Penilaian Status Gizi LANDASAN TEORI .1

2.1.2 Penilaian Status Gizi

Untuk mengetahui status gizi, yaitu ada tidaknya malnutrisi pada individu atau masyarakat diperlukan Penilaian Status Gizi PSG. Definisi dari PSG adalah interpretasi dari data yang didapatkan dengan menggunakan berbagai metode untuk mengidentifikasi populasi atas individu yang berisiko atau dengan status gizi buruk. Metode dalam PSG dibagi dalam tiga kelompok. Kelompok pertama, metode secara langsung yang terdiri dari penilaian dengan melihat tanda klinis, tes laboratorium, metode biofisik, dan pengukuran antropometri. Kelompok kedua, penilaian dengan melihat statistik kesehatan yang biasa disebut PSG tidak langsung karena tidak menilai individu secara langsung. Kelompok ketiga, penilaian dengan melihat variabel ekologi Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat UI, 2010. Secara tidak langsung status gizi masyarakat dapat diketahui berdasarkan penilaian terhadap data kuantitatif maupun kualitatif konsumsi pangan. Informasi tentang konsumsi pangan dapat diperoleh melalui survei yang akan menghasilkan data kuantitatif jumlah dan jenis pangan dan kualitatif frekuensi makan dan cara mengolah makanan. Penentuan status gizi dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu secara biokimia, dietetika, klinik, dan antropometri cara yang paling umum dan mudah digunakan untuk mengukur status gizi di lapangan. Indeks antropometri yang dapat digunakan adalah berat badan per umur BBU, Tinggi Badan per Umur TBU, Berat Badan per Tinggi Badan BBTB, Depkes RI, 2005. 14 Waterlow membedakan antara penyakit KEP yang terjadi akut dan kronis. Indikator yang digunakan meliputi BBTB untuk mencerminkan gangguan gizi yang akut dan menyebabkan wasting kurus-kering, TBU merupakan akibat kekurangan gizi yang berlangsung sangat lama. Akibat anak menjadi pendek untuk umurnya. Klasifikasi menurut Waterlow digambarkan dalam tabel berikut. Tabel 2.1 Klasifikasi Status Gizi Menurut Waterlow Kategori TBU BBTB Gizi lebih 95 90 Gizi baik 90-95 80-90 Gizi kurang 85-90 70-80 Gizi buruk 85 70 Sumber: Supariasa, 2011 Klasifikasi menurut WHO pada dasarnya cara penggolongan indeks sama dengan cara waterlow. Indikator yang digunakan meliputi BBTB, BBU dan TBU. Standar yang digunakan adalah NHCS National Center for Health Statistic, USA. Klasifikasi status gizi menurut WHO digambarkan dalam tabel berikut: Tabel 2.2 Klasifikasi Status Gizi Menurut WHO BBTB BBU TBU Status Gizi Normal Rendah Rendah Baik, pernah kurang Normal Normal Normal Baik Normal Tinggi Tinggi Jangkung, masih baik Rendah Rendah Tinggi Kurang Rendah Rendah Normal Buruk, kurang Rendah Normal Tinggi Kurang 15 Tinggi Tinggi Rendah Lebih, obesitas Tinggi Tinggi Normal Lebih, tidak obesitas Tinggi Normal Rendah Lebih, pernah kurang Sumber: Supariasa, 2011 Tabel 2.3. Kebaikan dan Kelemahan Indeks Antropometri Indeks Kebaikan Kelemahan BBU a. Baik untuk status gizi akutkronis b. Berat badan dapat berfluktuasi c. Sangat sensitif terhadap perubahan kecil Umur sering sulit di- taksir. TBU a. Baik untuk menilai gizi masa lampau b. Ukuran panjang dapat dibuat sendiri c. Murah dan mudah dibawa a. Tinggi badan tidak cepat baik bahkan mungkin turun b. Pengukuran relatif sulit dilakukan karena anak harus berdiri c. Ketetapan umur sulit BBTB a. Tidak memerlukan data umur b. Dapat membedakan proporsi badan a. Membutuhkan 2 macam alat ukur b. Pengukuran relatif lebih lama c. Membutuhkan 2 orang untuk melakukannya Sumber : Keputusan Menteri Kesehatan RI No:920MenkesSKVIII2002 Menurut Etika Proverawati dan Erna Kusuma Wati 2010, penilaian status gizi dibagi menjadi dua yaitu penilaian status gizi secara langsung dan tidak langsung. Penilaian status gizi secara langsung terdiri dari: 1. Antropometri Ditinjau dari sudut pandang gizi, antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh 16 dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Antropometri digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energi, yang terlihat pada pola pertumbuhan fisik, proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot, dan jumlah air dalam tubuh. 2. Klinis Pemeriksaan klinis adalah metode untuk melihat status gizi masyarakat berdasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi dibandingkan ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel seperti kulit, mata, rambut, dan mukosa oral atau pada organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid. Penggunaan metode ini umumnya untuk survei klinis secara cepat rapid clinical survey, dimana semua dirancang untuk mendeteksi secara cepat tanda-tanda klinis umum dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi. Disamping itu digunakan untuk mengetahui tingkat status gizi seseorang dengan melakukan pemeriksaan fisik, yaitu tanda sign dan gejala symptom atau riwayat penyakit. 3. Biokimia Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji secara laboratories yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh, seperti darah, urin, tinja, dan beberapa jaringan tubuh seperti otot dan hati. Banyak gejala klinis yang kurang spesifik, maka penentuan kimia faali 17 dapat lebih banyak menolong untuk menentukan kekurangan gizi yang spesifik. 4. Biofisik Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fungsi khususnya jaringan dan melihat perubahan struktur dari jaringan. Umumnya dapat digunakan dalam situasi tertentu seperti kejadian buta senja epidemik. Cara yang digunakan adalah tes adaptasi gelap. Untuk penilaian gizi secara tidak langsung terdiri dari: 1. Survei konsumsi makanan Survei konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi secara tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi. Data yang dikumpulkan dapat memberikan gambaran tentang konsumsi berbagai zat gizi pada masyarakat, keluarga, dan individu. 2. Statistika Vital Pengukuran status gizi dengan statistik vital adalah dengan menganalisis data beberapa statistik kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian, serta data-data lainnya yang berhubungan dengan gizi. 3. Faktor Ekologi Bengoa mengungkapkan bahwa malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil interaksi beberapa faktor fisik, biologis, dan 18 lingkungan budaya. Jumlah makanan yang tersedia sangat tergantung dari keadaan ekologi, seperti iklim, tanah, irigasi, dan lain-lain. Pengukuran ekologi dipandang sangat penting untuk mengetahui penyebab malnutirsi di suatu masyarakat sebagai dasar untuk melakukan program intervensi gizi. Sedangkan parameter yang cocok digunakan untuk balita adalah berat badan per umur BBU, tinggi badan per umur TBU, berat badan per tinggi badan BBTB, dan lingkar kepala serta survei konsumsi makanan dengan menggunakan food recall 24 jam yang diberikan pada yang mengasuh balita. Lingkar kepala digunakan untuk memberikan gambaran tentang perkembangan otak. Kurang gizi ini akan berpengaruh pada perkembangan fisik dan mental anak Etika Proverawati dan Erna Kusuma Wati, 2010.

2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status Gizi