Penerapan model sistem Tanggung Renteng dalam meningkatkan partisipasi anggota Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan Syariah Muamalah Berkah Sejahtera Surabaya.

(1)

PENERAPAN MODEL SISTEM TANGGUNG RENTENG DALAM MENINGKATKAN PARTISIPASI ANGGOTA KOPERASI SIMPAN PINJAM

PEMBIAYAAN SYARIAH MUAMALAH BERKAH SEJAHTERA SURABAYA

SKRIPSI

OLEH

SHEILA OKTAPANI NIM. C74213153

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

PRODI EKONOMI SYARIAH SURABAYA


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

ABSTRAK

Skripsi ini adalah hasil penelitian yang berjudul “Penerapan Model Sistem Tanggung Renteng dalam Meningkatkan Partisipasi Anggota Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan Syariah Muamalah Berkah Sejahtera Surabaya”. Penelitian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan mengenai bagaimana penerapan model sistem tanggung renteng di Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan Syariah Muamalah Berkah Sejahtera Surabaya dan bagaimana partisipasi anggota Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan Syariah Muamalah Berkah Sejahtera Surabaya dengan adanya penerapan sisterm tanggung renteng tersebut.

Data penulisan dihimpun melalui teknik wawancara, dan studi dokumentasi. Menggunakan metode deskriptif analitis, yaitu analisis yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati sesuai dengan peristiwa sebenarnya. Setelah berbagai data tentang model penerapan sistem tanggung renteng KSPPS MBS Surabaya terkumpul, maka data tentang tanggung renteng akan dianalisis secara deskriptif analitis, yaitu analisis yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis dari sumber data. Peneliti menggambarkan data-data penerapan model tanggung renteng tersebut apa adanya sesuai dengan peristiwa sebenarnya. Kemudian data tersebut akan diolah dan dianalisis dengan pola pikir induktif yang berarti pola pikir yang berpijak pada fakta-fakta yang bersifat khusus kemudian diteliti, dianalisis dan disimpulkan sehingga pemecahan persoalan atau solusi tersebut dapat berlaku secara umum.

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa Penerapan model sistem tanggung renteng di Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan Syariah Muamalah Berkah Sejahtera Surabaya belum diterapkan dengan baik, sehingga nilai karakteristik belum muncul dalam diri anggota kelompok tanggung renteng. Partisipasi anggota Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan Syariah Muamalah Berkah Sejahtera dengan adanya penerapan model sistem tanggung renteng saat ini justru terus menurun mulai dari tahun 2009 hingga 2016 yang awalnya memiliki 21 kelompok aktif sekarang hanya 5 kelompok yang berjumlah 57 anggota.

Dengan selesainya penelitian skripsi ini, dapatlah kiranya penulis memberikan saran KSPPS hendaknya Membuat aturan dan ketentuan baku untuk setiap anggota tanggung renteng, mengadakan kegiatan-kegiatan yang dapat meningkatkan partisipasi anggota yaitu dapat berupa memberikan bonus untuk anggota yang tidak pernah terlambat membayar angsuran. Bisa juga dengan non materi dimana kelompok tanggung renteng selalu diikutsertakan dalam segala keputusan dengan memberikan undangan rapat bulanan dengan agenda perbaikan sistem tanggung renteng yang kurang. Dan memberikan denda atau sanksi bagi anggota kelompok yang melanggar aturan dan ketentuan guna menjaga ketertiban sistem tanggung renteng.


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL DALAM ... i

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR TRANSLITERASI ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi dan Batasan Masalah ... 5

C. Rumusan Masalah ... 6

D. Kajian Pustaka ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 11

F. Manfaat Penelitian... 12

G. Definisi Operasional ... 12

H. Metode Penelitian ... 13

I. Sistematika Pembahasan ... 20

BAB II SISTEM TANGGUNG RENTENG DAN PARTISIPASI ANGGOTA A. Tanggung Renteng ... 22

1. Pengertian Tanggung Renteng ... 22

2. Unsur-unsur dalam Tanggung Renteng ... 23


(8)

4. Mekanisme Tanggung Renteng ... 25

5. Tanggung Renteng dalam Islam ... 27

B. Partisipasi Anggota ... 34

1. Pengertian Partisipasi Anggota ... 35

2. Kewajiban dan Hak Anggota Koperasi ... 37

3. Bentuk-Bentuk Partisipasi ... 40

4. Cara Meningkatkan Partisipasi ... 44

5. Indikator Pengukuran Partisipasi Anggota... 44

BAB III GAMBARAN UMUM KOPERASI SIMPAN PINJAM PEMBIAYAAN SYARIAH MUAMALAH BERKAH SEJARTERA A. Sejarah Berdirinya ... 47

B. Struktur Organisasi, Personalia, dan Deskripsi tugas ... 49

C. Produk dan Aplikasi Akad ... 53

1. Penghimpunan Dana ... 53

2. Penyaluran Dana ... 55

D. Operasional KSPPS MBS ... 58

1. Pelayanan Nasabah ... 58

2. Tahap Penghimpunan Dana ... 58

3. Tahap Pengelolaan Dana ... 59

E. Sistem Tanggung Renteng di KSPPS MBS ... 59

F. Partisipasi Anggota di KSPPS MBS ... 65

BAB IV PERERAPAN MODEL SISTEM TANGGUNG RENTENG DALAM MENINGKATKAN PERTISIPASI ANGGOTA KOPERASI SIMPAN PINJAM PEMBIAYAAN SYARIAH MUAMALAH BERKAH SEJAHTERA A. Analisis Pererapan Model Sistem Tanggung Renteng di Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan Syariah Muamalah Berkah Sejahtera Surabaya ... 69

B. Analisis Partisipasi Anggota Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan Syariah Muamalah Berkah Sejahtera Surabaya dengan Adanya Penerapan Sistem Tanggung Renteng ... 72

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 75

B. Saran ... 76


(9)

LAMPIRAN 1 PEDOMAN WAWANCARA

LAMPIRAN 2 TABEL ANGGOTA KELOMPOK TANGGUNG RENTENG LAMPIRAN 3 DATA PEMBIAYAAN KELOMPOK IV

LAMPIRAN 4 DATA PEMBIAYAAN KELOMPOK VIII LAMPIRAN 5 DATA PEMBIAYAAN KELOMPOK X LAMPIRAN 6 DATA PEMBIAYAAN KELOMPOK XVIII LAMPIRAN 7 DATA PEMBIAYAAN KELOMPOK XIX


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman 1.1 Tabel Tinjauan Pustaka ... 10


(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman 3.1 Gambar Struktur Organisasi KSPPS MBS ... 49


(12)

DAFTAR TRANSLITERASI

Di dalam naskah skripsi ini banyak dijumpai nama dan istilah teknis (technical term) yang berasal dari bahasa Arab ditulis dengan huruf latin. Pedoman transliterasi yang digunakan untuk penulisan tersebut adalah sebagai berikut:

A. Konsonan

No Arab Indonesia Arab Indonesia

1 ا ‘ t}

2 b z}

3 t ع

4 th غ Gh

5 ج j ف F

6 h} ق Q

7 خ kh K

8 d ل L

9 dh M

10 ر r N

11 z W

12 س s H

13 sh

14 ص s} Y

15 ض d}

B. Vokal

1. Vokal tunggal (monoftong )

Tanda dan Huruf

Arab Nama Indonesia

َ

Fath}ah A

َ

Kasrah I


(13)

Catatan: khusus untuk hamzah, penggunaan apostrof hanya berlaku

jika hamzah berharakat sukun atau didahului oleh huruf yang

berharakat sukun. Contoh: iqtida>’(ء قا)

2. Vokal Rangkap (diftong)

Tanda dan Huruf Arab

Nama Indonesia Ket.

ﻱ Fath}ah dan ya’ Ay a dan y

ﻭ Fath}ah dan wawu Aw a dan w

Contoh : Bayna (نيب)

: Maud}u>’ (عوض وم)

3. Vokal Panjang

Tanda dan Huruf Arab

Nama Indonesia Ket.

ا Fath}ah dan alif a> a dan garis

di atas

ﻱ kasrah dan ya’ i> i dan garis

di atas

َﻭ dammah dan wawu u> u dan garis

di atas

Contoh : al-jama>’ah (هع م لا)

: takhyi>r (رىى ت) : yadu>ru (ر ي)

C. Ta’ Marbut}ah

Tranliterasi untuk ta> marbu>t}ah ada dua:

1. Jika hidup (menjadi mud}a>f) tranliterasinya adalah t.

2. Jika mati atau sukun,

transliterasinya adalah h.

Contoh :shari>’at al-isla>m (ة يعرشملاسلا) Shari>’ah isla>mi>yah (ة يعرش ة ميلاسا)

D. Penulisan Huruf Kapital

Penulisan huruf besar dan kecil pada kata, phrase (ungkapan)

atau kalimat yang ditulis dengan transliterasi Arab-Indonesia mengikuti ketentuan penulisan yang berlaku dalam tulisan. Huruf awal (initial later) untuk nama diri, tempat, judul buku, lembaga dan yang lain ditulis dengan huruf besar.


(14)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berdasarkan Peraturan Menteri Koperasi Dan Usaha Kecil Dan Menengah Republik Indonesia Nomor 16/Per/M.KUKM/XI/2015 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam Dan Pembiayaan Syariah Oleh Koperasi bahwa dalam rangka memperluas kesempatan berusaha bagi masyarakat untuk melakukan kegiatan produktif, perlu mengembangkan pelaksanaan kegiatan usaha simpan pinjam dan pembiayaan syariah oleh koperasi yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip syariah, agar masyarakat memperoleh manfaat dan kesejahteraan yang sebesar-besarnya.

Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan Syariah (Muamalah Berkah Sejahtera) merupakan salah satu KSPPS yang sudah berdiri sejak 2008 tepatnya 12 Juni 2008. Produk yang dihasilkan koperasi ini dibagi atas dua bagian, yakni produk penghimpunan dana dan produk penyaluran dana. Produk penghimpun dana diantaranya adalah simpanan pokok, simpanan wajib, simpanan sukarela (reguler), dan simpanan berjangka. Produk penyaluran dana diaplikasikan dalam pembiayaan Mura>ba>h dimana KSPPS MBS bertindak sebagai pihak penyedia dana dalam rangka pmbelian barang dan anggota sebagai pihak pembeli barang. Selanjutnya pembiayaan Ija>rah, dalam KSPPS MBS memberikan


(15)

2

pembiayaan dana dengan tujuan untuk pemberian pembiayaan jasa, objek akad ini dapat berupa biaya pendidikan atau biaya kesehatan. Pembiayaan Mud}a>rabah yang merupakan penyediaan modal kerja oleh Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan Syariah Muamalah Berkah Sejahtera untuk menjalankan suatu usaha anggotanya dengan syarat harus ada agungan sebagai jaminannya. Selain pembiayaan tersebut ada pula pembiayaan tanggung renteng yakni pembiayaan yang ditujukan untuk para anggota yang tidak memiliki agunan dengan syarat harus memiliki kelompok yang siap menanggung seluruh risiko apabila ada salah seorang anggota melalaikan tanggung jawabnya.

