Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsumsi Mahasiswa Asing Di Universitas Sumatera Utara

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

TESIS

Oleh

AJENG TRI SARTIKA

117018024/EP

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2013


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains Dalam Program Studi Magister Ekonomi Pembangunan Pada

Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

AJENG TRI SARTIKA

117018024/EP

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2013


(3)

Nama Mahasiswa : Ajeng Tri Sartika

Nomor Pokok : 117018024

Program Studi : Magister Ekonomi Pembangunan

Menyetujui : Komisi Pembimbing

(Prof. Dr.Lic rer reg, Sirojuzilam,SE Ketua

) (Dr.Rahmanta Ginting, M.Si

Anggota

)

Ketua Program Studi

(Prof. Dr. Sya’ad Afifuddin, S.E., M.Ec.)

Direktur

(Prof. Dr. Erman Munir, M.Sc)


(4)

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE Anggota : 1. Dr. Rahmanta Ginting, M.Si

2. Prof.Dr. Sya’ad Afiffuddin, M.EC 3. Dr. Rujiman, M.Si


(5)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini: Nama : Ajeng Tri Sartika

Nim : 117018024

Kedudukan : Mahasiswa / Peneliti

Dengan ini menyatakan tesis yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsumsi Mahasis wa Asing di Universitas Sumatera Utara” adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum dipublikasikan oleh siapapun sebelumnya. Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara benar dan jelas.

Pengutipan hasil karya orang lain yang saya lakukan dalam tesis ini, telah saya cantumkan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.

Jika di kemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau sebagian tesis ini bukan hasil karya sendiri, saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan perundangan yang berlaku.

Demikianlah surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Medan, Agustus 2013 Yang membuat pernyataan,


(6)

i

MAHASISWA ASING DI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA ABSTRAK

Konsumsi merupakan pembelanjaan yang dilakukan oleh rumah tangga atas barang-barang akhir dan jasa-jasa dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan. Konsumsi mahasiswa asing di Universitas Sumatera Utara sangat mempengaruhi laju pertumbuhan ekonomi kota Medan. Penelitian ini menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi mahasiswa asing di Universitas Sunmatera Utara. Data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh langsung dari responden melalui wawancara dengan model regresi berganda. Adapun menggunakan alat SPSS (Statistic Pasckages For the Social Sciences), Hasil Penelitian menujukkan bahwa secara serentak pendapatan, usia, Gaya hidup, Izin Keimigarasian,

Tabungan mempengaruhi konsumsimahasiswa asing, berpengaruh terhadap konsumsi mahasiswa asing . Secara parsial variabel Pendapatan berpengaruh positif dan signifikan terhadap Konsumsi, Usia berpengaruh positif dan signifikan terhadap konsumsi mahasiswa asing, Gaya Hidup Berpengaruh Positif dan

Signifikan terhadap konsumsi, Izin Keimigrasian bepengaruh Negartif dan tidak signifikan terhadap konsumsi dan tabungan berpengaruh positif dan signifikan terhadap konsumsi.

Kata Kunci : Faktor Eksternal adalah pendapatan, Umur, gaya Hidup, Izin Tinggal dan tabungan, Faktor Internal adalah Konsumsi Mahasiswa Asing


(7)

ii ABSTRACT

The purpose of this Study will be analyze to predisposing factors of students Consumption in North Sumatera University with using SPSS (Statistic Packages For the Social Sciences) tools consisting of factor analysis, Linear Regression Models and with exogenous variables are Income, Age, Life style, limited stayed permit, Saving, influence to endogenous variable of International Students Consumption. The use data was primary data taken from 92 audiences for questioner share in Medical and Dental Faculty of North Sumatera university in different enter school year and gender was based on the data of exogenous variable for variable income has influenced significantly for 1%, Life style for 7%, saving for 1% with coefficient α 10% and exogenous variable for Age, Immigration permit has influenced insignificantly For more than 10% to

International Students Consumption. The result of this study will give the grant to the education International Industry that International students of North

Sumatera University still in low consumption prices and reachable to have education in high knowledge but prices efficiently. Based on the results obtained from the analysis of the factors affecting the consumption of foreign students in Universities of North Sumatra, the researcher suggests that the income of foreign students can be given a scholarship from the government of Indonesia to foreign students who excel in order USU provide relief in the form of scholarships to pay tuition.

Keywords : For Endogenous factors of International students consumption, Income, Age, Life style, saving, limited stayed permit of North Sumatera Utara


(8)

iii

kepada saya untuk menyelesaikan Tesis dengan judul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Konsumsi Mahasiswa Asing di Universitas Sumatera Utara”

Penulis menyadari kemampuan dalam menyusun Tesis ini, masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran diharapkan dapat

menyempurnakan Tesis ini.

Terima kasih yang sangat mendalam diucapkan kepada Bapak

Pembimbing I dan II serta Bapak penguji yang berkenan membaca dan menelaah naskah ini maupun kritikan yang diberikan sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan Tesis ini.

Medan, Agustus 2013 Ajeng Tri Sartika


(9)

iv

Tempat/ Tanggal lahir : Medan, 16 Oktober 1983

Alamat Rumah : Jl. Paya bundung No.17 Medan Selayang Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Tuntungan

Agama : Islam

Jenis Kelamin : Perempuan Nama Ayah : NP. Sugondo Nama Ibu : Titin Sutiani

Pendidikan :

1. SD Alwasliyah Medan Tahun Lulus 1994

2. SMP YAPENA 45 Medan Tahun Lulus 1997

3. SMUN 13 Medan Tahun Lulus 2000

4. Prodi D3 Keuangan USU Tahun Lulus 2003 5. Strata 1 (S-1) UMN Alwasliyah Medan Tahun Lulus 2009


(10)

v

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1 Teori Konsumsi ... 8

2.1.1 Teori Konsumsi Mankiw... 8

2.1.2 Teori Konsumsi Keynes ... 15

2.1.3 Teori Konsumsi Friedman... 17

2.1.4 Teori Konsumsi Modigliani ... 17

2.1.5 Teori Konsumsi Dusenberry ... 19

2.1.6 Prinsip Teori Konsumsi... 23

2.1.7 Faktor-Faktor Penentu Tingkat Konsumsi ... 24

2.2 Konsumsi Mahasiswa...25

2.2.1 Pendapatan... .... 29

2.2.2 Usia... .... 31

2.2.3 Gaya Hidup... 33

2.2.4 Izin Keimigrasian... 34

2.2.5 Tabungan... 38

2.3 Kerangka Konseptual ... 41

2.4 Hipotesis Penelitian ... 41

2.5 Penelitian Terdahulu ... 42

BAB III METODE PENELITIAN ... 43

3.1 Jenis Penelitian ... 43

3.2 Lokasi Penelitian ... 43

3.3 Populasi dan Sampel ... 44

3.4 Jenis dan Sumber Data ... 45

3.5 Model Analisis Data……… 46

3.6 Uji-uji ……… 46

3.7 Uji Multikolineritas ... 47

3.8 Uji Heterokedastisitas ... 48


(11)

vi

4.1.2 Data Mahasiswa Asing di Uniersitas Sumatera Utara .. 52

4.2 Karakteristik Sampel Penelitian ... 54

4.2.1 Usia Responden ... 54

4.2.2 Pendidikan Responden ... 55

4.2.3 Jenis Kelamin Responden ... 56

BAB V KESIMPULAN ... 67

5.1 Kesimpulan ... 67

5.2 Saran ... 67


(12)

vii

4.1. Data Penerimaan Mahasiswa Asing pada Fakultas Kedokteran

dan Fakultas Kedokteran Gigi Periode 2004-2013 USU ... 52

4.2. Data Aktif Mahasiswa Asing Periode 2004-2013 USU ... 54

4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Usia ... 55

4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Jenjang Pendidikan ... 55

4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 56

4.6. Uji Autokorelasi ... 60

4.7. Uji Multikolinearitas ... 60

4.8. Uji F. Statistik ... 61

4.9. Uji Parsial ... 61


(13)

viii

2.1 Kerangka Konseptual ... 41 4.1. Struktur Organisasi Universitas Sumatera Utara ... 52 4.2. Grafik Data Penerimaan Mahasiswa Asing USU Periode

2004-2013 ... 53 4.3. Normal P-Plot regression Standardized Residual ... 57 4.4. Regression Standardized Predicted Value ... 58


(14)

ix

1. Kuisioner Penelitian ... 71

2. Hasil Jawaban Responden ... 72

3. Hasil Uji Autokorelasi... 77

4. Hasil Uji Statistik ... 78

5. Hasil Regresi Standard Residual ... 79

6. Hasil Uji Nornalitas... 80


(15)

i

MAHASISWA ASING DI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA ABSTRAK

Konsumsi merupakan pembelanjaan yang dilakukan oleh rumah tangga atas barang-barang akhir dan jasa-jasa dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan. Konsumsi mahasiswa asing di Universitas Sumatera Utara sangat mempengaruhi laju pertumbuhan ekonomi kota Medan. Penelitian ini menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi mahasiswa asing di Universitas Sunmatera Utara. Data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh langsung dari responden melalui wawancara dengan model regresi berganda. Adapun menggunakan alat SPSS (Statistic Pasckages For the Social Sciences), Hasil Penelitian menujukkan bahwa secara serentak pendapatan, usia, Gaya hidup, Izin Keimigarasian,

Tabungan mempengaruhi konsumsimahasiswa asing, berpengaruh terhadap konsumsi mahasiswa asing . Secara parsial variabel Pendapatan berpengaruh positif dan signifikan terhadap Konsumsi, Usia berpengaruh positif dan signifikan terhadap konsumsi mahasiswa asing, Gaya Hidup Berpengaruh Positif dan

Signifikan terhadap konsumsi, Izin Keimigrasian bepengaruh Negartif dan tidak signifikan terhadap konsumsi dan tabungan berpengaruh positif dan signifikan terhadap konsumsi.

Kata Kunci : Faktor Eksternal adalah pendapatan, Umur, gaya Hidup, Izin Tinggal dan tabungan, Faktor Internal adalah Konsumsi Mahasiswa Asing


(16)

ii ABSTRACT

The purpose of this Study will be analyze to predisposing factors of students Consumption in North Sumatera University with using SPSS (Statistic Packages For the Social Sciences) tools consisting of factor analysis, Linear Regression Models and with exogenous variables are Income, Age, Life style, limited stayed permit, Saving, influence to endogenous variable of International Students Consumption. The use data was primary data taken from 92 audiences for questioner share in Medical and Dental Faculty of North Sumatera university in different enter school year and gender was based on the data of exogenous variable for variable income has influenced significantly for 1%, Life style for 7%, saving for 1% with coefficient α 10% and exogenous variable for Age, Immigration permit has influenced insignificantly For more than 10% to

International Students Consumption. The result of this study will give the grant to the education International Industry that International students of North

Sumatera University still in low consumption prices and reachable to have education in high knowledge but prices efficiently. Based on the results obtained from the analysis of the factors affecting the consumption of foreign students in Universities of North Sumatra, the researcher suggests that the income of foreign students can be given a scholarship from the government of Indonesia to foreign students who excel in order USU provide relief in the form of scholarships to pay tuition.

