Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

commit to user

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini merupakan pendahuluan yang akan diuraikan tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian.

A. Latar Belakang Masalah

Suatu daerahnegara dapat membuat citra untuk dirinya sendiri dan menetapkan posisi yang kompetitif diantara negara atau bangsa melalui pariwisata Benjamin dan Mbaze, 2009. Pariwisata pada hakekatnya merupakan suatu fenomena lokal sehingga prospek pengembangan pariwisata akan mempengaruhi perkembangan daerah. Pariwisata merupakan industri gaya baru yang mampu memacu pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam hal kesempatan kerja, pendapatan, taraf hidup, dan dalam mengaktifkan sektor lain di dalam suatu daerahnegara penerima wisatawan. Di samping itu, pariwisata sebagai suatu sektor yang kompleks mampu menghidupkan sektor- sektor lain meliputi sector-sektor industri seperti industri kerajinan tangan, industri cinderamata, penginapan, dan transportasi. Upaya untuk mencapai keberhasilantarget pariwisata suatu daerahnegara, maka diperlukan adanya usaha-usaha yang dilakukan dengan mengatur sistem pariwisata yang memadai berupa promosi dan pengembangan potensi-potensi pariwisata yang didukung dengan desain produksi dan kegiatan-kegiatan yang diadakan pemerintah setempat. 1 commit to user Salah satu jenis pariwisata adalah wisata budaya. Wisata budaya digambarkan sebagai gerakan masyarakat untuk memotivasi kecintaan terhadap budaya lokal, yang mencakup studi wisata, seni pertunjukan, festival, kunjungan ke situs bersejarah dan monumen, serta adat-istiadat masyarakat dan ziarah Organisasi Pariwisata Dunia, 1985 dalam Huh 2002. Wisata budayapeninggalan kebudayaan adalah ceruk pasar yang berkembang pesat. Pasar ini didorong oleh peningkatan jumlah wisatawan domestik dan internasional, serta didorong juga oleh peningkatan ketersediaan komunikasi global Huh, 2002. Wisata budaya merupakan jenis wisata yang terlibat dan dirangsang oleh seni pertunjukan, seni visual, dan festival. Mengembangkan dan mempromosikan wisata budaya serta peninggalan kebudayaan memiliki tujuan sebagai sarana untuk menarik dan meningkatkan pengalaman pengunjung. Hal ini dikarenakan bahwa peninggalan budaya dan wisata budaya sedang digunakan sebagai alat untuk meningkatkan perekonomian lokal dan memiliki potensi untuk membantu kemajuan pariwisata lokal Benjamin dan Mbaze, 2009. Pertunjukan seni dan festival budaya saat ini menjadi fenomena pariwisata di seluruh dunia Prentice dan Andersen, 2003. Ada banyak sekali bukti dalam literatur tentang manfaat festival budaya untuk tujuan wisata. Hal ini menunjukkan bahwa festival berkontribusi pada tujuan regenerasi lokal dan kesejahteraan. Selain itu, festival budaya dapat menghasilkan kesempatan 2 commit to user kerja baru serta mendorong pengembangan semacam infrastruktur yang ramah pengunjung dan berkelanjutan Prentice dan Andersen, 2003. Kota Surakarta atau yang lebih dikenal dengan nama Kota Solo, memiliki fungsi dan peran sebagai salah satu kota penting di Propinsi Jawa Tengah. Kota Surakarta merupakan pusat dari pertumbuhan ekonomi daerah- daerah sekitarnya. Selain itu, Kota Surakarta juga menjadi pusat aktivitas dan kegiatan–kegiatan lainnya seperti industri, sosial, maupun kegiatan kebudayaan. Peran Kota Surakarta sebagai kota budaya dapat dilihat dari berbagai nilai dan aktivitas budaya yang berkembang di kota tersebut. Seluruh nilai–nilai budaya tersebut hingga saat ini telah berkembang menjadi sektor pariwisata. Apabila ditinjau dari segi aset, Kota Surakarta memiliki banyak obyek dan atraksi wisata yang tentunya dapat menjadi suatu nilai tambah yang dapat memacu perkembangan sektor pariwisata di masa yang akan datang. Berdasarkan hal tersebut perlu adanya peningkatan kualitas pariwisata yang ada di Kota Surakarta agar nantinya sektor kepariwisataan Kota Surakarta dapat berkembang. Citra sebagai kota budaya sudah melekat cukup lama di Kota Solo. Citra ini tidak terlepas dari keberadaan dua lembaga adat budaya Jawa yang hingga kini masih bertahan, yakni Keraton Kasunanan Surakarta dan Pura Mangkunegaran. Dalam hal keterikatan budaya, Solo masih sedikit tertinggal dibanding Yogyakarta. Ciri budaya yang hendak ditampilkan Solo harus 3 commit