Sejarah Asal Mula Tabob di Wilayah Nufit

76

3.5 Pemahaman Masyarakat Nufit Haroa Tentang

Tabob

3.5.1 Sejarah Asal Mula Tabob di Wilayah Nufit

Seperti yang telah dikatakan sebelumnya bahwa masyarakat ini hampir tidak memiliki catatan sejarah yang tertulis. Semua cerita sejarah hanya diceritakan secara lisan dari satu generasi ke generasi yang lain. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa ternyata ada berbagai versi 82 cerita yang berbeda-beda antara ohoi yang satu dengan yang lain maupun di dalam ohoi sendiri. Berbagai versi tersebut memiliki inti cerita yang sama, tetapi berbeda dalam hal asal usul Tobi dan Tobai. Menurut cerita setempat, tabob berada di Nufit karena dibawa oleh dua orang kakak beradik yaitu Tobi dan Tobai. Suatu hari, saudara perempuan mereka yang bernama Boimas hendak mencuci rambutnya dengan kelapa parut. Namun nyiru tempat ia menjemur kelapa tersebut hilang karena diterbangkan angin. Ia pun bersedih dan menangis dan meminta kedua saudaranya untuk mencari nyiru itu. Mereka berdua pun melakukan perjalanan untuk mencari benda tersebut hingga tiba di Papua. Ketika tiba disana, Raja dan masyarakat setempat tidak menerima kedatangan mereka dan menantang untuk berperang bukan secara fisik tetapi dalam bentuk saling beradu kekuatan alam. Singkat cerita, Tobi dan Tobai memenangkan peperangan tersebut, sedangkan Raja mengakui kekalahannya dan memberikan hadiah sesuai permintaan mereka sebagai imbalan. Tobi dan Tobai tidak meminta daratan atau pulau, tetapi memilih penyu belimbing yang saat itu berada di pesisir pantai. Maka penyu belimbing yang disebut tabob menjadi milik mereka untuk dibawa pulang. Setelah kembali ke daerah Kei, mereka mencari tempat yang cocok untuk memelihara tabob hingga mereka memutuskan untuk menempatkannya di daerah Nufit yaitu di sekitar Tanjung Arat dan Abwavan dengan membuat lutur pagar batu di tengah lautan. Suatu hari, Tobai meminta dari Tobi untuk memberikannya seekor tabob . Tobi pun memberi 82 Bentuk terjemahan cerita dalam bahasa lain; model, menurut cara; anggapan pelukisan, penggambaran tentang sesuatu dari seseorang atau suatu sudut pandang Kamus Bahasa Indonesia Jakarta:Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2008, 1607. 77 petunjuk tentang cara menikam dengan menggunakan alat tikam Horan Tal , alat tajam atau tarkihin yang terbuat dari gaba-gaba dan mempersilahkan Tobai untuk menangkap sendiri. Ketika Tobai keluar dan menikam ternyata tidak bisa, dan alat yang digunakannya rusak. Tobi mengatakan kepada Tobai bahwa dia yang akan menikam. Lalu Tobi pergi ke tempat persembunyian dan mengambil alat tikam yang dibuat dari besi, menikam dan memberikannya kepada Tobai. 83 Karena Tobai hanya memiliki alat tikam yang terbuat dari gaba-gaba dan tidak bisa dipergunakan, maka ia meminta alat tikam yang dimiliki Tobi yang terbuat dari besi. Ia pun diingatkan bahwa tabob yang memiliki tanda putih pada kepalanya tidak boleh ditikam, karena ia akan memutuskan tali dan keluar. Ternyata Tobi pun melanggar perintah dari kakaknya, sehingga hewan itu memberontak dan keluar dari tempat perlindungan yang dikelilingi dengan pagar batu Tot Lutur . Setelah keluar dari tempat pemeliharaan, tabob berpesan “ bila mencari untuk bertemu dengan kami, habiskan dulu bekal makanan dan minuman Wear Kes dan kita akan bertemu di meti Ngon Tan Bav ”. 84 Sejarah tabob memiliki banyak versi yang berbeda satu dengan yang lain terutama dalam hal nama serta asal-usul kedua orang yang membawa tabob ke Nufit . Ada yang mengatakan bahwa kedua orang tersebut bernama Tabi Tabai, Tobi Tobai, dan Labi Labai, yang berasal dari Papua, Bali, Buton, dan bahkan Nufit sendiri. Perbedaan-perbedaan ini disebabkan karena hampir tidak ada cerita sejarah dalam bentuk tertulis. Semua cerita ini hanya diceritakan dalam bentuk lisan secara turun temurun. Ada informan yang mengakui bahwa cerita ini sulit untuk diingat karena hanya diceritakan secara lisan saja oleh orang tua. Orang tua sering menyembunyikan sejarah, dan jarang menceritakannya kepada anak cucu sehingga generasi sekarang kurang mengetahuinya. 85 Pendapat ini menjadi semakin diperkuat dengan yang dikatakan seorang informan, de mikian “ yang tahu sejarah cuma Raja, saat antua 83 Ibid. 84 Ibid. 85 Wawancara dengan Bpk J. Lumyar kepala marga di ohoi Madwaer pada hari Sabtu, 1 September 2012. 