Keywords : For Endogenous factors of International students consumption, Income, Age, Life style, saving, limited stayed permit of North Sumatera Utara


(17)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian

Konsumsi merupakan pembelanjaan yang dilakukan oleh rumah tangga atas barang-barang akhir dan jasa-jasa dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dari orang-orang yang melakukan pembelanjaan tersebut atau juga pendapatan yang dibelanjakan (Dumairy, 1996)

Konsumsi sangat berpengaruh terhadap stabilitas perekonomian. Semakin tinggi tingkat konsumsi, semakin tinggi pula perubahan kegiatan ekonomi. Kebutuhan hidup manusia selalu berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak sekedar untuk memenuhi kebutuhan hidup saja, akan tetapi juga menyangkut kebutuhan lainnya seperti kebutuhan pakaian, rumah, pendidikan, kesehatan dan lain sebagainya sejalan dengan peningkatan pendapatan. Konsumsi merupakan salah satu kegiatan ekonomi untuk memenuhi berbagai kebutuhan barang dan jasa. Kebutuhan pokok atau kebutuhan dasar merupakan kebutuhan yang sangat penting guna kelangsungan hidup manusia, baik yang terdiri dari kebutuhan atau konsumsi suatu individu maupun keperluan pelayanan sosial tertentu. Konsumsi seringkali dijadikan sebagai salah satu indikator kesejahteraan keluarga, makin besar pengeluaran untuk konsumsi barang dan jasa, maka makin tinggi tahap kesejahteraan keluarga tersebut.

Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran UU No.20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, dimana peserta didik


(18)

secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan untuk kepentingan masyarakat bangsa dan Negara.

Jangka Menengah (Visi 2015) menjadikan Kota Medan menjadi Kota Metropolitan yang berdaya saing, nyaman, peduli dan sejahtera. Jangka Pendek (Tahun 2011) yaitu Mendorong pertumbuhan ekonomi daerah yang semakin dinamis dan berkualitas guna menciptakan kesempatan kerja yang luas, mengurangi kemiskinan, meningkatkan mutu pelayanan public dan kesejahteraan masyarakat (Indikasi : Income perkapita menjadi Rp 41,3 Juta dari Rp 36 Juta Tahun 2010).

Misi pemerintah kota Medan tahun 2011 yaitu melaksanakan percepatan dan perluasan pembangunan kota terutama pada 6 (enam) aspek dasar, salah satunya yaitu pelayanan pendidikan baik akses, kualitas maupun manajemen pendidikan yang semakin baik, sehingga dapat menciptakan lulusan yang unggul. Kampus Universitas Sumatera Utara berlokasi di Padang bulan, sebuah area yang hijau dan rindang seluas 120 ha yang terletak di tengah Kota Medan. Zona akademik seluas 90 ha menampung hampir seluruh kegiatan perkuliahan dan praktikum mahasiswa, Sistem pembelajaran didukung oleh fasilitas perpustakaan dan lebih dari 200 laboratorium. Perpustakaan menyediakan berbagai jenis sumber belajar baik dalam bentuk cetak maupun elektronik. Perpustakaan Universitas Sumatera Utara merupakan salah satu yang terbaik di Indonesia saat ini. Kampus Universitas Sumatera Utara padang bulan didukung oleh infrastruktur teknologi informasi untuk memfasilitasi akses terhadap berbagai


(19)

sumber daya informasi dan pengetahuan untuk mendukung proses pembelajaran dan penelitian mahasiswa dan dosen.

Universitas Sumatera Utara memiliki 14 (empat belas) Fakultas dan 110 (seratus sepuluh) program studi yang terletak di Jalan Dr. Mansyur Medan, serta terdiri dari para tenaga pendidik atau dosen, tenaga kependidikan atau pegawai dan para mahasiswa lokal dan mahasiswa asing yang berasal dari Negara Asia Tenggara.

Universitas Sumatera Utara memiliki visi menjadikan universitas

sumatera utara sebagai “University for Industry (UfI)” dengan program: (1) mempersiapkan mahasiswa menjadi anggota masyarakat bermoral dengan

kemampuan akademik dan/atau profesional dan/atau vokasional untuk menerapkan, mengembangkan, dan memperkaya ilmu pengetahuan, teknologi dan seni; (2) mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan dan seni terutama pada kerjasama berbasis industri, dan pengembangan aplikasinya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan memperkaya kebudayaan nasional dan; (3) mendukung pengembangan masyarakat sipil yang demokratis melalui peran USU sebagai suatu kekuatan moral yang otonom untuk mencapai kemampuan yang kuat dalam lingkungan kompetisi global melalui pengelolaan secara profesional sumber daya manusia, memperluas partisipasi dalam pembelajaran, memenuhi kebutuhan nasional dalam pembelajaran, dan memodernisasi cara pembelajaran; (4) Mewujudkan USU menjadi world class university melalui program internasionalisasi yang akan meningkatkan kualitas daya saing secara nasional maupun internasional sejalan dengan visi misi USU.


(20)

Adapun Misi Universitas Sumatera Utara Adalah : (1) Meningkatkan hubungan serta menambah jumlah kerjasama di tingkat nasional /internasional yang bermanfaat bagi kepentingan pendidikan baik dosen, pegawai administrasi, maupun mahasiswa; (2) Meningkatkan jumlah dosen, pegawai administrasi, dan mahasiswa yang mempunyai pengalaman internasional baik melalui pertukaran dosen /mahasiswa, penelitian, pelatihan dan lainya di luar negeri, serta publikasi internasional; (3) Meningkatkan jumlah mahasiswa asing yang belajar di USU melalui program pertukaran, program short course maupun program regular; (4) Memberikan pelayanan profesional untuk program internasionalisasi

Mahasiswa adalah peserta didik yang telah terdaftar di sebuah Universitas dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh universitas yang bersangkutan. Mahasiswa sama halnya dengan masyarakat atau rumah tangga, juga melakukan aktivitas ekonomi sehari-hari termasuk konsumsi, Namun pola konsumsi suatu masyarakat atau individu termasuk pula mahasiswa berbeda-beda satu sama lain (Syahrina, 2008). Mahasiswa asing di Universitas Sumatera Utara adalah mahasiswa yang melakukan studi di Indonesia berasal dari Negara asia tenggara meningkatkan citra Indonesia di mata dunia internasional yang total berjumlah 1088 Orang yang terdiri dari Mahasiswa Fakultas Kedokteran Internasional berjumlah 800 orang dan Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Internasional berjumlah 288 orang.

Mahasiswa asing yang sedang menjalani pendidikan di Univesitas Sumatera Utara Adalah berjumlah1088 orang berasal dari negara Malaysia sebanyak 1086 atau 99,2 % dan berasal dari Thailand sebanyak 2 orang atau


(21)

0.08 % pada Fakultas kedokteran dan Kedokteran Gigi Internasional Universitas Sumatera Utara.

Mahasiswa asing memiliki tingkat kesejahteraan hidup yang tinggi tertarik untuk belajar di Universitas Sumatera Utara disebabkan jumlah biaya hidup yang lebih murah dari kehidupan Negara asal mereka dan juga perbedaan biaya pendidikan namun tidak mengurangi mutu pendidikan mahasiswa tersebut dalam melaksanakan pendidikan di Universitas Sumatera Utara.

Berbagai alasan yang menciptakan mahasiswa asing lebih memilih pendidikan di Indonesia salah satunya adalah tingkat harga yang rendah terhadap suatu barang dan juga tingkat adaptasi yang mudah dilalui terhadap situasi dan kondisi di Indonesia, keamanan yang terjamin dan mutu pengajaran yang diakui di mata internasional yang bisa dilihat dari banyaknya para alumni Universitas Sumatera Utara menjadi tenaga pendidik di Universitas Negara asal mahasiswa asing tersebut.

Perkembangan mahasiswa asing yang semakin pesat di Universitas Sumatera Utara berdasarkan data yang diambil dari Kantor Urusan Internasional

(International Affairs Office) Universitas Sumatera Utara, bahwa setiap tahunnya jumlah mahasiswa asing yang diterima di Universitas Sumatera Utara yaitu 200 (dua ratus) orang pertahun dan data total mahasiswa yang masih aktif dari tahun 2004 hingga tahun 2013 sebayak 1088 orang sehingga hal ini dapat meningkatkan pendapatan perkapita kota Medan. mampu menunjukkan bahwa semakin baiknya mutu pendidikan Universitas yang ada di Indonesia dan mampu bersaing dimata Intenasional dengan memberikan kenyamanan kepada mahasiswa dan penawaran biaya pendidikan yang terjangkau untuk belajar di Indonesia.


(22)

Secara garis besar kebutuhan mahasiswa asing terhadap kebutuhan makanan dan non makanan, pada tingkat pendapatan tertentu, mahasiswa asing akan mengalokasikan pendapatannya untuk memenuhi kedua kebutuhan tersebut, Tiap-tiap mahasiswa asing memiliki identitas sendiri, Identitas yang muncul dari sifat, sikap dan pendidikan yang dimilikinya akan memperoleh ruang interaksi dan mobilitas yang luas walaupun berasal dari negara yang berbeda, hal ini menciptakan konsumsi mahasiswa asing, yang mengeluarkan dana untuk memenuhi kebutuhan konsumsi pangan, papan, pendidikan, perumahan, kesehatan dengan perbedaan tingkat kebutuhan yang mampu meningkatkan pendapatan kota Medan

Berdasarkan uraian diatas maka penulis memilih dan tertarik untuk mengangkat masalah mengenai “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Konsumsi Mahasiswa Asing di Universitas Sumatera Utara”

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalahnya yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana pengaruh pendapatan terhadap tingkat konsumsi mahasiswa

asing Universitas Sumatera Utara?

2. Bagaimana pengaruh usia terhadap tingkat konsumsi mahasiswa asing

Universitas Sumatera Utara?

3. Bagaimana pengaruh gaya hidup terhadap tingkat konsumsi mahasiswa asing Universitas Sumatera Utara?


(23)

4. Bagaimana pengaruh izin keimigrasian terhadap tingkat konsumsi mahasiswa asing Universitas Sumatera Utara?

5. Bagaimana pengaruh tabungan terhadap tingkat konsumsi mahasiswa asing Universitas Sumatera Utara?

1.3.Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalahnya yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk menganalisis pengaruh pendapatan terhadap tingkat konsumsi

mahasiswa asing Universitas Sumatera Utara

2. Untuk menganalisis pengaruh usia terhadap tingkat konsumsi mahasiswa

asing Universitas Sumatera Utara

3. Untuk menganalisis pengaruh gaya hidup terhadap tingkat konsumsi

mahasiswa asing Universitas Sumatera Utara

4. Untuk menganalisis pengaruh Izin keimigrasian terhadap tingkat konsumsi mahasiswa asing Universitas Sumatera Utara

5. Untuk menganalisis pengaruh tabungan terhadap tingkat konsumsi

mahasiswa asing Universitas Sumatera Utara

1.4. Manfaat Penelitian

1. Untuk penulis

Penelitian ini adalah peluang sebagai pengalaman yang bermanfaat serta untuk mengembangkan ilmu pengetahuan terutama dalam bidang yang diteliti


(24)

2. Untuk Universitas Sumatera Utara

Sebagai bahan informasi dan sumbangan pemikiran bagi manajemen Universitas dan para mahasiswa asing Universitas Sumatera Utara agar bisa meningkatkan perkembangan mahasiswa asing di Universitas Sumatera Utara


(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Teori Konsumsi

Beberapa teori konsumsi menurut para ahli ekonomi : 2.1.1. Teori KonsumsiMankiw

Konsumsi menurut Mankiw (2000) “Konsumsi adalah barang atau jasa yang dibeli oleh rumah tangga konsumsi terdiri dari barang tidak tahan lama (Non Durable Goods) pertama adalah barang yang habis dipakai dalam waktu pendek, seperti makanan dan pakaian, Kedua adalah barang tahan lama (Durable Goods) adalah barang yang dimiliki usia panjang seperti mobil, televisi, alat-alat elektronik, Ketiga adalah jasa (Services) meliputi pekerjaan yang dilakukan untuk konsumen oleh individu dan perusahaan seperti potong rambut dan berobat ke dokter”.

Fungsi Konsumsi dapat dinyatakan dalam persamaan Mankiw (2003): Fungsi Konsumsi ialah : C= Co+cY………..(1)

Dimana C adalah konstanta atau konsumsi rumah tangga ketika pendapatan adalah 0, c adalah kecendrungan mengkonsumsi marginal diman 0 < C > 1, dimana C adalah konsumsi dan Y adalah tingkat pendapatan, Ada dua konsep untuk mengetahui sifat hubungan antara pendapatan diaposibel dengan konsumsi dan pendapatan disposable dengan tabungan yaitu konsep kecendrungan mengkonsumsi dan kecendrungan menabung.


