PENGARUH BRAND TRUST TERHADAP BRAND LOYALTY PADA KONSUMEN OBAT FLU MIXAGRIP DI SURABAYA.

(1)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi

Uversitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Untuk Menyusun Skripsi S-1 Jurusan Manajemen

Oleh :

Moch Afandi 0612010169 / FE / EM

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR


(2)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi

Uversitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Untuk Menyusun Skripsi S-1 Jurusan Manajemen

Oleh :

Moch Afandi 0612010169 / FE / EM

FAKULTAS EKONOMI


(3)

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan segala rahmat, karunia dan pertolongan-Nya, sehingga skripsi dengan judul “Pengaruh brand trust Terhadap brand loyalty pada konsumen obat flu mixagrip Di Surabaya” dapat diselesaikan dengan dengan lancar.

Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat yang harus ditempuh mahasiswa jenjang pendidikan strata-1 (Sarjana) Jurusan Ekonomi Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur guna memperoleh gelar kesarjanaan.

Dalam penyusunan skripsi ini, dengan segala kerendahan hati, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP., selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Dr. Dhani Ichsanudin Nur, MM., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak Dr. Muhajir Anwar, MS., selaku Ketua Jurusan Ekonomi

Manajemen Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. 4. Ibu Dra. Ec, Malicha selaku Dosen Pembimbing.

5. Bapak dan Ibu dosen pengajar Fakultas Ekonomi Manajemen Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur, yang telah membekali kami dengan pengetahuan-pengetahuan yang sangat berguna dan berharga.


(4)

Agustine dan Dinding, yang selalu mendampingiku hingga penelitian ini dapat diselesaikan.

8. Pihak-pihak yang terkait yang mendukung dan membantu kami dalam menyelesaikan penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih terdapat kesalahan dan kekurangan yang masih perlu diperbaiki, maka kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Surabaya, Mei 2011


(5)

DAFTAR ISI………... iii

DAFTAR GAMBAR………... vii

DAFTAR TABEL………... viii

DAFTAR LAMPIRAN………... x

ABSTRAKSI………... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang……… 1

1.2. Perumusan Masalah……… 7

1.3. Tujuan Penelitian……… 7

1.4. Manfaat Penelitian……… 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu……… 8

2.2. Landasan Teori……… 10

2.2.1. Pengertian Pemasaran………... 10

2.2.2. Pengertian Manajemen Pemasaran………... 11

2.2.3. Konsep Pemasaran……… 12

2.2.4. Pengertian Prilaku Konsumen ……… 13

2.2.4.1. Model Prilaku Konsumen ………. 14


(6)

2.2.6.1. Fiability ………. 20

2.2.6.2. Intentionality ... 21

2.2.7. Loyalitas merek (Brand Loyalty)……….. 22

2.2.8. Pengaruh Brand Trust Terhadap Brand Loyalty……. 24

2.3. Model Konseptual……….. 26

2.4. Hipotesis……… 27

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Definisi Oprasional………..……… 28

3.1.1. Teknik Penentuan Sampel……… 32

3.1.2. Populasi……… 32

3.1.3. Sampel………... 32

3.2. Teknik Pengumpulan Data……… 33

3.2.1. Jenis Data……….. 33

3.2.2. Sumber Data……….. 34

3.2.3. Metode Pengumpulan Data………. 34

3.3. Teknik Analisis Data ………... 35

3.3.1. Asumsi Model (Structure Equation Modeling)…… 36

3.3.2. Pengujian Hipotesis Dan Hubungan Kausal……… 38


(7)

4.1.2. Analisis Karakteristik Responden……… 43

4.1.3. Deskripsi Variabel Brand Trust (X)………. 45

4.1.3.1. Deskripsi Variabel Fiability (X1)…………... 45

4.1.3.2. Deskripsi Variabel Intentionality (X2)……... 48

4.1.4. Deskripsi Variabel Brand Loyalty(Y)………... 50

4.2. Deskripsi Hasil Dan Uji Hipotesis……… 52

4.2.1. Evaluasi Outlier……… 52

4.2.2. Evaluasi Reliabilitas……… 54

4.2.3. Evaluasi Validitas………. 55

4.2.4. Evaluasi Construct Reability Dan Variance Extracted. 56 4.2.5. Evaluasi Normalitas……….. 57

4.2.6. Evaluasi Model SEM……… 59

4.2.7. Uji Kausalitas……… 60

4.2.8. Analisis Unidimensi First Order………... 61

4.2.9. Analisis Unidimensi Second Order………... 62

4.3. Pembahasan……… 62


(8)

(9)

faktor fiability ……… 32 Gambar 4.1: Model Pengukuran Dan Struktual One Step Approach – Base


(10)

Tabel 3.1. Goodness Of Fit Index ………... 40

Tabel 4.1. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin………… 44

Tabel 4.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia………... 44

Tabel 4.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan……… 45

Tabel 4.4. Hasil Jawaban Responden Untuk Pertanyaan Fiability (X1)………... 45

Tabel 4.5. Hasil Jawaban Responden Untuk Pertanyaan Intentionality (X2)... 48

Tabel 4.6. Hasil Jawaban Responden Untuk Pertanyaan Brand Loyalty (Y)………... 50

Tabel 4.7. Outlier Data………... 53

Tabel 4.8. Reliabilitas Data……….. 54

Tabel 4.9. Validitas Data... 55

Tabel 4.10. Construct Reliability dan Variance Extracted…………... 57

Tabel 4.11. Normalitas Data………... 58

Tabel 4.12. Evaluasi Kriteria Goodness Of Fit Indices Model One-Step Approach-Base Model………... 60

Tabel 4.13. Hasil Uji Kausalitas………... 61


(11)

(X2) ………... 64

Tabel 4.18. Tabulasi Data Frekuensi Validitas Indikator Brand Loyalty (Y) ... 65


(12)

Lampiran 2 Tabulasi Jawaban Responden Lampiran 3 Data Outlier

Lampiran 4 Data Uji Reabilitas Lampiran 5 Data Uji Normalitas Lampiran 6 Data Uji Hipotesis


(13)

Oleh:

Moch Afandi

Abstraksi

Dalam kondisi persaingan yang semakin ketat, setiap perusahaan harus mampu bertahan hidup, bahkan harus dapat berkembang. Salah satu hal penting yang perlu dilakukan dan diperhatikan oleh setiap perusahaan adalah mempertahankan pelanggan yang telah ada, terus mengharap pelanggan-pelanggan potensial baru agar jangan sampai pelanggan-pelanggan meninggalkan perusahaan menjadi pelanggan perusahaan lain. Pasar obat flu boleh dibilang merupakan salah satu kategori produk dengan tingkat pesaing yang kian hari semakin sesak. Tapi, Cuma beberapa saja yang tampak bertarung ketat memperebutkan lahan yang semakin luas tersebut. Salah satu merek yang sudah dianggap mapan dan mampu bertahan didalam persaingan adalah Mixagrip. tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah brand trust berpengaruh terhadap brand loyalty pada produk obat flu mixagrip.

Populasi dalam penelitian ini adalah orang yang ada di Surabaya yang potensial terhadap obat flu mixagrip. Teknik penentuan sampel yang digunakan adalah non probability sampling dengan teknik pengambilan sampel secara

Accidental Sampling dan untuk pengujian data digunakan analisis SEM

(structural Equation model), dengan menggunakan satu variabel bebas yaitu brand trust (X) dan satu variabel terikat yaitu brand loyalty(Y)

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan sebelumnya untuk mengetahui pengaruh brand trust terhadap brand loyalty, hasil penelitian yang diperoleh adalah brand trust berpengaruh positif terhadap brand loyalty. Brand trust merupakan serangkaian aset dan liabilitas yang dapat menambah atau mengurangi nilai dari merek tersebut.


(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam kondisi persaingan yang semakin ketat, setiap perusahaan harus mampu bertahan hidup, bahkan harus dapat berkembang. Salah satu hal penting yang perlu dilakukan dan diperhatikan oleh setiap perusahaan adalah mempertahankan pelanggan yang telah ada, terus menggarap pelanggan-pelanggan potensial baru agar jangan sampai pelanggan meninggalkan perusahaan menjadi pelanggan perusahaan lain.

Loyalitas pelanggan terhadap merek produk merupakan konsep yang sangat penting khususnya pada kondisi tingkat persaingan yang sangat ketat dengan pertumbuhan yang rendah. Pada kondisi demikian loyalitas pada merek sangat dibutuhkan agar perusahaan dapat bertahan hidup. Di samping itu, upaya mempertahankan loyalitas merek ini merupakan upaya strategis yang lebih efektif dibandingkan dengan upaya menarik pelanggan baru.

Persoalan merek menjadi salah satu persoalan yangh harus dipantau secara terus-menerus oleh setiap perusahaan. Merek-merek yang kuat, teruji, dan bernilai tinggi terbukti tidak hanya sukses mengalahkan hitungan-hitungan rasional, tetapi juga canggih mengolah sisi-sisi


(15)

building activity yang bukan sekedar berdasarkan komunikasi, tetapi

merupakan segala macam usaha lain untukmemperkuat merek tersebut.

Brand disebut juga dengan pelabelan, Brand memiliki kekuatan

untuk membantu penjualan. Demikian pula bahwa brand dihubungkan dengan sebuah kepercayaan konsumen terhadap produk atau jasa yang dipercaya tidak saja untuk memenuhi kebutuhan mereka, namun dapat memberikan kepuasan yang lebih baik dan jaminan. Brand banyak membantu perusahaan besar mengusai pasar, konsumen justru lebih hafal nama brand dari pada merek barang itu sendiri. (Soemanagara, 2006:98)

Dari komunikasi, merek bisa menjanjikan sesuatu, bahkan lebih dari janji, merek juga mensinyalkan sesuatu (brand signaling). Merek akan mempunyai reputasi jika ia memiliki kualitas dan karisma. Agar memiliki karisma, merek harus mempunyai aura, harus konsisten, kualitasnya harus dijaga dari waktu ke waktu, selain tentunya juga harus mempunyai kredibilitas. (Riana, 2008:185)

Agar tampil yang terbaik tentu suatu merek terlihat menarik di pasar hingga mampu membuat konsumen tertarik membelinya. Agar terlihat menarik, merek tersebut harus memiliki costumer value jauh diatas merek-merek yang lain. Selai itu, harus mampu meningkatkan keterliban emosi pelanggan sehingga pelanggan mempunyai ikatan dan keyakinan terhadap merek tersebut.

Menurut ballestar (2001), mengemukakan bahwa Brand Trust merupakan perasaan aman yang diperoleh konsumen dalam interaksinya


(16)

dengan merek yang didasarkan pada persepsi bahwa merek tersebut dapat diandalkan dan memenuhi kepentingan serta keselamatan konsumen. Trust didefinisikan sebagai persepsi konsumen mengenai reliabilitas yang didasarkan pada pengalaman atau serangkaian transaksi/ interaksi yang dikarakteristikkan oleh konfirmasi dari harapan atas kinerja produk dan kepuasan.

