Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsumsi Masyarakat Di Propinsi Sumatera Utara

(1)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

KONSUMSI MASYARAKAT DI PROPINSI SUMATERA UTARA

TESIS

Oleh

TEJA RINANDA

087018019/EP

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

S

E

K O L A

H P

A

S C

A S A R JA N


(2)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

KONSUMSI MASYARAKAT DI PROPINSI SUMATERA UTARA

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Ekonomi Pembangunan pada Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara

Oleh

TEJA RINANDA

087018019/EP

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(3)

Judul Tesis : ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMSI MASYARAKAT DI PROPINSI SUMATERA UTARA

Nama Mahasiswa : Teja Rinanda Nomor Pokok : 087018019

Program Studi Ekonomi Pembangunan

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Dr. Murni Daulay, M.Si) (Drs. Iskandar Syarif, MA) Ketua Anggota

Ketua Program Studi Direktur

(Dr. Murni Daulay, M.Si) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc)


(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 23 Februari 2010

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Murni Daulay, M.Si Anggota : 1. Drs. Iskandar Syarif, M.A

2. Dr. Rahmanta, M.Si

3. Drs. Rahmat Syumanjaya, M.Si


(5)

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk (1) menganalisis pengaruh PDRB riil saat ini terhadap konsumsi rumah tangga (2) menganalisis pengaruh PDRB riil tahun lalu terhadap konsumsi rumah tangga (3) menganalisis pengaruh suku bunga deposito terhadap konsumsi rumah tangga (4) menganalisis pengaruh jumlah penduduk terhadap konsumsi rumah tangga, serta untuk mengetahui berapa besar kecenderungan konsumsi masyarakat di Propinsi Sumatera Utara.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang menggunakan model distributed lag. Data terutama diperoleh dari Badan Pusat Statistik Sumatera Utara dalam berbagai terbitan, data hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2006, laporan tahunan Bank Indonesia berbagai terbitan, dan sumber-sumber lain yang terkait. Untuk mendukung data pokok juga dikumpulkan berbagai data tambahan yang mendukung penelitian yang diperoleh melalui tulisan-tulisan ilmiah, jurnal dan literatur-literatur yang membahas masalah yang termaksud di atas.

Hasil penelitian secara parsial diketahui bahwa terdapat pengaruh yang signifikan PDRB riil pada tahun t dan t-1 dan suku bunga deposito terhadap konsumsi

rumah tangga. Nilai PDRB riil pada tahun t memiliki probabilitas sebesar 0,0155, PDRB tahun sebelumnya (t-1) sebesar 0,0490, dan suku bunga deposito memiliki nilai probabilitas 0,0005. Dalam penelitian ini populasi penduduk sebagai variabel penjelas yang mempunyai hubungan positif dengan konsumsi. Hasil R2 = 0.973 dapat disimpulkan bahwa dari segi uji kesesuaian (Test of goodness of fit) sangat baik, dan hanya 0,027 persen dari determinan yang mempengaruhi konsumsi di Sumatera Utara dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model penelitian. Dari estimasi juga diperoleh nilai prob (F-Statistik) sebesar 0.000 < 0,05 yang berarti pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara keseluruhan cukup kuat.


(6)

ABSTRACT

The title of this research is analysis of some factors effect on the household consumption in north Sumatera. The purpose of this study was to (1) analyze the influence of current real GDRP to household consumption (2) analyze the influence of real GDRP last year to households consumption (3) analyzing the effect of deposit rates for household consumption (5) analyzing the effect of population for household consumption, and to find out how much marginal propensity to consume in North Sumatra.

The data used in this research is secondary data using a distributed lag model. Data obtained mainly from the Central Statistics Beureu of North Sumatera in various publications, the data of the National Socio economic Survey (SUSENAS) of 2006, the annual report of Bank Indonesia publications, and other sources related. To support the basic data is also collected a variety of additional data that supports the research obtained through the writings of scientific journals and the literature that discusses the problems referred to above.

The research is partially known that there is a significant influence of real GDP in year t and t-1 and deposit rates influence on the household consumption. Value of real GDP in year t has a probability of 0.0155, GDP the previous year (t-1) of 0.0490, and deposit rates have a probability value of 0.0005. In this research population as a variable light having a positive relationship with consumption. R2 = 0,973 results can be concluded that in terms of fitness test (Test of goodness of fit) that explain the total variation in independent variable can explain the dependent variable as 97,3%, and only 0.027 percent of the determinants that influence consumption in North Sumatra explained by other variables in the research model. Also be obtained from the estimated value of prob (F-Statistics) for 0000 <

significant independent variables influence the dependent 0.05 variable as a whole

is strong enough.

Keywords: Distributed lag, Household Consumption, GDRP, Deposit rate, Population.


(7)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis berhasil menyelesaikan tesis yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsumsi Masyarakat di Propinsi Sumatera Utara”. Serta teriring shalawat dan salam penulis tujukan

kepada Nabi Besar Muhammad SAW yang telah mewariskan kitab kebenaran sebagai petunjuk dan ihtibar bagi kita semua.

Tesis ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat meraih gelas Magister Sains pada Sekolah Pascasarjana Magister Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara. Dengan selesainya penulisan tesis ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ayahanda (Alm) Roestam Sandan dan Ibunda Cut Hafni Sahara yang membesarkan penulis dengan penuh kasih. Demikian juga kepada istri tercinta, Sri Wahyuni, yang telah penuh pengertian menjadi sumber motivasi, anakku tercinta Bita, Bila, Bifa sebagai inspirasi kehidupan, saudaraku tercinta dan para keponakan dari keluarga besar (Alm) Roestam Sandan atas dukungannya.

Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya pada semua pihak yang telah banyak membantu baik langsung maupun tidak langsung sampai selesainya tesis. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan kelemahan dari penelitian ini karena terbatasnya pengetahuan penulis. Namun demikian salut dan penghargaan setinggi-tingginya penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah banyak membantu memberikan kontribusi bagi penulis, khususnya:

1. Prof. Chairuddin P. Lubis, DMT&H, Sp.A (K). Selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.


(8)

3. Dr. Murni Daulay, M.Si selaku Ketua Program Studi Magister Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara sekaligus Ketua Komisi Pembimbing yang banyak memberikan dorongan, saran, dan bimbingan sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini.

4. Drs. Iskandar Syarief, M.A selaku Komisi Pembimbing yang telah mencurahkan pikiran, memberikan arah, bimbingan dan kemudahan sehingga selesainya tesis ini.

5. Drs. Rahmat Syumanjaya M.Si selaku Sekretaris Program Studi Magister Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara, sekaligus sebagai Dosen Pembanding.

6. Dr. Rahmanta M.Si dan Drs. Rujiman M.A selaku Dosen Pembanding yang banyak memberikan masukan.

7. Seluruh dosen dan guru besar pada Program Magister Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara.

8. Sahabat-sahabatku Mahasiswa Program Studi Magister Ekonomi Pembangunan angkatan 14, terima kasih atas dukungannya.

9. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu, semoga Allah membalas kebaikan dengan berlipat ganda

Medan, 23 Februari 2010 Penulis


(9)

RIWAYAT HIDUP

Nama : Teja Rinanda

Tempat/Tanggal Lahir : Medan/13 Juni 1965

Alamat : Jl. Sempurna No. 130 D

Pekerjaan : LPM Equator/Dosen

Nama Istri : Sri Wahyuni

Nama Anak : 1. Tsabitah Adzra Dalila

2. Adzra Nabila Nasywa 3. Haura Adzra Bifatani Nama Orang Tua

Ayah : (Alm) Roestam Sandan

Ibu : Hj. Cut Hafni Sahara.

Riwayat Pendidikan : 1. SD. Persit K.C.K. Medan. 2. SMP Negeri 2 Medan.

3. SMU Methodist Hang Tuah Medan. 4. Program Studi Ilmu Ekonomi dan Studi

Pembangunan, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh.


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR... iii

RIWAYAT HIDUP ... v

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I. PENDAHULUAN... 1

1.1. Latar Belakang Masalah... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 9

1.3. Tujuan Penelitian ... 10

1.4. Manfaat Penelitian ... 11

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA... 12

2.1. Konsumsi dan Fungsi Konsumsi... 12

2.2. Teori Konsumsi... 14

2.2.1. Teori Konsumsi John Maynard Keynes ... 14

2.2.2. Teori Konsumsi dengan Hipotesis Pendapatan Permanen... 17

2.2.3. Teori Konsumsi dengan Hipotesis Siklus Hidup... 18

2.2.4. Teori Konsumsi dengan Hipotesis Pendapatan Relatif... 20

2.2.5. Pilihan Antarwaktu... ... 21

2.2.6. Model Tobin... 22

2.2.7. Elastisitas... 23

2.3. Pendapatan Nasional. ... 26

2.3.1. Pendapatan Nasional Harga Berlaku dan Harga Tetap... 26

2.3.2. Perhitungan Pendapatan Nasional... 27

2.4. Tingkat Suku Bunga... 28

2.4.1. Macam-macam Suku Bunga ... 29

2.5. Faktor Lain ... 29

2.6. Kaitannya dengan Konsumsi ... 33

2.7. Penelitian Terdahulu ... 37

2.8. Kerangka Pemikiran... 41


(11)

BAB III. METODE PENELITIAN ... 44

3.1. Ruang Lingkup Penelitian... 44

3.2. Jenis dan Sumber Data ... 44

3.3. Model Analisis ... 44

3.4. Metode Analisis ... 45

3.4.1. Distributed Lag Model ... 45

3.4.2. Uji Stationary ... 46

3.4.3. Multikolinearitas ... 49

3.5. Definisi Operasional... 50

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 52

4.1. Gambaran Umum Wilayah Sumatera Utara ... 52

4.2. Penduduk Propinsi Sumatera Utara ... 53

4.3. Konsumsi Rumah Tangga ... 55

4.4. PDRB Sumatera Utara ... 60

4.5. Perkembangan Suku Bunga Deposito di Sumatera Utara... 66

4.6. Hasil Analisis Data... 68

4.6.1. Deskripsi Data... 68

4.6.2. Hasil Estimasi Model Penelitian ... 69

4.7. Asumsi Klasik ... 77

4.7.1. Uji Stationer ... 77

4.7.2. Multikolinieritas... 79

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 81

5.1. Kesimpulan ... 81

5.2. Saran... 83


(12)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1.1. Perkembangan Beberapa Aggregat PDRB Sumut (Milyar Rp)... 7

1.2. Alokasi Penggunaan PDRB Sumut... 8

4.1. Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Menurut Kabupaten Propinsi Sumatera Utara ... 53