(26)

Kecendrungan mengkonsumsi dapat dibedakan menjadi dua yaitu kecendrungan mengkonsumsi marginal dan kecendrungan mengkonsumsi rata-rata. Kecendrungan mengkonsumsi marginal dapat dinyatakan sebagai MPC (Marginal Propensity to Consume) didefinisikan sebagai perbandingan diantara pertambahan konsumsi (∆C) yang dilakukan dengan pertambahan pendapatan (Raharja, et, al, 2004).

) 2 ...( ... ... ... ... ... ... ... MPC Y C ∆ ∆ =

Kecendrungan mengkonsumsi rata-rata dinyatakan dengan APC (Average Propensity to Consume) dapat didefinisikan sebagai perbandingan diantara tingkat pengeluaran konsumsi (∆C) dengan tingkat pendapatan disposabel pada ketika konsumen tersebut dilakukan (Yd). Nilai APC dapat dihitung dengan menggunakan formula (Nanga, 2005)

) 3 ...( ... ... ... ... ... ... ... APC Yd C =

Kecendrungan menabung dapat dibedakan menjadi dua yaitu kecendrungan menabung marginal dan kecendrungan menabung rata-rata . Kecendrungan menabung marginal dinyatakan dengan MPS (Marginal Propensity to Save) adalah perbandingan.

) 4 ...( ... ... ... ... ... ... ... MPS Yd S ∆ ∆ =

Kecendrungan menabung rata-rata dinyatakan dengan APS (Average Propensity to Save) menunjukkan perbandingan diantara tabungan (S) dengan pendapatan disposabel (Yd). Nilai APS dapat dihitung dengan menggunakan formula (Nanga, 2005).


(27)

) 5 ...( ... ... ... ... ... ... ... A

Yd S PS =

Menurut Eugence A. Diulio (1993) “Konsumsi terbagi 2 (dua) yakni konsumsi rutin dan konsumsi sementara. Konsumsi rutin adalah pengeluaran untuk pembelian barang-barang dan jasa yang secara terus menerus di keluarkan selama beberapa tahun. Konsumsi sementara adalah setiap tambahan yang tidak terduga terhadap konsumsi rutin. Menurut Deliarnov (1995) “Konsumsi adalah bagian dari pendapatan yang dibelanjakan untuk pembelian barang-barang dan jasa-jasa guna mendapatkan kepuasan dan memenuhi kebutuhan” (Astriana. 2008).

Menurut Samuelson & Nordhaus (1996) “Konsumsi adalah pengeluaran untuk pembelian barang-barang dan jasa akhir guna mendapatkan kepuasan ataupun memenuhi kebutuhannya”.

Konsumsi dalam istilah sehari hari sering diartikan sebagai pemenuhan akan makanan dan minuman, Konsumsi mempunyai pengertian yang lebih luas lagi yaitu barang dan jasa akhir yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan manusia. Barang dan jasa akhir yang dimaksud adalah barang dan jasa yang sudah siap dikonsumsi oleh konsumen. Barang konsumsi ini terdiri dari barang konsumsi sekali habis dan barang konsumsi yang dapat dipergunakan lebih dari satu kali Nopirin (1997). Badan Pusat Statistik (2007) menyatakan pengeluaran rumah tangga dibedakan atas pengeluaran konsumsi makanan dan pengeluaran konsumsi non makanan.

Menurut Meiler dan Meineres (1997) Penelitian Engel melahirkan empat butir kesimpulan, yang kemudian dikenal dengan hukum Engel. Keempat butir kesimpulanya yang dirumuskan adalah (1) Jika Pendapatan meningkat, maka


(28)

persentasi pengeluaran untuk konsumsi pangan semakin kecil (2) Persentase pengeluaran untuk konsumsi pakaian relatif tetap dan tidak tergantung pada tingkat pendapatan (3) Persentase pengeluaran konsumsi untuk pengeluaran rumah relatif tetap dan tidak tergantung pada tingkat pendapatan (4) Jika pendapatan meningkat, maka persentase pengeluaran untuk pendidikan, kesehatan, rekreasi, barang mewah, dan tabungan semakin meningkat.

Untuk mengetahui suatu barang sebagai kebutuhan pokok atau barang mewah dilakukan dengan menggunakan kurva Engel. Kurva ini mencoba melihat hubungan antara tingkat pendapatan dengan tingkat konsumsi. Hubungan tersebut adalah sebagai berikut : (a) Barang kebutuhan pokok, seperti makanan pokok. Perubahan pendapatan nominal tidak berpengaruh banyak terhadap perubahan permintaan. Bahkan jika pendapatan terus meningkat, permintan terhadap barang tersebut perubahannya makin kecil dibandingkan dengan perubahan pendapatan. Jika dikaitkan dengan konsep elastisitas, maka elastisitas pendapatan dari kebutuhan pokok makin kecil bila tingkat nominal pendapatan makin tinggi. (b) Barang mewah, kenaikan pendapatan terhadap barang tersebut lebih besar dibandingkan dengan kenaikan tingkat pendapatan atau dapat dikatakan bahwa permintaan terhadap barang mewah mempunyai elatisitas yang besar. (Farida Milias)

Ada beberapa perdebatan tentang konsep teori konsumsi , teori-teori tersebut yakni teori konsumsi dengan hipotesis pendapatan permanen, teori konsumsi dengan hipotesis siklus hidup, dan teori konsumsi dengan hipotesis pendapatan relative.


(29)

Teori dengan hipotesis pendapatan permanen dikemukakan oleh M Friedman. Menurut teori ini pendapatan masyarakat dapat digolongkan

menjadi 2 yaitu pendapatan permanen (permanent income) dan pendapatan sementara (transitory income). Pengertian dari pendapatan permanen adalah : (1) Pendapatan yang selalu diterima pada setiap periode tertentu dan dapat diperkirakan sebelumnya, misalnya pendapatan dari gaji, upah. (2) Pendapatan yang diperoleh dari semua faktor yang menentukan kekayaan seseorang (yang menciptakan kekayaan).

Pengertian pendapatan sementara adalah pendapatan yang tidak bisa diperkirakan sebelumnya (Mangkoesoebroto, 1998). Friedman menganggap pula bahwa tidak ada hubungan antara pendapatan sementara dengan pendapatan permanen, juga antara konsumsi sementara dengan konsumsi permanen, maupun konsumsi sementara dengan pendapatan sementara. Sehingga MPC dari pendapatan sementara sama dengan nol yang berarti bila konsumen menerima pendapatan sementara yang positif maka tidak akan mempengaruhi konsumsi. demikian pula bila konsumen menerima pendapatan sementara yang negatif maka tidak akan mengurangi konsumsi (Suparmoko, 1991).

Selanjutnya Modigliani menganggap penting peranan kekayaan (assets) sebagai penentu tingkah laku konsumsi. Konsumsi akan meningkat apabila terjadi kenaikan nilai kekayaan seperti karena adanya inflasi maka nilai rumah dan tanah meningkat, karena adanya kenaikan harga surat-surat berharga, atau karena peningkatan dalam jumlah uang beredar. Sesungguhnya dalam kenyataan orang menumpuk kekayaan sepanjang hidup mereka, dan tidak hanya orang yang sudah pension saja. Apabila terjadi kenaikan dalam nilai kekayaan, maka konsumsi akan


(30)

meningkat atau dapat dipertahankan lebih lama. Akhirnya hipotesis siklus kehidupan ini akan berarti menekan hasrat konsumsi, menekan koefisien pengganda, dan melindungi perekonomian dari perubahan-perubahan yang tidak diharapkan, seperti perubahan dalam investasi, ekspor, maupun pengeluaran-pengeluaran lain (Suparmoko, 1991).

Pengeluaran konsumsi suatu masyarakat ditentukan terutama oleh tingginya pendapatan tertinggi yang pernah dicapainya. Pendapatan berkurang, konsumen tidak akan banyak mengurangi pengeluaran untuk konsumsi. Untuk mempertahankan tingkat konsumsi yang tinggi, terpaksa mengurangi besarnya saving. Apabila pendapatan bertambah maka konsumsi mereka juga akan bertambah, tetapi bertambahnya tidak terlalu besar. Sedangkan saving akan bertambah besar dengan pesatnya. Kenyataan ini terus kita jumpai sampai tingkat pendapatan tertinggi yang telah kita capai tercapai kembali. Sesudah puncak dari pendapatan sebelumnya telah dilalui, maka tambahan pendapatan akan banyak menyebabkan bertambahnya pengeluaran untuk konsumsi, sedangkan di lain pihak bertambahnya saving tidak begitu cepat. (Reksoprayitno, 2000).

Dalam teorinya, Dusenberry menggunakan dua asumsi yaitu: (1) Selera sebuah rumah tangga atas barang konsumsi adalah interdependen, Artinya pengeluaran konsumsi rumah tangga dipengaruhi oleh pengeluaran yang dilakukan oleh orang sekitarnya. (2) Pengeluaran konsumsi adalah irreversible, artinya pola pengeluaran seseorang pada saat penghasilan naik berbeda dengan pola pengeluaran pada saat penghasilan mengalami penurunan (Mangkoesoebroto, 1998).


(31)

Teori lain yang berhubungan dengan konsumsi yaitu teori Engel. Penelitian Engel melahirkan empat butir kesimpulan, yang kemudian dikenal dengan hukum Engel. Ke empat butir kesimpulanya yang dirumuskan tersebut adalah : (1) Jika Pendapatan meningkat, maka persentasi pengeluaran untuk konsumsi pangan semakin kecil. (2) Persentase pengeluaran untuk konsumsi pakaian relatif tetap dan tidak tergantung pada tingkat pendapatan. (3) Persentase pengeluaran konsumsi untuk pengeluaran rumah relatif tetap dan tidak tergantung pada tingkat pendapatan. (4) Jika pendapatan meningkat, maka persentase pengeluaran untuk pendidikan,kesehatan,rekreasi,barang mewah,dan tabungan semakin meningkat.

2.1.2. Teori Konsumsi Keynes

Dalam teorinya Keynes mengandalkan analisis statistik, dan juga membuat dugaan-dugaan tentang konsumsi berdasarkan introspeksi dan observasi casual. Pertama dan terpenting Keynes menduga bahwa, kecenderungan mengkonsumsi marginal (marginal propensity toconsume) jumlah yang dikonsumsi dalam setiap tambahan pendapatan adalah antara nol dan satu. Kecenderungan mengkonsumsi marginal adalah krusial bagi rekomendasi kebijakan Keynes untuk menurunkan pengangguran yang kian meluas. Kekuatan kibijakan fiskal, untuk mempengaruhi perekonomian seperti ditunjukkan oleh pengganda kebijakan fiskal muncul dari umpan balik antara pendapatan dan konsumsi.

Kedua, Keynes menyatakan bahwa rasio konsumsi terhadap pendapatan, yang disebut kecenderungan mengkonsumsi rata-rata (avarage prospensity to consume), turun ketika pendapatan naik. Ia percaya bahwa tabungan adalah kemewahan, sehingga ia barharap orang kaya menabung dalam proporsi yang lebih tinggi dari pendapatan mereka ketimbang si miskin.


(32)

Ketiga, keynes berpendapat bahwa pendapatan merupakan determinan konsumsi yang penting dan tingkat bunga tidak memiliki peranan penting. Keynes menyatakan bahwa pengaruh tingkat bungaterhadap konsumsi hanya sebatas teori. Kesimpulannya bahwa pengaruh jangka pendek dari tingkat bunga terhadap pengeluaran individu dari pendapatannya bersifat sekunder dan relatif tidak penting.Berdasarkan tiga dugaan ini,fungsi konsumsi keynes sering ditulis sebagai C = C + cY, C > 0, 0 < c < 1

Keterangan : C = konsumsi

Y = pendapatan disposebel C = konstanta

c = kecenderungan mengkonsumsi marginal (N.G Mankiw, 2003 : 425-426)

Secara singkat di bawah ini beberapa catatan mengenai fungsi konsumsi Keynes:

· Variabel nyata adalah bahwa fungsi konsumsi Keynes menunjukkan hubungan antara pendapatan nasional dengan pengeluaran konsumsi yang keduanya dinyatakan dengan menggunakan tingkat harga konstan.

