Proses Pelaksanaan Penyitaan Yang Di lakukan Oleh Juru Sita Pajak Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam

(1)

LAPORAN TUGAS AKHIR TENTANG

PROSES PELAKSANAAN PENYITAAN YANG DILAKUKAN OLEH JURU SITA PAJAK DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA LUBUK

PAKAM

OLEH

NAMA : YURISA MARIANTI NIM :122600083

Untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan studi pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………i

DAFTAR ISI ………..iv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri………...1

B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri…………...3

C. Uraian Teoritis………...4

D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri………...11

E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri………...12

F. Metode Pengumpulan Data Praktik Kerja Lapangan Mandiri...…..13

G. Sistematika Penulisan Praktik Kerja Lapangan Mandiri…………..14

BAB II : GAMBARAN UMUM OBJEK DAN LOKASI PKLM A. Sejarah Singkat Berdirinya KPP Lubuk Pakam………...16

B. Struktur Organisasi KPP Lubuk Pakam………...20

C. Uraian Tugas dan Fungsi KPP Lubuk Pakam ………...21


(3)

BAB III : GAMBARAN DATA PRAKTEK

A. Barang –Barang yang Termasuk Pemyelesaian dan Pengecualianya….27

B. Tugas dan Fungsi Juru Sita………..29

C. Prosedur Pemyitaan Oleh Juru Sita Pajak………...30

D. Pelaksanaan Penyitaan Terhadap Barang Sitaan………..33

BAB IV ANALISA DAN EVALUASI DATA A. Pengeluaran Surat Teguran………...47

B. Pengeluaran Surat Paksa ………...48

C. Pengeluaran Melakukan SPMP………...50

D. Lelang………...52

E. Wawancara………...57

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan………...59

B. Saran………...60

DAFTAR PUSTAKA


(4)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikumWr.Wb

Tiada kata yang patut di ucapkan selain puji dan syukur kehadirat Illahi Rabbi Tuhan pemilik alam , atas bimbingan , rahmat , taufik serta hidayahnya sehingga penulis mampu menyelesaikan laporan Tugas Akhir ini dengan judul “Proses Pelaksanaan Penyitaan Yang Di lakukan Oleh Juru Sita Pajak Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam” untuk memenuhi sebagian syarat-syarat di nyatakan lulus Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas pada Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara .

Dalam penyusunan laporan Tugas Akhir ini , penulis menyadari sepenuhnya bahwa bahasa yang di gunakan dalam laporan Tugas Akhir ini masih belum

sempurna dan banyak terdapat kekurangan-kekurangan yang di sebabkan keterbatsan kemampuan serta pengalaman penulis , maka dari itu penulis berharap sungguh kepada Bapak/Ibu dosen pada Program Studi D-III Administrasi Perpajakan maupun dari segala pihak untuk dapat memberikan saran-saran dan kritikan serta bimbingan yang bersifat membangun demi lebih sempurnanya penulisan laporan Tugas Akhir ini Dalam penulisan Tugas Akhir ini, penulis mengucapkan terima kasih

sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah banyak memberi bantuan baik berupa dorongan, semangat maupun sumbangan pikiran, diantaranya:


(5)

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin,M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Alwi Hashim Batubara,M.Si, selaku Ketua Jurusan Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Arlina,S.H, M.Hum, selaku Dosen Pembimbing Penulis dalam penulisan Tugas Akhir ini.

4. Seluiruh dosen/staf pengajar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, yang telah membekali penulis dengan berbagai ilmu pengetahuan sejak dari tingkat persiapan hingga selesainya Tugas Akhir ini.

5. Kepala kantor, Kepala seksi, dan seluruh pegawai Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam terkhusus Kepala Seksi Penagihan Bapak Marihot Pahala Siahaan dan staf yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan riset dalam menyelesaikan penulisan Tugas Akhir ini.

6. Teristimewa kepada orang tua penulis Bapak Yubaharuddin dan Ibu Gusniar yang senantiasa memberikan perhatian dan doanya, serta memberikan dukungan moril dan materil kepada penulis.

7. Kepada abang dan kakak ku Yuhardika Suharja,Yuda Mandra Wijaya,dan Nurul Islami yang telah memberikan dukungan doa kepada penulis.

8. Terima kasih buat kekasih tercinta,tersayang, terhebat ,terbaik,tersabar, Rachmat Saputra yang telah memberikan semangat,doa dan dukungan nya kepada penulis.


(6)

9. Teman-teman mahasiswa/i di Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan kelas B, terkhususnya sahabat-sahabatku tersayang Annisa Burley Muslimah, Fitriani Desy si perebut cinta, Crishtianti Kharinnisa, Aida Alvi, Octa Daniel Ldr , Winny Mabib Gasution, dan Yohana Yembise yang telah membantu dan menemani dalam penyelesaian Tugas Akhir ini.

10. Sahabat-Sahabat ku bilangan jamin Ginting Delvira Siregar dan Fitria Melfrinda yang selalu mendukung, Memberikan semangat dan mendoakan saya dalam penyelesaian Tugas Akhir ini.

Atas bantuan dan bimbingan yang telah penulis terima selama ini, penulis berdoa semoga Tuhan Yang Maha Kuasa selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada kita semua. Akhir kata penulis berharap semoga Tugas Akhir ini bermanfaat bagi semua pihak.

Medan, 27 Juni 2015

Penulis


(7)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Negara Indonesia merupakan negara yang menjunjung tinggi hukum yang berlandaskan pada Undang-undang dasar 1945 dan berasaskan pancasila . Sekarang ini setiap negara sedang melakukan pembangunan secara menyeluruh baik dari segi infrastruktur maupun pada sektor pelayanan masyarakat tidak terkecuali Bangsa Indonesia. Untuk melaksanakan pembangunan yang pesat dan menyeluruh dalam kehidupan nasional maka diperlukan dukungan dan peran serta seluruh potensi masyarakat. Agar dalam proses pembangunan selanjutnya dapat berjalan lancar. Pada saat ini sebagai negara berkembang Indonesia sedang melaksanakan pembangunan di segala bidang baik ekonomi, sosial, politik, hukum, maupun bidang pendidikan dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat , mencerdaskan kehidupan bangsa secara adil dan makmur . Untuk mewujudkan tujuan dari pembangunan nasional tersebut setiap negara harus memperhatikan masalah pembiayaan. Salah satu usaha yang harus ditempuh pemerintah dalam mendapatkan pembiayaan yaitu dengan memaksimalkan potensi pendapatan yang berasal dari Negara Indonesia sendiri yaitu salah satunya berasal dari pajak. Pajak merupakan salah satu pembiayaan dalam pembangunan nasional yang berasal dari iuran masyarakat atas pendapatan yang diperolehnya, oleh karena itu peran masyarakat dalam pembangunan nasional harus


(8)

terus ditumbuhkan dengan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya membayar pajak walaupun nantinya manfaat dari membayar pajak tidak dapat dirasakan masyarakat secara langsung, maka dari itu diperlukan suatu penanganan dan perhatian yang menyeluruh dari segenap insan perpajakan dalam memaksimalkan penerimaan negara yang belum mencapai potensi maksimalnya.

Sistem perpajakan di Indonesia telah mengalami beberapa kali perubahan. Perubahan yang sangat signifikan dalam hal perpajakan yaitu ketika terjadinya reformasi sistem perpajakan pada tahun 1983. Sejak saat itu , sistem pemungutan pajak telah mengalami perubahan yang cukup signifikan yaitu official assesment system menjadi self assesment system. Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan jumlah wajib pajak di Indonesia yang sangat pesat tetapi tidak berbanding lurus dengan jumlah sumber daya manusia yang dimiliki oleh Direktorat Jendral Pajak. Berbeda dengan official assesment system, dalam self assesment system wajib pajak diberikan kepercayaan untuk menghitung, memperhitungkan, menyetor, dan melaporkan sendiri pajaknya. Dengan adanya reformasi perpajakan ini , diharapkan peningkatan kesadaran wajib pajak dalam membayar kewajiban perpajakannya. Namun didalam pelaksanaannya di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam masih terdapat wajib pajak yang belum melaksanakan pelunasan pajak terutangnya. Dari catatan yang disajikan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam saja masih terdapat beberapa wajib pajak yang masih dalam sengketa perpajakan,salah satunya adalah penyitaan barang-barang wajib pajak. Dalam melakukan penyitaan terkadang petugas mengalami kesulitan dengan wajib pajak yang tidak menerima atas


(9)

barang-barangnya yang akan di sita oleh juru sita pajak, sehinggga terjadi upaya hukum yang tidak sesuai dengan penyelesaiaan sengketa pajak. Maka itu diperlukan peningkatan kewaspadaan terhadap pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh wajib pajak, seperti menghilangkan, mengalihkan dan atau menyembunyikan barang-barang yang akan disita (Sihaloho,2004).Maka dari itu tugas akhir ini akan menganalisa pelaksanaan terhadap barang sitaan sesuai dengan prosedur ketentuan perundang-undangan.

Menjelaskan batasan-batasan juru sita pajak dalam melakukan tugasnya,sehingga tugas akhir ini diberi judul “ Proses Pelaksanaan Penyitaan Yang Dilakukan Oleh Juru Sita Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam “

B. Tujuan Dan ManfaatPraktikKerjaLapanganMandiri(PKLM) 1. Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Adapun tujuan Praktek Kerja Lapangan Mandiri untuk:

1.1 Agar dapat mengetahui proses prosedur pelaksanaan penyitaan, sehingga wajib pajak terhindar dari kekecewaan.

1.2 Untuk mengetahui kendala-kendala yang terjadi proses penyitaan pajak. 2. Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

2.1 BagiMahasiswa

a. Untuk pengembangan Ilmu Pengetahuan dan wawasan khususnya mengenai proses pelaksanaan penyitaan pajak.


(10)

c. Meningkatkan komunikasi dan pendekatan sosial terhadap dunia kerja.

2.2 Bagi Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

a. Untuk meningkatkan hubungan antara Universitas Sumatera Utara khususnya program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan dengan instansi

pemerintahan yaitu Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam. b. Memperbaiki pandangan masyarakat terhadap sumber daya manusia yang

dihasilkan dari lembaga pendidikan nasional khususnya program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Sumatera Utara (FISIP USU).

c. Mendapat masukan dan sarana untuk perbaikan dan penyempurnaan kurikulum baru.

2.3 Bagi Instansi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam

a. Untuk meningkatkan kualitas generasi muda dengan Praktek Kerja Lapangan Mandiri jangkapendek.

b. Instansi dapat dilihat perkembangan ilmu pengetahuan yang sekarangditerapkan khususnya tentang perpajakan.

c. Sebagai sarana menciptakan hubungan yang baik dengan pihak d. Universitas Sumatera Utara khususnya di Program Studi Diploma III


(11)

C. Uraian Teoritis Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) 1. Pengertian pajak

Pengertian pajak menurut Soemitro (Suandy , 2000) pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan Undang Undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa imbal (kontraprestasi) , yang langsung dapat di tunjukan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum dengan penjelasan bahwa arti dari dapat dipaksakan adalah bila utang pajak tidak dibayar , utang itu dapat ditagih dengan menggunakan kekerasan , seperti surat paksa dan sita , dan juga penyanderaan terhadap pembayar pajak tidak dapat ditunjukan jasa timbal balik tertentu , seperti halnya dengan retribusi .

Sedangkan menurut Undang-Undang No. 16 tahun 2009 disebutkan, “pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa terhadap undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluannegara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat .

Dari definisi pajak tersebut, dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri yang melekat dengan pengertian pajak yaitu:

1.1 Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontrapertasi langsung secara individual yang diberikan oleh pemerintah.

1.2 Pajak dipungut oleh negara baik oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.


(12)

1.3 Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah, yang bila dari pemasukannya masih terdapat surplus, dipergunakan untuk membiayai publik investment yaitu pengeluaran yang bermanfaat bagi masyarakat luas.

