema Insani Press, 2001 17
Marifatul Chasanah “Pengaruh Partisipasi, Permodalan dan Kemampuan Pengurus terhadap SHU Anggota Koperasi
Karyawan “Sumber
Harapan” PTP.Nusantara
IX PG.Sumberharjo Pemalang Tahun 2010”. Skripsi--Universitas
Negeri Semarang, 2010. 18
Mutis Thoby, Pengembangan Koperasi, Jakarta: Grasindo, 1992
19 Ninik Widiyanti, Manajemen Koperasi. Jakarta: Rineka Cipta,
1996 20
P Joko Subagyo, Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta, 2004
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
21 Peraturan Menteri Koperasi. Tentang Pelaksanaan Kegiatan
Usaha Simpan Pinjam Dan Pembiayaan Syariah Oleh Koperasi. Permen Nomor 16 Tahun 2015.
22 Peraturan Menteri Koperasi Dan Usaha Kecil Dan Menengah
Republik Indonesia Nomor 10PerM.KUKMIX2015 Tentang Kelembagaan Koperasi.
23 Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia Online,
http:kbbi.web.id, 2016, diakses 10 November 2016 24
Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, jilid 13, Bandung: al-Ma’arif, 1987 25
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif dan RD, Bandung: Alfa Beta, 2008
26 Suqiyah Musyafa’ah, Hadith Hukum Ekonomi Islam, Surabaya:
UIN SA Press, 2014
3. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan langkah yang sangat penting dalam melakukan penelitian. Tanpa upaya pengumpulan data berarti penelitian
tidak dapat dilakukan. Oleh karena itu, sebelum dilakukan pengumpulan data, seorang peneliti harus terlebih dahulu menentukan cara
pengumpulan data yang akan digunakan.
9
Diantaranya:
9
Mahi M. Hikmat , Metode Penelitian dalam Prespektif Ilmu Komunikasi dan Sastra, Yogyakarta: graha Ilmu, 2011, 71.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
a. Wawancara
Wawancara adalah pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan secara langsung kepada responden oleh peneliti atau
pewawancara dan jawaban-jawaban responden dicatat atau direkam dengan alat perekam.
10
Wawancara peneliti lebih memfokuskan kepada kelompok anggota tanggung renteng Koperasi Simpan Pinjam
Pembiayaan Syariah Muamalah Berkah Sejahtera. b.
Studi Dokumentasi Teknik dokumentasi yakni penelusuran dan perolehan data yang
diperlukan melalui data yang tersedia.
11
Peneliti gunakan dengan memanfaatkan sumber-sumber berupa data dan catatan yang
mempunyai keterkaitan dengan model penerapan sistem tanggung renteng dalam meningkatkan partisipasi anggota berupa buku
Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan Syariah Muamalah Berkah Sejahtera ataupun data yang dimiliki oleh Koperasi Simpan Pinjam
Pembiayaan Syariah Muamalah Berkah Sejahtera.
4. Teknik pengolahan data
Pengolahan data menggunakan teknik non statitistik, mengingat data lapangan diperoleh dalam bentuk narasi atau kata-kata, bukan angka-angka.
Mengingat data lapangan disajikan dalam bentuk narasi kata-kata, maka pengolahan datanya tidak bisa dikuantifikasikan.
10
Ibid., 80.
11
Ibid., 83.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik-teknik pengolahan data sebagai berikut:
a. Editing, yaitu pemeriksaan kembali dari semua data yang
diperolehterutama dari segi kelengkapannya, kejelasan makna, keselarasan antara data yang ada dan relevansi dengan penelitian.
b. Organizing, yaitu menyusun kembali data yang telah didapat dalam
penelitian yang diperlukan dalam kerangka paparan yang sudah direncanakan dengan rumusan masalah secara sistematis. Peneliti
melakukan pengelompokan data yang dibutuhkan untuk dianalisis dan menyusun data tersebut dengan sistematis untuk memudahkan
peneliti dalam menganalisa data. c.
Penemuan hasil, yaitu dengan menganalisis data yang telah diperoleh dari penelitian untuk memperoleh kesimpulan mengenai kebenaran
fakta yang ditemukan, yang akhirnya merupakan sebuah jawaban dari rumusan masalah.
12
5. Teknik Analisis Data
Setelah berbagai data tentang model penerapan sistem tanggung renteng KSPPS MBS Surabaya terkumpul, maka data tentang tanggung
renteng akan dianalisis secara deskriptif analitis, yaitu analisis yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
sumber data.
12
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif dan RD Bandung: Alfa Beta, 2008, 246.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Peneliti menggambarkan data-data penerapan model tanggung renteng tersebut apa adanya sesuai dengan peristiwa sebenarnya. Kemudian
data tersebut akan diolah dan dianalisis dengan pola pikir induktif yang berarti pola pikir yang berpijak pada fakta-fakta yang bersifat khusus
kemudian diteliti, dianalisis dan disimpulkan sehingga pemecahan persoalan atau solusi tersebut dapat berlaku secara umum.
I. Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan dalam penelitian ini adalah terdiri dari lima bab yang disusun secara teratur dan sistematis.
Bab pertama berisi pendahuluan: Bab ini menjelaskan tentang permasalahan yang diangkat oleh peneliti yang terdiri dari latar belakang yang
berlandaskan teori dari berbagai literatur yang digunakan oleh penulis, indentifikasi masalah dan batasan masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian untuk mengungkap sasaran yang ingin dicapai, definisi operasional, kajian pustaka, metode penelitian, dan sistematika pembahasan.
Bab kedua berisi landasan teori: Bab ini menjelaskan landasan teori yang berkaitan dengan model penerapan sistem tanggung renteng dalam meningkatkan
partisipasi anggota KSPPS MBS Surabaya. Bab ketiga berisi gambaran umum Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan
Syariah Muamalah Berkah Sejahtera, penerapan model tanggung renteng serta partisipasi di Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan Syariah Muamalah Berkah
Sejahtera.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Bab keempat berisi analisis penerapan model tanggung renteng dalam meningkatkan partisipasi anggota. Bab ini menjelaskan tentang analisis data
yaitu analisis penerapan model tanggung renteng dalam meningkatkan partisipasi anggota Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan Syariah Muamalah Berkah
Sejahtera. Bab kelima berisi penutup: Bab ini menjelaskan kesimpulan peneliti yang
terkait langsung dengan rumusan masalah serta saran-saran yang bersumber pada temuan penelitian.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
22
BAB II SISTEM TANGGUNG RENTENG DAN PARTISIPASI ANGGOTA
A.