4.2. Distribusi Persentase PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Penggunaan Tahun 2002-2007 ... 56

4.3. Pertumbuhan Konsumsi Rumah Tangga Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2002-2007 ... 59

4.4 Posisi Pinjaman Konsumsi (Juta Rp) yang Diberikan Bank Umum dan BPR... 59

4.5. Rangkuman Statistik Deskriptif ... 68

4.6. Hasil Pengujian Akar-akar Unit dengan Level ... 78

4.7. Hasil Pengujian Stationer dengan 1st Diference... 79

4.8. Hasil Uji Multikolinearitas... 80


(13)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

1.1. Pengaruh Perubahan Tingkat Bunga terhadap Konsumsi... 4 2.1. Kurva Fungsi Konsumsi Jangka Pendek... 16

2.2. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsumsi Masyarakat di Propinsi Sumatera Utara ... 42 4.1. Perkembangan Penduduk di Sumut (000 Jiwa) Tahun 1984-2007 ... 55 4.2. Distribusi Persentase Konsumsi Rumah Tangga Menurut Jenis

Konsumsi Tahun 2002-2006 ... 57 4.3. Perkembangan Konsumsi di Sumut (Juta Rp) Tahun 1984-2007... 58 4.4. Perkembangan PDRB di Sumut Tahun 1984-2007 ... 65 4.5. Perkembangan Suku Bunga Deposito di Sumut Tahun 1984-2007.. 67


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Tabel Data Penelitian ... 87

2. Tabel Deskriptif Data ... 88

3. Tabel Output ... 88

4. Tabel Output Stationer Konsumsi ... 89

5. Tabel Output Stationer PDRB ... 90

6. Tabel Output Stationer PDRB t-1 ... 91

7. Tabel Output Stationer Populasi ... 92

8. Tabel Output Stationer Suku Bunga ... 93

9. Tabel Output Stationer Konsumsi pada 1st Difference... 94

nce 10. Tabel Output Stasioneritas PDRB t-1 pada 1st Difference... 95

11. Tabel Output Stasioneritas PDRB t-1 pada 1st Difference... 96

12. Tabel Output Stasioneritas Populasi pada 1st Difference ... 97

13. Tabel Output Stasioneritas Suku Bunga Deposito ... 98

15. Grafik Perkembangan Konsumsi di Sumut... 99


(15)

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk (1) menganalisis pengaruh PDRB riil saat ini terhadap konsumsi rumah tangga (2) menganalisis pengaruh PDRB riil tahun lalu terhadap konsumsi rumah tangga (3) menganalisis pengaruh suku bunga deposito terhadap konsumsi rumah tangga (4) menganalisis pengaruh jumlah penduduk terhadap konsumsi rumah tangga, serta untuk mengetahui berapa besar kecenderungan konsumsi masyarakat di Propinsi Sumatera Utara.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang menggunakan model distributed lag. Data terutama diperoleh dari Badan Pusat Statistik Sumatera Utara dalam berbagai terbitan, data hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2006, laporan tahunan Bank Indonesia berbagai terbitan, dan sumber-sumber lain yang terkait. Untuk mendukung data pokok juga dikumpulkan berbagai data tambahan yang mendukung penelitian yang diperoleh melalui tulisan-tulisan ilmiah, jurnal dan literatur-literatur yang membahas masalah yang termaksud di atas.

Hasil penelitian secara parsial diketahui bahwa terdapat pengaruh yang signifikan PDRB riil pada tahun t dan t-1 dan suku bunga deposito terhadap konsumsi

rumah tangga. Nilai PDRB riil pada tahun t memiliki probabilitas sebesar 0,0155, PDRB tahun sebelumnya (t-1) sebesar 0,0490, dan suku bunga deposito memiliki nilai probabilitas 0,0005. Dalam penelitian ini populasi penduduk sebagai variabel penjelas yang mempunyai hubungan positif dengan konsumsi. Hasil R2 = 0.973 dapat disimpulkan bahwa dari segi uji kesesuaian (Test of goodness of fit) sangat baik, dan hanya 0,027 persen dari determinan yang mempengaruhi konsumsi di Sumatera Utara dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model penelitian. Dari estimasi juga diperoleh nilai prob (F-Statistik) sebesar 0.000 < 0,05 yang berarti pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara keseluruhan cukup kuat.


(16)

ABSTRACT

The title of this research is analysis of some factors effect on the household consumption in north Sumatera. The purpose of this study was to (1) analyze the influence of current real GDRP to household consumption (2) analyze the influence of real GDRP last year to households consumption (3) analyzing the effect of deposit rates for household consumption (5) analyzing the effect of population for household consumption, and to find out how much marginal propensity to consume in North Sumatra.

The data used in this research is secondary data using a distributed lag model. Data obtained mainly from the Central Statistics Beureu of North Sumatera in various publications, the data of the National Socio economic Survey (SUSENAS) of 2006, the annual report of Bank Indonesia publications, and other sources related. To support the basic data is also collected a variety of additional data that supports the research obtained through the writings of scientific journals and the literature that discusses the problems referred to above.

The research is partially known that there is a significant influence of real GDP in year t and t-1 and deposit rates influence on the household consumption. Value of real GDP in year t has a probability of 0.0155, GDP the previous year (t-1) of 0.0490, and deposit rates have a probability value of 0.0005. In this research population as a variable light having a positive relationship with consumption. R2 = 0,973 results can be concluded that in terms of fitness test (Test of goodness of fit) that explain the total variation in independent variable can explain the dependent variable as 97,3%, and only 0.027 percent of the determinants that influence consumption in North Sumatra explained by other variables in the research model. Also be obtained from the estimated value of prob (F-Statistics) for 0000 <

significant independent variables influence the dependent 0.05 variable as a whole

is strong enough.

Keywords: Distributed lag, Household Consumption, GDRP, Deposit rate, Population.


(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Kebutuhan manusia selalu berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak sekedar memenuhi kebutuhan hayati saja, namun juga menyangkut kebutuhan lainnya seperti pakaian, perumahan, pendidikan, dan kesehatan. Tuntutan untuk memenuhi kebutuhan ini selalu dikaitkan dengan faktor-faktor ekonomi, non ekonomi dan demografi. Faktor ekonomi antara lain pendapatan rumah tangga, kekayaan rumah tangga, tingkat bunga dan ekspektasi tentang masa depan terhadap ekonomi rumah tangganya. Faktor non ekonomi terkait dengan sosial budaya masyarakat, sedangkan faktor demografi berdasarkan pada komposisi penduduk yang didasarkan pada klasifikasi usia, pendidikan, dan wilayah tempat tinggal.

Berbeda dengan konsumsi pemerintah yang bersifat eksogeneus, konsumsi rumah tangga bersifat endogenous. Dalam arti, besarnya konsumsi rumah tangga berkaitan erat dengan faktor-faktor lain yang dianggap mempengaruhinya. Prinsip dasar konsumsi adalah bagaimana memperoleh kepuasan maksimum dengan mengoptimalkan penggunaan pendapatan. Konsumsi yang diinginkan dikaitkan dengan pendapatan yang siap dibelanjakan. Keynes menyatakan jika pendapatan yang siap dibelanjakan (disposable income) meningkat maka konsumsi juga akan meningkat (Raharja, 2004). Namun rasio konsumsi terhadap pendapatan atau yang


(18)

disebut kecenderungan mengkonsumsi rata-rata (average propensity to consume) turun ketika pendapatan naik, sedangkan proporsi tabungan meningkat.

Banyak alasan yang menyebabkan analisis makro ekonomi perlu memperhatikan tentang konsumsi rumah tangga secara mendalam. Diantaranya adalah perkembangan masyarakat yang begitu cepat menyebabkan perilaku konsumsi juga berubah cepat, hal ini dapat dilihat pada pengeluaran konsumsi masyarakat yang memiliki porsi besar dalam total pengeluaran agregat mencapai 60 persen sebelum krisis ekonomi (1996), bahkan pada tahun tahun 1970-an mencapai angka sekitar 70 persen. Keputusan konsumsi adalah krusial untuk jangka pendek karena peranannya dalam menentukan permintaan agregat. Konsumsi adalah dua pertiga dari GDP, sehingga fluktuasi dalam konsumsi adalah elemen penting dari ledakan dan resesi ekonomi. Perubahan dalam rencana pengeluaran konsumsi bisa menjadi sumber goncangan terhadap perekonomian, dan kecenderungan mengkonsumsi marginal adalah determinan dari pengganda kebijakan fiskal. Mengingat porsinya yang besar maka konsumsi rumah tangga berpengaruh cukup kuat terhadap stabilitas perekonomian.

Dalam jangka panjang keputusan mengkonsumsi dikaitkan dengan pertumbuhan ekonomi. Model pertumbuhan Solow menunjukkan bahwa tingkat tabungan adalah determinan penting dari persediaan modal dalam kondisi-mapan dan tingkat kesejahteraan ekonomi. Tingkat tabungan mengukur seberapa besar dari pendapatan generasi sekarang disisihkan untuk generasinya sendiri dan generasi mendatang. Fisher menyatakan bahwa konsumsi akan berubah jika tingkat bunga riil


(19)

berubah (Mankiw, 2003). Dampak kenaikan tingkat bunga riil atas konsumsi dapat dianalisis dalam efek pendapatan dan efek substitusi. Efek pendapatan melihat perubahan dalam konsumsi yang disebabkan oleh pergerakan ke kurva indifference yang lebih tinggi, kenaikan tingkat bunga riil menyebabkan konsumen akan mengadakan perbaikan kesejahteraan selama dua periode yaitu ketika garis anggaran berotasi akibat perubahan tingkat bunga. Efek ini cenderung membuat konsumen menginginkan lebih banyak konsumsi pada periode tersebut.

Efek substitusi adalah perubahan dalam konsumsi yang disebabkan oleh perubahan dalam harga relatif konsumsi pada kedua periode tersebut. Biasanya konsumsi dalam periode dua relatif lebih murah terhadap konsumsi dalam periode satu ketika tingkat bunga naik. Jika tingkat bunga riil yang diterima pada tabungan lebih tinggi, maka konsumen harus mengurangi konsumsi pada periode pertama untuk mendapatkan satu unit tambahan dari konsumsi periode kedua. Efek ini cenderung membuat konsumen memilih lebih banyak konsumsi dalam periode dua dan lebih sedikit pada periode satu. Secara umum efek substitusi bagi kenaikan tingkat bunga adalah rumah tangga cenderung menurunkan pengeluaran konsumsi dan menambah tabungan, sedangkan efek pendapatan bagi kenaikan tingkat bunga adalah meningkatnya pengeluaran konsumsi dan mengurangi tabungan.

Efek totalnya tergantung dari mana efek yang lebih kuat (dominan). Bagi golongan kaya yang mempunyai APC lebih rendah dari pada golongan miskin, kenaikan tingkat bunga menghasilkan efek pendapatan mungkin lebih kuat dari pada


(20)

Y1

Y1 ∆

konsumsinya. Sebaliknya bagi golongan miskin, kenaikan tingkat bunga menghasilkan efek substitusi lebih kuat dari efek pendapatan, sehingga pada kondisi ini rumah tangga cenderung akan menabung lebih banyak. Jadi, secara teoritis tidaklah mudah membuktikan kenaikan tingkat bunga menyebabkan seseorang melakukan konsumsi lebih banyak atau lebih sedikit.