Upaya-upaya yang dilakukan oleh perusahaan untuk melakukan penetrasi pasar dan reinforce product atau jasa salah satunya dilakukan dengan cara branding. Istilah ini cukup popular dikalangan marketing karena memberikan efek yang besar terhadap peningkatan penjualan.

Branding adalah sebuah usaha untuk memperkuat posisi produk dalam

benak konsumen yang dilakukan dengan cara menambah equality dari nama sekumpulan produk. (Soemanagara, 2006:98)

Pasar obat flu boleh dibilang merupakan salah satu kategori produk dengan tinggkat pesaing yang kian hari semakin sesak. Tapi, Cuma beberapa saja yang tampak bertarung ketat memperebutkan lahan yang semakin luas tersebut. Bisa dikatakan pemain baru obat flu selalu hadir karena kategori penyakit ini memang sering dialami oleh banyak orang. Menurut riset AC Nielson, market size untuk flu sendiri sekitar Rp. 500 Milyar. Rata-rata dewasa saja menderita flu sebanyak 2 kali dalam setahun. Kendati demikian, merek-merek tersebut selalu kalah dalam bersaing dan kemudian hilang dengan sendirinya dengan merek-merek


(17)

yang sudah mapan. Salah satu merek yang sudah dianggap mapan dan mampu bertahan didalam persaingan adalah Mixagrip.

Semakin banyak merek obat flu atau analgesic dipasaran membuat konsumen memiliki berbagai macam pilihan obat flu yang sesuai dengan kebutuhan konsumen. Setiap jenis obat flu memiliki cirri khas yang berbeda-beda. Produsen harus mengetahui dengan benar apa yang menjadi keinginan konsumen, karena jika tidak bisa mengikuti keinginan konsumen maka konsumen akan berganti merek.

Melihat persaingan yang kuat pada kategori obat flu dipasaran, membuat konsumen memiliki berbagai macam pilihan obat flu sesuai dengan kebutuhan konsumen. Obat flu produksi PT Kalbe Farma memposisikan diri sebagai salah satu obat flu yang dipercaya oleh konsumen. Kualitas produk, kredibilitas pabrikan, distribusi, dan ketersedian produk diberbagai tempat merupakan factor yang penting bagi PT Kalbe Farma

Para pimpinan puncak perusahaan dan marketer pasti menyadari bahwa merek merupakan asset yang nilainya sangat besar, bisa mencapai puluhan kali lipat dari nilai buku perusahaan. Dari sudut pandang konsumen, yang mereka beli ketika melakukan pembelian bukanlah produk. Mereka membeli kepercayaan yang terkandung dalam sebuah merek, yaitu kepercayaan akan value, kualitas, dan lain-lain yang ditawarkan oleh merek tersebut. Dengan kondisi seperti ini, mengukur


(18)

kekuatan merek dari sudut pandang konsumen dan kemudian mengolahnya menjadi sangat krusial dalam upaya membangun merek. Table 1.1 Top Brand Index obat flu (2008 – 2010)

NO MEREK TBI 2008 MEREK TBI 2009 MEREK TBI 2010 1 Mixagrip 14,2 % Ultraflu 15,2% Ultraflu 13,0% 2 Ultraflu 14,1% Mixagrip 14,7% Neozep 10,1% 3 Decolgen 10,6% Decolgen 10,0% Mixagrip 9,4% 4 Neozep 9,8% Sanaflu 9,9% Decolgen 9,1% 5 Bodrex 9,7% Neozep 9,2% Sanaflu 8,4% 6 Procold 9,1% Bodrex 9,0% Procold 7,3% 7 Sanaflu 8,7% Panadol 7,3% Bodrex 7,2% 8 Panadol 7,6% Procold 6,6% Panadol 6,5%

9 Inza 3,5% Inza 3.9% Inza 4,2%

10 - - - - Paramex 2,6%

Keterangan : Top : cetak tebal

Diduga rendahnya loyalitas konsumen akan obat flu merek Mixagrip disebabkan rendahnya tingkat brand trust dibenak konsumen. Rendahnya tingkat brand trust tersebut dapat dilihat dari table top brand

index diatas dalam 3 tahun terakhir sejak tahun 2008.

Pada tahun 2008 obat flu mixagrip menduduki urutan pertama dalam jajaran TBI. Kemudian pada tahun berikutnya mixagrip turun ke urutan ke dua digeser oleh ultra flu. Di urutan pertama. Kemudian pada tahun 2010, mixagrip kembali turun ke urutan ketiga dan posisinya digeser oleh neozep yang pada tahun 2008 menduduki peringat ke empat. Studi


(19)

Suatu merek memberikan serangkaian janji yang di dalamnya menyangkut kepercayaan, konsistensi, dan harapan. Dengan demikian, merek sangat penting, baik bagi konsumen maupun produsen. Bagi konsumen, merek bermanfaat untuk mempermudah proses keputusan pembelian dan merupakan jaminan akan kualitas. Sebaiknya, bagi produsen, merek dapat membantu upaya-upaya untuk membangun loyalitas dan hubungan berkelanjutan dengan konsumen. Loyalitas merek menunjukan adanya suatu ikatan antara pelanggan dengan merek tertentu dan ini sering kali ditandai dengan adanya pembelian ulang dari pelanggan (mowen, 2002:109)

Dalam upaya meningkatkan loyalitas merek, pihak perusahaan harus senantiasa meningkatkan dan mempertahankan kepercayaan pelanggan terhadap perusahaan. fiability, dan intentionality sebagai salah satu variable yang berpengaruh harus tetap dapat dikendalikan secara langsung oleh perusahaan. ( Prawitowati:7).

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas maka peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul :

“ Pengaruh Brand Trust Terhadap Brand Loyalty Pada


(20)

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

“Apakah brand trust berpengaruh terhadap brand loyalty pada produk obat flu mixagrip ?”.

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah penelitian maka tujuan dari penelitian ini adalah:

“Untuk mengetahui apakah brand trust berpengaruh terhadap brand

loyalty pada produk obat flu mixagrip”.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan akan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:.

Bagi Perusahaan

Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh perusahaan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan perusahaan yang berkaitan dengan produknya


(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian yang dilakukan oleh:

A. Tjahjani Prawitowati (Vol.11,No,1,2008)

1. Judul: Pengaruh Overall Satisfaction Terhadap Brand Trust Dalam membentuk Purchase Loyality Dan attitudinal Loyality pada Konsumen Produk Shampoo Di Surabaya.

2. Perumusan masalah:

a) Apakah overall satisfaction mempunyai pengaruh yang

signifikan terhadap brand trust?

b) Apakah brand trust mempunyai pengaruh yang signifikan

terhadap purchase loyality?

c) Apakah brand trust mempunyai pengaruh yang signifikan

terhadap attitudinal loyality?

3. Hasil penelitian:

Overall satisfaction mempengaruhi brand trust, dimana brand trust dilihat dari 1 dimensi saja, yaitu intentionality, brand trust memiliki pengaruh yang signifikan terhadap purchase loyality dan attitudinal loyalty, dari estimasi yang diperoleh dapat


(22)

loyalty lebih besar dari pada attitudinal loyalty dan pengaruh

tidak langsung overall satisfaction terhadap purchase loyalty melalui brand trust dan pengaruh tidak langsung overall

satisfaction terhadap attitudinal loyalty melalui brand trust.

B. Gede Riana (Vol.13,No,2,2008)

1. Judul: Pengaruh Trust In a brand Terhadap Brand loyalty Pada Konsumen Air minum Aqua Di Kota Denpasar.

2. Perumusan Masalah:

a) Apakah variable brand characteristic, company

characteristic dan consumer brand characteristic secara

bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap brand

loyality pada konsumen air minum Aqua ?

b) Apakah variable brand characteristic, company

characteristic dan consumer brand characteristic secara

parsial berpengaruh signifikan terhadap brand loyalty pada konsumen air minum aqua serta variable mana yang berpengaruh dominan?

3. Hasil penelitian

a) Secara bersama-sama variable brand characteristic,

company characteristic dan consumer brand characteristic


(23)

b) Secara parsial variable brand characteristic, company

characteristic dan consumer brand characteristic

berpengaruh signifikan terhadap brand loyalty.

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Pengertian pemasaran

Apabila masyarakat berbicara mengenai pemasaran, pada umumnya yang dimaksud adalah permintaan atau pembelin dan harga. Banyak definisi pemasaran yang dikemukakan oleh para ahli dalam bidang ini, walaupun masing-masing memberikan penekanan yang berbeda namun pada intinya tujuan mereka sama yaitu bertitik tolak pada kebutuhan dan keinginan konsumen.

Menurut Sofjan (2007:5) pemasaran sebagai kegiatan manusia yang di arahkan untuk memenuhi dan memuaskan kebutuhan dan keinginan melalui proses pertukaran.

Sedangkan menurut Kotler (2000:9) pemasaran yaitu suatu proses sosial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain.

Dari kedua pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa pemasaran adalah suatu kegiatan individu atau kelompok yang di arahkan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen terhadap produk yang bernilai melalui proses pertukaran.


(24)

2.2.2. Pengertian Manajemen pemasaran

Pemasaran adalah proses social yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang dibutuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan dan mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain.

Defenisi manajerial, pemasaran yang sering digambarkan sebagai “seni menjual produk”,. Peter Dructer, ahli tero manajemen mengatakan sebagai berikut (Sunarto,2003:7):

“orang dapat mengamsumsikan bahwa akan selalu ada kebutuhan akan menjual. Akan tetapi, tujuan pemasaran adalah untuk mengetahui dan memahami pelanggan sedemikian rupa sehingga produk dan jasa itu cocok dengan pelanggan dan selanjurnya menjadi diri sendiri. Idealnya, pemasaran hendaknya menghasilkan seorang pelanggan yang siap untuk membeli. Semua yang dibutuhkan adalah menyediakan produk atau jasa itu”.

Pemasaran berurusa dengan pengidentifikasian dan pemenuhan kebutuhan manusia. Salah satu defenisi paling singkat tentang pemasaran adalah memenuhi kebutuhan dengan cara yang menguntungkan. (Sunarto,2003:2)


(25)

Memahami masalah pemasaran tidak kalah pentingnya dibandingkan memahami masalah-masalah lain, seperti masalah permodalan, personalia maupun kegiatan produksi, apabila seseorang ingin mempelajari kegiatan perusahaan secara menyeluruh. Masalah pemasaran ini merupakan salah satu mata rantai yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan-kegiatan perusahaan sehari-hari yang lain. (Asri dan Suprihanto, 1986:177)

Manajemen pemasaran adalah kegiatan menganalisa, merencanakan, mengimplementasikan, dan mengawasi segala kegiatan (program) guna mencapai tingkat pemasaran sesuai degan tujuan yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Kegiatan utamanya terletak pada merancang penawaran yang dilakukan perusahaanagar dapat memenuhi keinginan dan kebutuhan pasar dengan menggunakan politik harga, cara-cara komunikasi, cara-cara distribusi, menyajikan informasi, memotivasidan melayani pasar. (Alma, 2002:86).