Tanggung renteng merupakan bentuk partisipasi anggota atau keaktifan anggota adalah hal yang tidak dapat dipisahkan dari tubuh koperasi yang harus selalu melekat dan harus selalu ditingkatkan keaktifannya. Tidak dapat dipungkiri bahwa partisipasi anggota menjadi sebab yang sangat berperan penting dalam seluruh kegiatan penghimpunan dan penyaluran dana. Partisipasi juga diartikan turut serta dalam suatu kegiatan yang sama dan turut berperan aktif dalam kegiatan tersebut. Besarnya dedikasi yang dilakukan pemerintah tidak akan berharga tanpa partisipasi aktif anggotanya, dan bagusnya suatu program apapun tidak akan bisa berjalan dengan baik tanpa partisipasi anggota.

Anggota pun bisa menjadi indikator maju atau mundurnya sebuah lembaga keuangan pada umumnya termasuk juga seperti Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan Syariah ini. Mewujudkan partisipasi aktif anggota dapat dilakukan dengan menerapkan model tanggung renteng, karena model sistem ini memuat semangat berat sama dipikul dan ringan sama dijinjing yang artinya adalah


(16)

3

kebersamaan, tolong menolong dan adanya prinsip kehati-hatian koperasi dimana tidak adanya barang ataupun surat berharga yang dijadikan sebagai anggunan dalam tanggung renteng. Dengan terus meningkatkan partisipasi anggota diharapkan suatu lembaga akan semakin maju. Beberapa indikator dalam mengukur partisipasi anggota, yaitu:1

a) Partisipasi dalam pengambilan keputusan dalam rapat anggota (kehadiran, keaktifan, dan penyampaian atau mengemukakan pendapat/ saran/ ide/gagasan/kritik bagi koperasi)

b) Partisipasi dalam kontribusi modal (dalam berbagai jenis simpanan, simpanan pokok, simpanan wajib, simpanan sukarela, jumlah dan frekuensi menyimpan simpanan, penyertaan modal).

c) Partisipasi dalam pemanfaatan pelayanan (dalam berbagai jenis unit usaha, jumlah dan frekuensi pemanfaatan layanan dari setiap unit usaha yang dimanfaatkan, besaran pembelian atau penjualan barang maupun jasa yang dimanfaatkan, cara pembayaran atau cara pengambilan, bentuk transaksi, waktu layanan).

d) Partisipasi dalam pengawasan koperasi (dalam menyampaikan kritik, ikut serta melakukan pengawasan jalannya organisasi dan usaha koperasi.

1

Anogara, Panji dan Nanik Widiyanti, Dinamika Koperasi, (Jakarta: Rieneka Cipta, 2003), 155.


(17)

4

Penerapan model tanggung renteng pada Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan Syariah Muamalah Berkah Sejahtera adalah sebuah model sistem pembiayaan yang membagi tanggung jawab secara merata dalam hal pembiayaan melalui kelompok yang beranggotakan 5 sampai 15 orang, kemudian memilih Penanggung Jawab (PJ) yang telah disepakati seluruh anggota dan bertugas untuk mengkordinasi anggota dan membuat kesepakatan-kesepakan dalam hal berkaitan dengan kelompok tanggung renteng.

Syarat pembiayaan dalam penerapan sistem tanggung renteng diantaranya anggota harus memiliki anggota 5 sampai 15 orang, harus ditandatangani oleh seluruh anggota, harus diketahui oleh Penanggung Jawab dan Petugas Penyuluh Lapangan, mengadakan rapat setiap bulan, dan memiliki simpanan wajib dan simpanan sukarela 1/5 dari jumlah pembiayaan yang telah disepakati. Sistem tanggung renteng menerapkan konsep saling percaya, silahturahmi, dan tolong menolong mulai dari merancang program hingga mengatasi masalah yang dihadapi. Semua proses pengambilan keputusan harus melalui musyawarah karena apapun yang diputuskan akan menjadi tanggung jawab seluruh anggota kelompok. Selain itu koperasi dapat menyampaikan informasi maupun pemberitahuan serta komunikasi dengan anggota koperasi melalui kelompok- kelompok tersebut.

Penerapan sistem tanggung renteng yang didalamnya terdapat kelompok-kelompok akan sangat membantu usaha koperasi dalam mewujudkan partisipasi aktif anggota pada koperasi. Akan tetapi, usaha yang dilakukan koperasi ini tidak selalu berjalan sesuai dengan harapan itu terbukti dari penurunan jumlah


(18)

5

kelompok yang awalnya dari 21 kelompok menjadi hanya 5 kelompok yang aktif berpartisipasi. Hal tersebut yang menjadi garis besar permaslahan, dengan model penerapan sistem tanggung renteng yang ada di Koperasi Simpan Pinjan Pembiayaan Syariah Muamalah Berkah Sejahtera seharusnya dapat meningkatan partisipasi anggota terutama dalam hal kotribusi modal dan kemajuan koperasi. Atas dasar latar Belakang ini peneliti akan melakukan sebuah penelitian yang

berjudul “Penerapan Model Sistem Tanggung Renteng dalam Meningkatkan Partisipasi Anggota Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan Syariah Muamalah Berkah Sejahtera Surabaya.

B. Identifikasi dan Batasan Masalah

\\\ Dari latar belakang tersebut maka timbul persoalan yang harus diidentifikasi oleh penullis untuk dijadikan acuan dalam penelitian yaitu:

1. Penerapan model sistem tanggung renteng secara umum.

2. Penerapan model sistem tanggung renteng di Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan Syariah Muamalah Berkah Sejahtera Surabaya.

3. Partisipasi Anggota Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan Syariah Muamalah Berkah Sejahtera Surabaya.

4. Partisipasi Anggota Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan Syariah Muamalah Berkah Sejahtera Surabaya dengan adanya model penerapan sisterm tanggung renteng tersebut.

Kajian masalah ini masih dirasa bersifat umum maka diperlukan batasan masalah. Adapun batasan masalah tersebut adalah sebagai berikut:


(19)

6

1. Penerapan model sistem tanggung renteng di Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan Syariah Muamalah Berkah Sejahtera Surabaya.

2. Partisipasi anggota Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan Syariah Muamalah Berkah Sejahtera Surabaya dengan adanya model penerapan sisterm tanggung renteng tersebut.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, identifikasi dan batasan masalah, maka rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana penerapan model sistem tanggung renteng di Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan Syariah Muamalah Berkah Sejahtera Surabaya ?

2. Bagaimana partisipasi anggota Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan Syariah Muamalah Berkah Sejahtera Surabaya dengan adanya penerapan sisterm tanggung renteng tersebut ?

D. Kajian Pustaka

Pada bagian ini memuat secara sistematis mengenai hasil penelitian terdahulu tentang persoalan yang akan dikaji dalam skripsi. Dan akan menunjukkan bahwa masalah yang akan dibahas belum pernah diteliti sebelumnya. Sehingga diperlukan kajian pustaka untuk mengetahui perbedaan antara penelitian sebelumnya dengan sekarang.

Pertama, yaitu penelitian Giska Matahari Gegana, yang berjudul


(20)

7

Wanprestasi Terhadap Perjanjian Kredit Sindikasi”, penelitian ini menyimpulkan

bahwa prinsip tanggung renteng tidak dapat diterapkan dalam perjanjian kredit sindikasi, dalam hal kreditur melakukan wanprestasi terhadap perjanjian tersebut, karena sekalipun suatu fasilitas kredit sindikasi adalah suatu totalitas dan bukannya kombinasi dari sejumlah fasilitas bilateral, namun tanggung jawab dari masing-masing bank peserta dalam sindikasi itu tidak bersifat tanggung renteng. Bahwa masing-masing bank peserta hanya bertanggung jawab untuk bagian jumlah kredit yang menjadi komitmennya. Tanggung jawab dari masing-masing bank di dalam sindikasi tidak merupakan tanggung jawab dimana suatu bank menjamin bank lainnya.2

Kedua, penelitian Maftuhatul Lailiyah yang berjudul “Tinjauan Hukum

Islam Terhadap Sistem Tanggung Renteng dalam Infaq Produktif di Yayasan Dana Sosial al-Falah”. Peneliti menyimpulkan bahwa aplikasi sistem tanggung renteng dalam infaq produktif di Yayasan Dana Sosial Al-Falah boleh dilakukan, tentunya dengan memperhatikan asas dan prinsip yang ada dalam hukum Islam dan muamalah seperti prinsip suka sama suka atau ridha dan tidak ada pihak yang mendhalimi dan di dhalimi. Baik dari segi akad atau perjanjiannya maupun di dalam aplikasinya sendiri. Akan tetapi untuk pertanggungan oleh anggota lain

2Giska Matahari Gegana, yang berjudul “Penerapan Prinsip Tanggung Renteng dalam Hal Kreditur Melakukan Wanprestasi Terhadap Perjanjian Kredit Sindikasiس, Skripsi Universitas Indonesia, 2011.


(21)

8

terhadap anggota yang wanprestasi karena melarikan diri perlu dipertimbangkan kembali. Karena hal ini tidak diatur secara jelas dalam surat perjanjian.3

Ketiga, yaitu penelitian Chusnul Cholidah yang berjudul “Implementasi Model Tanggung Renteng Nasabah Majelis Ta’lim Abang Becak (Matabaca)

Untuk Meningkatkan Kedisiplinan Membayar Angsuran Pembiayaan Qard}ul Hasa>n Di Kjks Pilar Mandiri Surabaya” Peneliti menyimpulkan bahwa

implementasi tanggung renteng nasabah matabaca pada pembiayaan qard}ul hasa>n di KJKS Pilar Mandiri Surabaya dilakukan secara berkelompok. Program tanggung renteng bertujuan untuk mencegah kredit macet dari MATABACA. Dengan diterapkannya tanggung renteng, apabila terdapat anggota yang belum membayar angsuran akan segera diingatkan oleh anggota tanggung renteng lainnya untuk membayar. Terdapat syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh nasabah untuk mendapatkan pembiayaan. Untuk meningkatkan kedisiplinan membayar angsuran pada tanggung renteng yaitu dengan saling mengingatkannya antar anggota kelompok sebelum jatuh tempo, diadakannya pertemuan rutin kelompok, dan dibuatnya kas kelompok.4

Keempat, yaitu penelitian Indryatna Yovita “Pengaruh Partisipasi Anggota Dan Lingkungan Usaha Tehadap Keberhasilan Koperasi Inti Kapur Desa Glodogan Kecamatan Klaten Kabupaten Klaten” Hal ini dibuktikan dengan nilai t-hitung sebesar 3,227sementara nilai t-tabel sebesar 1,665, 2) lingkungan

3Maftuhatul Lailiyah yang berjudul “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Sistem Tanggung Renteng dalam Infaq Produktif di Yayasan Dana Sosial al-Falahس, Skripsi UIN Sunan Ampel Surabaya, 2008.

4 Chusnul Cholidah yang berjudul “Implementasi Model Tanggung Renteng Nasabah Majelis Ta’lim Abang Becak (Matabaca) Untuk Meningkatkan Kedisiplinan Membayar Angsuran Pembiayaan Qardhul Hasan Di Kjks Pilar Mandiri Surabayaس, Skripsi UIN Sunan Ampel, 2014.


