Perancangan Fasilitas Kerja Dalam Pembuatan Dandang Di UD. Karya Darma
PERANCANGAN FASILITAS KERJA DALAM PEMBUATAN
DANDANG DI UD. KARYA DARMA
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
Oleh
AHMAD FADLI POLEM 070403107
D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I
F A K U L T A S T E K N I K
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
(2)
(3)
(4)
(5)
ABSTRAK
UD. Karya Darma merupakan usaha yang memproduksi dandang. Pada proses produksi ditemukan adanya aktivitas yang masih manual di mana operator melakukan pekerjaannya menggunakan fasilitas kerja atau alat bantu yang tidak ergonomis. Hal ini dapat dilihat dari pekerjaan yang dilakukan dengan posisi kerja berdiri yang membungkuk dan berjongkok. Sikap kerja yang tidak memenuhi standard, yaitu membungkuk dan berjongkok inilah yang dapat mengakibatkan semakin tinggi risiko terjadinya Musculosceletal Disorders (MSDs). Oleh karena itu perlu dilakukan pengkajian faktor-faktor yang dapat menimbulkan resiko MSDs dari aktivitas tersebut agar dapat direduksi. Pendekatan postur kerja dengan metode Rapid Entire Body Assessment (REBA) digunakan untuk menganalisis keluhan MSDs yang terjadi. Kuesioner Standard Nordic (SNQ) diberikan ke operator untuk mengetahui tingkat risiko MSDs. Hasil yang diperoleh adalah terdapat level risiko sangat tinggi (skor REBA 11) pada aktivitas Pengepresan Dandang. Pengukuran ini dilakukan pada tubuh bagian kanan dan kiri operator. Hasil penilaian postur kerja memperlihatkan bahwa keluhan otot yang dialami oleh seluruh operator, yaitu pada bagian lengan atas, lengan bawah, pinggang serta punggung. Jika hal ini dibiarkan dan operator terus melakukan pekerjaannya secara repetitif dalam masa kerja yang panjang akan dapat menimbulkan cedera otot permanen. Usulan perbaikan desain mesin press dalam proses pengepresan dandang sangat dibutuhkan. Rancangan fasilitas kerja usulan berupa modifikasi bentuk mesin press untuk pengepresan dandang serta penambahan alas untuk mesin press menghabiskan investasi sebesar Rp. 375.000. Pekerja yang terus-menerus bekerja tanpa menggunakan alat bantu kemungkinan akan mengalami sakit pada pinggang atau mengalami MsDs, sehingga pihak perusahaan akan mengeluarkan alokasi biaya pengobatan dan biaya lembur untuk menggantikan pekerja yang sakit tersebut. Total biaya untuk berobat dan lembur sebesar Rp. 3.070.000. Biaya yang akan dikeluarkan jauh lebih besar dibandingkan dengan biaya untuk memperbaiki fasiltas kerja. Selain itu, pihak perusahaan akan mengalami kerugian karena pekerja tidak bisa memproduksi dandang secara optimal sehingga dapat membuat pengiriman order terlambat. Fasilitas kerja usulan berupa tambahan kaki mesin pres serta alat penahan dandang yang dapat disesuaikan (adjustable) dengan dirancang berdasarkan perhitungan prinsip antropometri. Hal ini dapat mengurangi level kategori postur kerja yang sebelumnya berlevel "tinggi" menjadi level "aman".
Keywords: Postur Kerja, Musculoskletal Disorders, Rapid Entire Body Assessment (REBA)
(6)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan Draft Tugas Sarjana ini untuk diajukan sebagai Tugas Sarjana.
Draft Tugas Sarjana ini merupakan salah satu syarat untuk dapat melaksanakan Tugas Sarjana di Departemen Teknik Industri, khususnya program studi Reguler Strata Satu, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara. Adapun judul untuk Tugas Sarjana ini adalah “Perancangan Fasilitas Kerja dalam pembuatan dandang di UD. KARYA DARMA”.
Sebagai manusia yang tidak luput dari kesalahan, maka penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan Draft Tugas Sarjana ini. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan masukan yang sifatnya membangun demi kesempurnaan laporan ini. Semoga Draft Tugas Sarjana ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri, dan pembaca lainnya.
Medan, Januari 2013 Penulis,
(7)
UCAPAN TERIMA KASIH
Dalam menyelesaikan Tugas Sarjana ini, penulis banyak mendapat bimbingan dan motivasi dari berbagai pihak, baik berupa materiil, spritual, informasi maupun administrasi. Oleh karena itu, sudah selayaknya penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Ir. Jabbar A. Rambe, M. Eng., selaku dosen pembimbing I dan Koordiantor Tugas Akhir yang telah memberikan banyak waktu untuk membimbing, mengarahkan, dan masukan yang berharga sehingga laporan ini selesai serta memberi arahan dalam pengajuan judul Tugas Sarjana.
2. Bapak Buchari, ST, M. Kes., selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan banyak waktu untuk membimbing, mengarahkan, dan memberikan masukan serta motivasi yang sangat besar kepada penulis sehingga laporan ini selesai.
3. Ibu Ir. Khawarita Siregar, MT., selaku Ketua Departemen Teknik Industri USU yang telah memberikan izin, dukungan, dan perhatian kepada penulis.
4. Bapak Ir. Ukurta Tarigan, MT., selaku Sekretaris Departemen Teknik Industri dan selaku dosen penguji penulis yang telah memberikan saran dan arahan terhadap Tugas Sarjana Saya.
5. Bapak Ikhsan Siregar, ST, M. Eng., selaku selaku dosen penguji penulis yang telah memberikan saran dan arahan terhadap Tugas Sarjana Saya.
6. Bapak Herman, selaku pembimbing lapangan yang telah banyak memberikan arahan dan informasi mengenai kondisi industri pembuatan dandang di UD. KARYA DARMA.
(8)
7. Bapak Nurmansyah, Bapak Tumijo, Ibu Dina, Bapak Ridho, dan Ibu Ani, selaku pegawai di Departemen Teknik Industri USU yang telah mengarahkan dan membantu dalam mengurus segala administrasi penulis.
8. Kedua orang tua tercinta (Bapak A. Pirus Polem dan Ibu Nurmala Barus) dengan sepenuh hati dan tulus mendukung, mendoakan dan memotivasi penulis sehingga laporan Tugas Sarjana ini selesai.
9. Kakak penulis (Niska) dan adik-adik penulis (Fadlan dan Fahmi) serta keluarga besar penulis yang selalu mendukung dan membantu dalam penyelesaian laporan Tugas Sarjana ini.
10. Fahri Zulmy, ST, selaku teman diskusi penulis yang telah banyak memberi inspirasi, masukan, dan arahan yang sangat berharga.
11. Awir, Pandapotan, Indah, Novianti, Nisa, dan Fakhrurrozy, selaku teman seperjuangan penulis dalam menyelesaikan laporan Tugas Sarjana ini.
12. Sera yang selalu memberikan doa, senyum, semangat, dan motivasi tiada henti setiap hari kepada penulis.
13. Seluruh teman-teman KOSTUTI yang telah banyak memberikan dukungan, dan motivasi kepada penulis.
14. Seluruh pihak yang tidak dapat tidak dapat dituliskan satu per satu, namun telah banyak memberikan dukungan, bantuan, dan inspirasi yang sangat berharga.