2.2.3. Pengertian Konsep pemasaran

Pemasaran berperan dalam memusatkan semua kegiatan organisasi

yang diarah untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen dalam rangka mencapai tujuan perusahaan.

Menurut Kotler (2000:19) menyebutkan konsep pemasaran (marketing concept) merupakan kunci untuk organisasi, yaitu perusahaan menjadi lebih efektif dari pada pesaing dalam menciptakan,


(26)

menyampaikan, dan mengkomunikasikan nilai pelanggan (customer value) pada pasar sasaran telah ditentukan oleh perusahaan.

Secara sederhana, konsep pemasaran menyatakan bahwa suatu

organisasi harus memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen agar dapat menguntungkan. Untuk menerapkan konsep pemasaran, perusahaan harus memahami dan tetap dekat dengan konsumen dan menyajikan produk serta pelayanan yang baik, yang akan dibeli dan digunakan oleh konsumen (Peter dan Olson, 2002:3).

2.2.4. Pengertian Prilaku konsumen

Perilaku konsumen didefinisikan sebagai tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk dan jasa, termasuk protes keputusan yang mendahului (Engel, Balckwell, Miniard, 1994:3).

Loundon dan Bitta lebih menekankan konsumen sebagai suatu proses sebagai pengambil keputusan. Merek mengatakan bahwa perilaku konsumen adalah proses pengambil keputusan yang mensyaratkan aktivitas individu untuk mengevaluasi, memperoleh, menggunakan, atau mengatur barang dan jasa (Simamora, 2002:2) menurut Kotler dan Amstrong (1997) mengartikan perilaku konsumen sebagai perilaku pembelian konsumen akhir, baik individu maupun rumah tangga, yang membeli produk untuk konsumsi personal.


(27)

2.2.4.1.Model Prilaku Konsumen

Model perilaku konsumen menurut Assael (1995:14) terdapat tiga faktor yang berpengaruh pada proses pengambilan keputusan seseorang konsumen yaitu:

1. Faktor Individu (individual consumer)

Pemilihan suatu produk / merek dipengaruhi oleh motivasi untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan, persepsi terhadap atribut produk, proses belajar berdasarkan pengalaman, sikap terhadap produk, iklan, wiraniaga, perusahaan, dan gaya hidup konsumen sehari-harinya.

2. Pengaruh lingkungan (environment influences)

Lingkungan yang mempengaruhi proses pengambilan keputusan konsumen adalah keluarga, kelas social, kelompok referensi dan budaya.

3. Strategi Pemasaran (market strategies)

Proses pembelian seorang konsumen dipengaruhi juga oleh alasan membeli. Saat pembelian, dan situasi saat membeli. Ketiga factor berpengaruh diatas di pengaruhi juga oleh strategi pemasaran yang dilakukan perusahaan. Adapun strategi pemasaran itu sendiri meliputi produk, harga, promosi, dan distribusi.

Ketiga factor diatas merupakan suatu proses pemecahan masalah, dengan konsumen sebagai pemecah masalahnya. Setelah proses pembelian terjadi akan terjadi umpan balik bagi konsumen maupun bagi pemasar.


(28)

Bagi konsumen umpan balik ini merupaka evaluasi dan kemungkinan melakukan pembelian ulang. Sedangkan umpan balik pemasar adalah berupa kritik atau complain dari konsumen.

2.2.4.2. Persepsi konsumen

Menurut Assael (1995:44) persepsi didefinisikan sebagai suatu

cara yang dilakukan konsumen dalam memilih, mengorganisasi, dan menterjemahkan rangsangan untuk membuat pemahaman terhadap rangsangan yang diterima. Stimuli pemasaran meliputi semua komunikasi dan stimuli fisik yang dirancang untuk memikat konsumen. Produk dan komponen-komponennya (kemasan, isi, dan cirri fisik lainnya) merupakan stimuli primer. Komunikasi merupakan stimuli sekunder yang disajikan dalam bentuk kata-kata, gambar, dan symbol atau dalam bentuk stimuli yang lainnya yang berkaitan dengan produk (harga, toko, tenaga penjual) (Assael, 1995:186).

Menurut Kotler dan Amstrong (1997), persepsi adalah proses, yang dengan proses itu konsumen memilih, mengorganisasi, dan menginterpretasikan stimuli untuk membentuk gambaran dunia yang penuh arti. Stimuli adalah sikap input yang dapat ditangkap oleh indera, seperti produk, kemasan, merek, iklan, harga, dan lain-lain. Stimuli tersebut diterima oleh pancaindera, seperti mata, telinga, mulut, hidung dan kulit.


(29)

2.2.4.3. Sikap Konsumen

Sikap adalah mempelajari kecenderungan memberikan tanggapan pada suatu obyek atau kelompok obyek baik disenangi secara konsisten (Sutisna,2001:99). Keyakinan-keyakinan dan pilihan konsumen

(preference) atas suatu merek merupakan sikap konsumen. Dalam banyak

hal, sikap terhadap merek tertentu sering mempengaruhi apakah konsumen akan membeli atau tidak. Sikap positif terhadap merek akan memungkinkan konsumen melakukan pembelian terhadap merek itu, sebaliknya sikap negatif akan menghalangi konsumen dalam pembelian.

Menurut Schifman dan Kanuk (1994) menyatakan bahwa sikap

adalah ekspresi perasaan (inner feeling), yang mencerminkan apakah seorang senang atau tidak, suka atau tidak, dan setuju atau tidak terhadap obyek. Obyek yang dimaksud bisa berupa merek, layanan, pengecer, perilaku tertentu, dan lain-lain. Sedangkan menurut Paul dan Olson (1999) menyatakan bahwa sikap adalah evaluasi konsep secara menyeluruh yang dilakukan oleh seseorang. Evaluasi adalah tanggapan pada tingkat intensitas dan gerakan relatif rendah (Simamora: 152-153)

Sikap berguna bagi pemasaran dalam banyak cara. Sikap ini kerap digunakan untuk menilai keefektifan kegiatan pemasaran. Sikap dapat pula membantu mengevaluasi tindakan pemasaran sebelum dilaksanakan di dalam pasar. Sikap juga berhasil dalam membentuk pangsa pasar dan memilih target pasar. Menurut Asseal (1995:267) sikap memiliki tiga komponen yaitu:


(30)

1. Komponen kognitif/berfikir: kepercayaan merek (brand belief)

.komponen ini menunjukan pengetahuan dan keyakinan seseorang terhadap suatu atribut manfaat (benefit) dan suatu obyek (persepsi). Umumnya persepsi akan membentuk kepercayaan.

2. Komponen Afektif/ perasaan: evaluasi merek (brand evaluation)

Komponen ini menunjukan perasaan dan keseluruhan evaluasi seseorang terhadap suatu merek atau obyek tertentu

3. Komponen Konatif/ tindakan: maksud untuk membeli (intention to buy) Komponen ini menunjukan kecenderungan seseorang atau konsumen untuk bertindak suatu obyek.

Dari tiga komponen sikap, evaluasi merek adalah pusat dari telaah karena evaluasi merek merupakan ringkasan dari kecenderungan konsumen untuk menyenangi atau tidak menyenangi merek tertentu. Kepercayaan merek datang sebelum dan mempengaruhi evaluasi merek, dan evaluasi merek terutama menentukan perilaku kehendak. Dalam faktanya, evaluasi merek sesuai dengan defenisi dari sikap terhadap merek yaitu untuk mengevaluasi merek baik disenangi atau tidak disenangi (Sutisna,2001:101).


(31)

2.2.5. Merek

Menurut American Marketing Associattion (Kotler, 2000:460) mendefinisikan merek sebagai berikut:

“Merek adalah nama, istilah, tanda, symbol, rancangan, atau kombinasi dari hal-hal tersebut, yang dimaksudkan untuk mengidentifikasikan barang atau jasa dari seseorang atau sekelompok penjual dan untuk membedakannya dari produk asing.”

Merek sebagai satu kumpulan yang kompleks dari citra, janji, dan pengalaman dari pikiran konsumen yang menghadirkan janji oleh perusahaan tentang produk tertentu. Merek sebenarnya merupakan janji penjual untuk secara konsisten member tampilan, manfaat, dan jasa tertentu pada pembeli. Nilai dari suatu merek muncul dari persepsi dan asosiasi positif yang dipegang oleh seseorang dan tidak hanya terdiri dari ide tentang fungsi perasaan dan asosiasi. Merek dapat memiliki enam tingkatan pengertian : (Kotler, 2000:460)

1. Atribut (attributes)

Suatu merek membawa atribut-atribut dalam benak konsumen merek mengingatkan pada atribut-atribut tertentu.

2. Manfaat (benefits)

Atribut harus diterjemahkan ke dalam manfaat fungsional dan emosional. Atribut “tahan lama” dapat diterjemahkan menjadi manfaat


(32)

fungsional. Atribut “mahal” mungkin diterjemahkan menjadi manfaat emosional.

3. Nilai (value)

Merek menyatakan sesuatu tentang nilai yang dimiliki oleh produsen. Jadi Mercedes berarti kinerja tinggi, keamanan, gengsi, dan lain-lain. 4. Budaya (culture)

Merek juga mewakili kriteria budaya tertentu. Mercedes mewakili budaya jerman : terorganisasi, efesien, bermutu tinggi.

5. Kepribadian (personality)

Mercedes mencerminkan pimpinan yang masuk akal (orang), singa yang memerintah (binatang), atau istana yang agung (obyek).

6. Pemakai (user)

Merek menunjukan konsumen mana yang membeli atau menggunakan produk tersebut.

Merek berkaitan dengan atribut atau manfaat dari produk itu sendiri, dalam kasus tertentu merek berkaitan dengan citra tidak nyata (intangible image). Kekuatan merek dapat dilihat dari kuat tidaknya ekuitas merek. Merek yang paling berharga memiliki nilai ekuitas merek yang dipandang sebagai aktiva perusahaan yang sangat penting. Nama merek yang terbaik menyatakan sesuatu tentang manfaat produk, mutu produk, mudah diucapkan, dikenali dan diingat.


(33)

2.2.6. Brand Trust

“Trust In a Brand is consumer’ willingness to rely on the brand in

the face of risk, hoping that the brand can give positive results for them”,

Lau and Lee (1999). (Kepercayaan pada merek adalah kemauan konsumen mempercayai merek dengan segala resikonya, karena ada harapan bahwa merek tersebut dapat memberikan suatu hasil yang positif baginya).

