Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Buruk Pada Balita di wilayah kerja puskesmas Ciputat Timur

(1)

BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KECAMATAN CIPUTAT TIMUR

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Oleh

Azizatu Zahroh

NIM:108104000026

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2012 M/1433 H


(2)

(3)

(4)

(5)

v

Bismillahirrohmanirrohim…

Tiada gading yang tak retak begitu pepatah mengatakan Tiada kesempurnaan kecuali kesempurnaan milik-Nya.

Berkat rahmat Allah Karya kecil telah kuselesaikan dan akan kupersembahkan untuk cahaya hidupku

yang senantiasa ada disaat suka maupun duka(bapak dan ibu tercinta) yang selalu mendoakan putri sulungnya

untuk semua dosen yang telah berjasa, untuk sahabat-sahabat terindahku dan terima kasihku tiada terhingga untuk semuanya Dari semua telah Kau tetapkan hidupku dalam tangan Mu,

Rencana indah yang telah Engkau siapkan bagi masa depanku yang penuh harapan harapan kesuksesan terpangku dipundak sebagai janji kepada mereka, bapak dan ibu…

Rencana Allah itu lebih baik dari rencanamu

Jadi tetaplah berjuang dan berdoa hingga engkau akan menemukan ternyata memang allah memberikan yang terbaik untukmu


(6)

vi

Nama : Azizatu Zahroh

Tempat, Tanggal Lahir : Rawabening, 30 Mei 1990

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Status : Belum Menikah

Alamat : Ds Serdang Kuring Kec. Bahuga, Kab. Waykanan Lampung 34763

Tlp/Hp : 085711568847

Email : azizatu_rizha28@yahoo.co.id

Riwayat Pendidikan:

1. SD N 1 Serdang Kuring (1996-2002)

2. SMP N 1 Buay Bahuga (2002-2005)

3. SMA N 1 Belitang (2005-200)8

4. S-1 Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2008-2012) Pengalaman Organisasi

1. Anggota Pramuka SD N 1 Serdang Kuring 2. Anggota OSIS SMP N1 Buay Bahuga 3. Anggota Pramuka SMP N1 Buay Bahuga 4. Anggota Pramuka SMA N 1 Belitang 5. Anggota ROHIS SMA N 1 Belitang 6. Anggota BEMJ Ilmu Keperawatan 7. Anggota Relawan LK ESQ 165


(7)

vii Assalamu’alaikum wr.wb

Alhamdulillahi rabbil’alamin, segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Buruk Pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Ciputat Timur Tahun 2012”.

Shalawat serta salam penulis sampaikan kepada junjungan besar Nabi Muhammad SAW yang telah menjadi suri tauladan sehingga penulis tetap semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Dalam penyelesaian skipsi, penulis sadar bahwa skripsi ini tidak akan selesai tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. DR (hc). Dr. Muhammad Kamil Tadjuddin, Sp. And, selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. dr. H.M. Djauhari W, AIF., PFK, selaku Pembantu Dekan Bidang Akademik Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Dr. H. Arif Sumantri, SKM, M.Kes, selaku Pembantu Dekan Bidang Administrasi Umum Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.


(8)

viii Hidayatullah Jakarta.

5. Waras Budiutomo,S.kep,M.kep, selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan (PSIK) FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Eni, S.Kep, MKep, Sp.Mat, selaku sekretaris Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan pembimbing akademik penulis selama kuliah.

7. Maulina Handayani S.Kp., M.Sc.. selaku pembimbing I dan Puspita Palupi, S.kep,M.kep,Ns,Sp.Mat selaku pembimbing II yang telah meluangkan waktu dan mencurahkan pikirannya untuk memberikan masukan, nasihat, petunjuk dan arahan serta motivasi kepada penulis dalam menyusun skripsi ini.

8. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah mengajarkan dan membimbing penulis, serta staff akademik (Bapak Azib Rosyidi S. Psi dan Ibu Syamsiah) atas bantuannya yang telah memudahkan penulis dalam proses belajar di PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

9. Segenap jajaran staf dan karyawan Perpustakaan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN yang telah banyak membantu dalam menyediakan referensi-referensi sebagai bahan rujukan skripsi.

10. Kepala puskesmas kecamatan Ciputat Timur yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian.

11. Segenap responden yang telah bersedia meluangkan waktu untuk mengisi kuisioner.


(9)

ix motivasi tiada hentinya kepada penulis.

13. Kakak – adik penulis (mas lana dan adik tifa) yang selalu memberikan dukungan baik moril maupun materiil serta doa yang tiada henti.

14. Teman-teman angkatan 2008 yang telah bersama-sama dengan penulis melewati hari-hari baik suka maupun duka dalam menyelesaikan kuliah di PSIK UIN Jakarta.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangannya. Untuk itu, kritik dan saran sangat penulis harapkan demi perbaikan di masa mendatang. Wassalamu’alaikum wr.wb

Jakarta, September 2012


(10)

x Skripsi, September 2012

Azizatu Zahroh, NIM: 108104000026

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Buruk Pada Balita di wilayah kerja puskesmas Ciputat Timur

xix + 95 halaman +16 tabel+ 3 gambar+ 5 lampiran

ABSTRAK

Gizi buruk merupakan masalah yang masih sering terjadi di Indonesia. Penanganannya tidak hanya dengan pendekatan medis tetapi juga dengan pendekatan non medis contohnya promosi kesehatan. Pengetahuan ibu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi gizi buruk pada balita. Oleh karena itu, peranan ibu sangat penting dalam proses pencegahan gizi buruk pada balita. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhuungan dengan pengetahuan ibu tentang gizi buruk pada balita di wilayah kerja puskesmas Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik dengan rancangan cros sectional. Sampel penelitian yaitu ibu yang memiliki balita sebanyak 79 responden. Pengambilan sampel dengan menggunakan teknik acccidental sampling. Data di peroleh melalui wawancara dengan mengguanakan kuesioner. Analisa data menggunakan uji Spearman Ranx. Hasil penelitian didapatkan bahwa ibu yang memiliki pengetahuan kurang tentang gizi buruk sebesar 10,1%, cukup sebesar 36,7% dan baik sebesar 53,2%. Analisa bivariat diperoleh faktor-faktor yang berhubungan dengan pengetahuan ibu yaitu pendidikan (p=0,000), usia (p=0,024), pekerjaan (p=0,000), pendapatan keluarga (p=0,004), dan faktor yang tidak berhubungan dengan pengetahuan adalah pengalaman (p=0,343). Saran bagi puskesmas diharapkan dapat meningkatkan pfrekuensi penyuluhan tentang gizi buruk bagi ibu-ibu yang mempunyai balita.

Kata kunci: faktor-faktor yang berhubungan dengan pengetahuan, pengetahuan ibu, gizi buruk.


(11)

xi Undergraduate Thesis, January 2013 Azizatu Zahroh, NIM: 108104000026

Factors Related To Mother’s Knowledge About Malnutrition Among Children Under Five Age at Community Health Centers In East Ciputat. xix + 95 pages + 16 tables + 3 pictures + 5 attachments

ABSTRACT

Malnutrition is a problem that is common in Indonesia. Handling is not only a medical approach but also approach else for example health promotion. Mother’s knowledge is one of the factors affecting malnutrition in children under five. Therefore, the role of mother is very important in the prevention of malnutrition in children under five age. The purpose of this research is to know the factors related to the knowledge of mothers about malnutrition among children under five age at community health center in East Ciputat, South Tangerang City. This research use method descriptive analytic with cross sectional design. The research sample are mothers who have children under five age as many as 79 respondents. Sampling is using acccidental sampling technique. Data was obtained through interviews by using the questionnaire. Analysis of the data using the Spearman Ranx test. The showed that mothers who had average knowledge 10.1%, enough 36.7% and good 53.2%. Bivariate analysis obtained factors related to the mother's knowledge were education (p = 0.000), age (p = 0.024), occupation (p = 0.000), household income (p = 0.004), and factors that are not related to the mother's knowledge were experience (p = 0.343). Suggestions for the community health centers expects to increase the frequency of of malnutrition counseling for mothers who have children under five age.

Key words: factors related to the knowledge, knowledge of mothers, malnutrition.


(12)

xii

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

LEMBAR PERNYATAAN ... iv

LEMBAR PERSEMBAHAN ... v

RIWAYAT HIDUP. ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

ABSTRAK ... x

ABTRACT ... xi

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR GAMBAR ... xix

DAFTAR SINGKATAN ... xx

DAFTAR LAMPIRAN ... xxi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Manfaat Penelitian ... 10

E. Ruang Lingkup ... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 12

A. Pengetahuan ... 12

1. Pengertian ... 12


(13)

xiii

5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan ... 15

B. Konsep Balita ... 21

1. Pertumbuhan Dan Perkembangan Balita ... 21

2. Ciri-Ciri Pertumbuhan Dan Perkembangan Balita ... 22

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tumbang Balita... 23

4. Tahapan Tumbuh Kembang ... 25

5. Balita ... 25

C. Gizi ... 25

1. Pengertian Gizi ... 25

2. Status Gizi ... 26

3. Gizi Buruk ... 26

a. Klasifikasi Gizi Buruk ... 27

b. Tanda Gejala Umum Balita Menderita Gizi Buruk ... 27

c. Faktor Penyebab Gizi Buruk Pada Balita ... 28

d. Dampak Gizi Buruk Pada Balita ... 30

e. Cara Mendeteksi Gizi Buruk Pada Balita ... 34

f. Pencegahan Gizi Buruk Pada Balita ... 38

4. Kebutuhan Nutrisi Untuk Balita ... 40

5. Pentingnya Pengetahuan Tentang Gizi ... 44

D. Peranan Ibu ... 45

E. Penelitian Terkait ... 47


(14)

xiv

A. Kerangka Kosep ... 50

B. Definisi Operasional ... 51

C. Hipotesisi ... 54

BAB IV METODE PENELITIAN ... 55

A. Desain Penelitian ... 55

B. Identifikasi Variable ... 55

1. Variable Independen ... 55

2. Variable dependen ... 56

C. Lokasi Dan Waktu ... 56

D. Populasi, Sample dan Teknik Pengambilan Sampel ... 56

E. Metode Pengumpulan Data ... 60

1. Proses Pengumpulan Data ... 60

2. Alat Pengumpul Data ... 61

F. Teknik Uji Instrument Penelitian ... 63

1. Uji Validitas ... 64

2. Uji Reabilitas ... 65

G. Etika Penelitian ... 65

1. Prinsip-Prinsip Etika Penelitian ... 66

2. Masalah Etika Penelitian ... 67

H. Pengolahan Data dan Analisa Data ... 68

1. Pengolahan Data ... 68


(15)

xv

1. Puskesmas Ciputat Timur……….….71

2. Pencapaian Program Kesehatan………. ... 72

B. Analisis Univariat………. .. 72

1. Gambaran Distribusi Umur Responden……… ... 72

2. Gambaran Distribusi Tingkat Pendidikan responden……...73

3. Gambaran Distribusi Status Pekerjaan Responden…... ... 73

4. Gambaran Distribusi Status Pendapatan Responden.. ... 74

5. Gambaran Distribusi Pengalaman Responden……... ... 74

6. Gambaran Distribusi Tingkat Pengtahuan Responden... ... 75

C. Analisis Bivariat………... .. 75

1. Hubungan umur dengan pengetahuan ibu tentang gizi buruk pada ballita……… .... 76

2. Hubungan tingkat pendidikan dengan pengetahuan ibu tentang gizi buruk pada ballita……… ... 77

3. Hubungan pekerjaan dengan pengetahuan ibu tentang gizi buruk pada ballita……….. 78

4. Hubungan pendapatan keluarga dengan pengetahuan ibu tentang gizi buruk pada ballita……… ... 79

5. Hubungan pengalaman dengan pengetahuan ibu tentang gizi buruk pada ballita..……….80

BAB VI PEMBAHASAN……… ... 82


(16)

xvi

3. Gambaran Responden Berdasarkan Status Pekerjaan …….84

4. Gambaran Responden Berdasarkan Pendapatan Keluarga.. 85

5. Gambaran Responden Berdasarkan Pengalaman………… 85

6. Gambaran Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan.. 86

B Pembahasan Bivariat………. .. 85

1. Hubungan Umur Dengan Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Buruk Pada Balita………. 87

2. Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Buruk Pada Balita……… .. 88