Tanggung Renteng
1. Pengertian dan Karakteristik Tanggung Renteng
Tanggung renteng berasal dari kata tanggung berarti memikul, menjamin, menyatakan ketersediaan untuk membayar utang orang lain bila
orang tersebut tidak menepati janjinya. Sedangkan kata renteng berarti, rangkaian, untaian.
1
Tanggung renteng didefinisikan sebagai tanggung jawab bersama diantara anggota dalam satu kelompok atas segala
kewajiban terhadap koperasi dengan dasar keterbukaan dan saling mempercayai.
2
Nilai yang terkandung dalam sistem tanggung renteng adalah
3
: a.
Kekeluargaan dan kegotong royongan. b.
Keterbukaan dan keberanian mengemukakan pendapat. c.
Menanamkan disiplin, tanggung jawab dan harga diri serta rasa percaya diri kepada anggota.
d. Secara tidak langsung menciptakan kader pimpinan di kalangan
anggota.
1
Pusat Bahasa,
Kamus Besar Bahasa Indonesia Online
, http:kbbi.web.id, 2016, diakses 10 November 2016.
2
Gatot Supriyanto,
Aplikasi Sistem Tanggung Renteng Koperasi Setia Bhakti Wanita Jawa
Timur,
Surabaya: Kopwan Setia Bhakti Wanita, 2009, 36.
3
Andriani S. Soemantri, dkk,
Bunga Rampai Tanggung Renteng,
Malang: Puskowajanti LIMPAD, 2001, 37.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Seorang anggota dapat ditanggung renteng secara sementara dan permanen. Secara sementara terjadi ketika seorang anggota kelompok tidak
datang pada saat pertemuan rutin biasanya untuk membayar iuran atau simpanan pokok atau wajib. Maka oleh kelompoknya ia ditanggung
renteng sementara karena kewajibannya telah ditanggung oleh kelompok. Secara permanen, ketika ia melarikan diri atau karena ia tidak mampu
menunaikan kewajibannya. Jika jumlah kewajiban anggota tersebut lebih besar dari simpanannya. Maka kelompok harus melaksananakan tanggung
renteng dan kewajibannya diselesaikan di kelompok. Sanksi yang harus diterima bisa berupa dikeluarkan dari keanggotaan kelompok. Akan tetapi
kebijakan dan sanksi yang diberikan tergantung pada kelompok masing- masing.
2. Unsur-unsur dalam Tanggung Renteng
Suatu mustahil bila sistem tanggung renteng bisa diaplikasikan tanpa adanya anggota yang dikelompokkan. Dalam hal ini terdapat tiga unsur
yang harus dipenuhi yaitu
4
: a.
Kelompok. Kelompok yang dimaksud disini bukanlah sekedar daftar nama anggota yang kemudian dikelompok-kelompokkan. Tetapi
anggota yang berinisiatif sendiri untuk mengelompokkan diri. Idealnya dibentuk atas dasar adanya kedekatan fisik dan emosional
artinya diantara anggota tersebut sudah saling kenal dan saling percaya. Keberadaan kelompok ini dibuktikan dengan adanya
4
Gatot Supriyanto,
Aplikasi Sistem Tanggung ...
, 34.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
aktivitas pertemuan kelompok yang dilakukan secara berkala dan konsisten.
b. Kewajiban. Dalam hal ini anggota berkewajiban untuk membayar
simpanan pokok, simpanan wajib dan membayar angsuran dari pinjaman yang telah diberikan oleh koperasi. Bedanya terletak pada
pengelolaan kewajiban dimana kelengkapan pembayaran kewajiban secara kelompok menjadi tanggung jawab seluruh anggota dalam
kelompok. Dalam hal ini, semua kewajiban anggota harus dibayar pada saat pertemuan kelompok. Kemudian perwakilan dari kelompok
akan menyetorkan seluruh kewajiban tersebut pada koperasi. Apabila terdapat salah satu atau beberapa anggota tidak lengkap pembayaran
kewajibannya maka yang bertanggung jawab melengkapi adalah seluruh anggota dalam kelompok. Karena bila hal tersebut tidak
dilakukan maka koperasi tidak akan merealisasi hak anggota kelompok tersebut.
c. Peraturan. Sama seperti koperasi pada umumnya, dalam hal ini setiap
anggota harus mentaati aturan yang tercantum dalam AD-ART dan peraturan khusus. Cuma bedanya ada kecenderungan dalam kelompok
tanggung renteng untuk membuat aturan kelompok. Aturan ini dimaksudkan untuk menjaga harmonisasi hubungan antar anggota
dalam kelompok dan menjaga eksistensi kelompok penerapan sistem tanggung renteng.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
3. Syarat dan Ketentuan Kelompok Tanggung Renteng
Syarat untuk bisa diterapkannya sistem tanggung renteng, anggota harus terhimpun dalam kelompok. Aktivitas dikelompok pula yang menjadi
basis pengelolaan sebuah koperasi dengan sistem tanggung renteng. Ada dua pintu untuk bisa menjadi anggota koperasi untuk bisa menjadi anggota
koperasi yang menerapkan sistem tanggung renteng yaitu bergabung dengan kelompok yang sudah terbentuk dan membentuk dan ada juga yang
membentuk kelompok baru dengan syarat calon anggota yang terhimpun minimal 15 orang. Batasan jumlah anggota minimal ini didasarkan pada
pertimbangan beban yang akan dipikul setiap anggota sebagai tanggung jawab ketika terjadi penyimpangan. Asumsinya semakin sedikit jumlah
anggota maka akan semakin berat beban ketika terjadi TR.