Pengertian brand trust menurut Ballestar (2001), merupakan perasaan aman yang diperoleh konsumen dalam interaksinya dengan merek yang didasarkan pada persepsi bahwa merek tersebut dapat diandalkan dan memenuhi kepentingan serta keselamatan konsumen. Trust didefinisikan sebagai persepsi konsumen mengenai reabilitas yang didasarkan pada pengalaman atau serangkaian transaksi/ interaksi yang dikarakteristikkan oleh konfirmasi dari harapan atas kinerja produk dan kepuasan.

2.2.6.1.Fiability

Dimensi yang bercirikan teknikal, dimana didalamnya brand trust mencakup persepsi bahwa merek dapat memenuhi atau memuaskan kebutuhan konsumen, merek mampu memenuhu janji dalam operasi produk. Pada dimensi ini ada kemampuan untuk memprediksikan bahwa merek memuaskan kebutuhan konsumen secara konsisten dengan cara yang positif. (Ballestar, 2001)


(34)

Indikator Brand fiability yang digunakan dalam penelitian ini adalah yang dikembangkan oleh Prawitowati (2008:7):

a. Merek dapat memenuhi kebutuhan

b. Merek selalu memenuhi tingkat harapan konsumsi

c. Merek memberi keyakinan dan kepastian dalam konsumsi produknya d. Merek tidak pernah mengecewakan

2.2.6.2.Intentionality

Dimensi ini merefleksikan suatu perasaan yang aman yang membuat individu merasa ada jaminan bahwa merek akan bertanggung jawab dan memperhatikan konsumen walaupun terjadi perubahan situasi dan lingkungan konsumsi produk. Keyakinan pada ciri-ciri ini menimbulkan keyakinan bahwa kejadian-kejadian pada masa yang akan datang dapat diselesaikan oleh merek secara benar. Dengan demikian, dimensi ini juga menjelaskan bahwa merek tidak mengambil keuntungan dari kelamahan konsumen. (Ballestar, 2001)

Indikator Brand intentionality yang digunakan dalam penelitian ini adalah yang dikembangkan oleh Prawitowati (2008:7):

a. Merek memberikan penjelasan/ keterangan sesungguhnya b. Merek akan melakukan upaya untuk membuat responden puas c. Responden yakin dengan merek


(35)

2.2.7. Loyalitas merek (Brand loyalty)

membeli ulang merek yang sama meskipun ada pengaruh situasional dan usa pemasaran yang dapat menimbulkan perilaku peralian. (Riana, 2008:187)

Anker (1996) dalam Riana (2008:187), mendefinisikan brand

loyality sebagai “ A measure of the attachment that a costumer has a brand”. Loyalitas merek menunjukan adanya suatu ikatan antara

pelanggan dengan merek tertentu dan ini seri kali ditandai dengan adanya pembelian ulang dari pelanggan. Mowen (2002) dalam Riana (2008:187), mengemukakan bahwa loyalitas dapat didasarkan pada perilaku pembelian actual produk yang dikaitkan dengan proporsi pembelian.

Kesetiaan merek pada pelanggan adalah inti ekuitas merek. Jika seseorang pelanggan masih mempersoalkan harga, kenyamanan, dan lain-lain, maka sesungguhnya merek tersebut belum memiliki ekuitas yang cukup tinggi. Ada beberapa tingkatan kesetian terhadap merek: yang paling mendasar yaitu pembeli yang beranggapan bahwa semua merek sama. Jadi, merek hanya memiliki pesan yang kecil dalam keputusan pembelian. Mereka sering disebut switchers / price buyer atau orang yang tidak setia terhadap merek (no brand loyality). Tingkat kedua, mereka sangat puas dengan produk yang telah mereka beli atau tidak dikecewakan penjual. Mereka sering disebut satisfied / habitual buyer. Mereka masih mungkin pindah pindah kepesaing, tetapi harus disertai tawaran yang lebih baik. Kalau tidak ada yang lebih menguntungkan, mereka akan tetap setia


(36)

terhadap penjual yang lama. Tingkat ketiga, yaitu pembeli yang puas terhadap suatu produk dan disertai biaya untuk pindah (switching cost) yang cukup tinggi. Merek sering disebut swiching-cost loyal. Pada tingkat

keempat, pembeli sudah sangat menyukai pada merek tertentu. Pilihan

terhadap merek tersebut mungkun karena suatu symbol yang membanggakan, pengalaman menggunakan merek tersebut atau persepsi yang cukup tinggi terhadap kualitas merek tersebut. Oleh karena itu, mereka biasanya tidak dapat menjelaskan mengapa memilih merek tersebut. Ini disebabkan factor emosional. Mereka sangat bangga menggunakan merek tersebut dan merekomendasikan kepada orang lain untuk menggunakan merek tersebut. (Tandjung, 2004:67)

Brand loyality menciptakan nilai terhadap barang/jasa dalam empat

cara sebagai berikut (Tandjung, 2004:68): 1. Mengurangi Biaya-Biaya Pemasaran

Kesetian pelanggan terhadap merek tertentu kan mengurangi biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk mendapatkan pelanggan baru. Di samping itu, akan merupakan kendala bagi pesaing untuk merebut pelanggan yang sudah ada.

2. Pengungkit Perdagangan / Trade Leverange

Kesetiaan terhadap merek akan mendorong pelanggan untuk membeli produk dengan ukuran yang baru, variasi baru atau produk-produk lain karena perluasan merek.


(37)

3. Menarik Pelanggan Baru

Pembelian suatu merek produk tertentu menimbulkan resiko yang cukup tinggi. Misalnya, peralatan elektronik. Oleh karena itu, diperlukan referensi dari pelanggan yang setia terhadap merek tertentu.

4. Waktu untuk Menanggapi Ancaman Persaingan

Bila pesaing mengeluarkan produk unggulan, maka pelanggan yang setia terhadap merek tertentu masih mau menunggu sampai perusahaan tersebut mengeluarkan produk yang sama.

Indicator loyalitas merek yang digunakan dalam penelitian ini adalah yang dikembangkan oleh Riana (2008:197):

a. Tidak melakukan pembelian bila tidak tersedia b. Mencari di tempat-tempat yang tersedia

c. Merekomendasikan kepada konsumen yang lain

d. Bersedia membayar lebih tinggi

2.2.8. Pengaruh Brand Trust terhadap Brand Loyalty

Menurut Hess seperti yang dikutip Balleasstar (2001), memandang

trust sebagai konstruk utama dalam hubungan konsumen dan merek, trust

menjadi kontributor penting bagi timbulnya komitmen emosional konsumen yang mengarah pada loyalitas jangka panjang. Brand trust berperan dalam menjelaskan loyalitas merek, tergantung pada perbedaan level dari resiko yang dipersepsikan oleh konsumen pada produk.


(38)

Konsumen termotivasi untuk mencari merek yang dapat diandalkan sebagai criteria penentu keputusan pembelian jika konsumen menghadapi ketidak pastian dalam harapan atas kepuasan konsumsinya. Dengan demikian , adanya brand trust dalam model loyalitas merek memberi penjelasan yang lebih baik mengenai adanya keikatan konsumen dan merek.

Dari uraian diatas dan dapat disimpulkan bahwa Brand trust

berpengaruh positif terhadap brand loyalty. hal Ini didukung oleh jurnal Prawitowati Tjahjani, yang mengatakan bahwa: brand trust memiliki pengaruh yang signifikan terhadap brand loyalty.


(39)

(40)

2.4. Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah penelitian maka hipotesis dalam penelitian ini adalah:

“Diduga Brand Trust berpengaruh positif terhadap brand loyalty pada produk obat flu Mixagrip”.


(41)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Definisi Operasional Dan Pengukuran Variabel

Defenisi operasional menurut Nazir (1999:152) adalah suatu defenisi yang memberikan kepada suatu variable atau konstrak dengan cara memberikan arti atau menspesifikasikan kegiatan ataupun memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur konstrak atau variable tersebut.

Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini akan menggunakan dua variable, yaitu variable bebas dan variable terikat. Variable bebas dari penelitian ini adalah Fiability (X1), Intentionality (X2), diduga

berpengaruh terhadap variable terikat yaitu Brand Loyality (Y)

Defenisi oprasional dari variable-variable tersebut diatas antara lain adalah :

A. Brand Trust (X)

Adalah keandalan merek untuk dapat memenuhi atau memuaskan kebutuhan secara konsisten dan memberi rasa aman tentang jaminan bahwa merek akan memberi perhatian pada perubahan situasi konsumsi produk (Prawitowati Tjahjani, 2008 : 7)


(42)

1. Fiability (X1)

Fiability adalah kemampuan merek dalam memenuhi atau memuaskan kebutuhan konsumen, merek mampu memenuhi janji. Dalam Indikator dari fiability menurut (Prawitowati, 2008:5) adalah sebagai berikut:

a. Merek dapat memenuhi kebutuhan (X1.1)

Yang dimaksud adalah obat flu mixagrip dapat memenuhi kebutuhan dalam meredakan flu

b. Merek selalu memenuhi tingkat harapan konsumsi (X1.2)

Yang dimaksud adalah obat flu mixagrip selalu memenuhi tingkat harapan agar cepat meredakan flu

c. Merek memberi keyakinan dan kepastian dalam

mengkonsumsi produknya (X1.3).

Obat flu mixagrip memberi keyakinan dan kepastian dalam meredakan flu.

d. merek tidak pernah mengecewakan (X1.4)

yang dimaksud adalah obat flu mixagrip tidak pernah mengecewakan bagi yang menggunakan.


(43)

2. Intentionality (X2)

Intentionality adalah kemampuan merek dalam memberikan perasaan aman yang membuat konsumen merasa ada jaminan bahwa merek akan bertanggung jawab dan memperhatikan konsumen walaupun terjadi perubahan situasi dan lingkungan konsumsi produk. Indikator dari intentionality adalah (Prawitowati, 2008:5)

a. Merek memberikan penjelasan/ keterangan yang

sesungguhnya (X2.1)

Merupakan usaha dari obat flu mixagrip dalam memberikan penjelasan dan keterangan yang sesungguhnya.

b. Merek akan melakukan upaya agar flu cepat reda (X2.2)

Merupakan usaha dari obat flu mixagrip untuk melakukan upaya agar flu cepat reda

c. Merek akan memberi jalan keluar atas problem yang terkait dengan produk (X2.3)

Merupakan usaha obat flu mixagrip member jalan keluar atas semua problem tentang penyakit flu.


