bab 2 pasal 2 disebutkan bahwa tujuan pendidikan luar biasa adalah

Kartika Nurlaila Rahmawati, 2012 Pembelajaran Keterampilan Membatik Pada Tunarungu Jenjang SMALB Di SLB B Negeri Cicendo Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu Ketika guru menerangkan sesuatu hal, maka terkadang akan ditangkap lain maksudnya oleh siswa. Namun demikian, walaupun mempunyai kendala dalam pembelajaran keterampilan tersebut mereka tetap berhak untuk mengembangkan potensi dirinya dalam hal pembelajaran keterampilan, salah satunya adalah pengembangan potensi dalam keterampilan membatik. Dengan pembelajaran keterampilan membatik ini diharapkan dapat melatih dan mempersiapkan mereka untuk memasuki dunia pekerjaan setelah lulus nanti, sehingga mereka bisa mendapatkan pekerjaan dengan modal keterampilan yang diberikan selama mendapatkan pendidikan di sekolah. Untuk mengembangkan kemampuan yang ada pada diri anak tunarungu, maka mereka berhak memperoleh pendidikan yang sesuai dengan kondisi dan kemampuannya, yaitu melalui layanan pendidikan luar biasa. Dalam PP 72 tahun

1991, bab 2 pasal 2 disebutkan bahwa tujuan pendidikan luar biasa adalah

… membantu peserta didik yang menyandang kelainan fisikatau mental agar mampu mengembangkan sikap, pengetahuan dan keterampilan sebagai pribadi maupun anggota masyarakat dalam mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya, alam sekitar serta dapat mengembangkan kemampuan dalam dunia atau mengikuti pendidikan lanjutan. Sedangkan tujuan khusus pendidikan anak tunarungu jenjang SMALB ditekankan pada pematangan keterampilan berkomunikasi, keterampilan menerapkan kemampuan dasar di bidang akademik yang mengerucut pada pengembangan kemampuan vokasional yang berguna sebagai pemenuhan kebutuhan hidup, dengan tidak menutup kemungkinan mempersiapkan siswa tunarungu melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi. Kartika Nurlaila Rahmawati, 2012 Pembelajaran Keterampilan Membatik Pada Tunarungu Jenjang SMALB Di SLB B Negeri Cicendo Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu Fakta di lapangan yang di temui saat observasi awal tentang kegiatan belajar mengajar membatik pada siswa tunarungu di SLB Negeri Cicendo adalah dalam pengerjaan pengecapan pada kain, cap yang digunakan siswa terkadang melenceng dari pola yang seharusnya di buat. Hal ini di sebabkan oleh ketidaktelitian siswa dalam pengerjaan dan kurang fokusnya perhatian siswa terhadap pekerjaan yang dihadapinya. Pelajaran keterampilan membatik yang secara teoritis sangat sulit dipahami oleh siswa tunarungu karena adanya keterbatasan dalam menerima informasi yang bersifat abstrak mengakibatkan terkadang terjadinya miss komunikasi ketika guru sedang menyampaikan teori dalam KBM Kegiatan Belajar Mengajar, sehingga kurang lancarnya pembelajaran keterampilan membatik. Oleh karena itu, dalam pembelajaran keterampilan membatik para siswa tunarungu harus lebih banyak menerima pembelajaran yang bersifat konkrit seperti lebih banyak melakukan praktik dibandingkan mendapat pembelajaran yang bersifat teori. Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai “Pembelajaran Keterampilan Membatik Pada Siswa Tunarungu Jenjang SMALB Di SLB B Negeri Cicendo Kota Bandung.”

B. Fokus Masalah