komunitas sekitarnya karena diperhatikan serta dihargai perusahaan; dan 7 Meningkatkan reputasi, goodwill, dan nilai perusahaan dalam jangka panjang.
Penjelasan-penjelasan di atas jika dikaitkan dengan teori stakeholder dan legitimasi, dapat disimpulkan bahwa untuk membangun akuntabilitas perusahaan
terhadap pemangku kepentingan, perusahaan dapat melaksanakan pengungkapan aktivitas CSR-nya. Pengungkapan ini juga memiliki banyak manfaat bagi
perusahaan serta dapat meningkatkan nilai perusahaan dimata pemangku kepentingan termasuk masyarakat dan lingkungan sekitar perusahaan. Hal tersebut
dapat dimanfaatkan oleh perusahaan untuk mempertahankan keberlangsungan operasinya yang diikuti dengan naiknya keuntungan yang diperoleh perusahaan.
Namun demikian berbagai keuntungan dari CSR disclosureini tidak serta merta membuat semua perusahaan berbondong-bondong mengungkapkan kegiatan
CSR-nya. Hal ini dikarenakan pengungkapan corporate social responsibility masih bersifat sukarela, sehingga perusahaan memliki kebebasan dalam
melakukan pengungkapannya.
3. Pengukuran CSR
Disclosure
Berbagai cara pengukuran CSR disclosure yang telah dilakukan dalam penelitian-penelitian sebelumnya. Antara lain pengukuran menggunakan indikator
GRI Global Reporting Initiatives seperti yang dilakukan oleh Nurkhin 2009, Untari 2010, Lucyanda dan Siagian 2012, Bangun et al.2012, serta Nur dan
Priantinah 2012. Indikator GRI terdiri dari tiga fokus pengungkapan, yaitu ekonomi, lingkungan dan sosial.
Selain pengukuran CSR menggunakan Indikator GRI, terdapat alternatif lain yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat CSR disclosure antara lain
dengan menggunakan pengukuran berdasarkan ISO 26000 seperti yang dilakukan oleh Saputro 2013. Pengukuran CSR disclosurejuga dapat dilakukan dengan
menghitung jumlah kalimat yang diungkapkan terkait kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan seperti yang dilakukan oleh Chek et al.2013.
Berdasarkan beberapa metode pengukuran tersebut cara pengukuran menggunakan indikator GRI dianggap paling tepat untuk digunakan. Hal ini
dikarenakan indikator GRI ini merupakan salah satu Indeks terlengkap yang dapat digunakan untuk mengukur CSR disclosure. Selain itu Indikator GRI merupakan
aturan internasional yang telah diakui oleh perusahaan-perusahaan di dunia Nurkhin, 2009. Penelitian-penelitian terdahulu yang menggunakan indeks GRI
sebagai alat pengukur CSR disclosuremasih mengacu pada indeks GRI versi 3.0 dan 3.1 tahun 2002-2006 G3. Mengingat isu-isu terkait tanggung jawab sosial
perusahaan merupakan isu yang terus berkembang mengikuti perkembangan zaman, maka perlu dilakukan pembaruan indikator-indikator untuk mengukur
pengungkapan itu sendiri. Menanggapi
hal tersebut
Gobal reporting
initiatives telah
mengembangkan indeks GRI versi 4.0 G4 yang dapat digunakan sebagai pedoman pelaporan berdasarkan GRI yang secara berkala ditinjau untuk
memberikan panduan yang terbaik dan termutakhir bagi pelaporan yang efektif. Global
Reporting Initiatives
dalam website
resminya yaitu
www.globalreporting.org menjelaskan
bahwa dibandingkan
dengan versi
sebelumnya, G4 memberikan penekanan yang lebih besar atas kebutuhan organisasi tentang fokus dalam proses pelaporan dan laporan final yang berisi
topik-topik yang bersifat material bagi bisnis dan pemangku kepentingan. Fokus terhadap materialitas ini akan menghasilkan pengungkapan yang lebih relevan dan
kredibel. Indeks GRI versi 4.0 ini merupakan pembaruan dan penyempurnaan dari versi sebelumnya, yang bisa dijadikan pedoman oleh perusahaan untuk
pengungkapan laporannya di tahun 2013.
2.1.4. Kinerja Lingkungan