PENUTUP A. STRATEGI REBRANDING JX INTERNATIONAL SURABAYA DALAM UPAYA MEMBANGUN BRAND TRUST DAN BRAND LOYALTY PELANGGAN.
brand. Brand yang memiliki makna psikologis dan simbolis yang istimewa di
mata konsumen juga berpotensi untuk dipilih dibandingkan kompetitornya. Tidak sedikit di luar sana perusahaan yang sudah memiliki brand yang
mapan dan memiliki pelanggan yang potensial, namun tidak bisa dipungkiri bahwa mempertahankan lebih sulit daripada mendapatkan atau meraih. Oleh
sebab itu perusahaan yang sudah mapan tidak serta merta diam menunggu pelanggan, namun juga memikirkan strategi agar tidak kehilangan
pelanggannya. Salah satu strategi untuk mempertahankan bahkan berpotensi menambah revenue dengan kemungkinan pelanggan-pelanggan baru
berdatangan adalah “rebranding”. Rebranding sering kali menjadi pilihan beberapa marketer, perubahan
merek brand diharapkan dapat mengubah citra perusahaan ke arah yang lebih baik sehingga dapat meningkatkan revenue bagi perusahaan. Tak hanya
nama orang saja yang dapat berubah-ubah dan melakukan rebranding. Merek dagang dari suatu produk, jasa bahkan perusahaan dapat mengalami
perubahan. Keputusan untuk mengubah merek seringkali menjadi prasyarat utama daam melakukan transformasi bisnis. Adapun pendorong terjadinya
rebranding adalah pangsa pasar bisnis yang terlalu kecil, adanya restrukturisasi organisasi, merger dengan client, perubahan kepemilihkan
saham, demerger, persepsi negatif terhadap merek saat ini, sampai dengan adanya tuntutan teknologi sehingga merek lama dinyatakan tidak relevan lagi
untuk digunakan.
8
8
Dwi Kartikasari , “Implementation of Re-Branding Strategy” dalam http. Implementation of
Re-Branding Strategy - Dwi KartikaSari Blog.htm, diakses pada tanggal 31 Desember 2016
Rebranding memakan waktu dan biaya yang tidak sedikit. Jika tidak cermat, maka perusahaan akan cenderung mengalami kerugian besar sebagai
akibat gagal melakukan rebranding. Perubahan brand akan menimbulkan ancaman seperti; kehilangan pilihan, pelanggan setia dan pangsa pasar.
Namun strategi ini masih dipraktikkan secara luas oleh perusahaan-perusahaan untuk memodifikasi sebuah brand dan semakin banyak contoh perusahaan
yang meraih keuntungan setelah melakukan rebranding
.
Perusahaan melakukan rebranding karena terjadinya perubahan dari pihak ekternal danatau internal. Pada umumnya perusahaan memiliki siklus
rebranding untuk bertahan dan mempersiapkan diri terhadap persaingan pasar. Perusahaan juga memanfaatkan rebranding sebagai alat pemasaran yang
efektif untuk menyembunyikan malpraktik yang pernah terjadi. Dengan demikian menghilangkan konotasi negatif dapat berpotensi mempengaruhi
keuntungan. Seperti yang dilakukan JX International, menurut pengelola awal
rebranding dari Jatim Expo ke JX International bertujuan agar orang yang mempunyai anggapan tentang penampilan Jatim Expo masa lalu, bisa mulai
terkikis dan mau melihat gedung lama dengan manajemen baru. Kebanyakan aktivitas komunikasi pemasaran akan memiliki tingkat
kesuksesan yang lebih besar dengan mengadaptasi kondisi dan suasana lokal pada marketplace. Dengan kata lain, tidaklah ideal jika hanya sekedar
menerapkan strategi komunikasi pemasaran global yang murni tanpa mempertimbangkan isu-isu lokal. Marketer perlu memahami bagaimana