(22)

9

usaha (X2) berpengaruh positif dan signifikan terhadap keberhasilan Koperasi Inti Kapur. Hal ini dibuktikan dengan nilai t-hitung sebesar 3,814 sementara nilai t-tabel sebesar 1,665, 3)partisipasi anggota dan lingkungan usaha secara bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap keberhasilan Koperasi Inti Kapur. Hal ini dibuktikan nilai F-hitung sebesar 34,781 dengan Sig.0.000. Sumbangan efektif semua variabel bebas sebesar 48,5% terhadap keberhasilan koperasi dan 51,5% oleh variabel yang lain.5

Kelima, yaitu penelitian Marifatul Chasanah yang berjudul Pengaruh Partisipasi, Permodalan dan Kemampuan Pengurus terhadap SHU Anggota

Koperasi Karyawan “Sumber Harapan” PTP.Nusantara IX PG.Sumberharjo Pemalang Tahun 2010. Peneliti menyimpulkan bahwa Partisipasi anggota, permodalan, dan kemampuan pengurus berpengaruh secara langsung dan tidak langsung terhadap SHU anggota, pengaruh langsung partisipasi anggota sebesar 10%, dan pengaruh langsung permodalan sebesar 5,2%. sedangkan pengaruh tidak langsung partisipasi anggota melalui kemampuan pengurus sebesar 13,2%, pengaruh tidak langsung permodalan melalui kemampuan pengurus sebesar 28,9%. Pengaruh total partisipasi anggota terhadap SHU anggota sebesar 23,2%, dan pengaruh total permodalan terhadap SHU anggota sebesar 34,1%. Kemampuan pengurus berpengaruh secara langsung terhadap SHU anggota atau pengaruh total kemampuan pengurus adalah sebesar 19,8%. Kontribusi terbesar terdapat pada variabel permodalan yang mempunyai pengaruh total yang paling

5 Indryatna Yovita “Pengaruh Partisipasi Anggota Dan Lingkungan Usaha Tehadap Keberhasilan Koperasi Inti Kapur Desa Glodogan Kecamatan Klaten Kabupaten Klaten”, Skripsi Universitas Negeri Yogyakarta, 2015.


(23)

10

besar terhadap SHU anggota yaitu sebesar 34,1%..Adapun saran yang dapat penulis berikan kepada KOPKAR Sumber Harapan adalah adanya wujud nyata dari anggota untuk lebih dapat berpartisipasi dalam memanfaatkan unit usaha / jasa yang termasuk dalam kategori rendah di Kopkar sebagai upaya untuk lebih meningkatkan SHU yang masih rendah dan Koperasi hendaknya mampu meningkatkan permodalan dengan cara menaikan suku bunga simpanan sehingga anggota lebih tertarik menabung di Koperasi Karyawan Sumber Harapan.6

Tabel 1.1

Daftar Tinjauan Pustaka

NO Nama

Penulis/Tahun/Judul Skripsi Terdahulu Perbedaan dengan Penulis 1 Giska Matahari

Gegana/2011/ Penerapan Prinsip Tanggung Renteng dalam Hal Kreditur Melakukan Wanprestasi Terhadap Perjanjian Kredit Sindikasi

Berfokus menganalisis tentang bahwa prinsip tanggung renteng dapat atau tidak dapat diterapkan dalam perjanjian kredit sindikasi.

Sedangkan penulis berfokus menganalisis tentang penerapan model tanggung renteng sebagai suatu sistem guna meningkatkan partisipasi anggota KSPPS MBS. 2 Maftuhatul

Lailiyah/2008/Tinjauan Hukum Islam Terhadap Sistem Tanggung Renteng dalam Infaq Produktif di Yayasan Dana Sosial al-Falah

Fokus pada tinjauan hukum terhadap sistem tanggung renteng dalam Infaq Produktif di Yayasan Dana Sosial al-Falah

Peneliti memfokuskan penelitian pada penerapan model sistem sistem tanggung renteng secara operasional di KSPPS, bukan dari segi hukum. 3 Chusnul Cholidah/

2014/Implementasi Model Tanggung Renteng Nasabah Majelis Ta’lim Abang Becak (Matabaca) Untuk Meningkatkan Kedisiplinan Membayar Angsuran Pembiayaan Qardhul Hasan Di Kjks Pilar Mandiri Surabaya

Berfokus tentang implementasi tanggung renteng nasabah matabaca pada pembiayaan qard}ul hasa>n di KJKS Pilar Mandiri Surabaya dilakukan secara berkelompok. Program tanggung renteng bertujuan untuk mencegah kredit macet dari MATABACA.

Berisi tentang peningkatan partisipasi anggota dengan adanya penerapan model sistem tanggung renteng di KSPPS MBS.

4 Indryatna Berfokus apakah ada pengaruh Berfokus tentang analisis

6Marifatul Chasanah “Pengaruh Partisipasi, Permodalan dan Kemampuan Pengurus terhadap SHU Anggota Koperasi Karyawan “Sumber Harapan” PTP.Nusantara IX PG.Sumberharjo Pemalang Tahun 2010”, Skripsi Universitas Negeri Semarang, 2010.


(24)

11

Yovita/2015/Pengaruh Partisipasi Anggota Dan Lingkungan Usaha Tehadap Keberhasilan Koperasi Inti Kapur Desa Glodogan Kecamatan Klaten Kabupaten Klaten

partisipasi anggota dan lingkungan usaha tehadap keberhasilan Koperasi Inti Kapur Desa Glodogan Kecamatan Klaten Kabupaten Klaten

penerapan model sistem tanggung renteng dalam meningkatkan pastisipasi anggota KSPPS MBS.

5 Marifatul

Chasanah/2010/Pengaruh Partisipasi, Permodalan dan Kemampuan Pengurus terhadap SHU Anggota Koperasi Karyawan “Sumber Harapan” PTP.Nusantara IX PG.Sumberharjo Pemalang Tahun 2010

Berfokus tentang ada atau tidaknya pengaruh partisipasi, permodalan dan kemampuan pengurus terhadap SHU anggota Koperasi Karyawan

Berfokus tentang analisis penerapan model sistem tanggung renteng dalam meningkatakan partisipasi anggota KSPPS MBS Surabaya.

Kelima, penelitian tersebut dianggap berhubungan dengan penelitian yang dilakukan sekarang. Akan tetapi perbedaan penelitian ini dan penelitian sebelumnya yakni terletak pada objek dan fokus penelitian yang akan diteliti oleh karenanya peneliti berfokus pada penerapan model sistem tanggung renteng dalam meningkatkan partisipasi anggota Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan Syariah Muamalah Berkah Sejahtera Surabaya.

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan dari penelitian ini yaitu:

1. Untuk menganalisis model penerapan sistem tanggung renteng di Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan Syariah Muamalah Berkah Sejahtera Surabaya.

2. Untuk menganalisis partisipasi anggota Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan Syariah Muamalah Berkah Sejahtera Surabaya dengan adanya


(25)

12

model penerapan sisterm tanggung renteng tersebut.

F. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan berguna dalam dua aspek :

1. Aspek keilmuan (teoretis). Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas dan memberikan sumbangsih ilmu pengetahuan tentang penerapan model sistem tanggung renteng di Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan Syariah Muamalah Berkah Sejahtera Surabaya.

2. Aspek terapan (praktis). Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan Syariah Muamalah Berkah Sejahtera Surabaya dalam meningkatkan partisipasi anggota dalam segala hal yang berkaitan dengan koperasi.

G. Definisi Operasional

Untuk memudahkan dalam memahami skripsi ini, maka peneliti mendefinisikan beberapa istilah, antara lain:

1. Sistem Tanggung Renteng adalah sistem tanggung jawab bersama dalam hal pembiayaan melalui kelompok-kelompok anggota yang telah disepakati.

2. Partisipasi anggota adalah suatu kegiatan turut serta anggota dalam suatu kegiatan operasional meliputi penghimpunan,penyaluran dana, dan seluruh kegiatan yang diadakan oleh koperasi.


(26)

13

3. Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan Syariah Muamalah Berkah Sejahtera (KSPPS MBS) adalah Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan Syariah yang sudah berdiri sejak 2008 yang beralamatkan di jl. Cipta Menanggal III-A / 54F Surabaya. Produk yang dihasilkan koperasi ini dibagi atas dua bagian, yakni produk penghimpunan dana dan produk penyaluran dana.

H. Metode Penelitian

1. Data yang dikumpulkan

Data yang dikumpulkan yakni data yang perlu dihimpun untuk menjawab pertanyaan dalam rumusan masalah. Adapun data yang dikulmpulkan antara lain data tentang model penerapan sistem tanggung renteng dalam meningkatkan partisipasi anggota Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan Syariah Muamalah Berkah Sejahtera.

2. Sumber Data

Data yang diklasifikasikan maupun dianalisa untuk mempermudah dalam menghadapkan pada pemecahan permasalahan, perolehannya dapat berasal dari :

a. Sumber Primer

Data yang diperoleh secara langsung dari masyarakat baik yang dilakukan melalui wawancara, observasi dan alat lainnya merupakan data primer. Data primer diperolehnya sendiri secara mentah-mentah


(27)

14

dari masyarakat dan masih memerlukan analisa lebih lanjut.7 Sumber data primer pada penelitian ini yakni wawancara dari anggota biasa dan anggota tanggung renteng serta para pengurus Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan Syariah Muamalah Berkah Sejahtera meliputi Ketua, Sekertaris, Bendahara, dan Staf Operasional.

b. Sumber Sekunder

Data yang diperoleh dari atau berasal dari bahan kepustakaan disebut data sekunder. Data ini biasanya digunakan untuk melengkapi data primer yang dapat dikatakan sebagai data praktek yang ada secara langsung dalam praktek di lapangan atau ada di lapangan karena penerapan suatu teori.8

Sumber data sekunder pada penelitian ini adalah:

1) Andriani S. Soemantri, dkk. Bunga Rampai Tanggung Renteng. (Malang: Puskowajanti LIMPAD, 2001)

2) Anoraga Panji, dkk. Dinamika Koperasi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003)

3) Arief Subyantoro, Manajemen Koperasi, (Yogyakarta: Goysen Publishing, 2015)

4) Burhan Bugin, Metodologi Penelitian Sosial: Format-Format Kuantitatif dan Kualitatif, (Surabaya: Airlangga University Press, 2001)

7 P. Joko Subagyo, Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), 87.

8


(28)

15

5) Chusnul Cholidah, “Implementasi Model Tanggung Renteng Nasabah Majelis Ta’lim Abang Becak (Matabaca) Untuk

Meningkatkan Kedisiplinan Membayar Angsuran Pembiayaan Qardhul Hasan Di Kjks Pilar Mandiri Surabaya”. Skripsi--UIN Sunan Ampel, 2014.

6) Djoko Muljono, Buku Pintar Strategi Bisnis Koperasi Simpan Pinjam, (Yogyakarta: Andi, 2012)

7) Gatot Supriyanto, Aplikasi Sistem Tanggung Renteng Koperasi Setia Bhakti Wanita Jawa Timur (Surabaya: Kopwan Setia Bhakti Wanita, 2009)

8) Giska Matahari Gegana,. “Penerapan Prinsip Tanggung Renteng

dalam Hal Kreditur Melakukan Wanprestasi Terhadap Perjanjian

Kredit Sindikasi”. Skripsi--Universitas Indonesia, 2011.