1.4 Pajak dapat digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan tertentu dari pemerintah.

1.5 Pajak dapat dipungut secara langsung atau tidak langsung.

2. Jenis Pajak Menurut Golongan,Sifat,dan Menurut Lembaga Pemungutannya ( Ilyas , 2007)

2.1Menurut golongan pajak dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

a. Pajak Langsung, yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib pajak dan tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain. Contohnya: Pajak Penghasilan

b. Pajak tidak langsung, yaitu pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain atau pihak ketiga. Pajak tidak langsung terjadi jika terdapat suatu kegiatan, peristiwa, atau perbuatan yang menyebabkan terutangnya pajak, misalnya terjadi penyerahan barang atau jasa. Contoh: Pajak Pertambahan nilai.


(13)

2.2Menurut sifat pajak dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

a. Pajak subjektif, yaitu Pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subjeknya, dalam arti memperhatikan keadaan diri wajib pajak. Contoh: Pajak Penghasilan.

b. Pajak Objektif, yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya, tanpa memperhatikan keadaan diri wajib pajak. Contoh : Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Brang Mewah

2.3Menurut lembaga pemungut pajak dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

a. Pajak Pusat, yaitu Pajak yang dipungut oleh Pemerintah Pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga negara. Contoh: Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah.

b. Pajak Daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah. Contoh: Pajak kendaraan dan Bea balik nama kendaraan bermotor, pajak hotel dan restoran (pengganti pajak pembangunan), pajak hiburan, dan pajak penerangan jalan.

3.Fungsi Pajak

Berikut ini adalah fungsi pajak (Ilyas ,2007)


(14)

Artinya pajak berfungsi sebagai sumber dana yang diperuntukkan bagi pembiayaan pengeluaran-pengeluaran pemerintah. Sebagai contoh: dimasukkannya pajak dalam APBN sebagai penerimaan dalam negeri

3.2Fungsi Regularend (Mengatur)

Yaitu pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan di bidang sosial dan ekonomi. Sebagai contoh: dikenakannya pajak yang lebih tinggi terhadap minuman keras, dapat ditekan. Demikian pula terhadap barang mewah.

4. Tata Cara Pemungutan Pajak (Ilyas , 2007)

Tata cara pemungutan pajak terdiri atas stelsel pajak, atas pemungutan pajak, dan sistem pemungutan pajak.

4.1Stelsel Pajak, pemungutan pajak dapat dilakukan dengan tiga stelsel, yaitu: a. Stelsel Nyata (rill stelsel)

Pengenaan pajak didasarkan pada objek (penghasilan) yang nyata, sehingga pemungutannya baru dapat dilakukan pada akhir tahun pajak, yakni setelah penghasilan yang ssesungguhnya telah dapat diketahui, kelebihan stelsel ini adalah pajak yang dikenakan lebih realistis. Kelemahannya adalah pajak baru dapat dikenakan pada akhir periode (setelah penghasilan rill diketahui).


(15)

Pengenaan pajak didasarkan pada suatu anggapan yang diatur oleh undang-undang, sebagai contoh: penghasilan satu tahun dianggap sama dengan tahun sebelumnya sehingga awal tahun pajak telah dapat ditetapkan besarnya pajak yang terutang untuk yahun pajak berjalan. Kelebihan stelsel ini adalah pajak yang dibayar selama tahun berjalan, tanpa harus menunggu akhir tahun. Kelemahannya adalah pajak yang dibayar tidak berdasarkan pada keadaan yang sesungguhnya.

c. Stelsel Campuran

Stelsel ini merupakan kombinasi antara stelsel nyata dan stelsel anggapan. Pada awal tahun besarnya pajak dihitung berdasarkan suatu anggapan, kemudian pada akhir tahun besarnya pajak disesuaikan dengan keadaan yang sebenarnya. Bila besarnya pajak menurut knyataan lebih besar dan pada pajak menurut anggapan, maka Wajib Pajak harus menambah. Sebaliknya, jika lebih kecil kelebihannya dapat diminta kembali.

4.2Asas Pemungutan Pajak, terdiri dari tiga asas, yaitu: a. Asas Domisili (asas tempat tinggal)

Negara berhak mengenakan pajak atas seluruh penghasilan Wajib Pajak yang bertempat tinggal di wilayhnya, baik penghasilan yang berasal dari dalam maupun dari luar negeri. Asas ini berlaku untuk Wajib Pajak Dalam negeri. b. Asas Sumber

Negara berhak mengenakan pajak atas penghasilan yang bersumber di wilayahnya tanpa memperhatikan tempat tinggal Wajib Pajak.


(16)

c. Asas Kebangsaan

Pengenaan pajak dihubungkan dengan kebangsaan suatu negara. 4.3Sistem Pemungutan Pajak antara lain:

a. Official Assessment System, adalah suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak.

Ciri-cirinya:

 Wewenang untuk menetukan besarnya pajak terutang ada pada fiskus.  Wajib pajak bersifat pasif

 Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketettapan pajak oleh fiskus. b. Self Assessment System, adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi

wewenang kepada Wajib Pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang.

Ciri-cirinya:

 Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada Wajib Pajak sendiri.

 Wajib Pajak aktif, mulai dari menghitung, menyetor dan melaporkan sendiri pajak yang terutang.

 Fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi.

c. With Holding System, dalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga ( bukan fiskus dan bukan Wajib Pajak yang


(17)

bersangkutan) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak.

Ciri-cirinya: wewenang menetukan besarnya pajak yang terutang ada pada pihak ketiga, pihak selain fiskus dan Wajib Pajak.

5. Pengertian penyitaan

Menurut undang-undang penagihan pajak pada Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 Tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa,menyebutkan “Penyitaan adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh juru sita pajak untuk menguasai barang penanggung pajak guna dijadikan jaminan untuk melunasi utang pajak menurut peraturan perUndang-Undangan.” Apabila utang pajak tidak dilunasi penanggung pajak dalam jangka waktu 2 (dua) kali 24 (dua puluh empat) jam setelah surat paksa diberitahukan, pejabat menerbitkan surat perintah melaksakan penyitaan. Penyitaan dilakukan oleh juru sita pajak disaksikan oleh sekurang-kurangnya 2 (dua) orangtelah dewasa, penduduk Indonesia, dikenal oleh juru sita pajak, dan dapat dipercaya.Tujuan penyitaan adalah memperoleh jaminan pelunasan utang pajak dan penanggung pajak. Oleh karena itu penyitaan dapat dilaksanakan terhadap semua penanggung pajak. Penyitaan merupakan tindakan penagihan lebih lanjut setelahsurat paksa yang hanya dapat dilakukan setelah batas waktu 2x24 jam sebagaimana dimaksud dalam surat paksa.Artinya apabila penanggung pajak /WP tetap tidak melunasi utang pajak sebagai tercantum dalam surat paksa, barulah penyitaan dapat dilaksanakan. Dalam


(18)

hal penyitaan WP/penanggung pajak tidak mengakibatkan penundaan kewajiban membayar/melunasi pajak terutang atau kurang bayar.

D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Dalam tugas akhir ini ruang lingkup yang akan dibahas oleh penulis adalah:

1. Jenis barang yang dapat disita atau tidak dapat disita oleh pihak fiskusatau aparatur pajak melalui juru sita pajak.

2. Tugas dan Fungsi juru sita pajak.

3. Prosedur penyitaan sesuai dengan Undang-Undang pajak yang berlaku. 4. Proses pelaksanaan penyitaan terhadap barang-barang sitaan .

E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri(PKLM) 1. Tahap Persiapan

Yaitu kegiatan yang dilakukan mahasiswa/i sebelum terjun langsung melakukan Praktek Kerja Lapangan Mandiri, yaitu:Pengajuan judul, penentuan judul, pengajuan proposal tentang judul yangakan diajukan kepada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan,penentuan tempat Praktek Kerja Lapangan Mandiri dan seminar proposal hingga mendapat suratkeputusan untuk melakukan Praktek Kerja Lapangan Mandiri.

2. Studi Literatur

Yaitu kegiatan studi mencari data-data serta informasi-informasi dengan membaca landasan teori, menelaah buku-buku literatur, peraturan


(19)

perUndang-undangan perpajakan, Peraturan Pemerintahan, surat edaran Direktorat Jendral Pajak, Keputusan Menteri Keuangan, informasi dari majalah, surat kabar,cetak-cetakan maupun bahasa yang tertulis yang berhubungan secara langsung dalam kegiatan Praktek Kerja Lapangan Mandiri.

3. Studi Observasi Lapangan

Yaitu kegiatan studi untuk mencari data-data serta informasi-informasi dengan mengikuti Praktek Kerja Lapangan Mandiri pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama serta mempelajari laporan-laporan yng berhubungan dengan masalah yang akan dibahas.

4. Pengumpulan Data

Yaitu kegiatan studi yang dilakukan untuk mencari 4.1 Data primer – Wawancara

4.2 Pengamatan 4.3 Dokumentasi 5. Analisis dan Evaluasi

Yaitu kegiatan studi yang dilakukan dengan cara menganalisis permasalahan dan kendala yang dihadapi dan mencari tahu atau menanyakan solusi atau jalan keluar yang terbaik untuk memecahkan yang timbul di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam.


(20)

F. MetodePengumpulan Data 1. Metode Wawancara (Interview)

Yaitu kegiatan yang mengumpulkan dan mencari data dengan melakukan wawancara dan mengajukan pertanyaan kepada pegwai instansi yang berkompeten dan menambah objektif yang berkaitan dengan kebutuhan untuk melengkapi laporan Praktek Kerja lapangan Mandiri.

2. Metode Observasi

Yaitu kegiatan mengumpulkan dan mencari data dengan secara langsung maupunn tidak langsung terjun kelapangan untuk melakukan peninjauan dengan mengamati mendengar, dan bila perlu ikut serta dalam mengerjakan tugas yang diberikan pihak instansi dengan mermberikan petunjuk atau arahan terlebih dahulu dengan berpedoman pada ketentuan yang berlaku pada instansi dan tidak boleh melakukan pekerjaan yang menjadi rahasia dan memiliki resiko tinggi.

3. Metode Dokumentasi

Yaitu kegiatan mengumpulkan dan mencari data dengan membuat daftar dokumentasi yang telah dipeloreh dari instansi.

G. SistematikaPenulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Agar penulisan tugas akhir ini tertera dan sistematis, maka penulisan membatasi luas pembahasan yang terdiri dari :

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini penulis menjelaskan mengenai latar belakang yang menjadi dasar pemikiran dan penyusunan laporan,, tujuan dan manfaat Praktek Kerja Lapangan


(21)

Mandiri,ruang lingkup , metodologi penelitian, metode pengumpulan data, serta sistematika penulisan.

BAB II : GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA LUBUK PAKAM

Dalam bab ini penulis menguraikan sejarah singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam, struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam. Dan juga menguraikan pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan Mandiri meliputi jenis dan bentuk kegiatan Pratek Kerja Lapangan Mandiri, prosedur, kendala-kendala yang dihadapi dan upaya penyelesaiannya.

BAB III : GAMBARAN UMUM PENYITAAN PAJAK

Menguraikan tentang pengertian dan ketentuan-ketentuan yang diaturdalam peraturan perundang-undangan perpajakan , khususnya pelaksanaan penyitaan.

BAB IV : ANALISA DAN EVALUASI DATA

Pada bab ini penulis mengemukakan analisa data dan evaluasi terhadap data-data yang berhubungan dengan judul laporan.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan ini merupakan inti sari yang bersumber dari hasil penelitian, dan berdasarkan kesimpulan dapat dibuat rekomendasi yan gberisi saran-saran yang dapat diambil sebagai tindakan untuk mengatasi masalah yang ditemukan di lokasi penelitian.