to user menjadi ikon kota dan mendapat positioning yang spesifik di tengah jangkar pariwisata Yogyakarta – Solo – Semarang Joglosemar. Tidak hanya berhenti sampai pada bangkitnya citra kota budaya, justru kedepan diharapkan citra yang sudah terbangun ini kelak akan dapat memberikan multiplier effect efek ganda terhadap bidang ekonomi, sosial dan budaya, termasuk di antaranya dalam menambah Pemasukan Asli Daerah PAD. Pemerintah Kota Surakarta bekerjasama dengan berbagai pihak yang peduli terhadap semua warisan budaya tersebut membuat berbagai evenacara yang memiliki nilai budaya yang diharapkan akan dapat menarik minat wisatawan baik mancanegara maupun domestik untuk datang ke Kota Solo. Salah satu upaya untuk mengakselerasi pertumbuhan dan citra Kota Surakarta sebagai kota budaya dan kota batik di tingkat nasional yaitu pada tahun 2008 pemerintah Kota Surakarta menyelenggarakan suatu kegiatan karnaval yang disebut dengan Solo Batik Carnival SBC. Kota Solo ingin mengadopsi karnaval kelas dunia seperti Rio de Jaeniro Brasil dan Vineta Eropa. Bedanya, Kota Solo menggunakan kostum dari bahan batik, fungsinya adalah sebagai pembeda dari karnaval di kota-kota lain. Solo pada khususnya, mempunyai kebudayaan yang sangat berpotensi untuk dikembangkan sebagai suatu objek wisata budaya. Diadakannya kegiatan Solo Batik Carnival menjadi salah satu cara untuk menjaga potensi tersebut. Pemerintah Kota Solo menggunakan acara ini sebagai katalisator pembangunan kota. Tujuan ini hanya dapat dicapai jika festival ini menarik 4 commit to user kelompok-kelompok pelanggan yang layak dan mendapatkan kunjungan berulang yang tinggi. Solo Batik Carnival SBC adalah sebuah karnaval berbasis masyarakat yang lintas etnis, usia dan profesi, serta batik sebagai tema utamanya. Batik merupakan suatu kreativitas yang tidak pernah selesai dan mempunyai latar belakang sejarah yang panjang di Indonesia, baik filosofi, desain motif, kreator dan masyarakat pendukungnya. Solo Batik Carnival adalah tafsir baru masyarakat Solo dalam menyikapi batik sebagai kerja kreatif masyarakat Solo. Cipta, mandiri, dan kreatif dengan batik merupakan spirit dari Solo Batik Carnival. Bekerjasama dengan Solo Center Poin, pemerintah Kota Surakarta dan SBC Community menyelenggarakan Solo Batik Carnival setiap tahunnya dengan tema yang selalu berbeda sejak pertama kali diadakan pada tahun 2008. Solo Batik Carnival telah berhasil membawa nama Kota Solo pada kancah nasional dan internasional, ini terlihat dari penampilan mereka di beberapa negara, yaitu China, Singapura, Belanda, dan bila tidak ada halangan, Solo Batik Carnival juga akan tampil di Afrika www.SoloBatikCarnival.com. Dalam analisis ilmu sosial, setiap tindakan dan perilaku sosial termasuk dalam hal ini melakukan kegiatan wisata, sangat terkait dengan latar belakang atau karakteristik sosial, demografi maupun ekonomi. Karakteristik perjalanan wisatawan dan karakteristik sosial demografi wisatawan dapat mewakili gambaran ciri-ciri yang sama pada wisatawan secara umum Nasution, dkk, 2005. Faktor demografi ini merupakan dasar yang paling 5 commit to user populer dalam mengklasifikasi konsumen. Huh 2002 serta Benjamin dan Mbaze 2009, menggunakan karakteristik demografis wisatawan dalam penelitianya yang meliputi usia, jenis kelamin, pendapatan per bulan, tingkat pendidikan, dan negara asal. Indikator ini mudah diidentifikasi dan digunakan dalam keputusan pemasaran. Deskripsi karakteristik perilaku perjalanan wisatawan dapat digunakan untuk memahami persiapan perjalanan wisatawan, pelaksanaan perjalanan itu sendiri, ekspektasi dan destinasi wisata sampai pada persepsi dan penilaian mereka tentang destinasi tersebut Nasution, dkk, 2005. Huh 2002, menggunakan karakteristik perilaku perjalanan wisatawan dalam penelitiannya yang meliputi pengalaman masa lalu, jumlah anggota rombongan wisata, waktu untuk merencanakan melihat tujuan wisata, lama tinggalmenginap, jarak perjalanan, dan sumber informasi tentang tujuan wisata. Atributelemen pendukung wisata budaya sangat berpengaruh terhadap puas atau tidak puasnya wisatawan terhadap tujuan wisata secara keseluruhan Huh, 2002. Benjamin dan Mbaze 2009 yang melakukan penelitian pada Calabar Carnaval Festival di Nigeria, menggunakan sembilan atributelemen pendukung wisata budaya, yaitu