(44)

B. Brand Loyalty (Y)

Merupakan komitmen internal dalam diri konsumen untuk membeli dan membeli ulang suatu merek. Indicator yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut (Riana, 2008:197): a. Tidak melakukan pembelian bila tidak tersedia (Y1)

Merupakan kesetiaan konsumen terhadap merek tertentu dan apabila tidak tersedia konsumen lebih memilih untuk tidak membeli merek lain

b. Selalu membeli produk yang sama (Y2)

Merupakan usaha konsumen untuk melakukan pembelian ulang c. Merekomendasikan kepada konsumen lain (Y3)

Merupakan pemberi informasi oleh konsumen kepada konsumen lainnya untuk memilih merek tersebut

Skala pengukuran variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah mengunakan skala interval. Menurut Riduwan (2004:84), skala interval merupakan skala yang menunjukan jarak antara satu data dengan data yang lain dan mempunyai bobot yang sama, sedangkan teknik pengukurannya menggunakan Semantic Differential Scale (skala perbedaan simatik) Riduwan (2004:90) menyatakan bahwa skala tersebut


(45)

oleh seseoran, yaitu responden menilai prilaku objek dengan bipolar dari 2 kutub kata sifat yang saling berlawanan. Analisis ini dilakukan dengan meminta responden untuk menjawab atau memberikan penilaian terhadap suatu konsep atau objek tertentu. Skala data yang digunakan adalah 1 sampai 7

1 7

Sangat tidak setuju Sangat setuju

3.1.1. Teknik Penentuan Sampel

3.1.2. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah konsumen yang pernah membeli dan menggunakan produk obat flu merek Mixagrip. Yang ada di surabaya khususnya wilayah kedung baruk dan sekitarnya.

3.1.3. Sampel

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2003:56). Penelitian ini menggunakan

non probability sampling Teknik penarikan sampel dalam penelitian ini

menggunakan accidental sampling yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data (sugiyono,


(46)

2003:60). Sampel dalam penelitian ini adalah konsumen yang pernah membeli dan menggunakan obat flu Mixagrip.

Penentuan sample mengguanakan pedoman dari Ferdinand (2002:48) yaitu:

a. 100-200 sampel untuk teknik maximum Likelihood Estimation. b. Tergantung pada jumlah parameter yang diestimasi. Pedomannya

adalah 5-10 kali jumlah parameter yang diestimasi.

c. Tergantung pada jumlah indikator yang digunakan dalam seluruh variable laten. Jumlah sampel adalah jumlah indikator dikali 5-10. Bila terdapat 20 indikator, besarnya sampel adalah 100-200.

d. Sedangkan jeenis pengambilan sampel didasarkan oleh analisis SEM bahwa besarnya sampel yaitu 5-10 kali parameter yang diestimasi pada penelitian ini terdapat 10 indikator, maka 10 x 10 = 100. Dibulatkan menjadi 110.

3.2. Teknik Pengumpulan Data

Suatu penelitian pada umumnya merupakan suatu usaha untuk membuat fakta-fakta mengembangkan dan menguji kebenarannya dengan cara mengumpulkan dan mencatat, serta menganalisis data yang diperoleh dari perusahaan.


(47)

Data Primer

Data primer yang akan diolah dalam penelitian ini diperoleh dengan menyebarkan kuesioner dilokasi yang telah ditentukan sebelumnya.

3.2.2. Sumber Data

Sumber data yang dipakai dalam penelitian ini berasal dari konsumen sebagai responden dalam penelitian.

3.2.3. Metode Pengumpulan Data

a. Metode Wawancara

Merupakan teknik yang dipakai dalam pengumpulan data dengan mewawancari langsung kepada responden untuk keterangan yang lebih mendalam mengenai hal-hal yang diperlukan dalam penelitian.

b. Metode kuisioner

Merupakan teknik pengumpulan data dengan menyebarkan daftar pertanyaan (angket) kepada responden untuk memperoleh informasi langsung.


(48)

3.3. Teknik Analisis Data

Model yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini adalah Structual Equation Modeling (SEM). Model pengukuran factor menggunakan Confirmatory Faktor Analisis. Penaksiran pengaruh masing-masing variable bebas terhadap variable terikatnya menggunakan koefisien jalur. Langkah-langkah dalam analisis SEM model pengukuran dengan contoh factor fiability dilakukan sebagai berikut :

Contoh: persamaan dimensi factor fiability: X11 = λ1 fiability + er_1

X12 = λ2 fiability + er_2

X13 = λ3 fiability + er_3

X14 = λ4 fiability + er_4

Bila persamaan diatas dinyatakan dalam sebuah pengukuran model untuk diuji unidimensionalitasnya melalui confirmatory factor analysis, maka model pengukuran dengan contoh factor fiability akan tampak sebagai berikut :

Gambar 3.1 : Contoh Model Pengukuran Faktor fiability

er_1  X1.1 

er_1  X1.1 Fiability


(49)

3.3.1. Asumsi Model (structural Equation Modeling)

a. Uji Normalitas Sebaran dan Linieritas

1. Normalitas dapat diuji dengan melihat gambar histogram data atau dapat diuji dengan metode-metode statistic.

2. Menggunakan Critical Ratio yang memperoleh dengan membagi koefisien sampel dengan standar errornya dan

Skewness value yang biasanya disajikan dalam statistik

deskriptif dimana nilai statistik untuk menguji normalitas itu disebut sebagai Z-value. Pada tingkat signifikansi 1%, jika nilai Z lebih besar dari nilai kritis, maka dapat diduga bahwa distribusi data adalah tidak normal.

3. Normal Probability Plot (SPSS 10.1)

4. Linearitas dengan mengamati scatterplot dari data yaitu dengan memilih pasangan data dan dilihat pola penyebarannya untuk menduga ada tidaknya linearitas.

b. Evaluasi atas Outlier

1. Mengamati nilai Z-score: ketentuan diantara ± 3.0 non outlier.

2. Multivariate outlier diuji dengan kinerja jarak Mahalanobis pada tingkat ρ < 0,001. Jarak diuji dengan Chi-Square (X2)


(50)

pada df sebesar jumlah variable bebasnya. Ketentuan : bila Mahalanobis > dari nilai X2 adalah multivariate outlier 3. Outlier adalah observasi atau data yang memiliki

karakteristik yang unik yang terlihat sangat berbeda jauh dari observasi-observasi lainnya dan muncul dalam bentuk nilai ekstrim untuk sebuah variable tunggal atau variable kombinasi (Hair. 1998)

c. Deteksi Multicolinearity dan singaularity

Dengan mengamati Determinan matriks cavarians. Dengan ketentuan apabila determinant sample matrix mendekati angka 0 (kecil). Maka terjadi multikolineariatas dan singularitas (Tabachnick & Fidell, 1998).

d. Uji Validitas dan Reliabilitas

Validitas menyangkut tingkat akurasi yang dicapai oleh sebuah indikator dalam menilai sesuatu atau akuratnya pengukuran apa yang seharusnya diukur. Sedangkan reliabilitas adalah ukuran mengenai konsistensi internal dari indikator-indikator sebuah konstruk yang menunjukan derajat sampai dimana masing-masing indikator itu mengindikasikan sebuah konstruk umum. Karena indikator multidiensi. Maka uji


(51)

melihat loading factor dari hubungan antara setiap observed

variable dan latent variable construct reliability dan variance-extracted dihitung dengan rumus berikut:

Construct Liability = (∑S tan dardize Loading)2 (∑S tan dardize loading)2 + ∑εj Variance Liability = (∑S tan dardize Loading)2

(∑S tan dardize loading)2 + ∑εj

Sementara εj dapat dihitung dengan formula εj = 1 (Standardize loading)2 secara umum, nilai construct reability yang dapat diterima adalah ≤ 0,7 dan variance extracted ≥ 0.5 (hair et al.,1998). Standardize Loading dapat diperoleh dari output AMOS 4.01 dengan melihat nilai estimasi construct

standardize regression weights terhadap setiap butir sebagai

indikatornya.

3.3.2. Pengujian Hipotesis dan Hubungan Kausal

Pengaryh langsung (koefisien jalur) diamati dari bobot regresi terstandar dengan pengujian signifikansi pembanding nilai CR (Critical Ratio) atau ρ (probability) yang sama dengan nilai t hitung. Apabila t hitung lebih besar daripada t table berarti signifikan.


(52)

3.3.3. Evaluasi Model

Hair et.al., (1998) menjelaskan bahwa pola “confirmatory” menunjukan prosedur yang dirancang untuk mengevaluasi utilitas hipotesis-hipotesis dengan pengujian fit antara model teoritis dan data emperis. Jika model teoritis menggambarkan “good fit” dengan data, maka model dianggap sebagai yang diperkuat. Sebaliknya, suatu “poor fit” jadi, “good fit” model yang diuji sangat penting dalam penggunaan structural equation modeling. Pengujian terhadap model yang dikembangkan dengan berbagai kriteria goodness of fit, yakni chi-square, probability, RMSEA, GFI, TLI, AGFI, CMIN/DF. Apabila model awal tidak good fit dengan data maka model dikembangkan dengan pendekatan two


(53)

Tabel 3.1. GOODNESS OF FIT INDEX

GOODNESS OF FIT INDEX

KETERANGAN OUT-OFF VALUE

Chi-square Menguji apakah covariance populasi yang destimasi sama dengan covariance sample (apakah model sesuai dengan data)

Diharapkan Kecil, 1 s/d 5 atau paling baik diantara 1 dan 2

Probabilitiy Uji signifikansi terhadap perbedaan matriks covariance data dan matriks covariance yang diestimasi

Minimum 0.1 atau 0.2 atau ≥ 0.05

RMSEA Mengkompensasi kelemahan Chi-square pada sample besar

≤ 0.08 GFI Menghitung proporsi tertimbang

varians dalam matriks sample yang dijelaskan oleh matriks covariance populasi diestimasi (analog dengan R2 dalam regresi berganda)

0 sampai dengan 1

AGFI GFI yang disesuaikan terhadap DF ≥ 0.90 CMIN/DE Kesesuaian antara data dan model ≤ 2.00 TLI Perbandingan antara model yang

diuji terhadap baseline

≥ 0.95 CFI Uji kelayakan model yang tidak

sensitive terhadap besarnya sample dan kerumitan model.


(54)

4.1.

Deskriptif Hasil Penelitian

4.1.1. Sejarah Singkat PT. Kalbe Farma

PT. Kalbe Farma Tbk (

IDX

:

KLBF

) merupakan

perusahaan

multinasional

yang memproduksi

farmasi

, suplemen, nutrisi dan layanan

kesehatan yang bermarkas di

Jakarta

,

Indonesia

. Perusahaan ini didirikan

pada tahun

1966

. Perusahaan ini menghasilkan berbagai macam-macam

bahan

farmasi

.

PT. Kalbe Farma Tbk (“Perseroan” atau “Kalbe”) didirikan pada tahun

1966, oleh 6 bersaudara, yaitu Khouw Lip Tjoen, Khouw Lip Hiang, Khouw

Lip Swan, Boenjamin Setiawan, Maria Karmila, F. Bing Aryanto. PT Kalbe

Farma telah jauh berkembang dari awal mulanya sebagai usaha farmasi yang

dikelola di garasi rumah pendirinya di wilayah Tanjung Priok

Jakarta Utara

.