3. Hubungan Pekerjaan Dengan Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Buruk Pada Balita……… 89

4. Hubungan Pendapatan Keluarga Dengan Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Buruk Pada Balita……….. 91

5. Hubungan Pengalaman Dengan Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Buruk Pada Balita………. .. 91

C Keterbatasan Penelitian………... 92

D Implikasi Penelitian………. 93

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN……… .. 95

A Kesimpulan ………. 95

B Saran……… 96 DAFTAR PUSTAKA


(17)

xvii

Tabel Halaman

Tabel 1.1 Pola Makan Balita……….….. 40 Tabel 1.2 Kebutuhan Energi Per Hari………. 43 Tabel 1.3 Definisi Operasional……… 50 Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur Responden Di

wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Ciputat Timur Tangerang Selatan 2012... 71 Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Responden Di

wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Ciputat Timur Tangerang Selatan... 72 Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Status Pekerjaan

Responden Di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Ciputat Timur Tangerang Selatan... 72 Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Status Pekerjaan

Responden Di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Ciputat Timur Tangerang Selatan... 73 Tabel 5.5 Distribusi Responden Berdasarkan pengalaman Merawat

Balita Gizi Buruk Di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Ciputat Timur Tangerang Selatan... 73 Tabel 5.6 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan

Responden Tentang Gizi Buruk Pada Balita Di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Ciputat Timur Tangerang Selatan... 74


(18)

xviii

Tangerang Selatan... 75 Tabel 5.8 Proporsi pendidikan ibu menurut pegetahuan tentang gizi

buruk Di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Ciputat Timur Tangerang Selatan... 76 Tabel 5.9 Proporsi pekerjaan menurut pengetahuan pegetahuan ibu

tentang gizi buruk pada balita di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Ciputat Timur Tangerang Selatan... 77 Tabel 5.10 Proporsi pendapatan keluarga menurut pengetahuan ibu

tentang gizi buruk Di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Ciputat Timur Tangerang Selatan... 78 Tabel 5.11 Proporsi pengalaman ibu menurut tingkat pengetahuan ibu

tentang gizi buruk pada balita Di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Ciputat Timur Tangerang Selatan... 79


(19)

xix

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Halaman

Gambar 1 Diagram Taksonomi Bloom ………. 1 Gambar 2 Kerangka Teori……….. 48


(20)

xx AKABA =Angka Kematian Balita AKB =Angka Kematian Bayi AKI =Angka Kematian Ibu BALITA =Bawah Lima Tahun BB/U =Berat Badan Per Umur IKM =Indeks Kemiskinan Manusia IPM =Indeks Pembangunan Manusia KKAL =Kilokalori

KMS =Kartu Menuju Sehat

MP-ASI =Makanan Pendamping Air Susu Ibu SPSS =Statistical Package For Social Science


(21)

xxi

Lampiran 1 Surat Permohonan Izin Pengambilan Data Lampiran 2 Surat Izin Pengambilan Data

Lampiran 3 Lembar persetujuan menjadi responden penelitian (Informed consent)

Lampiran 4 Kuesioner penelitian


(22)

1 A. Latar Belakang

Keberhasilan dan kualitas pembanguanan suatu negara dilihat dari Indeks Pembanguan Manusia (IPM) dan Indeks Kemiskinan Manusia (IKM) (Depkes, 2005). Menurut laporan United Nation Development Programme (UNDP) tahun 2008, Indeks pembangunan dan kemiskinan bangsa Indonesia ditempatkan pada urutan ke 107 dari 177 negara. Rendahnya Indeks ini dipengaruhi oleh rendahnya status gizi dan status kesehatan pendudukyang terlihat dari masih tingginya Angka Kematian Ibu (AKI),Angka Kematian Balita (AKABA) dan Angka Kematian Bayi (AKB) yang merupakan indikator kesehatan penduduk (Depkes, 2005).

Survei Demografi Dan Kesehatan di Indonesia (2007), AKI sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan target yang harus dicapai adalah 102 per 100.000 kelahiran hidup, demikian juga dengan AKB sebesar 34 per 1.000 kelahiran hidup dan AKABA sebesar 58 per 1.000 kelahiran hidup. Target yang akan dicapai adalah 23 per 1.000 kelahiran hidup. Angka ini masih tinggi jika di bandingkan dengan target Millenium Development Goals (MDGs) tahun 2015 yang sudah disepakati oleh lebih dari 180 kepala negara termasuk Indonesia (Depkes, 2010).

Salah satu tantangan untuk menurunkan angka kematian terutama angka kematian balita yaitu masih terbatasnya upaya perbaikan gizi pada anak, karena lebih dari separuh kematian bayi dan anak balita disebabkan oleh buruknya status gizi (Azwar, 2000). Gizi yang baik perlu ditingkatkan untuk mendukung


(23)

pembanguan manusia guna menjamin kesehatanya. Gizi dibutuhkan dari sejak dalam kandungan melalui peran ibu hingga lanjut usia. Balita merupakan salah satu golongan penduduk yang rawan dengan masalah gizi (Azwar, 2002).

Status gizi yang buruk pada bayi dan anak dapat menghambat pertumbuhan fisik, mental maupun perkembangan dalam berfikir yang gilirannya akan menurunkan produktivitas kerja (Suhardjo, 2007). Keadaan ini memberikan petunjuk bahwa pada hakikatnya gizi buruk atau kurang akan berdampak pada penurunan kualitas sumber daya manusia yang akan mempengaruhi nilai Indeks Pembangunan Manusia. Penyebab terjadinya kurang gizi pada balita salah satunya yaitu kurangnya pengetahuan gizi dan kesehatan pada orang tua, khususnya ibu (Balawati, 2004).

Sesuai dengan penelitian Sandjaja (2000) menyatakan bahwa sebagian anak dalam keluarga tertentu dengan sosial ekonomi rendah mempunyai daya adaptasi yang tinggi sehingga mampu tumbuh dan berkembang, salah satu faktor yang mempengaruhinya adalah pengetahuan ibu tentang gizi dan kesehatan. Penelitian serupa oleh Pranadji (2000) di Bogor, Jawa Barat menyatakan bahwa faktor-faktor yang behubungan dengan gizi buruk dari anak dibawah lima tahun meliputi tingkat pendapatan keluarga dan pengetahuan ibu tentang gizi.

Pemberian makanan bayi di pedesaan banyak dipengaruhi oleh keadaan sosial ekonomi dan kebudayaan. Misalnya, terdapat pantangan makan pada balita misalnya anak kecil tidak diberikan ikan karena dapat menyebabkan cacingan (Balawati, 2004). Secara kultural di Indonesia, ibu memegang peranan dalam mengatur tata laksana rumah tangga sehari-hari termasuk hal pengaturan makan keluarga. Apabila seorang ibu mempunyai pengetahuan yang baik tentang gizi dan


(24)

dampaknya terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak diharapkan adanya pencegahan sejak dini terhadap terjadinya gizi buruk pada anak. Gizi merupakan bagian dari kehidupan dan proses tumbuh kembang anak, sehingga pemenuhan kebutuhan gizi secara adekuat turut menentukan kualitas tumbuh kembang anak. Dalam hal ini pertumbuhan dan perkembangan itu secara signifikan terjadi pada masa kanak-kanak (Suanadi, 1998). Pertumbuhan dan perkembangan anak dipengaruhi faktor salah satunya yaitu status gizi (Nursalam,dkk, 2008).

Anak dapat mengalami hambatan pertumbuhan dan perkembangan hanya karena kurang adekuatnya asupan zat gizi (Supartini, 2004). Beberapa penelitian mengungkapkan ada hubungan mekanisme gizi kurang dengan perkembangan anak. Penelitian tersebut mengungkapkan bahwa karakteristik perilaku anak-anak yang gizinya kurang menyebabkan penurunan interaksi dengan lingkungannya dan keadaan ini selanjutnya akan menimbukan outcome perkembangan yang buruk (Hartono, 2008). Penelitian lain di Jamaika, dilaporkan bahwa anak-anak yang bertubuh pendek (stuanted) memperlihatkan pertumbuhan yang lebih terhambat dalam situasi stress dan menunjukkan kadar kortisol yang meningkat dalam saliva serta kadar adrenalin yang meningkat dalam urin dengan frekuensi detak jantung yang lebih lambat jika dibandingkan dengan anak yang bertubuh normal (Gibney, 2008)

Gizi buruk dapat mengakibatkan pertumbuhan sangat merugikan performance anak, akibat kondisi Stunting postur tubuh anak menjadi kecil pendek (Nency, 2005). Keadaan yang memprihatinkan lagi, perkembangan anak pun akan terganggu. Efek malnutrisi terhadap perkembangan mental dan otak tergantung pada derajat berat, lama dan waktu pertumbuhan otak itu sendiri. Jika


(25)

kondisi gizi buruk terjadi pada masa golden period perkembangan otak (0-3 tahun), dapat dibayangkan jika otak tidak dapat berkembang sebagaimana anak yang sehat, dan kondisi ini akan (irreversible) sulit untuk dapat pulih kembali (Nency, 2005).

Kurang gizi dimasa kanak-kanak juga menyebabkan tingkat intlektual anak (IQ) menurun 10-15 poin. Penurunan ini beresiko anak tidak mampu mengadopsi ilmu pengetahuan dan daya pikirpun melemah (Kasdu, 2004). Dampak jangka pendek gizi buruk meliputi anak menjadi apatis, mengalami gangguan bicara dan perkembangan, sedangkan dampak jangka panjang meliputi penurunan skor IQ, penurunan perkembangan kognitif, dan penurunan integrasi sensori (Nency, 2007). Seiring dengan kemiskinan dan kekurangan persediaan pangan yang bergizi merupakan faktor penting dalam masalah kekurangan gizi, akan tetapi penyebab yang tidak kalah pentingnya sesuai yang terpapar diatas adalah kurangnya pengetahuan ibu tentang gizi atau kemampuan untuk menerapkan kemampuan informasi pangan yang diproduksi dan tersedia (Harper, 1986 dalam Morani 2008). Sesuatu hal yang meyakinkan bahwa pengetahuan gizi sangat penting adalah bahwa status gizi yang cukup merupakan hal penting bagi kesehatan dan kesejahteraan generasi masa depan (Furqan, 2008).

