Pemilihan Hewan Coba Prosedur Operasional Pembuatan Slide

5. Impregnansi Impregnansi dilakukan dengan menggunakan parafin selama 1 jam dalam oven suhu 65oC. 6. Embedding • Sisa paraffin yang ada pada pan dibersihkan dengan memanaskan beberapa saat di atas api dan diusap dengan kapas. • Paraffin cair disiapkan dengan memasukkan paraffin ke dalam cangkir logam dan dimasukkan dalam oven pada suhu diatas 58 C. • Paraffin cair dituangkan ke dalam pan. • Dipindahkan satu per satu dari tissue casette ke dasar pan dengan mengatur jarak yang satu dengan yang lainnya. • Pan dimasukkan ke dalam air. • Paraffin yang berisi potongan aorta dilepaskan dari pan dengan dimasukkan ke dalam suhu 4−6 C beberapa saat. • Paraffin dipotong sesuai dengan letak jaringan yang ada dengan menggunakan skalpelpisau hangat. • Lalu diletakkan pada balok kayu, diratakan pinggirnya dan dibuat ujungnya sedikit meruncing 7. Cutting •.Pemotongan dilakukan pada ruangan dingin. • Sebelum memotong, blok didinginkan terlebih dahulu di lemari es. • Dilakukan pemotongan kasar, lalu dilanjutkan dengan pemotongan halus dengan ketebalan 4−5 mikron. Pemotongan dilakukan menggunakan rotary microtome dengan disposable knife. • Dipilih lembaran potongan yang paling baik, diapungkan pada air dan dihilangkan kerutannya dengan cara menekan salah satu sisi lembaran jaringan tersebut dengan ujung jarum dan sisi yang lain ditarik menggunakan kuas runcing. • Lembaran jaringan dipindahkan ke dalam water bath pada suhu 60 C selama beberapa detik sampai mengembang sempurna. • Dengan gerakkan menyendok, lembaran jaringan tersebut diambil dengan slide bersih dan ditempatkan di tengah atau pada sepertiga atas atau bawah. • Slide yang berisi jaringan ditempatkan pada inkubator Suhu 37 C selama 24 jam sampai jaringan melekat sempurna. 8. Straining Pewarnaan Menggunakan prosedur Pulasan Hematoksilin–Eosin: Setelah jaringan melekat sempurna pada slide, dipilih slide yang terbaik selanjutnya secara berurutan memasukkan ke dalam zat kimia di bawah ini dengan waktu sebagai berikut. a. Dilakukan deparafinisasi dalam: • Larutan xylol I selama 5 menit • Larutan xylol II selama 5 menit • Ethanol absolut selama 1 jam b. Hidrasi dalam: • Alkohol 96 selama 2 menit • Alkohol 70 selama 2 menit • Air selama 10 menit c. Pulasan inti dibuat dengan menggunakan: • Haris hematoksilin selama 15 menit • Air mengalir • Eosin selama maksimal 1 menit d. Lanjutkan dehidrasi dengan menggunakan: • Alkohol 70 selama 2 menit • Alkohol 96 selama 2 menit • Alkohol absolut 2 menit e. Penjernihan: • Xylol I dan Xylol II selama 2 menit 9. Mounting Setelah pewarnaan selesai, slide ditempatkan di atas kertas tisu pada tempat datar, ditetesi dengan bahan mounting yaitu entelan dan ditutup dengan deck glass, cegah jangan sampai terbentuk gelembung udara. 10. Evaluasi Histopatologi Slide dikirim ke Laboratorium Patologi Anatomi, diperiksa dibawah mikroskop cahaya dan dibaca oleh ahli histologi dan patologi anatom dengan menggunakan mikroskop cahaya pembesaran 100 kali.