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(22)

BAB II

GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA LUBUK PAKAM

A.Sejarah Umum KPP Pratama Lubuk Pakam

Sejak tahun 2002, Direktorat Jenderal Pajak - Departemen Keuangan melakukan modernisasi perpajakan sebagai bagian dari reformasi perpajakan (tax-reform) dan reformasi birokrasi. Dilakukan perubahan paradigma perpajakan dengan mengedepankan aspek pelayanan kepada Wajib Pajak , yang diimbau dengan pengawasan dan konsultasi. Untuk implementasinya dibentuk Kantor Pelayanan Pajak (KPP) modern dengan tiga model, yakni KPP Wajib Pajak Besar, KPP Madya, dan KPP Pratma. Salah satunya adalah KPP Pratama Lubuk Pakam yang terletak di Jalan Diponegoro no. 42-44 Lubuk Pakam sebelu akhirnya pindah ke Jalan P. Diponegoro No. 30 A Medan.

Berdasarkan pada keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No.785/KMK.01/1993 tertanggal 3 agustus 1993 Kantor Pelayanan Pajak berubah menjadi 4 (empat) wilayah kerja yaitu;

1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur 2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat 3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara


(23)

4. Kantor Pelayanan Pajak Binjai

Untuk mengimplementasikan konsep administrasi perpajakan modern yang berorientasi pada pelayanan dan pengawasan, maka struktur organisasi Direktorat Jendral Pajak perlu diubah, baik di level kantor pusat sebagai pembuat kebijakan maupun level kantor operasional sebagai pelaksana implementasi kebijakan. Sebagai langkah pertama, untuk memudahkan wajib pajak , ketiga jenis kantor pajak yang ada yaitu, Kantor Pelayanan Pajak (KPP), Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (KPPBB), Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak(Karipka) dilebur menjadi Kantor Pelayanan Pajak Pratama (KPP Pratama).

Adapun Kantor Wilayah Direktorat Jendral Pajak Sumatera Utarat I (Kanwil Sumut I) akan mengoperasikan delapan unit kantor pelayanan modern yang dijuluki Kantor Pelayanan Pajak Pratama. Ke delapan KPP Pratama dimaksud yakni enam unit KPP konvensional yang ada saat ini dimodernisasi dan ditambah dua KPP baru. Keenam KPP konvensional yang dijadikan KPP Pratama yakni:

1. KPP Pratama Medan Belawan 2. KPP Pratama Medan Barat 3. KPP Pratama Medan Polonia 4. KPP Pratama Medan Kota 5. KPP Pratama Medan Timur 6. KPP Pratama Binjai

Dua KPP baru yang dibentuk adalah: 1. KPP Pratama Medan Petisah


(24)

2. KPP Pratama Lubuk Pakam

KPP Pratama Lubuk Pakam sebelumnya adalah Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan Lubuk Pakam yang berada dibawah organisasi Kanwil Sumut II. Sejak dileburnya ketiga jenis Kantor Pelayanan Pajak menjadi satu, maka Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan Lubuk Pakam berubah menjadi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam dan berada dibawah organisasi Kanwil Sumut I.

Sesuai dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor Kep-95/PJ/2008 tanggal 27 Mei 2008 tentang Saat Mulai Operasi (SMO) KPP Pratama di lingkungan Kanwil DJP Sumatera Utara I, KPP Pratama Lubuk Pakam ditetapkan mulai beroperasi tanggal 27 Mei 2008. KPP Pratama Lubuk Pakam berada di bawah lingkungan Kanwil DJP Sumatera Utara I yang membawahi seluruh wilayah Kabupaten Deli Serdang

Visi:

Menjadi Institusi pemerintah penghimpun pajak negara yang terbaik di wilayah Asia Tenggara

Misi:

Menyelenggarakan fungsi administrasi perpajakan dengan menerapkan Undang-undang Perpajakan secara adil dalam rangka membiayai penyelenggaraan negara demi kemakmuran rakyat


(25)

Nilai-nilai Kementerian Keuangan

1. Integritas

2. Profesionalisme

3. Sinergi

4. Pelayanan

5. Kesempurnaan

1. Letak Geografis kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam

Penentuan lokasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama (KPP Pratama) merupakan salah satu faktor terpenting dalam memberikan kemudahan pelayanan kepada Wajib Pajak. Kantor Pelayananan Pajak Pratama Lubuk Pakam terletak di Jl.P.Diponegoro No. 42-44, sebelum akhir nya pindah ke jalan P.Diponegoro no 30A Medan . Kantor pemerintah ini disesuaikan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah, kedekatan dengan Kantor Pemerintah lainnya, seperti Kantor Gubernur dan satu gedung dengan Kantor Kementrian Keuangan Medan , ini juga memudahkan pengawasan dan memberikan pelayanan terhadap Wajib Pajak dalam membayar Pajak. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam dikepalai oleh seorang kepala Kantor yang terdiri atas Sub Bagian Umum dan beberapa seksi yang dipimpin oleh masing-masing seorang Kepala seksi. Agar dapat lebih jelas dan trasparan tentang keadaan dari Kantor


(26)

Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam, maka penulis akan menggambarkan kedudukan, tugas, fungsi dan struktur organisasi KPP Pratama Lubuk Pakam .

2. Wilayah-wilayah Kerja KPP Pratama Lubuk Pakam

Wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam adalah: 1. Sunggal 6. Lubuk Pakam

2. Labuhan Deli 7. Gunung Meriah 3. Pancur Batu 8. Percut Sei Tuan 4. Deli tua 9. STM Hulu 5. Beringin 10. Galang

11. Bangun Purba 17. Hamparan Perak 12. Kutalimbaru 18. Patumbak 13. Namorambe 19. Sibolangit 14. Batangkuis 20. Sibiru-biru 15. Tanjung Morawa 21. Pantai Labu 16. Pagar Merbau 22. STM Hilir

B. Struktur Organisasi KPP Pratama Lubuk Pakam

Struktur Organisasi adalah suatu bagian yang menggambarkan sistematis mengenai penetapan tugas-tugas,fungsi dan wewenang serta tanggungjawab masing-masing dengan tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Tujuan untuk membina keharmonisan kerja agar pekerjaan dapat pilaksanakan dengan teratur dan baik untuk mencapai tujuan yang diinginkan secara maksimal.


(27)

KPP Pratama Lubuk Pakam adalah instansi vertikal Direktorat Jenderal Pajak yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Kantor Wilayah yang dipimpin oleh seorang Kepala Kantor KPP Lubuk Pakam terdiri dengan sembilan (8) seksi. Masing-masing seksi dipimpin oleh Kepala Seksi.

Struktur Organisasi yang ada di KPP Lubuk Pakam dapat digambarkan sebagai berikut :

1. Kepala Kantor 2. Sub. Bagian Umum

3. Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI) 4. Seksi Pelayanan

5. Seksi Penagihan 6. Seksi Pemeriksaan 7. Seksi Ekstensifikasi

8. Seksi Pengawasan dan konsultasi (Waskon I,II,III) 9. Kelompok jabatan fungsional

C. Tugas dan Fungsi KPP Lubuk Pakam 1. Tugas

Dalam kedudukannya dibawah Kepala Kantor Wilayah yang dipmpin oleh seorang Kepala Kantor, KPP Pratama Lubuk Pakam mempunyai tugas melaksanakan penyuluhan, pelayanan, dan pengawasan Wajib Pajak di berbagai


(28)

bidang perpajakan. Bidang tersebut adalah PPh, PPN, PPnBM, PBB, PTLL, dalam wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Maka pembagian tugas dan wewenang masing-masing seksi dalam struktur organisasi KPP Lubuk Pakam adalah :

1.1 Sub Bagian Umum

Sub bagian umum terdiri dari 3 bagian, yaitu : a. Tata Usaha dan Kepegawaian

Tugasnya adalah menyelenggarakan tugas pelayanan di bidang tata usaha dan kepegawaian dengan cara melakukan pengurusan surat, pengetikan dan pengadaan, penataan berkas penyusutan arsip, tata usaha kepegawaian dan pengiriman laporan agar dapat menunjang kelancaran tugas Kantor Pelayanan Pajak.

b. Keuangan

Tugasnya adalah menyusun anggaran dan administrasi keuangan untuk pembiayaan administrasi kantor dan penggajian pegawai KPP Pratama Lubuk Pakam.

c. Bagian Rumah Tangga

Tugasnya adalah mengurusi segala keperluan rumah tangga dan keperluan perlengkapan Kantor Pelayanan Pajak Pratama agar dapat menunjang kelancaran tugas Kantor Pelayanan Pajak.


(29)

2. Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI)

Seksi Pengolahan Data dan Informasi di pimpin oleh seorang kepala seksi yang tugasnya mengkoordinir urusan pengolahan data dan penyajian informasi pembuatan monografi pajak, penggalian potensi perpajakan serta ekstensifikasi wajib pajak dan intensifikasi sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Seksi Pengolahan Data dan Informasi mempunyai tugas melakukan pengumpulan, pencarian, dan pengolahan data, penyajian informasi perpajakan, perekaman dokumen perpajakan, urusan tata usaha penerimaan perpajakan, pengalokasian Pajak Bumi dan Bangunan dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan, pelayanan dukungan teknis komputer, pemantauan aplikasi elektronik, pengaplikasian Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP), dan Sistem Informasi Geogarafi (SIG), serta penyiapan laporan kinerja.

3. Seksi Pelayanan

Seksi Pelayanan mempunyai tugas melakukan penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan, pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan, serta penerimaan surat lainnya, penyuluhan perpajakan, pelaksanaan registrasi Wajib Pajak, serta melakukan kerjasama perpajakan.

4. Seksi Penagihan

Seksi penagihan mempunyai tugas melakukan urusan penatausahaan piutang pajak, penagihan aktif, usulan penghapusan piutang pajak, penundaan dan


(30)

angsuran tunggakan pajak, serta penyimpanan dokumen-dokumen penagihan. 5. Seksi Pemeriksaan

Seksi pemeriksaan mempunyai tugas melakukan penyusunan rencana pemeriksaan, pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan, penerbitan dan penyaluran surat perintah pemeriksaan pajak serta administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya.

6. Seksi Ekstensifikasi

Seksi Ekstensifikasi Perpajakan mempunyai tugas melakukan pengamatan potensi perpajakan, pendapatan objek dan subjek pajak, penilaian objek pajak dalam rangka ekstensifikasi.

7. Seksi Pengawasan dan Konsultasi (Waskon) I, II, III

Seksi Pengawasan dan konsultasi I, seksi pengawasan dan konsultasi II, seksi pengawasan dan konsultasi III, masing-masing mempunyai tugas melakukan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak, bimbingan/himbauan kepada Wajib Pajak dan Konsultasi teknis perpajakan, penyusunan profil Wajib pajak, analisis kinerja Wajib pajak, melakukan rekonsiliasi data Wajib Pajak dalam rangka melakukan intensifikasi, dan melakukan evaluasi hasil banding. 8. Kelompok Jabatan Fungsional

Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melakukan kegiatan sesuai dengan jabatan fungsional masing-masing berdasarkan peraturan perundang- undangan yang berlaku . Kelompok jabatan fungsional terdiri dari Supervisor,


(31)

Ketua Tim, dan Anggota Tim. KPP Pratama Lubuk Pakam mempunyai 2 kelompok Fungsional sesuai dengan bidang keahliannya. Setiap kelompok tersebut di koordinasikan oleh pejabat fungsional senior yang ditunjuk oleh Kepala Kantor Wilayah, atau Kepala KPP yang bersangkutan. Jumlah jabatan Fungsional tersebut ditentukan berdasarkan kebutuhan dan beban kerja. Jenis dan jenjang jabatan fungsional diatur sesuai dengan peraturan perundang-undangan .