Beberapa penelitian terkait pengetahuan ibu tentang gizi seimbang yakni penelitian yang dilakukan oleh Purwaningtyas (2008) di desa Sidoardjo Jawa Timur, data hasil yang didapatkan dari 33 responden berupa 60.6% ibu mempunyai pengetahuan buruk dan 39.4% ibu mempunyai pegetahuan baik. Penelitian lain yang dilakukan oleh Rahmaulina (2006) menyatakan bahwa semakin tinggi pengetahuan ibu mengenai gizi dan tumbuh kembang anak, serta


(26)

pemberian stimulasi psikososial pada anak maka perkembangan kognitif anak semakin baik pula. Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi gizi buruk pada anak di Ciawi, Bogor oleh Pranadji (2000) bahwa faktor-faktor yang berhubungan dengan gizi buruk meliputi tingkat pendapatan orang tua sebesar 66,7% dan pengetahuan ibu sebesar 73%.

Penelitian lain yang diakukan oleh Fatimah,dkk (2008) hasil penelitan menunjukkan faktor yang memiliki kontribusi terhadap gizi kurang pada anak adalah riwayat penyakit infeksi, tingkat pengetahuan ibu yang kurang, tingkat sosial ekonomi keluarga yang rendah, dan asupan kalori serta protein yang kurang, sedangkan faktor yang kepercayaan ibu terhadap makanan (100%) memiliki kepercayaan yang mendukung terhadap status gizi balita tidak berkontribusi terhadap status gizi kurang pada balita. Dari berbagai penelitian mengenai pengetahuan dikemukakan pula beberapa faktor yang berhubungan dengan pengetahuan, penelitian yang dilakukan oleh Rubiyanto (2002) menyatakan bahwa factor- faktor yang mempengaruhi pengetahuan ibu tentang AIDS meliputi tingkat pendidikan, umur, pekerjaan, tempat tinggal serta keterpajanan informasi. Penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa pengetahuan ibu dan status gizi memberikan peranan penting dalam tumbuh kembang anak.

Jika dilihat dalam perspektif agama Islam telah dijelaskan bahwa makanan bergizi sangat dianjurkan terutama untuk balita maupan anak-anak, begitu banyak makanan untuk semua manusia di muka bumi yang di sediakan Allah SWT. Banyak makanan sehat yang berbeda–beda rasa, bentuk maupun warnanya. Pemberian makanan yang baik dengan kadar gizi cukup dapat membantu


(27)

pertumbuhan anak secara optimal. Apabila terjadi kekurangan makanan yang berkualitas maka akan berdampak bagi kesehatan anak (Asnawi, 2005).

Sesuai dalam Al-Quran surat An-Nisa ayat 9 yang artinya: “Hendaklah mereka takut jangan sampai meninggalkan anak keturunan yang lemah di belakangnya,dikhawatirkan akan sengsara, sebab itu hendaklah mereka patuh kepada Allah dan hendaklah mereka berkata dengan perkataan yang benar.” (QS. An-Nisa’: 9). Ayat tersebut secara jelas menekankan agar orang tua memperhatikan anak-anaknya, Salah satunya dengan meningkatkan pengetahuan tentang gizi makanan pada anak. Apabila ada orang tua yang mengabaikan perkembangan anak-anaknya, agama menilainya sebagai dosa. Hal ini secara tegas di nyatakan oleh Rasulullah yang artinya “cukuplah berdosa bagi seseorang jika dia mengabaikan orang-orang yang menjadi tanggungannya”.

Penyebab gizi buruk dan gizi kurang di Indonesia sesuai hasil penelitian bermula dari krisis ekonomi, politik dan sosial menimbulkan dampak negatif seperti kemiskinan, pendidikan dan pengetahuan rendah, kesempatan kerja kurang, pola makan, ketersediaan bahan pangan pada tingkat rumah tangga rendah, pola asuh anak yang tidak memadai, pendapatan keluarga yang rendah, sanitasi dan air bersih serta pelayanan kesehatan dasar yang tidak memadai Unicef (1999) dalam Khomsan, dkk (2004). Pemerintah Indonesia sendiri telah menyusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010- 2014 di bidang Pembangunan Pangan dan Gizi yang mencakup program yang meliputi pembangunan pangan, kesehatan dan gizi dengan penanggulangan kemiskinan, pendidikan pemberdayaan keluarga dan penyelenggaraan urusan wajib pelayanan masyarakat. Indikator keberhasilannya program meliputi


(28)

penurunan prevalensi gizi kurang dan pendek pada balita dan peningkatan jumlah penduduk yang mendapat asupan kalori 2000 Kkal/orang/hari pada tahun 2015 (Bappenas, 2011).

Secara nasional sudah terjadi penurunan prevalensi kurang gizi ditinjau dari berat badan menurut umur (BB/U) pada balita dari 18,4 persen tahun 2007 menjadi 17,9 persen tahun 2010. Penurunan terjadi pada prevalensi gizi buruk yaitu dari 5,4 persen pada tahun 2007 menjadi 4,9 persen tahun 2010. Tidak terjadi penurunan pada prevalensi gizi kurang, yaitu tetap 13,0 persen. Di provinsi banten sendiri prevelensi status gizi menurut BB/U kejadian gizi buruk sebesar 4,8% (total nasional) dan gizi kurang sebesar 13,7 % (total nasional) (Riskesdas, 2010).

Data terakhir dari Dinas Kesehatan Provinsi Banten (2011), persentase jumlah penderita gizi buruk ini mengalami peningkatan sebesar 0,09 persen atau 9.378 balita pada tahun 2011 dibandingkan tahun 2010 sebesar 1,04 persen atau sekitar 8.737 balita gizi buruk dari 839.857 balita terpantau. Kasus gizi buruk ini merata hampir diseluruh kabupaten atau kota di Provinsi Banten, sedangkan di Kabupaten Tangerang tercatat 2.166 balita gizi buruk atau 0,95 persen dari 227.343 balita terpantau, Kabupaten Pandeglang sebanyak 1.398 balita atau 1,30 persen dari 107.342 balita terpantau, Kota Cilegon 241 balita atau 0,83 persen dari 28,883 balita terpantau, dan terakhir di Kota Tangerang sebanyak 323 balita gizi buruk atau 0,41 persen dari 79.593 balita terpantau. Dari jumlah gizi buruk di Tangerang paling banyak berasal dari puskesmas di wilayah Tangerang Selatan sebanyak 433 orang (0,14%).


(29)

Studi pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas Ciputat Timur melalui observasi dan wawancara pada tanggal 5 mei 2012 di lapangan pada saat dilakukan pemeriksaan status gizi terdapatnya ibu yang mempunyai balita dengan status gizi kurang akan tetapi ibu menolak dengan anggapan bahwa ibu tersebut telah mencukupi semua gizi balitanya. Pada saat wawancara dari 10 responden terdapat 4 responden ibu yang pengetahuan tentang gizi kurang (40%), 4 responden yang pengetahuan baik (40%), dan 2 responden yang pengetahuan cukup (20%). Dari uraian latar belakang diatas peneliti tertarik untuk meneliti tenang fakor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan ibu tentang gizi buruk pada balita.

B. Rumusan Masalah

Tujuan utama pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas sumber daya manuasia ( SDM ) yang di lakukan secara berkelanjutan. Upaya peningkatan kualitas SDM dimulai dengan perhatian utama pada proses tumbuh kembang anak sejak pembuahan sampai mencapai dewasa muda. Pada masa tumbuh kembang ini, pemenuhan kebutuhan dasar anak seperti perawatan dan makanan bergizi yang diberikan dengan penuh kasih sayang dapat membentuk SDM yang sehat, cerdas dan produktif.

Masalah gizi adalah masalah kesehatan masyarakat yang penanggulangannya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan pelayanan kesehatan saja. Masalah gizi disamping merupakan sindroma kemiskinan yang erat kaitannya dengan masalah ketahanan pangan di tingkat rumah tangga juga menyangkut aspek pengetahuan orang tua dan perilaku yang kurang mendukung pola hidup


(30)

sehat. Kurangnya pengetahuan gizi dan kesehatan pada orang tua, khususnya ibu merupakan salah satu penyebab terjadinya kekurangan gizi pada balita. Anak yang menderita gizi buruk akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangannya. Dampak yang ditimbulkan anak yang menderita gizi buruk terjadinya stunting atau tubuh pendek pada pertumbuhan anak dan penurunan kognitif pada perkembangan anak.

Dari data jumlah gizi buruk di Kabupaten Tangerang paling banyak berasal dari puskesmas di wilayah Tangerang Selatan sebanyak 433 orang (0,14%). Penelitian yang telah dilakukan tentang pengetahuan gizi buruk peneliti hanya menemukan tentang gambaran saja, belum menemukan penelitian yang mengidenifikasi tentang faktor-faktor yang mempengaruhinya. Berdasarkan hasil uraian rumusan masalah dan latar belakang di atas maka peneliti ingin mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan ibu tentang gizi buruk pada balita di wilayah kerja Puskesmas Ciputat Timur, Tangerang Selatan.

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui factor-faktor yang berhubungan dengan pengetahuan ibu tentang gizi buruk pada balita di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Ciputat Timur.

2. Tujuan khusus

a. Diketahuinya gambaran tingkat pengetahuan ibu tentang gizi buruk b. Diketahuinya hubungan pendidikan dengan pengetahuan ibu tentang


(31)

c. Diketahuinya hubungan usia dengan pengetahuan ibu tentang gizi buruk.

d. Diketahuinya hubungan pekerjaan dengan pengetahuan ibu tentang gizi buruk.

e. Diketahuinya hubungan sosial ekonomi dengan pengetahuan ibu tentang gizi buruk.

f. Diketahuinya hubungan pengalaman dengan pengetahuan ibu tentang gizi buruk.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat ilmiah

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber rujukan untuk penelitian selanjutnya

2. Manfaan praktisi a. Bagi Puskesmas

Hasil penelitian ini diharapakan dapat menambah sumber masukan untuk meningkatkan mutu pelayanan puskesmas dalam bidang promosi kesehatan dan memberikan informasi yang berhubungan dengan pengetahuan ibu tentang gizi buruk pada balita serta upaya penanganan terhadap factor-faktor yang mempengaruhiya.

b. Pendidikan profesi keperawatan

Manfaat bagi pendidikan profesi keperawatan sebagai bahan acuan dalam pengembangan kurikulum pelaksanaan praktik keperawatan khususnya keperawatan anak dan meningkatkat peran perawat sebagai


(32)

edukator pada masyarakat khususnya ibu-ibu yang mempunyai balita dalam upaya pemenuhan gizi seimbang pada anak usia balita.

c. Bagi ibu-ibu

Diharapkan penelitian ini memberikan informasi yang berhubungan dengan pengetahuan ibu tentang gizi buruk pada balita agar bisa meingkatkan pegetahuan tentang gizi seimbang pada balita serta dapat mengidetifikasi anak yang megalami gizi buruk.