3.7. Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data dan analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis statistik. Analisi statistik yang digunakan adalah analisis univariat untuk menilai normalitas dan homogenitas data dan analisis bivariat untuk menilai tingkat perbedaan antara variabel bebas dan variabel terikat. 1. Analisis univariat untuk menilai apakah data terdistribusi normal. Analisis univariat yang dilakukan adalah uji normalitas Shapiro-Wilk dikarenakan jumlah sampel 50 2. Analis bivariat yang dilakukan menggunakan uji parametrik One Way ANOVA karena data ditemukan terdistribusi normal dan homogen. 3. Pada uji One Way ANOVA memberikan hasil 0,05 hipotesis diterima lalu dilakukan dengan menggunakan analisis post-hoc Tamhane untuk menilai kebermaknaan antar kelompok.. Data dilakukan analisis dengan menggunakan program analisis data. Untuk uji normalitas data dilakukan uji Shapiro-Wilk karena jumlah sampel 50. Lalu dilakukan uji homogenitas dengan uji Levene. Distribusi data normal tetapi data tidak homogen lalu dilanjutkan dengan uji One way Annova, kemudian dilanjutkan dengan post hoc Tamhane untuk mengetahui kelompok mana yang berbeda secara bermakna.

3.8. Diagram Alur

Gambar 8. Diagram Alur Penelitian Fiksasi sampel dengan formalin 10 Pembuatan sediaan Hematoxylin-Eosin Pengamatan Interpretasi hasil pengamatan Pemberian aquades 1,5mLhari. Pemberian Minyak jelantah 1,5mLhari. Dengan frekuensi 1kali penggorengan Pemberian Minyak jelantah 1,5mLhari. Dengan frekuensi 4kali penggorengan Pemberian Minyak jelantah 1,5mLhari. Dengan frekuensi 8kali penggorenga Tikus dianestesi dengan Ketamine-xylazine 75-100mgkg + 5-10mgkg secara IP Lakukan laparotomi lalu ambil organ aorta abdominal tikus Eutanasia dengan metode cervical dislocation K P1 P2 P3 Tikus diadaptasikan selama 7 hari Tikus diberikan perlakuan selama 28 hari P4 Pemberian Minyak jelantah 1,5mLhari dengan frekuensi 12kali penggorengan

3.9. Etika Penelitian

Ethical clearance penelitian ini telah disetujui oleh Komisi Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Lampung dengan No.086UN26.8DL20177

Dokumen yang terkait

Pengaruh Hormon Testosteron Undekanoat (TU) Dan Medroksiprogesteron Asetat (MPA) Terhadap Konsentrasi Spermatozoa dan Histologi Spermatogenesis Tikus Jantan (Rattus Novergicus L) Galur Sprague Dawley

4 46 157

Uji Efek Antifertilitas Serbuk Bawang Putih (Allium Sativum L.) Pada Tikus Jantan (Rattus Novergicus) Galur Sprague Dawley Secara In Vivo Dan In Vitro

3 25 115

Uji Aktivitas Ekstrak Etanol 96% Daun Sambiloto (Andrographis paniculata (Burm.f.) Nees) Terhadap Kualitas Sperma Pada Tikus Jantan Galur Sprague- Dawley Secara In Vivo dan Aktivitas Spermisidal Secara In Vitro

0 15 104

PENGARUH PEMBERIAN HERBISIDA PARAQUAT DIKLORIDA PER−ORAL TERHADAP DERAJAT KERUSAKAN ESOFAGUS TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) JANTAN GALUR Sprague dawley

6 31 68

PENGARUH PEMBERIAN MINYAK ZAITUN DAN MADU TERHADAP KADAR TRIGLISERIDA PADA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) JANTAN GALUR Sprague dawley YANG DIINDUKSI DIET TINGGI LEMAK

2 27 69

PENGARUH PEMBERIAN HERBISIDA GOLONGAN PARAQUAT DIKLORIDA PER-ORAL TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI GINJAL TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) JANTAN GALUR Sprague dawley

3 13 78

PENGARUH PEMBERIAN MINYAK JELANTAH PADA GAMBARAN HISTOPATOLOGI MIOKARDIUM TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) JANTAN GALUR Sprague dawley

0 4 65

PERBEDAAN ANGKA RESORPSI FETUS TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) GALUR SPRAGUE DAWLEY TERHADAP PEMBERIAN ASAM FOLAT

1 14 63

PENGARUH PEMBERIAN MINYAK JELANTAH TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI ARTERI KORONARIA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) JANTAN GALUR Sprague dawley

0 13 66

PENGARUH PEMBERIAN MINYAK JELANTAH TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI GINJAL TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) JANTAN GALUR Sprague dawley

0 26 71