Kalbe memiliki 10 cabang di luar negeri yaitu: negara ASEAN (Singapura,

Filipina, Malaysia, Thailand, Kambodia, Vietnam, Myanmar), Sri Lanka,

Nigeria dan Afrika Selatan.

Didirikan pada 10 September 1966, PT Kalbe Farma Tbk.

(“Perseroan” atau “Kalbe”) telah jauh berkembang dari awal mulanya


(55)

Jakarta Utara. Selama lebih dari 40 tahun sejarah Perseroan, pengembangan

usaha telah gencar dilakukan melalui akuisisi strategis terhadap

perusahaan-perusahaan farmasi lainnya, membangun merek-merek produk yang unggul

dan menjangkau pasar internasional dalam rangka transformasi Kalbe

menjadi perusahaan produk kesehatan serta nutrisi yang terintegrasi dengan

daya inovasi, strategi pemasaran, pengembangan merek, distribusi, kekuatan

keuangan, keahlian riset dan pengembangan serta produksi yang sulit

ditandingi dalam mewujudkan misinya untuk meningkatkan kesehatan untuk

kehidupan yang lebih baik. Grup Kalbe telah menangani portofolio merek

yang handal dan beragam untuk produk obat resep, obat bebas, minuman

energi dan nutrisi, yang dilengkapi dengan kekuatan bisnis usaha kemasan

dan distribusi yang menjangkau lebih dari 1 juta outlet. Perseroan telah

berhasil memposisikan merek-mereknya sebagai pemimpin di dalam

masing-masing kategori terapi dan segmen industri tidak hanya di Indonesia namun

juga di berbagai pasar internasional, dengan produk-produk kesehatan dan

obat-obatan yang telah senantiasa menjadi andalan keluarga seperti Promag,

Mixagrip, Woods, Komix, Prenagen dan Extra Joss. Lebih jauh, pembinaan

dan pengembangan aliansi dengan mitra kerja internasional telah mendorong

pengembangan usaha Kalbe di pasar internasional dan partisipasi dalam

proyek-proyek riset dan pengembangan yang canggih serta memberi

kontribusi dalam penemuan terbaru di dalam bidang kesehatan dan farmasi

termasuk riset sel punca dan kanker. Pelaksanaan konsolidasi Grup pada


(56)

tahun 2005 telah memperkuat kemampuan produksi, pemasaran dan

keuangan Perseroan sehingga meningkatkan kapabilitas dalam rangka

memperluas usaha Kalbe baik di tingkat lokal maupun internasional. Saat ini,

Kalbe adalah salah satu perusahaan farmasi terbesar di Asia Tenggara yang

sahamnya telah dicatat di bursa efek dengan nilai kapitalisasi pasar di atas

US$ 1 miliar dan penjualan melebihi Rp 7 triliun. Posisi kas yang sangat baik

saat ini juga memberikan fleksibilitas yang luas dalam pengembangan usaha

Kalbe di masa mendatang.

4.1.2. Analisis Karakteristik Responden

Data mengenai keadaan responden dapat diketahui melalui jawaban

responden dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kedalam kuisioner yang

telah diberikan. Dari jawaban-jawaban tersebut diketahui hal-hal seperti

dibawah ini.

a.

Jenis Kelamin

Dari 110 responden yang menjawab kuisioner yang telah diberikan

dapat diketahui jenis kelamin dari responden yakin pada table dibawah

ini.


(57)

Tabel 4.1. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin

No Jenis kelamin Jumlah Persentasi (%)

1 Laki-laki 76 69%

2 Wanita 34 31%

110 100%

Sumber : Data kuisioner diolah

b.

Usia

Dari 110 responden yang menjawab kuisioner yang telah diberikan

dapat diketahui usia para responden yaitu pada table dibawah ini.

Tabel 4.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

No Usia (Tahun) Jumlah Persentase (%)

1 18-25 43 40%

2 26-35 31 28%

3 36-49 27 24%

4 ≥50 9 8%

Total 110 100%

Sumber : Data kuisioner diolah

c.

Pekerjaan

Dari 110 responden yang menjawab kuisioner yang telah diberikan

dapat diketahui jenis pekerjaan para responden yaitu pada table

dibawah ini.


(58)

Tabel 4.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan

No Pekerjaan Jumlah Persentase (%)

1 Pegawai negeri 26 24%

2 Pegawai swasta 39 35%

3 Wiraswasta 8 7%

4 Pelajar / Mahasiswa 20 19%

5 Lain – lain 17 15%

Total 110 100%

Sumber : Data Kuisioner diolah

4.1.3. Deskripsi Variabel Brand Trust (X)

4.1.3.1. Deskripsi Variabel Fiability (X

1

)

Berdasarkan hasil penyebaran kuisioner yang dilakukan kepada para

responden yang berjumlah 110 orang diperoleh jawaban sebagai berikut:

Tabel 4.4. Hasil Jawaban Responden Untuk Pertanyaan Fiability (X

1

)

No Pertanyaan

Skor Jawaban

Skor 1 2 3 4 5 6 7 1 Obat flu mixagrip

dapat memenuhi kebutuhan untuk meredakan flu 0 0% 0 0% 0 0% 18 17% 33 30% 42 38% 17 15% 110 100% 2 Obat flu mixagrip

selalu memenuhi tingkat harapan agar cepat meredakan flu

0 0% 0 0% 0 0% 11 10% 48 44% 37 33% 14 12% 110 100%


(59)

3 Obat flu mixagrip memberi keyakinan dan kepastian dalam meredahkan flu 0 0% 0 0% 0 0% 16 14% 45 41% 37 34% 12 11% 110 100%

4 Obat flu mixagrip tidak pernah mengecewakan bagi yang menggunakan 0 0% 0 0% 0 0% 17 15% 42 38% 37 34% 14 13% 110 100%

Sumber : Data diolah

Berdasarkan tabel diatas dijelaskan sebagai berikut :

a.

Indikator pertama dari fiability , yaitu obat flu mixagrip dapat memenuhi

kebutuhan untuk meredakan flu, mendapat respon terbanyak pada skor 6

dengan jumlah responden sebanyak 42 responden atau 38% kemudian

terbanyak kedua pada skor 5 dengan jumlah responden 33 atau 30%.

Artinya sebagai besar responden yang menjawab setuju sebanyak 42

responden atau 38%. Kemudian yang menjawab sangat setuju sebanyak

33 responden atau 30%. Dan yang menjawab kurang setuju sebanyak 0

atau 0%.

b.

Indikator kedua dari fiability , yaitu obat flu mixagrip selalu memenuhi

tingkat harapan agar cepat meredakan flu, mendapat respon terbanyak

pada skor 5 dengan jumlah responden sebanyak 48 responden atau 44%

kemudian terbanyak kedua pada skor 6 dengan jumlah responden 37 atau

33%. Artinya sebagai besar responden yang menjawab setuju sebanyak


(60)

48 responden atau 44%. Kemudian yang menjawab sangat setuju

sebanyak 37 responden atau 33%. Dan yang menjawab kurang setuju

sebanyak 0 atau 0%.

c.

Indikator ketiga dari fiability , yaitu obat flu mixagrip memberikan

keyakinan dan kepastian dalam meredahkan flu, mendapat respon

terbanyak pada skor 5 dengan jumlah responden sebanyak 45 responden

atau 41% kemudian terbanyak kedua pada skor 6 dengan jumlah

responden 37 atau 34%. Artinya sebagai besar responden yang menjawab

setuju sebanyak 45 responden atau 41%. Kemudian yang menjawab

sangat setuju sebanyak 37 responden atau 34%. Dan yang menjawab

kurang setuju sebanyak 0 atau 0%.

d.

Indikator keempat dari fiability , yaitu obat flu mixagrip tidak pernah

mengecewakan bagi yang menggunakan, mendapat respon terbanyak pada

skor 5 dengan jumlah responden sebanyak 42 responden atau 38%

kemudian terbanyak kedua pada skor 6 dengan jumlah responden 37 atau

34%. Artinya sebagai besar responden yang menjawab setuju sebanyak

42 responden atau 38%. Kemudian yang menjawab sangat setuju

sebanyak 37 responden atau 34%. Dan yang menjawab kurang setuju

sebanyak 0 atau 0%.


(61)

4.1.3.2. Deskripsi Variabel Intentionality (X

2

)

Berdasarkan hasil penyebaran kuisioner yang dilakukan kepada para

responden yang berjumlah 110 orang diperoleh jawaban sebagai berikut:

Tabel 4.5. Hasil Jawaban Responden Untuk Pertanyaan Intentionality

(X

2

)

No Pertanyaan

Skor Jawaban Skor

1 2 3 4 5 6 7 1 Obat flu mixagrip

memberikan penjelasan/ keterangan yang sebenarnya dan tidak berbohong dalam meredahkan flu. 0 0% 0 0% 0 0% 13 12% 47 43% 35 32% 15 13% 110 100%

2 Obat flu mixagrip akan melakukan upaya agar penyakit flu cepat reda

0 0% 0 0% 0 0% 19 17% 33 30% 37 34% 21 19% 110 100%

3 Obat flu mixagrip akan memberikan jalan keluar problem yang dihadapi

terutama dalam meredakan penyakit flu

0 0% 0 0% 0 0% 23 21% 33 30% 36 33% 18 16% 110 100%

Sumber : Data diolah.

Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan sebagai berikut :

a.

Indikator pertama dari intentionality, yaitu obat flu mixagrip memberikan

penjelasan/ keterangan yang sebenarnya dan tidak berbohong dalam

meredahkan flu, mendapat respon terbanyak pada skor 5 dengan jumlah


(62)

responden sebanyak 47 responden atau 43% kemudian terbanyak kedua

pada skor 6 dengan jumlah responden 35 atau 32%. Artinya sebagai besar

responden yang menjawab setuju sebanyak 47 responden atau 43%.

Kemudian yang menjawab sangat setuju sebanyak 35 responden atau

33%. Dan yang menjawab kurang setuju sebanyak 0 atau 0%.

b.

Indikator kedua dari intentionality, yaitu obat flu mixagrip akan melakukan

upaya agar penyakit flu cepat reda, mendapat respon terbanyak pada skor

6 dengan jumlah responden sebanyak 37 responden atau 34% kemudian

terbanyak kedua pada skor 5 dengan jumlah responden 33 atau 30%.

Artinya sebagai besar responden yang menjawab setuju sebanyak 37

responden atau 34%. Kemudian yang menjawab sangat setuju sebanyak

33 responden atau 30%. Dan yang menjawab kurang setuju sebanyak 0

atau 0%.

c.