(9)
Daftar Isi
BAB HALAMAN
LEMBAR JUDUL ... i
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
ABSTRAK ... iii
KATA PENGAN ... iv
UCAPAN TERIMA KASIH ... v
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... vx
I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah ... I-1 1.2. Rumusan Masalah ... I-3 1.3. Tujuan Penelitian... I-4 1.4. Asumsi dan Batasan Masalah ... I-5 1.5. Manfaat Penelitian... I-6 1.6. Sistematika Laporan ... I-7
II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
(10)
Daftar Isi (lanjutan)
BAB HALAMAN
2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha ... II-1 2.3. Organisasi dan Manajemen Perusahaan ... II-2 2.3.1. Struktur Organisasi Perusahaan ... II-2 2.3.2. Jumlah Tenaga Kerja dan Jam Kerja ... II-2 2.3.3. Sistem Pengupahan dan Fasilitas Perusahaan ... II-4 2.4. Proses Produksi ... II-4 2.4.1. Bahan yang Digunakan... II-4 2.4.2. Uraian Proses Produksi ... II-5 2.4.3. Mesin dan Peralatan yang Digunakan ... II-8
BAB III LANDASAN TEORI
3.1. Ergonomi ... III-1 3.2. Keluhan Musculoskeletal ... III-1 3.2.1. Standard Nordic Quetionnaire (SNQ) ... III-4 3.3. Postur Kerja ... III-6 3.3.1. REBA (Rapid Entire Body Assesment) ... III-8 3.4. Antropometri ... III-17 3.4.1. Definisi Antropometri ... III-17 3.4.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi
(11)
Daftar Isi (lanjutan)
BAB HALAMAN
3.4.3. Aplikasi Antropometri dalam Perancangan Fasilitas
Kerja ... III-19 3.4.4. Alat Ukur Tubuh “Martin” Model YM-17 ... III-24 3.5. Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan ... III-26
IV METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Waktu dan Tempat ... IV-1 4.2. Objek Penelitian ... IV-2 4.3. Rancangan Penelitian ... IV-2 4.4. Pengumpulan Data ... IV-2 4.5. Metode Penelitian ... IV-3 4.5.1. Metode Pengumpulan Data ... IV-3 4.5.2. Metode Pengolahan Data ... IV-3 4.5.3. Analisis Pemecahan Masalah ... IV-4 4.6. Intrumen Penelitian ... IV-5 4.7. Kesimpulan dan Saran ... IV-5 4.8. Pelaksanaan Penelitian ... IV-6 4.9. Kerangka Konseptual ... IV-8
V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
(12)
Daftar Isi (lanjutan)
BAB HALAMAN
5.1.1. Data Standard Nordic Questionare (SNQ) ... V-1 5.1.2. Elemen Kegiatan pada Kondisi Aktual ... V-2 5.1.3. Data Fasilitas Kerja Aktual ... V-6 5.1.4. Data Pengukuran Antropometri ... V-7 5.2. Pengolahan Data ... V-7 5.2.1. Persentase Keluhan Otot Operator dengan SNQ ... V-7 5.2.2. Penentuan Level Tindakan Postur Kerja dengan
REBA ... V-11 5.2.3. Perhitungan Antropometri untuk Perancangan ... V-14
BAB VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH
6.1. Analisis Keluhan Musculoskletal Disorders Berdasarkan
SNQ ... VI-1 6.2. Analisis dan Evaluasi Postur Kerja Operator dengan REBA ... VI-2 6.3. Perancangan Fasilitas Kerja Usulan ... VI-3 6.4. Rancangan Biaya untuk Fasilitas Kerja Usulan ... VI-10
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan ... VII-1 7.2. Saran ... VII-2
(13)
Daftar Gambar
Gambar
2.1. Struktur Organisasi Perusahaan ... II-3 2.2. Aktivitas Membuat Pola Dandang ... II-6 2.3. Aktivitas Memotong Hasil Pola yang Telah Digambar ... II-6 2.4. Pembulatan Rangka dan Penyatuan Rangka ... II-7 2.5. Pengepresan pada Alas Dandang, dan Pengepresan Tutup Rangka ... II-7 2.6. Aktivitas Meletakkan Pallet ke Stasiun Pengeringan Tahap Pertama ... II-8 3.1. Standard Nordic Questionnaire (SNQ) ... III-5 3.2. Postur Tubuh Bagian Batang Tubuh ... III-10 3.3. Postur Tubuh Bagian Leher ... III-11 3.4. Postur Tubuh Bagian Kaki (Legs) ... III-11 3.5. Ukuran Beban (Load) ... III-12 3.6. Postur Lengan Atas ... III-12 3.7. Postur Lengan Bawah REBA ... III-13 3.8. Postur Tubuh Bagian Pergelangan Tangan (Wrist) ... III-13 3.9. Antropometri Tubuh Manusia yang Diukur Dimensinya ... III-21 3.10. Anthropometri Kaki ... III-23 4.1. Blok Diagram Metodologi Penelitian ... IV-1 4.2. Kerangka Konseptual Penelitian ... IV-8 5.1. Aktivitas Membuat Pola Dandang ... V-4 5.2. Pembulatan Rangka dan Penyatuan Rangka ... V-4
(14)
Daftar Gambar (Lanjutan)
Gambar
5.3. Pengepresan pada Alas Dandang, dan Pengepresan Tutup Rangka ... V-5 5.4. Aktivitas Merapikan Sisi Alas Dandang ... V-5 5.5. Layout Proses Produksi Pembuatan Dandang ... V-6 5.6. Aktivitas Pengepresan Dandang ... V-11 5.7. Penilaian REBA Kanan Aktual ... V-12 5.8. Penilaian REBA Kiri Aktual ... V-13 5.9. Uji Keseragaman Dimensi TSB ... V-15 5.10. Uji Keseragaman Dimensi TSB (Revisi 1) ... V-17 5.11. Uji Keseragaman Dimensi TSB (Revisi 2) ... V-19 6.1. Perbandingan Persentase Pembobotan Masing-masing
Kategori di setiap Segmen Tubuh ... VI-1 6.2. Fasilitas Kerja Aktual ... VI-2 6.3. Fasilitas Kerja Usulan ... VI-4 6.4. Simulasi Operator Menggunakan Fasilitas Kerja Usulan ... VI-5 6.5. Perbaikan dari Aktivitas Kerja Aktual dengan Aktivitas Kerja
Usulan ... VI-6 6.6. Penilaian REBA Kanan Usulan ... VI-7 6.7. Penilaian REBA Kiri Usulan ... VI-7
(15)
Daftar Tabel
Tabel
2.1. Rincian Tenaga Kerja ... II-3 2.2. Mesin dan Peralatan Produksi ... II-9 3.1. Skor Pergerakan Punggung (Batang Tubuh) ... III-10 3.2. Skor Leher REBA ... III-11 3.3. Skor Kaki (Legs) ... III-11 3.4. Skor Beban ... III-12 3.5. Skor Lengan Atas ... III-13 3.6. Skor Lengan Bawah REBA ... III-13 3.7. Skor Pergelangan Tangan REBA ... III-14 3.8. Coupling ... III-14 3.9. Skor Aktivitas ... III-14 3.10. Nilai Level Tindakan REBA ... III-15 3.11. Perhitungan Grup A Untuk REBA ... III-15 3.12. Perhitungan Grup B Untuk REBA ... III-16 3.13. Perhitungan Metode REBA ... III-16 5.1. Data Pengumpulan SNQ Operator ... V-1 5.2. Rekapitulasi Persentase Keluhan Otot Operator dengan
SNQ untuk Tubuh Bagian Atas/Bawah ... V-9 5.3. Nilai Level Tindakan REBA Kanan Aktual ... V-12 5.4. Nilai Level Tindakan REBA Kiri Aktual ... V-12
(16)
Daftar Tabel (lanjutan)
Tabel
5.5. Data Dimensi TSB Revisi 1 ... V-16 5.6. Data Dimensi TSB Revisi 2 ... V-18 5.7. Perhitungan Uji Kecukupan Data ... V-21 5.8. Uji Kenormalan Data dengan Chi-Square Menggunkan
Software SPSS 16.0 ... V-21 6.1. Penilaian Postur Kerja Aktual dengan Metode REBA ... VI-2 6.2. Nilai Level Tindakan REBA Kanan Usulan ... VI-7 6.3. Nilai Level Tindakan REBA Kiri Usulan ... VI-3 6.4. Penilaian Postur Kerja Aktual dan Usulan dengan Metode