2. Fungsi

Dalam melaksanakan tugas, KPP Pratama Lubuk Pakam menyelenggarakan fungsi:

a. Pengumpulan, pencarian dan pengolahan data, pengamatan potensi perpajakan, penyajian informasi perpajakan, penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan

b. Pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan/pengolahan Surat Pemberitahuan, dan penerimaan surat lainnya.

c. Penyuluhan perpajakan

d. Penatausahaan piutang pajak dan pelaksanaan penagihan pajak

e. pelaksanaan pemeriksaan pajak


(32)

g. Pelaksanaan konsultasi perpajakan

h. Pelaksanaan intensifikasi dan ekstensifikasi


(33)

D. Gambaran Pegawai / Karyawan / Anggota Personil

Seksi Pengolahan Data Dan Informasi

Parlagutan Simatupang

060065045

Kepala KPP Pratama Lubuk pakam Faisal Fatahillah

Seksi Pelayanan Elizabeth Martha Uli

060084635 19 pegawai Seksi Penagihan Marihot pahala Siahaan O60083268 4 Pegawai Seksi Pengawasan dan konsultasi I

Listyanto Budi Prasojo 060078334

Seksi pengawasan dan konsultasi II

Lenny Sarah S 060089378 12 Pegawai Seksi Pengawasan

dan Konsultasi IV Charles Napitupulu

060069784

Seksi Pengwasan dan Konsultasi III Rudi hartono Tarigan 060089088 Seksi Pemeriksaan Tabah Wolmen Silalahi 060091560 Subbagian Umum dan Kepatuhan Internal Pejabat tidak ada

9 P i

Seksi Ekstenfikasi dan Penyuluhan Resti Magdalena Sinaga Pegawai Fungsional 9 Pegawai


(34)

BAB III

GAMBARAN DATA PRAKTEK

A. Barang-Barang yang Termasuk Penyitaan dan Pengecualiannya 1.Barang-barang penanggung pajak yang dapat disita

Penyitaan ini diatur dalam Undang-Undang Nomor.19 Tahun 1997 pasal 14 ayat 1,2 dan 3, sebagai berikut: Penyitaan dapat dilakukan terhadap milik penanggungpajak yang berada ditempat tinggal, tempat usaha, tempat kedudukan atau ditempatlain, termasuk yang penguasaannya berada ditangan pihak lain atau yang dibebani dengan hak penanggung pajak jaminan pelunasan utang tertentu berupa : 1.1 Barang bergerak termasuk mobil, perhiasan, uang tunai dan deposito berjangka,

tabungan, saldo, rekening Koran, giro atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu, obligasi, saham atau surat berharga lainnya, piutang dan penyertaan modal pada perusahaan lainnya.

1.2 Barang tidak bergerak termasuk tanah, bangunan dan kapal, penyitaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sampai dengan nilai barang yang disita diperkirakan cukup melunasi utang pajak dan biaya penagihan. 2. Barang bergerak yang dapat disita

Perincian mengenai barang bergerak yang dapat disita adalah sebagai berikut : 2.1 Semua barang bergerak yang ada dirumah penanggung pajak seperti:

• Perkakas rumah tangga (lemari,meja,kursi dan sebagainya) • Barang-barang mewah(tv,lemari es,tape recorder,kompor gas


(35)

• Barang-barang perhiasan(kalung,cincin,gelang dari emas,berlian dan batu permata lainnya)

• Uang tunai(surat-surat berharga)

• Kendaraan(mobil,sepeda motor,sepeda dan sebagainya) • Lain-lainnya(jam dinding,lukisan,radio dan sebagainya) 3.Barang-barang yang dikecualikan dari penyitaan:

Barang-barang yang dikecualikan menurut ketentuan pasal 15 ayat (1) Undang-undang Nomor.19 tahun 2000, adalah sebagai berikut :

3.1 Pakaian dan tempat tidur beserta perlengkapannya yang dilakukan oleh penanggung pajak dan keluarga yang menjadi tanggungan.

3.2 Persediaan makanan dan minuman untuk keperluan satu bulan beserta peralatan memasak yang berada dirumah.

3.3 Perlengkapan penanggung pajak yang bersifat dinas. d. Buku-buku yang berhubungan dengan jabatan atau pekerjaan penanggung pajak dan alat-alat yang digunakan untuk pendidikan,kebudayaan dankeilmuan.

3.4 Peralatan dalam keadaan jalan yang memiliki kegunaan untuk melaksanakan pekerjaan atau usaha sehari-hari dengan jumlah seluruhnya tidak melebihi Rp 20.000.000(Sepuluh juta rupiah) 3.5 Peralatan penyandang cacat yang digunakan oleh penanggung pajak dan keluarga


(36)

B. Tugas dan Fungsi Juru Sita Pajak

Pelaksanaan penyitaan dan penyanderaan terhadap barang-barang wajib pajak/penanggung pajak untuk melunasi utang pajak hanya dapat dilakukan oleh jurusita pajak. Pejabat yang ditunjuk oleh Direktorat Jenderal Pajak Republik Indonesia Dalam Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000, menyebutkan bahwa Jurusita Pajak adalah Pelaksana tindakan penagihan pajak yang meliputi penagihan pajak seketika dan sekaligus, pemberitahuan surat paksa, penyitaan dan penyan deraan.

Adapun tugas Jurusita Pajak sebagaimana tercantum dalam Undang-UndangNomor 19 Tahun 2000,adalah :

“Pasal 5, Jurusita bertugas :

1. Melaksanakan surat perintah penagihan seketika dan sekaligus 2. Memberitahukan surat paksa

3. Melaksanakan penyitaan atas barang-barang penanggung pajak berdasarkan surat perintah melaksanakan penyitaan, dan

4. Melaksanakan penyanderaa berdasarkan surat perintah penyanderaan”.

Petugas pajak dalam melaksanakan tugasnya harus dilengkapi dengan kartu tanda pengenal Juru sita Pajak dan Salinan Berita Acara Pelaksanaan Sita dan Harus diperlihatkan kepada Penanggung Pajak, Jurusita Pajak dapat meminta bantuan kepada kepolisian unuk barang bergerak yang kepemilikannya terdaftar. Badan Pertahanan Nasional, untuk tanah yang kepemilikannya sudah terdaftar Pemerintah Daerah dan Pengadilan setempat, untuk tanah yang kepemilikannya belum


(37)

tardaftar,Direktorat Jenderal Pajak Perhubungan Laut untuk Kapal, Bank atau pihak lain.

Dalam melaksanakan penyitaan, jurusita pajak berwenang memasuki dan memeriksa semua ruangan termasuk membuka lemari, laci dan tempat lain untuk menemukan objek sita ditempat usaha, ditempat kedudukan atau ditempat tinggal penanggung pajak, atau ditempat lain yang diduga sebagai tempat penyimpanan objek sita, Jurusita Pajak dalam melaksanakan tugasnya diwilayah kerja pejabat yang mengangkatnya, kecuali ditetapkan lain dengan Keputusan Menteri dan Keputusan Kepala Daerah.

C.Prosedur Penyitaan Oleh Juru Sita Pajak

Sebelum melaksanakan penyitaan, Jurusita Pajak diharuskan telah memenuhi kriteria atau syarat-syarat yang dipenuhi untuk menjadi Jurusita (sebagaimana tertuang dalam Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor.562/KMK.04/2000 :

1. Berijazah serendah-rendanya Sekolah Menengah Umum atau yang setingkat dengan itu ;

2. Berpangkat serendah-rendahnya pengatur muda/Golongan II/a ; 3. Berbadan sehat

4. Lulus pendidikan dan latihan juru sita pajak


(38)

Sebelum mendapatkan jabatannya, Jurusita Pajak diambil sumpah atau janji menurut agama dan kepercayaannya oleh pejabat yang berbunyi sebagai berikut ;“Saya bersumpah/berjanji dengan sungguh-sungguh bahwa saya, untuk memangku jabatan saya ini,langsung atau tidaklangsung,dengan menggunakan nama atau cara apapun juga,tidak memberikan atau menjanjikan barang sesuatu kepada siapa pun juga”.

“Saya bersumpah/berjanji bahwa saya, untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam jabatan saya ini, tidak sekali-kali akan menerima langsung atau tidak langsung dari siapapun juga sesuatu janji atau pemberian”

“Saya bersumpah/berjanji bahwa saya akan setia dan akan mempertahankan serta mengamalkan pancasila sebagai dasar dan ideologi negara, Undang-undang Dasar1945, dan segala Undang-undang serta peraturan lain yang berlaku bagi Negara Republik Indonesia”

“Saya bersumpah/berjanji bahwa saya senantiasa akan menjalankan jabatan sayaini dengan jujur, seksama dan dengan tidak membeda-bedakan orang dalammelaksanakan kewajiban saya dan akan berlaku sebaik-baiknya dan seadil-adilnya seperti layaknya bagi seorang Jurusita Pajak yang berbudi baik dan jujur menegakkan hukum dan keadilan.”

Juru sita Pajak dalam melaksanakan tugasnya harus dilengkapi dengan kartu tanda pengenal jurusita pajak dan memperlihatkan kepada penanggung pajak.Juru sita pajak mempunyai wewenang yang di atur di pasal 5 ayat(3),adapun wewenang jurusita pajak adalah


(39)

a. Juru sita pajak dapat meminta bantuan kepada polisi, kejaksaan, departemen yang membidangi hukum dan perundang-undangan, pemerintah daerah setempat, badan pertahanan nasional, Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, Pengadilan Negeri, Bank atau pihak lain .

b. jurusita Pajak berwenang memasuki dan memeriksa semua ruangan termasuk membuka lemari,laci dan tempat lain untuk menemukan objek sita ditempat usaha, ditempat kedudukan atau tempat tinggal penanggung pajak atau ditempat lain yang diduga sebagai tempat penyimpanan objek sita pajak.

Juru sita pajak dalam menjalankan tugasnya diwilayah kerja pejabat yang mengangkatnya kecuali ditetapkan lain dengan keputusan Menteri atau keputusan Kepala Daerah.

Sewaktu-waktu jurusita pajak dapat diberhentikan sesuai dengan kapasitas dirinya apabila:

a. Meninggal dunia b. Pensiun

c. Karena alih tugas atau keperluan dinas lainnya d.Lalai atau tidak cakap dalam menjalankan tugasnya e. Melakukan perbuatan tercela

f. Melanggar sumpah atau janji jurusita pajak atau g. Sakit jasmani atau rohani terus menerus


(40)

Dalam pelaksanaan penyitan terhadap barang-barang yang akan disita, ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh jurusita pajak seperti halnya penyitaan terhadap perhiasan emas permata dan sejenisnya yang dilakukan sebagai berikut: membuat rincian tentang jenis, jumlah dan harga perhiasan yang disita dalam surat dan daftar yang merupakan acara pelaksanaan sita yang sebelumnya telah membuat berita acara pelaksanaan sita.

D. Pelaksanaan Penyitaan Terhadap barang-barang sitaan

Penyitaan terhadap uang tunai termasuk mata uang asing dapat dilaksanakan dengan menghitung terlebih dahulu uang tunai yang disita dan membuat rinciannya dalam suatu daftar yang merupakan laporan berita acara pelaksanaan sita dan menyimpan uang tunai yang disita dalam tempat penyimpan yang selanjutnya ditempati dengan segel sita dan kemudian kepada penanggung pajak atau menitipkannya kepada bank.