Indikator ketiga dari intentionality, yaitu obat flu mixagrip akan

memberikan jalan keluar problem yang dihadapi terutama dalam

meredakan penyakit flu , mendapat respon terbanyak pada skor 6 dengan

jumlah responden sebanyak 36 responden atau 33% kemudian terbanyak

kedua pada skor 5 dengan jumlah responden 33 atau 30%. Artinya sebagai

besar responden yang menjawab setuju sebanyak 36 responden atau 33%.

Kemudian yang menjawab sangat setuju sebanyak 33 responden atau


(63)

4.1.4. Deskripsi Variabel Brand Loyalty (Y)

Berdasarkan hasil penyebaran kuisioner yang dilakukan kepada para

responden yang berjumlah 110 orang diperoleh jawaban sebagai berikut:

Tabel 4.6. Hasil Jawaban Responden Untuk Pertanyaan Brand loyalty

No Pertanyaan

Skor Jawaban Skor

1 2 3 4 5 6 7 1 Saya tidak akan

membeli merek lain selain mixagrip bila terkena penyakit flu

0 0% 0 0% 0 0% 25 23% 35 32% 31 28% 19 17% 110 100%

2 Saya akan melakukan pembelian ulang ketika terkena penyakit flu

0 0% 0 0% 0 0% 17 16% 44 40% 30 27% 19 17% 110 100%

3 Saya akan

memberitahukan kepada orang lain untuk menggunakan obat flu mixagrip ketika terkena penyakit flu 0 0% 0 0% 0 0% 22 20% 36 33% 33 30% 19 17% 110 100%

Sumber : Data diolah

Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan sebagai berikut :

a.

Indikator pertama dari brand loyalty, saya tidak akan membeli merek lain

selain mixagrip bila terkena penyakit flu, mendapat respon terbanyak pada

skor 5 dengan jumlah responden sebanyak 35 responden atau 32%


(64)

kemudian terbanyak kedua pada skor 6 dengan jumlah responden 31 atau

28%. Artinya sebagai besar responden yang menjawab setuju sebanyak 35

responden atau 32%. Kemudian yang menjawab sangat setuju sebanyak 31

responden atau 28%. Dan yang menjawab kurang setuju sebanyak 0 atau

0%.

b.

Indikator kedua dari brand loyalty, saya akan melakukan pembelian ulang

ketika terkena penyakit flu, mendapat respon terbanyak pada skor 5 dengan

jumlah responden sebanyak 44 responden atau 40% kemudian terbanyak

kedua pada skor 6 dengan jumlah responden 30 atau 27%. Artinya sebagai

besar responden yang menjawab setuju sebanyak 44 responden atau 40%.

Kemudian yang menjawab sangat setuju sebanyak 30 responden atau 27%.

Dan yang menjawab kurang setuju sebanyak 0 atau 0%.

c.

Indikator pertama dari brand loyalty, saya akan memberitahukan kepada

orang lain untuk menggunakan obat flu mixagrip ketika terkena penyakit

flu, mendapat respon terbanyak pada skor 5 dengan jumlah responden

sebanyak 36 responden atau 33% kemudian terbanyak kedua pada skor 6

dengan jumlah responden 33 atau 30%. Artinya sebagai besar responden

yang menjawab setuju sebanyak 36 responden atau 33%. Kemudian yang

menjawab sangat setuju sebanyak 33 responden atau 30%. Dan yang

menjawab kurang setuju sebanyak 0 atau 0%.


(65)

4.2.

Deskripsi Hasil Analisis Dan Uji Hipotesis

4.2.1. Evaluasi

Outlier

Outlier adalah observasi atau data yang memiliki karakteristik unik

yang terlihat sangat berbeda jauh dari observasi-observasi lainnya dan muncul

dalam bentuk nilai ekstrim untuk sebuah variabel tunggal atau variabel

kombinasi atau mutivariat (Hair, 1998).

Evaluasi terhadap outlier multivariate (antar variabel) perlu dilakukan

sebab walaupun data yang dianalisis menunjukkan tidak ada outliers pada

tingkat univariate, tetapi observasi itu dapat menjadi outliers bila sudah saling

dikombinasikan. Jarak antara Mahalanobis untuk tiap-tiap observasi dapat

dihitung dan akan menunjukkan sebuah observasi dari rata-rata semua

variabel dalam sebuah ruang multidimensional (Hair.dkk, 1998; Tabachnick

& Fidel, 1996).

Uji terhadap outliers multivariate dilakukan dengan menggunakan jarak

Mahalanobis pada tingkat p < 1%. Jarak Mahalanobis itu dievaluasi dengan

menggunakan

χ

² (chi kuadrat) pada derajat bebas sebesar jumlah variabel

yang digunakan dalam penelitian ini. Hasil uji outlier tampak pada tabel

berikut :


(66)

Tabel 4.7. : Outlier Data

Minim um Maxim um Mean St d. Dev iat ion N Pr edict ed

Value 32.907 78.732 55.500 9.718 110

St d. Pr edict ed

Value - 2.325 2.391 0.000 1.000 110

St andar d Er r or of Pr edict ed

Value 5.794 14.383 9.958 1.579 110

Adj ust ed Pr edict ed Value 28.726 82.399 55.238 10.163 110

Residual - 59.227 69.936 0.000 30.382 110

St d.

Residual - 1.858 2.194 0.000 0.953 110

St ud.

Residual - 1.957 2.324 0.004 1.002 110

Delet ed

Residual - 67.399 78.519 0.262 33.620 110

St ud. Delet ed

Residual - 1.986 2.379 0.004 1.008 110

Mahalanobis Dist ance [ MD] 2.609 2 1 .1 9 7 9.909 3.375 110

Cook 's

Dist ance 0.000 0.060 0.010 0.012 110

Cent er ed Lev er age Value 0.024 0.194 0.091 0.031 110

( a) Dependent Variable : NO.

RESP

Ter dapat Out lier

Apabila Mahalanobis

Dist ance : > 2 9 .5 8 8 = CHI I NV( 0,001.10)

Sumber : Lampiran

Deteksi terhadap multivariat outliers dilakukan dengan menggunakan

kriteria Jarak Mahalanobis pada tingkat p < 0,001. Jarak Mahalanobis itu

dievaluasi dengan menggunakan

2

pada derajat bebas sebesar jumlah variabel

yang digunakan dalam penelitian. Bila kasus yang mempunyai Jarak

Mahalanobis lebih besar dari nilai chi-square pada tingkat signifikansi 0,001

maka terjadi multivariate outliers. Nilai

20.001

dengan jumlah indikator 10


(67)

dari

2

tabel 29.588 tersebut. Dengan demikian, tidak terjadi multivariate

outliers.

4.2.2. Evaluasi

Reliabilitas

Seperti telah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa Cronbach’s

Alpha ini digunakan untuk mengestimasi reliabiltas setiap skala (variabel atau

observasi indikator). Sementara itu item to total correlation digunakan untuk

memperbaiki ukuran-ukuran dan mengeliminasi butir-butir yang

kehadirannya akan memperkecil koefisien Cronbach’s Alpha yang dihasilkan

(Purwanto, 2002). Hasil selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.8. Reliabilitas Data :

Konst r ak I ndik at or I t em t o Tot al Cor r elat ion

Koefisien Cr onbach's Alpha

Fiabilit y

X11 0.613

0.360

X12 0.607

X13 0.546

X14 0.576

I nt ent ionalit y

X21 0.563

0.151

X22 0.593

X23 0.667

Br and Loy alt y

Y1 0.599

0.175

Y2 0.641

Y3 0.605

: t er elim inasi

Sumber : Lampiran

Proses eleminasi diperlakukan pada item to total correlation pada

indikator yang nilainya < 0,5 [Purwanto,2003]. Tidak terjadi eliminasi karena


(68)

tereliminasi tidak disertakan dalam perhitungan cronbach's alpha. Perhitungan

cronbach's dilakukan setelah proses eliminasi. Hasil pengujian reliabilitas

konsistensi internal untuk setiap construct di atas menunjukkan hasil kurang

baik dimana koefisien Cronbach’s Alpha yang diperoleh belum seluruhnya

memenuhi rules of thumb yang disyaratkan yaitu

0,7 [Hair et.al.,1998].

4.2.3. Evaluasi

Validitas

Validitas menyangkut tingkat akurasi yang dicapai oleh sebuah indikator

dalam menilai sesuatu atau akuratnya pengukuran atas apa yang seharusnya

diukur, karena indikator multidimensi, maka uji validitas dari setiap latent

variable / construct akan diuji dengan melihat loading faktor dari hubungan

antara setiap observed variable dan latent variable. Hasil analisis tampak pada

tabel di bawah ini.

Tabel 4.9. Validitas Data

Konst r ak I ndik at or Fak t or Loading

1 2 3 4

Fiabilit y

X11 0.416

X12 0.376

X13 0.281

X14 0.385

I nt ent ionalit y

X21 0.296

X22 0.359

X23 0.170

Br and Loyalt y

Y1 0.077

Y2 0.293

Y3 0.429


(69)

Berdasarkan hasil confirmatory faktor analysis terlihat bahwa

faktor loadings masing masing butir pertanyaan yang membentuk

setiap construct belum seluruhnya

0,5, sehingga butir-butir

instrumentasi setiap konstruk tersebut dapat dikatakan validitasnya

kurang baik.

4.2.4. Evaluasi

Construct

Reability Dan Variance Extracted

Selain melakukan pengujian konsistensi internal Cronbach’s Alpha,

perlu juga dilakukan pengujian construct reliability dan variance extracted.

Kedua pengujian tersebut masih dalam koridor uji konsistensi internal yang

akan memberikan peneliti kepercayaan diri yang lebih besar bahwa

indikator-indikator individual mengukur suatu pengukuran yang sama (Purwanto,

2002). Dan variance extracted direkomendasikan pada tingkat 0,50. Hasil

perhitungan construct reliability dan variance extracted dapat dilihat dalam

tabel 4.10.


(70)

Tabel 4.10. Construct Reliability Dan Variance Extracted

Konst r ak I ndik at or

St andar dize Fact or Loading

SFL

Kuadr at Er r or [εj ]

Const r uct Reliabilit y

Var iance Ext r at ed

Fiabilit y

X11 0.416 0.173 0.827

0.381 0.135

X12 0.376 0.141 0.859

X13 0.281 0.079 0.921

X14 0.385 0.148 0.852

I nt ent ionalit y

X21 0.296 0.088 0.912

0.198 0.082

X22 0.359 0.129 0.871

X23 0.170 0.029 0.971

Br and Loyalt y

Y1 0.077 0.006 0.994

0.190 0.092

Y2 0.293 0.086 0.914

Y3 0.429 0.184 0.816

Ba t a s D a pa t D it e r im a

≥ 0 ,7 ≥ 0 ,5

Sumber : Lampiran

Hasil pengujian reliabilitas instrumen dengan construct reliability dan

variance extracted menunjukkan instrumen cukup reliabel, yang ditunjukkan

dengan nilai construct reliability belum seluruhnya

0,7. Meskipun demikian

angka tersebut bukanlah sebuah ukuran “mati” artinya bila penelitian yang

dilakukan bersifat exploratory, maka nilai di bawah 0,70 pun masih dapat

diterima sepanjang disertai alasan–alasan empirik yang terlihat dalam proses

eksplorasi. Dan variance extracted direkomendasikan pada tingkat 0,50.

