Latar Belakang SERAGAM BATIK SMA SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN APRESIASI SENI BATIK SUKAPURA DI KABUPATEN TASIKMALAYA.

1 Mohammad Suhardiwan, 2013 Seragam Batik SMA Sebagai Media Pembelajaran Apresiasi Seni Batik Sukapura Di Kabupaten Tasikmalaya Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan sebuah negara multikultur yang didalamnya terdapat suku bangsa yang beragam dengan keanekaragaman budaya yang dimilikinya. Salah satu warisan budaya bangsa Indonesia yang telah dicipta dan dikembangkan berbagai suku bangsa sejak zaman dahulu adalah budaya membatik. Keberadaan batik tidak hanya menjadi ciri budaya bangsa melainkan telah diakui secara internasional sebagai salah satu karya seni tradisi yang Adiluhung bermutu tinggi. Organisasi PBB melalui United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization UNESCO menetapkan secara resmi pada 2 Oktober 2009 di Abu Dhabi, bahwa batik sebagai salah satu warisan budaya dunia yang berasal dari Indonesia. Pengakuan dunia tentang batik sebagai warisan dunia diberikan berdasarkan penilaian terhadap nilai historis, filosofis dan keragaman ekspresi pada motif batik. Batik sebagai salah satu produk seni budaya bangsa Indonesia sekarang ini berkembang dengan baik dan memiliki daya tarik tersendiri bagi masyarakat dunia terutama untuk mengenakannya dalam berbagai keperluan. Kenyataan ini cukup membanggakan, namun di sisi lain proses pelestarian dan pengembangan batik sendiri mengalami kesulitan besar. Salah satu kesulitan itu adalah proses regenerasi yang tidak dapat berjalan dengan baik. Peran aktif dalam kegiatan membatik saat ini masih didominasi oleh kelompok generasi tua. Kelompok generasi muda pada umumnya cenderung masih kurang tertarik dan hanya berperan sebagai pemakai saja. Oleh karena itu sangat diperlukan penekanan khusus dalam rangka mengenalkan kembali keragaman budaya bangsa terhadap generasi muda. Salah satu strategi yang dianggap efektif yakni dengan menerapkannya melalui penggunaan seragam batik sekolah atau menjadikannya materi dalam kegiatan belajar di sekolah. 1 2 Mohammad Suhardiwan, 2013 Seragam Batik SMA Sebagai Media Pembelajaran Apresiasi Seni Batik Sukapura Di Kabupaten Tasikmalaya Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Pendidikan sebagai upaya peningkatan kompetensi sumber daya manusia, khususnya generasi muda adalah menjadi jalur yang tepat untuk mengadaptasi siswa dalam menghargai dan berkemampuan memproduksi batik di lingkungannya. Pendidikan dapat menjadi suatu cara untuk terus meningkatkan potensi dan kemampuan generasi muda untuk menjadikan masa depan bangsa terus berkembang. Perkembangan dan kemajuan suatu bangsa senantiasa diharapkan, mengingat semakin sengitnya persaingan dunia di masa depan. Kualitas pendidikan menjadi urusan bersama, baik pemerintah, swasta, sekolah dan masyarakat. Upaya-upaya peningkatan kualitas pendidikan telah banyak dilakukan oleh pemerintah. Salah satu upaya tersebut yakni dengan melakukan perubahan terhadap kurikulum pembelajaran. Kurikulum merupakan sebuah konsep yang dibuat untuk dijadikan pedoman dalam proses pendidikan. Pemerintah Indonesia telah beberapa kali melakukan perubahan kurikulum. Beberapa diantaranya yakni perubahan kurikulum tahun 1984 yang menggunakan konsep CBSA Cara Belajar Siswa Aktif, tahun 2004 dengan KBK Kurikulum Berbasis Kompetensi, tahun 2006 menggunakan KTSP Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan serta kurikulum tahun 2013 yang sampai saat ini berada dalam tahap sosialisasi. Keberhasilan kurikulum tidak bisa lepas dari kualitas guru sebagai salah satu pelaku KBM Kegiatan Belajar Mengajar. Guru memiliki peran penting dalam menentukan keberhasilan peserta didik untuk melakukan pembelajaran secara optimal di kelas. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP sampai saat ini masih digunakan oleh sekolah-sekolah, melalui pendekatan pembelajaran yang konstektual memberi kesempatan kepada setiap sekolah atau daerah untuk ikut bertanggungjawab, mengembangkan dan melestarikan seni budaya tradisi daerah setempatnya. KTSP telah menerapkan konsep pendidikan yang berorientasi pada kecakapan hidup life skill dengan tujuan agar lulusannya memiliki bekal untuk menghadapi permasalahan dalam kehidupan sehari-hari di keluarga ataupun masyarakat. KTSP memberikan kesempatan kepada pendidik untuk mengintegrasikan kembali pendidkan seni budaya dengan memperkenalkan kekayaan seni budaya tradisi bangsa kepada peserta didik. Dalam hal ini sekolah 3 Mohammad Suhardiwan, 2013 Seragam Batik SMA Sebagai Media Pembelajaran Apresiasi Seni Batik Sukapura Di Kabupaten Tasikmalaya Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu sebagai lembaga pendidikan formal mempunyai peran sangat penting dalam mengembangkan dan melestarikan seni budaya bangsa. Pendidikan seni akan berkembang secara konsisten dan mampu bersaing di masa mendatang apabila mampu menempatkan aspek kualitas dengan baik. Salah satu arti penting pendidikan seni dalam masyarakat yang beragam adalah sebagai sarana untuk menumbuhkembangkan budaya kepada generasi muda agar tidak hilang begitu saja. Oleh karena itu pendidikan seni harus diberdayakan di sekolah agar dapat memberikan kemampuan kepada anak didik untuk mandiri di masyarakat sesuai konteks budayanya. Keanekaragaman budaya tradisi dan kerajinan yang cenderung mulai ditinggalkan oleh generasi masyarakat pendukungnya. Hal ini dikarenakan penerapan kurikulum dan pembelajaran di sekolah belum terlaksana secara maksimal. Misalnya dalam Standar Isi tercantum apresiasi seni daerah setempat, nusantara dan macanegara, namun tidak sedikit para guru yang belum mampu memahami dan mengambil keputusan untuk mengimplementasikannya dalam pembelajaran seni budaya seutuhnya. Pembelajaran seni di sekolah masih bersifat rutinitas, belum ada inovasi yang signifikan, sehingga menyebabkan generasi muda bangsa mulai tidak mengenal budayanya sendiri bahkan merasa asing dari budayanya sendiri. Tasikmalaya sebagai satu daerah di Jawa Barat yang mempunyai nilai-nilai kultural yang beragam, tidak diragukan lagi eksistensinya terutama dalam bidang kerajinan tangan. Beraneka ragam karya kerajinan tangan telah dihasilkan bahkan telah sampai di mancanegara. Anyaman pandan, kerajinan bordir, kelom geulis dan payung geulis adalah beberapa karya kerajinan dari Tasikmalaya yang dapat dikatakan telah dikenal di dunia. Akhir-akhir ini pihak Pemerintah Daerah sedang berupaya untuk mengangkat kembali jenis karya kerajinan khas Tasikmalaya yang beberapa waktu lalu sempat tenggelam, yaitu karya seni batik Sukapura. Pada awalnya batik Sukapura merupakan batik tulis yang memiliki karakter cukup kuat walaupun pada perkembangannya mendapat pengaruh dari batik keraton Jawa Tengah dan Cirebon. Terdapat dua hal utama yang membedakan antara batik Sukapura dengan batik-batik dari daerah lain, yaitu mengenai warna 4 Mohammad Suhardiwan, 2013 Seragam Batik SMA Sebagai Media Pembelajaran Apresiasi Seni Batik Sukapura Di Kabupaten Tasikmalaya Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu dan motif. Warna-warna batik Sukapura pada umumnya menggunakan jenis-jenis warna merah marun, putih, hitam, coklat dan gading. Batik ini sangat terkenal dengan ragam hias flora dan faunanya. Hal ini sangat mencerminkan kondisi lingkungan yang ada di tanah sunda, khususnya. Motif-motif yang digunakan pada batik ini sudah diturunkan dari masa ke masa. Namun, dalam perkembangannya saat ini, motif batik terkadang disesuaikan dengan dunia modern atau sering disebut juga motif kontemporer. Keberadaan batik Sukapura sebagai salah satu karya seni kerajinan yang adiluhung di Tasikmalaya beberapa tahun sebelumnya cukup memprihatinkan. Berdasarkan informasi awal yang diperoleh, keberadaan perajin batik tulis Sukapura di daerah Sukaraja yang masih bertahan sampai saat ini tidak lebih dari dua belas orang dan itupun tergolong usia lanjut. Sementara itu masalah lain yang timbul yaitu kurangnya minat generasi muda untuk belajar menekuni batik tulis Sukapura. Hal ini disebabkan karena generasi muda keturunan para perajin batik lebih cenderung memilih untuk menjadi pegawai negeri sipil atau bekerja di luar kota. Selain itu fakta lain yang terjadi yakni tidak sedikit