Lain halnya penyitaan terhadap kekayaan penanggung pajak yang disimpan di bank berupa deposito jangka panjang, tabungan saldo rekening koran, giro, atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu dilaksanakan, dengan cara pejabat menunjukan permintaan pemblokiran kepada bank disertai dengan penyimpanan salinan surat paksa dan surat penyitaan. Perintah melaksanakan penyitaan, bank wajib memblokir seketika, setelah menerima pemblokiran dari pejabat dan membuat berita acara pemblokiran serta menyampaikan salinan kepada pejabat dan menanggung pajak juru sita pajak setelah menerima berita acara pemblokiran dari bank,


(41)

memerintah penanggung pajak untuk memerintahkan bank agar memberitahukan saldo kekayaan yang tersimpan pada bank tersebut kepada juru sita pajak . Dalam hal penanggung pajak tidak memberikan kuasa kepada bank . Pejabat meminta kepada gubernur bank indonesia melalui menteri keuangan untuk memerintah bank , memberitahukan saldo kekayaan penanggung pajak yang tersimpan pada bank dimaksud kepada pejabat . Setelah saldo kekayaan yang tersimpan pada bank diketahui , juru sita pajak melaksanakan penyitaan dan membuat berita acara pelaksanaan sita kepada penanggung pajak dari bank yang bersangkutan .

Pejabat dapat mengajukan pencabutan pemblokiran kepada bank setelah penanggung pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak terhadap kekayaan penanggung pajak setelah dikurangi dengan jumlah yang disita apabila utang pajak dan biaya penagihan pajak tidak dilunasi oleh penanggung pajak sekalipun telah dilakukan pemblokiran dalam hal jumlah yang memblokir lebih besar dari jumlah yang disita maka atas sisa lebih besar tersebut diajukan permintaan pencabutan pemblokiran oleh pejabat kepada bank.

Apabila dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari sejak penyitaan penanggung pajak tidak melunasi utang pajak dan biaya penagihan, pejabat segera meminta kepada pemimpin bank untuk memindahkan bukuan harta kekayaan penanggung pajak yang tersimpan pada bank ke kas Negara atas kas daerah sejumlah yang tercantum dalam berita acara pelaksanaan sita.Sebelum jangka waktu 14 hari sebagaimana dimaksud dalam uraian diatas, penanggung pajak dapat mengajukan permohonan kepada pejabat untuk menggunakan barang sitaan yang dimaksud untuk


(42)

melunasi biaya penagihan pajak dan utang pajak . Pencabutan sita dilaksanakan oleh juru sita pajak berdasarkan surat pencabutan sita yang diterbitkan oleh pejabat dan tembusannya disampaikan kepada pimpinan bank yang bersangkutan Sedangkan penyitaan terhadap surat berharga berupa obligasi saham, dan sejenisnya yang diperdagangkan dibursa efek dapat dilaksanakan dalam memblokir rekening efek dilakukan berdasarkan permintaan tertulis dari Direktorat Jendral Pajakatas pejabat yang ditunjukan oleh ketua Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEDAM) dengan menyebutkan nama pemegang rekening atau nomor pemegang rekening sebagai penaggung pajak, sebab dan alasan perlunya pemblokiran tersebut dilakukan.

Berdasarkan permintaan Direktorat Jendral Pajak atau pejabat yang ditunjuknya sebagaimana dimaksud, ketua badan pengawas pasar modal (ka.BAPEDAM) dapat menyampaikan perintah tertulis kepada custodian untuk melakukan pemblokiran terhadap rekening efek penanggung pajak.Dalam hal permintaan pemblokiran rekening tersebut disertai dengan permintaan keterangan tentang rekening efek pada custodian, maka permintaan tertulis dari direktorat jendralpajak dan salinannya disampaikan kepada ketua badan pengawas pasar modal dan pemegang rekening sebagai penanggung pajak, selambat-lambatnya 2 (dua) hari kerja setelah pemblokiran dan keterangan tersebut dilakukan. Juru sita pajak dapat melaksanakan penyitaan atas efek dan atau dana dalam rekening efek pada custodian segera setelah menerima berita acara pemblokiran dan berita acara pemberian keterangan. Juru sita pajak dalam melakukan penyitaan harus membuat berita acara pelaksanaan sita yang ditanda tangani oleh juru sita penanggung pajak dan saksi-saksi .


(43)

Apabila penanggung pajak tidak hadir, berita acara pelaksanaan sita bias ditanda tangani oleh saksi-saksi kemudian berita acara pelaksanaan sita disampaikan kepada penanggung pajak dan salinannya disampaikan ketua badan pengawasan pasar modal dan custodian. Pejabat dapat mengajukan permintaan pencabutan pemblokiran terhadap rekening efek penanggung pajak kepada custodian, setelah penanggung pajak melunasi utang pajak, dan biaya penagihan pajak setelah dikurangi dengan jumlah yang disita, apabila utang pajak dan biaya penagihan pajak tidak dilunasi oleh penanggung pajak sekalipun telah dilakukan pemblokiran efek dapat yang diperdagangkan dibursa yang telah disita, dijual di bursa melalui perantara pedagang efek anggota bursa atas permintaan pejabat.

Penyitaan terhadap surat berharga obligasi, saham, dan sejenisnya yang tidak diperdagangkan di bursa efek dilaksanakan dengan cara melakukan infentarisasi dan membuat rincian tentang jenis, jumlah dan nilai minimal atau perkiraan nilailainya dari surat berharga yang disita dalam suatu daftar yang merupakan lampiran pelakasanaan sita yang sebelumnya telah membuat berita acara pelaksanaan sita yang kemudian membuat berita acara pengalihan hak surat berharga atas nama penanggung pajak pada pejabat.

Penyitaan terhadap barang yang telah disita oleh kejaksaan atau kepolisian sebagai barang bukti dalam kasus pidana, baru dapat dilaksanakan setelah barang bukti tersebut dikembalikan penanggung pajak. Penyitaan terhadap barang milik penanggung pajak dilaksanakan dengan jumlah nilai barang yang diperkirakan cukup untuk melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak .


(44)

Penyitaan tambahan dapat dilakukan apabila nilai barang yang dimaksud nilainya tidak cukup untuk melunasi biaya penagihan pajak dan utang pajak, hasil lelang barang telah disita tidak cukup untuk melunasi biaya utang penagihan dan utang pajak sebagai mana yang telah diuraikan sebelumnya.

1. Pelaksanaan Penyegelan

Penanggung pajak dapat melunasi utang pajak biaya yang timbul dalam rangka penagihan pajak selama barang yang telah disita belum dijual, digunakan, atau dipindah bukukan.

Atas barang yang disita dapat ditempeli atau diberi segel sita.Penempelan segel sita dilaksanakan dengan memperhatikan jenis, sifat dan bentuk barang sitaan.Segel sita sekurang-kurangnya memuat “disita”.NOMOR dan TANGGAL BERITA ACARA PELAKSANAAN SITA . Larangan untuk memindah tangankan,memindahkan hak, meminjamkan, merusak barang yang disita.

Apabila utang pajak dan atau biaya penanggung pajak tidak dilunasi setelah penyitaan pajak.Pejabat berwenang melakukan penjualan secara lelang maupun menggunakan atau memindah bukukan barang yang telah disita untuk pelunasan utang pajak dan atau biaya penagihan pajak dimaksud. Penjualan secara lelang melalui kantor lelang dan dilaksanakan paling cepat sesudah jangka waktu 14 hari terhitung sejak penyitaan. Apabila hasil lelang telah mencapai jumlah yang cukup untuk melunasi biaya penagihan pajak dan utang pajak, maka pelaksanaan lelang dihentikan dan sisa barang dan kelebihan hasil lelang dikembalikan oleh pejabat


(45)

kepada penanggung pajak paling lambat 3 (tiga) hari setelah dilaksanakannya lelang . Besarnya biaya penagihan pajak adalah Rp.50.000,00 untuk setiap pelaksanaan perintah melaksanakan penyitaan .

2. Pencabutan Sita

Surat pencabutan sita sekaligus berfungsi sebagai pencabutan berita acara pelaksanaan sita disampaikan oleh juru sita pajak kepada penanggung pajak daninstansi yang terkait, diikuti dengan pengembalian penguasaan barang yang disitakepada penanggung pajak.

Pencabutan sita dilaksanakan apabila penanggung pajak telah melunasi pajak penagihan pajak dan utang pajak atau berdasarkan putusan pengadilan atau bersadasarkan badan peradilan pajak atau ditetapkan lain oleh menteri keuangan atau kepala daerah tingkat I dan kepala daerah tingkat II.

Pencabutan sita dapat dilakukan terhadap :

a. Deposito berjangka, tabungan, saldo rekening koran, giro, atau yang disamakan dengan itu dilaksanakan dengan menyampaikan surat pencabutan sita kepada penanggung pajak dan tembusannya disampaikan kepada ban kyang bersangkutan. b. Surat berharga berupa, obligasi, saham atau sejenisnya baik yang diperdagangkan

maupun yang tidak diperdagangkan dibursa efekdilaksanakan dengan menyampaikan surat pencabutan sita kepada penanggung pajak dan tembusannya disampaikan kepada pihak terkait yang sekaligus berfungsi sebagai pembatalan berita acara pengalihan hak atas suratberharga tersebut.


(46)

c. Piutang dilaksanakan dengan menyampaikan surat pencabutan sita kepada penanggung pajak dan tembusannya disampaikan kepada pihak yang berutang sekaligus berfungsi sebagai pembatalan berita acara persetujuan pengalihan hak atas menagih piutang .

d. Penyertaan modal pada perusahaan lain dilaksanakan dengan menyampaikan surat pencabutan sita kepada penanggung pajak dan tembusannya disampaikan kepada pihak terkait serta membuat akte pembatalan penagihan hak.

3. Pelaksanaan Penyanderaan

Dalam hal penyanderaan hanya dapat dilakukan terhadap penanggung pajak selain dari pada barang-barang milik penanggung pajak yang tidak melunasi utang pajak setelah lewat jangka waktu 14 hari terhitung sejak tanggal surat paksa diberitahukan kepada penanggung pajak. Penyandraan hanya dapat dilakukan terhadap penangung pajak yang :

a. Mempunyai hutang pajak sekurang-kurangnya Rp.100.000.000,00 yang meliputi seluruh jenis pajak dan tahun pajak. Jumlah tersebut merupakan syarat kuantitatif dan sekaligus menunjukan bahwa penyandraan tidak ditujukan kepada penanggung pajak yang berpenghasilan kecil.

b. Diragukan itikad baiknya dalam melunasi utang pajak. Selain syarat kuantitatif seperti yang diatur, juga ditentukan syarat kualitatif yaitu penanggung pajak diragukan itikad baiknya untuk melunasi utang pajaknya,misalnya penanggung pajak diduga menyembunyikan harta kekayaannya sehingga tidak ada atau tidak


(47)

cukup barang yang disita untuk jaminan pelunasan utang pajak, atau terdapat dugaan yang kuat bahwa penanggung pajak akan melarikan diri .

Penyanderaan terhadapat penanggung pajak sebagimana dimaksud dalam uraian diatas dilaksanakan berdasarkan surat perintah yang diterbitkan oleh pejabat setelah memperoleh izin tertulis dari menteri keuangan untuk penagihan pajak pusatatau dari gubernur untuk penagihan pajak daerah. Permohonan izin penyanderaan diajukan oleh pejabat atau atasan pejabat kepada menteri keuangan untuk penagihan pajak pusat atau kepada gubernur untuk penagihan pajak daerah.Namun dalam hal pejabat berhalangan dan penggantian pejabat tersebut belum ditunjukan maka atasan pejabat dapat mengajukan permohonan izin penyanderaan. Permohonan izin penyanderaan memuat sekurang-kurangnya identitas penanggung pajak yang akan disandera, jumlah utang pajak yang belum dilunasi, tindakan penagihan pajak yangtelah dilaksanakan dan uraian tentang adanya petunjuk bahwa penanggung pajak diragukan itikad baik dalam pelunasan utang pajak.

Surat perintah penyanderaan diterbitkan oleh pejabat seketika setelah diterimanya izin tertulis dari meteri keuangan untuk penagihan pajak pusat atau dari gubernur untuk penagihan pajak daerah.Surat perintah penyanderaan memuat sekurang-kurangnya identitas penanggung pajak, alasan penyaderaan, izin penyanderaan, lama penyanderaan, dan tempat penyanderaan.