5
Walaupun keberadaan kelompok menjadi tanggung jawab seluruh anggota dalam kelompok. Tapi disetiap kelompok diperlukan seorang
penanggung jawab PJ yang akan mengkoordinir kegiatan kelompok. Itulah sebabnya ketika sebuah kelompok terbentuk, pertama kali yang
dilakukan adalah memilih penanggung jawab PJ kelompok. Dalam pemilihan inipun, hak sepenuhnya berada di anggota untuk menentukan
siapa diantara mereka yang akan menjadi PJ.
4. Mekanisme Tanggung Renteng
Sistem tanggung renteng dapat ditemukan dua macam mekanisme
5
Ibid.,49.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
yaitu:
6
a. Mekanisme Pengambilan Keputusan
Mekanisme ini mengatur bagaimana proses pengambilan keputusan ditingkat kelompok dikaitkan dengan tanggung jawab yang akan
diemban sebagai konsekuensi dari keputusan. Karena segala konsekuensi menjadi tanggung jawab seluruh anggota maka proses
pengambilan keputusan juga harus melibatkan seluruh anggota. Dengan demikian cara pengambilan keputusan adalah dengan
musyawarah yang akan menghasilkan kesepakatan bersama. Artinya apa yang telah diputuskan harus bisa dipertanggung jawabkan.
7
b. Mekanisme kontrol
Mekanisme kontrol dari sistem tanggung renteng memaksa untuk membiasakan anggota menjadi bertanggung jawab. Dalam sistem ini
bila ada anggota yang tidak bertanggung jawab maka seluruh anggota dalam kelompok akan menanggung beban. Bila ternyata secara
kelompok tidak mau menanggung beban tersebut , maka hak anggota dalam kelompok tersebut juga tidak bisa direalisasi. Mekanisme
inilah yang kemudian memunculkan kontrol moral diantara anggota. Bahkan kontrol tersebut dikembangkan oleh masing-masing
kelompok menjadi peraturan kelompok.
8
Berikut diantara peraturan kelompok sebagai upaya anggota menjaga eksistensi kelompoknya:
6
Ibid.,66.
7
Ibid.,67.
8
Ibid., 71.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
1 Tidak hadir dipertemuan kelompok tiga kali berturut-turut, SPP
akan ditunda. Aturan ini dimaksudkan agar anggota dalam kelompok disiplin dalam hal kehadiran
2 Di TR melalaikan pembayaran kewajiban lebih dari 2 kali
dalam satu periode pinjaman akan diturunkan setengah dari pinjaman periode sebelumnya. Aturan ini dimaksudkan agar
setiap anggota punya rasa tanggung jawab atas kewajibannya masing-masing sehingga tidak menyusahkan teman dalam
kelompok. 3
Anggota yang mengajukan SPP harus hadir dalam pertemuan kelompok, bila tidak maka SPP tidak dimusyawarahkan berarti
tidak ada persetujuan dan tidak ada realisasi pinjaman. Aturan ini dimaksudkan agar kelompok bisa mendengar langsung
paparan dari anggota yang mengajukan pinjaman. Hal ini juga akan menghindarkan terjadinya pendomplengan.
Peraturan kelompok inilah sebagai bentuk kontrol kelompok pada perilaku anggotanya.
5. Tanggung Renteng dalam Islam
Istilah tanggung renteng memang tidak dikenal dalam Islam, akan tetapi dalam bidang hukum Islam, terdapat istilah
kafalah yang merupakan jaminan yang diberikan oleh penanggung
kafil kepada pihak ketiga untuk
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung.
9
Dalam pengertian lain,
kafalah juga berarti mengalihkan tanggung jawab seseorang yang dijamin dengan berpegang pada tanggung jawab orang lain
sebagai penjamin. Kata
kafalah secara etimologi memuat makna d{aman jaminan, h}amalah beban, dan za
’amah tanggungan. Dalam hukum Islam kafalah berkaitan dengan masalah utang-piutang antara seseorang dan pihak lain
dengan melibatkan pihak ketiga sebagai penjamin.
10
D}aman secara etimologi memuat makna jaminan, dan tanggungan. Dalam terminologi hukum Islam ia memuat makna menjamin
menanggung untuk membayar hutang, mengadakan barang, atau menghadirkan orang pada tempat yang telah ditentukan. Dari pengertian
ini dapat diketahui, bahwa d}aman dapat dan boleh diterapkan dalam
berbagai bidang mu’amalah, menyangkut jaminan atas harta benda dan jiwa manusia.
D}aman dalam pendayagunaan harta benda, tanggungan dalam masalah
diyat, jaminan terhadap kekayaan, jaminan terhadap jiwa, dan jaminan terhadap beberapa perserikatan sudah menjadi kebiasaan
masyarakat.
11
Dengan demikian kafalah dan d}aman dapat diterapkan dalam masalah
jual-beli, pinjam-meminjam ‘ariyah, titipan wadi’ah, utang-piutang,
9
Muhammad Syafi’i Antonio, “
Bank Syari’ah dari Teori ke Praktik
”, Jakarta: Gema Insani Press, 2001, 123.
10
Suqiyah Musyafa’ah, “Hadith Hukum Ekonomi Islam”, Surabaya: UIN SA Press, 2014, 161.
11
Menurut Imam al- Mawardi salah seorang Syafi’iyah.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
agunan rahn, kerja patungan atau qirad mud}harabah, barang temuan
luqatah, peradilan qad}a’, pembunuhan qis}a}s, gasab, pencurian
sariqah, dan lain sebagainya
12
Definisi kafalah antara lain; 1.
Menurut Jumhur ulama; Mengumpulkan tanggung jawab penjamin dengan tanggung jawab
orang yang dijamin dalam masalah hak atau utang, sehingga hak atau utang itu menjadi tanggung jawab keduanya.
13
2. Menurut ulama Ha}nafiah;
Mempersatukan tanggung jawab dengan tanggung jawab lainnya dalam hal tuntutan secara mutlak, baik berkaitan dengan jiwa, uang,
materi, maupun pekerjaan.
14
Kata kafalah disebut juga dengan d{aman jaminan, h{amalah beban,
za’amah tanggungan. Secara syara’ kafalah adalah proses penggabungan tanggungan kafil menjadi tanggungan
as{il dalam tuntutan atau permintaan dengan materi sama atau hutang, atau barang, atau pekerjaan.