E. Ruang Lingkup

Penelitian ini berfokus pada faktor-faktor yang berhubungan dengan pengetahuan ibu tentang gizi buruk pada balita. Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas kelurahan Ciputat Timur selama bulan September 2012. Sample penelitian ini yaitu ibu yang mempunyai anak usia balita (12 bulan sampai 5 tahun). Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan rancangan penelitian secara cross sectional. Sampel diambil dengan menggunakan accidental sampling.


(33)

12 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengetahuan 1. Pengertian

Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengnderaan terhadap suatu objek tertentu (Notoatmodjo, 2007). Sedangkan, penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni: indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007). Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang.

2. Proses Adopsi Perilaku

Dari beberapa penelitian bahwa perilaku yang didasari pengetahuan akan lebih langgeng dari pada yang tidak didasari pengetahuan. Menurut Rogers (1974) dalam Notoatmodjo (2007) orang sebelum mengadopsi prilaku baru akan terjadi proses, yakni:

1) Awareness ; yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus terlebih dahulu.

2) Interest ; orang mulai tertarik kepada stimulus

3) Evaluation; menimbang-nimbang baik tidaknya stimulus bagi dirinya 4) Trial ; orang telah mulai mencoba prilaku baru

5) Adoption; subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.


(34)

3. Tingkat Pengetahuan Dalam Domain Kognitif

Pengetahuan dalam domain kognitif mempunyai tujuh tingkatan (HL Bloom dalam Notoatmodjo, 2007), yaitu:

a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima (Notoatmodjo, 2007). b. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar (Notoatmodjo, 2007). c. Aplikasi (Application)

Aplikaasi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau pengguanaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain

d. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.


(35)

e. Sintesis (Syntesis)

Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian ke dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

g. Berkreasi (Created)

Kemampuan menyusun unsur-unsur untuk membentuk suatu keseluruhan koheren atau fungsional, mereorganisasi unsur ke dalam pola atau struktur baru, termasuk didalamnya:

a) Generating (Hipotesa) b) Planning (Perencanaan) c) Producing ( Penghasil)


(36)

Gambar 1. Diagram Taksonomi Bloom

4. Pengetahuan seseorang dapat dikategorikan dalam tiga tingkatan meliputi pengetahuan kurang (skor≤55%), cukup (skor 56-75%), baik (skor 76-100%) (Arikunto, 2006).

5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan meliputi (Notoadmojo, 2003)

1) Pendidikan

Pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti terjadi proses pertumbuhan, perkembangan atau perubahan ke arah yang lebih dewasa, lebih baik dan lebih matang pada diri individu, keluarga atau


(37)

masyarakat. Beberapa hasil penelitian mengenai pengaruh pendidikan terhadap perkembangan pribadi, bahwa pada umumnya pendidikan itu mempertinggi taraf intelegensi individu.

Pendidikan dalam hal ini biasanya dikaitkan dengan pengetahuan yang akan berpengaruh pada pemilihan bahan makanan dan pemenuhan kebutuhan gizi. Salah satu contoh, prinsip yang dimiliki seseorang yang berpendidikan rendah biasanya adalah „yang penting menyenangkan’ sehingga porsi bahan makanan sumber karbohidrat lebih banyak dibanding dengan kelompok bahan makanan lain (Sulistyoningsih, 2011). Kosasih (1996) dalam penelitiannya menyatakan bahwa dengan nilai alfha 0,05 terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan dengan tingkat pengetahuan.

Pendidikan dapat dikategorikan dalam tingkatan yaitu pendidikan dasar yaitu pendidikan minimum yang diwajibkan bagi semua warga negara meliputi SD dan SMP, pendidikan menengah yaitu jenjang pedidikan formal setelah pendidikan dasar yang meliputi SMA/sederjat dan pendidikan tinggi yaitu jenjang pendidikan formal setelah pendidikan menengah yang meliputi perguruan tinggi (akademi dan universitas) (KBBI, 2002), sehingga dalam penelitian ini pendidikan dibagi dalam tiga kategori yaitu pendidikan rendah meliputi tidak tamat SD, SD, dan SMP dan pendidikan menengah keatas yang meliputi SMA dan perguruan tinggi. Pedidikan mempunyai pengaruh terhadap tingkat pengetahuan seseorang sehingga peneliti ingin mengetahui hubungan pendidikan ibu dengan pengetahuan ibu tentang gizi buruk.


(38)

2) Pengalaman

Pengalaman adalah sesuatu yang dirasakan (diketahui, dikerjakan) juga merupakan kesadaran akan suatu hal yang tertangkap oleh indera manusia. Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu. Pengalaman berbanding lurus dengan pengetahuan, dimana seseorang yang telah berpengalaman maka pengetahuannya tentang pengalaman itu akan meningkat (Notoadmojo, 2003). Penelitian ini memasukkan pengalaman dalam faktor pengetahuan yang dikategorikan dalam dua kategori yaitu pernah dan tidak pernah. Hal ini dimaksudkan ibu yang pernah merawat bayi diharapkan mempunyai pengalaman dibandingkan dengan ibu yang belum pernah merawat bayi.

3) Sumber Informasi

Sumber informasi yang diperoleh baik dari pendidikan fomal maupun non formal dapat memberikan pengaruh pada perubahan atau peningkatan pengetahuan. Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan kepercayan orang (Sandjaja, 2007).

4) Usia

Secara umum dapat dikatakan bahwa bertambah pengetahuan seseorang berbanding lurus dengan pertambahan usia. Hal ini


(39)

dikarenakan semakin bertambah usia seseorang maka ia akan semakin terpajan oleh informasi, sehingga dengan demikian ada kecendrungan akan semakin bertambah pegetahuannya. selain itu, usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik (Notoadmodjo, 2003). Rubiyanto (2002) dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara usia dengan tingkat pengetahuan ibu. Dari hasil penelitian terhadap pengetahuan tentang kusta kepada kepala keluarga dan tokoh masyarakat didapatkan ada hubungan yang bermakna antara usia dengan pengetahuan mengenai kusta (Kosasih, 1996).

Menurut Notoatmodjo (2003) pembagian umur pada penelitian ini didasarkan pada standar WHO yaitu membagi umur menurut tingkat kedewasaan dan hasilnya dengan mengelompokkan usia responden dengan batas usia 32 tahun, dimana usia dibawah 32 tahun berada pada tahap dewasa muda dan usia 32 tahun atau lebih berada pada tahap dewasa tua. Pembagian umur dalam suatu penelitian dapat menggunakan umur median (median age) yaitu umur yang membagi penduduk menjadi dua bagian dengan jumlah yang sama, bagian yang pertama lebih muda dan bagian yang kedua lebih tua dari median. Guna umur median adalah untuk mengukur tingkat pemusatan penduduk pada kelompok-kelompok umur tertentu. Berdasarkan teori Erikson masa dewasa berada pada usia 30-60 tahun dimana individu telah mencapai


(40)

puncak dari perkembangan segala kemampuannya. Pada tahap ini terdapat masa dimana mempunyai kepedulian terhadap generasi yang akan datang dibandingkan dewasa awal yaitu 20-30 tahun. Sebagain besar ibu yang masih muda memiliki sedikit pengetahuan tentang gizi (Budiyanto, 2002), sehingga dapat diasumsikan bahwa kemampuan pemilihan makanan pada ibu rumah tangga muda akan berbeda dengan kemampuan pemilihan makanan pada ibu rumah tangga yang telah berumur lebih tua karena cenderung didasarkan pada pengalaman orang tua terdahulu (Herdiansyah, 2007).

5) Sosial Budaya Dan Ekonomi

Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan masyarakat tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan seseorang. UMR (upah minimum regional) merupakan batas minimum upah yang menurut undang-undang harus dibayarkan oleh perusahaan kepada karyawan. Tujuan dibuat UMR merupakan salah satu upaya pemerataan pendapatan di daerah masing-masing dimaksudkan bahwa keluarga yang berpenghasilan sesuai UMR ataupun diatas UMR mampu mencukupi biaya kehidupan selama sebulan. Menurut BPS untuk UMR wilayah kota Tangerang Selatan adalah Rp 1.529.150,00/kapita/bulan


(41)

(Disnaker, 2011). Penelitian ini membagi tingkat social ekonomi yaitu <UMR dan ≥ UMR.

6) Pekerjaan

Pekerjaan merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan subyek. Hal ini dikarenakan ibu yang mempunyai pekerjaan diluar pekerjaan rumah tangga, cenderung mempunyai peluang lebih besar untuk terpajan dengan berbagai informsi baik dari media cetak, elektronik maupun rekan sejawat yang dengan sendirinya akan menimbulkan pengalamam baru yang lebih luas (Nursalam, 2000). Dari penelitian yang dilakukan oleh Sugito (1996) memunjukan bahwa ada hubungan antara ibu yang bekerja dan tidak bekerja terhadap tingkat pengetahuan.

Hubungan pekerjaan dengan pengetahuan dilaporkan pula oleh Wawolumaya (1997) bahwa ibu yang bekerja mempunyai kemungkinan untuk mempunyai pengetahuan yang cukup dibandingkan dengan ibu yang tidak bekerja. Menurut Ali (2003), ibu bekerja adalah ibu-ibu yang melakukan aktivitas ekonomi mencari penghasilan baik disektor formal maupun informal, yang dilakukan secara reguler di luar rumah. Sedangkan ibu tidak bekerja adalah ibu-ibu yang tidak melakukan pekerjaan mencari penghasilan dan hanya menjalankan fungsi sebagai ibu rumah tangga saja. Berdasarkan konsep diatas pekerjaan dalam penelitian ini dibagi dalam dua kategori yaitu ibu yang bekerja dan tidak bekerja, dimana ibu yang tidak bekerja meliputi ibu rumah tangga


(42)

sedang ibu yang bekerja seperti sebagai pegawai, karyawan,wirausaha dll.

B. Konsep Balita

1. Pertumbuhan dan Perkembangan Balita

Tumbuh kembang sebenarnya dua istiah yang sifatnya berbeda, tetapi saling berkaitan dan sulit dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan ialah bertambahnya ukuran dari jumlah serta jaringan interseluler, berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh dalam arti sebagian atau keseluruhan. Jadi, dapat kita ukur dengan mempergunakan satuan panjang atau satuan berat. Perkembangan ialah bertambahnya kemampuan struktur dan fungsi dari lebih kompleks, jadi bersifat kuantitatif yang lebih kompleks, jadi bersifat kualitatif yang pengukurannya jauh lebih sulit dari pada pengukuran pertumbuhan (Narendra, 2005).

a. Pertumbuhan Anak

Pertumbuhan pada anak dilihat dari pertumbuhan berat badan, tinggi badan, lingkar kepala, gigi, organ penglihatan, organ pendengran, dan organ seksual.

b. Perkembangan Anak

Perkembangan pada anak mencakup perkembangan motorik halus, perkembangan motorik kasar, perkembangan bahasa, dan perkembangan prilaku (Hidayat, 2009).