panitia penyelenggaraorganisasi, promosi, tempat belanja, fasilitas, makanan dan minuman, keramahan masyarakat, infrastruktur, suasana lingkungan, serta keamanan. Diharapkan jika wisatawan puas dengan atributelemen pendukung wisata budaya akan menimbukan kepuasan pada tujuan wisata secara keseluruhan. Penyelidikan tentang hubungan antara atribut festivalwisata budaya dan kepuasan wisatawan 6 commit to user diperlukan untuk membantu para praktisi pariwisata, perencana, dan pemasar untuk memiliki pemahaman yang lebih baik tentang festivalwisata budaya, yang pada gilirannya akan memfasilitasi perumusan strategi pemasaran yang lebih baik. Hal ini akan meningkatkan kemampuan untuk menawarkan pengalaman pengunjung festival dan mendapatkan kunjungan berulang yang tinggi Nasution, dkk, 2005. Kepuasan pelanggan adalah penting. Kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang muncul setelah membandingkan antara kinerja hasil produk yang dirasakan terhadap kinerja atau hasil yang diharapkan. Jika kinerja berada di bawah harapan, maka konsumen tidak puas. Jika kinerja memenuhi harapan, maka konsumen puas. Jika kinerja melebihi harapan, maka konsumen amat puas atau senang Kotler dan Susanto, 2000. Kepuasan wisatawan penting untuk kesuksesan tujuan pemasaran, karena sangat berpengaruh terhadap pilihan tujuan, konsumsi produk dan layanan, serta keputusan untuk kembali Kozak Rimmington, 2000. Tingkat kepuasan lebih mengacu pada totalitas pengalaman yang diperoleh selama berwisata, memberikan kesenangan, kepuasan fisik serta psikologis. Kepuasan dan ketidakpuasan konsumen menjadi pendorong yang pada akhirnya membentuk sikap dan perilaku mereka selanjutnya Huh, 2002. Kepuasan wisatawan merupakan tujuan utama dari setiap pengembangan obyek wisata daerahnegara. Kepuasan wistawan sangat besar pengaruhnya terhadap jumlah wisatawan dan akan berdampak pada 7 commit to user pendapatan daerah secara langsung dan peningkatan kesejahtraan masyarakat sekitar lingkungan obyek wisata secara tidak langsung karena perekonomian di daerah obyek wisata akan bergulir sendirinya Nasution, dkk, 2005. Kepuasan pelanggan menempati posisi penting dalam praktek di dunia bisnis karena manfaat yang dapat ditimbulkannya bagi perusahaan. Banyak peneliti setuju bahwa konsumen yang terpuaskan cenderung akan menjadi loyal Fornell et al., 1996. Konsumen yang puas terhadap barang dan jasa yang dikonsumsinya akan mempunyai kecenderungan untuk membeli ulang dari produsen yang sama. Keinginan untuk membeli ulang sebagai akibat dari kepuasan ini adalah keinginan untuk mengulang pengalaman yang baik dan menghindari pengalaman yang buruk. Clemes et al., 2009 menjelaskan bahwa kepuasan memiliki dampak positif terhadap niat berperilaku behavioral intention. Niat berperilaku behavioral intention merupakan hasil dari proses kepuasan Mittal dan Kamakura, 2001. Homer 1990, mendefinisikan niat berperilaku sebagai keinginan individu untuk membeli atau menggunakan suatu produk atau merek. Variabel ini dioperasionaliasasi sebagai keinginan individu untuk membeli produk, yang diekspresikan dalam bentuk likelyunlikely, probableimprobable, possibleimposible Homer, 1990. Menurut Japarianto 2006, behavioral intentions adalah suatu indikasi dari bagaimana orang bersedia untuk mencoba dan seberapa banyak suatu usaha yang mereka rencanakan untuk dikerahkan dalam upaya menunjukan perilaku. Sedangkan Olloruniwo et al., 2006, mendefinisikan behavioral 8 commit to user intention sebagai pengukuran perilaku dalam bentuk pembelian kembali, word of mouth, complaining behavior, dan kesensitifan terhadap harga. Zeithaml, Berry, dan Parasuraman 1996, lebih menekankan bahwa behavioral intention dapat dilihat ketika seorang pelanggan memutuskan untuk tetap dengan atau berpindah dari perusahaan. Burton et al., 2003 dalam Clemes et al., 2009, menyimpulkan bahwa pengalaman pelanggan berkaitan dengan behavioral intention. Semakin positif pengalaman pelanggan, semakin besar kemungkinan mereka bersedia untuk menggunakan kembali layanan tersebut. Berdasarkan uraian tersebut diatas, peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul: PENGARUH SOLO BATIK CARNIVAL TERHADAP NIAT UNTUK MENYAKSIKAN KEMBALI BEHAVIORAL INTENTION DENGAN KEPUASAN WISATAWAN SEBAGAI VARIABEL MEDIASI.

B. Perumusan Masalah