15
Pertanggungan ini dalam Islam disebut kafalah dimana unsur-unsur
yang terdapat di dalamnya. Menurut Sayyid Sabiq, kafalah harus
mensyaratkan adanya kafil, as{il, makful lahu, dan makful bihi.
16
Kafil disini adalah orang yang berkewajiban untuk memenuhi tuntutan
makful bihi atau orang yang ditanggung. Seorang
kafil diharuskan memenuhi kriteria
12
Suqiy ah Musyafa’ah, Hadith Hukum...,161.
13
Ibid.
14
Ibid.
15
Sayyid Sabiq,
Fiqh Sunnah
: jilid 13, Penerjemah: Kamaluddin A. Marzuki, Bandung: al-
Ma’arif, 1987, 174.
16
Ibid.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
balig, berakal, berwenang penuh atas urusan hartanya dan rela dengan adanya
kafalah. As{il adalah orang yang berhutang, yaitu orang yang ditanggung, persyaratan atau kriteria yang berlaku untuk
kafil tidak diharuskan ada pada diri
as{il. Sedangkan makful lahu adalah orang yang memberikan hutang. Disyaratkan penjamin mengenalnya. Karena manusia
itu tidak sama dalam hal tuntutan, hal ini dimaksudkan untuk kemudahan dan kedisiplinan.
Makful bihi adalah orang, barang atau pekerjaan yang wajib dilaksanakan oleh orang yang ditanggung.
Sedangkan menurut Mazhab Hanafi, rukun al-kafalah satu yaitu ijab
dan kabul. Sedangkan menurut para ulama yang lainnya, rukun dan syarat al-kafalah adalah sama dengan pendapat Sayyid Sabiq dengan
menambahkan lafaz{ disyaratkan keadaan lafaz{ itu berarti menjalin, tidak
digantungkan kepada sesuatu dan tidak berarti sementara.
17
Kafalah menurut Muhammad Syafi’i Antonio terdapat 5 jenis
18
: 1.
Kafalah Bil Mal merupakan jaminan pembayaran barang atau pelunasan utang.
2. Kafalah Bit Taslym ini bisa dilakukan untuk menjamin pengembalian
atas barang yang disewa, pada waktu masa sewa berakhir. 3.
Kafalah Al Munjazah adalah jaminan mutlak yang tidak dibatasi oleh jangka waktu dan untuk kepentingan atau tujuan tertentu.
4. Kafalah Al Mu’llaqah merupakan penyederhanaan dari Kafalah Al
17
Hendi Suhendi,
Fiqh Muamalah
, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002, 191.
18
Muhammad Syafi’i Antonio,
Bank Syari’ah..., 124-125.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Munjazah 5.
Kafalah Bin Nafs merupakan akad memberikan jaminan atas diri Personal Guarantee
Model Penerapan Sistem tanggung renteng termasuk dalam Kafalah
Bin Nafs, dimana seluruh anggota memiliki tanggung jawab satu sama lain. al-Q
ur’an tidak menyebutkan secara tegas ayat yang menjelaskan tentang praktik tanggung renteng seperti yang ada pada saat ini. Hal ini terindikasi
dengan tidak munculnya istilah tanggung renteng secara nyata dalam al- Qu
r’an. Walaupun begitu al-Qur’an masih mengakomodir ayat ayat yang mempunyai muatan nilai-nilai dasar yang ada dalam praktik tanggung
renteng seperti nilai dasar tolong menolong, kerjasama. a
Ayat al-Qur’an Diantara ayat-ayat al-Qur
’an yang mempunyai muatan nilai-nilai yang ada dalam praktik tanggung renteng adalah Surah al-Maidah [5]:2
Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syiar- syiar Allah, dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram], jangan
mengganggu binatang-binatang had-Nya, dan binatang-binatang qalaa-id, dan jangan pula mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah
sedang mereka mencari kurnia dan keredhaan dari Tuhannya dan apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji, Maka bolehlah berburu. dan
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
janganlah sekali-kali kebencianmu kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu dari Masjidilharam, mendorongmu berbuat
aniaya kepada mereka. dan tolong-menolonglah kamu dalam mengerjakan kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam
berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya.
”
19
Ayat ini memuat perintah tolong menoling antar sesama manusia. Dalam sistem tanggung renteng nilai ini terlihat dalam praktik kerelaan
pengurus anggota KSPPS MBS yang merelakan dana modal dipinjamkan kepada anggota kelompok tanpa anggunan guna menolong anggota
kelompok yang kesulitan dalam urusan dana. b
Sunnah Nabi Pengertian
sunnah secara bahasa adalah jalan yang ditempuh كو ملا
ه ىر لا, tradisi, dan terpuji. Jama’nya sunan. Nabi SAW. Bersabda:
ش َاا ْم طْ رش لع ْو ْس ْلا اًطْر
ح َلحا ْ ا ااخ ً َرح ي م رتلا ا [ اًم ار
]
Artinya: “Orang-orang muslim itu terikat dengan syarat yang mereka sepakati, kecuali dengan syarat yang mengharamkan yang halal atau yang
mengharamkan yang haram.” HR. At-Turmudzi”.
20
Hadits ini menjelaskan tentang prinsip umum dalam melakukan akad atau transaksi. Orang muslim dalam melakukan transaksinya tergantung
oleh syarat yang mereka sepakati bersama antara kedua belah pihak, kecuali syarat yang mengharamkan yang halal atau mengharamkan yang
haram. Dalam KSPPS seharusnya harus ditetapkan demikian baik akad transaksi dan aturan yang ada dalam sistem harus disepakati dengan jelas
19
Departemen Agama Republik Indonesia, al- Qur’an dan Terjemahannya
20
Sunan at-Turmudzi, Kitab al-Sifat al-Qiyamah wa ar-Rakaik al-Wara, Bab 60, No. 2517, 60.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
diawal. Jika telah disepakati bersama maka kedua belah pihak pihak KSPPS dan anggota terikat dalam suatu ikatan yang harus dipatuhi secara
bersama, dan tidak boleh ada yang melanggar kecuali syarat-syarat yang tidak sesuai dengan ketentuan syari’ah.
c Ijma
Para sahabat telah melakukan ittifaq kesepakatan dalam hal ini
aqilah. Terbukti dengan tidak adanya penentangan oleh sahabat lain terhadap apa yang dilakukan oleh Khalifah Umar bin Khattab. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa mereka bersepakat mengenai persoalan ini.