Konsumsi Periode II, C2

Konsumsi periode I, C1

Sumber: Mankiw (2003)

Gambar 1.1. Pengaruh Perubahan Tingkat Bunga terhadap Konsumsi

Model Fisher mengasumsikan bahwa konsumen bisa meminjam dan menabung. Kemampuan untuk meminjam membuat konsumsi sekarang dapat melebihi pendapatan sekarang, esensinya ketika konsumen meminjam ia mengkonsumsi sebagian dari pendapatan masa depannya hari ini. Sehingga fungsi konsumsinya menjadi C = Y1 + [ Y2/(1+r) ], sedangkan bagi konsumen yang tidak dapat meminjam karena berbagai faktor maka konsumsi hanya bergantung pada pendapatan sekarang atau C1 = Y1 dan C2 = Y2. Dalam model ini konsumen

IC

IC2 IC1

B

A Batas anggaran baru

Batas anggaran awal ∆C2


(21)

menghadapi batas anggaran antarwaktu dan memilih konsumsi saat ini dan masa depan untuk mencapai kepuasan tertinggi. Selama konsumen dapat menabung dan meminjam, konsumsi bergantung pada sumber daya kehidupan konsumen.

Rumah tangga menabung agar kekayaannya bertambah, dengan mengasumsikan faktor lain tetap, naiknya kekayaan cenderung mengurangi rangsangan untuk menambah kekayaan lagi, hal ini mengurangi hasrat untuk menabung. Nilai riil kekayaan akan berubah jika nilai uang yang ada pada kekayaan dan tingkat harga berubah. Jika perubahannya pada proporsi yang sama maka kekayaan riil tidak berubah, rangsangan untuk menabung di kalangan rumah tangga juga tidak akan berubah. Bertambahnya kekayaan cenderung mengakibatkan semakin besarnya bagian dari pendapatan disposable yang akan dibelanjakan untuk konsumsi. Kenaikan kekayaan yang terencana sebagai akibat akumulasi kekayaan yang lalu, bisa menjadi unsur penting bagi seluruh masyarakat dan dapat menggeser naik fungsi konsumsi makro.

Keputusan konsumsi juga didasarkan pada pandangan konsumen tentang masa depan yang berkaitan dengan pendapatan yang diharapkan pada masa depan (ekspektasi rasional). Asumsi ekspektasi rasional mendasarkan pada penggunaan seluruh informasi yang ada untuk membuat ramalan optimal tentang masa depan. Asumsi ini secara potensial memiliki implikasi yang sangat besar terhadap konsumsi dan terhadap biaya untuk menghentikan inflasi. Robert Hall menderivikasikan implikasi dari ekspektasi rasional terhadap konsumsi (Mankiw, 2003). Hall


(22)

dimiliki oleh konsumen, perubahan-perubahan dalam konsumsi sepanjang waktu tidak dapat diprediksi. Kombinasi hipotesis pendapatan permanen dan ekspektasi rasional menunjukkan bahwa konsumsi mengikuti jalan acak (random walk).

Pendekatan ekspektasi rasional atas konsumsi memiliki implikasi tidak hanya terhadap peramalan, tapi juga terhadap analisa kebijakan ekonomi. Jika konsumen mematuhi hipotesis pendapatan permanen dan memiliki ekspektasi rasional, maka hanya perubahan kebijakan yang tidak diharapkan yang akan mempengaruhi konsumsi. Perubahan kebijakan ini berpengaruh bila mereka mengubah ekspektasinya. Jika konsumen mempunyai ekspektasi rasional, pembuat kebijakan dapat mempengaruhi perekonomian melalui ekspektasi masyarakat.

Keterkaitan konsumsi dengan jumlah uang beredar juga dapat dilihat dari pandangan kaum moneteris yang menganggap bahwa faktor dominan dalam mempengaruhi kegiatan ekonomi adalah sektor keuangan. Pertumbuhan jumlah uang beredar sangat berpengaruh dalam memperbesar pembelanjaan masyarakat sehingga output meningkat, memperbesar kesempatan kerja dan tingkat harga. Dalam keseimbangan umum bertambahnya jumlah uang beredar dapat mempengaruhi output (PDB).

Pendapatan nasional yang dinyatakan dengan Produk Domestik Bruto (PDB) perkapita sering digunakan sebagai indikator ekonomi mengenai taraf hidup (levels of living) dan tingkat kemajuan pembangunan suatu negara (development progress). Secara regional gambaran tentang kesejahteraan masyarakat dilihat pada PDRB


(23)

perkapita. PDRB perkapita terbentuk melalui perubahan-perubahan variabel makro, salah satunya adalah konsumsi.

Pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara yang diukur dari perubahan PDRB menunjukkan adanya peningkatan dari Rp. 118.100.512 pada tahun 2004 menjadi Rp. 181.819.737 pada tahun 2007 (berdasarkan harga berlaku). Sementara berdasarkan harga konstan tahun 2007 Rp. 99.792.273 meningkat dari tahun 2004 yang sebesar Rp. 83.328.949.

Tabel 1.1. Perkembangan Aggregat PDRB Sumut (Milyar Rp) Rincian 2004 2005 2006 2007

PDRB (ADH

Berlaku)

118.100,512 139.618,314 160.376,799 181.819.737

PDRB (ADH

Konstan)

83.328.949 87.897.791 93.347.404 99.792.273

PDRB per kapita 6.873.420 7.130.696 7.383.039 7.775.393

Jumlah Penduduk 12.123.360 12.326.678 12.643.494 12.643.499

Sumber: BPS, Sumut Dalam Angka, berbagai terbitan.

Berdasarkan alokasi penggunaannya dapat dipaparkan sebagian barang dan jasa di Sumut dikonsumsi oleh rumah tangga yaitu mencapai Rp. 105.449,56 milyar (58,00%), untuk pembentukan modal tetap Rp. 29.127,33 milyar (16,02%), ekspor neto sebesar Rp. 28.070,06 milyar (15,43%), konsumsi pemerintah sebesar Rp. 16.595,80 milyar (9,13%), serta untuk konsumsi lembaga nirlaba sebesar Rp. 835,28 milyar (0,46%).


(24)

Tabel 1.2. Alokasi Penggunaan PDRB Sumut

Jenis Penggunaan Nominal (Milyar Rp) Persentase

Konsumsi RT 105.449,56 58,00

Pembentukan modal 29.127,33 16,02

Konsumsi pemerintah 16.595,80 9,13

Ekspor neto 28.070,06 15,43

Lembaga nirlaba 835,28 0,46

Sumber: BPS (2008)

Sesuai dengan pendekatan pengeluaran dalam menghitung pertumbuhan ekonomi terlihat peranan konsumsi sangat besar. Masyarakat Sumut yang berjumlah 12 juta jiwa lebih merupakan faktor yang cukup dominan dalam mempengaruhi konsumsi di samping faktor-faktor lain. Perkembangan konsumsi masyarakat di Propinsi Sumatera Utara dari tahun 1988 sampai dengan 1997 mengalami peningkatan. Seiring dengan pertambahan penduduk kebutuhan masyarakat atas barang dan jasa juga menunjukkan peningkatan. Pada pertengahan tahun 1997 sampai tahun 1998, konsumsi masyarakat di Propinsi Sumatera Utara mengalami penurunan karena rupiah mengalami tekanan (depresiasi), kemudian disusul dengan krisis moneter dan pada akhirnya berubah menjadi krisis ekonomi yang menimbulkan konsekuensi terhadap ketidakstabilan perekonomian Indonesia.

Pertumbuhan ekonomi mengalami pertumbuhan negatif, nilai tukar berfluktuasi tidak terkendali. Akibat krisis yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 adalah inflasi yang meningkat tajam pada tahun 1998 yang mencapai angka 83,56%. Inflasi yang tinggi berdampak pada melemahnya daya beli masyarakat, karena harga barang dan jasa naik. Untuk menjaga pelarian modal keluar maka tingkat suku bunga


(25)

mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Hal ini membuat konsumsi masyarakat mengalami degradasi, karena masyarakat lebih memilih menyimpan uangnya di bank dengan kompensasi bunga. Pada tahun 1999 laju inflasi mulai terkendali. Upaya pemulihan moneter melalui penetapan kebijakan moneter ketat (tigh money policy) yang dibantu dengan upaya pemulihan kepercayaan masyarakat terhadap perbankan nasional mulai memberikan hasil yang positif.

Pada tahun 2000 sampai 2005, inflasi sempat mengalami kenaikan yang bersumber dari nilai tukar yang bergejolak karena berbagai perubahan kondisi sosial politik yang terjadi serta meningkatnya harga BBM dan barang-barang yang dikendalikan oleh pemerintah sehubungan dengan dikuranginya subsidi. Suku bunga mengalami kenaikan dan penurunan setiap tahunnya. Akibat dari meningkatnya harga BBM, harga-harga kebutuhan pokok masyarakat juga ikut naik. Pada tahun 2006 sampai tahun 2007 perekonomian mulai membaik dengan penurunan inflasi dan tingkat suku bunga sehingga pengeluaran konsumsi masyarakat mulai menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun. Pertumbuhan ekonomi saat ini bertumpu pada konsumsi karena berkurangnya peranan sektor investasi dan ekspor mendorong pertumbuhan ekonomi.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis perlu membatasi permasalahan yang akan dianalisis meliputi:


(26)

1. Bagaimana pengaruh PDRB Riil terhadap konsumsi masyarakat di Propinsi Sumatera Utara?

2. Bagaimana pengaruh PDRB riil tahun lalu terhadap konsumsi masyarakat di Propinsi Sumatera Utara?

3. Bagaimana pengaruh tingkat suku bunga terhadap konsumsi masyarakat di Propinsi Sumatera Utara?

4. Bagaimana pengaruh jumlah penduduk (populasi) terhadap konsumsi masyarakat di Propinsi Sumatera Utara?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan dari latar belakang dan rumusan masalah maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Menganalisis pengaruh PDRB riil terhadap konsumsi masyarakat di Propinsi Sumatera Utara.

2. Menganalisis pengaruh PDRB riil tahun lalu terhadap konsumsi masyarakat di Propinsi Sumatera Utara.

3. Menganalisis pengaruh tingkat suku bunga terhadap konsumsi masyarakat di Propinsi Sumatera Utara.

4. Menganalisis pengaruh jumlah penduduk terhadap konsumsi masyarakat di Propinsi Sumatera Utara.


(27)

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian adalah:

1. Sebagai pengembangan ilmu bagi peneliti, khususnya yang berkaitan dengan materi penelitian.

2. Sebagai bahan kajian bagi pengambil kebijakan untuk dapat merencanakan kebijakan yang tepat dalam merespon pengeluaran konsumsi masyarakat, karena konsumsi merupakan variabel makro yang sangat signifikan dalam mempengaruhi pertumbuhan ekonomi.

