Sejarah Kesultanan Deli HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Sejarah Kesultanan Deli

Di antara selat Malaka yaitu dari muara Sungai Labu dalam Utara perbatasan Langkat sampai sungai Pematang Oni di Selatan yang berbatasan dengan Serdang berdiri sebuah kesultanan yaitu Kesultanan Deli. Asal mula kata Deli adalah berasal dari kata Delhi, yang merupakan tempat asalnya yaitu India. Dapat dilihat bahwa nama Deli sangat berkaitan dengan Delhi, bahwa asal mereka berasal dari negri Hindustan India. Itulah kaitannya maka kerajaan yang didirikannya di beri nama Deli. Sinar, 2006 Berdirinya Kesultanan Deli sangat sering dikaitkan dengan seorang tokoh asal India bernama Gocah Pahlawan. Gocah Pahlawan dianggap sebagai nenek moyang rakyat Deli dan Serdang. Menurut Hikayat Deli, 1923 dalam Sinar, 2006, putera seorang Raja di India yang bernama Muhammad Dalikhan merantau ke wilayah Nusantara, namun dalam perjalanan kapalnya karam didekat Kuala Pasai sehingga ia terdampar di Pasai. Tidak lama setelah peristiwa tersebut ia pun pergi ke Negeri Aceh. Pada waktu Sultan Aceh yang bernama Sultan Iskandar Muda sedang mendapat kesulitan menaklukkan 7 orang Rum Turki yang mengacau negeri Aceh, Muhammad Dalikhan membantu Sultan dengan membunuhi satu persatu para pengacau tersebut. Ia menyaru dengan nama Lebai Hitam. Atas jasanya maka Sultan Aceh mengaruniakan gelar Laksmana Kuda Bintan dan ia diangkat menjadi Laksamana Aceh. Kemudian ia dapat pula mengalahkan gajah “gandasuli”. Maka dinaikkan pangkatnya lagi menjadi Gocah Universitas Sumatera Utara Pahlawan untuk mengepalai orang-orang besar dan Raja-raja taklukan Aceh. Gocah Pahlawan berhasil lagi mengalahkan Negeri Bintan dan Pahang dan Negeri-negeri Melayu lainnya. Maka ia diberi gelar Sri Paduka Gocah Pahlawan Laksmana Kuda Bintan. Pada 1619 M Sultan Iskandar Muda melakukan politik ekspansi dan penaklukan kerajaan di daerah Deli, khususnya kerajaan Aru yang terletak di Delitua dipimpin oleh Gocah Pahlawan. Dalam sejarah tercatat ada beberapa kali Aceh menyerang Aru yakni pada masa S ultan Alauddin Ri‟ayat Syah Said Al- Mukammal dan Sultan Iskandar Muda Said, 1981 dalam Baiduri, 2012. Keberhasilan Gocah Pahlawan inilah yang membuat Sultan Iskandar Muda mempercayakannya sebagai wakil Aceh yang memerintah di Delitua. Nama Aru kemudian berganti dengan Deli, sebagaimana disebutkan dalam surat Iskandar Muda kepada Raja James I dari Inggris tahun 1615 M sebagai salah satu negeri yang dikuasai Iskandar Muda Husny, 1975 dalam Sinar, 1989. Kekuasaan diberikan oleh Aceh kepada Gocah Pahlawan waktu itu sebagai wakil Sultan Aceh untuk wilayah eks Kerajaan Haru dari batas Tamiang sampai ke sungai Rokan Pasir Ayam Denak yaitu dengan gelar Panglima Deli. Kekuasaan ini diberi oleh Aceh dengan misi: a menghancurkan sisa-sisa perlawanan Haru yang dibantu Portugis; b Mengembangkan misi Islam ke wilayah pedalaman; c Mengatur pemerintahan yang menjadi bagian dari Imperium Aceh. Sri Paduka Gocah Pahlawan Laksamana Kuda Bintan kawin dengan adik raja Sunggal, yaitu Datuk Itam Surbakti