21
Sebagai dalil dari kebolehannya memakai ijma dalam menetapkan hukum ini adalah:
ا ام ْو ْس ْلا
ه ادْ ع و ف اً سح .
Artinya: “Segala sesuatu yang menurut mayoritas kaum muslimin itu baik maka dalam pandangan Allah SWT juga baik.”
Rahasia praktik aqilah adalah mengangkat perselisihan dan
percekcokan antar suku Arab. Dengan adanya aqilah berarti telah
membangun suatu kehidupan yang positif al-hasan diantara para suku Arab. Adanya aspek kebaikan dan nilai yang positif dalam praktik aqilah
mendorong para ulama untuk bermufakat ijma’ bahwa perbuatan semacam aqilah tidak bertentangan dalm nilai nilai yang terkandung dalam
syariah Islam. d
Ishtisan Ishtisan dalam pandangan ahli, ushul adalah memandang suatu itu
21
Hasan Ali, Asuransi dalam Prespektif Islam, Jakarta: Kencana, 2004, 122.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
baik. Kebaikan dari kebiasaan aqilah di suku Arab kuno terletak pada kenyataan bahwa ia dapat menggantikan balas dendam berdarah.
22
Melihat manfaat yang yang signifikansi dari raktik aqilah diantara nya :
mempertahankan keseimbangan kesukuan dan dengan demikian, kekuatan pembalasan dendam dari setiap suku dapat menghalangi kekejaman
anggota suku lain: a.
Menambah sebagian besar jaminan sosial, karena mengingat tanggung jawab kolektif untuk membayar ganti rugi, suku harus
menjaga kegiatan anggotanya dengan saksama b.
Mengurangi beban anggota perorangan jika ia diharuskan membyar ganti rugi
c. Menghindarkan dendam darah yang jika tidak dicegah
mengakibatkan kehancuran total suku suku yang terlibat d.
Mempertahankan sepenuhnya kerjasama para anggota dari setiap suku, yang tak lain merupakan mutualitas saling membantu.
23
B. Partisipasi Anggota
Partisipasi anggota merupakan unsur utama dalam memacu kegiatan dan untuk mempertahankan ikatan pemersatu didalam koperasi. Oleh karena itu,
koperasi harus memiliki kegiatan-kegiatan tertentu untuk menjabarkan bentuk- bentuk partisipasi dan memacu manfaat bersama, ketika berbagai manfaat
diperoleh melalui upaya-upaya bersama para anggota. Juga diharapkan manfaat
22
Ibid., 124.
23
Ibid.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
dapat didistribusikan secara adil dan merata sesuai dengan kontribusi mereka kepada koperasi dalam aneka kegiatan-kegiatan koperasi. Atas dasar itu koperasi
diharapkan menanamkan dasar-dasar distribusi pemanfaatan dari hasil atau pelayanan-pelayan yang bersifat ekonomis dan sosial untuk mempertahankan
semangat kebersatuan anggota-anggota dan kesetiaan mereka kepada semangat koperasi.
24
1. Pengertian Partisipasi Anggota
Istilah partisipasi secara harfiah sebenarnya diambil dari bahasa asing participation, yang artinya mengikut sertakan pihak lain. Partisipasi
dimaknai seorang pemimpin melaksanakan tugas-tugasnya akan dapat lebih berhasil bilamana pemimpin tersebut mampu meningkatkan partisipasi
semua komponen atau unsur yang ada. Oleh karena setiap pemimpin dalam bidang apa pun, mulai dari tingkat paling atas sampai tingkat paling bawah
harus mampu meningkatkan partisipasi semua komponen atau unsur yang ada.
25
Dengan jalan meningkatkan partisipasi, maka berarti semua komponen atau unsur yang ada akan diikutsertakan baik secara langsung
maupun tidak langsung antara lain dalam pembuatan perencanaan serta pengambilan keputusan, hal ini berarti semua komponen atau unsur yang
ada akan merasa lebih dihargai sehingga dapat diharapkan semangat dan
24
Thoby Mutis,
Pengembangan Koperasi
, Jakarta: Grasindo, 1992, 93.
25
Hendar dan Kusnadi,
Ekonomi Koperasi
, Jakarta: LPFE-UI, 1999, 63.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
kegairahan kerja serta rasa tanggung jawabnya dapat ditingkatkan.
26
Dengan demikian karena semua komponen atau unsur yang ada merasa ikut terlibat di dalam proses pembuatan perencanaan dan
pengambilan keputusan, maka semua komponen atau unsur akan merasa ikut bertanggung jawab akan terlaksananya semua itu. Semua perencanaan
dan keputusan yang dirasakan sulit, apabila didalam pembuatan dan pelaksanaannya mengikutsertakan semua komponen atau unsur yang ada
maka akan mudah untuk melaksanakan dan merealisasikannya.
27
Anggota koperasi adalah adalah setiap warga Negara Indonesia yang mampu melakukan tindakan hukum dan memiliki kepentingan ekonomi
yang sama dengan sesama anggota lain.
28
Jadi, anggota koperasi adalah seluruh anggota koperasi yang orang-orang turut serta dalam kegiatan
koperasi tersebut, dan Setiap anggota koperasi adalah pemilik dan sekaligus pengguna jasa koperasi. Peran anggota sebagai pemilik
meliputi
29
: a
Berperan aktif dalam memberikan masukan kepada pengurus dalam menetapkan kebijakan koperasi baik dalam forum rapat anggota
maupun dalam kesempatan lainnya. b
Memberikan kontribusi berupa modal dalam bentuk simpanan pokok
26
Ibid.
27
Ibid.
28
Peraturan Menteri Koperasi Dan Usaha Kecil Dan Menengah Republik Indonesia Nomor 10PerM.KUKMIX2015 Tentang Kelembagaan Koperasi.