REBA pada Aktivitas Pengepresan Alas Dandang dan
Tutup Rangka ... VI-9 6.5. Rekapitulasi Persentase Keluhan Otot Operator dengan SNQ
Usulan untuk Tubuh Bagian Atas ... VI-9 6.6. Rekapitulasi Persentase Keluhan Otot Operator dengan SNQ
Usulan untuk Tubuh Bagian Bawah ... VI-10 6.7. Biaya Pengobatan yang Berasal dari Penyakit Akibat Kerja ... VI-10
(17)
Daftar Lampiran
Lampiran
L.1. Standard Nordic Qustionaire ... L-1 L.2. Keluhan SNQ... L-2 L.3. Data Antropometri ... L-3 L.4. Uji Keseragaman Data ... L-4 L.5. Uji Kecukupan Data ... L-5
(18)
ABSTRAK
UD. Karya Darma merupakan usaha yang memproduksi dandang. Pada proses produksi ditemukan adanya aktivitas yang masih manual di mana operator melakukan pekerjaannya menggunakan fasilitas kerja atau alat bantu yang tidak ergonomis. Hal ini dapat dilihat dari pekerjaan yang dilakukan dengan posisi kerja berdiri yang membungkuk dan berjongkok. Sikap kerja yang tidak memenuhi standard, yaitu membungkuk dan berjongkok inilah yang dapat mengakibatkan semakin tinggi risiko terjadinya Musculosceletal Disorders (MSDs). Oleh karena itu perlu dilakukan pengkajian faktor-faktor yang dapat menimbulkan resiko MSDs dari aktivitas tersebut agar dapat direduksi. Pendekatan postur kerja dengan metode Rapid Entire Body Assessment (REBA) digunakan untuk menganalisis keluhan MSDs yang terjadi. Kuesioner Standard Nordic (SNQ) diberikan ke operator untuk mengetahui tingkat risiko MSDs. Hasil yang diperoleh adalah terdapat level risiko sangat tinggi (skor REBA 11) pada aktivitas Pengepresan Dandang. Pengukuran ini dilakukan pada tubuh bagian kanan dan kiri operator. Hasil penilaian postur kerja memperlihatkan bahwa keluhan otot yang dialami oleh seluruh operator, yaitu pada bagian lengan atas, lengan bawah, pinggang serta punggung. Jika hal ini dibiarkan dan operator terus melakukan pekerjaannya secara repetitif dalam masa kerja yang panjang akan dapat menimbulkan cedera otot permanen. Usulan perbaikan desain mesin press dalam proses pengepresan dandang sangat dibutuhkan. Rancangan fasilitas kerja usulan berupa modifikasi bentuk mesin press untuk pengepresan dandang serta penambahan alas untuk mesin press menghabiskan investasi sebesar Rp. 375.000. Pekerja yang terus-menerus bekerja tanpa menggunakan alat bantu kemungkinan akan mengalami sakit pada pinggang atau mengalami MsDs, sehingga pihak perusahaan akan mengeluarkan alokasi biaya pengobatan dan biaya lembur untuk menggantikan pekerja yang sakit tersebut. Total biaya untuk berobat dan lembur sebesar Rp. 3.070.000. Biaya yang akan dikeluarkan jauh lebih besar dibandingkan dengan biaya untuk memperbaiki fasiltas kerja. Selain itu, pihak perusahaan akan mengalami kerugian karena pekerja tidak bisa memproduksi dandang secara optimal sehingga dapat membuat pengiriman order terlambat. Fasilitas kerja usulan berupa tambahan kaki mesin pres serta alat penahan dandang yang dapat disesuaikan (adjustable) dengan dirancang berdasarkan perhitungan prinsip antropometri. Hal ini dapat mengurangi level kategori postur kerja yang sebelumnya berlevel "tinggi" menjadi level "aman".
Keywords: Postur Kerja, Musculoskletal Disorders, Rapid Entire Body Assessment (REBA)
(19)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Unit kerja menengah UD. Karya Darma merupakan usaha yang memproduksi dandang. Pada kegiatan proses produksi ditemukan adanya aktivitas yang masih manual di mana operator melakukan pekerjaannya masih menggunakan fasilitas kerja atau alat bantu yang tidak ergonomis. Hal ini dapat dilihat dari pekerjaan yang dilakukan dengan posisi kerja berdiri yang membungkuk dan berjongkok. Sikap kerja yang tidak memenuhi standard, yaitu membungkuk dan berjongkok inilah yang dapat mengakibatkan semakin tinggi risiko terjadinya Musculosceletal Disorders (MSDs). Pekerja yang melakukan kegiatan berulang-ulang dalam satu siklus sangat rentan mengalami gangguan
Musculosceletal Disorders (Tarwaka, 2004). Keluhan Musculosceletal Disorders
adalah keluhan pada bagian–bagian otot rangka yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan sangat ringan sampai sangat sakit. Apabila otot menerima beban statis secara berulang dalam waktu yang lama, akan dapat menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada sendi, ligamen dan tendon. Apabila aktivitas ini dilakukan dilakukan selama bertahun-tahun dengan waktu 8 jam kerja setiap hari, maka akan menyebabkan kerusakan jaringan otot dan sendi secara permanen. Para pekerja pembuatan dandang tersebut telah bekerja lebih dari 5 tahun di mana pekerjaannya dilakukan setiap hari, maka akan berpotensi menimbulkan keluhan
(20)
Proses produksi di UD. Karya Darma dibagi atas 4 stasiun kerja yang terdiri dari beberapa elemen kerja, yaitu:
1. Stasiun pertama : pengukuran, pemotongan
2. Stasiun kedua : pembulatan rangka dan penyatuan rangka
3. Stasiun ketiga : pengepresan pada alas dandang, pengepresan tutup rangka 4. Stasiun keempat : merapikan sisi alas dandang
Dari semua tahapan proses produksi dandang, stasiun kerja yang paling berisiko terjadinya keluhan Musculosceletal Disorders (MSDs) adalah di bagian pengepresan pada alas dandang. Hasil ini diperoleh dari penyebaran kuesioner
Standard Nordic Questionare (SNQ) terhadap para pekerja. SNQ merupakan suatu instrumen untuk menilai segmen-segmen tubuh yang dirasakan operator (menurut persepsi operator), apakah sangat sakit, sakit, agak sakit, dan tidak sakit. Pekerjaan ini dilakukan secara manual dengan sikap kerja yang tidak alamiah serta dilakukan dalam waktu yang lama, yaitu selama 8 jam kerja.
Dari penyebaran kuesioner penilaian riwayat penyakit pekerja diperoleh bahwasanya keluhan MSDs murni berasal dari aktivitas pembuatan dandang. Kuesioner tersebut memperlihatkan bahwasanya sebelum para pekerja bergabung di UD. Karya Dharma, mereka tidak bekerja berat yang mengakibatkan adanya penyakit yang berhubungan dengan masalah otot maupun gejala MSDs. Kuesioner tersebut juga memperlihatkan bahwasanya para pekerja juga tidak melakukan pekerjaan lain yang berindikasi menimbulkan gejala MSDs.