3. Sebagai bahan referensi bagi peneliti lain yang berminat dalam kajian konsumsi.


(28)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsumsi dan Fungsi Konsumsi

Konsumsi adalah pembelanjaan atas barang-barang dan jasa-jasa yang dilakukan oleh rumah tangga dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan. Barang-barang yang diproduksi digunakan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya dinamakan barang konsumsi. Fungsi konsumsi adalah suatu kurva yang menggambarkan sifat hubungan di antara tingkat konsumsi rumah tangga dalam perekonomian dengan pendapatan nasional. Fungsi konsumsi dapat dinyatakan dalam persamaan (Mankiw, 2003):

Fungsi konsumsi ialah : C = C + cY………..(i)

Di mana C adalah konstanta atau konsumsi rumah tangga ketika pendapatan adalah 0, c adalah kecenderungan mengkonsumsi marginal di mana 0 < C > 1, di mana C adalah konsumsi dan Y adalah tingkat pendapatan. Ada dua konsep untuk mengetahui sifat hubungan antara pendapatan disposibel dengan konsumsi dan pendapatan disposibel dengan tabungan, yaitu konsep kecenderungan mengkonsumsi dan kecenderungan menabung.

Kecenderungan mengkonsumsi dapat dibedakan menjadi dua yaitu kecenderungan mengkonsumsi marginal dan kecenderungan mengkonsumsi rata-rata. Kecenderungan mengkonsumsi marginal dapat dinyatakan sebagai MPC (Marginal Propensity to Consume), didefinisikan sebagai perbandingan di antara pertambahan


(29)

konsumsi (∆C) yang dilakukan dengan pertambahan pendapatan (Raharja, et.al, 2004):

∆ C

MPC = ∆ Yd ……….(ii)

Kecenderungan mengkonsumsi rata-rata dinyatakan dengan APC (Average Propensity to Consume), dapat didefinisikan sebagai perbandingan di antara tingkat pengeluaran konsumsi (C) dengan tingkat pendapatan disposibel pada ketika konsumen tersebut dilakukan (Yd). Nilai APC dapat dihitung dengan menggunakan formula (Nanga, 2005):

C

APC = Yd ……….(iii)

Kecenderungan menabung dapat dibedakan menjadi dua yaitu kecenderungan menabung marginal dan kecenderungan menabung rata-rata. Kecenderungan menabung marginal dinyatakan dengan MPS (Marginal Propensity to Save) adalah perbandingan di antara pertambahan tabungan (∆S) dengan pertambahan pendapatan disposibel (∆Yd). Nilai MPS dapat dihitung dengan menggunakan formula (Raharja, et.al, 2004):

∆S

MPS = ∆Yd ……….(iv)

Kecenderungan menabung rata-rata dinyatakan dengan APS (Average Propensity to Save), menunjukkan perbandingan di antara tabungan (S) dengan


(30)

pendapatan disposibel (Yd). Nilai APS dapat dihitung dengan menggunakan formula (Nanga, 2005):

S

APS = Yd ………(v)

2.2. Teori Konsumsi

2.2.1. Teori Konsumsi John Maynard Keynes

Dalam teorinya Keynes mengandalkan analisis statistik, dan juga membuat dugaan-dugaan tentang konsumsi berdasarkan introspeksi dan observasi casual. Pertama Keynes menduga bahwa kecenderungan mengkonsumsi marginal (marginal propensity to consume) jumlah yang dikonsumsi dalam setiap tambahan pendapatan adalah antara nol dan satu. Kecenderungan mengkonsumsi marginal adalah krusial bagi rekomendasi kebijakan untuk menurunkan pengangguran yang kian meluas. Kekuatan kebijakan fiskal, untuk mempengaruhi perekonomian seperti ditunjukkan oleh pengganda kebijakan fiskal muncul dari umpan balik antara pendapatan dan konsumsi. Kedua, Keynes menyatakan bahwa rasio konsumsi terhadap pendapatan, yang disebut kecenderungan mengkonsumsi rata-rata (avarage prospensity to consume), turun ketika pendapatan naik. Ia percaya bahwa tabungan adalah kemewahan, sehingga ia berharap orang kaya menabung dalam proporsi yang lebih tinggi dari pendapatan mereka ketimbang si miskin. Ketiga, Keynes berpendapat bahwa pendapatan merupakan determinan konsumsi yang penting dan tingkat bunga tidak memiliki peranan penting. Keynes menyatakan bahwa pengaruh tingkat bunga terhadap konsumsi hanya sebatas teori. Kesimpulannya bahwa pengaruh jangka


(31)

pendek dari tingkat bunga terhadap pengeluaran individu dari pendapatannya bersifat sekunder dan relatif tidak penting. Berdasarkan tiga dugaan ini, fungsi konsumsi Keynes sering ditulis sebagai berikut (Mankiw, 2003):

C = C + cY, C > 0; 0 < C < 1 Keterangan:

C = konsumsi

Y = pendapatan disposibel C = konstanta

c = kecenderungan mengkonsumsi marginal

Lebih lanjut penjelasan Keynes mengenai fungsi konsumsinya (Reksoprayitno, 2000), adalah sebagai berikut:

1. Variabel nyata adalah bahwa fungsi konsumsi Keynes menunjukkan hubungan antara pendapatan nasional dengan pengeluaran konsumsi yang keduanya dinyatakan dengan menggunakan tingkat harga konstan.

2. Pendapatan yang terjadi disebutkan bahwa pendapatan nasional yang menentukan besar kecilnya pengeluaran konsumsi adalah pendapatan nasional yang terjadi (current national income).

3. Pendapatan absolut disebutkan bahwa fungsi konsumsi Keynes variabel pendapatan nasionalnya perlu diinterpretasikan sebagai pendapatan nasional absolut, yang dapat dilawankan dengan pendapatan relatif, pendapatan permanen dan sebagainya.


(32)

4. Bentuk fungsi konsumsi menggunakan fungsi konsumsi dengan bentuk garis lurus, sementara Keynes berpendapat bahwa fungsi konsumsi berbentuk lengkung.

Kurva fungsi konsumsi jangka pendek rumah tangga seperti analisa Keynes dapat digambarkan dalam sebuah grafik (Gambar 2.1). Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa sumbu vertikal menggambarkan garis konsumsi dan sumbu horizontal menunjukkan pendapatan disposibel. Titik a merupakan titik potong yang menunjukkan besarnya tingkat konsumsi walaupun pendapatan rumah tangga tidak ada (autonomous consumption) dan b adalah kemiringan yang disebut kecenderungan mengkonsumsi marginal (marginal propensity to consume). Kecenderungan mengkonsumsi marginal adalah kenaikan dalam mengkonsumsi perunit karena adanya kenaikan pendapatan. Garis dengan kemiringan 45 derajat dibentuk untuk mengetahui saat pendapatan sama dengan konsumsi.

Sumber: Sukirno (2003)

Gambar 2.1. Kurva Fungsi Konsumsi Jangka Pendek

C

a

C = C + cY

450


(33)

2.2.2. Teori Konsumsi dengan Hipotesis Pendapatan Permanen

Teori dengan hipotesis pendapatan permanen dikemukakan oleh M Friedman. Menurut teori ini pendapatan masyarakat dapat digolongkan menjadi 2 yaitu pendapatan permanen (permanent income) dan pendapatan sementara (transitory income). Pengertian dari pendapatan permanen adalah:

1. Pendapatan yang selalu diterima pada setiap periode tertentu dan dapat diperkirakan sebelumnya, misalnya pendapatan dari gaji dan upah.

2. Pendapatan yang diperoleh dari semua faktor yang menentukan kekayaan seseorang (yang menciptakan kekayaan). Pengertian pendapatan sementara (transitory) adalah pendapatan yang tidak bisa diperkirakan sebelumnya. (Mangkoesoebroto, 1998). Friedman menganggap tidak ada hubungan antara pendapatan sementara dengan pendapatan permanen, juga antara konsumsi sementara dengan konsumsi permanen, maupun konsumsi sementara dengan pendapatan sementara. Sehingga MPC dari pendapatan sementara sama dengan nol yang berarti bila konsumen menerima pendapatan sementara yang positif maka tidak akan mempengaruhi konsumsi. Demikian pula bila konsumen menerima pendapatan sementara yang negatif maka tidak akan mengurangi konsumsi.

Friedman (1957) berpendapat bahwa konsumsi dipengaruhi oleh pendapatan permanen (Froyen, 1995).


(34)

Yp = YP t-1 + j (Yt-YPt-1) , 0< j <1 ……….(viii)

Substitusi persamaan (2.9) kepersamaan (2.7) Ct = k [ Ypt-1 + j(Yt-Ypt-1)]

= kYpt-1 +k j(Yt-Ypt-1)

= k(1-j) Ypt-1 +k jYt .……..……….………..(ix)

Di mana

C = Konsumsi

Yp = Pendapatan tetap Yt = Pendapatan sementara

Ypt-1 = Pendapatan tetap sebelumnya

Dengan menggunakan data runtun waktu Friedman berkesimpulan bahwa dalam jangka pendek fluktuasi dari konsumsi banyak disebabkan oleh pendapatan sementara (Yt) sedangkan dalam jangka panjang variasi konsumsi bersumber dari pendapatan tetap (Yp) (Herlambang, et.al, 2002).

2.2.3. Teori Konsumsi dengan Hipotesis Siklus Hidup

Teori dengan hipotesis siklus hidup dikemukakan oleh Franco Modigliani. Franco Modigliani menerangkan bahwa pola pengeluaran konsumsi masyarakat mendasarkan kepada kenyataan bahwa pola penerimaan dan pola pengeluaran konsumsi seseorang pada umumnya dipengaruhi oleh masa dalam siklus hidupnya. Karena orang cenderung menerima penghasilan/pendapatan yang rendah pada usia muda, tinggi pada usia menengah dan rendah pada usia tua, maka rasio tabungan akan berfluktuasi sejalan dengan perkembangan umur mereka yaitu orang muda akan


(35)

mempunyai tabungan negatif (dissaving), orang berumur menengah menabung dan membayar kembali pinjaman pada masa muda mereka, dan orang usia tua akan mengambil tabungan yang dibuatnya di masa usia menengah. Selanjutnya Modigliani menganggap penting peranan kekayaan (assets) sebagai penentu tingkah laku konsumsi. Konsumsi akan meningkat apabila terjadi kenaikan nilai kekayaan seperti karena adanya inflasi maka nilai rumah dan tanah meningkat, karena adanya kenaikan harga surat-surat berharga, atau karena peningkatan dalam jumlah uang beredar. Sesungguhnya dalam kenyataan orang menumpuk kekayaan sepanjang hidup mereka, dan tidak hanya orang yang sudah pensiun saja. Apabila terjadi kenaikan dalam nilai kekayaan, maka konsumsi akan meningkat atau dapat dipertahankan lebih lama. Akhirnya hipotesis siklus kehidupan ini akan berarti menekan hasrat konsumsi, menekan koefisien pengganda, dan melindungi perekonomian dari perubahan-perubahan yang tidak diharapkan, seperti perubahan-perubahan dalam investasi, ekspor, maupun pengeluaran-pengeluaran lain.