9) Hasan Ali, Asuransi dalam Prespektif Hukum Islam, (Jakarta: Kencana, 2004)

10) Hendar Kusnadi, Ekonomi Koperasi, (Jakarta: LPFE-UI, 1999) 11) Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah. (Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, 2002)

12) Indryatna Yovita, “Pengaruh Partisipasi Anggota Dan Lingkungan Usaha Tehadap Keberhasilan Koperasi Inti Kapur

Desa Glodogan Kecamatan Klaten Kabupaten Klaten”. Skripsi --Universitas Negeri Yogyakarta, 2015.


(29)

16

13) Keputusan Menteri Koperasi Dan Usaha Kecil Dan Menengah Republik Indonesia Nomor 91/Kep/M.KUKM/IX/2004 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Usaha Koperasi Jasa Koperasi Syariah 14) Maftuhatul Lailiyah, “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Sistem

Tanggung Renteng dalam Infaq Produktif di Yayasan Dana Sosial al-Falah”. Skripsi--UIN Sunan Ampel Surabaya, 2008. 15) Mahi M Hikmat, Metode Penelitian dalam Prespektif Ilmu

Komunikasi dan Sastra, (Yogyakarta: graha Ilmu, 2011)

16) Muhammad Syafi Antonio, Bank Syari’ah dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani Press, 2001)

17) Marifatul Chasanah “Pengaruh Partisipasi, Permodalan dan

Kemampuan Pengurus terhadap SHU Anggota Koperasi

Karyawan “Sumber Harapan” PTP.Nusantara IX

PG.Sumberharjo Pemalang Tahun 2010”. Skripsi--Universitas Negeri Semarang, 2010.

18) Mutis Thoby, Pengembangan Koperasi, (Jakarta: Grasindo, 1992)

19) Ninik Widiyanti, Manajemen Koperasi. Jakarta: Rineka Cipta, 1996

20) P Joko Subagyo, Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004)


(30)

17

21) Peraturan Menteri Koperasi. Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam Dan Pembiayaan Syariah Oleh Koperasi. Permen Nomor 16 Tahun 2015.

22) Peraturan Menteri Koperasi Dan Usaha Kecil Dan Menengah Republik Indonesia Nomor 10/Per/M.KUKM/IX/2015 Tentang Kelembagaan Koperasi.

23) Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia Online, (http://kbbi.web.id/, 2016), diakses 10 November 2016

24) Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, jilid 13, (Bandung: al-Ma’arif, 1987)

25) Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif dan R&D, (Bandung: Alfa Beta, 2008)

26) Suqiyah Musyafa’ah, Hadith Hukum Ekonomi Islam, (Surabaya: UIN SA Press, 2014)

3. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan langkah yang sangat penting dalam melakukan penelitian. Tanpa upaya pengumpulan data berarti penelitian tidak dapat dilakukan. Oleh karena itu, sebelum dilakukan pengumpulan data, seorang peneliti harus terlebih dahulu menentukan cara pengumpulan data yang akan digunakan.9 Diantaranya:

9Mahi M. Hikmat , Metode Penelitian dalam Prespektif Ilmu Komunikasi dan Sastra, (Yogyakarta: graha Ilmu, 2011), 71.


(31)

18

a. Wawancara

Wawancara adalah pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan secara langsung kepada responden oleh peneliti atau pewawancara dan jawaban-jawaban responden dicatat atau direkam dengan alat perekam.10 Wawancara peneliti lebih memfokuskan kepada kelompok anggota tanggung renteng Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan Syariah Muamalah Berkah Sejahtera.

b. Studi Dokumentasi

Teknik dokumentasi yakni penelusuran dan perolehan data yang diperlukan melalui data yang tersedia.11 Peneliti gunakan dengan memanfaatkan sumber-sumber berupa data dan catatan yang mempunyai keterkaitan dengan model penerapan sistem tanggung renteng dalam meningkatkan partisipasi anggota berupa buku Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan Syariah Muamalah Berkah Sejahtera ataupun data yang dimiliki oleh Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan Syariah Muamalah Berkah Sejahtera.

4. Teknik pengolahan data

Pengolahan data menggunakan teknik non statitistik, mengingat data lapangan diperoleh dalam bentuk narasi atau kata-kata, bukan angka-angka. Mengingat data lapangan disajikan dalam bentuk narasi kata-kata, maka pengolahan datanya tidak bisa dikuantifikasikan.

10 Ibid., 80.

11


(32)

19

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik-teknik pengolahan data sebagai berikut:

a. Editing, yaitu pemeriksaan kembali dari semua data yang diperolehterutama dari segi kelengkapannya, kejelasan makna, keselarasan antara data yang ada dan relevansi dengan penelitian. b. Organizing, yaitu menyusun kembali data yang telah didapat dalam

penelitian yang diperlukan dalam kerangka paparan yang sudah direncanakan dengan rumusan masalah secara sistematis. Peneliti melakukan pengelompokan data yang dibutuhkan untuk dianalisis dan menyusun data tersebut dengan sistematis untuk memudahkan peneliti dalam menganalisa data.

c. Penemuan hasil, yaitu dengan menganalisis data yang telah diperoleh dari penelitian untuk memperoleh kesimpulan mengenai kebenaran fakta yang ditemukan, yang akhirnya merupakan sebuah jawaban dari rumusan masalah.12

5. Teknik Analisis Data

Setelah berbagai data tentang model penerapan sistem tanggung renteng KSPPS MBS Surabaya terkumpul, maka data tentang tanggung renteng akan dianalisis secara deskriptif analitis, yaitu analisis yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari sumber data.

12 Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif dan R&D (Bandung: Alfa Beta, 2008), 246.


(33)

20

Peneliti menggambarkan data-data penerapan model tanggung renteng tersebut apa adanya sesuai dengan peristiwa sebenarnya. Kemudian data tersebut akan diolah dan dianalisis dengan pola pikir induktif yang berarti pola pikir yang berpijak pada fakta-fakta yang bersifat khusus kemudian diteliti, dianalisis dan disimpulkan sehingga pemecahan persoalan atau solusi tersebut dapat berlaku secara umum.

I. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan dalam penelitian ini adalah terdiri dari lima bab yang disusun secara teratur dan sistematis.

Bab pertama berisi pendahuluan: Bab ini menjelaskan tentang permasalahan yang diangkat oleh peneliti yang terdiri dari latar belakang yang berlandaskan teori dari berbagai literatur yang digunakan oleh penulis, indentifikasi masalah dan batasan masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian untuk mengungkap sasaran yang ingin dicapai, definisi operasional, kajian pustaka, metode penelitian, dan sistematika pembahasan.

Bab kedua berisi landasan teori: Bab ini menjelaskan landasan teori yang berkaitan dengan model penerapan sistem tanggung renteng dalam meningkatkan partisipasi anggota KSPPS MBS Surabaya.

Bab ketiga berisi gambaran umum Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan Syariah Muamalah Berkah Sejahtera, penerapan model tanggung renteng serta partisipasi di Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan Syariah Muamalah Berkah Sejahtera.


(34)

21

Bab keempat berisi analisis penerapan model tanggung renteng dalam meningkatkan partisipasi anggota. Bab ini menjelaskan tentang analisis data yaitu analisis penerapan model tanggung renteng dalam meningkatkan partisipasi anggota Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan Syariah Muamalah Berkah Sejahtera.

Bab kelima berisi penutup: Bab ini menjelaskan kesimpulan peneliti yang terkait langsung dengan rumusan masalah serta saran-saran yang bersumber pada temuan penelitian.


(35)

BAB II

SISTEM TANGGUNG RENTENG DAN PARTISIPASI ANGGOTA

A. Tanggung Renteng

1. Pengertian dan Karakteristik Tanggung Renteng

Tanggung renteng berasal dari kata tanggung berarti memikul, menjamin, menyatakan ketersediaan untuk membayar utang orang lain bila orang tersebut tidak menepati janjinya. Sedangkan kata renteng berarti, rangkaian, untaian.1 Tanggung renteng didefinisikan sebagai tanggung jawab bersama diantara anggota dalam satu kelompok atas segala kewajiban terhadap koperasi dengan dasar keterbukaan dan saling mempercayai.2 Nilai yang terkandung dalam sistem tanggung renteng adalah3:

a. Kekeluargaan dan kegotong royongan.

b. Keterbukaan dan keberanian mengemukakan pendapat.

c. Menanamkan disiplin, tanggung jawab dan harga diri serta rasa percaya diri kepada anggota.

d. Secara tidak langsung menciptakan kader pimpinan di kalangan anggota.

1 Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia Online, (http://kbbi.web.id/, 2016), diakses 10 November 2016.

2 Gatot Supriyanto, Aplikasi Sistem Tanggung Renteng Koperasi Setia Bhakti Wanita Jawa Timur, (Surabaya: Kopwan Setia Bhakti Wanita, 2009), 36.

3 Andriani S. Soemantri, dkk, Bunga Rampai Tanggung Renteng, (Malang: Puskowajanti LIMPAD, 2001), 37.


(36)

23

Seorang anggota dapat ditanggung renteng secara sementara dan permanen. Secara sementara terjadi ketika seorang anggota kelompok tidak datang pada saat pertemuan rutin (biasanya untuk membayar iuran atau simpanan pokok atau wajib). Maka oleh kelompoknya ia ditanggung renteng sementara karena kewajibannya telah ditanggung oleh kelompok.

Secara permanen, ketika ia melarikan diri atau karena ia tidak mampu menunaikan kewajibannya. Jika jumlah kewajiban anggota tersebut lebih besar dari simpanannya. Maka kelompok harus melaksananakan tanggung renteng dan kewajibannya diselesaikan di kelompok. Sanksi yang harus diterima bisa berupa dikeluarkan dari keanggotaan kelompok. Akan tetapi kebijakan dan sanksi yang diberikan tergantung pada kelompok masing-masing.

2. Unsur-unsur dalam Tanggung Renteng

Suatu mustahil bila sistem tanggung renteng bisa diaplikasikan tanpa adanya anggota yang dikelompokkan. Dalam hal ini terdapat tiga unsur yang harus dipenuhi yaitu4:

a. Kelompok. Kelompok yang dimaksud disini bukanlah sekedar daftar nama anggota yang kemudian dikelompok-kelompokkan. Tetapi anggota yang berinisiatif sendiri untuk mengelompokkan diri. Idealnya dibentuk atas dasar adanya kedekatan fisik dan emosional artinya diantara anggota tersebut sudah saling kenal dan saling percaya. Keberadaan kelompok ini dibuktikan dengan adanya


(37)

24

aktivitas pertemuan kelompok yang dilakukan secara berkala dan konsisten.

b. Kewajiban. Dalam hal ini anggota berkewajiban untuk membayar simpanan pokok, simpanan wajib dan membayar angsuran dari pinjaman yang telah diberikan oleh koperasi. Bedanya terletak pada pengelolaan kewajiban dimana kelengkapan pembayaran kewajiban secara kelompok menjadi tanggung jawab seluruh anggota dalam kelompok. Dalam hal ini, semua kewajiban anggota harus dibayar pada saat pertemuan kelompok. Kemudian perwakilan dari kelompok akan menyetorkan seluruh kewajiban tersebut pada koperasi. Apabila terdapat salah satu atau beberapa anggota tidak lengkap pembayaran kewajibannya maka yang bertanggung jawab melengkapi adalah seluruh anggota dalam kelompok. Karena bila hal tersebut tidak dilakukan maka koperasi tidak akan merealisasi hak anggota kelompok tersebut.

c. Peraturan. Sama seperti koperasi pada umumnya, dalam hal ini setiap anggota harus mentaati aturan yang tercantum dalam AD-ART dan peraturan khusus. Cuma bedanya ada kecenderungan dalam kelompok tanggung renteng untuk membuat aturan kelompok. Aturan ini dimaksudkan untuk menjaga harmonisasi hubungan antar anggota dalam kelompok dan menjaga eksistensi kelompok penerapan sistem tanggung renteng.