Penelitian mengenai keluhan Musculosceletal Disorders (MSDs) dikarenakan sikap kerja yang tidak alamiah pernah dilakukan sebelumnya pada
(21)
perusahaan-perusahaan yang melakukan proses produksi secara manual. Salah satu contoh sumber yang diambil dari Chevy Herli Sumerli A. dan Asep Kurnia. dalam perancangan fasilitas kerja stasiun perakitan di PT. Argonesia yang diidentifikasi dengan menggunakan metode REBA (Rapid Entire Body Assessment) dan RULA ( Rapid Upper Limb Assessment). Hasil yang diperoleh pada penelitian ini menunujukkan nilai level 11, yaitu risiko sangat tinggi yang artinya perlu dilakukan perbaikan segera.
Penelitian lain yang membahas tentang keluhan MSDs adalah penelitian yang dilakukan Saptono (2009) di PT. Makmur Alam Sentosa I (PT. MAS I). Hasil produksi PT. MAS I adalah veneer yang akan diproduksi menjadi triplex. Penelitian dilakukan untuk menganalisis postur kerja di bagian stasiun mesin rotary, apakah berbahaya yang dapat menimbulkan keluhan MSDs atau tidak berdasarkan analisis REBA. Dari hasil penelitian dengan metode REBA didapatkan hasil: Action level 2 = 50 %, Action level 3 = 37,5 % dan Action level 4 = 12,5 %. Hasil tersebut mengindikasikan bahwa postur kerja masih berbahaya.
Berdasarkan hal tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dalam merancang suatu fasilitas kerja serta metode kerja yang baik di UD. Karya Darma.
1.2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah proses pengepresan yang dilakukan secara manual (tanpa alat bantu) dengan posisi kerja berdiri yang membungkuk dan menjongkok serta dilakukan secara repetitif selama 8 jam kerja
(22)
dapat mengakibatkan terjadinya risiko keluhan Musculosceletal Disorders
(MSDs) sehingga perlu dirancang alat bantu mesin pres pada stasiun pengepresan pembuatan dandang di UD. Karya Darma.
1.3. Tujuan Penelitian
Tuhjuan penelitian ini terdiri atas 2 (dua) jenis, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.
a. Tujuan umum
Tujuan umum yang ingin dicapai dari pemecahan masalah ini adalah mendapatkan rancangan fasilitas kerja yang ergonomis pada proses produksi yang berdasarkan dimensi dan prinsip data antropometri operator saat melakukan pengepresan rangka dandang pada stasiun pengepresan.
b. Tujuan khusus
Tujuan khusus dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui keluhan Musculosceletal Disorders (MSDs) yang dialami operator pada stasiun pengepresan.
2. Mengetahui postur kerja pada operator dengan menggunakan metode
Entire Body Assessment (REBA).
3. Merancang alat bantu berupa alas tambahan mesin pres dan alat penahan beban dari dandang ketika terjadi proses pengepresan.
(23)
1.4. Asumsi dan Batasan Masalah
Adapun asumsi-asumsi yang digunakan dalam penelitian adalah:
1. Penelitian dilakukan dengan gerakan normal dan tidak berada dalam tekanan. 2. Operator yang diukur berada dalam kondisi yang sehat, baik jasmani maupun
rohani.
3. Operator tidak mengalami pergantian selama bekerja.
4. Proses produksi tidak mengalami perubahan selama penelitian berlangsung. 5. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berada pada kondisi baik dan
sesuai standar.
6. Prosedur kerja tidak mengalami perubahan selama penelitian berlangsung.
Adapun batasan-batasan pada penelitian ini antara lain:
1. Penelitian hanya dilakukan pada stasiun penggilingan dandang.
2. Pengukuran hanya dilakukan pada operator yang bertugas dalam pengepresan dandang.
3. Prinsip yang digunakan tidak terbatas pada antropometri statis, yaitu data didapat dari pengukuran dimensi tubuh manusia pada saat diam tetapi juga bergerak.
4. Penggunaan fasilitas kerja usulan yang akan dirancang dibatasi untuk operator pembuatan dandang saja.
5. Faktor lingkungan kerja tidak mempengaruhi hasil dari penelitian yang dilakukan.
(24)
6. Sampel data dimensi antropometri, yaitu mahasiswa Teknik Industri dapat mewakili populasi manusia di Indonesia sebagai acuan dalam merancang fasilitas kerja berupa meja kerja di bagian pengepakan.
1.5. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagi Perusahaan
Menjadikan suatu pertimbangan sebagai masukan untuk merancang fasilitas kerja yang ergonomis dalam usaha untuk mereduksi keluhan Musculosceletal Disorders (MSDs).
2. Bagi Mahasiswa
Penelitian ini bermanfaat bagi mahasiswa untuk memberikan pengalaman dalam menerapkan teori-teori Teknik Industri terutama dalam bidang Ergonomi dan Perancangam Sistem Kerja, khususnya dalam penilaian beban serta postur kerja, dan perancangan fasilitas kerja berdasarkan dimensi dan prinsip antropometri yang telah didapat di perguruan tinggi ke dalam lingkungan industri secara nyata dalam menyelesaikan suatu permasalahan-permasalahan praktis.
3. Bagi Departemen Teknik Industri
Menjalin hubungan baik antara Departemen Teknik Industri dan perusahaan yang terlibat. Selain itu untuk menambah jumlah dan mempengaruhi hasil
(25)
karya mahasiswa yang dapat menjadi literatur dan referensi penelitian bagi peneliti-peneliti selanjutnya, khususnya dalam bidang Ergonomi dan Perancangam Sistem Kerja di Departemen Teknik Industri.
1.6. Sistematika Laporan
Sistematika penulisan laporan Tugas Akhir adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini diuraikan latar belakang permasalahan, rumusan permasalahan, tujuan penelitian, asumsi dan batasan masalah, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan laporan Tugas Akhir.
BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
Pada bab ini berisikan sejarah industri (perusahaan), ruang lingkup bidang usaha, tenaga kerja, proses produksi, bahan baku, penolong serta bahan tambahan, mesin dan fasilitas produksi dan beberapa hal yang mendukung informasi mengenai perusahaan di UD. Karya Darma.
BAB III LANDASAN TEORI
Pada bab ini diuraikan teori-teori yang berkaitan dengan pokok permasalahan yang dikaji dalam tugas akhir ini, rumus, metode dan pendekatan yang digunakan sebagai dasar pemecahan masalah. Landasan teori ini mencakup tentang REBA, Peta tangan kanan tangan kiri, postur kerja, keluhan MSDs, antropometri, SNQ, dan Korelasi.
(26)
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
Memaparkan metodologi yang digunakan untuk mencapai tujuan penelitian meliputi tahapan-tahapan penelitian dan penjelasan tiap tahapan secara ringkas disertai diagram alirnya.
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Memuat tentang pengumpulan data yang diperoleh dari hasil pengamatan dan pengukuran yang dilakukan di lapangan sebagai bahan untuk melakukan pengolahan data yang digunakan sebagai dasar pada pemecahan masalah.
BAB V ANALISIS PEMECAHAN MASALAH
Pada bab ini diuraikan mengenai analisis pembahasan hasil dari pengolahan data dengan cara membandingkan dengan teori-teori yang ada. Selain itu juga diuraikan evaluasi yang diupayakan untuk memberikan perbandingan kondisi kerja yang ada dengan perbaikan yang dilakukan.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian kesimpulan penulis dari hasil penelitian serta rekomendasi saran-saran yang bermanfaat bagi perusahaan.