29
Keputusan Menteri Koperasi Dan Usaha Kecil Dan Menengah Republik Indonesia Nomor 91KepM.KUKMIX2004 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Usaha Koperasi Jasa Koperasi
Syariah.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
dan simpanan wajib dan atau simpanan lainnya yang ditetapkan dalam rapat anggota.
c Dipilih menjadi pengurus dan atau memilih pengurus dan pengawas.
d Berperan aktif dalam melakukan pengawasan terhadap jalannya
koperasi. e
Berperan aktif dalam mengikuti rapat anggota. f
Menanggung risiko jika terjadi kerugian. Peran anggota sebagai pengguna jasa meliputi pemanfaatan jasa
pelayanan koperasi
30
.
2. Kewajiban dan Hak Anggota Koperasi
Anggota koperasi mempunyai berbagai kewajiban antara lain:
31
A. Mematuhi Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga
Keputusan dalam rapat anggota koperasi yang telah dituangkan dalam anggaran dasar Anggaran Rumah Tangga koperasi haruslah
ditaati semua anggota. Semua kemauan anggota sudah dituangkan pada rapat anggota sehingga hasil keputusan pada Rapat Anggota
juga menjadi setiap anggota. Tentu saja tidak semua keinginan anggota akan menjadi keputusan dan tidak semua keputusan Rapat
Anggota seperti yang diinginkan masing-masing anggota. Akan tetapi setiap anggota harus konsekuen menjalankan keputusan
30
Ibid.
31
Djoko Muljono,
Buku Pintar Strategi Bisnis Koperasi Simpan Pinjam
, Yogyakarta: Andi, 2012, 12.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
tersebut. Setiap anggota tidak diperkenankan melakukan sesuatu yang bertentangan dengan keputusan yang telah disepakati dalam
rapat anggota. B.
Berpartisipasi dalam Kegiatan Usaha Koperasi Kegiatan usaha KSP adalah simpan pinjam, maka setiap
anggota harus berpartisipasi dalam kegiatan simpanan yang dibentuk koperasi, paling tidak pada simpanan pokok maupun simpanan wajib.
Setiap anggota juga harus berpartisipasi dalam penyaluran pinjaman yang dilakukan KSP, baik untuk dirinya maupun untuk orang lain.
Berpartisipasi dalam peminjaman untuk dirinya sendiri membawa konsekuensi seiap anggota harus mempunyai kegiatan usaha di luar
koperasi, yang dananya dapat memanfaatkan pinjaman dari KSP. Sedagkan berpartisipasi dalam pinjaman untuk orang lain membawa
konsekuensi setiap anggota merupakan tim pemasaran, yang secara terus-menerus mencari nasabah yang baik. Setiap anggota yang telah
berpartisipasi pada koperasi, baik melalui simpanan ataupun pinjaman, harus diberi penghargaan baik yang dikaitkan dengan SHU
ataupun bentuk lainnya. C.
Mengembangkan dan Memelihara Kebersamaan Mengembangkan dan memelihara kebersamaan berdasar pada
asas kekeluargaan. Perkembangan koperasi menjadi kewajiban seluruh anggota, walupun anggota koperasi telah mendelegasikan
kewajiban tersebut kepada pengurus. Setiap anggota perlu secara
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
aktif membantu pengurus dalam merealisasikan perkembangan koperasi. Anggota koperasi mempunyai berbagai hak, antara lain:
32
a Menghadiri, menyatakan pendapat, dan memberikan suara
dalam Rapat Anggota. b
Memilih dan atau dipilih menjadi Pengurus atau Pengawas. c
Meminta diadakan Rapat Anggota menurut ketentuan dalam Anggaran Dasar
d Mengemukakan pendapat atau saran kepada pengurus di luar
rapat anggota, baik diminta maupun tidak diminta. e
Memanfaatkan koperasi dan mendapat pelayanan yang sama antara sesama angota.
f Mendapatkan keterangan mengenai perkembangan koperasi
menurut ketentuan dalam Anggaran Dasar. Hak setiap anggota adalah menghadiri rapat anggota. Jangan
sampai ada anggota yang melarang anggota lain untuk hadir dalam rapat anggota karena ada perbedaan kemauan . Perbedaan kemauan
setiap anggota harus diakomodasi dan diambil jalan tengah secara demokratis, dan setiap keputusan rapat anggota merupakan
keputusan setiap anggota yang harus dijalankan bersama. Hak setiap anggota adalah memilih atau dipilih sebagai
pengurus atau pengawas. Tidak boleh ada seseorang anggota pun yang melarang anggota lain untuk memilih atau dipilih hadir dalam
32
Ibid., 13.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
rapat anggota, karena adanya perbedaan kemauan. Apabila ada anggota yang tidak memiliki roh atau semangat
koperasi, yaitu
kekeluargaan, maka
pada perjalanannnya
dimungkinkan untuk terjadinya bantuan kepentingan yang mengakibatkan tujuan kuperasi menjadi tidak sama. Kesamaan tujuan
koperasi dimungkinkan untuk dibentuk dari latar belakang anggota koperasi yang sama atau paling tidak karena adanya semangat yang
sama.
33
3. Bentuk-Bentuk Partisipasi
Dilihat dari segi dimensinya menurut Hendar dan Kunadi, partisipasi terdiri dari:
34
a. Pertisipasi Dipaksakan
Forced dan Partisipasi Sukarela Voluntary. Pertisipasi dipaksakan terjadi karena paksaan undang-undang atau
keputusan pemerintah untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang berhubungan dengan pekerjaan. Sedangkan
partisipasi sukarela terjadi karena kesadaran untuk ikut serta berpartisipasi.
b. Partisipasi Formal dan Partisipasi Informal.
Partisipasi yang bersifat formal, biasanya tercipta suatu mekanisme formal dalam pengambilan keputusan. Sedangkan partisipasi bersifat
33
Ibid.
34
Hendar dan Kusnadi,
Ekonomi Koperasi
, Jakarta: LPFE-UI, 1999, 6.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
informal, biasanya hanya terdapat persetujuan lisan antara atasan dan bawahan sehubungan dengan partisipasi.
c. Partisipasi Langsung dan Partisipasi Tidak Langsung.