(43)

2. Ciri-Ciri Pertumbuhan dan Perkembangan

Adapun ciri-ciri pertumbuhan dan perkembangan menurut Hidayat (2008) yaitu:

1. Ciri Pertumbuhan a. Perubahan Ukuran

Pertumbuhan akan terjadi perubahan ukuran dalam hal bertambahnya ukuran fisik, seperti berat badan tinggi badan, lingkar kepala, lingkar lengan, lingkar dada, dan lain lain.

b. Perubahan Proporsi

Perubahan proporsi terlihat pada proporsi fisik atau organ manusia muncul mulai dari masa konsepsi hingga dewasa.

c. Hilangnya Ciri Lama

Pada pertumbuhan terjadi hilangnya cirri-ciri lama yang ada selama masa pertumbuhan, seperti hilangnya kelenjar timus, lepasnya gigi susu dan laian-lain.

d. Timbulnya Ciri-Ciri Baru

Dalam pertumbuhan terdapat ciri baru yang secara perlahan mengikuti proses kematangan, seperti adanya rambut pada daerah ketiak, pubis atau dada.

2. Ciri Perkembangan

a. Perkembangan melibatkan perubahan.

Karena perkembangan terjadinya bersamaan dengan pertumbuhan maka setiap pertumbuhan disertai dengan peruhan


(44)

fungsi, perkembangan sistim reproduksi misalnya, disertai dengan perubahan organ kelamin, perkembangan intelegensia menyertai pertumbuhan otak dan serabut saraf.

b. Perkembangan awal menentukan pertumbuhan selanjutnya.

Perkembangan awal merupakan awal masa kritis karena akan menetukan perkembangan selanjutnya.

c. Perkembangan memiliki tahap yang berurutan.

Tahap ini dilalui seorang anak mengikuti pola yang mengatur dan berurutan, tahap-tahap tersebut tidak bias terjadi terbalik. Misalnya anak terlebih dahulu mampu membuat lingkaran sebelum membuat gambar kotak berdiri sebelum berjalan dan sebagainya. 3. Faktor-faktor yang berhubungan dengan tumbuh kembang anak

Terdapat beberapa faktor yang berhubungan dengan tumbuh kembang anak menurut Hidayat (2008), meliputi faktor herediter, factor lingkungan, status gizi dan faktor hormonal.

1. Faktor herediter

Factor ini dapat diturunkan sebagai dasar dalam mencapai tumbuh kembang anaak. Faktor herediter meliputi bawaan, jenis kelamin, ras dan suku bangsa.

2. Faktor lingkungan

Faktor lingkungan ini dapat meliputi lingkungan prenatal (yaitu lingkungan dalam kandungan) dan lingkungan postnatal (lingkungan setelah bayi lahir). Salah satu faktor lingkungan postnatal yaitu pendidikan atau pengetahuan orang tua. Pengetahuan orang tua


(45)

merupakan salah satu factor yang penting dalam tumbuh kembang anak. Karena dengan pendidikan atau pengetahuan yang baik, maka orang tua dapat mengasuh anaknya dengan cara yang baik, serta mengetahui bagaimana menjaga kesehatan anaknya.

3. Status gizi

Bayi yang mendapat asupan gizi yang seimbang baik kualitas maupun kuantitasnya akan memperoleh energy yang cukup untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Kebutuhan nutrien tertinggi per kg berat badan dalam siklus daur kehidupan adalah masa bayi dan anak-anak, dimana kecepatan tertinggi dalam pertumbuhan dan metabolisme terjadi pada masa ini (Hidayat, 2008). Dukungan gizi sangat berarti, karena dengan gizi yang sesuai kebutuhan, pertumbuhan fisik dan perkembangan dini dapat membentuk dasar kehidupan yang sehat dan produktif. Imaturitas dari organ-organ tubuh dan kemampuan dalam mencerna dan menyerap nutrient dari ASI serta prilaku makan yang berkembang tahap demi tahap mengharuskan masukan gizi yang sangat diperhatikan (Kusharisupeni, 2010 ).

4. Faktor hormonal

Faktor hormonal yang berperan dalam tumbuh kembang anak antara lain hormone somatrotopin, hormone tiroid dan glukotiroid. Menurut Sediaoetomo (2000) terdapat dua fase pertumbuhan cepat (growth spurdt) pada pola pertumbuhan seseorang, yaitu periode bayi dan balita serta periode remaja. Terutama pada fase pertumbuhan cepat, kebutuhan zat gizi akan meningkat dengan pesat. Sehingga, suatu


(46)

kondisi defisiensi pada fase ini akan sagat berpengaruh pada tumbuh kembang anak.

4. Tahapan Tumbuh Kembang Balita

Tahapan tumbuh kembang anak dimulai dari bayi (0-11bulan), toddler (1-3 tahun), usia prasekolah (3-5 tahun),usia sekolah dan remaja (Hidayat, 2008).

5. Balita

Perkembangan seorang anak secara umum digambarkan melalui beberapa periode, salah satunya yaitu periode Bawah Lima Tahun (BALITA) yang merupakan salah satu periode manusia setelah bayi dan sebelum anak-anak awal. Rentang usia balita dimulai dari 1 sampai 5 tahun. Periode usia ini disebut juga periode usia prasekolah. Periode ini adalah periode penting dalam tumbuh kembang anak karena pada masa ini pertumbuhan dasar yang mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak selanjutnya. Pada masa ini perkembangan kemampuan berbahasa, kreativitas, kesadaran sosial, emosional dan intelegensia berjalan sangat cepat dan merupakan landasan bagi perkembangan selanjutnya (Djaeni, 2000).

C. Gizi

1. Pengertian Gizi

Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi, peyimpanan, metabolise dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan


(47)

untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi (Supriasa, 2002).

2. Status Gizi

Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bantuk variable tertentu, atau perwujudan dari nutrisi dalam bentu variable terrtentu. Contoh: KEP merupakan keadaan tidak seimbangnya pemasukan dan pengeluaran energy dan didalam tubuh seseorang (Supriasa, 2001). Sedangkan menurut Suhardjo (2003), status gizi adalah keadaan kesehatan individu-individu atau kelompok-kelompok yang ditentukan oleh derajat kebutuhan fisik akan energi dan zat-zat gizi lain yang diperoleh dari pangan dan makanan yang dampak fisiknya diukur secara antropometri.

3. Gizi Buruk

Gizi buruk adalah keadaan patologis akibat kekurangan atau kelebihan secara relatif maupun absolut satu atau lebih zat gizi (Supariasa, 2001). Gizi buruk adalah keadaan di mana asupan zat gizi sangat kurang dari kebutuhan tubuh. Umumnya gizi buruk ini di derita oleh balita karena pada usia tersebut terjadi peningkatan energi yang sangat tajam dan peningkatan kerentanan terhadap infeksi virus atau bakteri (Almatsier, 2003).

Sedangkan Gizi buruk menurut Depkes (2003) adalah keadaan kurang gizi yag disebabkan karena kurangnya asupan energi dan protein juga mikronutrien dalam jangka waktu lama.


(48)

1. Klasifikasi gizi buruk

Ada empat bentuk malnutrisi menurut Supriasa (2002) yaitu;

1) Under nutrition: kekurangan konsumsi pangan secara relative atau absolute untuk periode tertentu.

2) Specific Deficiency: kekurangan zat gizi tertentu. Misalnya: kekurangan vitamin A, yodium, fe, dan lain-lain.

3) Over nutrition: kelebihan konsumsi pangan untuk periode tertentu. Misalnya penyerapan gizi yang buruk atau kehilangan gizi secara berlebihan.

4) Imbalance : karena disporposi zat gizi, misal: kolestrol terjadi karena tidak seimbangnya (LDL) low density lipoprotein, (HDL) high dendity lipoprotein, (VLDL) very low density lipoprotein. 2. Tanda Gejala Umum Balita Menderita Gizi Buruk

Tanda-tanda klinis gizi buruk adalah badan menjadi kurus, jaringan lemak mulai terasa lunak dan otot-otot tidak kencang dan ini biasanya tampak bila paha bagian dalam saat diraba. Penyusutan otot mulai terlihat pada bagian lengan atas serta bahu bagian atas dan belakang. Biasanya disertai dengan keadaan perut yang membesar (buncit). Bayi menjadi kurang responsive dan mengarah kepada apatis, serta perkembangan kepandaian lebih lambat dibandingkan dengan bayi yang normal (Muchtadi 2002). Menurut Supriasa (2002) pada balita yang mengalami malnutrisi pada pemeriksaan fisik terdapat tanda :


(49)

1) Rambut

Rambut kusam, kering, tipis dan jarang, dan mudah putus/kurang kuat.

2) Wajah

Pucat atau penurunan pigmentasi, moon face (wajah seperti bulan), pengeringan selaput mata dan flek hitam dibawah mata. Terdapat jaringan parus sekitar sudut bibir, serta adanya gusi yang mudah berdarah.

3) Kelenjar

Pembesaran kelenjar tiroid, pembesaran kelenjar tiroid, sedangkan menurut Depkes RI 1999, tanda- tanda klinis penderita malnutrisi yaitu; anak tampak sangat kurus, cengeng, rewel, kadang apatis, kulit kering, jaringan lemak subkutis sangat sedikit, rambut kusam dan mudah putus, pandangan mata anak nampak sayu, dan sering disertai infeksi anemi dan diare.

3. Faktor Penyebab Gizi Buruk

Factor penyebab gizi buruk menurut menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), ada tiga faktor penyebab gizi buruk, meliputi

a. Keluarga miskin.

b. Ketidaktahuan orang tua atas pemberian gizi yang baik bagi anak. c. Faktor penyakit bawaan pada anak, seperti: jantung, TBC,


(50)

Menurut UNICEF (1988) dalam Depkes (2005) Ada dua faktor penyebab gizi buruk meliputi penyebab langsung dan penyebab tidak langsung,

a. Penyebab langsung

Makanan dan penyakit dapat secara langsung menyebabkan gizi kurang. Timbulnya gizi kurang tidak hanya dikarenakan asupan makanan yang kurang, tetapi juga penyakit. Anak yang mendapat cukup makanan tetapi sering menderita sakit, pada akhirnya dapat menderita gizi kurang. Demikian pula pada anak yang tidak memperoleh cukup makan, maka daya tahan tubuhnya akan melemah dan akan mudah terserang penyakit.

b. Penyebab tidak langsung

Ada tiga penyebab tidak langsung yang menyebabkan gizi kurang yaitu :

1) Ketahanan pangan keluarga yang kurang memadai. Setiap keluarga diharapkan mampu untuk memenuhi kebutuhan pangan seluruh anggota keluarganya dalam jumlah yang cukup baik jumlah maupun mutu gizinya.