Sumber daya yang dimiliki oleh konsumen diwakili oleh jumlah kekayaan (wealth) ditambah dengan nilai sekarang dari seluruh peneriman upah yang akan diterima selama hidupnya. Konsumen dalam menentukan konsumsinya memperhitungkan seluruh sumber daya yang dimilikinya sehingga tingkat konsumsi agregatif bukan hanya ditentukan oleh jumlah pendapatan yang diterima pada suatu waktu, akan tetapi juga oleh nilai kekayaan yang dimilikinya. Fungsi konsumsi menurut Modigliani (Sukirno, 2000) adalah:


(36)

Di mana:

Ct = Konsumsi pada periode t

T = Lamanya hidup seseorang Yt = Pendapatan disposibel

N-1 = Lama bekerja seseorang

Yle = Pendapatan dari kerja rata-rata yang diharapkan selama N-1 tahun At = Nilai kekayaan likuid yang dimiliki

Dari fungsi konsumsi yang diformulasikan oleh Modigliani dapat dilihat bahwa konsumsi dipengaruhi oleh pendapatan yang diharapkan di masa datang dalam jangka panjang

2.2.4. Teori Konsumsi dengan Hipotesis Pendapatan Relatif

Teori Konsumsi yang lain adalah Hipotesis pendapatan relatif (relatif income hypotesis) dari James Dussenberry. Teori konsumsi ini didasarkan kepada anggapan utama atau asumsi sebagai berikut (Dornbush dan Fisher, 2001).

a. Tingkat konsumsi adalah bersifat interdependensi terhadap tingkat pendapatan tinggi atau kebiasaan yang terjadi sebelumnya. Di samping itu unsur status sosial seseorang juga turut menentukan tingkat konsumsinya. Dengan demikian tingkat pendapatan yang akan mempengaruhi konsumsi adalah nilai pendapatan relatif terhadap tingkat pendapatan tertinggi yang pernah dimiliki sebelumnya.

b. Tingkat konsumsi bersifat “irreversible” yang bermakna bahwa apa yang terjadi

pada waktu pendapatan naik tidak akan selalu merupakan kebalikan apabila terjadi pendapatan turun. Kenyataan menunjukkan bahwa apabila tingkat


(37)

konsumsi sebelumnya pernah tinggi akibat kenaikan pendapatan maka pada waktu pendapatan turun, penurunan konsumsi tidak akan proporsional dengan turunnya pendapatan. Berdasarkan kedua pertimbangan tersebut maka fungsi konsumsi menurut James Dussenbery adalah:

(C/Y ) = a + b ( Y/Y0) ; 0<b<1 ………..(xi) Di mana

C = Konsumsi agregatif Y = Pendapatan

Y0 = Pendapatan tertinggi sebelumnya a = Tingkat konsumsi pada pendapatan nol

b = Kecendrungan mengkonsumsi marginal (MPC)

2.2.5. Pilihan Antarwaktu

Irving Fisher mengembangkan model yang digunakan para ekonom untuk menganalisis bagaimana konsumen yang berpandangan ke depan dan rasional membuat pilihan antarwaktu yaitu, pilihan yang meliputi periode waktu yang berbeda. Model Fisher menghilangkan hambatan-hambatan yang dihadapi konsumen, preferensi yang mereka miliki, dan bagaimana hambatan-hambatan serta preferensi ini bersama-sama menentukan pilihan mereka terhadap konsumsi dan tabungan. Dengan kata lain konsumen menghadapi batasan atas berapa banyak yang mereka bisa belanjakan, yang disebut batal atau kendala anggaran (budget constraint). Ketika mereka memutuskan berapa banyak akan melakukan konsumsi hari ini versus berapa


(38)

antarwaktu (intertemporal budget constaint), yang mengukur sumber daya total yang tersedia untuk konsumsi hari ini, dan di masa depan (Mankiw, 2003).

2.2.6. Model Tobin

Fungsi yang paling sering digunakan dalam meneliti konsumsi berdasar data cross-section adalah bentuk log-linier yaitu:

ln Ci = a0 + a1 ln Yi + ei ………..(xii)

Di mana Ct dan Yt merupakan pengeluaran konsumsi dan pendapatan rumah tangga

ke i dengan asumsi bahwa ei ~ (N (0, 2). Dari fungsi di atas koefisien a1 secara langsung menunjukkan besarnya elastisitas pendapatan.

Tobin (1950) mempublikasikan penelitiannya tentang permintaan pangan di Amerika Serikat sebelum perang. Tobin menggunakan data survei pendapatan tahun 1941 dan juga meneliti data runtun waktu tahun 1931-1941. Tobin membuat penggunaan yang sistematis baik untuk data jenis cross-section dan runtun waktu. Dalam penelitiannya pertama Tobin menghitung elastistias pendapatan terhadap makanan dan selanjutnya elastisitas pendapatan digunakan untuk mengestimasi bentuk reduced dari model runtun waktu. Model yang digunakan Tobin dalam penelitiannya adalah:

ln Cit = a0 + a1 ln Yit + a2 ln Nit + ei ………(xiii)

Di mana Cit, Yit, dan Nit merupakan konsumsi makanan, pendapatan disposibel dan


(39)

Dalam penelitiannya Tobin menghadapi permasalahan dalam meneliti kelompok keluarga dengan pendapatan tinggi dan juga kelompok keluarga pendapatan rendah. Untuk pendapatan rendah hal ini dikarenakan keluarga miskin sering mendapat bantuan pangan. Untuk pendapatan tinggi dimungkinkan karena model Tobin tidak memasukkan faktor kekayaan, tabungan dan sumber daya lain yang dimiliki keluarga. Dalam penelitiannya Tobin tidak memandang penting untuk memperlakukan secara khusus kelompok pendapatan rendah. Hal ini mengakibatkan siksaan yang besar untuk kelompok pendapatan rendah.

2.2.7. Elastisitas

Elastisitas merupakan ukuran kuantitatif yang menunjukkan seberapa besar pengaruh perubahan harga maupun faktor-faktor lainnya terhadap perubahan permintaan atau penawaran dari suatu komoditas (Sugiharto, 2002). Dengan mengetahui besaran elastisitas suatu komoditas dapat diramalkan perubahan yang terjadi di pasar, yaitu bagaimana harga dan jumlah komoditas yang diperjualbelikan berubah. Elastisitas dibedakan menjadi dua, yaitu elastisitas permintaan dan elastisitas penawaran. Elastisitas permintaan menunjukkan besarnya pengaruh perubahan harga atau faktor-faktor lain terhadap permintaan, sedangkan elastisitas harga menunjukkan besarnya pengaruh perubahan harga maupun faktor-faktor lain terhadap perubahan penawaran.

Salah satu contoh elastisitas permintaan adalah, elastisitas permintaan terhadap pendapatan (income elasticity of demand, çi). Koefisien elastisitas ini selain


(40)

perubahan pendapatan konsumen, juga menunjukkan responsivitas konsumsi suatu komoditas terhadap perubahan pendapatan. Berdasarkan nilai elastisitas permintaan terhadap pendapatan katagori komoditas adalah sebagai berikut:

çI= - , adalah komoditas inferior (bermutu rendah)

çI= +, adalah komoditas normal

çI > 1, adalah komoditas mewah

çI < 1, adalah komoditas kebutuhan pokok

Salah satu aplikasi dari konsep elastisitas permintaan atas perubahan pendapatan adalah Kurva Engel. Kurva Engel dapat menunjukkan klasifikasi suatu komoditas, apakah normal, inferior atau gifen (Sugiharto, 2002). Dalam penelitiannya Engel menemukan bahwa untuk komoditas pertanian atau komoditas yang bersifat mudah rusak perubahan pendapatan tidak diikuti dengan perubahan jumlah komoditas yang diminta secara progresif atau elastisitasnya kurang dari 1. Sedangkan untuk komoditas industri elastisitasnya lebih dari satu.

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi besarnya elastisitas suatu komoditas (Sugiharto, 2002). Beberapa faktor penting adalah:

a. Tingkat kemampuan komoditas-komoditas lain untuk menggantikan komoditas tersebut

Suatu komoditas yang mempunyai banyak komoditas pengganti, permintaannya cenderung bersifat elastis. Perubahan harga sedikit saja akan menimbulkan perubahan yang besar atas jumlah permintaan suatu komoditas dengan kata lain komoditas-komoditas bersubstitusi cenderung memiliki elastisitas lebih


(41)

tinggi daripada komoditas-komoditas yang tidak memiliki substitusi. Sebagai contoh adalah komoditas beras, jika harganya naik maka jumlah beras yang diminta akan turun sedikit karena kemampuan komoditas lain mengganti komoditas beras sangat rendah.

b. Persentase pendapatan yang akan dibelanjakan untuk membeli komoditas tersebut

Semakin besar bagian pendapatan yang diperlukan untuk membeli suatu komoditas akan semakin elastis permintaan akan komoditas tersebut. Sebagai contoh konsumen akan lebih menyukai diskon harga televisi dibandingkan diskon barang kebutuhan pokok seperti beras. Karena proporsi pengeluaran untuk televisi jauh lebih besar daripada proporsi pengeluaran untuk beras.

c. Jangka waktu menganalisis permintaan

Lamanya waktu konsumen untuk bereaksi terhadap perubahan harga menyebabkan elastisitas permintaan terhadap komoditas tertentu mendekati nol. Sebagai contoh adalah kenaikan bensin bagi seseorang yang melakukan rekreasi keluar kota. Kenaikan bensin tentu tidak serta merta mengakibatkan seseorang membatalkan rekreasi ke luar kota atau menjual mobilnya. Sehingga dalam jangka pendek elastisitas permintaan untuk bensin akan mendekati nol.

d. Katagori suatu komoditi

Komoditas bahan-bahan pokok cenderung bersifat inelastis atau tidak tidak terlalu terpengaruh oleh kenaikan harga atau peningkatan pendapatan. Tetapi


(42)

harganya mengalami kenaikan orang dapat menggantinya dengan komoditas substitusi.

2.3. Pendapatan Nasional

Pendapatan nasional adalah nilai dari barang dan jasa yang diproduksi oleh suatu negara dalam tahun tertentu. Pendapatan nasional dapat dibedakan menjadi dua yaitu Pendapatan Domestik Bruto (PDB) dan Pendapatan Nasional Bruto (PNB). Pendapatan Domestik Bruto (PDB) adalah total nilai seluruh barang dan jasa akhir yang diproduksi di dalam suatu perekonomian negara tersebut dalam kurun waktu tertentu (1 tahun) (Nanga, 2005). Sedangkan Pendapatan Nasional Bruto (PNB) adalah nilai dari semua barang jadi dan jasa yang diproduksi oleh faktor-faktor produksi suatu negara baik yang berlokasi di dalam negeri atau terdapat di luar negeri dalam suatu periode tertentu (1 tahun).