(38)

25

3. Syarat dan Ketentuan Kelompok Tanggung Renteng

Syarat untuk bisa diterapkannya sistem tanggung renteng, anggota harus terhimpun dalam kelompok. Aktivitas dikelompok pula yang menjadi basis pengelolaan sebuah koperasi dengan sistem tanggung renteng. Ada dua pintu untuk bisa menjadi anggota koperasi untuk bisa menjadi anggota koperasi yang menerapkan sistem tanggung renteng yaitu bergabung dengan kelompok yang sudah terbentuk dan membentuk dan ada juga yang membentuk kelompok baru dengan syarat calon anggota yang terhimpun minimal 15 orang. Batasan jumlah anggota minimal ini didasarkan pada pertimbangan beban yang akan dipikul setiap anggota sebagai tanggung jawab ketika terjadi penyimpangan. Asumsinya semakin sedikit jumlah anggota maka akan semakin berat beban ketika terjadi TR.5

Walaupun keberadaan kelompok menjadi tanggung jawab seluruh anggota dalam kelompok. Tapi disetiap kelompok diperlukan seorang penanggung jawab (PJ) yang akan mengkoordinir kegiatan kelompok. Itulah sebabnya ketika sebuah kelompok terbentuk, pertama kali yang dilakukan adalah memilih penanggung jawab (PJ) kelompok. Dalam pemilihan inipun, hak sepenuhnya berada di anggota untuk menentukan siapa diantara mereka yang akan menjadi PJ.

4. Mekanisme Tanggung Renteng

Sistem tanggung renteng dapat ditemukan dua macam mekanisme

5 Ibid.,49.


(39)

26

yaitu:6

a. Mekanisme Pengambilan Keputusan

Mekanisme ini mengatur bagaimana proses pengambilan keputusan ditingkat kelompok dikaitkan dengan tanggung jawab yang akan diemban sebagai konsekuensi dari keputusan. Karena segala konsekuensi menjadi tanggung jawab seluruh anggota maka proses pengambilan keputusan juga harus melibatkan seluruh anggota. Dengan demikian cara pengambilan keputusan adalah dengan musyawarah yang akan menghasilkan kesepakatan bersama. Artinya apa yang telah diputuskan harus bisa dipertanggung jawabkan.7

b. Mekanisme kontrol

Mekanisme kontrol dari sistem tanggung renteng memaksa untuk membiasakan anggota menjadi bertanggung jawab. Dalam sistem ini bila ada anggota yang tidak bertanggung jawab maka seluruh anggota dalam kelompok akan menanggung beban. Bila ternyata secara kelompok tidak mau menanggung beban tersebut , maka hak anggota dalam kelompok tersebut juga tidak bisa direalisasi. Mekanisme inilah yang kemudian memunculkan kontrol moral diantara anggota. Bahkan kontrol tersebut dikembangkan oleh masing-masing kelompok menjadi peraturan kelompok.8 Berikut diantara peraturan kelompok sebagai upaya anggota menjaga eksistensi kelompoknya:

6 Ibid.,66.

7 Ibid.,67. 8 Ibid., 71.


(40)

27

1) Tidak hadir dipertemuan kelompok tiga kali berturut-turut, SPP akan ditunda. (Aturan ini dimaksudkan agar anggota dalam kelompok disiplin dalam hal kehadiran)

2) Di TR (melalaikan pembayaran kewajiban) lebih dari 2 kali dalam satu periode pinjaman akan diturunkan setengah dari pinjaman periode sebelumnya. (Aturan ini dimaksudkan agar setiap anggota punya rasa tanggung jawab atas kewajibannya masing-masing sehingga tidak menyusahkan teman dalam kelompok).

3) Anggota yang mengajukan SPP harus hadir dalam pertemuan kelompok, bila tidak maka SPP tidak dimusyawarahkan berarti tidak ada persetujuan dan tidak ada realisasi pinjaman. (Aturan ini dimaksudkan agar kelompok bisa mendengar langsung paparan dari anggota yang mengajukan pinjaman. Hal ini juga akan menghindarkan terjadinya pendomplengan).

Peraturan kelompok inilah sebagai bentuk kontrol kelompok pada perilaku anggotanya.

5. Tanggung Renteng dalam Islam

Istilah tanggung renteng memang tidak dikenal dalam Islam, akan tetapi dalam bidang hukum Islam, terdapat istilah kafa>lah yang merupakan jaminan yang diberikan oleh penanggung (ka>fil) kepada pihak ketiga untuk


(41)

28

memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung.9 Dalam pengertian lain, kafa>lah juga berarti mengalihkan tanggung jawab seseorang yang dijamin dengan berpegang pada tanggung jawab orang lain sebagai penjamin.

Kata kafa>lah secara etimologi memuat makna d{ama>n (jaminan), h}amalah (beban), dan za’amah (tanggungan). Dalam hukum Islam kafa>lah berkaitan dengan masalah utang-piutang antara seseorang dan pihak lain dengan melibatkan pihak ketiga sebagai penjamin.10

D}ama>n secara etimologi memuat makna jaminan, dan tanggungan. Dalam terminologi hukum Islam ia memuat makna menjamin (menanggung) untuk membayar hutang, mengadakan barang, atau menghadirkan orang pada tempat yang telah ditentukan. Dari pengertian ini dapat diketahui, bahwa d}a>man dapat dan boleh diterapkan dalam

berbagai bidang mu’amalah, menyangkut jaminan atas harta benda dan

jiwa manusia. D}ama>n dalam pendayagunaan harta benda, tanggungan dalam masalah diyat, jaminan terhadap kekayaan, jaminan terhadap jiwa, dan jaminan terhadap beberapa perserikatan sudah menjadi kebiasaan masyarakat.11

Dengan demikian kafa>lah dan d}ama>n dapat diterapkan dalam masalah jual-beli, pinjam-meminjam (‘ariyah), titipan (wadi>’ah), utang-piutang,

9 Muhammad Syafi’i Antonio, “Bank Syari’ah dari Teori ke Praktik”, (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), 123.

10 Suqiyah Musyafa’ah, “Hadith Hukum Ekonomi Islam”, (Surabaya: UIN SA Press, 2014), 161.


(42)

29

agunan (rahn), kerja patungan atau qira>d (mud}ha>rabah), barang temuan (luqa>tah), peradilan (qad}a>’), pembunuhan (qis}a}s), gasab, pencurian (sariqah), dan lain sebagainya12 Definisi ka>falah antara lain;

1. Menurut Jumhur ulama;

Mengumpulkan tanggung jawab penjamin dengan tanggung jawab orang yang dijamin dalam masalah hak atau utang, sehingga hak atau utang itu menjadi tanggung jawab keduanya.13

2. Menurut ulama Ha}nafiah;

Mempersatukan tanggung jawab dengan tanggung jawab lainnya dalam hal tuntutan secara mutlak, baik berkaitan dengan jiwa, uang, materi, maupun pekerjaan.14

Kata kafa>lah disebut juga dengan d{aman (jaminan), h{amalah (beban),

za’amah (tanggungan). Secara syara’ kafa>lah adalah proses penggabungan tanggungan kafi>l menjadi tanggungan as{i>l dalam tuntutan atau permintaan dengan materi sama atau hutang, atau barang, atau pekerjaan.15

Pertanggungan ini dalam Islam disebut kafa>lah dimana unsur-unsur yang terdapat di dalamnya. Menurut Sayyid Sabiq, kafa>lah harus mensyaratkan adanya kafi>l, as{i>l, makful lahu, dan makful bihi.16 Kafil disini

adalah orang yang berkewajiban untuk memenuhi tuntutan makful bihi atau orang yang ditanggung. Seorang kafi>l diharuskan memenuhi kriteria

12 Suqiyah Musyafa’ah, Hadith Hukum...,161. 13 Ibid.

14 Ibid.

15 Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah: jilid 13, Penerjemah: Kamaluddin A. Marzuki, (Bandung: al-Ma’arif, 1987), 174.


(43)

30

balig, berakal, berwenang penuh atas urusan hartanya dan rela dengan adanya kafa>lah. As{i>l adalah orang yang berhutang, yaitu orang yang ditanggung, persyaratan atau kriteria yang berlaku untuk kafi>l tidak diharuskan ada pada diri as{i>l. Sedangkan makful lahu adalah orang yang memberikan hutang. Disyaratkan penjamin mengenalnya. Karena manusia itu tidak sama dalam hal tuntutan, hal ini dimaksudkan untuk kemudahan dan kedisiplinan. Makful bihi adalah orang, barang atau pekerjaan yang wajib dilaksanakan oleh orang yang ditanggung.

Sedangkan menurut Mazhab Hanafi, rukun al-kafa>lah satu yaitu ijab dan kabul. Sedangkan menurut para ulama yang lainnya, rukun dan syarat al-kafa>lah adalah sama dengan pendapat Sayyid Sabiq dengan menambahkan lafaz{ disyaratkan keadaan lafaz{ itu berarti menjalin, tidak digantungkan kepada sesuatu dan tidak berarti sementara.17

Kafa>lah menurut Muhammad Syafi’i Antonio terdapat 5 jenis18:

1. Kafa>lah Bil Ma>l merupakan jaminan pembayaran barang atau pelunasan utang.

2. Kafa>lah Bit Taslym ini bisa dilakukan untuk menjamin pengembalian atas barang yang disewa, pada waktu masa sewa berakhir.

3. Kafa>lah Al Munjazah adalah jaminan mutlak yang tidak dibatasi oleh jangka waktu dan untuk kepentingan atau tujuan tertentu.

4. Kafa>lah Al Mu’llaqah merupakan penyederhanaan dari Kafa>lah Al

17 Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002), 191. 18 Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syari’ah..., 124-125.