yang bernama Puteri Nang Baluan beru Surbakti, sekitar tahun 1632 M. Pada saat itu wilayah Urung asal Karo di Deli Universitas Sumatera Utara ialah Sepuluh Dua Kuta Hamparan Perak; Sukapiring; Patumbak Senembah dan Sunggal. Maka Kerajaan Sunggal yang paling kuat. Oleh karena perkawinan ini, wilayah Pesisir diserahkan kepada Gocah Pahlawan selaku anak beru dari Sunggal. Sedikit demi sedikit Beliau memperluas kekuasaannya dengan mendirikan kampong Gunung Klarus, Sempali, Kota Bangun, Pulau Brayan, Kota Jawa, Kota Rengas, Percut, dan Sigara-gara. Beliau meninggal dunia pada tahun 1641 M makamnya terletak di Batu Jergok, Deli Tua. Selaku pemegang kuasa Sultan Aceh Iskandar Muda yang perkasa pada waktu itu, semua empat kerajaan Karo tersebut bersama-sama mengangkatnya selaku Keuvorst atau Vrederechter atau lazim juga disebut Patih atau Perdana Menteri. Setelah Gocah Pahlawan meninggal dunia kemudian digantikan oleh puteranya yang bernama Tuanku Panglima Perunggit menurut kisahnya, bergelar “Panglima Deli” lahir 1634-1700 M. Panglima Perunggit kawin dengan adik Raja Sukapiring. Kemungkinan beliau perang merebut Kesawan, yang terjadi pada waktu pemerintahan Muhammad Syah di XII Kuta dan Marah Umar di Sukapiring. Di dalam peperangan ini menurut ceritanya dipergunakan pasukan berkuda kavaleri yang pertama sekali. Disebutkan bahwa Deli diancam oleh “Raja Karau”, tetapi kemudian Raja ini dapat ditaklukkan Panglima Perunggit. Selanjutnya kekuasaan Aceh melemah setelah mangkatnya Sultan Iskandar Muda, dan kemudian Aceh diperintah oleh Raja-raja perempuan. Pada 1669 M, Panglima Perunggit memproklamirkan Deli merdeka dari Aceh dan selanjutnya menjalin hubungan dengan Belanda di Melaka. Pada tahun 1700 M Tuanku Panglima Perunggit wafat dan kemudian tahta kesultanan digantikan oleh keturunannya Universitas Sumatera Utara secara turun-menurun. Mengenai adat dan kebudayaan yang di pakai di negeri Deli adalah adat dan budaya Melayu, yang menapis dan memasukkan juga unsur- unsur kebudayaan lainnya yang positif ke dalam kebudayaan Melayu guna mencapai perpaduan masyarakat yang kompak dan harmonis. Secara keseluruhan raja atau sultan yang pernah bertahta di Kerajaan Deli adalah sebagai berikut: Sumber: Sinar 1989 No. Nama Sultan Peran 1. Tuanku Panglima Gocah Pahlawan 1632- 1669 Mendirikan Kesultanan Deli dan memusatkan pemerintahan di Deli Tua 2. Tuanku Panglima Parunggit 1669-1698 Memindahkan pemerintahan ke Medan 3. Tuanku Panglima Padrap 1698-1728 4. Tuanku Panglima Pasutan 1728-1761 Memindahkan pemerintahan ke Labuhan Deli 5. Tuanku Panglima Gandar Wahid 1761- 1805 6. Sultan Amaluddin Mangedar Alam 1805- 1850 7. Sultan Osman Perkasa Alamsyah 1850- 1858 8. Sultan Mahmud Perkasa Alam 1858-1873 9. Sultan Ma‟moen Al Rasyid Perkasa Alam 1873-1924 Memindahkan pemerintahan kembali ke Medan 10. Sultan Amaluddin Al Sani Perkasa Alam 1924-1945 11. Sultan Osman Al Sani Perkasa Alam 1945- 1967 12. Sultan Azmy Perkasa Alam 1967-1998 13. Tuanku Otteman Mahmud Perkasa Alam 1998-sekarang Tabel 4.1 Nama Sultan di Kerajaan Deli

4.2 Istana Maimun