2) Pola pengasuhan anak kurang memadai. Setiap keluarga dan mayarakat diharapkan dapat menyediakan waktu, perhatian, dan dukungan terhadap anak agar dapat tumbuh kembang dengan baik baik fisik, mental dan social.


(51)

3) Pelayanan kesehatan dan lingkungan kurang memadai. Sistim pelayanan kesehatan yang ada diharapkan dapat menjamin penyediaan air bersih dan sarana pelayanan kesehatan dasar yang terjangkau oleh setiap keluarga yang membutuhkan.

Ketiga faktor tersebut berkaitan dengan tingkat pendidikan, pengetahuan dan ketrampilan keluarga. Makin tinggi tingkat pendidikan, pengetahuan dan ketrampilan, makin baik tingkat ketahanan pangan keluarga, makin baik pola pengasuhan maka akan makin banyak keluarga yang memanfaatkan pelayanan kesehatan (Depkes, 2005).

Selain penyebab langsung dan penyebab tidak langsung gizi buruk terdapat juga penyebab lain yaitu pengetahuan ibu. Sesuai dengan penelitian Berg 1986 dalam Morani (2008) penelitian tersebut mengidentifikasi dan menjelaskan kwasihiokor dan melaporkan bahwa di Afrika barat gizi kurang tidak terjadi karena kemiskinan harta, tetapi karena kemiskinan pengetahuan tentang kebutuhan gizi anak.

4. Dampak Gizi Buruk

a. Dampak Gizi Buruk Terhadap Pertumbuhan Dan Perkembangan Keadaan gizi kurang pada anak-anak mempunyai dampak pada kelambatan pertumbuhan dan perkembangannya yang sulit disembuhkan, oleh karena itu anak yang bergizi kurang tersebut kemampuanya untuk belajar dan bekerja serta bersikap akan lebih


(52)

terbatas dibandingkan dengan anak yang normal (Santoso dan Lies, 2007).

Kondisi gizi buruk akan mempengaruhi banyak organ dan system, karena kondisi gizi buruk ini juga sering disertai dengan defisiensi (kekurangan) asupan mikro atau makro nutrien lain yang sangat diperlukan bagi tubuh. Gizi buruk akan memporak porandakan system pertahanan tubuh terhadap microorganisme maupun pertahanan mekanik sehingga mudah sekali terkena infeksi.

Secara garis besar, dalam kondisi akut, gizi buruk bisa mengancam jiwa karena berberbagai disfungsi yang di alami, ancaman yang timbul antara lain hipotermi (mudah kedinginan) karena jaringan lemaknya tipis, hipoglikemia (kadar gula dalam darah yang dibawah kadar normal) dan kekurangan elektrolit penting serta cairan tubuh.

Jika fase akut tertangani dan namun tidak di follow up dengan baik akibatnya anak tidak dapat 'catch up' dan mengejar ketinggalannya maka dalam jangka panjang kondisi ini berdampak buruk terhadap pertumbuhan maupun perkembangannya. Akibat gizi buruk terhadap pertumbuhan sangat merugikan performance anak, akibat kondisi 'stunting' (postur tubuh kecil pendek) yang diakibatkannya. Yang lebih memprihatinkan lagi, perkembangan anak pun terganggu. Efek malnutrisi terhadap perkembangan mental dan otak tergantung dangan derajat beratnya, lamanya dan waktu pertumbuhan otak itu sendiri. Jika kondisi gizi buruk terjadi pada


(53)

masa golden period perkembangan otak (0-3 tahun), dapat dibayangkan jika otak tidak dapat berkembang sebagaimana anak yang sehat, dan kondisi ini akan irreversible (sulit untuk dapat pulih kembali).

Dampak terhadap pertumbuhan otak ini menjadi vital karena otak adalah salah satu 'aset' yang vital bagi anak untuk dapat menjadi manusia yang berkualitas di kemudian hari.

b. Efek Jangka Pendek Dan Jangka Panjang

Beberapa penelitian menjelaskan, dampak jangka pendek gizi buruk terhadap perkembangan anak adalah anak menjadi apatis, mengalami gangguan bicara dan gangguan perkembangan yang lain. Sedangkan dampak jangka panjang adalah penurunan skor tes IQ, penurunan perkembangn kognitif, penurunan integrasi sensori, gangguan pemusatan perhatian, gangguan penurunan rasa percaya diri dan tentu saja merosotnya prestasi akademik di sekolah. Kurang gizi berpotensi menjadi penyebab kemiskinan melalui rendahnya kualitas sumber daya manusia dan produktivitas. Tidak heran jika gizi buruk yang tidak dikelola dengan baik, pada fase akutnya akan mengancam jiwa dan pada jangka panjang akan menjadi ancaman hilangnya sebuah generasi penerus bangsa (Nency, 2000).

Tindak lanjutan terhadap balita yang malnutrisi, terus menunjukan kemampuan yang lebih buruk dalam fungsi kognitif yang beragam, hal ini lebih buruk jika dibandingkan dengan balita yang mempunyai gizi baik. Di negara berkembang banyak dilakukan


(54)

penelitian lanjutan terhadap malnutrisi. Gangguan perkembangan ditemukan hingga usia pubertas (Gibney, 2008). Suatu analilisis terpadu (analilis meta) 8 penelitian dari 5 negara berkembang (Bangladesh, India, Malawi, Tanzani, dan Papua New Guinea) menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang sangat kuat antara kurang gizi berat dan kematian anak. Pada anak umur 6 bulan sampai 5 tahun resiko kematian meningkat dengan lebih besar pada mereka yang menderita gizi buruk berat yang diukkur degan BB/U (Soekirman, 2000).

c. Dampak Yang Mungkin Muncul Dalam Pembangunan Bangsa di masa depan karena masalah gizi antara lain :

a. Kekurangan gizi adalah penyebab utama kematian bayi dan anak-anak. Hal ini berarti berkurangnya kuantitas sumber daya manusia di masa depan.

b. Kekurangan gizi berakibat meningkatnya angka kesakitan dan menurunnya produktivitas kerja manusia. Hal ini berarti akan menambah beban pemerintah untuk meningkatkan fasilitas kesehatan.

c. Kekurangan gizi berakibat menurunnya tingkat kecerdasan anak-anak. Akibatnya diduga tidak dapat diperbaiki bila terjadi kekurangan gizi semasa anak dikandung sampai umur kira-kira tiga tahun.


(55)

d. Menurunnya kualitas manusia usia muda ini, berarti hilangnya sebagian besar potensi cerdik pandai yang sangat dibutuhkan bagi pembangunan bangsa..

e. Kekurangan gizi berakibat menurunnya daya tahan manusia untuk bekerja, yang berarti menurunnya prestasi dan produktivitas kerja manusia (Suhardjo, 2003).

Kekurangan gizi pada umumya adalah menurunnya tingkat kesehatan masyarakat. Masalah gizi masyarakat pada dasarnya adalah masalah konsumsi makanan rakyat. Karena itulah program peningkatan gizi memerlukan pendekatan dan penggarapan diberbagai disiplin, baik teknis kesehatan, teknis produksi, social budaya dan lain sebagainya (Suhardjo, 2003).

5. Cara Mendeteksi Gizi Buruk Pada Balita

Akhir-akhir ini, banyak balita yang mengalami keadaan gizi buruk di beberapa tempat. Bahkan, dijumpai ada kasus kematian balita gara-gara masalah gizi buruk kurang diperhatikan. Kondisi balita yang kekurangan gizi sungguh sangat disayangkan. Sebab, pertumbuhan dan perkembangan serta kecerdasannya dipengaruhi oleh gizi. Kondisi gizi buruk tidak mesti berkaitan dengan kemiskinan dan ketidaksediaan pangan, meski tidak bisa dipungkiri kemiskinan dan kemalasan merupakan faktor yang sering menjadi penyebab gizi buruk pada anak.

1) Kartu Menuju Sehat

Sejauh mana dalam mengetahui keadaan pertumbuhan dan perkembangan anak dan apakah hal tersebut dapat berlangsung


(56)

normal, maka diperlukan parameter atau patokan. Parameter ini dapat dilihat dari KMS (Kartu Menuju Sehat). Diposyandu (pos pelayanan terpadu), juga telah disediakan Kartu Menuju Sehat yang bisa juga digunakan untuk memprediksi status gizi anak berdasarkan kurva KMS.

Kartu Menuju Sehat adalah alat yang penting untuk memantau tumbuh kembang anak, dan dapat diartikan sebagai rapor kesehatan dan gizi balita (Nursalam, 2008). Secara umum, KMS berisi gambar kurva berat badan trhadap umur untuk anak berusia 0-5 tahun, atribut penyuluhan, dan catatan yang penting untuk diperhatikan oleh petugas dan orang tua. Aktifitasnya tidak hanya menimbang dan mencatat saja, tetapi harus menginterprestasi tumbuh kembang anak.

Kartu Menuju Sehat (KMS) yang ada di Indonesia pada saat ini berdasarkan standar (Harvard pada seminar Antropomentri di Jakarta, 1975), dimana garis titik-titik merupakan batas gizi baik dan gizi kurang (cut off point) berdasarkan median-2SD. Sedangkan garis merah merupakan batas gizi kurang dengan gizi buruk (Medicastore.com diakses pada tgl 29 februari 2012).

2) Tujuan Penggunaan KMS

Tujuan umum penggunaan KMS adalah mewujudkan tingkat tumbuh kembang dan status kesehatan anak balita secara optimal. Adapun tujuan khususnya meliputi


(57)

1. Sebagai alat bantu bagi ibu atau orang tua untuk memantau tingkat pertumbuhan dan perkembangan yang optimal.

2. Sebagai alat bantu dalam memantau dan menentukan tindakan yang diperlukan untuk mewujudkan tumbuh kembang yang optimal.

3. Mengatasi malnutrisi dimasyarakat secara efektif dengan peningkatan pertumbuhan yang memadai (Nursalam, 2008). 3) Dasar Kurva pada KMS

Kurva atau grafik pada KMS dibuat berdasarkan standar baku WHO-NCHS yang disesuaiakan dengan situasi Indonesia. Kurva pertumbuhan tersebut dibagi dalam lima kelompok sesuai dengan skala berat badan dalam kg dan garis datar yang merupakan skala umur menurut bulan. Kelompok pertama untuk bayi berusia 0-12 bulan, kelompok kedua untuk bayi berusia 13-24 bulan, kelompok ketiga untuk usia 25-36 bulan, kelompok empat untuk usia 37-48 bulan, dan kelompok lima untuk usia 49-60 bulan. Setiap kelompok kurva terdapt garis melengkungyang menggambarkan pola pertumbuhan berat badan, berupa garis berwarna merah dengan pita kuning, hijau muda, dan hijau tua.masing-masing warna tersebut mempunyai makna sebagai berikut:

1. Garis merah dibentuk dengan menghubungkn angka yang dihitung dari 70% median baku WHO-NCHS.


(58)

2. Dua pita kuning yang berada di atas garis merah, berturut-turutmerupakan batas atas 75% dan 85% dari median baku WHO-NCHS.