2.3.1. Pendapatan Nasional Harga Berlaku dan Harga Tetap

Pendapatan nasional pada harga berlaku adalah nilai barang-barang dan jasa-jasa yang dihasilkan suatu negara dalam tahun tertentu dan dinilai menurut harga-harga yang berlaku pada tahun tersebut. Pertumbuhan suatu perekonomian diukur dari pertambahan yang sebenarnya dalam barang dan jasa yang diproduksikan. Untuk menghitung kenaikan itu dari tahun ke tahun, barang dan jasa yang dihasilkan haruslah dihitung pada harga yang tetap, yaitu harga yang berlaku pada suatu tahun tertentu yang seterusnya digunakan untuk menilai barang dan jasa yang dihasilkan pada tahun-tahun yang lain. Nilai pendapatan nasional yang didapat dalam


(43)

perhitungan secara ini dinamakan pendapatan nasional pada harga tetap atau pendapatan nasional riil (Sukirno, 2003).

2.3.2. Perhitungan Pendapatan Nasional

Untuk mengetahui nilai barang-barang dan jasa-jasa yang diciptakan oleh suatu perekonomian, pendapatan nasional terdapat tiga cara perhitungan dengan metode pendekatan sebagai berikut:

a. Pendekatan Produksi

Dengan menggunakan pendekatan produksi ini, pendapatan nasional dihitung berdasarkan atas perhitungan dari jumlah nilai barang-barang dan jasa-jasa yang dihasilkan oleh masyarakat dalam perekonomian atau Negara pada periode tertentu. Kelemahan pengukuran pendapatan nasional dengan metode melalui pendekatan produksi ini adalah sering terjadinya perhitungan ganda (double counting). Perhitungan ganda ini akan terjadi jika beberapa output dari suatu jenis usaha dijadikan input bagi jenis usaha lain. Untuk menghindari perhitungan ganda tersebut dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan menghitung nilai akhir (final goods) atau dengan menghitung nilai tambah (value added).

b. Pendekatan Pendapatan

Pengukuran pendapatan nasional dengan menggunakan metode melalui pendekatan pendapatan adalah dilakukan dengan cara menjumlahkan semua pendapatan yang diperoleh semua pelaku ekonomi dari aktivitas ekonominya dalam suatu masyarakat atau Negara pada periode tertentu. Pendapatan tersebut berupa


(44)

c. Pendekatan Pengeluaran

Pengukuran besarnya pendapatan nasional dengan menggunakan pendekatan pengeluaran dilakukan dengan menjumlahkan semua pengeluaran yang dilakukan oleh semua sektor ekonomi, yaitu sektor rumah tangga, sektor perusahaan, sektor pemerintah dan sektor luar negeri pada suatu masyarakat atau Negara pada periode tertentu (Mangkoesoebroto, 1998). Pendapatan nasional mempengaruhi pengeluaran konsumsi masyarakat yaitu terdapat kecenderungan jika pertumbuhan ekonomi suatu Negara mengalami peningkatan maka hal tersebut berdampak pada kenaikan dalam pendapatan nasional yang pada akhirnya mempengaruhi tindakan masyarakat dalam keputusannya dalam berkonsumsi. Di mana dalam hal ini terjadi peningkatan konsumsi masyarakat dan sebaliknya. Secara makro aggregat pengeluaran konsumsi masyarakat berbanding lurus dengan pendapatan nasional, semakin besar pendapatan maka semakin besar pula pengeluaran konsumsi masyarakat dan sebaliknya.

2.4. Tingkat Suku Bunga

Menurut Hubbard (1997), bunga adalah biaya yang harus dibayar atas pinjaman yang diterima dan imbalan bagi lender atas investasinya. Suku bunga mempengaruhi keputusan individu terhadap pilihan membelanjakan uang lebih banyak atau menabung. Suku bunga adalah jumlah bunga yang dibayarkan per unit waktu.


(45)

2.4.1. Macam-macam Suku Bunga

a) Suku Bunga Nominal

Suku bunga nominal adalah tingkat suku bunga yang ditentukan berdasarkan jangka waktu satu tahun. Tingkat bunga nominal tidak bisa menyesuaikan inflasi aktual, karena inflasi aktual tidak diketahui ketika tingkat bunga nominal ditetapkan. Tingkat bunga nominal hanya bisa menyesuaikan dengan inflasi yang diharapkan. Efek Fisher menyatakan (Mankiw, 2003):

i = r + ðe...(xiv) tingkat bunga nominal i berubah dengan perubahan inflasi yang diharapkan (ðe).

b) Suku Bunga Riil

Suku bunga riil adalah tingkat bunga nominal dikurangi laju inflasi yang terjadi selama periode yang sama. Konsep bunga riil dapat dibedakan antara tingkat bunga riil ex ante yaitu tingkat bunga riil yang diharapkan pemberi pinjaman dan peminjam ketika kesepakatan dibuat, sedangkan tingkat bunga riil ex post adalah tingkat bunga riil yang terealisasi secara nyata (Mankiw, 2003).

2.5. Faktor Lain

Perkembangan ekonomi yang terjadi mengakibatkan bertambahnya variabel yang dapat mempengaruhi pengeluaran konsumsi selain pendapatan nasional, inflasi, suku bunga, dan jumlah uang beredar seperti sebagai berikut:


(46)

a. Selera

Dalam keterbatasan harga dan pendapatan, seleralah yang membentuk kurva permintaan. Perubahan selera dapat termanifestasikan ke dalam perilaku pasar (Case dan Fair, 2005). Hal ini dikarenakan adanya perbedaan sikap dalam masyarakat atau dalam suatu istilah bisa dikemukakan bahwa keanekaragaman permintaan individual hampir tidak terbatas.

b. Faktor sosial ekonomi

Faktor sosial ekonomi misalnya: umur, pendidikan, pekerjaan dan keadaan keluarga. Biasanya pendapatan akan tinggi pada kelompok umur muda dan terus meningkat sampai pada puncaknya pada umur pertengahan, dan akhirnya turun pada kelompok tua. Demikian juga dengan pendapatan yang disisihkan (tabung) pada kelompok umur tua adalah rendah, berarti bagian pendapatan yang dikonsumsi relatif tinggi pada kelompok muda dan tua, tetapi rendah pada umur pertengahan. Dengan adanya perbedaan proporsi pendapatan untuk konsumsi diantara kelompok umur, maka naiknya umur rata-rata penduduk akan mengubah fungsi konsumsi agregat. Faktor-faktor demografis yang mempengaruhi pengeluaran konsumsi yaitu besar keluarga. Pengeluaran keluarga besar adalah lebih besar daripada pengeluaran yang jumlah tanggungannya kecil jika yang lain diasumsikan ceteris paribus (Auckley, 1986).

c. Kekayaan Rumah Tangga

Kekayaan rumah tangga adalah jumlah seluruh harta berharga yang dimiliki oleh suatu rumah tangga. Termasuk antara lain mobil, rumah dan isinya, jumlah uang


(47)

yang disimpan di Bank (Lipsey, 1993). Kekayaan secara eksplisit maupun implisit, sering dimasukkan dalam fungsi konsumsi aggregat sebagai faktor yang menentukan konsumsi. Seperti dalam hipotesis pendapatan permanen yang dikemukakan oleh Friedman, Albert Ando dan Franco Modigliani menyatakan bahwa hasil bersih (net worth) dari suatu kekayaan merupakan faktor penting dalam menentukan konsumsi.

d. Keuntungan/Kerugian Capital

Keuntungan kapital yaitu dengan naiknya hasil bersih dari kapital akan mendorong tambahnya konsumsi, sebaliknya dengan adanya kerugian kapital akan mengurangi konsumsi. Menurut John J. Arena menemukan bahwa tidak ada hubungan antara konsumsi aggregat dan keuntungan kapital karena sebagian saham dipegang oleh orang-orang yang berpendapatan tinggi dan konsumsi mereka tidak terpengaruh oleh perubahan jangka pendek dalam harga surat berharga tersebut. Sebaliknya Kul B. Bhatia dan Barry Bosworth menemukan hubungan yang positif antara konsumsi dengan keuntungan kapital.

e. Tingkat Harga

Naiknya pendapatan nominal yang disertai dengan naiknya tingkat harga dengan proporsi yang sama tidak akan mengubah konsumsi riil. Bila seseorang tidak mengubah konsumsi riilnya walaupun ada kenaikan pendapatan nominal dan tingkat harga secara proporsional, maka ia dinamakan bebas dari ilusi uang (money illusion) seperti halnya pendapat ekonomi kasik. Sebaliknya bila mereka mengubah konsumsi riilnya maka dikatakan mengalami “ilusi uang” seperti yang dikemukakan Keynes.


(48)

f. Barang Tahan Lama

Barang tahan lama adalah barang yang dapat dinikmati sampai pada masa yang akan datang (biasanya lebih dari satu tahun). Adanya barang tahan lama ini menyebabkan timbulnya fluktuasi pengeluaran konsumsi. Seseorang yang memiliki banyak barang tahan lama, seperti lemari es, perabotan, mobil, sepeda motor, tidak membelinya lagi dalam waktu dekat. Akibatnya pengeluaran konsumsi untuk jenis barang seperti ini cenderung menurun pada masa (tahun) yang akan datang. Pengeluaran konsumsi untuk jenis barang ini menjadi berfluktuasi sepanjang waktu, sehingga pada periode tersebut pengeluaran konsumsi secara keseluruhan juga berfluktuasi.

g. Kredit

Kredit yang diberikan oleh sektor perbankan sangat erat hubungannya dengan pengeluaran konsumsi yang dilakukan rumah tangga. Adanya kredit menyebabkan rumah tangga dapat membeli barang pada waktu sekarang dan pembayarannya dilakukan di kemudian hari. Namun demikian, ini tidak berarti bahwa adanya fasilitas kredit menyebabkan rumah tangga akan melakukan konsumsi yang lebih banyak, karena apa yang mereka beli sekarang harus dibayar dengan penghasilan yang akan datang. Konsumen akan memperhitungkan beberapa hal dalam melakukan pembayaran dengan cara kredit, misalnya tingkat bunga, uang muka dan waktu pelunasannya. Tingkat bunga tidak merupakan faktor dominan dalam memutuskan pembelian dengan cara kredit, sebagaimana faktor-faktor yang lain seperti uang muka dan waktu pelunasan. Kenaikan uang muka akan menurunkan jumlah uang yang


(49)

hurus dibayar secara kredit. Sedangkan semakin panjang waktu pelunasan akan meningkatkan jumlah uang yang harus dibayar dengan kredit. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak adanya kejelasan mengenai pengaruh kredit terhadap pengeluaran konsumsi.

h. Ekspektasi

Ekspektasi mengenai keadaan di masa mendatang sangat mempengaruhi konsumsi pada saat ini. Keyakinan bahwa di masa mendatang akan memperoleh pendapatan yang lebih tinggi dari masa sekarang akan merangsang rumah tangga untuk meningkatkan konsumsinya pada saat ini. Juga perkiraan inflasi yang tinggi di masa mendatang akan mendorong kepada peningkatan konsumsi di masa kini.