Penanggung pajak yang disandera ditempatkan ditempat tertentu sebagai tempat penyanderaan, jika melakukan penyaderaan terhadap penanggung pajak dengan syarat-syarat sebagai berikut : tertutup dan terasing dari


(48)

masyarakat,mempunyai fasilitas terbatas dan mempunyai sistem pengamatan dan pengawasan yang memadai. Sebelum tempat penyanderaan sebagaimana dimaksud dibentuk,penanggung pajak yang disandera dititipkan dirumah tahanan Negara dan terpisah dari tahanan lain kemudian lebih lanjut penyanderaan penanggung pajak sebagaimanayang dimaksud ditetapkan oleh menteri keuangan dan menteri kehakiman dan hakazasi manusia . Ketentuan yang akan ditetapkan dalam keputusan bersama menteri keuangan dan menteri kehakiman dan hak azasi manusia, antara lain mengenai :

• Prosedur penitipan penanggung pajak yang disandera dirumah tahananNegara.

• Tanggung jawab atas penanggung pajak yang disandera selama dalam penyanderaan.

• Izin kunjungan dari keluarga, pengacara dan sahabat. • Kriteria pelayanan kesehatan dan makanan yang layak.

• Tata tertib yang dilakukan terhadap penanggung pajak yang disandera. Jangka waktu penyaderaan selambat-lambatnya 6 (enam) bulan terhitung sejak penanggung pajak ditetapkan dalam tempat penyanderaan dan dapat diperpanjang untuk paling lama 6 bulan izin perpanjangan jangka waktu penyanderaan dapat sekaligus diberikan oleh yang berwenang pada waktu memberikan izin penyaderaan. Dalam izin perpanjangan penyanderaan sekaligus diberikan maka tidak diperlukan suatu izin baru.Ketentuan jangka waktu maksimum penyanderaan tidak berlaku


(49)

dalam hal penyanderaan melarikan diri penentuan lamanya penyaderaan didasarkan pada perhitungan besarnya utang pajak, besarnya jumlah harta yang disembunyikan dan dihubungkan dengan itikad tidak baik dengan penanggung pajak untuk melunasi utang pajaknya .

Juru sita pajak harus menyampaikan surat sita penyaderaan langsung kepada penanggung pajak dan salinannya disampaikan kepada kepala setempat penyanderaan. Dalam hal penanggung pajak yang akan disandera tidak dapat ditemukan juru sita pejabat atasan dapat meminta bantuan kepada kepolisian atau kejaksaan untuk menghadirkan penanggung pajak yang tidak dapat ditemui tersebut,termasuk dalam pengertian menghadirkan penanggung pajak untuk mencari,menangkap dan membawa penanggung pajak ketempat pejabat untuk selanjutnya diserahkan kepada kepada tempat penyanderaan.

Penyanderaan mulai dilaksanakan pada saat surat perintah penyanderaan diterima penanggung pajak yang bersangkutan . Penyanderaan tidak boleh dilaksanakan dalam hal penanggung pajak sedang beribadah, sedang mengikuti sidang resmi, atau sedang mengikuti pemilihan umum.Penyanderaan dilaksanakan oleh jurusita pajak yang disaksikan oleh dua orang penduduk Indonesia yang telah dewasa,dikenal oleh juru sita pajak dapat meminta kepolisian atau kepada jaksa.Dalam hal ini juru sita menemui kesulitan ataupun karena alasan keamanan dan keselamatan jurusita pajak dan saksi-saksi maka juru sita pajak dapat meminta kepada kepolisian untuk melaksanakan penyanderaan.Juru sita pajak ditempat ditempat penyanderaan,berita acara penyanderaan ditanda tangani oleh juru sita pajak, kepala tempat penyanderaan


(50)

dan saksi-saksi. Berita acara penyanderaan merupakan syarat utama sahnya penyanderaan yang berfungsi sebagai berita acara penyanderaan paling sedikit memuat nomor dan tanggal surat perintah penyanderaan. Izin tertulis menteri keuangan atau kepala daerah tingkat I (gubernur) identitas jurusita pajak yang disandera, tempat penyanderaan, lamanya penyanderaan, identitas penyanderaan,salinan berita acara penyanderaan disampaikan kepada kepala tempat penyanderaan.Penanggung pajak dan kepada daerah tingkat II (bupati).

Biaya penyanderaan dibebankan kepada penanggung pajak yang disanderadan diperhitungkan sebagai biaya penanggung pajak. Termasuk dalam biaya penyanderaan antara lain, biaya hidup selama dalam penyanderaan dalam rumah tahanan Negara. Biaya penyanderaan merupalan salah satu biaya penagihan yang harus ditanggung oleh penanggung pajak yang disandera.Selama dalam penyanderaan penanggung pajak berhak untuk melakukan ibadah ditempat penyanderaan sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing.Memperoleh pelayanan kesehatan yang layak sesuai dengan ketentuan yang berlaku,mendapat makanan yang layak, termasuk kiriman dari keluarga.Menyampaikan keluhan tentang perlakuan petugas, memperoleh bahan bacaan dan informasi lainnya atas baiaya penanggung pajak yang di sandera, serta menerima kunjungan darikeluarga, pengacara, sahabat, dokter pribadi atas biaya sendiri, rohaniawan.

4. Pencabutan Penyanderaan

Penanggung pajak yang disandera dilepas jika telah memenuhi persyaratan,apabila utang pajak dan biaya penagihan pajak telah dibayar lunas,


(51)

jangka waktu yang ditetapkan dalam surat perintah penyanderaan telah dipenuhi, berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap atau berdasarkan pertimbangan tertentu dan menteri keuangan atau gubernur.

Menteri keuangan atau gubernur dimaksud adalah antara lain penanggung pajak mengatakan melunasi utang pajaknya, tetapi berdasarkan buku yang disampaikan, tidak melaksanakan pelunasan utang pajak tersebut tanpa meninggalkan tempat penyanderaan, atau dalam hal penanggung pajak menderita sakit berat sehingga memerlukan perawatan dalam jangka waktu yang lama diluar tempat penyanderaan . Serta memberitahukan secara tertulis kepada kepala daerah ditempat wilayah penyanderaan dilakukan dan sebaliknya kepala daerah wilayah dilaksanakannya penyanderaan segera memberitahukan secara tertulis kepada pejabat apabila penanggung pajak telah dilepas dari penyanderaan .

Penanggung pajak yang melarikan diri dari tempat penyanderaan dalam masa penyanderaan, disandera kembali berdasarkan surat perintah penyanderaan dahulu diterbitkan terhadapnya masa penyanderaan kembali adalah sama dengan masa penyanderaan menurut surat perintah penyanderaan dahulu diterbitkan terhadapnya dengan memperhitungkan masa penyanderaan yang telah dijalani sebelumnya penanggung pajak melarikan diri. Penyanderaan tetap dapat dilaksanakan penanggung pajak yang talah dilakukan pencegahan penyanderaan.

Penanggung pajak yang telah disandera dapat melakukan gugatan terhadap pelaksanaan penyanderaan hanya kepada pengadilan negeri.Gugatan penanggung pajak tidak dapat diajukan setelah masa penyanderaan berakhir.


(52)

Dalam pelaksanaan rehabilitasi nama baik penanggung pajak pemberian ganti rugi atas pelaksanaan penyanderaan atas penanggung pajak, hanya dapat dilakukan dalam hal gugatan penangung pajak yang dikabulkan oleh pengadilan dan putusan pengadilan tersebut telah memperoleh kekuatan hukum tetap .

Permohonan rehabilitasi, nama baik dan ganti rugi terhadap penanggung pajak, dapat diajukan kepada pejabat yang menerbitkan surat perintah penyanderaan . Rehabilitasi nama baik dilaksanakan oleh pejabat dalam bentuk satu kali pengumuman pada media cetak harian yang berskala nasional dengan ukuran yang memadai,yang dilaksanakan paling lambat 30 hari sejak diterimanya permohonan penanggung pajak . Besarnya ganti rugi yang diberikan kepada pejabat kepada penanggung pajak adalah Rp.100.000,00 setiap hari selama masa penyanderaan yang telah dijalaninya. Ganti rugi diberikan paling lambat 30 hari sejak diterimanya permohonanan penanggung pajak .

5. Ketentuan pidana lainnya Penanggung pajak dilarang :

a. Memindahkan, meminjamkan, menyembunyikan, menghilangkan, ataumerusak barang yang disita.

b. Membebani barang tidak bergerak yang telah disita dengan hak tanggungan untuk pelunasan utang tertentu.

c. Membebani barang bergerak yang telah disita atau digunakan untuk pelunasan utang tertentu.


(53)

d. Merusak, mencabut atau menghilangkan segel sita atau salinan berita acara pelaksanaan sita dan ditempel pada barang sitaan.

Ketentuan pidana yang dapat diberikan sanksi, apabila penanggung pajak yang memindahkan hak, menyembunyikan, menghilangkan atau merusak barang yang telah disita dipidana dengan pidana penjara paling singkat enam bulan dan paling lama empat tahun dan denda paling sedikit Rp.150.000,00 dan paling banyak Rp.12.000.000,00 (dua belas juta rupiah), dan apabila pihak-pihak yang diberi tugas untuk mengalihkan atau menjual barang sitaan (sesuai undang-undang PPSP pasal 25 ayat 3 huruf (b,c,d,e) tidak melaksanakan kewajibannya dipidana dengan pidana penjara paling singkat satu minggu dan paling lama empat bulan dua minggu dan denda paling sedikit Rp.500.000,00 (lima ratus ribu) dan paling banyak Rp.10.000.000,00 (sepuluh juta) .

Setiap orang yang dengan sengaja tidak menuruti perintah atau permintaan yang dilakukan menurut undang-undang atau dengan sengaja mencegah,menghalang-halangi, atau mengagalkan tindakan dalam melaksanakan ketentuan undang-undang yang dilakukan oleh jurusita pajak, dengan pidana penjara paling singkat satu minggu dan paling lama empat bulan 2 minggu dan denda paling sedikit Rp.500.000,00 (lima ratus ribu) dan paling banyak Rp.10.000.000,00 (sepuluh juta).


(54)

BAB III

GAMBARAN DATA PRAKTEK

A. Barang-Barang yang Termasuk Penyitaan dan Pengecualiannya 1.Barang-barang penanggung pajak yang dapat disita

Penyitaan ini diatur dalam Undang-Undang Nomor.19 Tahun 1997 pasal 14 ayat 1,2 dan 3, sebagai berikut: Penyitaan dapat dilakukan terhadap milik penanggungpajak yang berada ditempat tinggal, tempat usaha, tempat kedudukan atau ditempatlain, termasuk yang penguasaannya berada ditangan pihak lain atau yang dibebani dengan hak penanggung pajak jaminan pelunasan utang tertentu berupa : 1.1 Barang bergerak termasuk mobil, perhiasan, uang tunai dan deposito berjangka,

tabungan, saldo, rekening Koran, giro atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu, obligasi, saham atau surat berharga lainnya, piutang dan penyertaan modal pada perusahaan lainnya.

1.2 Barang tidak bergerak termasuk tanah, bangunan dan kapal, penyitaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sampai dengan nilai barang yang disita diperkirakan cukup melunasi utang pajak dan biaya penagihan. 2. Barang bergerak yang dapat disita

Perincian mengenai barang bergerak yang dapat disita adalah sebagai berikut : 2.1 Semua barang bergerak yang ada dirumah penanggung pajak seperti:


(55)

• Barang-barang mewah(tv,lemari es,tape recorder,kompor gas

• Barang-barang perhiasan(kalung,cincin,gelang dari emas,berlian dan batu permata lainnya)

• Uang tunai(surat-surat berharga)

• Kendaraan(mobil,sepeda motor,sepeda dan sebagainya) • Lain-lainnya(jam dinding,lukisan,radio dan sebagainya) 3.Barang-barang yang dikecualikan dari penyitaan:

Barang-barang yang dikecualikan menurut ketentuan pasal 15 ayat (1) Undang-undang Nomor.19 tahun 2000, adalah sebagai berikut :

3.1 Pakaian dan tempat tidur beserta perlengkapannya yang dilakukan oleh penanggung pajak dan keluarga yang menjadi tanggungan.