Partisipasi langsung terjadi apabila setiap orang dapat mengajukan pandangan, membahas pokok persoalan, mengajukan keberatan
terhadap keinginan orang lain. Sedangkan partisipasi tidak langsung terjadi apabila terdapat wakil yang membawa inspirasi orang lain
yang akan bicara atas nama karyawan atau anggota dengan kelompok yang lebih tinggi tingkatannya.
d. Partisipasi Kontributif dan Partisipasi Intensif.
Partisipasi Kontributif yaitu kedudukan anggota sebagai pemilik dengan mengambil bagian dalam penetapan tujuan, pembuatan
keputusan dan proses pengawasan terhadap jalannya perusahaan koperasi. Sedangkan Partisipasi Intensif yaitu kedudukan anggota
sebagai pemilik atau pengguna dengan memanfaatkan berbagai potensi pelayanan yang disediakan oleh perusahaan dalam menunjang
kepentingannya. Partisipasi dalam kehidupan koperasi ditegaskan bahwa koperasi
adalah badan usaha perusahaan yang pemilik dan pelanggannya adalah sama, yaitu para anggotanya dan ini merupakan prinsip identitas koperasi
yang sering digambarkan dalam lambang segitiga Tri-angel Identity of
Cooperative. Jadi, Pelanggan = Pemilik = Anggota dimana ketiga pihak tersebut orangnya dalah sama. Koperasi merupakan alat yang digunakan
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
oleh para anggota untuk melaksanakan fungsi-fungsi tertentu yang telah disepakati bersama. Disini dapat dikatakan bahwa sukses tidaknya,
berkembang tidaknya, bermanfaat tidaknya dan maju mundurnya suatu koperasi akan sangat tergantung sekali pada peran partisipasi aktif dari
para anggotanya. Apa yang dijelaskan diatas sebenarnya sesuai dengan pasal 17 ayat 1 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang
Perkoperasian yang menyebutkan bahwa anggota koperasi adalah pemilik dan sekaligus pengguna jasa koperasi. Sebagai pemilik dan pengguna jasa
koperasi, anggota berpartisipasi aktif dalam kegiatan koperasi.
35
Partisipasi diperlukan untuk mengatasi penampilan yang buruk dari koperasi, menghilangkan salah tindak pihak manajemen dan membuat
kebijaksanaan pegelola diperhitungkan. Terdapat satu alasan yang mendasar mengapa partisipasi merupakan kondisi yang diperlukan untuk
penampilan koperatif , yaitu agar pihak manajemen koperasi tahu apa yang menjadi kepentingan anggotanya dan berapa banyak serta kualitas
pelayanan yang bagaimana yang diperlukan oleh para anggota. Manajemen membutuhkan informasi yang cukup banyak untuk
pengambilan keputusan dan penentuan kebijakan koperasi.
36
Dalam hal ini manajemen koperasi mempunyai keterbatasan kemampuan dalam mengumpulkan informasi. Setiap manajeman koperasi
tidak mungkin mengetahui informasi yang diperlukan setiap waktu.
35
Ibid., 64.
36
Ibid.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Informasi itu harus ditemukan dan mekanisme untuk menemukan informasi baru bersesuaian dengan pelayanan yang diberikan oleh perusahaan
koperasi dalam hal kepentingan interest anggota melalui proses partisipasi.
37
Pertisipasi pada koperasi pada dasarnya tidak berbeda dengan proses kegiatan perusahaan non koperasi dalam memperoleh informasi. Jika suatu
perusahaan nonkoperasi menjal suatu pelayanan atau jasa dalam suatu pasar bebas, akan memperoleh umpan balik dari para pelanggannya agar
dapat bersaing dengan berhasil. Umpan balik ini terutama terdiri atas informasi tentang jumlah kuantitas dan kualitas produk yang dijual. Bila
pelanggan tidak puas, maka mereka akan membeli sedikit dan dengan bertindak demikian pelanggan memberi perusahaan tersebut suatu
informasi yang berharga dalam meningkatkan mutu pelayanannya. Para pelanggan bahkan bisa memberikan informasi langsung seperti keluhan dan
saran yang berharga bagi peningkatan mutu pelayangan.
38
Dalam suatu koperasi, intensitas partisipasi dapat jauh lebih banyak karena fakta bahwa anggota bukan hanya pelanggan tapi juga pemilik dari
suatu perusahaan. Para anggota dapat mempengaruhi dan mengendalikan manajemen tidak hanya memberikan saran dan kritik terhadap pelayanan
yang diberikan tetapi juga bila diperlukan dapat memberhentikan pihak
37
Ibid.
38
Ibid., 65.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
manajemen dari fungsi dan kedudukannya.
39
4. Cara Meningkatkan Partisipasi
Ada berbagai cara untuk meningkatkan partisipasi anggota. Diantaranya dengan menggunakan materi dan nonmateri.
40
Peningkatan partisipasi dengan menggunakan materi dapat melalui pemberian bonus,
tunjangan, komisi, dan insentif serta lainnya. Peningkatan partisipasi nonmateri ini salah satunya adalah dengan jalan mengikutsertakan semua
komponen atau unsur, terutama dalam proses pembuatan perencanaan maupun dalam hal pengambilan keputusan. Dari berbagai macam cara,
mana cara yang paling baik tentu tidak dapat ditetapkan secara pasti, sebab segala sesuatu sangat tergantung pada situasi dan kondisi masing-masing.
5. Indikator Pengukuran Partisipasi Anggota
Menurut Anoraga dan Nanik “pengukuran partisipasi anggota
berkaitan dengan peran ganda anggota sebagai pemilik dan sekaligus sebagai pelanggan”
41
. Lebih lanjut Anoraga dan Nanik mengungkapkan peran ganda tersebut sebagai berikut: Dalam kedudukannya sebagai
pemilik para anggota memberikan kontribusinya terhadap pembentukan dan pertumbuhan perusahaan koperasi dalam bentuk kontribusi keuangan
39
Ibid.
40
Ibid., 66.
41
Anoraga, Panji dan Nanik Widiyati,
Dinamika Koperasi
, Jakarta: Rineka Cipta, 2003, 115.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
penyerahan simpanan pokok, simpanan wajib, simpanan sukarela, atau dana-dana pribadi yang diinvestasikan pada koperasi dan mengambil
bagian dalam penetapan tujuan, pembuatan keputusan dan proses pengawasan terhadap jalannya perusahaan koperasi.