(44)

31

Munjazah

5. Kafa>lah Bin Nafs merupakan akad memberikan jaminan atas diri (Personal Guarantee)

Model Penerapan Sistem tanggung renteng termasuk dalam Kafa>lah Bin Nafs, dimana seluruh anggota memiliki tanggung jawab satu sama lain. al-Qur’an tidak menyebutkan secara tegas ayat yang menjelaskan tentang

praktik tanggung renteng seperti yang ada pada saat ini. Hal ini terindikasi dengan tidak munculnya istilah tanggung renteng secara nyata dalam al-Qur’an. Walaupun begitu al-Qur’an masih mengakomodir ayat ayat yang

mempunyai muatan nilai-nilai dasar yang ada dalam praktik tanggung renteng seperti nilai dasar tolong menolong, kerjasama.

a) Ayat al-Qur’an

Diantara ayat-ayat al-Qur’an yang mempunyai muatan nilai-nilai yang ada dalam praktik tanggung renteng adalah Surah al-Maidah [5]:2

                                                                                                  

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi'ar-syi'ar Allah, dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram], jangan (mengganggu) binatang-binatang had-Nya, dan binatang-binatang qalaa-id, dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari kurnia dan keredhaan dari Tuhannya dan apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji, Maka bolehlah berburu. dan


(45)

32

janganlah sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu dari Masjidilharam, mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya.”19

Ayat ini memuat perintah tolong menoling antar sesama manusia. Dalam sistem tanggung renteng nilai ini terlihat dalam praktik kerelaan pengurus anggota KSPPS MBS yang merelakan dana modal dipinjamkan kepada anggota kelompok tanpa anggunan guna menolong anggota kelompok yang kesulitan dalam urusan dana.

b) Sunnah Nabi

Pengertian sunnah secara bahasa adalah jalan yang ditempuh كو ملا ه ىر لا, tradisi, dan terpuji. Jama’nya sunan. Nabi SAW. Bersabda:

ش َاا ْم طْ رش لع ْو ْس ْلا اًطْر

ح َلحا ْ ا ااخ ً َرح ي م رتلا ا [ اًم ار

]

Artinya: “Orang-orang muslim itu terikat dengan syarat yang mereka sepakati, kecuali dengan syarat yang mengharamkan yang halal atau yang

mengharamkan yang haram.” (HR. At-Turmudzi)”.20

Hadits ini menjelaskan tentang prinsip umum dalam melakukan akad atau transaksi. Orang muslim dalam melakukan transaksinya tergantung oleh syarat yang mereka sepakati bersama antara kedua belah pihak, kecuali syarat yang mengharamkan yang halal atau mengharamkan yang haram. Dalam KSPPS seharusnya harus ditetapkan demikian baik akad transaksi dan aturan yang ada dalam sistem harus disepakati dengan jelas

19 Departemen Agama Republik Indonesia, al-Qur’an dan Terjemahannya

20 Sunan at-Turmudzi, Kitab al-Sifat al-Qiyamah wa ar-Rakaik al-Wara, Bab 60, No. 2517, 60.


(46)

33

diawal. Jika telah disepakati bersama maka kedua belah pihak (pihak KSPPS dan anggota) terikat dalam suatu ikatan yang harus dipatuhi secara bersama, dan tidak boleh ada yang melanggar kecuali syarat-syarat yang

tidak sesuai dengan ketentuan syari’ah.

c) Ijma

Para sahabat telah melakukan ittifaq (kesepakatan) dalam hal ini (aqilah). Terbukti dengan tidak adanya penentangan oleh sahabat lain terhadap apa yang dilakukan oleh Khalifah Umar bin Khattab. Sehingga dapat disimpulkan bahwa mereka bersepakat mengenai persoalan ini.21

Sebagai dalil dari kebolehannya memakai ijma dalam menetapkan hukum ini adalah:

ا ام ْو ْس ْلا ه ادْ ع و ف اً سح

.

Artinya: “Segala sesuatu yang menurut mayoritas kaum muslimin itu baik maka dalam pandangan Allah SWT juga baik.”

Rahasia praktik aqilah adalah mengangkat perselisihan dan percekcokan antar suku Arab. Dengan adanya aqilah berarti telah membangun suatu kehidupan yang positif (al-hasan) diantara para suku Arab. Adanya aspek kebaikan dan nilai yang positif dalam praktik aqilah

mendorong para ulama untuk bermufakat (ijma’) bahwa perbuatan

semacam aqilah tidak bertentangan dalm nilai nilai yang terkandung dalam syariah Islam.

d) Ishtisan

Ishtisan dalam pandangan ahli, ushul adalah memandang suatu itu


(47)

34

baik. Kebaikan dari kebiasaan aqilah di suku Arab kuno terletak pada kenyataan bahwa ia dapat menggantikan balas dendam berdarah.22 Melihat manfaat yang yang signifikansi dari raktik aqilah diantara nya : mempertahankan keseimbangan kesukuan dan dengan demikian, kekuatan pembalasan dendam dari setiap suku dapat menghalangi kekejaman anggota suku lain:

a. Menambah sebagian besar jaminan sosial, karena mengingat tanggung jawab kolektif untuk membayar ganti rugi, suku harus menjaga kegiatan anggotanya dengan saksama

b. Mengurangi beban anggota perorangan jika ia diharuskan membyar ganti rugi

c. Menghindarkan dendam darah yang jika tidak dicegah

mengakibatkan kehancuran total suku suku yang terlibat

d. Mempertahankan sepenuhnya kerjasama para anggota dari setiap suku, yang tak lain merupakan mutualitas (saling membantu).23

B. Partisipasi Anggota

Partisipasi anggota merupakan unsur utama dalam memacu kegiatan dan untuk mempertahankan ikatan pemersatu didalam koperasi. Oleh karena itu, koperasi harus memiliki kegiatan-kegiatan tertentu untuk menjabarkan bentuk-bentuk partisipasi dan memacu manfaat bersama, ketika berbagai manfaat diperoleh melalui upaya-upaya bersama para anggota. Juga diharapkan manfaat

22 Ibid., 124.


(48)

35

dapat didistribusikan secara adil dan merata sesuai dengan kontribusi mereka kepada koperasi dalam aneka kegiatan-kegiatan koperasi. Atas dasar itu koperasi diharapkan menanamkan dasar-dasar distribusi pemanfaatan dari hasil atau pelayanan-pelayan yang bersifat ekonomis dan sosial untuk mempertahankan semangat kebersatuan anggota-anggota dan kesetiaan mereka kepada semangat koperasi.24

1. Pengertian Partisipasi Anggota

Istilah partisipasi secara harfiah sebenarnya diambil dari bahasa asing participation, yang artinya mengikut sertakan pihak lain. Partisipasi dimaknai seorang pemimpin melaksanakan tugas-tugasnya akan dapat lebih berhasil bilamana pemimpin tersebut mampu meningkatkan partisipasi semua komponen atau unsur yang ada. Oleh karena setiap pemimpin dalam bidang apa pun, mulai dari tingkat paling atas sampai tingkat paling bawah harus mampu meningkatkan partisipasi semua komponen atau unsur yang ada.25

Dengan jalan meningkatkan partisipasi, maka berarti semua komponen atau unsur yang ada akan diikutsertakan baik secara langsung maupun tidak langsung antara lain dalam pembuatan perencanaan serta pengambilan keputusan, hal ini berarti semua komponen atau unsur yang ada akan merasa lebih dihargai sehingga dapat diharapkan semangat dan

24 Thoby Mutis, Pengembangan Koperasi, (Jakarta: Grasindo, 1992), 93. 25 Hendar dan Kusnadi, Ekonomi Koperasi, (Jakarta: LPFE-UI, 1999), 63.


(49)

36

kegairahan kerja serta rasa tanggung jawabnya dapat ditingkatkan.26

Dengan demikian karena semua komponen atau unsur yang ada merasa ikut terlibat di dalam proses pembuatan perencanaan dan pengambilan keputusan, maka semua komponen atau unsur akan merasa ikut bertanggung jawab akan terlaksananya semua itu. Semua perencanaan dan keputusan yang dirasakan sulit, apabila didalam pembuatan dan pelaksanaannya mengikutsertakan semua komponen atau unsur yang ada maka akan mudah untuk melaksanakan dan merealisasikannya.27

Anggota koperasi adalah adalah setiap warga Negara Indonesia yang mampu melakukan tindakan hukum dan memiliki kepentingan ekonomi yang sama dengan sesama anggota lain.28 Jadi, anggota koperasi adalah seluruh anggota koperasi yang orang-orang turut serta dalam kegiatan koperasi tersebut, dan Setiap anggota koperasi adalah pemilik dan sekaligus pengguna jasa koperasi. Peran anggota sebagai pemilik meliputi29:

a) Berperan aktif dalam memberikan masukan kepada pengurus dalam menetapkan kebijakan koperasi baik dalam forum rapat anggota maupun dalam kesempatan lainnya.

b) Memberikan kontribusi berupa modal dalam bentuk simpanan pokok

26 Ibid.

27 Ibid.

28 Peraturan Menteri Koperasi Dan Usaha Kecil Dan Menengah Republik Indonesia Nomor 10/Per/M.KUKM/IX/2015 Tentang Kelembagaan Koperasi.

29 Keputusan Menteri Koperasi Dan Usaha Kecil Dan Menengah Republik Indonesia Nomor 91/Kep/M.KUKM/IX/2004 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Usaha Koperasi Jasa Koperasi Syariah.


(50)

37

dan simpanan wajib dan atau simpanan lainnya yang ditetapkan dalam rapat anggota.

c) Dipilih menjadi pengurus dan atau memilih pengurus dan pengawas. d) Berperan aktif dalam melakukan pengawasan terhadap jalannya

koperasi.

e) Berperan aktif dalam mengikuti rapat anggota. f) Menanggung risiko jika terjadi kerugian.

Peran anggota sebagai pengguna jasa meliputi pemanfaatan jasa pelayanan koperasi30.

2. Kewajiban dan Hak Anggota Koperasi

Anggota koperasi mempunyai berbagai kewajiban antara lain:31 A. Mematuhi Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga

Keputusan dalam rapat anggota koperasi yang telah dituangkan dalam anggaran dasar Anggaran Rumah Tangga koperasi haruslah ditaati semua anggota. Semua kemauan anggota sudah dituangkan pada rapat anggota sehingga hasil keputusan pada Rapat Anggota juga menjadi setiap anggota. Tentu saja tidak semua keinginan anggota akan menjadi keputusan dan tidak semua keputusan Rapat Anggota seperti yang diinginkan masing-masing anggota. Akan tetapi setiap anggota harus konsekuen menjalankan keputusan

30 Ibid.

31 Djoko Muljono, Buku Pintar Strategi Bisnis Koperasi Simpan Pinjam, (Yogyakarta: Andi, 2012), 12.


(51)

38

tersebut. Setiap anggota tidak diperkenankan melakukan sesuatu yang bertentangan dengan keputusan yang telah disepakati dalam rapat anggota.

B. Berpartisipasi dalam Kegiatan Usaha Koperasi

Kegiatan usaha KSP adalah simpan pinjam, maka setiap anggota harus berpartisipasi dalam kegiatan simpanan yang dibentuk koperasi, paling tidak pada simpanan pokok maupun simpanan wajib. Setiap anggota juga harus berpartisipasi dalam penyaluran pinjaman yang dilakukan KSP, baik untuk dirinya maupun untuk orang lain. Berpartisipasi dalam peminjaman untuk dirinya sendiri membawa konsekuensi seiap anggota harus mempunyai kegiatan usaha di luar koperasi, yang dananya dapat memanfaatkan pinjaman dari KSP. Sedagkan berpartisipasi dalam pinjaman untuk orang lain membawa konsekuensi setiap anggota merupakan tim pemasaran, yang secara terus-menerus mencari nasabah yang baik. Setiap anggota yang telah berpartisipasi pada koperasi, baik melalui simpanan ataupun pinjaman, harus diberi penghargaan baik yang dikaitkan dengan SHU ataupun bentuk lainnya.