(27)
BAB II
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
2.1. Sejarah Perusahaan
UD. Karya Darma merupakan usaha kecil yang memproduksi Dandang, Talang, Centong, dan segala yang berbentuk almunium. UD. Karya Darma berdiri pada tahun 1969 oleh orang tua dari bapak Herman sebagai pendiri sekaligus pemilik. UD. Karya Darma ini merupakan pengembangan dari usaha kecil orang tua bapak Herman yang juga memproduksi dandang, talang, centong, dan segala yang berbentuk almunium.
Awalnya UD. Karya Darma terletak di Jl. Sakti Lubis, Medan, kemudian berpindah ke Jl. Brigjen Katamso, Medan. Pada tahun 1978 UD. Karya Darma berpindah tempat di Jl. Alfalah/Suka Subur No. 43, Medan. UD. Karya Darma memasarkan produknya di PT. Rarija, yang akhirnya perusahaaan tersebut tutup. Produk tersebut sekarang dipasarkan ke toko – toko barang pecah belah, dan pemborong perumahan yang ada di kota Medan, maupun ke luar kota.
2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha
UD. Karya Darma memproduksi bahan baku yang terbuat dari almunium yang biasa digunakan di toko – toko, rumah tangga, dan yang lain - lain. UD. Karya Darma menghasilkan 3 jenis produk yaitu berbentuk dandang, talang dan centong. Produk yang dibuat untuk dandang digunakan untuk memasak nasi,
(28)
kemudian talang digunakan untuk penampungan air dari seng. Sedangkan centong untuk mengacuh sayur.
2.3. Organisasi dan Manajemen Perusahaan 2.3.1. Struktur Organisasi Perusahaan
Struktur organisasi adalah bagian yang menggambarkan hubungan kerjasama antara dua orang atau lebih dengan tugas yang saling berkaitan untuk pencapaian suatu tujuan tertentu. Pendistribusian tugas, wewenang dan tanggung jawab serta hubungan satu sama lain dapat digambarkan pada suatu struktur organisasi, sehingga para pegawai dan karyawan akan mengetahui dengan jelas apa tugas yang harus dilakukan, dari siapa perintah diterima dan kepada siapa harus bertanggung jawab.
Struktur organisasi yang diterapkan pada UD. Karya Darma adalah struktur organisasi lini. Tipe ini umum dijumpai dalam perusahaan yang berskala kecil atau pada UKM, dimana manajemen dan pengawasan umumnya juga dijalankan pemilik dari perusahaan itu sendiri. Disini semua keputusan baik yang bersifat strategis maupun operasional akan diambil sendirian oleh pemilik. Strategi utama yang diterapkan pada tipe organisasi usaha semacam ini adalah bagaimana perusahaan bisa terus hidup dan beroperasi. Struktur Organisasi UD. Karya Darma dapat dilihat pada Gambar 2.1.
(29)
Pemilik Usaha
Stasiun Pengepresan
Stasiun Finishing Stasiun Pembuatan
Rangka Stasiun
Pengukuran dan Pemotongan
Gambar 2.1. Struktur Organisasi Perusahaan
2.3.2. Jumlah Tenaga Kerja dan Jam Kerja 2.3.2.1. Jumlah Tenaga Kerja
UD. Karya Darma memiliki 2 orang tenaga kerja yang bekerja dalam kegiatan produksi dandang, talang dan centong mulai dari berbentuk bahan belum jadi hingga menjadi produk dandang, talang dan centong siap jual dengan 1 orang pemilik yang sekaligus bertugas sebagai pengawas dan manajemen di UD.Karya Darma. Rincian tenaga kerja UD. Karya Darma dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1. Rincian Tenaga Kerja
No Bagian Jumlah (orang)
1 Pemilik Usaha 1
2 Pembuatan Pola dan
pembuatan rangka
1
3 Pengepresan dan finishing 1
(30)
2.3.2.2. Jam Kerja
Hari kerja di UD. Karya Darma dimulai sejak hari Senin – Sabtu dengan jam kerja perhari adalah 7 jam yaitu mulai dari pukul 09.00 WIB – 17.00 WIB dengan waktu istirahat selama 1 jam yaitu pada pukul 12.30 WIB – 13.30 WIB. Penambahan jam kerja juga dilakukan jika jumlah pesanan tinggi dan terdapat pesanan yang belum selesai dikerjakan.
2.3.3. Sistem Pengupahan dan Fasilitas Perusahaan
Upah karyawan dibayar dengan sistem berupa upah pokok dan dilakukan penambahan upah jika ada kerja lembur. Jumlah upah yang diterima didasarkan pada jumlah output yang dapat dihasilkan operator. Selain itu juga diberikan tambahan-tambahan selain upah yang diberikan berupa bonus apabila pemilik merasa hasil kerja dan kinerja pekerjanya memuaskan, sebagai penghargaan UD. Karya Darma kepada para pekerjanya yang dinilai bekerja dengan baik.
2.4. Proses Produksi
Proses produksi merupakan suatu proses transformasi (perubahan bentuk secara fisik) yang mengubah input yang berupa bahan baku, mesin, peralatan, modal, energi, tenaga kerja menjadi output sehingga memiliki nilai tambah.
(31)
2.4.1. Bahan yang Digunakan 2.4.1.1. Bahan Baku
Bahan baku adalah bahan yang digunakan sebagai bahan utama dalam suatu proses produksi.
Bahan baku yang digunakan dalam proses produksi dandang, talang dan centong di UD. Karya Darma ini adalah lempeng almunium.
2.4.1.2. Bahan Penolong
Bahan penolong adalah bahan-bahan yang dapat menunjang proses produksi yang tidak nampak pada produk akhir. Bahan penolong yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Baut/ Mur yang digunakan untuk mengetatkan pegangan dandang. 2. Kawat yang digunakan untuk memperkuat sambungan rangka
2.4.1.3. Bahan Tambahan
Bahan tambahan adalah bahan yang ditambahkan ke dalam produk jadi sehingga dapat meningkatkan mutu dan kualitas secara lebih baik. Bahan tambahan yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Merk/label dandang
2. Plastik pembungkus dandang
2.4.2. Uraian Proses Produksi
Secara umum proses produksi pabrik dandang UD. Karya Darma memiliki beberapa tahap pengerjaan yaitu :
(32)
1. Operator membuat pola dandang dengan menggunakan meteran sesuai dengan pesanan pelanggan.
Pada kegiatan ini operator mengukur lempeng aluminium untuk membuat pola yang diinginkan. Aktivitas pembuatan pola tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.2.
Gambar 2.2. Aktivitas Membuat Pola Dandang
2. Operator memotong hasil pola yang telah digambar.
Pada kegiatan ini operator memotong plat aluminium yang telah dibuat polanya sesuai dengan ukuran dengan menggunakan gunting seng. Aktivitas memotong pola tersebut dilihat pada Gambar 2.3.
(33)
Gambar 2.3. Aktivitas Memotong Hasil Pola yang Telah Digambar
3. Pembulatan rangka dan penyatuan rangka
Pada kegiatan ini, operator membulatkan atau melengkungkanlempeng aluminium yang telah dipotong kemudian menyatukan rangkany. Aktivitas pembulatan rangka dan penyatuan rangka dapat dilihat pada Gambar 2.4
(34)
4. Pengepresan pada alas dandang, dan pengepresan tutup rangka
Pada kegiatan ini operator mengepres alas dandang sehingga menjadi rata dan presisi dan selain itu juga mengepres tutup rangka. Aktivitas pengepresan tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.5.
Gambar 2.5. Pengepresan pada Alas Dandang, dan Pengepresan Tutup Rangka
5. Merapikan sisi alas dandang
Pada kegiatan ini operator merapikan sisi alas dandang dan dilakukan finishing akhir. Adapun aktivitas tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.6.