4.2.5. Evaluasi

Normalitas

Uji normalitas sebaran dilakukan dengan Skewness Value dari data

yang digunakan yang biasanya disajikan dalam statistik deskriptif. Nilai


(71)

dari nilai kritis maka dapat diduga bahwa distribusi data adalah tidak normal.

Nilai kritis dapat ditentukan berdasarkan tingkat signifikansi 0,01 (1%) yaitu

sebesar

2,58. Hasilnya diperoleh nilai c.r. multivariat diantara

2,58 dan itu

berarti asumsi normalitas terpenuhi dan data layak untuk digunakan dalam

estimasi selanjutnya. Hasil analisis tampak pada tabel berikut :

Tabel 4.11. Normalitas Data

Var iable m in m ax k ur t osis c.r .

X11 4 7 - 0.884 - 1.893

X12 4 7 - 0.578 - 1.237

X13 4 7 - 0.650 - 1.392

X14 4 7 - 0.763 - 1.633

X21 4 7 - 0.663 - 1.420

X22 4 7 - 1.022 - 2.189

X23 4 7 - 1.060 - 2.269

Y1 4 7 - 1.105 - 2.365

Y2 4 7 - 0.901 - 1.928

Y3 4 7 - 1.048 - 2.243

M u lt iva r ia t e - 6.346 - 2 .1 4 8 Ba t a s

N or m a l ± 2 ,5 8

Sumber

: Lampiran

Hasil uji menunjukkan bahwa nilai c.r. multivariate berada di luar ±

2,58 itu berarti asumsi normalitas tidak terpenuhi. Fenomena ini tidak menjadi

masalah serius seperti dikatakan oleh Bentler dan Chou (1987) bahwa jika

teknik estimasi dalam model SEM menggunakan maximum likelihood

estimation (MLE) walau distribusi datanya tidak normal masih dapat

menghasilkan good estimate, sehingga data layak untuk digunakan dalam

estimasi selanjutnya.


(72)

4.2.6. Analisis Model SEM

Dalam model SEM, model pengukuran dan model struktural

parameter-parameternya diestimasi secara bersama-sama. Cara ini agak

mengalami kesulitan dalam memenuhi tuntutan fit model. Kemungkinan

terbesar disebabkan oleh terjadinya interaksi antara measurement model dan

structural model yang diestimasi secara bersama-sama (one-step approach to

SEM).

One-step approach to SEM digunakan apabila model diyakini bahwa

dilandasi teori yang kuat serta validitas dan reliabilitas data sangat baik.

(Hair.et.al, 1998).

Hasil estimasi dan fit model one-step approach to SEM dengan

menggunakan program aplikasi AMOS 4.01 terlihat pada gambar dan tabel

Goodness of Fit dibawah ini.

Gambar.4.1

MODEL PENGUKURAN & STRUKTURAL Brand Trust, & Brand Loyalty

Model Specification : One Step Approach - Base Model

Fiability 1 Brand Trust 0,005 d_cr 1 X11 er_1 1 1 X12 er_2 1 0,005 d_sp X21 er_5 1 1 1

1 Brand Loyalty d_bl Y1 er_8 1 1 1 X13 er_3 1

Y2 1 er_9 Y3 1er_10 X14


(73)

Tabel 4.12. Evaluasi Kriteria Goodness Of Fit Indices Model One - Step

Approach - Base Model

Kr it er ia Hasil Nilai Kr it is Evaluasi Model

Cm in/ DF 1.150 ≤ 2,00 baik

Pr obabilit y 0.251 ≥ 0,05 baik

RMSEA 0.037 ≤ 0,08 baik

GFI 0.935 ≥ 0,90 baik

AGFI 0.900 ≥ 0,90 baik

TLI 0.950 ≥ 0,95 baik

CFI 0.950 ≥ 0,94 baik

Sumber : Lampiran

Dari hasil evaluasi terhadap model one step approach base model

ternyata dari semua kriteria goodness of fit yang digunakan, seluruhnya

menunjukkan hasil evaluasi model yang baik, berarti model sesuai dengan

data. Artinya, model konseptual yang dikembangkan dan dilandasi oleh teori

sepenuhnya didukung oleh fakta. Dengan demikian model ini adalah model

yang terbaik untuk menjelaskan keterkaitan antar variable dalam model.

4.2.7. Uji

Kausalitas

Dilihat dari angka determinant of sample covariance matrix :

1.424.634.486 > 0 mengindikasikan tidak terjadi multicolinierity atau

singularity dalam data ini sehingga asumsi terpenuhi. Dengan demikian

besaran koefisien regresi masing-masing faktor dapat dipercaya sebagaimana

terlihat pada uji kausalitas dibawah ini.


(1)

65   

memperhatikan obat flu mixagrip memberikan penjelasan / keterangan yang sebenarnya dan tidak berbohong dalam meredakan flu, sedangkan kedepan konsumen lebih memperhatikan segi obat flu mixagrip akan melakukan upaya agar penyakit flu cepat reda, oleh karena itu pengelolah harus memperbaiki penjelasan / keterangan yang sebenarnya dan tidak berbohong dalm meredahkan flu dan juga melakukan upaya agar konsumen saat menggunakan obat flu mixagrip cepat reda.

Tabel 4.18.Tabulasi Data Frekuesi Validitas Indikator Brand Loyalty (Y)

Indikator Frekuensi Skala Faktor Loading

Y1

Tidak melakukan pembelian bila tidak tersedia

35 5 0.077

Y2

Selalu membeli produk yang sama

44 5 0.293

Y3

Merekomendasikan kepada konsumen lain

36 5 0,429

Sumber : Lampiran

Dari tabel dapat diketahui bahwa indicator dari Brand loyalty yang memiliki frekuensi dominan adalah Y2 (selalu membeli produk yang sama)

sebesar 44, sedangkan bila dilihat dari hasil pengelohan data dapat diketahui bahwa factor loading tertinggi berada pada Y3 (merekomendasikan kepada


(2)

maka akan selalu membeli yang sama, sedangkan kedepan konsumen akan tetap loyal dan merekomendasikan kepada konsumen lain. Oleh karena itu pihak pengelolah harus dapat memperbaiki sekurang- kurangnya obat flu mixagrip agar dapat melakukan pembelian ulang atau membeli produk yang sama dan merokomendasikan kepada orang lain, sehingga loyalty konsumen akan semakin tinggi.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan menganalisis pengaruh brand trust terhadap brand loyalty tidak dapat diterima karena nilai probabilitas kausalnya ≥ 0,10

Hal ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Tjahjani Prawitowati (Vol.11,No,1,2008) dan Gede Riana (Vol.13,No,2,2008), bahwa brand trust berpengaruh positif terhadap brand loyalty. Hal ini juga tidak didukung oleh teori menurut Hess yang di kutip balleasstar (2001) yang menyatakan bahwa :

memandang trust sebagai konstruk utama dalam hubungan konsumen

dan merek, trust menjadi kontributor penting bagi timbulnya komitmen emosional konsumen yang mengarah pada loyalitas jangka panjang. Brand trust berperan dalam menjelaskan loyalitas merek, tergantung pada perbedaan


(3)

67   

trust dalam model loyalitas merek memberi penjelasan yang lebih baik mengenai adanya keikatan konsumen dan merek.

Namun fakta yang terjadi dilapangan justru berbeda. Penyebabnya adalah keterbatasan produk tersebut. Ditoko- toko, obat mixagrip flu jumlahnya cukup sedikit bila dibandingkan dengan obat mixagrip flu dan batuk. Bahkan, ada pula toko yang sama sekali tidak menjual obat mixagrip flu tetapi mereka hanya menjual obat mixagrip flu dan batuk.

Selain hal itu obat flu mixagrip kebanyakan hanya dikonsumsi oleh konsumen yang memiliki kondisi ekonomi menengah kebawah hal ini dapat dilihat dari data responden yang ada ditabel 4.3.


(4)

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengujian dengan menggunakan analisis SEM untuk menguji pengaruh brand trust terhadap brand loyalty pada konsumen obat flu mixagrip di Surabaya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

Brand trust tidak berpengaruh terhadap konsumen untuk loyalty dalam membeli ulang atau menggunakan obat flu mixagrip. Brand trust merupakan keandalan merek atau serangkaian asset dan liabilitas yang dapat menambah atau menggurangi nilai dari merek tersebut

5.2. Saran

Sebagai implikasi dari hasil penelitian ini dapat dikemukakan saran yang dapat dipertimbangkan atau dimanfaatkan sebagai bahan dalam mengambil keputusan, yaitu :

a. Pihak kalbe farma perlu memperhatikan distribusi produk obat mixagrip. Dan menyeimbangkan distribusi produk antara mixagrip flu dan mixagrip flu dan batuk.


(5)

69   

c. Pihak kalbe farma perlu membedakan mixagrip flu dengan mixagrip flu dan batuk atau menciptakan branding dan kemasan yang baru agar konsumen mengerti bahwa formula dan keefektivitasan masing- masing obat tersebut berbeda.


(6)

Assael, Henry, 1995, Consumer Behavior and Marketing Action, 5th ed, South Western College Publishing, Ohio.

Asri, Marwan dan Suprihanto, John, 1986, Manajemen Perusahaan Pendekatan Operasional, Edisi Satu, penerbit BPFE, Yogyakarta.

Kotler, Philip, 2000, Marketing management: Analysis, Planning, implementation and control (9th edn), New Jersey: Prentice Hall.

___________ And Amstrong, G, 2006, Principle of marketing (11th edn), New Jersey: Prentice Hall.

Soemanagara, 2006, Strategi Marketing Communication, Penerbit Alfabeta, Bandung. Sunarto, 2003, Manajemen Pemasaran, Penerbit BPFE-UST, Yogyakarta.

Sutisna, 2001, Perilaku Konsumen Dan Komunikasi Pemasaran, Penerbit Rosda, Bandung. Tandjung, Jenu, Widjaja, 2004, Marketing Management: Pendekatan Pada Nilai-Nilai

Pelanggan, Cetakan Keempat, Bayumedia Publishing, Malang. Majalah Top Brand Index 2008 s/d 2010.

Jurnal:

Prawitowati, Tjahjani, 2008, Pengaruh Overall Satisfaction Terhadap Brand Trust Dalam Membentuk Purchase Loyality Dan Attitudinal loyality Pada Konsumen Produk