3. Dua pita warna hijau muda di atas pita kuning, berturut-turut merupakan batas atas 85% dan 90% dari median baku WHO-NCHS.

4. Dua pita warna hijau tua di atas diatas pita hijau meda, berturut-turut merupakan batas atas 95% dan 100% median baku WHO-NCHS.

5. Dua pita hijau dan pita kuning paling atas, masing-masing bernilai 5% dari median baku dimana anak-anak sudah mengalami kelebihan bert badan.

Dari pengukuran kurva pertumbuhan berat badan bagaimana status gizi anak dapat di interprestasikan

1. Apabila pada pengukuran arah garis meningkat (mengikuti arah kurva) berarti pertumbuhn anak baik dengan status gizi baik.

2. Apabila pada pengukuran arah garis mendatar, berarti pertumbuhan kurang baik dengan status gizi kurang sehingga anak memerlukan perhatian khusus.

3. Apabila pada pengukuran arah garis menurun, berada diatas garis merah berarti anak status gizi buruk dan memerlukan tindakan segera.


(59)

Idealnya berat badan bayi berada di garis normal pada grafik pertumbuhan. Ini artinya pertambahan berat badannya seimbang dengan pertambahan tinggi badan dan usia. Untuk itulah orang tua dianjurkan untuk selalu memantau berat badan bayinya secara berkala dengan membawa anaknya untuk kontrol ke dokter atau posyandu sebulan sekali untuk mengontrol berat badan (Rini, 2007).

6. Pencegahan Masalah Gizi Buruk

1) Pencegahan Tingkat Pertama (Primary Prevention)

Pencegahan tingkat pertama mencakup promosi kesehatan dan perlindungan khusus dapat dilakukan dengan cara memberikan penyuluhan kepada masyarakat terhadap hal-hal yang dapat mencegah terjadinya kekurangan gizi. Tindakan yang termasuk dalam pencegahan tingkat pertama :

1. Hanya memberikan ASI saja kepada bayi sejak lahir sampai umur 6 bulan.

2. Memberikan MP-ASI setelah umur 6 bulan. 3. Menyusui diteruskan sampai umur 2 tahun. 4. Menggunakan garam beryodium.

5. Memberikan suplemen gizi (kapsul vitamin A, tablet Fe) kepada anak balita.


(60)

2) Pencegahan Tingkat Kedua (Secondary Prevention)

Pencegahan tingkat kedua lebih ditujukan pada kegiatan skrining kesehatan dan deteksi dini untuk menemukan kasus gizi kurang di dalam populasi. Pencegahan tingkat kedua bertujuan untuk menghentikan perkembangan kasus gizi kurang menuju suatu perkembangan ke arah kerusakan atau ketidakmampuan. Tindakan yang termasuk dalam pencegahan tingkat kedua :

1. Pemberian makanan tambahan pemulihan (MP-ASI) kepada balita gakin yang berat badannya tidak naik atau gizi kurang. 2. Deteksi dini (penemuan kasus baru gizi kurang) melalui bulan

penimbangan balita di posyandu.

3. Pelaksanaan pemantauan wilayah setempat gizi (PWS-Gizi). 4. Pelaksanaan sistem kewaspadaan dini kejadian luar biasa gizi

buruk.

5. Pemantauan Status Gizi (PSG)

3) Pencegahan Tingkat Ketiga (Tertiary Prevention)

Pencegahan tingkat ketiga ditujukan untuk membatasi atau menghalangi ketidakmampuan, kondisi atau gangguan sehingga tidak berkembang ke arah lanjut yang membutuhkan perawatan intensif. Pencegahan tingkat ketiga juga mencakup pembatasan terhadap segala ketidakmampuan dengan menyediakan rehabilitasi saat masalah gizi sudah terjadi dan menimbulkan kerusakan. Tindakan yang termasuk dalam pencegahan tingkat ketiga :


(61)

1) Konseling kepada ibu-ibu yang anaknya mempunyai gangguan pertumbuhan.

2) Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan ibu dalam memberikan asuhan gizi kepada anak.

3) Menangani kasus gizi buruk dengan perawatan puskesmas dan rumah sakit.

4) Pemberdayaan keluarga untuk menerapkan perilaku sadar gizi. 4. Kebutuhan Nutrisi Untuk Balita

Gizi kurang banyak menimpa anak-anak balita sehingga golongan ini disebut golongan rawan gizi. Masa peralihan antara saat disapih dan mulai mengikuti pola makanan orang dewasa atau bukan anak merupakan masa gawat karena ibu atau pengasuh anak mengikuti kebiasaan yang keliru (Sajogyo et al, 1994). Kebutuhan nutrisi merupakaan kebutuhan yang sangat penting dalam membantu proses pertumbuhan dan perkembangan pada bayi dan anak. Periode usia ini mempunyai dorongan pertumbuhan yang biasanya bertepatan dengan periode peningkatan masukan dan nafsu makan. Adanya variasi dalam hal nafsu makan dan asupan makanan pada anak harus dipahami oleh orang tua agar dapat memberikan respon yang baik terhadap setiap kondisi yang terjadi pada anak (Sulistyoningsih, 2011). Di bawah ini adalah pola pemberian makanan pada anak menurut umur.


(62)

Table 1.1 Pola Makan Balita

Umur (Bulan) Bentuk makanan

0-6 6-9 10-12 12-24 24 -59

ASI Ekslusif

Makanan lumat (MPASI) Makanan lembek

Makanan keluarga Makanan keluarga (Sumber : DepKes RI, 2002)

Suatu makanan campuran dengan pangan pokok sebagai sumber protein yang baik, beberapa buah dan sayuran serta beberapa lemak atau minyak akan mengandung komponen pokok makanan seimbang jika dimakan dalam jumlah yang cukup dan sehat. Pemilihan pangan yang dimakan sedapat-dapatnya harus beraneka ragam. Suatu ketentuan yang baik untuk diikuti ialah makan sekurang-kurangnya sepuluh jenis pangan yang berlainan setiap hari (Suhardjo, 2003). Pengetahuan tentang kadar zat gizi dalam berbagai bahan makanan bagi kesehatan keluarga dapat membantu ibu memilih bahan makanan yang harganya tidak begitu mahal akan tetapi nilai gizinya tinggi (Sjahmien Moehji, 2002).

Komponen zat gizi yang dibutuhkan balita untuk memenuhi kebutuhan nutrisi sebagai sumber tenaga, sumber zat pembangun dan zat pengatur dalam tubuh meliputi karbohidrat, lemak, protein, dan air, vitamin dan mineral.


(63)

1. Karbohidrat

Karbohidrat diperlukan oleh anak yang sedang tumbuh terutama sebagai sumber energy. Tidak ada ketetuan tentang kebutuhan minimal karbohidrat, oleh karena glukosa dalam sirkulasi dapat dibentuk dari protein dan lemak. Walaupun demikian zat yang mengandung tinggi protein dan lemak dapat menyebabkan beban bagi ginjal dan sirkulasi. Masukan yang dianggap optimal berkisar antara 40-60% dari jumlah total energi, sebagian besar karbohidrat sebaiknya dari jenis polisakarida seperti yang terdapat dalam beras, gandum, kentang dan sayuran. Glukosa yang terdapat dalam minuman manis, kue, coklat dan makanan manis lainnya harus dibatasi dan tidak melebihi 10% dari jumlah energy. Makanan yang terlalu manis tidak dianjurkan untuk anak-anak, karena dapat menyebabkan kerusakan gigi (Pudjiadi, 2005). 2. Lemak

Lemak merupakan zat gizi yang berperan dalam pengangkutan vitamin A,D,E, dan K. lemak juga merupakan sumber yang kaya akan energy, selain itu sebagai pelindung organ tubuh seperti pembuh darah, saraf, organ dan lain-lain terhadap suhu tubuh dan dapat membantu rasa kenyang (penundaan waktu pengosongan lambung), komponen lemak dalam tubuh harus tersedia dalam jumlah yang cukup sebab kekurangan lemak akan menyebabkan terjadinya perubahan kulit khususnya asam lenoleat yang rendah, berat badan kurang, akan tetapi apabila konsumsi lemak dalam jumlah yang berlebihan akan menyebabkan berbagai penyakit pada anak. Oleh karena itu, untuk mendapatkan jumlah lemak


(64)

yang cukup dapat diperoleh dari susu, mentega, kuning telur, daging, ikan, keju, kacang-kacangan dam minyak sayur (Pudjiadji, 2001). 3. Protein

Protein merupakan zat gizi dasar yang berguna dalam pembentukan sel. Tersedianya protein dalam jumlah yang cukup penting untuk pertumbuhan dan perbaikan sel jaringan. Protein dalam tubuh anak harus tersedia dalam jumlah yang cukup ,apabila jumlahnya berlebih dapat memperburuk isufisiensi ginjal demikian juga apabila jumlahnya kurang maka dapat menyebabkan kelemahan, kwasiokhor dan marasmus. Komponen zat gizi protein dapat diperoleh dari susu, telur, daging, ikan, unggas, keju, kedele, kacang buncis dan padi-padian (Pudjiadi, 2001).

4. Air

Air merupakan kebutuhan nutrisi yang sangat penting, mengingat kebutuhan air pada anak relative tinggi 75-80% dari berat badan dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 55-60%. Air bagi tubuh dapat berfungsi sebagai pelarut untuk pertukaran sel, sbagai medium untuk ion, dan pengatur suhu tubuh. Sumber zat air dapat diperoleh dari air dan semua makanan (Pudjiadi, 2005).

5. Mineral

Mineral merupakan komponen zat gizi yang tersedia dalam kelompok mikro, yang terdiri dari kalsium yang terdapat di keju, susu, sayur-sayuran yang berdaun hijau, dan kerang. Klorida termasuk mineral yang berguna dalam pengaturan tekanan osmotic yang tersedia


(65)

dalam garam, daging, susu dan telur. Flour merupakan mineral yang berfungsi untuk pengaturan struktur gigi dan tulang yang apabila tersedia dalam jumlah yang kurang menyebabkan karies gigi, sumber dari flour ini terdapat pada air, makanan laut, dan tumbuh-tumbuhan. Yodium merupakan mineral yang terdapat dalam garam, apabila tersedia dalam jumlah kurang dapat mengakibatkan penyakit gondok dan dapat menggagngu pertumbuhan.

6. Vitamin

Vitamin merupakan senyawa organic yang digunakan untuk mengkatalisator metabolism sel yang berguna untuk pertumbuhan dan perkembangan serta dapat mempertahankan fungsi organ. Vitamin yang dibutuhkan meliputi vitamin A, vitamin B, vitamin B komplek, vitamin C, vitamin B2, vitamin B12, vitamin D, vitamin E dan Vitamn K.