Pendapatan yang terjadi disebutkan bahwa pendapatan nasional yang menentukan besar kecilnya pengeluaran konsumsi adalah pendapatan nasional yang terjadi atau current national income.

Pendapatan absolute disebutkan bahwa fungsi konsumsi Keynes variabel pendapatan nasionalnya perlu diinterpretasikan sebagai pendapatan nasional


(33)

absolut, yang dapat dilawankan dengan pendapatan relatif, pendapatan permanen dan sebagainya.

· Bentuk fungsi konsumsi menggunakan fungsi konsumsi dengan bentuk garis lurus. Keynes berpendapat bahwa fungsi konsumsi berbentuk lengkung. (Soediyono Reksoprayitno, 2000: 146 ).

2.1.3. Teori Konsumsi Friedman

Teori dengan hipotesis pendapatan permanen dikemukakan oleh M Friedman. Menurut teori ini pendapatan masyarakat dapat digolongkan menjadi 2 yaitu pendapatan permanen (permanent income) dan pendapatan sementara (transitory income). Pengertian dari pendapatan permanen adalah :

· Pendapatan yang selalu diterima pada setiap periode tertentu dan dapat diperkirakan sebelumnya, misalnya pendapatan dari gaji, upah. Pendapatan yang diperoleh dari semua faktor yang menentukan kekayaan seseorang (yang menciptakan kekayaan). Pengertian pendapatan sementara adalah pendapatan yang tidak bisa diperkirakan sebelumnya. (Guritno Mangkoesoebroto, 1998: 72).

Friedman menganggap pula bahwa tidak ada hubungan antara pendapatan sementara dengan pendapatan permanen, juga antara konsumsi sementara dengan konsumsi permanen, maupun konsumsi sementara dengan pendapatan sementara. Sehingga MPC dari pendapatan sementara sama dengan nol yang berarti bila konsumen menerima pendapatan sementara yang positif maka tidak akan mempengaruhi konsumsi. Demikian pula bila konsumen menerima pendapatan sementara yang negatif maka tidak akan mengurangi konsumsi. (Suparmoko, 1991: 70).


(34)

2.1.4. Teori Konsumsi Modigliani

Teori dengan hipotesis siklus hidup dikemukaan oleh Franco Modigliani. Franco Modigliani menerangkan bahwa pola pengeluaran konsumsi masyarakat mendasarkan kepada kenyataan bahwa pola penerimaan dan pola pengeluaran konsumsi seseorang pada umumnya dipengaruhi oleh masa dalam siklus hidupnya.

Karena orang cenderung menerima penghasilan / pendapatan yang rendah pada usia muda, tinggi pada usia menengah dan rendah pada usia tua, maka rasio tabungan akan berfluktuasi sejalan dengan perkembangan umur mereka yaitu orang muda akan mempunyai tabungan negatif (dissaving), orang berumur menengah menabung dan membayar kembali pinjaman pada masa muda mereka, dan orang usia tua akan mengambil tabungan yang dibuatnya di masa usia menengah.

Selanjutnya Modigliani menganggap penting peranan kekayaan (assets) sebagai penentu tingkah laku konsumsi. Konsumsi akan meningkat apabila terjadi kenaikan nilai kekayaan seperti karena adanya inflasi maka nilai rumah dan tanah meningkat, karena adanya kenaikan harga surat-surat berharga, atau karena peningkatan dalam jumlah uang beredar. Sesungguhnya dalam kenyataan orang menumpuk kekayaan sepanjang hidup mereka, dan tidak hanya orang yang sudah pension saja. Apabila terjadi kenaikan dalam nilai kekayaan, maka konsumsi akan meningkat atau dapat dipertahankan lebih lama. Akhirnya hipotesis siklus kehidupan ini akan berarti menekan hasrat konsumsi, menekan koefisien pengganda, dan melindungi perekonomian dari perubahan-perubahan yang tidak


(35)

diharapkan, seperti perubahan dalam investasi, ekspor, maupun pengeluaran-pengeluaran lain. (Suparmoko, 1991: 73-74).

2.1.5. Teori Konsumsi Dusenberry

James Dusenberry mengemukakan bahwa pengeluaran konsumsi suatu masyarakat ditentukan terutama oleh tingginya pendapatan tertinggi yang pernah dicapainya. Pendapatan berkurang, konsumen tidak akan banyak mengurangi pengeluaran untuk konsumsi. Untuk mempertahankan tingkat konsumsi yang tinggi, terpaksa mengurangi besarnya saving. Apabila pendapatan bertambah maka konsumsi mereka juga akan betambah, tetapi brtambahnya tidak terlalu besar. Sedangkan saving akan bertambah besar dengan pesatnya.

Kenyataan ini terus kita jumpai sampai tingkat pendapatan tertinggi yang telah kita capai tercapai kembali. Sesudah puncak dari pendapatan sebelumnya telah dilalui, maka tambahan pendapatan akan banyak menyebabkan bertambahnya pengeluaran untuk konsumsi, sedangkan di lain pihak bertambahnya saving tidak begitu cepat. (Soediyono Reksoprayitno, 2000). Dalam teorinya, Dusenberry menggunakan dua asumsi yaitu:

a. Selera sebuah rumah tangga atas barang konsumsi adalah interdependen. Artinya pengeluaran konsumsi rumah tangga dipengaruhi oleh pengeluaran yang dilakukan oleh orang sekitarnya.

b. Pengeluaran konsumsi adalah irreversibel. Artinya pola pengeluaran seseorang pada saat penghasilan naik berbeda dengan pola pengeluaran pada saat penghasilan mengalami penurunan(Guritno Mangkoesoebroto, 1998: 70).


(36)

Beberapa variabel lain yang mempengaruhi pengeluaran konsumsi dalam perkembangan ekonomi yang terjadi mengakibatkan bertambahnya variabel yang dapat mempengaruhi pengeluaran konsumsi selain pendapatan nasional, inflasi, suku bunga, dan jumlah uang beredar seperti sebagai berikut:

1. Selera

Di antara orang-orang yang berumur sama dan berpendapatan sama, beberapa orang dari mereka mengkonsumsi lebih banyak dari pada yang lain. Hal ini dikarenakan ada nyaperbedaan sikap dalam penghematan (thrift).

2. Faktor sosial ekonomi

Faktor sosial ekonomi misalnya: umur, pendidikan, pekerjaan dan keadaan keluarga. Biasanya pendapatan akan tinggi pada kelompok umur muda dan terus meninggi dan mencapai puncaknya pada umur pertengahan, dan akhirnya turun pada kelompok tua. Demikian juga dengan pendapatan yang ia sisihkan (tabung) pada kelompok umur tua adalah rendah. Yang berarti bagian pendapatan yang dikonsumsi relatif tinggi pada kelompok muda dan tua, tetapi rendah pada umur pertengahan. Dengan adanya perbedaan proporsi pendapatan untuk konsumsi diantara kelompok umur, maka naiknya umur rata-rata penduduk akan mengubah fungsi konsumsi agregat. 3. Kekayaan

Kekayaan secara eksplisit maupun implisit, sering dimasukan dalam fungsi konsumsi agregat sebagai faktor yang menentukan konsumsi. Seperti dalam hipotesis pendapatan permanen yang dikemukakan oleh Friedman, Albert


(37)

Ando dan Franco Modigliani menyatakan bahwa hasil bersih (net worth) dari suatu kekayaan merupakan faktor penting dalam menentukan konsumsi. 4. Keuntungan / Kerugian Capital

Keuntungan kapital yaitu dengan naiknya hasil bersih dari kapital akan mendorong tambahnya konsumsi, sebaliknya dengan adanya kerugian kapital akan mengurangi konsumsi. Menurut John J. Arena menemukan bahwa tidak ada hubungan antara konsumsi agregat dan keuntungan kapital karena sebagian saham dipegang oleh orang-orang yang berpendapatan tinggi dan konsumsi mereka tidak terpengaruh oleh perubahan perubahan jangka pendek dalam harga surat berharga tersebut. Sebaliknya Kul B. Bhatia dan Barry Bosworth menemukan hubungan yang positif antara konsumsi dengan keuntungan kapital.

5. Tingkat harga

Naiknya pendapatan nominal yang disertai dengan naiknya tingkat harga dengan proporsi yang sama tidak akan mengubah konsumsi riil. Bila seseorang tidak mengubah konsumsi riilnya walaupun ada kenaikan pendapatan nominal dan tingkat harga secara proposional, maka ia dinamakan bebas dari ilusi uang (money illusion) seperti halnya pendapat ekonomi kasik. Sebaliknya bila mereka mengubah konsumsi riilnya maka dikatakan mengalami “ilusi uang” seperti yang dikemukakan Keynes.

6. Barang tahan lama

Barang tahan lama adalah barang yang dapat dinikmati sampai pada masa yang akan datang (biasanya lebih dari satu tahun). Adanya barang tahan lama ini menyebabkan timbulnya fluktuasi pengeluaran konsumsi.


(38)

Seseorang yang memiliki banyak barang tahan lama, seperti lemari es, perabotan, mobil, sepeda motor, tidak membelinya lagi dalam waktu dekat. Akibatnya pengeluaran konsumsi untuk jenis barang seperti ini cenderung menurun pada masa (tahun) yang akan datang. Pengeluaran konsumsi untuk jenis barang ini menjadi berfluktuasi sepanjang waktu, sehingga pada periode tersebut pengeluaran konsumsi secara keseluruhan juga berfluktuasi. 7. Kredit

Kredit yang diberikan oleh sektor perbankan sangat erat hubungannya dengan pengeluaran konsumsi yang dilakukan rumah tangga. Adanya kredit menyebabkan rumah tangga dapat membeli barang pada waktu sekarang dan pembayarannya dilakukan di kemudian hari. Namun demikian, ini tidak berarti bahwa adanya fasilitas kredit menyebabkan rumah tangga akan melakukan konsumsi yang lebih banyak,karena apa yang mereka beli sekarang harus dibayar dengan penghasilan yang akan datang. Konsumen akan memperhitungkan beberapa hal dalam melakukan pembayaran dengan cara kredit, misalnya tingkat bunga, uang muka dan waktu pelunasannya. Tingkat bunga tidak merupakan faktor dominan dalam memutuskan pembelian dengan cara kredit, sebagaimana faktor-faktor yang lain seperti uang muka dan waktu pelunasan. Kenaikan uang muka akan menurunkan jumlah uang yang hurus dibayar secara kredit. Sedangkan semakin panjang waktu pelunasan akan meningkatkan jumlah uang yang harus dibayardengan kredit. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak adanya kejelasan mengenai pengaruh kredit terhadap pengeluaran konsumsi. (Suparmoko, 1991: 74-77).


(39)

1. Barang (goods) yang di konsumsi mempunyai sifat semakin banyak akan semakin besar manfaatnya. Dengan demikian, jika sesuatu yang bila dikonsumsi semakin banyak justru mengurangi kenikmatan hidup (bad) tidak dapat didefinisikan sebagai barang, misalnya penyakit.