(35)
Gambar 2.6. Aktivitas Merapikan Sisi Alas Dandang
2.4.3. Mesin dan Peralatan yang Digunakan
Proses produksi pembuatan dandang dilakukan dengan menggunakan beberapa mesin dan peralatan. Adapun mesin dan peralatan yang digunakan di UD. Darma Karya Darma dapat dilihat dari Tabel 2.2.
(36)
Tabel 2.2. Mesin dan Peralatan Produksi
Nama Fungsi
Jumlah (unit)
Meteran
Untuk mengukur panjang diameter yang diinginkan
2
Mal Untuk membuat pola berbentu lingkaran 5
Gunting seng
Untuk menggunting plat aluminium sesudah dibuat pola
3
Alat
pelengkung
Untuk melengkungkan lempeng aluminium yang telah dipotong sehingga berbentuk silinder
1
Mesin Press
Untuk menyatukan sisi alas dengan rangka (badan) dandang dan juga membuat dandang lebih presisi
1
Palu
Untuk merapikan sisi-sisi alas dan penutup dandang
3
(37)
BAB III
LANDASAN TEORI
3.1. Ergonomi1
3.2. Keluhan Musculoskeletal
Ergonomi atau ergonomics (bahasa Inggrisnya) sebenarnya berasal dari kata yunani yaitu Ergo yang berarti kerja dan Nomos yang berarti hukum. Dengan demikian ergonomi dimaksudkan sebagai disiplin keilmuan yang mempelajari manusia dalam kaitannya dengan pekerjaan. Disiplin ergonomi secara khusus akan mempelajari keterbatasan dari kemampuan manusia dalam berinteraksi dengan teknologi dan produk-produk buatannya. Disiplin ini berangkat dari kenyataan bahwa manusia memiliki batas – batas kemampuan baik pendek maupun jangka panjang pada saat berhadapan dengan keadaan lingkungan sistem kerjanya berupa perangkat keras / hard ware. Pada prinsipnya disiplin ergonomic akan mempelajari apa akibat – akibat ( dampak ) dari teknologi dan produk – produknya terhadap manusia melalui pengetahuan – pengetahuan tersebut.
2
Keluhan musculoskeletal adalah keluhan pada bagian-bagian otot skeletal yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan sangat ringan sampai sangat sakit. Apabila otot menerima beban statis secara berulang dalam waktu yang lama, akan dapat menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada sendi, ligamen
1
Wignjosoebroto, Sritomo. 1995. Ergonomi, Studi Gerak dan Waktu 2
Tarwaka, dkk. 2004. Ergonomi Untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan produktivitas. UNIBAS Press. Surakarta
(38)
dan tendon. Keluhan hingga kerusakan inilah yang biasanya diistilahkan dengan
Musculoskeletal disorsders (MSDs) atau cedera pada sistem muskuloskeletal. Apabila pekerjaan berulang tersebut dilakukan dengan cara yang nyaman, sehat dan sesuai dengan standar yang ergonomis, maka tidak akan menyebabkan gangguan muskuloskeletal dan semua pekerjaan akan berlangsung dengan efektif dan efisien. Secara garis besar keluhan otot yang terjadi dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu:
1. Keluhan sementara (reversible), yaitu keluhan otot yang terjadi pada saat menerima beban statis, namun demikian keluhan tersebut akan hilang apabila pembebanan dihentikan.
2. Keluhan menetap (persistent), yaitu keluhan otot yang bersifat menetap. Walaupun pembebanan kerja telah dihentikan, namun rasa sakit pada otot masih terus berlanjut.
Studi tentang MSDs pada berbagai jenis industri telah banyak dilakukan dan hasil studi menunjukkan bahwa bagian otot yang sering dikeluhkan adalah otot rangka (skeletal) yang meliputi leher, bahu, lengan, tangan, jari, punggung, pinggang dan otot-otot bagian bawah. Diantara keluhan otot skeletal tersebut, yang paling banyak dialami oleh pekerja adalah otot bagian pinggang (low back pain = LBP).
Keluhan otot skeletal pada umumnya terjadi karena kontraksi otot yang berlebihan akibat pemberian beban kerja yang terlalu berat dengan durasi pembebanan yang panjang. Sebaliknya, keluhan otot kemungkinan tidak terjadi apabila kontraksi otot hanya berkisar antara 15-20%. Peredaran darah ke otot
(39)
berkurang menurut tingkat kontraksi yang dipengaruhi oleh besarnya tenaga yang diperlukan. Bila suplai oksigen ke otot menurun, proses metabolisme karbohidrat terhambat dan sebagai akibatnya terjadi penimbunan asam laktat yang menyebabkan timbulnya rasa nyeri otot.
Peter Vi (2000) menjelaskan bahwa, terdapat banyak faktor yang dapat menyebabkan terjadi keluhan musculoskeletal sebagai berikut.
1. Peregangan otot yang berlebihan
Peregangan otot yang berlebihan pada umumnya sering dikeluhakan oleh para pekerja dimana aktivitas kerjanya menuntut pengerahan tenaga yang besar seperti aktivitas mengangkat, menarik, mendorong dan menahan beban yang berat. Peregangan otot yang berlebihan ini terjadi karena pengerahan otot yang diperlukan melampaui kekuatan optimum otot. Apabila hal serupa sering dilakukan, maka dapat mempertinggi resiko terjadinya keluhan otot, bahkan dapat menyebabkan terjadinya otot skeletal.
2. Aktivitas berulang
Aktivitas berulang merupakan pekerjaan yang dilakukan secara terus menerus seperti pekerjaan mencangkul, membelah kayu besar, angkut dan sebagainya. Keluhan otot terjadi karena otot menerima tekanan akibat beban kerja secara terus menerus tanpa memperoleh kesempatan untuk relaksasi.
3. Sikap kerja tidak alamiah
Sikap kerja tidak alamiah adalah sikap kerja yang menyebabkan posisi bagian bagian tubuh bergerak menjauhi posisi alamiah, misalnya pergerakan tangan terangkat, punggung terlalu membungkuk, kepala terangkat dan sebagainya.
(40)
Semakin jauh posisi tubuh dari pusat gravitasi tubuh, maka semakin tinggi pula resiko terjadinya keluhan otot skeletal.
4. Faktor penyebab sekunder
Faktor penyebab sekunder ini adalah berupa tekanan langsung dari jaringan otot yang lunak atau getaran dengan frekuensi tinggi yang menyebabkan kontraksi otot bertambah.
Ada beberapa cara yang telah diperkenalkan dalam melakukan evaluasi ergonomi untuk mengetahui hubungan antara tekanan fisik dengan resiko keluhan otot skeletal. Pengukuran terhadap tekanan fisik ini cukup sulit karena melibatkan berbagai faktor subjektif seperti kinerja, motivasi, harapan dan toleransi kelelahan. Alat ukur yang digunakan dpat dilakukan dengan berbagai cara mulai metode yang sederhana sampai menggunakan sistem komputer. Salah satu dari metode tersebut adalah melalui Standard Nordic Questionnaire.
3.2.1. Standard Nordic Quetionnaire (SNQ)3
Standard Nordic Questionnaire (SNQ) merupakan alat yang dapat mengetahui bagian-bagian otot yang mengalami keluhan dengan tingkat keluhan mualai dari Tidak Sakit (TS), agak sakit (AS), Sakit (S) dan Sangat Sakit (SS). Dengan melihat dan menganalisis peta tubuh seperti pada Gambar 1. maka dapat diestimasi jenis dan tingkat keluhan otot skeletal yang dirasakan oleh pekerja.
