Evaluasi Pembelajaran Aqidah Akhlak

4. Evaluasi

evaluation Evaluasi merupakan kegiatan identifikasi untuk melihat, apakah suatu program yang direncanakan telah tercapai atau belum, berharga atau tidak, dan dapat pula untuk melihat tingkat efisisiensi pelaksanaannya Aunurrahman, 1997: 206. Sebuah evaluasi pembelajaran dapat dilaksanakan melalui beberapa macam cara, diantaranya adalah melalui tes, non-tes, dan tes alternatif. Menurut Departemen Pendidikan Nasional Depdiknas ada berbagai macam cara untuk mengevaluasi siswa dalam kegiatan belajarnya. Adapun sistem Evaluasi mata Pelajaran Aqidah Akhlak menurut Departemen Pendidikan Nasional Depdiknas adalah Tes tertulis tes objektif maupun uraian, Tes lisan, Unjuk kerja, Penilaian diri, Praktik, Penugasan, Pemberian PR. Sedangkan sistem evaluasi menurut Departemen Agama adalah dalam bentuk Tes tertulis , Tes lisan, dan Penugasan atau Resitasi. Jika sistem pembelajaran telah diberlakukan sesuai dengan komponen- komponen pembelajaran, dalam arti telah terjadi kesinambungan antara materi pembelajaran dengan kompetensi dengan strategi dan juga dengan sistem evaluasinya, maka siswa akan benar-benar telah belajar. Siswa yang belajar akan mengalami perubahan. Misalnya apabila sebelum belajar kemampuannya hanya 25 maka setelah belajar selama lima bulan akan menjadi 100. Kemampuan yang akan dicapai dalam pembelajaran adalah tujuan pembelajaran. Ada kesenjangan antara kemampuan pra-belajar dengan kemampuan yang akan dicapai. Hal yang tersebut di atas sesuai dengan apa yang dituliskan oleh Dimyati dan Mudjiono dalam bagan sebagai berikut : Bagan 2.1 Kesenjangan antara kemampuan pra-belajar pencapaian belajar Dari bagan tersebut dapat penulis tuliskan hal-hal sebagai berikut : 1. Guru melakukan tugas pembelajaran melalui pengorganisasian siswa, pengolahan pesan, dan evaluasi belajar. 2. Siswa memilki motivasi belajar sepanjang hayat. 3. Siswa telah memiliki kemampuan pra-belajar. 4. Masuknya siswa dalam kegiatan belajar melalui pengolahan pesan. 5. Dikarenakan adanya evaluasi pembelajaran dan motivasi dari guru, maka siswa telah memperoleh sebuah hasil belajar. 67. Dampak pengajaran dan Dampak pengiring merupakan hasil dari proses belajar Dimyati, Mudjiono, 1998: 176. 1 Guru 6 Dampak pengajaran Motivasi belajar dan emansipasi sepanjang hayat Pembelajaran Evaluasi belajar Pengorgani- sasian siswa 3 Kemampuan pra-belajar 4 Kegiatan belajar 5 Hasil belajar Pengolahan Pesan 2 Siswa 7 Dampak pengiring

C. Akhlak

1. Pengertian akhlak

Mengenai akhlak, penulis melihat bahwasanya perkataan akhlak bahasa arab adalah bentuk jamak dari kata khulk. Khulk di dalam kamus Al-Munjid berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabi’at Kamus Munjid . Di dalam Da’iratul Ma’arif dikatakan : ﺔ د ا نﺎ ا تﺎ ه ق ا . “ Akhlak ialah sifat-sifat manusia yang terdidik“ Asmaran, 1994: 436. Akhlak merupakan perbuatan yang telah mendarah daging, dalam diri manusia yang dilakukan atas kemauan sendiri, dengan tulus dan sebenarnya, bukan berpura-pura. Akhlak sebagai ilmu, digunakan oleh manusia untuk menentukan perbuatan baik atau buruk berdasarkan Al- Qur’an dan As-Sunnah Subaiti, 1995: 25. Akhlak karimah merupakan salah satu tujuan diutusnya Nabi Muhammad SAW, sebagaimana yang dijelaskan dalam hadits: لﺎ و ﻪ ﷲا ﻰ ﷲا لﻮ ر نأ ﻪﻐ ﺪ ﻪ أ ﻚ ﺎ ﻰ ﺪ و : ق ا ﺄ ﻮ “Dan telah berbicara kepadaku dari Malik bahwasanya telah sampai kepadanya bahwa Rasulullah SAW bersabda : Aku Muhammad diutus hanya untuk menyempurnakan akhlak yang baik”. HR. Muwatha’

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan akhlak

Dalam pendidikan, untuk memperoleh pembelajaran yang berkualitas perlu juga diperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran sebagai barikut :