78 meninggal cerita ini hampir hilang. Orang tua dolo-dolo seng cerita sejarah, karena itu generasi sekarang seng tahu sejarah. Orang tua yang tahu sejarah seharusnya cerita untuk anak-anak atau generasi berikut nya”. 86 Ada juga yang mengatakan bahwa “generasi sekarang seng tahu jelas cerita ini, yang dong tahu hanya tabob makanan pusaka jadi tinggal pergi tikam saja”. 87 Hal yang sama juga dikatakan bahwa cerita ini juga hanya diketahui secara sepenggal saja, tidak mengetahui secara lengkap. 88 Cerita sejarah ini sudah mulai menghilang di kalangan generasi muda 89 karena tidak ada bentuk tertulis, lebih banyak secara lisan. 90 Hal ini menjadi nyata ketika peneliti bercakap-cakap dengan seorang pemuda, ia dengan jujur mengatakan bahwa tidak mengetahui cerita sejarah ini, cara mencari dan membunuh hewan ini bahkan belum pernah melihat tabob secara langsung. Karena itu, cerita sejarah ini harus dalam bentuk tertulis. 91 Versi sejarah yang berbeda ini juga disebabkan karena ada orang-orang tertentu yang mengetahui cerita ini namun hanya menjadi pengetahuan untuk kalangan sendiri dan tidak mau menceritakan kepada orang lain, dan karena itu, diperlukan solusi yang terbaik terhadap masalah ini. 92 Ada informan yang mengakui bahwa sebenarnya cerita sejarah ini ada dalam bentuk buku, tetapi tidak disampaikan kepada anak cucu. Oleh karena itu, untuk menyatukan berbagai cerita yang berbeda ini, harus dilakukan dengan duduk bersama dan membahas hal ini. 93 Semua pendapat ini merupakan alasan terdapatnya banyak versi cerita sejarah yang berbeda-beda. Berdasarkan cerita inilah, sampai saat ini masyarakat tetap melakukan 86 Wawancara dengan Bpk N. Renfaan anggota masyarakat Madwaer pada hari Minggu, 2 September 2012. 87 Wawancara dengan Bpk A. Janwarin kepala ohoi Ohoiren pad ahari Rabu, 22 Agustus 2012. 88 Wawancara dengan Bpk G. Rahayaan ketua Badan Saniri Ohoi Ohoiren pada hari Jumat, 7 September 2012. 89 Wawancara dengan Bpk J. Renfaan pejabat ohoi Madwaer pada hari Sabtu, 18 Agustus 2012 90 Wawancara dengan Bpk V. Lumyar anggota masyarakat Madwaer pada hari Kamis, 23 Agustus 2012 91 Wawancara dengan E. Renfaan anggota masyarakat Madwaer pada hari Senin, 3 September 2012 92 Wawancara dengan Bpk J. Janwarin kepala ohoi Ohoiren pada hari Rabu, 22 Agustus 2012. 93 Wawancara dengan Bpk H. Rahayaan anggota masyarakat Ohoiren pada hari Jumat, 7 September 2012. 79 pencarian tabob sesuai dengan syarat-syarat yang ditentukan di dalam cerita maupun di luar cerita tersebut. Sejarah tabob ini masih dipercaya oleh masyarakat sebagai hal yang benar- benar terjadi karena terdapat bukti-bukti yang dapat dilihat sampai sekarang. Gambar 4: Daun Dab yang biasa digunakan untuk memanggil tabob . Gambar 2: Ngutun Rit adalah penutup dari tenan bes di ohoi Madwaer Gambar 3: Tenan Bes di ohoi Faan Gambar 5: Tokong tongkat yang menjadi batu di Arat telah runtuh karena di terjang ombak. Gambar 6: Abwavan yaitu tanjung tempat keberadaan tabob Gambar 9: Siput kecil yaitu El yang merupakan kotoran mata dari Tabi dan Tabai Gambar 8: Telaga El Gambar 7: Pagar batu yang dibongkar oleh tabob Gambar 10: Puntung rokok yang menjadi ikan Serseran di Ohoiren 80 Gambar-gambar di atas gambar 2-13 diambil sendiri oleh penulis berdasarkan cerita legenda yang menunjukkan bukti-bukti dari cerita sejarah tabob, yang berupa pulau, batu, telaga, daun, dan lain-lain. Ngutunrit berada di ohoi Faan, Tenanbes berada di Madwaer. Daun dab berada di dalam hutan. Tempat-tempat sejarah ini adalah daerah terlarang pamali yang tidak bisa di datangi oleh sembarang orang apalagi yang berasal dari luar Nufit . Untuk mengunjungi tempat-tempat ini, harus bersama dengan masyarakat atau ohoi Madwaer karena berada di wilayah Madwaer. Hal ini dilakukan karena sebelum memasuki tempat- tempat ini, ada hal-hal khusus yang harus dilakukan sebagai pemberitahuan maupun permohonan ijin masuk ke tempat ini. 94 Seperti saat peneliti bersama beberapa orang warga Madwaer mengunjungi Telaga El, Abwavan tempat tabob , dan Arat tempat tokongtongkat serta melihat Tenanbes bagian ataspenutup tempat sirih. Hal yang dilakukan adalah seorang warga mengambil tujuh buah batu yang kecil dengan beberapa lembar daun dan di lemparkan. Hal seperti ini biasanya dilakukan ketika ada orang luar yang mengunjungi tempat tersebut.

3.5.2 Tradisi Pencarian Tabob