3.2 Persediaan makanan dan minuman untuk keperluan satu bulan beserta peralatan memasak yang berada dirumah.

3.3 Perlengkapan penanggung pajak yang bersifat dinas. d. Buku-buku yang berhubungan dengan jabatan atau pekerjaan penanggung pajak dan alat-alat yang digunakan untuk pendidikan,kebudayaan dankeilmuan.

3.4 Peralatan dalam keadaan jalan yang memiliki kegunaan untuk melaksanakan pekerjaan atau usaha sehari-hari dengan jumlah seluruhnya tidak melebihi Rp 20.000.000(Sepuluh juta rupiah) 3.5 Peralatan penyandang cacat yang digunakan oleh penanggung pajak dan keluarga


(56)

B. Tugas dan Fungsi Juru Sita Pajak

Pelaksanaan penyitaan dan penyanderaan terhadap barang-barang wajib pajak/penanggung pajak untuk melunasi utang pajak hanya dapat dilakukan oleh jurusita pajak. Pejabat yang ditunjuk oleh Direktorat Jenderal Pajak Republik Indonesia Dalam Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000, menyebutkan bahwa Jurusita Pajak adalah Pelaksana tindakan penagihan pajak yang meliputi penagihan pajak seketika dan sekaligus, pemberitahuan surat paksa, penyitaan dan penyan deraan.

Adapun tugas Jurusita Pajak sebagaimana tercantum dalam Undang-UndangNomor 19 Tahun 2000,adalah :

“Pasal 5, Jurusita bertugas :

1. Melaksanakan surat perintah penagihan seketika dan sekaligus 2. Memberitahukan surat paksa

3. Melaksanakan penyitaan atas barang-barang penanggung pajak berdasarkan surat perintah melaksanakan penyitaan, dan

4. Melaksanakan penyanderaa berdasarkan surat perintah penyanderaan”.

Petugas pajak dalam melaksanakan tugasnya harus dilengkapi dengan kartu tanda pengenal Juru sita Pajak dan Salinan Berita Acara Pelaksanaan Sita dan Harus diperlihatkan kepada Penanggung Pajak, Jurusita Pajak dapat meminta bantuan kepada kepolisian unuk barang bergerak yang kepemilikannya terdaftar. Badan Pertahanan Nasional, untuk tanah yang kepemilikannya sudah terdaftar Pemerintah Daerah dan Pengadilan setempat, untuk tanah yang kepemilikannya belum


(57)

tardaftar,Direktorat Jenderal Pajak Perhubungan Laut untuk Kapal, Bank atau pihak lain.

Dalam melaksanakan penyitaan, jurusita pajak berwenang memasuki dan memeriksa semua ruangan termasuk membuka lemari, laci dan tempat lain untuk menemukan objek sita ditempat usaha, ditempat kedudukan atau ditempat tinggal penanggung pajak, atau ditempat lain yang diduga sebagai tempat penyimpanan objek sita, Jurusita Pajak dalam melaksanakan tugasnya diwilayah kerja pejabat yang mengangkatnya, kecuali ditetapkan lain dengan Keputusan Menteri dan Keputusan Kepala Daerah.

C.Prosedur Penyitaan Oleh Juru Sita Pajak

Sebelum melaksanakan penyitaan, Jurusita Pajak diharuskan telah memenuhi kriteria atau syarat-syarat yang dipenuhi untuk menjadi Jurusita (sebagaimana tertuang dalam Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor.562/KMK.04/2000 :

1. Berijazah serendah-rendanya Sekolah Menengah Umum atau yang setingkat dengan itu ;

2. Berpangkat serendah-rendahnya pengatur muda/Golongan II/a ; 3. Berbadan sehat

4. Lulus pendidikan dan latihan juru sita pajak


(58)

Sebelum mendapatkan jabatannya, Jurusita Pajak diambil sumpah atau janji menurut agama dan kepercayaannya oleh pejabat yang berbunyi sebagai berikut ;“Saya bersumpah/berjanji dengan sungguh-sungguh bahwa saya, untuk memangku jabatan saya ini,langsung atau tidaklangsung,dengan menggunakan nama atau cara apapun juga,tidak memberikan atau menjanjikan barang sesuatu kepada siapa pun juga”.

“Saya bersumpah/berjanji bahwa saya, untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam jabatan saya ini, tidak sekali-kali akan menerima langsung atau tidak langsung dari siapapun juga sesuatu janji atau pemberian”

“Saya bersumpah/berjanji bahwa saya akan setia dan akan mempertahankan serta mengamalkan pancasila sebagai dasar dan ideologi negara, Undang-undang Dasar1945, dan segala Undang-undang serta peraturan lain yang berlaku bagi Negara Republik Indonesia”

“Saya bersumpah/berjanji bahwa saya senantiasa akan menjalankan jabatan sayaini dengan jujur, seksama dan dengan tidak membeda-bedakan orang dalammelaksanakan kewajiban saya dan akan berlaku sebaik-baiknya dan seadil-adilnya seperti layaknya bagi seorang Jurusita Pajak yang berbudi baik dan jujur menegakkan hukum dan keadilan.”

Juru sita Pajak dalam melaksanakan tugasnya harus dilengkapi dengan kartu tanda pengenal jurusita pajak dan memperlihatkan kepada penanggung pajak.Juru sita pajak mempunyai wewenang yang di atur di pasal 5 ayat(3),adapun wewenang jurusita pajak adalah Juru sita pajak dapat meminta bantuan kepada polisi, kejaksaan,


(59)

departemen yang membidangi hukum dan perundang-undangan, pemerintah daerah setempat, badan pertahanan nasional, Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, Pengadilan Negeri, Bank atau pihak lain .

Dalam melakukan penyitaan jurusita Pajak berwenang memasuki dan memeriksa semua ruangan termasuk membuka lemari,laci dan tempat lain untuk menemukan objek sita ditempat usaha, ditempat kedudukan atau tempat tinggal penanggung pajak atau ditempat lain yang diduga sebagai tempat penyimpanan objek sita pajak. Juru sita pajak dalam menjalankan tugasnya diwilayah kerja pejabat yang mengangkatnya kecuali ditetapkan lain dengan keputusan Menteri atau keputusan Kepala Daerah.

Sewaktu-waktu jurusita pajak dapat diberhentikan sesuai dengan kapasitas dirinya apabila:

a. Meninggal dunia b. Pensiun

c. Karena alih tugas atau keperluan dinas lainnya d.Lalai atau tidak cakap dalam menjalankan tugasnya e. Melakukan perbuatan tercela

f. Melanggar sumpah atau janji jurusita pajak atau g. Sakit jasmani atau rohani terus menerus


(60)

Dalam pelaksanaan penyitan terhadap barang-barang yang akan disita, ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh jurusita pajak seperti halnya penyitaan terhadap perhiasan emas permata dan sejenisnya yang dilakukan sebagai berikut: membuat rincian tentang jenis, jumlah dan harga perhiasan yang disita dalam surat dan daftar yang merupakan acara pelaksanaan sita yang sebelumnya telah membuat berita acara pelaksanaan sita.

D. Pelaksanaan Penyitaan Terhadap barang-barang sitaan

Penyitaan terhadap uang tunai termasuk mata uang asing dapat dilaksanakan dengan menghitung terlebih dahulu uang tunai yang disita dan membuat rinciannya dalam suatu daftar yang merupakan laporan berita acara pelaksanaan sita dan menyimpan uang tunai yang disita dalam tempat penyimpan yang selanjutnya ditempati dengan segel sita dan kemudian kepada penanggung pajak atau menitipkannya kepada bank.

Lain halnya penyitaan terhadap kekayaan penanggung pajak yang disimpan di bank berupa deposito jangka panjang, tabungan saldo rekening koran, giro, atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu dilaksanakan, dengan cara pejabat menunjukan permintaan pemblokiran kepada bank disertai dengan penyimpanan salinan surat paksa dan surat penyitaan. Perintah melaksanakan penyitaan, bank wajib memblokir seketika, setelah menerima pemblokiran dari pejabat dan membuat berita acara pemblokiran serta menyampaikan salinan kepada pejabat dan menanggung pajak juru sita pajak setelah menerima berita acara pemblokiran dari bank,


(61)

memerintah penanggung pajak untuk memerintahkan bank agar memberitahukan saldo kekayaan yang tersimpan pada bank tersebut kepada juru sita pajak . Dalam hal penanggung pajak tidak memberikan kuasa kepada bank . Pejabat meminta kepada gubernur bank indonesia melalui menteri keuangan untuk memerintah bank , memberitahukan saldo kekayaan penanggung pajak yang tersimpan pada bank dimaksud kepada pejabat . Setelah saldo kekayaan yang tersimpan pada bank diketahui , juru sita pajak melaksanakan penyitaan dan membuat berita acara pelaksanaan sita kepada penanggung pajak dari bank yang bersangkutan .

Pejabat dapat mengajukan pencabutan pemblokiran kepada bank setelah penanggung pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak terhadap kekayaan penanggung pajak setelah dikurangi dengan jumlah yang disita apabila utang pajak dan biaya penagihan pajak tidak dilunasi oleh penanggung pajak sekalipun telah dilakukan pemblokiran dalam hal jumlah yang memblokir lebih besar dari jumlah yang disita maka atas sisa lebih besar tersebut diajukan permintaan pencabutan pemblokiran oleh pejabat kepada bank.

Apabila dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari sejak penyitaan penanggung pajak tidak melunasi utang pajak dan biaya penagihan, pejabat segera meminta kepada pemimpin bank untuk memindahkan bukuan harta kekayaan penanggung pajak yang tersimpan pada bank ke kas Negara atas kas daerah sejumlah yang tercantum dalam berita acara pelaksanaan sita.Sebelum jangka waktu 14 hari sebagaimana dimaksud dalam uraian diatas, penanggung pajak dapat mengajukan permohonan kepada pejabat untuk menggunakan barang sitaan yang dimaksud untuk


(62)

melunasi biaya penagihan pajak dan utang pajak . Pencabutan sita dilaksanakan oleh juru sita pajak berdasarkan surat pencabutan sita yang diterbitkan oleh pejabat dan tembusannya disampaikan kepada pimpinan bank yang bersangkutan Sedangkan penyitaan terhadap surat berharga berupa obligasi saham, dan sejenisnya yang diperdagangkan dibursa efek dapat dilaksanakan dalam memblokir rekening efek dilakukan berdasarkan permintaan tertulis dari Direktorat Jendral Pajakatas pejabat yang ditunjukan oleh ketua Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEDAM) dengan menyebutkan nama pemegang rekening atau nomor pemegang rekening sebagai penaggung pajak, sebab dan alasan perlunya pemblokiran tersebut dilakukan.

Berdasarkan permintaan Direktorat Jendral Pajak atau pejabat yang ditunjuknya sebagaimana dimaksud, ketua badan pengawas pasar modal (ka.BAPEDAM) dapat menyampaikan perintah tertulis kepada custodian untuk melakukan pemblokiran terhadap rekening efek penanggung pajak.Dalam hal permintaan pemblokiran rekening tersebut disertai dengan permintaan keterangan tentang rekening efek pada custodian, maka permintaan tertulis dari direktorat jendralpajak dan salinannya disampaikan kepada ketua badan pengawas pasar modal dan pemegang rekening sebagai penanggung pajak, selambat-lambatnya 2 (dua) hari kerja setelah pemblokiran dan keterangan tersebut dilakukan. Juru sita pajak dapat melaksanakan penyitaan atas efek dan atau dana dalam rekening efek pada custodian segera setelah menerima berita acara pemblokiran dan berita acara pemberian keterangan. Juru sita pajak dalam melakukan penyitaan harus membuat berita acara pelaksanaan sita yang ditanda tangani oleh juru sita penanggung pajak dan saksi-saksi .