C. Mengembangkan dan Memelihara Kebersamaan

Mengembangkan dan memelihara kebersamaan berdasar pada asas kekeluargaan. Perkembangan koperasi menjadi kewajiban seluruh anggota, walupun anggota koperasi telah mendelegasikan kewajiban tersebut kepada pengurus. Setiap anggota perlu secara


(52)

39

aktif membantu pengurus dalam merealisasikan perkembangan koperasi. Anggota koperasi mempunyai berbagai hak, antara lain:32 a) Menghadiri, menyatakan pendapat, dan memberikan suara

dalam Rapat Anggota.

b) Memilih dan atau dipilih menjadi Pengurus atau Pengawas. c) Meminta diadakan Rapat Anggota menurut ketentuan dalam

Anggaran Dasar

d) Mengemukakan pendapat atau saran kepada pengurus di luar rapat anggota, baik diminta maupun tidak diminta.

e) Memanfaatkan koperasi dan mendapat pelayanan yang sama antara sesama angota.

f) Mendapatkan keterangan mengenai perkembangan koperasi menurut ketentuan dalam Anggaran Dasar.

Hak setiap anggota adalah menghadiri rapat anggota. Jangan sampai ada anggota yang melarang anggota lain untuk hadir dalam rapat anggota karena ada perbedaan kemauan . Perbedaan kemauan setiap anggota harus diakomodasi dan diambil jalan tengah secara demokratis, dan setiap keputusan rapat anggota merupakan keputusan setiap anggota yang harus dijalankan bersama.

Hak setiap anggota adalah memilih atau dipilih sebagai pengurus atau pengawas. Tidak boleh ada seseorang anggota pun yang melarang anggota lain untuk memilih atau dipilih hadir dalam

32 Ibid., 13.


(53)

40

rapat anggota, karena adanya perbedaan kemauan.

Apabila ada anggota yang tidak memiliki roh atau semangat koperasi, yaitu kekeluargaan, maka pada perjalanannnya dimungkinkan untuk terjadinya bantuan kepentingan yang mengakibatkan tujuan kuperasi menjadi tidak sama. Kesamaan tujuan koperasi dimungkinkan untuk dibentuk dari latar belakang anggota koperasi yang sama atau paling tidak karena adanya semangat yang sama.33

3. Bentuk-Bentuk Partisipasi

Dilihat dari segi dimensinya menurut Hendar dan Kunadi, partisipasi terdiri dari:34

a. Pertisipasi Dipaksakan (Forced) dan Partisipasi Sukarela (Voluntary). Pertisipasi dipaksakan terjadi karena paksaan undang-undang atau keputusan pemerintah untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang berhubungan dengan pekerjaan. Sedangkan partisipasi sukarela terjadi karena kesadaran untuk ikut serta berpartisipasi.

b. Partisipasi Formal dan Partisipasi Informal.

Partisipasi yang bersifat formal, biasanya tercipta suatu mekanisme formal dalam pengambilan keputusan. Sedangkan partisipasi bersifat

33 Ibid.


(54)

41

informal, biasanya hanya terdapat persetujuan lisan antara atasan dan bawahan sehubungan dengan partisipasi.

c. Partisipasi Langsung dan Partisipasi Tidak Langsung.

Partisipasi langsung terjadi apabila setiap orang dapat mengajukan pandangan, membahas pokok persoalan, mengajukan keberatan terhadap keinginan orang lain. Sedangkan partisipasi tidak langsung terjadi apabila terdapat wakil yang membawa inspirasi orang lain yang akan bicara atas nama karyawan atau anggota dengan kelompok yang lebih tinggi tingkatannya.

d. Partisipasi Kontributif dan Partisipasi Intensif.

Partisipasi Kontributif yaitu kedudukan anggota sebagai pemilik dengan mengambil bagian dalam penetapan tujuan, pembuatan keputusan dan proses pengawasan terhadap jalannya perusahaan koperasi. Sedangkan Partisipasi Intensif yaitu kedudukan anggota sebagai pemilik atau pengguna dengan memanfaatkan berbagai potensi pelayanan yang disediakan oleh perusahaan dalam menunjang kepentingannya.

Partisipasi dalam kehidupan koperasi ditegaskan bahwa koperasi adalah badan usaha (perusahaan) yang pemilik dan pelanggannya adalah sama, yaitu para anggotanya dan ini merupakan prinsip identitas koperasi yang sering digambarkan dalam lambang segitiga (Tri-angel Identity of Cooperative). Jadi, Pelanggan = Pemilik = Anggota dimana ketiga pihak tersebut orangnya dalah sama. Koperasi merupakan alat yang digunakan


(55)

42

oleh para anggota untuk melaksanakan fungsi-fungsi tertentu yang telah disepakati bersama. Disini dapat dikatakan bahwa sukses tidaknya, berkembang tidaknya, bermanfaat tidaknya dan maju mundurnya suatu koperasi akan sangat tergantung sekali pada peran partisipasi aktif dari para anggotanya. Apa yang dijelaskan diatas sebenarnya sesuai dengan pasal 17 ayat 1 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian yang menyebutkan bahwa anggota koperasi adalah pemilik dan sekaligus pengguna jasa koperasi. Sebagai pemilik dan pengguna jasa koperasi, anggota berpartisipasi aktif dalam kegiatan koperasi.35

Partisipasi diperlukan untuk mengatasi penampilan yang buruk dari koperasi, menghilangkan salah tindak pihak manajemen dan membuat kebijaksanaan pegelola diperhitungkan. Terdapat satu alasan yang mendasar mengapa partisipasi merupakan kondisi yang diperlukan untuk penampilan koperatif , yaitu agar pihak manajemen koperasi tahu apa yang menjadi kepentingan anggotanya dan berapa banyak serta kualitas pelayanan yang bagaimana yang diperlukan oleh para anggota.

Manajemen membutuhkan informasi yang cukup banyak untuk pengambilan keputusan dan penentuan kebijakan koperasi.36

Dalam hal ini manajemen koperasi mempunyai keterbatasan kemampuan dalam mengumpulkan informasi. Setiap manajeman koperasi tidak mungkin mengetahui informasi yang diperlukan setiap waktu.

35Ibid., 64.


(56)

43

Informasi itu harus ditemukan dan mekanisme untuk menemukan informasi baru bersesuaian dengan pelayanan yang diberikan oleh perusahaan koperasi dalam hal kepentingan (interest) anggota melalui proses partisipasi.37

Pertisipasi pada koperasi pada dasarnya tidak berbeda dengan proses kegiatan perusahaan non koperasi dalam memperoleh informasi. Jika suatu perusahaan nonkoperasi menjal suatu pelayanan atau jasa dalam suatu pasar bebas, akan memperoleh umpan balik dari para pelanggannya agar dapat bersaing dengan berhasil. Umpan balik ini terutama terdiri atas informasi tentang jumlah (kuantitas) dan kualitas produk yang dijual. Bila pelanggan tidak puas, maka mereka akan membeli sedikit dan dengan bertindak demikian pelanggan memberi perusahaan tersebut suatu informasi yang berharga dalam meningkatkan mutu pelayanannya. Para pelanggan bahkan bisa memberikan informasi langsung seperti keluhan dan saran yang berharga bagi peningkatan mutu pelayangan.38

Dalam suatu koperasi, intensitas partisipasi dapat jauh lebih banyak karena fakta bahwa anggota bukan hanya pelanggan tapi juga pemilik dari suatu perusahaan. Para anggota dapat mempengaruhi dan mengendalikan manajemen tidak hanya memberikan saran dan kritik terhadap pelayanan yang diberikan tetapi juga bila diperlukan dapat memberhentikan pihak

37 Ibid.


(57)

44

manajemen dari fungsi dan kedudukannya.39

4. Cara Meningkatkan Partisipasi

Ada berbagai cara untuk meningkatkan partisipasi anggota. Diantaranya dengan menggunakan materi dan nonmateri.40 Peningkatan partisipasi dengan menggunakan materi dapat melalui pemberian bonus, tunjangan, komisi, dan insentif serta lainnya. Peningkatan partisipasi nonmateri ini salah satunya adalah dengan jalan mengikutsertakan semua komponen atau unsur, terutama dalam proses pembuatan perencanaan maupun dalam hal pengambilan keputusan. Dari berbagai macam cara, mana cara yang paling baik tentu tidak dapat ditetapkan secara pasti, sebab segala sesuatu sangat tergantung pada situasi dan kondisi masing-masing.

5. Indikator Pengukuran Partisipasi Anggota

Menurut Anoraga dan Nanik “pengukuran partisipasi anggota

berkaitan dengan peran ganda anggota sebagai pemilik dan sekaligus

sebagai pelanggan”41. Lebih lanjut Anoraga dan Nanik mengungkapkan peran ganda tersebut sebagai berikut: Dalam kedudukannya sebagai pemilik para anggota memberikan kontribusinya terhadap pembentukan dan pertumbuhan perusahaan koperasi dalam bentuk kontribusi keuangan

39 Ibid.

40 Ibid., 66.

41 Anoraga, Panji dan Nanik Widiyati, Dinamika Koperasi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), 115.


(58)

45

(penyerahan simpanan pokok, simpanan wajib, simpanan sukarela, atau dana-dana pribadi yang diinvestasikan pada koperasi) dan mengambil bagian dalam penetapan tujuan, pembuatan keputusan dan proses pengawasan terhadap jalannya perusahaan koperasi.

Partisipasi semacam ini disebut partisipasi kontributif. Dalam kedudukannya sebagai pelanggan/pemakai, para anggota memanfaatkan berbagai potensi pelayanan yang disediakan oleh perusahaan koperasi dalam menunjang kepentingannya. Partisipasi semacam ini disebut partisipasi insentif42

Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa indikator untuk partisipasi anggota, yaitu:

1) Partisipasi dalam pengambilan keputusan dalam rapat anggota (kehadiran, keaktifan, dan penyampaian atau mengemukakan pendapat / saran / ide / gagasan / kritik bagi koperasi).

2) Partisipasi dalam kontribusi modal (dalam berbagai jenis simpanan, simpanan pokok, simpanan wajib, simpanan sukarela, jumlah dan frekuensi menyimpan simpanan, penyertaan modal).

3) Partisipasi dalam pemanfaatan pelayanan (dalam berbagai jenis unit usaha, jumlah dan frekuensi pemanfaatan layanan dari setiap unit usaha koperasi, besaran transaksi berdasarkan waktu dan unit usaha yang dimanfaatkan, besaran pembelian atau penjualan barang maupun jasa yang dimanfaatkan, cara pembayaran atau cara

42 Ibid.


(59)

46

pengambilan, bentuk transaksi, waktu layanan).

4) Partisipasi dalam pengawasan koperasi (dalam menyampaikan kritik, tata cara penyampaian kritik, ikut serta melakukan pengawasan jalannya organisasi dan usaha koperasi)

Jika ditinjau dari sudut pandang para anggota perseorangan yang menilai keinginannya, maka dimensi partisipasi akan saling berkaitan satu dengan yang lain dan dapat dijelaskan sebagai berikut;43Para anggota perseorangan akan berpartisipasi dalam kegiatan pelayanan perusahaan koperasi:

1) Jika kegiatan tersebut sesuai dengan kebutuhannya

2) Jika pelayanan itu ditawarkan dengan harga, mutu atau syarat-syarat yang lebih menguntungkan ketimbang yang diperolehnya dari pihak-pihak lain diluar koperasi.

3) Hal itu berarti bahwa para anggota harus memiliki hak dan kesempatan serta termotivasi dan sanggup berpartisipasi dalam mengambil keputusan mengenai tujuan yang hendak dicapai dan dalam mengendalikan/mengawasi prestasi organisasi koperasi dan perusahaan koperasinya.