Table 1.2 Kebutuhan Energi Per Hari

Umur Berat badan

(kg) Tinggi badan (cm) Energi (Kkal) 0-6 bulan 7-12 bulan 1-3 tahun 4-6 tahun 5,5 8,5 12 18 60 71 89 108 560 800 1220 1720

5. Pentingnya Pengetahuan Tentang Gizi

Suatu hal yang meyakinkan tentang pentingnya pengetahuan gizi didasarkan pada tiga kenyataan yaitu:


(66)

1) Status gizi cukup adalah penting bagi kesehatan dan kesejahteraan 2) Setiap orang hanya akan cukup gizi jika makanan yang dimakannya

mampu menyediakan zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan tubuh yang optimal.

3) Ilmu gizi memberikan fakta-fakta yang perlu sehingga penduduk dapat belajar mengguanakan pangan dengan baik bagi perbaikan gizi (Suhardjo, 2003).

Pengetahuan gizi yang baik akan menyebabkan seeorang mampu menyusun menu yang baik untuk dikonsumsi. Semakin banyak pengetahuan gizi seseorang, maka ia akan semakin memperhitungkan jenis dan jumlah makanan yang diperolehnya untuk dikonsumsi (Sediaoetomo, 2000). Semakin bertambah pengetahuan ibu maka seorang ibu akan semakin mengerti jenis dan jumlah makanan untuk dikonsumsi seluruh anggota keluargnya termasuk pada anak balitanya. Hal ini dapat meningkatkan kesejahteraan anggota keluarga, sehingga dapat mengurangi atau mencegah gangguan gizi pada keluarga (Harpper, Deaton dan Driskel ,1986 dalam Morani, 2008).

D. Peranan Ibu

Peranan ibu dalam keluarga adalah sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidikk anak-anaknya, pelindung dan dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya. Peran ibu dalam mempengaruhi kualitas sumberdaya manusisa dan


(67)

pembanguanan sangat penting, karena besarnya peran ibu dalam melahirkan kehidupan dan memelihara kehidupan yang dilahirkannya. Pengaruh ibu terhadap kehidupan seorang anak telah dimulai selama dia hamil, selama masa bayi, dan berlanjut terus sampai anak itu memasuki usia sekolah (Kusnadi, 2001).

Prilaku ibu seperti cara memelihara kebersihan rumah, hygiene makanan kebersihan perorangan dan praktik psikososial adalah faktor-fakor penting yang berpengruh terhadap proses tumbuh kembang anak. Demikian pula faktor lingkungan seperti ketersediaan air bersih dalam rumah, bahan pangan yang tersedia untuk makan sehari-hari, dan pengetahuan ibu. Latar belakang pendidikan ibu serta keadaan kesehatan fisik dan mental dan kemempuan ibu mempraktikan pengetahuan yang dipunyai dalam kehidupan sehari-hari semuanya berakumulasi dalam membentuk kualitas tumbuh kembang anak.

Pengasuhan yang baik sangat penting untuk dapat menjamin tumbang anak yang optimal. Misalnya pada keluarga miskin yg ketersediaan pangan dirumah tangga belum mencukupi, namun ibu yang tahu bagaimana mengasuh anaknya, dapat memanfaatkan sumber-sumber yang terbatas untuk dapat menjamin tumbuh kembang anak yang optimal sebagai contoh menyusi anak adalah prktik memberikan makanan, kesehatan dan pengasuhan yang terjadi bersamaan (Soetjiningsih, 1995).

Ibu yang dapat membimbing anak dengan cara makan yang sehat dan makanan yang bergizi akan meningkatkan gizi anak. Banyaknya porsi yang dapat dihabiskan anak, tergantung pada bagaimana ibu memberi makan kepada anakanya (Staf pengajar ilmu kesehatan anak FK UI, 1985).


(68)

E. Penelitian Terkait

1. Rubiyanto Teguh (2002), peelitiannya yang berjudul “faktor-faktor yang berhubuungan dengan pengetahuan ibu mengenai AIDS (anallisis data sekunder SDKI’97)”. Penelitian ini menggunakan desain analisis data sekunder dengan hasil penelitian faktor-faktor yang berhubungan dengan pengetahuan ibu mengenai AIDS diantaranya umur, tingkat pendidikan, pekerjaan, tempat tinggal serta keterpajanan informasi. Dimana analisis bivariatnya terdapat hubungan yang bermakna diantara faktor-faktor tersebut terhadap pengetahuan.

2. Kosasih (1996), penelitiannya yang berjudul “faktor-faktor yang berhubungan dengan pengetahuan dan sikap kepala keluarga dan tokoh masyarakat tentang kusta di Kabupaten Kuningan”. Hasil penelitian menunjukakan hubungan bermakna antara faktor umur, pendidikan, dan lingkungan dengan pengetahuan mengenai kusta.

3. Sandjaja (2000). Penelitianya yang berjudul “Penyimpangan Positif (Positif Deviance) Status Gizi Anak Balita dan faktor-faktor yang berpengaruh” Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor yangberhubungan dengan malnutrisi anak di bawah lima tahun. Studi ini telah dilakukan dari bulan Juli sampai September 2000 diPagelaran, Ciomas, Kecamatan Bogor, Jawa Barat. Subyek penelitian adalah 60 anak kekurangan berat badan yang dipilih dari tiga Posyandu. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa sebagian anak dalam keluarga tertentu dengan sosial ekonomi rendah mempunyai daya adaptasi yang tinggi sehingga mampu tumbuh dan berkembang, salah satu


(1)

pengalaman

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Pernah 7 8.9 8.9 8.9

tdk prnh 72 91.1 91.1 100.0

Total 79 100.0 100.0

pengetahuan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Kurang 8 10.1 10.1 10.1

Cukup 29 36.7 36.7 46.8

Baik 42 53.2 53.2 100.0

Total 79 100.0 100.0

Crosstabs

Case Processing Summary Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent


(2)

umur * pengetahuan Crosstabulation pengetahuan

Total kurang cukup baik

umur <32 Count 5 19 10 34

% within umur 14.7% 55.9% 29.4% 100.0%

>32 Count 3 10 32 45

% within umur 6.7% 22.2% 71.1% 100.0%

Total Count 8 29 42 79

% within umur 10.1% 36.7% 53.2% 100.0%

Crosstabs

Case Processing Summary Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

pendidikan * pengetahuan 79 100.0% 0 .0% 79 100.0%

pendidikan * pengetahuan Crosstabulation pengetahuan

Total kurang cukup baik

pendidikan rendah Count 8 16 0 24

% within pendidikan 33.3% 66.7% .0% 100.0%

menengah Count 0 13 26 39

% within pendidikan .0% 33.3% 66.7% 100.0%

tinggi Count 0 0 16 16


(3)

Total Count 8 29 42 79 % within pendidikan 10.1% 36.7% 53.2% 100.0%

Crosstabs

Case Processing Summary Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

pekerjaan * pengetahuan 79 100.0% 0 .0% 79 100.0%

pekerjaan * pengetahuan Crosstabulation pengetahuan

Total kurang cukup baik

pekerjaan bekerja Count 0 3 20 23

% within pekerjaan .0% 13.0% 87.0% 100.0%

tdk bkrj Count 8 26 22 56

% within pekerjaan 14.3% 46.4% 39.3% 100.0%

Total Count 8 29 42 79

% within pekerjaan 10.1% 36.7% 53.2% 100.0%

Crosstabs

Case Processing Summary Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent


(4)

pendapatan * pengetahuan Crosstabulation pengetahuan

Total kurang cukup baik

pendapatan rendah Count 7 17 15 39

% within pendapatan 17.9% 43.6% 38.5% 100.0%

tinggi Count 1 12 27 40

% within pendapatan 2.5% 30.0% 67.5% 100.0%

Total Count 8 29 42 79

% within pendapatan 10.1% 36.7% 53.2% 100.0%

Crosstabs

Case Processing Summary Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

pengalaman * pengetahuan 79 100.0% 0 .0% 79 100.0%

pengalaman * pengetahuan Crosstabulation pengetahuan

Total kurang cukup baik

pengalaman pernah Count 2 2 3 7

% within pengalaman 28.6% 28.6% 42.9% 100.0%

tdk prnh Count 6 27 39 72

% within pengalaman 8.3% 37.5% 54.2% 100.0%

Total Count 8 29 42 79


(5)

Nonparametric Correlations

Correlations

umur pengetahuan Spearman's rho umur Correlation Coefficient 1.000 .396**

Sig. (2-tailed) . .000

N 79 79

pengetahuan Correlation Coefficient .396** 1.000

Sig. (2-tailed) .000 .

N 79 79

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Nonparametric Correlations

Correlations

pendidikan pengetahuan Spearman's rho pendidikan Correlation Coefficient 1.000 .761**

Sig. (2-tailed) . .000

N 79 79

pengetahuan Correlation Coefficient .761** 1.000

Sig. (2-tailed) .000 .

N 79 79

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Nonparametric Correlations

Correlations

pekerjaan pengetahuan Spearman's rho pekerjaan Correlation Coefficient 1.000 -.436**

Sig. (2-tailed) . .000

N 79 79


(6)

Sig. (2-tailed) .000 .

N 79 79

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Nonparametric Correlations

Correlations

pendapatan pengetahuan Spearman's rho pendapatan Correlation Coefficient 1.000 .323**

Sig. (2-tailed) . .004

N 79 79

pengetahuan Correlation Coefficient .323** 1.000

Sig. (2-tailed) .004 .

N 79 79

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Nonparametric Correlations

Correlations

pengalaman pengetahuan Spearman's rho pengalaman Correlation Coefficient 1.000 .108

Sig. (2-tailed) . .343

N 79 79

pengetahuan Correlation Coefficient .108 1.000

Sig. (2-tailed) .343 .


Dokumen yang terkait

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PNEUMONIA PADA BALITA DI WILAYAH PUSKESMAS MOJOGEDANG II Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pneumonia Pada Balita Di Wilayah Puskesmas Mojogedang II Kabupaten Karanganyar.

1 3 19

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PNEUMONIA PADA BALITA DI WILAYAH PUSKESMAS Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pneumonia Pada Balita Di Wilayah Puskesmas Mojogedang II Kabupaten Karanganyar.

0 6 15

GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN GIZI BURUK PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAUH PADANG TAHUN 2008.

0 0 12

BACA DULU cara membuka KTI Skripsi kode005

0 0 3

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan Gizi Pada Ibu Balita Gizi Buruk

0 0 16

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN GIZI KURANG PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CENRANA KABUPATEN MAROS

0 0 7

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MARGOTOTO KECAMATAN METRO KIBANG KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

0 0 10

FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI LEBIH PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS UMBULHARJO I YOGYAKARTA TAHUN 2015 NASKAH PUBLIKASI - FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI LEBIH PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS UMBULHARJO

0 0 25

FAKTOR- FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BONTOMARANNU

0 0 117

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN GIZI BURUK DAN GIZI KURANG PADA BALITA DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS KEBONG KABUPATEN SINTANG

1 1 169