(63)

Apabila penanggung pajak tidak hadir, berita acara pelaksanaan sita bias ditanda tangani oleh saksi-saksi kemudian berita acara pelaksanaan sita disampaikan kepada penanggung pajak dan salinannya disampaikan ketua badan pengawasan pasar modal dan custodian. Pejabat dapat mengajukan permintaan pencabutan pemblokiran terhadap rekening efek penanggung pajak kepada custodian, setelah penanggung pajak melunasi utang pajak, dan biaya penagihan pajak setelah dikurangi dengan jumlah yang disita, apabila utang pajak dan biaya penagihan pajak tidak dilunasi oleh penanggung pajak sekalipun telah dilakukan pemblokiran efek dapat yang diperdagangkan dibursa yang telah disita, dijual di bursa melalui perantara pedagang efek anggota bursa atas permintaan pejabat.

Penyitaan terhadap surat berharga obligasi, saham, dan sejenisnya yang tidak diperdagangkan di bursa efek dilaksanakan dengan cara melakukan infentarisasi dan membuat rincian tentang jenis, jumlah dan nilai minimal atau perkiraan nilailainya dari surat berharga yang disita dalam suatu daftar yang merupakan lampiran pelakasanaan sita yang sebelumnya telah membuat berita acara pelaksanaan sita yang kemudian membuat berita acara pengalihan hak surat berharga atas nama penanggung pajak pada pejabat.

Penyitaan terhadap barang yang telah disita oleh kejaksaan atau kepolisian sebagai barang bukti dalam kasus pidana, baru dapat dilaksanakan setelah barang bukti tersebut dikembalikan penanggung pajak. Penyitaan terhadap barang milik penanggung pajak dilaksanakan dengan jumlah nilai barang yang diperkirakan cukup untuk melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak .


(64)

Penyitaan tambahan dapat dilakukan apabila nilai barang yang dimaksud nilainya tidak cukup untuk melunasi biaya penagihan pajak dan utang pajak, hasil lelang barang telah disita tidak cukup untuk melunasi biaya utang penagihan dan utang pajak sebagai mana yang telah diuraikan sebelumnya.

1. Pelaksanaan Penyegelan

Atas barang yang disita dapat ditempeli atau diberi segel sita.Penempelan segel sita dilaksanakan dengan memperhatikan jenis, sifat dan bentuk barang sitaan.Segel sita sekurang-kurangnya memuat “disita”.NOMOR dan TANGGAL BERITA ACARA PELAKSANAAN SITA . Larangan untuk memindah tangankan,memindahkan hak, meminjamkan, merusak barang yang disita.

Penanggung pajak dapat melunasi utang pajak biaya yang timbul dalam rangka penagihan pajak selama barang yang telah disita belum dijual, digunakan, atau dipindah bukukan.

Apabila utang pajak dan atau biaya penanggung pajak tidak dilunasi setelah penyitaan pajak.Pejabat berwenang melakukan penjualan secara lelang maupun menggunakan atau memindah bukukan barang yang telah disita untuk pelunasan utang pajak dan atau biaya penagihan pajak dimaksud. Penjualan secara lelang melalui kantor lelang dan dilaksanakan paling cepat sesudah jangka waktu 14 hari terhitung sejak penyitaan. Apabila hasil lelang telah mencapai jumlah yang cukup untuk melunasi biaya penagihan pajak dan utang pajak, maka pelaksanaan lelang


(65)

dihentikan dan sisa barang dan kelebihan hasil lelang dikembalikan oleh pejabat kepada penanggung pajak paling lambat 3 (tiga) hari setelah dilaksanakannya lelang . Besarnya biaya penagihan pajak adalah Rp.50.000,00 untuk setiap pelaksanaan perintah melaksanakan penyitaan .

2. Pencabutan Sita

Pencabutan sita dilaksanakan apabila penanggung pajak telah melunasipajak penagihan pajak dan utang pajak atau berdasarkan putusan pengadilan atau bersadasarkan badan peradilan pajak atau ditetapkan lain oleh menteri keuangan atau kepala daerah tingkat I dan kepala daerah tingkat II.

Surat pencabutan sita sekaligus berfungsi sebagai pencabutan berita acara pelaksanaan sita disampaikan oleh juru sita pajak kepada penanggung pajak daninstansi yang terkait, diikuti dengan pengembalian penguasaan barang yang disitakepada penanggung pajak.

Pencabutan sita dapat dilakukan terhadap :

a. Deposito berjangka, tabungan, saldo rekening koran, giro, atau yang disamakan dengan itu dilaksanakan dengan menyampaikan surat pencabutan sita kepada penanggung pajak dan tembusannya disampaikan kepada ban kyang bersangkutan. b. Surat berharga berupa, obligasi, saham atau sejenisnya baik yang diperdagangkan

maupun yang tidak diperdagangkan dibursa efekdilaksanakan dengan menyampaikan surat pencabutan sita kepada penanggung pajak dan tembusannya disampaikan kepada pihak terkait yang sekaligus berfungsi sebagai pembatalan berita acara pengalihan hak atas suratberharga tersebut.


(1)

b.Berdasarkan ketentuan pasal 41 PP No 24 tahun 1997 , badan pertanahan nasional menjamin bahwa dalam proses pendaftaran tanah , risalah lelang yang di terbitkan oleh kantor lelang Negara menggantikan sertifikat sebelumnya .

c. Sepanjang prosedur penyitaan telah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku , lelang tetap dapat dilakukan atas aset wajib pajak yang dokumen aslinya tidak dipegang oleh KPP .

2. Apabila aset yang akan disita telah dijaminkan oleh wajib pajak ke bank apakah KPP dapat melakukan penyitaan dan penjualan atau pelelangan atas aset yang dijaminkan tersebut?

Jawaban :

a. Bedasarkan ketentuan pasal 14 UU PPSP dinyatakan bahwa penyitaan dilakukan terhadap barang milik wajib pajak termasuk yang penguasaannya ditangan pihak lain atau yang dijaminkan sebagai pelunasan utang tertentu .

b. Berdasarkan ketapan pasal 21 UU KUP dan pasal 16 ayat 6 UU PPSP , menyatakan bahwa Negara mempunyai hak mendahulukan untuk tagihan pajak atas barang-barang milik waib pajak .


(2)

c. Dengan demikian KPP dapat menyita kalau bank belum menyita dan melelang aset wajib pajak yang telah dilakukan hak tanggung nya ,guna membayar utang pajak nya lebih dahulu sebelum membayar utang yang lain .

3. Jika wajib pajak tidak hadir pada saat penyitaan apakah juru sita pajak dapat melakukan penyitaan?

Jawaban :

Berdasarkan pasal 12 UU PPSP dan pasal ayat (95) PP No 135 tahun 2000 penyitaan tetap dapat dilaksanakan walaupun wajib pajak tidak hadir , sepanjang dihadiri oleh salah satu seorang saksi berasal dari pemda setempat sekurang-kurang nya setingkat sekretaris kelurahan desa .


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian di atas penulis dapat menyimpulkan:

1. Penyitaan adalah salah satu kegiatan juru sita sebagai tindak lanjut dari diterbitkannya surat paksa apabila pajak yang masih harus dibayar tidak dilunasi dalam jangka waktu 2x24 jam sesudah tanggal penyampaian surat paksa kepada wajib pajak.

2. Barang-barang yang dapat disita terlebih dahulu adalah barang-barang yang berada di :

a. Tempat tinggal b. Tempat usaha c. Tempat kedudukan d. Tempat lain

3. Tujuan penyitaan adalah Memperoleh jaminan pelunasan hutang pajak dari penanggung pajak. Oleh karena itu penyitaan dapat dilaksanakan terhadap semua barang penanggung pajak.

4. Pelaksanaan penyitaan atau penyanderaan barang penanggung pajak dapat dilakukan apabila penanggung pajak tidak melunasi utang pajaknya dalam jangka waktu yang telah ditetapkan, maka pejabat dapat menerbitkan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan.


(4)

5. Objek dari pada penyitaan adalah barang penanggung pajak/wajib pajak yang dapat dijadikan jaminan hutang pajak.

6. Pelaksanaan penyitaan dan atau penyanderaan atas barang-barang milik penanggung pajak harus dilaksanakan oleh juru sita pajak, dimana harus membuat Berita Acara Pelaksanaan sita dan disampaikan kepada penanggung pajak dan dapat meminta bantuan kepada MUSPIDA setempat, dan sesuai dengan peraturan perpajakan yang tertuang dalam undang-undang Republik

Indonesia, Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia dan keputusanDirektorat Jenderal Pajak Rebublik Indonesia.

B.Saran

Adapun saran-saran yangdapat diberikan penulis adalah :

1. Dalam penerapan pelaksanaan penyitaan dan atau penyanderaan atas barang barangmilik penanggung pajak, harus ada dukungan kebijakan dari aparatur perpajakan dalam penyelenggaraan penyuluhan kepada masyarakat, seperti mensosialisasikan peraturan-peraturan perpajakan pada umumnya dan khususnya peraturan-peraturan perpajakan tentang penyitaan, penyanderaan dan pemblokiran barang-barang milik penanggung pajak .

2. Untuk mendorong peningkatan pajak sebagai salah satu sumber penerimaan negara, dibutuhkan usaha-usaha dari pemerintah untuk meningkatkan kesadaran wajib pajak akan resiko yang harus diterimanya jika terjadi penyitaan terhadap kekayaan wajib pajak tersebut, sebab pelaksanaan penyitaan adalah akibat dari kelalaian wajib pajak itu sendiri.


(5)

3. Sebaiknya wajib pajak jangan menghambat jalannya proses penyitaan yang dilaksanakan oleh aparat pajak (Jurusita pajak)

4. Karena tingkat kesadaran dan pengetahuan masyarakat tentang Pajak masih sangat kurang, sebaiknya aparat perpajakan perlu meningkatkan pelayanan dan penyuluhan terhadap wajib pajak dan pemberian informasi yang benardan lengkap baik ditingkat desa, kelurahan, maupun kecamatan.

5. Sesuai dengan azas perpajakan yaitu azas demokrasi dan azas keadilan maka perlu meningkatkan kesadaran pemerintah selaku roda penggerak pembangunan untuk menggunakan sumber penerimaan dari sektor perpajakan tersebut dengan sebaik-baiknya, karena negara yang makmur , pemerintah yang baik adalah negara yang rakyatnya sejahtera.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Ilyas ,Wirawan B. 2007. Hukum Pajak ,Salemba Empat , Jakarta.

Moeljo Hadi, 2001, Dasar-dasar Penagihan Pajak dengan Surat Paksa Oleh Juru Sita Pajak Pusat Daerah, Raja Grafindo, Jakarta.

Soemitro, Rochmat, H, 2004, Asas dan Dasar Perpajakn 2, Bandung. Suandy, Early, 2008, Hukum Pajak Salemba Empat. Jakarta.

Waluyo, 2009, Perpajakan Indonesia, Salemba Empat. Jakarta. Peraturan Perundang-undangan :

Undang-undang No.6 Tahun 1983, sebagaimana telah diubah Undang-undang No.28 Tahun 2007Tentang”Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.” Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 “Tentang Penagihan Pajak Dengan

Surat Paksa”.

Keputusan Mentri Keuangan No. 562,/KMK/.04/2005,tentang Syarat syrat Tata cara pengangkatan dan Pemberhentian Jurusita Pajak