(60)

BAB III

GAMBARAN UMUM KOPERASI SIMPAN PINJAM PEMBIAYAAN SYARIAH MUAMALAH BERKAH SEJAHTERA

A. Sejarah berdirinya KSPPS Muamalah Berkah Sejahtera

Ide dan inisiatif berdirinya Muamalah Berkah Sejahtera bermula dari keprihatinan bersama beberapa jamaah dan pengurus Masjid al-Fajar terhadap kondisi masyarakat Surabaya khusunya masyarakat Cipta Menanggal yang seringkali kesulitan mengakses permodalan guna mengembangkan usahanya sehingga mereka mencari alternatif ‘termudah’ mengakses permodalan yaitu

rentenir (Bank Thithil), walaupun pada kenyatan sebenarnya ketika mereka meminta bantuan terhadap rentenir tersebut justru itulah awal dari keterpurukan usaha mereka. Beberapa pertemuan tokoh digagas guna meninjak lanjutin keinginan mulia tersebut.

Tidak lama berselang sejumlah calon pendiri bersedia menyertakan dana penggerak dalam bentuk SP (simpanan pokok) sebagai modal awal operasional

Muamalah Berkah Sejahtera. Pendirian Lembaga Keuangan Syari’ah ini mulai

Nampak sejak bulan Pebruari 2008 ketika rapat-rapat mulai diselenggarakan. Hingga tepat pada tanggal 01 Mei 2008, Muamalah Berkah Sejahtera yang beralamat Jl.Cipta Menanggal IV/23 Surabaya berbadan hukum koperasi dengan nomor Badan Hukum: 109/BH/XVI.37/2008, Tanggal 12 Juni 2008., resmi didirikan dengan mengundang pengawas Dinas Kota Surabaya dan disertai pernyataan sumpah para pengurus dan pengawas.


(61)

48

Dengan seiring berkembangnya waktu MBS Pada awal tahun 2013 kantor yang semula di jl. Cipta Menanggal IV/23, pindah di jl. Cipta Menanggal III-A / 54F Surabaya, dimana kantor sekarang lebih nyaman daripada kantor yang dulu. Pada awalnya KSPPS MBS ini didirikan dengan mengumpulkan modal dan jumlah anggota minimal sesuai dengan yang tercantum dalam Undang-Undang tentang Perkoperasian.1

Adapun visi yang dimiliki oleh KJKS MBS adalah :“ Bertekad menjadi koperasi yang syar’i sebagai sarana bermuamalah masyarakat demi terwujudnya kehidupan yang penuh berkah dan sejahtera dalam ridha Allah”. Sedangkan misi yang dikembangkan dalam KJKS MBS, yaitu:2

1. Mengembangkan dan mendorong kehidupan ekonomi syariah; 2. Membudayakan bermuamalah secara syar’i;

3. Menjalankan fungsi sosial khususnya kepada kaum dhuafa

Motto KJKS MBS : “Solusi pembiayaan syariah yang mudah, murah dan amanah”, dan motto 2015 : “MBS Semakin Berprestasi ”Koperasi yang terletak di dekat Rumah Susun Cipta Menanggal ini memiliki 2 tujuan utama3, yaitu: 1. Bagi Anggota

Memajukan kesejahteraan anggota.

2. Bagi Umat

Meningkatkan kesejahteraan masyarkat umat Islam dan membebaskannya dari jeratan rentenir (bank thihtil)

1 Subchan Bashori, Wawancara, Surabaya, 15 November 2016.

2 KSPPS MBS, Laporan pertanggungjawaban pengurus dan pengawas tahun buku 2015, (Surabaya: KPPSS MBS, 2013), 5.


(62)

49

B. Struktur Organisasi, Personalia dan Deskripsi Tugas

Gambar 3.1

Struktur Organisasi KSPPS MBS

Rapat anggota merupakan susunan organisasi tertinggi di KSPPS

Muamalah Berkah Sejahtera. Rapat anggota dapat memutuskan perubahan AD dan RT (Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga), menetapkan susunan pengurus, pengawas dan lain-lainnya.4

1. Pengurus diangkat dan dipilih oleh anggota melalui mekanisme rapat anggota. Pengurus mengemban amanah dari anggota dan menjalankan program kerja yang telah ditetapkan oleh rapat anggota. Pengurus berhak mengangkat manajer atau direktur untuk menjalankan roda usaha KJKS. Pengangkatannya dituangkan melalui kontrak kerja dengan batas waktu tertentu.5

4 Ariyanti Yudha Saputri, Wawancara, 6 Desember 2016. 5 Ariyanti Yudha Saputri, Wawancara, 6 Desember 2016.


(1)

74

anggota bisa aktif dan turut serta didalammya memanfaatkan usaha

tersebut.

4. Partisipasi dalam pengawasan koperasi dalam menyampaikan kritik dan

saran anggota koperasi juga terlalu pasif karna anggota hanya menganggap

bahwa penerapan medel sistem tanggung renteng hanya prihal pembiayaan

saja, sehingga kurangnya kesadaran dan komunikasi dalam membangun

kemajuan koperasi dengan meningkatkan partisipasi anggota belum

terwujud.

Hal yang menjadi akar permasalahan berupa tidak rasionalitas dalam

mengajukan penjaman, tidak ada ketebukaan dalam kemampuan diri, seakan

permasalahan kelompok menjadi tanggung jawab pribadi dan kurang

melibatkannya seluruh anggota dalam hal apapun akan berdampak partisipasi

anggota KSPPS MBS menjadi pasif karna rendahnya kualitas musyawarah

sesama anggota kelompok terutama hubungan dari pengurus kepada anggota

kelompok yang membuat semakin berat beban yang akan mengancam rasa

kebersamaan diantara anggota dalam kelompok dan mengarah pada kehancuran

kelompok, sehingga mengakibatkan pertisipasi anggota terus menurun mulai dari

tahun 2009 hingga 2016 yang awalnya memiliki 21 kelompok aktif sekarang

hanya 5 kelompok yang berjumlah 57 anggota. (berdasarkan lampiran 2)


(2)

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis, maka dapat

menghasilkan kesimpulan sebagai berikut:

1. Penerapan model sistem tanggung renteng di Koperasi Simpan Pinjam

Pembiayaan Syariah Muamalah Berkah Sejahtera Surabaya belum

diterapkan dengan baik sesuai dengan teori yang ada.

2. Partisipasi anggota Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan Syariah

Muamalah Berkah Sejahtera dengan adanya penerapan model sistem

tanggung renteng masih pasif karna rendahnya kualitas musyawarah

sesama anggota kelompok terutama hubungan dari pengurus kepada

anggota kelompok yang membuat semakin berat beban yang akan

mengancam rasa kebersamaan diantara anggota dalam kelompok dan

mengarah pada kehancuran kelompok, sehingga mengakibatkan pertisipasi

anggota terus menurun mulai dari tahun 2009 hingga 2016 yang awalnya

memiliki 21 kelompok aktif sekarang hanya 5 kelompok yang berjumlah 57

anggota..

B. Saran


(3)

76

1. Penerapan model sistem tanggung renteng yang ada di KSPPS hendaknya

dijalankan berdasarkan konsep dan aturan sesuai dengan teori agar bisa

berjalan dengan baik.

2. Pengurus KSPSS hendaknya aktif dalam membangun hubungan dengan

Penanggung Jawab, dengan Petugas Penyuluh Lapangan dan juga dengan

anggota tanggung renteng lainnya agar terjalin hubungan yang harmonis


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Hasan. Asuransi dalam Prespektif Hukum Islam. Jakarta: Kencana,

2004.

Antonio, Muhammad Syafi'. Bank Syari’ah dari Teori ke Praktik. Jakarta:

Gema Insani Press, 2001.

Bugin, Burhan. Metodologi Penelitian Sosial: Format-Format Kuantitatif

dan Kualitatif. Surabaya: Airlangga University Press, 2001.

Chasanah, Marifatul. “Pengaruh Partisipasi, Permodalan dan Kemampuan

Pengurus terhadap SHU Anggota Koperasi Karyawan “Sumber

Harapan” PTP.Nusantara IX PG.Sumberharjo Pemalang Tahun

2010”. Skripsi--Universitas Negeri Semarang, 2010.

Cholidah, Chusnul. “Implementasi Model Tanggung Renteng Nasabah Majelis Ta’lim Abang Becak (Matabaca) Untuk Meningkatkan

Kedisiplinan Membayar Angsuran Pembiayaan Qardhul Hasan Di

Kjks Pilar Mandiri Surabaya”. Skripsi--UIN Sunan Ampel, 2014.

Gegana, Giska Matahari. “Penerapan Prinsip Tanggung Renteng dalam Hal Kreditur Melakukan Wanprestasi Terhadap Perjanjian Kredit Sindikasi”. Skripsi--Universitas Indonesia, 2011.

Hikmat, Mahi M. Metode Penelitian dalam Prespektif Ilmu Komunikasi

dan Sastra, Yogyakarta: graha Ilmu, 2011.

Keputusan Menteri Koperasi Dan Usaha Kecil Dan Menengah Republik Indonesia Nomor 91/Kep/M.KUKM/IX/2004 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Usaha Koperasi Jasa Koperasi Syariah.

Kusnadi, Hendar. Ekonomi Koperasi. Jakarta: LPFE-UI, 1999.

Lailiyah, Maftuhatul. “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Sistem Tanggung


(5)

Muljono, Djoko. Buku Pintar Strategi Bisnis Koperasi Simpan Pinjam.

Yogyakarta: Andi, 2012.

Musyafa’ah, Suqiyah. Hadith Hukum Ekonomi Islam. Surabaya: UIN SA Press, 2014.

Mutis, Thoby. Pengembangan Koperasi. Jakarta: Grasindo, 1992. Panji, Anoraga, dkk. Dinamika Koperasi. Jakarta: Rineka Cipta, 2003. Peraturan Menteri Koperasi. Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan

Pinjam Dan Pembiayaan Syariah Oleh Koperasi. Permen Nomor 16 Tahun 2015.

Peraturan Menteri Koperasi Dan Usaha Kecil Dan Menengah Republik Indonesia Nomor 10/Per/M.KUKM/IX/2015 Tentang Kelembagaan Koperasi.

Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia Online, (http://kbbi.web.id/,

2016), diakses 10 November 2016.

Sabiq, Sayyid. Fiqh Sunnah, jilid 13. Bandung: al-Ma’arif, 1987.

S. Soemantri, Andriani, dkk. Bunga Rampai Tanggung Renteng. Malang:

Puskowajanti LIMPAD, 2001.

Subagyo, P Joko. Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktek. Jakarta:

Rineka Cipta, 2004.

Sugiyono. Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif dan R&D. Bandung:

Alfa Beta, 2008.

Suhendi, Hendi. Fiqh Muamalah. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002.

Supriyanto, Gatot. Aplikasi Sistem Tanggung Renteng Koperasi Setia

Bhakti Wanita Jawa Timur. Surabaya: Kopwan Setia Bhakti Wanita, 2009.


(6)

Widiyanti, Ninik. Manajemen Koperasi. Jakarta: Rineka Cipta, 1996.

Yovita, Indryatna. “Pengaruh Partisipasi Anggota Dan Lingkungan Usaha

Tehadap Keberhasilan Koperasi Inti Kapur Desa Glodogan Kecamatan Klaten Kabupaten Klaten”. Skripsi--Universitas Negeri Yogyakarta, 2015.