(41)
KETERANGAN NO JENIS KELUHAN
1 Sakit kaku di bagian leher bagian bawah 2 Sakit di bahu kiri
3 Sakit di bahu kanan 4 Sakit lengan atas kiri 5 Sakit di punggung 6 Sakit lengan atas kanan 7 Sakit pada pinggang 8 Sakit pada bokong 9 Sakit pada pantat 10 Sakit pada siku kiri 11 Sakit pada siku kanan
12 Sakit pada lengan bawah kiri 13 Sakit pada lengan bawah kanan 14 Sakit pada pergelangan tangan kiri 15 Sakit pada pergelangan tangan kanan 16 Sakit pada tangan kiri
17 Sakit pada tangan kanan 18 Sakit pada paha kiri 19 Sakit pada paha kanan 20 Sakit pada lutut kiri 21 Sakit pada lutut kanan 22 Sakit pada betis kiri 23 Sakit pada betis kanan
24 Sakit pada pergelangan kaki kiri 25 Sakit pada pergelangan kaki kanan 26 Sakit pada kaki kiri
27 Sakit pada kaki kanan
(42)
3.3. Postur Kerja
Posisi tubuh dalam kerja sangat ditentukan oleh jenis pekerjaan yang dilakukan. Masing-masing posisi kerja mempunyai pengaruh yang berbeda-beda terhadap tubuh. Grandjean (1993) berpendapat bahwa bekerja dengan posisi duduk mempunyai keuntungan antara lain:
1. Pembebanan pada kaki
2. Pemakaian energi dapat dikurangi
3. Keperluan untuk sirkulasi darah dapat dikurangi
Namun demikian kerja dengan sikap duduk terlalu lama dapat menyebabkan otot perut melembek dan tulang belakang akan melengkung sehingga cepat lelah. Mengingat posisi duduk mempunyai keuntungan dan kerugian, maka untuk mendapatkan hasil kerja yang lebih baik tanpa pengaruh buruk pada tubuh, perlu dipertimbangkan pada jenis pekerjaan apa saja sesuai diterapkan posisi duduk. Untuk maksud tersebut, Pulat (1992) memberikan pertimbangan tentang pekerjaan yang paling baik dilakukan dengan posisi duduk. Pekerjaan tersebut antara lain:
1. Pekerjaan yang memerlukan kontrol dengan teliti pada kaki
2. Pekerjaan utama adalah menulis atau memerlukan ketelitian pada tangan 3. Tidak diperlukan tenaga dorong yang besar
4. Objek yang dipegang tidak memerlukan tangan bekerja pada ketinggianlebih dari 15 cm dari landasan kerja
5. Diperlukan tingkat kestabilan tubuh yang tinggi 6. Pekerjaan dilakukan pada waktu yang lama
(43)
7. Seluruh objek yang dikerjakan atau disuplai masih dalam jangkauan dengan posisi duduk
Selain posisi kerja duduk, posisi berdiri juga banyak ditemukan di perusahaan. Seperti halnya posisi duduk, posisi kerja berdiri juga mempunyai keuntungan maupun kerugian. Menurut Sutalaksana (2000) bahwa sikap berdiri merupakan sikap siaga baik fisik maupun mental, sehingga aktivitas kerja yang dilakukan lebih cepat, kuat dan teliti. Pada dasarnya, berdiri lebih lelah daripada duduk dan energi yang dikeluarkan untuk berdiri lebih banyak 10-15% dibandingkan dengan duduk. Untuk meminimalkan pengaruh kelelahan dan keluhan subjektif maka pekerjaan harus didesain agar tidak terlalu banyak menjangkau, membungkuk, atau melakukan gerakan dengan posisi kepala yang tidak alamiah. Untuk maksud tersebut, Pulat (1992) dan Clark (1996) memberikan pertimbangan tentang pekerjaan yang paling baik dilakukan dengan posisi berdiri antara lain:
1. Tidak tersedia tempat untuk kaki dan lutut
2. Harus memegang objek yang berat (lebih dari 4,5 kg) 3. Sering menjangkau ke atas, ke bawah dan ke samping. 1. Sering melakukan pekerjaan dengan menekan ke bawah 2. Memerlukan mobilitas tinggi
(44)
3.3.1. REBA (Rapid Entire Body Assesment)4
Metode ergonomi tersebut mengevaluasi postur, kekuatan, aktivitas dan faktor coupling yang menimbulkan cidera akibat aktivitas yang berulang–ulang. Penilaian postur kerja dengan metode ini dengan cara pemberian skor resiko antara satu sampai lima belas, yang mana skor yang tertinggi menandakan level yang mengakibatkan resiko yang besar (bahaya) untuk dilakukan dalam bekerja. Hal ini berarti bahwa skor terendah akan menjamin pekerjaan yang diteliti bebas dari ergonomic hazard. REBA dikembangkan untuk mendeteksi postur kerja yang beresiko dan melakukan perbaikan sesegera. REBA dikembangkan tanpa membutuhkan piranti khusus. Ini memudahkan peneliti untuk dapat dilatih dalam melakukan pemeriksaan dan pengukuran tanpa biaya peralatan tambahan.
Menurut Mc Atamney dan Hignett (2000) Rapid Entire Body Assessment
adalah sebuah metode yang dikembangkan dalam bidang ergonomi dan dapat digunakan secara cepat untuk menilai posisi kerja atau postur leher, punggung, lengan pergelangan tangan dan kaki seorang operator. Selain itu metode ini juga dipengaruhi faktor coupling, beban eksternal yang ditopang oleh tubuh serta aktifitas pekerja. Penilaian dengan menggunakan REBA tidak membutuhkan waktu yang lama untuk melengkapi dan melakukan scoring general pada daftar aktivitas yang mengindikasikan perlu adanya pengurangan resiko yang diakibatkan postur kerja operator (nur-w.blogspot.com,2009).
4
Raharjo,Poppy.2008. Usulan Perancangan Alat Kertas Karton. Universitas Admajaya Jogyakarta:Jogyakarta.
(45)
Pemeriksaan REBA dapat dilakukan di tempat yang terbatas tanpa menggangu pekerja. Pengembangan REBA terjadi dalam empat tahap. Tahap pertama adalah pengambilan data postur pekerja dengan menggunakan bantuan video atau foto, tahap kedua adalah penentuan sudut–sudut dari bagian tubuh pekerja, tahap ketiga adalah penentuan berat benda yang diangkat, penentuan coupling, dan penentuan aktivitas pekerja. Dan yang terakhir, tahap keempat adalah perhitungan nilai REBA untuk postur yang bersangkutan. Dengan didapatnya nilai REBA tersebut dapat diketahui level resiko dan kebutuhan akan tindakan yang perlu dilakukan untuk perbaikan kerja (nur-w.blogspot.com,2009).
Penilaian postur dan pergerakan kerja menggunakan metode REBA melalui tahapan–tahapan sebagai berikut:
Tahap 1 : Pengambilan data postur pekerja dengan menggunakan bantuan video atau foto
Pengambilan data postur pekerja dengan menggunakan bantuan video atau foto. Untuk mendapatkan gambaran sikap (postur) pekerja dari leher, punggung, lengan, pergelangan tangan hingga kaki secara terperinci dilakukan dengan merekam atau memotret postur tubuh pekerja. Hal ini dilakukan supaya peneliti mendapatkan data postur tubuh secara detail (valid), sehingga dari hasil rekaman dan hasil foto bisa didapatkan data akurat untuk tahap perhitungan serta analisis selanjutnya.
Tahap 2 : Penentuan sudut-sudut dari bagian tubuh pekerja.