2. Utilitas (utility) adalah manfaat yang diperoleh seseorang karena mengkonsumsi barang, Dengan demikian Utilitas merupakan ukuran manfaat (kepuasan) bg seseorang karena mengkonsumsi barang. Keseluruhan manfaat yang diperoleh konsumen karena mengkonsumsi sejumlah barang disebut dengan Utilitas total (Total Utility) Utilitas marjinal (marginal utility) adalah tambahan manfaat yang diperoleh karena menambah satu unit konsumsi barang tertentu. 3. Pada teori Utilitas berlaku Hukum Pertambahan Manfaat yang Makin Menurun (The law of Diminishing marginal utility) yaitu bahwa awalnya sesorang konsumen mengkonsumsi satu unit barang tertentu akan memperoleh atambahan Utilitas (manfaat) yang besar, akan tetapi tambahan unit konsumsi barang tersebut akan memberikan tambahan Utilitas (manfaat yang semakin menurun, dan bahkan dapat memberikan manfaat negatif. Dengan kata lain, Utilitas marjinal (MU) mula-mula adalah besar, dan semakin menurun dengan meningkatnya unit barang yang dikonsumsi.

4. Pada teori Utilitas berlaku konsistensi preferensi, yaitu bahwa konsumen dapat secara tuntas (complete) menentukan rangking dan ordering pilihan (preference, choice) diantara berbagai paket barang yang tersedia. Konsep ini disebut dengan Transitivity dan rasionalitas. Misalnya, jika A lebih disuka dari B atau A>B, dan B lebih disukai dari C atau B>C, maka harus berlaku A lebih disuka dari C, atau A>C.


(40)

5. Pada teori Utilitas diasumsikan bahwa konsumen mempunyai pengetahuan yang sempurna berkaitan dengan keputusan konsumsinya. Mereka dianggap (diasumsikan) mengetahui persis kualitas barang, kapasitas produksi, teknologi yang digunakan dsb.

2.1.7. Faktor - Faktor Penentu Tingkat Konsumsi

1. Pendapatan rumah tangga (Household income), semakin besar pendapatan, semakin besar pula pengeluaran untuk konsumsi.

2. Kekayaan rumah tangga (Household wealth), semakin besar kekayaan, tingkat konsumsi juga akan menjadi semakin tinggi. Kekayaan misalnya berupa saham, deposito berjangka, dan kendaraan bermotor.

3. Prakiran masa depan (Household expectations), bila masyarakat memperkirakan harga barang-barang akan mengalami kenaikan, maka mereka akan lebih banyak membeli/belanja barang-barang.

4. Tingkat bunga (Interest rate), bila tingkat bunga tabungan tinggi/naik, maka masyarakat merasa lebih untung jika uangnya ditabung daripada dibelanjakan. berarti antara tingkat bunga dengan tingkat konsumsi memepunyai korelasi negatif.

5. Pajak (Taxation), pengenaasn pajak akan menurunkan pendapatan disposable yang diterima masyarakat, akibatnya akan menurunkan konsumsinya.

6. Jumlah dan Konsumsi penduduk, jumlah penduduk yang banyak akan memperbesar pengeluaran konsumsi. Sedangkan komposisi penduduk yang didominasi penduduk usia produktif /usia kerja (15 - 64 tahun) akan memperbesar tingkat konsumsi.


(41)

7. Faktor sosial budaya, misalnya, berubahnya pola kebiasaan makan, perubahan etika dan tata nilai karena ingin meniru kelompok masyarakat lain yang dianggap lebih modern. Contohnya adalah berubahnya kebiasaan orang Indonesia berbelanja dari pasar tradisional ke pasar swalayan

2.2.Konsumsi Mahasiswa

Konsumsi dalam istilah sehari hari sering diartikan sebagai pemenuhan akan makanan dan minuman. Konsumsi mempunyai pengertian yang lebih luas lagi yaitu barang dan jasa akhir yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan manusia. Barang dan jasa akhir yang dimaksud adalah barang dan jasa yang sudah siap dikonsumsi oleh konsumen. Barang konsumsi ini terdiri dari barang konsumsi sekali habis dan barang konsumsi yang dapat dipergunakan lebih dari satu kali (Nopirin,1997). Badan Pusat Statistik (2006) menyatakan pengeluaran rumah tangga dibedakan atas pengeluaran konsumsi makanan dan pengeluaran konsumsi non makanan (Antari, 2008).

Pengeluaran konsumsi masyarakat dapat dijadikan salah satu perbedaan antara masyarakat yang sudah mapan dan yang belum mapan, atau antara negara maju dan negara berkembang. Pengeluaran konsumsi masyarakat yang belum mapan biasanya didominasi oleh konsumsi kebutuhan pokok atau kebutuhan primer (kebutuhan makanan), sedangkan pola konsumsi masyarakat yang sudah mapan cenderung lebih banyak teralokasi kedalam kebutuhan sekunder atau bahkan tersier (kebutuhan non makanan).

Pengeluaran konsumsi rumah tangga adalah nilai belanja yang dilakukan oleh rumah tangga untuk membeli berbagai jenis kebutuhanya dalam satu tahun tertentu. pendapatan yang diterima rumah tangga akan digunakan untuk membeli


(42)

makanan, membiayai jasa angkutan, membayar pendidikan anak, membayar sewa rumah dan membeli kendaraan. Barang-barang tersebut dibeli rumah tangga untuk memenuhi kebutuhanya, dan pembelanjaan tersebut dinamakan konsumsi. (Sukirno,1994) rumah tangga memutuskan berapa banyak dari pendapatan yang akan dibelanjakan untuk konsumsi dan mereka menabung sisanya. Jadi rumah tangga harus membuat keputusan tunggal bagaimana membagi sisa pendapatan antara konsumsi dan tabungan. Pengeluaran konsumsi rumah tangga merupakan komponen terbesar dari keseluruhan pengeluaran aktual.

Seperti halnya rumah tangga mahasiswa juga melakukan konsumsi, Pengeluaran konsumsi mahasiswa merupakan nilai belanja yang dilakukan mahasiswa untuk membeli berbagai jenis kebutuhannya. Secara garis besar kebutuhan mahasiswa dapat dikelompokkan dalam 2 kategori besar, yaitu kebutuhan makanan dan non makanan. Dengan demikian pada tingkat pendapatan tertentu, mahasiswa akan mengalokasikan pendapatannya untuk memenuhi kedua kebutuhan tersebut. Konsumsi makanan adalah pengeluaran yang dibelanjakan untuk memenuhi kebutuhan bahan makanan, yaitu makanan pokok, protein hewani, sayur-sayuran, buah-buahan,yang diukur dalam kalori. Sedangkan konsumsi non makanan adalah pengeluaran yang dikeluarkan untuk kebutuhan di luar bahan makanan yaitu berupa transportasi, komunikasi (pulsa dan biaya akses internet), entertainment (seperti pembelian baju, aksesoris, dan lain sebagainya), dan perlengkapan perkuliahan (seperti pembelian buku, fotocopy untuk tugas dan materi kuliah, biaya untuk menjilid tugas dan print tugas, perlengkapan alat tulis).

Konsumsi mahasiswa asing jumlah terbesar dari konsumsinya adalah pendidikan dimana biaya pendidikan memiliki jumlah biaya yang berbeda dari


(43)

jalur masuk pendaftaran terhadap mahasisa lokal Universitas Sumatera Utara dan konsumsi yang terbesar lainya adalah izin tempat tinggal, izin masuk dan keluar keimigrasian orang asing di Indonesia.

Konsumsi mahasiswa asing diluar dari konsumsi makanan biasanya hanya berpusat pada bidang perkuliahan, seperti fotocopy, biaya internet, print tugas, buku dan lain sebagainya. Jika dikelompokkan maka konsumsi non makanan mahasiswa bergerak dalam empat hal yaitu transportasi, komunikasi meliputi biaya pulsa, internet, dan lain sebagainya; entertainment meliputi pembelanjaan untuk membeli pakaian, handphone, laptop, aksesoris dan lain sebagainya. Lain lagi halnya bila mahasiswa tersebut harus tinggal terpisah dari orangtua (perantau) Sebagian besar mahasiswa tinggal di kost dan jauh dari keluarga. Dengan demikinan pola konsumsi mereka jelas berbeda dengan pola konsumsi mahasiswa yang tinggal dengan orangtuanya. Hal ini disebabkan mahasiswa yang tinggal di kost harus mengeluarkan biaya-biaya rutin seperti biaya untuk makan (pangan) sehari-hari, biaya listrik, transportasi, air, uang sewa kos, dan perlengkapan sehari-hari lainnya. Sedangkan mahasiswa yang tinggal dengan keluarga tidak perlu mengeluarkan biaya-biaya tersebut karena telah di tanggung oleh keluarga mereka. Perbedaan inilah yang memicu peneliti untuk meneliti pola konsumsi mahasiswa baik itu yang tinggal di kos, maupun yang tinggal bersama orangtua.

Berdasarkan pada teori keynes yang menjelaskan bahwa konsumsi saat ini sangat dipengaruhi oleh pendapatan disposible saat ini. Dimana pendapatan disposible adalah pendapatan yang tersisa setelah pembayaran pajak. Jika pendapatan disposible tinggi maka konsumsi juga naik. Hanya saja peningkatan


(44)

konsumsi tersebut tidak sebesar peningkatan pendapatan disposibel. Selanjutnya menurut keynes ada batas konsumsi minimal, tidak tergantung pada tingkat pendapatan yang disebut konsumsi otonom. Artinya tingkat konsumsi tersebut harus dipenuhi walaupun tingkat pendapatan sama dengan nol, dan hal ini ditentukan oleh faktor di luar pendapatan, seperti ekspektasi ekonomi dari konsumen, ketersediaan dan syarat-syarat kredit, standar hidup yang diharapkan,distribusi umur, lokasi geografis.

Mahasiswa tergolong bukan angkatan kerja karena mahasiswa termasuk pelajar yang tidak mencari kerja (pengangguran) ataupun sedang bekerja melainkan mereka bersekolah dan penerima pendapatan, sehingga mahasiswa tidak memiliki pendapatan permanen sendiri. Pendapatan mahasiswa bisa berasal dari uang saku dari orang tua, dan beasiswa (jika penerima beasiswa), yang dimaksud dengan uang saku dari orangtua adalah uang saku yang diterima setiap bulan atau setiap minggu, dari uang saku inilah yang selanjutnya mahasiswa gunakan dalam memenuhi kebutuhan mereka untuk selanjutnya mereka alokasikan pada pos pengeluaran konsumsi mereka baik itu konsumsi rutin maupun tidak rutin. Secara umum konsumsi rutin yang dimaksud disini adalah segala pengeluaran untuk pembelian barang-barang dan jasa-jasa yang terus- menerus dikeluarkan. Konsumsi rutin mahasiswa di kost seperti biaya makan, listrik, trasportasi, air, pulsa serta kebutuhan rumah tangga lainnya seperti sabun, odol, shampo, bedak dan lain sebagainya. Sedangkan konsumsi yang tidak rutin adalah setiap tambahan pengeluaran yang tidak terduga. Sementara mahasiswa yang tidak tinggal di kost, konsumsi rutinnya kurang lebih sama dengan


(45)

mahasiswa yang tinggal di kost namun mereka tidak harus membeli kebutuhan rumah tangga karena telah disediakan oleh orangtua masing-masing.

Seperti halnya rumah tangga ataupun keluarga, dalam penentuan tingkat kesejahtaraan mahasiswa dapat ditinjau dari proporsi konsumsi makanan dan non makanan. Semakin tinggi proporsi konsumsi non makanan maka mahasiswa tersebut akan semakin sejahtera. ketika uang saku meningkat dan sebagian uang saku tersebut digunakan untuk mengkonsumsi non makanan, maka tingkat kesejahteraan mahasiswa dapat dikatakan membaik

Adapun faktor - faktor yang mempengaruhi tingkat konsumsi pada konsumsi mahasiswa asing adalah :

2.2.1. Pendapatan

Keynes berpendapat bahwa pengeluaran konsumsi hampir secara penuh di pengaruhi oleh kekuatan pendapatan. Fungsi konsumsi menurut Keynes menunjukkan hubungan antara pendapatan nasional dengan pengeluaran konsumsi yang kedua-duanya dinyatakan dengan menggunakan tingkat harga konstan, dan bukan hubungan antara pendapatan nasional nominal dengan konsumsi nominal.