Partisipasi semacam ini disebut partisipasi kontributif. Dalam kedudukannya sebagai pelangganpemakai, para anggota memanfaatkan
berbagai potensi pelayanan yang disediakan oleh perusahaan koperasi dalam menunjang kepentingannya. Partisipasi semacam ini disebut
partisipasi insentif
42
Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa indikator untuk partisipasi anggota, yaitu:
1 Partisipasi dalam pengambilan keputusan dalam rapat anggota
kehadiran, keaktifan, dan penyampaian atau mengemukakan pendapat saran ide gagasan kritik bagi koperasi.
2 Partisipasi dalam kontribusi modal dalam berbagai jenis simpanan,
simpanan pokok, simpanan wajib, simpanan sukarela, jumlah dan frekuensi menyimpan simpanan, penyertaan modal.
3 Partisipasi dalam pemanfaatan pelayanan dalam berbagai jenis unit
usaha, jumlah dan frekuensi pemanfaatan layanan dari setiap unit usaha koperasi, besaran transaksi berdasarkan waktu dan unit usaha
yang dimanfaatkan, besaran pembelian atau penjualan barang maupun jasa yang dimanfaatkan, cara pembayaran atau cara
42
Ibid.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
pengambilan, bentuk transaksi, waktu layanan. 4
Partisipasi dalam pengawasan koperasi dalam menyampaikan kritik, tata cara penyampaian kritik, ikut serta melakukan pengawasan
jalannya organisasi dan usaha koperasi Jika ditinjau dari sudut pandang para anggota perseorangan yang
menilai keinginannya, maka dimensi partisipasi akan saling berkaitan satu dengan yang lain dan dapat dijelaskan sebagai berikut;
43
Para anggota perseorangan akan berpartisipasi dalam kegiatan pelayanan perusahaan
koperasi: 1
Jika kegiatan tersebut sesuai dengan kebutuhannya 2
Jika pelayanan itu ditawarkan dengan harga, mutu atau syarat-syarat yang lebih menguntungkan ketimbang yang diperolehnya dari pihak-
pihak lain diluar koperasi. 3
Hal itu berarti bahwa para anggota harus memiliki hak dan kesempatan serta termotivasi dan sanggup berpartisipasi dalam
mengambil keputusan mengenai tujuan yang hendak dicapai dan dalam mengendalikanmengawasi prestasi organisasi koperasi dan
perusahaan koperasinya.
43
Hendar dan Kusnadi,
Ekonomi Koperasi...
, 69-70.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
47
BAB III GAMBARAN UMUM KOPERASI SIMPAN PINJAM PEMBIAYAAN
SYARIAH MUAMALAH BERKAH SEJAHTERA
A. Sejarah berdirinya KSPPS Muamalah Berkah Sejahtera
Ide dan inisiatif berdirinya Muamalah Berkah Sejahtera bermula dari keprihatinan bersama beberapa jamaah dan pengurus Masjid al-Fajar terhadap
kondisi masyarakat Surabaya khusunya masyarakat Cipta Menanggal yang seringkali kesulitan mengakses permodalan guna mengembangkan usahanya
sehingga mer eka mencari alternatif ‘termudah’ mengakses permodalan yaitu
rentenir Bank Thithil, walaupun pada kenyatan sebenarnya ketika mereka meminta bantuan terhadap rentenir tersebut justru itulah awal dari keterpurukan
usaha mereka. Beberapa pertemuan tokoh digagas guna meninjak lanjutin keinginan mulia tersebut.
Tidak lama berselang sejumlah calon pendiri bersedia menyertakan dana penggerak dalam bentuk SP simpanan pokok sebagai modal awal operasional
Muamalah Berkah Sejahtera. Pendirian Lembaga Keuangan Syari’ah ini mulai Nampak sejak bulan Pebruari 2008 ketika rapat-rapat mulai diselenggarakan.
Hingga tepat pada tanggal 01 Mei 2008, Muamalah Berkah Sejahtera yang beralamat Jl.Cipta Menanggal IV23 Surabaya berbadan hukum koperasi dengan
nomor Badan Hukum: 109BHXVI.372008, Tanggal 12 Juni 2008., resmi didirikan dengan mengundang pengawas Dinas Kota Surabaya dan disertai
pernyataan sumpah para pengurus dan pengawas.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Dengan seiring berkembangnya waktu MBS Pada awal tahun 2013 kantor yang semula di jl. Cipta Menanggal IV23, pindah di jl. Cipta Menanggal III-A
54F Surabaya, dimana kantor sekarang lebih nyaman daripada kantor yang dulu. Pada awalnya KSPPS MBS ini didirikan dengan mengumpulkan modal dan
jumlah anggota minimal sesuai dengan yang tercantum dalam Undang-Undang tentang Perkoperasian.
1
Adapun visi yang dimiliki oleh KJKS MBS adalah :“ Bertekad menjadi
koperasi yang syar’i sebagai sarana bermuamalah masyarakat demi terwujudnya kehidupan yang penuh berkah dan sejahtera dalam ridha Allah”. Sedangkan misi
yang dikembangkan dalam KJKS MBS, yaitu:
2
1. Mengembangkan dan mendorong kehidupan ekonomi syariah;
2. Membudayakan bermuamalah secara
syar’i; 3.
Menjalankan fungsi sosial khususnya kepada kaum dhuafa Motto KJKS MBS :
“Solusi pembiayaan syariah yang mudah, murah dan a
manah”, dan motto 2015 : “MBS Semakin Berprestasi ”Koperasi yang terletak di dekat Rumah Susun Cipta Menanggal ini memiliki 2 tujuan utama
3
, yaitu: 1.
Bagi Anggota Memajukan kesejahteraan anggota.
2. Bagi Umat
Meningkatkan kesejahteraan masyarkat umat Islam dan membebaskannya dari jeratan rentenir bank
thihtil
1
Subchan Bashori,
Wawancara
, Surabaya, 15 November 2016.
2
KSPPS MBS,
Laporan pertanggungjawaban pengurus dan pengawas tahun buku 2015
, Surabaya: KPPSS MBS, 2013, 5.
3
Ibid.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id