2.6. Kaitannya dengan Konsumsi

A. Pendapatan Nasional

Teori yang dikemukakan oleh Keynes dinamakan hipotesis pendapatan mutlak (absolute income hypothesis). Ciri-ciri penting dari konsumsi rumah tangga dalam teori pendapatan mutlak, yang pertama faktor penentu terpenting besarnya pengeluaran konsumsi rumah tangga baik perorangan maupun keseluruhan pada suatu periode adalah pendapatan disposibel yang diterima dalam periode tersebut. Terdapat hubungan yang positif diantara konsumsi atau pendapatan disposibel, yaitu semakin tinggi pendapatan disposibel semakin banyak tingkat konsumsi yang dilakukan rumah tangga. Ciri ini sesuai dengan sifat manusia yang telah di observasi dalam teori


(50)

untuk memenuhi keinginannya tersebut dibatasi oleh perubahan faktor-faktor produksi atau pendapatan yang dimilikinya. Maka semakin tinggi pendapatan, semakin banyak pula pembelanjaan rumah tangga. Bentuk umum dari fungsi konsumsi Keynes:

Y = Co + cY ………..(xv)

Di mana: C = Konsumsi Y = Pendapatan

Co = Konsumsi otonom (intercept)

C = slope = MPC (Marginal Propensity to Consume)

C APC = --- Y dc MPC= --- = b dy

B. Inflasi

Terdapat setidaknya 3 teori yang membahas tentang inflasi yaitu teori kuantitas, teori Keynes dan teori strukturalis. Teori kuantitas menyebutkan bahwa inflasi karena dua hal yaitu kenaikan jumlah uang beredar dan harapan masyarakat akan kenaikan harga di masa yang akan datang. Sementara teori Keynes menyatakan bahwa inflasi terjadi karena masyarakat hidup di luar kemampuan ekonominya, artinya masyarakat selalu meminta lebih dari yang dapat dihasilkan atau diproduksikan. Sedangkan teori strukturalis menyatakan bahwa inflasi itu sebagai


(51)

sesuatu yang berakar dari adanya berbagai kendala (constrain) atau kekakuan struktural (structural rigidities) termasuk di dalamnya kelembagaan yang ada di dalam perekonomian negara-negara sedang berkembang (Nanga, 2005). Kendala diidentifikasikan seperti kendala penawaran bahan pangan yang bersifat inelastis, kendala devisa, timbul karena tidak mampu memenuhi kebutuhan akan barang impor yang meningkat berkenaan dengan usaha-usaha pembangunan yang semakin cepat, pertumbuhan penduduk, dan upaya industrialisasi yang pesat dengan teknologi terbatas. Kekurangan barang impor dan meningkatnya harga barang impor mendorong negara tersebut mendevaluasikan mata uangnya yang akan menambah tekanan inflasi. Serta kendala fiskal yaitu tidak mencukupinya sumber daya keuangan dalam negeri.

Selanjutnya kaum strukturalis mengatakan bahwa inflasi merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindarkan oleh perekonomian yang sedang berkembang, inflasi merupakan sesuatu yang melekat (inheren) di dalam proses pembangunan ekonomi itu sendiri. Inflasi memiliki hubungan dengan daya beli masyarakat sehingga dapat berdampak pada menurunnya konsumsi masyarakat.

C. Suku Bunga

Terdapat teori yang menerangkan tentang tingkat bunga. Menurut teori Keynes tingkat bunga ditentukan oleh sektor riil dan sektor moneter. Keynes membedakan permintaan uang menurut motivasi masyarakat untuk memegang uang menjadi tiga yaitu untuk berjaga-jaga, transaksi dan motif spekulasi, yakni


(52)

bunga menurut arbitrasi, tingkat harga barang dan jasa maupun tingkat suku bunga di dalam perekonomian yang relatif dan terbuka penuh terhadap perekonomian dunia yang cenderung sama dengan dunia internasional. Seperti yang kita ketahui bahwa konsumsi mempunyai hubungan yang erat dengan tingkat tabungan, tabungan merupakan bagian dari pendapatan yang tidak dikonsumsi atau dibelanjakan. Suku bunga mempengaruhi pengeluaran konsumsi masyarakat melalui tabungan. Semakin tinggi tingkat bunga, semakin besar pula jumlah uang yang ditabung sehingga semakin kecil uang yang dibelanjakan untuk konsumsi. Sebaliknya semakin rendah tingkat bunga, maka jumlah uang yang ditabung semakin rendah yang berarti semakin besar uang digunakan untuk konsumsi. Jadi hubungan antara konsumsi dan suku bunga mempunyai arah yang bertentangan, di mana suku bunga yang meningkat akan mengurangi pola konsumsi masyarakat (Sukirno, 2003).

D. Populasi Penduduk

Secara teori dijelaskan bahwa kebutuhan akan meningkat seiring dengan meningkatnya populasi penduduk. Konsumsi merupakan salah satu kegiatan ekonomi keluarga untuk memenuhi berbagai kebutuhan barang dan jasa. Konsumsi sering dijadikan indikator kesejahteraan keluarga, makin besar pengeluaran untuk konsumsi barang dan jasa, makin tinggi tahap kesejahteraan keluarga tersebut. Secara makro hal ini tergambarkan dalam perubahan pendapatan nasional (pertumbuhan ekonomi).


(53)

2.7. Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai analisis konsumsi masyarakat di Indonesia sebelumnya telah dilakukan. Beberapa penelitian yang pernah dilakukan adalah tentang konsumsi masyarakat di Indonesia dan penelitian tersebut antara lain adalah Isyani dan Maulidyah Indira Hasmarini, penelitian dengan judul Analisis Konsumsi di Indonesia Tahun 1989-2002 (Tinjauan terhadap Hipotesis Keynes dan Post Keynes). Setelah diadakan analisa data dengan menggunakan regresi linear berganda menghasilkan beberapa kesimpulan. Hasil perhitungan berdasarkan model PAM, elastisitas jangka panjang lebih besar dari pada jangka pendek. Artinya elastisitas jangka panjang tidak dipengaruhi lagi oleh pengeluaran konsumsi sebelumnya. Berdasarkan uji asumsi klasik tidak ada gejala multikolinearitas, heteroskedastisitas, dan autokorelasi. Hasil dari uji t (uji secara individual) menunjukkan pendapatan nasional, suku bunga riil dan konsumsi tahun sebelumnya berpengaruh secara signifikan terhadap konsumsi di Indonesia pada tingkat á = 1%, dan investasi saham, jumlah uang beredar serta pajak pendapatan atau penghasilan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap konsumsi pada tingkat á sampai dengan 10%. Berdasarkan hasil uji F dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan. Ini berarti secara bersama-sama variabel bebas mempengaruhi variabel tidak bebas atau model yang digunakan cukup baik. Berdasarkan koefisien determinasi majemuk (R²) variasi konsumsi masyarakat

dapat dijelaskan oleh variasi variabel pendapatan nasional, suku bunga riil, investasi, saham, jumlah uang beredar dan pajak penghasilan. Sementara sisanya 0,45%


(54)

Dalam penelitian Siti Fatimah Nurhayati dan Masagus Rachman (2003), dengan judul “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Fungsi Konsumsi Masyarakat di Propinsi Jawa Tengah pada Tahun 2000”. Penelitian ini menggunakan metode regresi linier berganda dengan variabel PDRB, jumlah penduduk, inflasi. Dari hasil uji hipotesis PDRB mempunyai pengaruh positif terhadap pengeluaran konsumsi masyarakat. Pada tingkat á = 1% dan hasil regresi yang diperoleh dari nilai koefisien sebesar 0,403 yang menunjukkan bahwa setiap kenaikan 1 juta rupiah PDRB, maka akan menyebabkan pengeluaran konsumsi masyarakat akan naik sebesar 0,403 juta rupiah. Hubungan tersebut sesuai dengan teori yang ada di mana fungsi konsumsi menunjukkan hubungan antara tingkat konsumsi dan tingkat pendapatan. Apabila pendapatan meningkat maka konsumsi juga akan meningkat.

Syahruddin dalam penelitiannya tentang “Fungsi Konsumsi Kenyataannya di Sumatera Barat” yang termuat dalam ekonomi dan keuangan Indonesia, vol XXIX, No. 2, Juni 1981, meliputi tentang faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen (rumah tangga) dalam membelanjakan pendapatannya. Dalam penelitian ini konsumsi dipengaruhi oleh pendapatan setelah dikurangi pajak, jumlah penduduk (jumlah anggota rumah tangga), jumlah harta lancar dan harta tetap yang dimiliki. Studi tersebut menyimpulkan bahwa konsumsi tidak hanya dipengaruhi oleh pendapatan setelah dikurangi pajak, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor lainnya. Sedangkan pendapatan setelah dikurangi pajak ternyata merupakan variabel yang mempunyai pengaruh yang paling menentukan. Selanjutnya dapat disimpulkan bahwa penduduk, harta lancar, dan harta tidak lancar merupakan variabel penerang konsumsi. Ketiga


(55)

variabel ini ternyata mempunyai pengaruh positif terhadap besarnya konsumsi rumah tangga. Hasrat konsumsi marginal (MPC) untuk keseluruhan pengamatan adalah 0,75. Angka ini adalah 0,75 dan 0,64 untuk daerah kota dan desa masing-masingnya. Dengan menggunakan t dan chow test ternyata bahwa perbedaannya mempunyai tingkat keberartian yang tinggi sekali (pada derajat kepercayaan 1%).

Penelitian ini berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari variabel-variabel yang digunakan, metode penelitian, kurun waktu penelitian serta data dan jumlah data yang digunakan. Dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu data tahun 1984-2007 (24 observasi) yang bersumber dari Biro Pusat Statistik (BPS), Laporan Bank Indonesia dalam berbagai tahun penerbitan serta menggunakan metode pendekatan Distributed Lag. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini pendapatan riil (PDRB riil) yang melihat pada PDRB sekarang dan PDRB tahun lalu (lag), suku bunga deposito, dan populasi penduduk, dalam mempengaruhi keputusan konsumsi masyarakat. Perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Isyani dan Maulidyah Indira Hasmarini, penelitian dengan judul Analisis Konsumsi di Indonesia Tahun 1989-2002 (Tinjauan terhadap Hipotesis Keynes dan Post Keynes) menggunakan model analisis penyesuaian stok atau penyesuaian parsial (PAM: Partial Adjustment Model) dengan variabel pendapatan nasional, suku bunga riil, investasi saham, jumlah uang beredar, pajak pendapatan atau penghasilan dan konsumsi tahun sebelumnya. Hasil perhitungan berdasarkan model PAM, elastisitas


(56)

panjang tidak dipengaruhi lagi oleh pengeluaran konsumsi sebelumnya. Berdasarkan uji asumsi klasik tidak ada gejala multikolinearitas, heteroskedastisitas, dan autokorelasi. Hasil dari uji t (uji secara individual) menunjukkan pendapatan nasional, suku bunga riil dan konsumsi tahun sebelumnya berpengaruh secara signifikan terhadap konsumsi di Indonesia pada tingkat á = 1% dan investasi saham, jumlah uang beredar dan pajak pendapatan atau penghasilan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap konsumsi pada tingkat á sampai dengan 10%.