Sukirno mengatakan bahwa pendapatan pada dasarnya merupakan balas jasa yang diterima pemilik faktor produksi atas pengorbananya dalam proses produksi. Masing-masing faktor produksi seperti tanah akan memperoleh balas jasa dalam bentuk sewa tanah, tenaga kerja akan memperoleh balas jasa berupa upah /gaji, modal akan memperoleh balas jasa dalam bentuk bunga modal, serta keahlian termasuk para enterprenuer akan memperoleh balas jasa dalam bentuk laba (Antari, 2008).


(46)

Menurut Sunuharyo (1982), dilihat dari pemanfaatan tenaga kerja, pendapatan yang berasal dari balas jasa berupa upah atau gaji disebut pendapatan tenaga kerja (Labour Income), sedangkan pendapatan dari selain tenaga kerja disebut dengan pendapatan bukan tenaga kerja (Non Labour Income). Dalam kenyataannya membedakan antara pendapatan tenaga kerja dan pendapatan bukan tenaga kerja tidaklah selalu mudah dilakukan. Ini disebabkan karena nilai output tertentu umumnya terjadi atas kerjasama dengan faktor produksi lain. Oleh sebab itu dalam perhitungan pendapatan migran dipergunakan beberapa pendekatan tergantung pada lapangan pekerjaannya. Untuk yang bekerja dan menerima balas jasa berupa upah atau gaji dipergunakan pendekatan pendapatan (income approach), bagi yang bekerja sebagai pedagang, pendapatannya dihitung dengan melihat keuntungan yang diperolehnya. Untuk yang bekerja sebagai petani, pendapatannya dihitung dengan pendekatan produksi (Production Approach). dengan demikian berdasarkan pendekatan di atas dalam pendapatan pekerja migran telah terkandung balas jasa untuk skill yang dimilikinya.

Dalam pengertian umum pendapatan adalah hasil pencaharian usaha. Budiono (1992) mengemukakan bahwa pendapatan adalah hasil dari penjualan faktor-faktor produksi yang dimilikinya kepada sektor produksi. Sedangkan menurut Winardi pendapatan adalah hasil berupa uang atau materi lainnya yang dapat dicapai dari pada penggunaan faktor-faktor produksi.

Berdasarkan kedua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pendapatan merupakan nilai dari seluruh barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu badan usaha dalam suatu periode tertentu.


(47)

Pendapatan juga dapat di definisikan sebagai jumlah seluruh uang yang diterima oleh seseorang atau rumah tangga selama jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun), pendapatan terdiri dari upah, atau penerimaan tenaga kerja, pendapatan dari kekayaan seperti sewa, bunga dan deviden, serta pembayaran transfer atau penerimaan dari pemerintah seperti tujangan sosial atau asuransi pengangguran (Samuelson dan Nordhaus, 1996).

Adapun menurut Lipsey pendapatan terbagi dua macam, yaitu pendapatan perorangan dan pendapatan disposable. Pendapatan perorangan adalah pendapatan yang dihasilkan oleh atau dibayarkan kepada perorangan sebelum dikurangi dengan pajak penghasilan perorangan. Sebagian dari pendapatan perorangan dibayarkan untuk pajak, sebagian ditabung oleh rumah tangga yaitu pendapatan perorangan dikurangi dengan pajak penghasilan. Pendapatan disposible merupakan jumlah pendapatan saat ini yang dapat di belanjakan atau ditabung oleh rumah tangga yaitu pendapatan perorangan dikurangi dengan pajak penghasilan.

Pendapatan adalah penerimaan bersih seseorang, baik berupa uang kontan maupun natura. Pendapatan atau juga disebut juga income dari seorang warga masyarakat adalah hasil “penjualan” dari faktor-faktor produksi yang dimilikinya pada sektor produksi, sektor produksi ini ”membeli” faktor-faktor produksi tersebut untuk digunakan sebagai input proses produksi dengan harga yang

berlaku dipasar faktor produksi. Harga faktor produksi dipasar faktor produksi ( seperti halnya juga untuk barang-barang dipasar barang ) ditentukan oleh tarik


(48)

2.2.2. Usia

Faktor yang mempengaruhi usia termasuk pada faktor demografi (kependudukan) adapun faktor yang mempengaruhi faktor demografis adalah : (1)

Jumlah penduduk yang banyak akan memperbesar pengeluaran konsumsi; (2) Jumlah penduduk yang banyak akan memperbesar pengeluaran konsumsi

secara menyeluruh walaupun pengeluaran rata-rata perorang atau per keluarga relative rendah; (3) Pengeluaran konsumsi suatu negara akan sangat besar bila jumlah penduduk sangat banyak dan pendapatan perkapita sangat tinggi; (4) Usia produktif dan tidak produktif (15-60 tahun) semakin banyak penduduk usia kerja atau usia produktif maka semakin besar tingkat konsumsinya, terutama bila sebagian dari mereka mendapat kesempatan kerja yang tinggi dengan upah yang wajar atau baik, sebab semakin banyak penduduk yang bekerja maka penghasilanya juga semakin besar.

Dilihat dari segi usia, mahasiswa masih tergolong pada kelompok usia remaja akhir, yakni antara 18-22 tahun. Sebagaimana dikemukakan oleh Jatman (Sumartono, 2002 : 120), remaja merupakan kelompok sasaran yang potensial untuk memasarkan produk-produk industri, sebab remaja memiliki pola yang konsumtif dalam berpakaian, berdandan dan gaya potong rambut.

Raymond Tambunan (2001) mengatakan bahwa : Kelompok usia remaja merupakan salah satu pasar potensial bagi banyak produsen, karena kecenderungan remaja biasanya mudah terbujuk iklan, suka ikut-ikutan, tidak realistis, dan cenderung boros dalam menggunakan uangnya. Sifat-sifat remaja inilah yang dimanfaatkan oleh sebagian produsen untuk memasuki pasar remaja.


(49)

Komposisi penduduk satu negara dapat dilihat dari beberapa klasifikasi diantaranya : usia (produktif dan tidak produktif), pendidikan (rendah, menengah, tinggi) dan wilayah tinggal (pekotaan atau pedesaan). Semakin tinggi tingkat pendidikan masyarakat maka tingkat konsumsinya pun semakin tinggi. Sebab pada saat seseorang pendidikannya semakin tinggi, mereka tidak lagi sekedar memenuhi kebutuhan makan dan minum melainkan juga memenuhi kebutuhan informasi, pergaulan masyarakat yang lebih baik, serta kebutuhan akan pengakuan orang lain terhadap keberadaannya (eksistensinya). Dan seringkali biaya yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan ini jauh lebih besar dari pada biaya pemenuhan kebutuhan untuk makan dan minum.

2.2.3. Gaya Hidup

Mahasiswa merupakan sebutan status seseorang yang sedang menimba ilmu di perguruan tinggi. Peralihan status dari siswa (dari jenjang pendidikan menengah atas) menjadi mahasiswa tentunya akan di barengi dengan pertukaran simbol-simbol yang akan memaknai bahwa dirinya adalah mahasiswa, bukan lagi siswa. Pada saat itulah terjadi pertukaran identitas, baik identitas sosial dan kultural.

Hal yang paling mendasar dan dapat dilihat langsung terjadinya perubahan status dari siswa menjadi mahasiswa adalah tentang apa dan bagaimana yang dikonsumsi dalam keseharianya. Ruang lingkup barang yang dikonsumsi yang dimaksud bukan hanya dalam batasan materi saja, namun sampai kemudian pada khasanah sosial dan budaya. Dengan perilaku konsumsi tersebut di atas, kemudian mahasiswa menciptakan gaya hidup konsumtif yang berhubungan dengan prestise, gaya berpakaian, bersosialisasi, penggunaan tekonologi yang mengikuti trend


(50)

zaman dan status internasional, Dalam hal ini pola konsumsi yang merefleksikan pilihan sesorang terhadap uang dan waktu.

Toffler (Subandy 2000: 165) mengemukakan bahwa gaya hidup yaitu alat yang dipakai individu untuk mengidentifikasi dengan subkultur-subkultur tertentu sehingga gaya hidup dipakai seseorang dalam bertingkah laku dan mempunyai konsekuensi dalam membentuk pola perilaku tertentu. Misalkan saja menyangkut gaya hidup sehat seorang individu. Untuk merubah gaya hidup sehat seorang individu maka yang diubah bukan hanya individunya saja namun juga lingkungan social dan kondisi tempat tinggal yang mempengaruhi pola perilaku individu tersebut.

Beberapa jenis tren gaya hidup tersebut antara lain pakaian, musik, tempat wisata, makan, dan minum, penampilan pribadi, buku, hobi, olahraga, dan kendaraan.

Pada saat ini banyak berbagai industri yang menyebabkan banyak masyarakat semakin mementingkan gaya daripada isi maupun fungsinya yaitu industri mode atau fashion, industri kecantikan, industry kuliner, pusat perbelanjaan, apartemen beserta perumahan real estate, makanan cepat saji,

handphone, industri iklan dan televise, hal ini juga mempengaruhi mahasiswa untuk berperilaku konsumtif demi kebutuhan prestise.

2.2.4. Izin Keimigrasian

Izin tinggal mahasiswa asing dalam hal ini adalah izin pengurusan masuk ke Indonesia, izin memperpanjang waktu tinggal atau lamanya tinggal di Indonesia selama masa studi berlangsung dan izin keluar Indonesia ke Negara asal mahasiwa melalui pengurusan paspor ke kantor imigrasi, dalam hal ini pemberian


(51)

Visa tinggal terbatas bagi pelajar /mahasiswa asing dalam rangka mengikuti pendidikan diindonesia, dapat diberikan untuk jangka waktu izin tinggal terbatas selama 5 (lima) tahun selama di Indonesia dan dapat diperpanjang paling banyak 2 (dua) kali berturut-turut serta setiap kali perpanjangan diberikan paling lama 2 (dua) tahun.

Indonesia sebagai negara yang berdaulat mempunyai tujuan untuk mensejahterakan rakyatnya, hal ini harus diwujudkan. Adanya perlindungan segenap kepentingan bangsa, keikutsertaan dalam melaksanakan ketertiban dunia dalam hubungannya dengan dunia internasional, semua aspek keimigrasian harus didasarkan pada apa yang telah digariskan dalam Undang-Undang Dasar Tahun 1945 sebagai hukum dasar untuk pengaturan implementasi tugas-tugas keimigrasian secara operasional. Jika dikaji dasar pertimbangan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1992 tentang keimigrasian, maka pengaturan dan pelayanan di bidang keimigrasian merupakan hak dan kedaulatan negara Republik Indonesia sebagai negara hukum. Selanjutnya negara Indonesia untuk menjaga keamanan dalam negerinya terhadap orang yang masuk atau datang ke Indonesia dan keluar dari Indonesia wajib memiliki dokumen perjalanan yang sah dan masih berlaku. Orang asing yang memasuki wilayah yurisdiksi Indonesia, wajib memenuhi beberapa ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang keimigrasian, yaitu:

1) Wajib memiliki surat perjalanan yang sah dan masih berlaku, sebagaimana dimaksud Pasal 3 Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1992 tentang Keimigrasian (selanjutnya disebut dengan UUK), dan menurut Petunjuk Pelaksanaan Direktur Jenderal Imigrasi Nomor: F- 307.IZ.01.10 Tahun 1995 tanggal 15 Maret 1995. Menurut Petunjuk Pelaksanaan Direktur


(52)

Jenderal Imigrasi Nomor : F- 307.IZ.01.10 Tahun 1995 tanggal 15 Maret 1995 tersebut, yang dimaksud dengan surat perjalanan yang masih berlaku adalah minimal 6 (enam) bulan. Pengertian surat perjalanan menurut Pasal 1 ayat (3) UUK adalah dokumen resmi yang dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang dari suatu negara yang memuat identitas pemegangnya dan berlaku untuk melakukan perjalanan antar negara. Jenis surat perjalanan negara asing antara lain: paspor diplomatik, paspor dinas, paspor biasa,

certificate of identity, seamans book. Jenis surat perjalanan seamans book, belum semua negara memberlakukannya termasuk Indonesia.