generasi muda khususnya siswa-siswa SMA di Kabupaten Tasikmalaya kurang begitu paham mengenai batik Sukapura. Ketika diberi pertanyaan lebih mendalam tentang batik Sukapura, umumnya mereka kurang mengetahui, dan hanya tersenyum sebagai tanda kebingungan. Salah satu fakta yang terjadi di lapangan tersebut dapat diasumsikan bahwa hal ini dipengaruhi oleh peran pendidikan seni di sekolah terutama pembelajaran apresiasi seni batik yang belum maksimal. Oleh karena itu kesadaran dan komitmen untuk memanfaatkan seni dalam pendidikan di sekolah formal harus ditingkatkan karena pendidikan seni memiliki karakteristik yang unik, bermakna dan bermanfaat terhadap pertumbuhan dan perkembangan kepribadian peserta didik. Pembelajaran apresiasi batik Sukapura sebagai salah satu materi pendidikan seni di tingkat SMA di Kabupaten Tasikmalaya diberikan karena keunikan, kebermaknaan dan kebermanfaatan terhadap kebutuhan perkembangan peserta didik. Prosesnya terletak pada pemberian pengalaman estetik dalam bentuk 5 Mohammad Suhardiwan, 2013 Seragam Batik SMA Sebagai Media Pembelajaran Apresiasi Seni Batik Sukapura Di Kabupaten Tasikmalaya Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu kegiatan berekspresiberkreasi dan berapresiasi melalui pendekatan belajar dengan seni, belajar melalui seni dan belajar tentang seni. Pengalaman estetik yang diberikan pada pendidikan seni pada prinsipnya berfungsi melatih dan mengembangkan kepekaan rasa. Dengan kepekaan rasa yang tinggi mental seseorang cenderung mudah diisi dengan nilai-nilai hidup dan kehidupan, seperti nilai religius, nilai moral, nilai budi pekerti dan nilai kehidupan lainnya. Salah satu faktor penunjang keberhasilan pengajaran di sekolah adalah bagaimana guru membuat strategi pembelajaran. Dihubungkan dengan belajar mengajar, strategi bisa diartikan sebagai pola umum kegiatan guru dan anak didik dalam perwujudan kegiatan mengajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan. Pelaksanaan pembelajaran apresiasi seni batik dengan menggunakan seragam batik motif Sukapura sebagai media pembelajaran ini dilakukan dengan menempatkan peserta didik untuk belajar aktif. Penerapan seragam batik yang dikenakan dua kali dalam seminggu digunakan sebagai media pembelajaran tersebut diharapkan dapat menjadi salah satu strategi efektif dalam pembelajaran apresiasi seni siswa SMA di Kabupaten Tasikmalaya. Secara garis besar hal-hal yang menjadi alasan dilakukannya penelitian adalah sebagai berikut : 1. Keberadaan batik Sukapura sebagai salah satu karya kriya khas Tasikmalaya masih dianggap asing oleh generasi muda khususnya siswa SMA. Terutama berkaitan dengan nilai historis dan karakteristik yang dimilikinya. 2. Masih banyak siswa SMA di Kabupaten Tasikmalaya kurang begitu paham mengenai batik Sukapura. Ketika diberi pertanyaan tentang batik Sukaraja mayoritas kurang mengetahui, mereka hanya tersenyum dan tampak bingung. Salah satu fakta yang terjadi di lapangan tersebut dapat diasumsikan, bahwa hal ini dipengaruhi oleh peran pendidikan seni di sekolah terutama pembelajaran apresiasi batik. 6 Mohammad Suhardiwan, 2013 Seragam Batik SMA Sebagai Media Pembelajaran Apresiasi Seni Batik Sukapura Di Kabupaten Tasikmalaya Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 3. Penggunaan batik sebagai seragam sekolah bagi para siswa hanya dianggap sebagai rutinitas dan bentuk kepatuhan pada aturan sekolah dalam hal penggunaan pakaian. Berkaitan dengan latar belakang dan fenomena di atas mengenai pembelajaran apresiasi batik Sukapura maka penulis sangat tertarik untuk menjadikan permasalahan tersebut menjadi fokus dalam penelitian karya ilmiah atau tesis penulis. Fokus dan masalah tersebut juga berhubungan dengan studi yang selama ini penulis ikuti, yakni dalam disiplin Pendidikan seni, khususnya seni rupa. Selain itu juga bidang tersebut menjadi profesi penulis yang selama ini geluti, yakni sebagai guru seni budaya SMA. Dengan demikian judul penelitian yang penulis pilih adalah Seragam Batik SMA Sebagai Media Pembelajaran Apresiasi Seni Batik Sukapura di Kabupaten Tasikmalaya.

B. Fokus Penelitian dan Pertanyaan Penelitian