Penelitian yang dilakukan oleh Nurhayati dan Rachman (2003), dengan judul

“Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Fungsi Konsumsi Masyarakat

di Propinsi Jawa Tengah pada Tahun 2000” menggunakan metode regresi linier

berganda dengan variabel PDRB, jumlah penduduk, inflasi. Dari hasil uji hipotesis PDRB mempunyai pengaruh positif terhadap pengeluaran konsumsi masyarakat. Pada tingkat á = 1% dan hasil regresi yang diperoleh dari nilai koefisien sebesar 0,403 yang menunjukkan bahwa setiap kenaikan 1 juta rupiah PDRB, maka akan menyebabkan pengeluaran konsumsi masyarakat akan naik sebesar 0,403 juta rupiah. Penelitian yang dilakukan oleh Syahruddin merupakan studi kasus yang dilakukan dengan tujuan untuk membuktikan apakah MPC di daerah kota lebih tinggi dari MPC di desa Sumatera Barat dengan menggunakan data primer yang diambil secara random (cluster random sampling) yaitu sejumlah 1.142 rumah tangga yang terdiri dari 645 rumah tangga di daerah kota dan 497 rumah tangga di daerah desa, di mana variabel-variabel yang mempunyai fungsi konsumsi masyarakat antara lain pendapatan setelah dikurangi pajak, jumlah penduduk, jumlah harta lancar dan harta


(57)

tetap yang dimiliki dan penelitian ini menggunakan dua persamaan regresi, menggunakan pengujian Chow Test yaitu pengujian menggunakan F-test untuk menguji perbedaan persamaan garis dan digunakan pengujian yang dikembangkan yaitu pengujian yang tergolong kepada t-test, sebab t-test mempunyai kemampuan untuk menguji koefisien dari dua persamaan yang ada.

2.8. Kerangka Pemikiran

Pengeluaran konsumsi masyarakat merupakan salah satu variabel makroekonomi, yang juga komponen tunggal terbesar dari GNP, yang mempunyai hubungan erat dengan pendapatan dan tabungan. J.M. Keynes seorang ahli ekonomi Inggris, telah menjadikan konsumsi sebagai elemen primer dalam pemikiran ekonominya, yang cenderung memperlakukan konsumsi sebagai hal yang ekuivalen dengan permintaan. Hal ini sesuai dengan pernyataannya. “Konsumsi menimbulkan

permintaan dan permintaan menimbulkan baik produksi maupun modal, di mana modal merupakan suatu faktor produksi. Bersama-sama dengan investasi, konsumsi merupakan dasar permintaan efektif (effective demand)”. Keynes juga mengasumsikan bahwa, apabila pendapatan meningkat maka meningkat pula pendapatan disposibel sekarang maupun pendapatan nasional sekarang. Di Propinsi Sumatera Utara variabel konsumsi juga berperan penting dalam pertumbuhan ekonomi. Dari data yang disajikan pada Bab I terlihat sumbangan konsumsi sebesar 58,00 persen berdasarkan alokasi penggunaannya dalam membentuk PDRB, tertinggi


(58)

dikonsumsi oleh rumah tangga. Namun perubahan ekonomi yang begitu cepat juga berpengaruh terhadap konsumsi masyarakat. Perubahan konsumsi dilihat dari perubahan pendapatan baik itu pendapatan tahun lalu atau pendapatan sekarang yang di proksi ke dalam PDRB, suku bunga deposito, dan populasi masyarakat Sumatera Utara. Perilaku konsumsi rumah tangga dilihat dari kecenderungan mengkonsumsi marginal selama periode penelitian.

Gambar 2.2. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsumsi Masyarakat di Propinsi Sumatera Utara

PDRB

Pada tahun t-1

Tingkat Suku Bunga PDRB Riil

Pada Tahun t

Populasi K

O N S U M S


(59)

2.9. Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan dugaan awal yang masih bersifat sementara yang akan dibuktikan kebenarannya setelah data empiris diperoleh. Berdasarkan deskripsi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian dan kerangka pemikiran di atas maka hipotesis penelitian konsumsi masyarakat di Propinsi Sumatera Utara dapat dikemukakan sebagai berikut:

1. PDRB riil berpengaruh positif terhadap konsumsi di Propinsi Sumatera Utara, ceteris paribus.

3. PDRB riil tahun lalu berpengaruh positif terhadap konsumsi di Propinsi Sumatera Utara, ceteris paribus.

4. Tingkat suku bunga berpengaruh negatif terhadap konsumsi di Propinsi Sumatera Utara, ceteris paribus.

5. Populasi berpengaruh positif terhadap konsumsi di Propinsi Sumatera Utara, ceteris paribus.


(60)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pola pengeluaran konsumsi masyarakat di Sumatera Utara dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Variabel-variabel yang diteliti adalah: Pengeluaran konsumsi, PDRB riil, tingkat suku bunga, tingkat inflasi, dan populasi penduduk yang terdapat di Sumatera Utara.

3.2. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data terutama diperoleh dari Badan Pusat Statistik Sumatera Utara (tahun 1984-2008), data hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2007, laporan tahunan Bank Indonesia (tahun 1984-2009), dan sumber-sumber lain yang terkait. Untuk mendukung data pokok juga dikumpulkan berbagai data tambahan yang mendukung penelitian yang diperoleh melalui tulisan-tulisan ilmiah, jurnal dan literatur-literatur yang membahas masalah yang termaksud di atas.

3.3. Model Analisis

Hubungan konsumsi masyarakat dengan faktor-faktor yang mempengaruhi dapat diformulasikan sebagai berikut:


(1)

Lampiran 10. Tabel Output Stationeritas PDRB Pada 1

st

Difference

Null Hypothesis: D(PDRB) has a unit root

Exogenous: Constant

Lag Length: 0 (Automatic based on AIC, MAXLAG=2)

t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -4.623947 0.0015 Test critical values: 1% level -3.769597

5% level -3.004861

10% level -2.642242

*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(PDRB,2) Method: Least Squares

Date: 02/19/10 Time: 00:46 Sample(adjusted): 1986 2007

Included observations: 22 after adjusting endpoints

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. D(PDRB(-1)) -1.030680 0.222900 -4.623947 0.0002

C 4484321. 2384601. 1.880533 0.0747

R-squared 0.516685 Mean dependent var 286049.9 Adjusted R-squared 0.492519 S.D. dependent var 14518024 S.E. of regression 10342302 Akaike info criterion 35.22789 Sum squared resid 2.14E+15 Schwarz criterion 35.32708 Log likelihood -385.5068 F-statistic 21.38089 Durbin-Watson stat 2.007011 Prob(F-statistic) 0.000164


(2)

Lampiran 11. Tabel Output Stationeritas PDRB

t-1

Pada 1

st

Difference

Null Hypothesis: D(PDRB1) has a unit root Exogenous: Constant

Lag Length: 0 (Automatic based on AIC, MAXLAG=2)

t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -4.598563 0.0016 Test critical values: 1% level -3.769597

5% level -3.004861

10% level -2.642242

*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(PDRB1,2) Method: Least Squares

Date: 02/19/10 Time: 00:48 Sample(adjusted): 1986 2007

Included observations: 22 after adjusting endpoints

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. D(PDRB1(-1)) -1.025767 0.223062 -4.598563 0.0002

C 4172584. 2372393. 1.758808 0.0939

R-squared 0.513935 Mean dependent var 220273.4 Adjusted R-squared 0.489632 S.D. dependent var 14517936 S.E. of regression 10371619 Akaike info criterion 35.23355 Sum squared resid 2.15E+15 Schwarz criterion 35.33274 Log likelihood -385.5691 F-statistic 21.14679 Durbin-Watson stat 2.004953 Prob(F-statistic) 0.000174


(3)

Lampiran 12. Tabel Output Stationeritas Populasi Pada 1

st

Difference

Null Hypothesis: D(POP) has a unit root

Exogenous: Constant

Lag Length: 0 (Automatic based on AIC, MAXLAG=2)

t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -6.663265 0.0000 Test critical values: 1% level -3.769597

5% level -3.004861

10% level -2.642242

*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(POP,2)

Method: Least Squares Date: 02/19/10 Time: 00:48 Sample(adjusted): 1986 2007

Included observations: 22 after adjusting endpoints

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. D(POP(-1)) -1.396865 0.209637 -6.663265 0.0000

C 224533.2 49158.77 4.567512 0.0002

R-squared 0.689437 Mean dependent var 7654.909 Adjusted R-squared 0.673908 S.D. dependent var 302595.0 S.E. of regression 172795.1 Akaike info criterion 27.04411 Sum squared resid 5.97E+11 Schwarz criterion 27.14329 Log likelihood -295.4852 F-statistic 44.39910 Durbin-Watson stat 1.712641 Prob(F-statistic) 0.000002


(4)

Lampiran 13. Tabel Output Stationeritas Suku Bunga Deposito

Pada 1

st

Difference

Null Hypothesis: D(SB) has a unit root Exogenous: Constant

Lag Length: 1 (Automatic based on AIC, MAXLAG=2)

t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -5.259951 0.0004 Test critical values: 1% level -3.788030

5% level -3.012363

10% level -2.646119

*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(SB,2)

Method: Least Squares Date: 02/19/10 Time: 00:49 Sample(adjusted): 1987 2007

Included observations: 21 after adjusting endpoints

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. D(SB(-1)) -1.477889 0.280970 -5.259951 0.0001 D(SB(-1),2) 0.467215 0.198582 2.352752 0.0302

C -0.425202 0.571338 -0.744222 0.4663

R-squared 0.641754 Mean dependent var 0.190000 Adjusted R-squared 0.601949 S.D. dependent var 4.053496 S.E. of regression 2.557403 Akaike info criterion 4.847426 Sum squared resid 117.7256 Schwarz criterion 4.996643 Log likelihood -47.89797 F-statistic 16.12239 Durbin-Watson stat 1.936491 Prob(F-statistic) 0.000097


(5)

Lampiran 14. Corrrelation Matrix

KONS PDRB PDRB1 POP SB

KONS 1.000000 0.926005 0.952972 0.798816 -0.723835 PDRB 0.926005 1.000000 0.959373 0.829495 -0.626487 PDRB1 0.952972 0.959373 1.000000 0.821067 -0.645810 POP 0.798816 0.829495 0.821067 1.000000 -0.591690 SB -0.723835 -0.626487 -0.645810 -0.591690 1.000000

Lampiran 15. Grafik Perkembangan Konsumsi di Sumatera Utara

-10,000,000.00 20,000,000.00 30,000,000.00 40,000,000.00 50,000,000.00 60,000,000.00 70,000,000.00

1984 1986 1988 1990 1992 1994 1996 1998 2000 2002 2004 2006


(6)

Lampiran 16. Grafik Perkembangan PDRB di Sumatera Utara

0 20,000,000 40,000,000 60,000,000 80,000,000 100,000,000 120,000,000

1984 1986 1988 1990 1992 1994 1996 1998 2000 2002 2004 2006 Tahun

J

u

ta

R

p

Lampiran 17. Grafik Perkembangan Suku Bunga di Sumatera Utara

0 5 10 15 20 25

1984 1986 1988 1990 1992 1994 1996 1998 2000 2002 2004 2006

Tahun

P

e

rs

e