2) Wajib memiliki visa.

Pasal 6 ayat (1) UUK menyebutkan: setiap orang yang masuk ke wilayah Indonesia wajib memiliki visa tidak semua orang asing yang masuk ke wilayah Indonesia dapat diberikan visa. Visa hanya diberikan kepada orang asing yang maksud dan tujuan kedatangannya di Indonesia bermanfaat serta tidak akan menimbulkan gangguan terhadap ketertiban dan keamanan nasional. Pengecualian dari kewajiban orang asing yang memiliki visa sebagaimana yang diatur pada Pasal 7 ayat (1) UUK yaitu: a. orang asing warga negara dari negara yang berdasarkan Keputusan

Presiden tidak diwajibkan memiliki visa. b. orang asing yang memiliki izin masuk kembali.

c. kapten atau nahkoda dan awak yang bertugas pada alat angkut yang berlabuh di pelabuhan atau mendarat di bandar udara di wilayah Indonesia.


(53)

d. penumpang transit di pelabuhan atau bandar udara di wilayah Indonesia sepanjang tidak keluar dari tempat transit yang berada di daerah tempat pemeriksaan imigrasi.

Keimigrasian dilakukan terhadap surat dan atau orang, antara lain surat perjalanan, visa atau dibebaskan dari keharusan memiliki visa, fisik sepanjang menyangkut gangguan jiwa atau penyakit menular, kartu embarkasi dan disembarkasi, daftar cekal, dan daftar awak alat angkut serta daftar penumpang. 1. Wajib mendapat izin masuk yaitu izin yang diterakan pada visa atau surat

perjalanan orang asing untuk memasuki wilayah Indonesia yang diberikan oleh pejabat imigrasi di tempat pemeriksaan imigrasi.

2. Wajib memiliki izin masuk kembali yang masih berlaku bagi orang asing yang memiliki izin tinggal terbatas dan tetap.

3. Namanya tidak termasuk dalam daftar penangkalan yaitu larangan yang bersifat sementara terhadap orang-orang tertentu untuk masuk ke wilayah berdasarkan alasan tertentu.

Izin tinggal mahasiswa asing dalam hal ini adalah izin pengurusan masuk ke Indonesia, izin memperpanjang waktu tinggal atau lamanya tinggal di Indonesia selama masa studi berlangsung dan izin keluar Indonesia ke Negara asal mahasiwa melalui pengurusan paspor ke kantor imigrasI, dalam hal ini pemberian Visa tinggal terbatas bagi pelajar/ mahasiswa asing dalam rangka mengikuti pendidikan diindonesia, dapat diberikan untuk jangka waktu izin tinggal terbatas selama 2 (dua) tahun dan dapat diperpanjang paling banyak 2 (dua) kali berturut-turut serta setiap kali perpanjangan diberikan paling lama 2 (dua ) tahun.


(54)

1) Izin Tinggal Kunjungan

Izin Tinggal Kunjungan diberikan kepada orang asing yang masuk wilayah indonesia dengan visa kunjungan. Adapun jenis izin tinggal kunjungan dibagi sebagai beikut :

a. Izin Tinggal Kunjungan (VISA B / VISA Budaya) untuk orang asing 60 hari dari masuk negara asal menuju Indonesia

b. Perpanjangan izin tinggal kunjungan (VISA B/ VISA Budaya) dari tanggal penetapan izin tinggal kunjungan tinggal di Indonesia diperpanjang menjadi 30 hari dan berkelanjutan seterusnya

2) Izin Tinggal Terbatas

Izin tinggal terbatas adalah izin yang diberikan kepada orang asing yang masuk wilayah Indonesia dengan Visa tinggal terbatas dimana orang asing tersebut mengalih statuskan dari izin kunjungan menjadi tinggal terbatas. Izin tinggal terbatas memiliki pilihan waktu perpanjangan selama 2 (dua) tahun, 1 (satu) tahun dan 6 (enam) bulan dengan syarat keimigrasian yang berlaku.

3) Izin kembali masuk dan keluar Indonesia

Izin kembali masuk dan keluar Indonesia terbagi menjadi : • Entry Permit Re Entry Permit (ERP)

ERP adalah Izin masuk dan keluar Indonesia dalam jarak waktu izin masuk dan keluar Indonesia dalam waktu 3 (tiga) bulan hanya diperbolehkan masuk dan keluar indonesia hanya dalam jangka waktu 1 kali saja


(55)

MERP adalah izin masuk dan keluar Indonesia dalam jarak waktu izin Selama 6 (enam) bulan, 1 (satu) tahun dan 2 (dua) tahun dengan syarat penggunan izin masuk dan keluar Indonesia bisa lebih dari 1 kali

2.2.5. Tabungan

Tabungan adalah bagian pendapatan yang tidak dibelanjakan atau dikonsumsi. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi tabungan ialah :

1. Tingkat Pendapatan

2. Keinginan untuk menabung, yaitu kecenderungan marginal untuk

menabung yang menunjukkan besarnya tambahan pendapatan yang akan ditabung

3. Tingkat suku bunga bank

4. Tingkat kepercayaan terhadap bank

Dalam sistem ekonomi sederhana (pemikiran barat) dengan 2 pelaku ekonomi yaitu rumah tangga dan swasta maka dikenal model ekonomi sebagai berikut :

Y = C + I...(1) I = S...(2) Arti dari simbol-simbol tersebut adalah :

Y = pendapatan kotor/gross income C = Konsumsi/Consumption

I = Investasi/Investment S = Tabungan/Saving

Dengan mekanisme matematika sederhana maka untuk mendapatkan Tabungan atau Saving adalah :


(56)

Y = C + S...(3) S = Y - C...(4)

Rumusan S = Y - C itulah yang selama ini populer dikalangan masyarakat Nusantara terutama para generasi muda dan masyarakat awam lainnya dimana Tabungan merupakan sisa dari pendapatan/income yang diterima setelah digunakan untuk memenuhi kebutuhan (consumption).

Teori ekonomi menyebutkan bahwa kebutuhan pelaku ekonomi tidak terbatas sedangkan resources atau ketersediaan sumber pemenuhan kebutuhan pelaku ekonomi sangatlah terbatas (scarcity) sehingga pola pemikiran tabungan merupakan sisa dari pendapatan mengakibatkan tidak adanya kesempatan untuk menabung alias pendapatan/income akan selalu habis untuk memenuhi kebutuhan manusia. Salah satu kegunaan dari tabungan itu adalah sebagai antisipasi untuk memenuhi kebutuhan dimasa yang akan datang (sering disebut sebagai konsumsi/belanja yang tertunda) yang penuh dengan ketidakpastian. Selain itu tabungan/saving merupakan sumber dari kebutuhan Investasi seperti gambaran pada rumusan (2) dimana Investasi diharapkan dapat meningkatkan pendapatan/income bagi para pelaku ekonomi sehingga Tabungan/Saving memiliki peran yang sangat signifikan dalam proses peningkatan kesejahteraan pelaku ekonomi.

Dalam hal ini, konsumsi mahasiswa asing dapat dilihat dari jumlah pendapatan yang diterima dikurangi dengan jumlah sisa tabungan. Sehingga, dapat dilihat seberapa besar jumlah konsumsi mahasiswa asing perbulannya dan pendapatan yang diterima untuk kota medan.


(57)

2.3.Kerangka Konseptual

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

2.4.Hipotesis Penelitian

1. Pendapatan berpengaruh positif terhadap tingkat konsumsi mahasiswa asing Universitas Sumatera Utara, ceteris paribus

2. Usia berpengaruh positif terhadap tingkat konsumsi mahasiswa asing

Universitas Sumatera Utara, ceteris paribus

3. Gaya Hidup berpengaruh positif terhadap tingkat konsumsi mahasiswa asing Universitas Sumatera Utara, ceteris paribus

(X2) Usia

Tingkat Konsumsi Mahasiswa Asing

(Y)

(X5) Tabungan

(X1) Pendapatan

(X3) Gaya Hidup

(X4) Izin Keimigrasian


(58)

4. Izin keimigrasian berpengaruh positif terhadap tingkat konsumsi mahasiswa asing Universitas Sumatera Utara, ceteris paribus

5. Tabungan berpengaruh positif terhadap tingkat konsumsi mahasiswa asing Universitas Sumatera Utara, ceteris paribus

2.5.Peneliti Terdahulu

Tejar Rinanda, 2010, Faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi masyarakat di propinsi Sumatera Utara, meneliti tentang pengeluaran konsumsi rumah tangga di Sumatera Utara dipengaruhi oleh PDRB, Suku bunga deposito, Populasi penduduk, variable-variabel tersebut berepengaruh signifikan terhadap konsumsi masyarakat provinsi Sumatera Utara.

Fitri, Wahida, 2011, Faktor-faktor yang mempengaruhi Konsumsi Internet Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin. Skripsi Fakultas Ekonomi Jurusan Ilmu Ekonomi Universitas Hasanuddin. Makassar. meneliti tentang faktor–faktor yang mempengaruhi konsumsi mahasiswa seperti pendapatan, tingkat harga, tingkat suku bunga, selera masyarakat yang berpengaruh secara signifikan terhadap konsumsi

Dwi Harjanto, 2001, analisis pengaruh konsumsi masyarakat pesisir terhadap pendapatan ekonomi kota Jambi menganalisis tentang pengaruh tingkat harga dan tingkat bunga terhadap pendapatan ekonomi

Supri Atmojo, 2008, Analisis hubungan tingkat pendidikan masyarakat terhadap laju pertumbuhan ekonomi, meneliti tentang perkembangan pendidikan di Sumatera Utara


(59)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1.Jenis Penelitian

Dari sudut metodologi penelitian, analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kausal, Umar (2008) menyebutkan desain kausal berguna untuk menganalisis bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lain, dan juga berguna pada penelitian yang bersifat eksperimen di mana variabel independennya diperlakukan secara terkendali oleh peneliti untuk melihat dampaknya pada variabel dependen secara langsung.

3.2.Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah dilaksanakan di Universitas Sumatera Utara di. Jl. Dr.Mansyur No.9 Medan

3.3.Populasi dan Sampel

Menurut Sugiyono (2005) “populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”. Pada penulisan ini objek penelitian adalah Mahasiswa Asing Universitas Sumatera Utara dengan populasi berjumlah 1080 orang dari Fakultas Kedokteran dan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

Pertanyaan seringkali diajukan dalam metode pengambilan sampel adalah berapa jumlah sampel yang dibutuhkan dalam penelitian. Sampel yang terlalu


(60)

kecil dapat menyebabkan penelitian tidak dapat menggambarkan kondisi populasi yang sesungguhnya. Sebaliknya, sampel yang besar dapat memperkecil kesalahan. Salah satu metode yang digunakan untuk menentukan jumlah sampel adalah menggunakan metode Slovin, Penentuan Jumlah Sampel dari Notoatmojo adalah sebagai berikut:

dimana :

N : Besar Populasi N : Besar Sampel

e²: Tingkat Kepercayaan 5 %

Perhitungan besar sampel pada rumus ini ada pada para mahasiswa asing yang berjumlah total keseluruhan 1088 orang dimana tingkat kepercayan 5%

92 1188 1088 ) 1 . 0 ( 1088 1 1088 ) 2 ( 1 2 2 = = + = + = n n n N N n

Menentukan Sampling pada Jumlah mahasiswa dari Fakultas : 1. Fakultas Kedokteran jumlah mahasiswa asing : 800 Orang

orang 67 92 1088 800 n = = n x


(61)

2. Fakultas Kedokteran Gigi jumlah mahasiswa asing : 288 Orang

orang 25

92 1088

288 n

= = n

x

Total Sampel : 67 orang + 25 Orang = 92 orang

3.4.Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Dalam mengumpulkan data primer, metode pengumpaulan data dilakukan dengan metode wawancara langsung kepada responden yang bepedoman terhadap kuesioner yang telah disiapkan.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dengan menggunakan kuesioner, seperti yang dikemukakan oleh Sugiyono (2002) bahwa “kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawabnya”.

3.5.Metode Analisis Data

Metode analisis data adalah regresi berganda, Analisis Regresi linear berganda digunakan Untuk mengetahui pengaruh suatu variabel bebas (variabel bebas lebih dari satu) terhadap variabel terikat. Sebelum melakukan analisis maka harus dilaksanakan uji prasyarat Normalitas, Uji Linearitas, dan Uji Asumsi Klasik. Setelah melakukan uji


(62)

prasyarat dan hasil uji prasarat menunjukan hal yang bagus maka selanjutnya melakukan analisis regresi.

Adapun Penelitian ini dibantu dengan program aplikasi SPSS adalah Statistic Package For The Social Sciences (SPSS).

Model analisis penelitian secara matematis dapat dituliskan melalui suatu fungsi sebagai berikut :

Y = f (X1,X2,X3,X4,X5) Persamaan Struktural:

Y = βo+ β1X1+β2X2+β3X3+β4X4+β5X5+ e 1 Keterangan :

Y = Tingkat Konsumsi X1 = Pendapatan X2 = Usia

X3 = Gaya Hidup X4 = Izin Keimigrasian X5 = Tabungan

Β0- β5 = Koefesien Regresi e1 = Term of error

3.6. Uji Normalitas

Tujuan uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah distribusi sebuah data mengikuti atau mendekati distribusi normal, yaitu distribusi data dengan bentuk lonceng (bell Shaped) menurut Umar (2000) “uji normalitas berguna untuk mengetahui apakah variabel dependen, independen atau keduanya berdistribusi


(63)

normal, mendekati normal atau tidak. Jika data ternyata tidak berdistribusi normal, analisis non parametrik termasuk model-model regresi dapat digunakan”. Untuk menguji normalitas digunakan 2 (dua) metode pengujian yaitu Normal p_plot dan diagram histogram. Mendeteksi apakah data distribusi normal atau tidak dapat diketahui dengan menggambarkan penyebaran data melalui sebuah grafik. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. Kenormalan data juga dapat dilihat dengan melihat diagram histogram dimana keputusan /pengambilan kesimpulan yaitu jika grafik histogram tidak condong ke kiri dan ke kanan maka data penelitian berdistribusi normal atau sebaliknya.

3.7. Uji Multikolinieritas

Erlina dan Mulyani (2007) menyebutkan “Multikolineritas adalah situasi adanya korelasi variabel antara yang satu dengan yang lainnya”. Selanjutnya Nugroho (2005) menyebutkan “uji multikolineritas diperlukan untuk mengetahui ada tidaknya variabel independen yang memiliki kemiripan dengan variabel independen lain dalam satu model”. Kemiripan antarvariabel independen dalam suatu model akan menyebabkan terjadinya korelasi yang sangat kuat antara suatu model independen dengan variabel independen yang lain. Pada penelitian ini untuk mendeteksi terhadap multikolineritas dengan melihat Variance Inflation Factor (VIF) pada model regresi. Menurut Nugroho (2005) “Deteksi multikolineritas pada suatu model dapat dilihat bila nilai Variance Inflation Factor (VIF) tidak lebih dari 10 dan nilai Tolerance tidak kurang dari 0,1, maka model dapat dikatakan terbebas dari multikolineritas VIF = 1/Telerance, dan bila


(64)

VIF = 10 maka Tolerance = 1/10 = 0,1. Semakin tinggi VIF maka semakin rendah

Tolerance”.

3.8. Uji Heterokedastisitas

Uji heterokedastisitas dilakukan untuk mengetahui apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual suatu pengamatan ke pengamatan lain. Jika varians dari residual pengamatan ke pengamatan lain tetap disebut homokedastisitas. Menurut Umar (2000) model regresi yang baik adalah model yang heterokedastisitas. Cara memprediksinya adalah :

a. Titik-titik menyebar di atas dan di bawah atau sekitar angka 0. b. Titik-titik data tidak mengumpul hanya di atas dan di bawah saja.

c. Penyebaran titik-titik data tidak boleh membentuk pola bergelombang melebar dan kemudian menyempit dan melebar kembali.

d. Penyebaran titik-titik data sebaiknya tidak berpola (lubis, 2007).

Tujuan dari pengujian ini adalah untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari satu pengamatan ke pengampatan yang lain. Jika varians dari residual dari suatu pengamatan ke pengamatan lainnya tetap, maka disebut homoskedastisitas. Dan jika varians berbeda, maka disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas. Uji ini dilakukan menggunakan pengolahan data statistik dengan melihat grafik.


(65)

3.9.Definisi Operasional Variabel

Variabel dan cara pengukuranya perlu diperjelas untuk memperoleh kesamaan persepsi terhadap konsep-konsep dalam penelitian ini antara lain :

1. Pendapatan adalah pendapatan setiap bulan yang diberikan orang tua dan sebagian beasiswa dalam satuan rupiah

2. Usia merupakan kelompok usia remaja merupakan salah satu pasar potensial bagi banyak produsen, karena kecenderungan remaja biasanya mudah terbujuk iklan, cenderung boros dalam menggunakan uangnya. Sifat-sifat remaja inilah yang dimanfaatkan oleh sebagian produsen untuk memasuki pasar remaja, usia mahasiswa berumur 17-27 tahun dari semester terendah hingga KOAS dalam waktu tahun.

2. Gaya Hidup adalah beberapa jenis tren gaya hidup tersebut antara lain pakaian, musik, tempat wisata, makan, dan minum, penampilan pribadi, buku, hobi, olahraga, dan kendaraan,kemampuan mengkonsumsi gaya hidup dalam satuan likert.

3. Izin Keimigrasian merupakan Izin tinggal yang terbagi atas dua bagian yaitu visa kunjungan terbatas dan izin tinggal terbatas, Adapun visa kunjungan terbatas adalah izin dalam masa kunjungan pertama masuk ke Indonesia selama 60 (enam puluh) hari kemudian diperpanjang dalam masa perpanjangan wajib setiap bulan dan Izin Tinggal terbatas adalah mengalih statuskan izin kunjungan menjadi izin tinggal terbatas pada masa waktu perpanjangan dalam tahun, satuan izin keimigrasian dalam waktu tahun

4. Tabungan adalah bagian pendapatan yang tidak dibelanjakan atau dikonsumsi, biasanya tabungan digunakan untuk biaya berjaga-jaga apabila ada sesuatu


(66)

yang terjadi secara mendadak terhadap kehidupan mahasiswa, tabungan dengan satuan rupiah

5. Konsumsi adalah barang atau jasa yang dibeli oleh rumah tangga konsumsi terdiri dari barang tidak tahan lama (Non Durable Goods) pertama adalah barang yang habis dipakai dalam waktu pendek, seperti makanan dan pakaian, kedua adalah barang tahan lama (Durable Goods) adalah barang yang dimiliki usia panjang seperti mobil, televisi, alat-alat elektronik, ketiga adalah jasa (services) meliputi pekerjaan yang dilakukan untuk konsumen oleh individu dan perusahaan seperti jasa kesehatan, pendidikan dan sebagainya, pengeluaran konsumsi makanan dan non makanan dengan satuan rupiah. 6. Konsumsi Mahasiswa merupakan konsumsi dalam istilah sehari hari sering

diartikan sebagai pemenuhan akan makanan dan minuman. Konsumsi mempunyai pengertian yang lebih luas lagi yaitu barang dan jasa akhir yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan manusia. Barang dan jasa akhir yang dimaksud adalah barang dan jasa yang sudah siap dikonsumsi oleh konsumen. Barang konsumsi ini terdiri dari barang konsumsi sekali habis dan barang konsumsi yang dapat dipergunakan lebih dari satu kali.


(67)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.Gambaran Umum Universitas Sumatera Utara

Kota Medan sebagai ibukota provinsi Sumatera Utara terletak pada 3’’47’ LU dan 98’’35’ – 98’’44’ BT dengan luas wilayah 265,10 km² atau sekitar 0,37%. Universitas Sumatera Utara berlokasi di Padang Bulan, sebuah area yang hijau dan rindang seluas 120 ha yang terletak di tengah Kota Medan. Zona akademik seluas 90 ha menampung hampir seluruh kegiatan perkuliahan dan praktikum mahasiswa, Sistem pembelajaran didukung oleh fasilitas perpustakaan dan lebih dari 200 laboratorium. Perpustakaan menyediakan berbagai jenis sumber belajar baik dalam bentuk cetak maupun elektronik, USU memiliki 14 Fakultas/sekolah yaitu Kedokteran, Hukum, Pertanian, Teknik, Kedokteran Gigi, Ekonomi, Sastra, Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu-ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Kesehatan Masyarakat, Farmasi, Psikologi, Keperawatan, Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi dan Pascasarjana. Jumlah program studi yang ditawarkan sebanyak 135, terdiri dari 19 tingkat doktoral, 32 magister, 18 spesialis, 5 profesi, 46 sarjana, dan 15 diploma. Jumlah mahasiswa terdaftar saat ini lebih dari 33.000 orang, 1088 di antaranya adalah mahasiswa asing pada Fakultas Kedokteran dan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.


(68)

4.1.1. Struktur Organisasi Universitas Sumatera Utara :

Gambar 4.1. Struktur Organisasi Universitas Sumatera Utara

Sumber : Data Profil USU

4.1.2. Data Mahasiwa Asing di Universitas Sumatera Utara

Berikut adalah data penerimaan Mahasiswa asing asal Malaysia pada Fakultas kedokteran dan Kedokteran Gigi di Universitas Sumatera Utara :

Tabel 4.1. Data Penerimaan Mahasiswa Asing pada Fakultas Kedokteran dan Fakultas Kedokteran Gigi Periode 2004-2013 USU

No Tahun Asal Mahasiswa Jumlah Mahasiswa Asing

1 Tahun 2004 Malaysia 250 orang 2 Tahun 2005 Malaysia 250 orang 3 Tahun 2006 Malaysia 250 orang 4 Tahun 2007 Malaysia 250 orang 5 Tahun 2008 Malaysia 250 orang 6 Tahun 2009 Malaysia 250 orang 7 Tahun 2010 Malaysia 250 orang 8 Tahun 2011 Malaysia 250 orang 9 Tahun 2012 Malaysia 200 orang 10 Tahun 2013 Malaysia 168 orang Sumber : Kantor Urusan Intenasional 2013


(69)

Grafik :

Gambar 4.2. Grafik Data Penerimaan Mahasiswa Asing USU Periode 2004-2013

Mahasiswa asing Universitas Sumatera Utara berjumlah berubah-ubah atau tidak tetap pada setiap tahunnya, namun pada grafik menjelaskan perkembangan mahasiswa asing di USU dari tahun 2002-2011 berjumlah tetap sebanyak 250 orang pada Fakultas Kedokteran dan Kedokteran Gigi USU, Tahun 2011 hingga tahun 2014 menunjukkan semakin menurunnya jumlah penerimaan mahasiswa asing disebabkan jalur masuk penerimaan mahasiswa asing di USU harus dibatasi karena semakin banyaknya penduduk lokal yang menyukai jurusan Fakultas Kedokteran dan Kedokteran Gigi USU maka jalur masuk mandiri diutamakan untuk mahasiswa Indonesia bukan mahasiswa asing,

0 50 100 150 200 250

jumlah

TAHUN 2004 TAHUN 2005 TAHUN 2006 TAHUN 2007 TAHUN 2008 TAHUN 2009 TAHUN 2010 TAHUN 2011 TAHUN 2012 TAHUN 2013


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)