Penentuan sudut–sudut dari bagian tubuh pekerja. Setelah didapatkan hasil rekaman dan foto postur tubuh dari pekerja dilakukan perhitungan besar sudut
(46)
dari masing – masing segmen tubuh yang meliputi punggung (batang tubuh), leher, lengan atas, lengan bawah, pergelangan tangan dan kaki. Pada metode REBA segmen – segmen tubuh tersebut dibagi menjadi dua kelompok, yaitu grup A dan B. Grup A meliputi punggung (batang tubuh), leher dan kaki. Sementara grup B meliputi lengan atas, lengan bawah dan pergelangan tangan. Dari data sudut segmen tubuh pada masing–masing grup dapat diketahui skornya, kemudian dengan skor tersebut digunakan untuk melihat tabel A untuk grup A dan tabel B untuk grup B agar diperoleh skor untuk masing–masing tabel.
Tabel 3.1. Skor Pergerakan Punggung (Batang Tubuh) Pergerakan Skor Perubahan Skor
Tegak 1
+1 jika memutar atau kesamping 0o – 20o
2
Flexion
0o – 20o Extension
20o – 60o
3
Flexion
> 20o Flexion
> 60o Flexion 4
Sumber: Stanton, nevile, Hand Book Of Human Factor and Ergonomics Methods. Pada tabel 3.1 di atas, pergerakan punggung dapat ditunjukkan pada gambar 3.2 berikut ini.
Grup A
1. Batang Tubuh (Trunk)
(47)
2. Leher (Neck)
Gambar 3.3. Postur Tubuh Bagian Leher Tabel 3.2. Skor Leher REBA
Pergerakan Skor Skor Perubahan
0-200 1
+1 jika leher berputar/bengkok >200-ekstensi 2
Sumber: Stanton, nevile, Hand Book Of Human Factor and Ergonomics Methods.
3. Kaki (Legs)
Gambar 3.4. Postur Tubuh Bagian Kaki (Legs) Tabel 3.3. Skor Kaki (Legs)
Pergerakan Skor Skor Perubahan
Posisi normal/seimbang (berjalan/duduk) 1 +1 jika lutut antara 30-60 +2 jika lutut >60
0 0
Bertumpu pada satu kaki lurus 2
(48)
4. Beban (Load)
Gambar 3.5. Ukuran Beban (Load)
Tabel 3.4. Skor Beban Pergerakan Skor Skor Pergerakan
<5 kg 0
+1 jika kekuatan cepat
5-10 kg 1
>10 kg 2
Sumber: Stanton, nevile, Hand Book Of Human Factor and Ergonomics Methods.
Grup B
1. Lengan Atas (Upper Arm)
(49)
Tabel 3.5. Skor Lengan Atas
Pergerakan Skor Skor Perubahan
200 (ke depan dan belakang) 1
+1 jika bahu naik
+1 jika lengan berputar/bengkok -1 miring, menyangga berat lengan >200 (ke belakang) atau 20-450 2
45-900 3
>900 4
Sumber: Stanton, nevile, Hand Book Of Human Factor and Ergonomics Methods.
2. Lengan Bawah (Lower Arms)
Gambar 3.7. Postur Lengan Bawah REBA
Tabel 3.6. Skor Lengan Bawah REBA Pergerakan Skor
60-1000 1
<600 atau >1000 2
Sumber: Stanton, nevile, Hand Book Of Human Factor and Ergonomics Methods.
3. Pergelangan Tangan (Wrist)
(50)
Tabel 3.7. Skor Pergelangan Tangan REBA Pergerakan Skor Skor Perubahan
0-150 (ke atas dan bawah) 1 +1 jika pergelangan tangan putaran menjauhi sisi tengah
>150 (ke atas dan bawah) 2
Sumber: Stanton, nevile, Hand Book Of Human Factor and Ergonomics Methods.
4. Coupling
Tabel 3.8. Coupling
Coupling Skor Keterangan
Baik 0 Kekuatan pegangan baik
Sedang 1 Pegangan bagus tapi tidak ideal atau kopling
cocok dengan bagian tubuh
Kurang baik 2 Pegangan tangan tidak sesuai walaupun
mungkin
Tidak dapat diterima 3
Kaku, pegangan tangan tidak nyaman, tidak ada pegangan atau kopling tidak sesuai dengan bagian tubuh
Tabel 3.9. Skor Aktivitas
Aktivitas Skor Keterangan
Postur statik +1 1 atau lebih bagian tubuh statis/diam
Pengulangan +1 Tindakan berulang-ulang
Ketidakstabilan +1 Tindakan menyebabkan jarak yang besar
dan cepat pada postur (tidak stabil)
(51)
Tabel 3.10. Nilai Level Tindakan REBA
Skor REBA Level Risiko Level Tindakan Tindakan
1 Dapat diabaikan 0 Tidak diperlukan
2-3 Kecil 1 Mungkin diperlukan
4-7 Sedang 2 Perlu
8-10 Tinggi 3 Segera
11-15 Sangat tinggi 4 Sekarang juga
Sumber: Stanton, nevile, Hand Book Of Human Factor and Ergonomics Methods.
Tabel 3.11. Perhitungan Grup A Untuk REBA
Neck Leg Trunk
1 2 3 4 5
1
1 1 2 2 3 4
2 2 3 4 5 6
3 3 4 5 6 7
4 4 5 6 7 8
2
1 1 3 4 5 6
2 2 4 5 6 7
3 3 5 6 7 8
4 4 6 7 8 9
3
1 3 4 5 6 7
2 3 5 6 7 8
3 5 6 7 8 9
4 6 7 8 9 9
(52)
Tabel 3.12. Perhitungan Grup B Untuk REBA
Lower
Arm Wrist
Upper Arm
1 2 3 4 5 6
1
1 1 1 3 4 5 7
2 2 2 4 5 7 8
3 2 3 5 5 8 8
2
1 1 2 4 5 7 3
2 2 3 5 5 8 9
3 3 4 5 7 8 9
Sumber: Stanton, nevile, Hand Book Of Human Factor and Ergonomics Methods.
Tabel 3.13. Perhitungan Metode REBA
Score B
Score A
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 1 1 2 3 4 6 7 8 9 10 11 12
2 1 2 3 4 4 6 7 8 9 10 11 12
3 1 2 3 4 4 6 7 8 9 10 11 12
4 2 3 4 4 5 7 8 9 10 11 11 12
5 3 4 4 5 6 8 9 10 10 11 12 12
6 3 4 5 6 7 8 9 10 10 11 12 12
7 4 5 6 7 8 9 9 10 11 11 12 12
8 5 6 7 8 8 9 10 10 11 12 12 12
9 6 6 7 8 9 10 10 10 11 12 12 12
10 7 7 8 9 9 10 11 11 12 12 12 12
11 7 7 8 9 9 10 11 11 12 12 12 12
12 7 8 8 9 9 10 11 11 12 12 12 12
(53)
3.4. Antropometri5
Istilah antropometri berasal dari “anthro” yang berarti manusia dan “metri” yang berarti ukuran. Secara definitif antropometri dapat dinyatakan sebagai satu studi yang berkaitan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia Antropomeetri menurut Sevenson (1989) dan Nurmianto (1991) adalah satu kumpulan data numerik yang berhubungan dengan karakteristik fisik tubuh manusia ukuran, bentuk dan kekuatan serta penerapan dari data tersebut untuk penanganan masalah desain
3.4.1. Definisi Antropometri
6
a. Umur. Secara umum dimensi tubuh manusia akan tumbuh dan bertambah besar, seiring dengan bertambahnya waktu, yaitu sejak awal kelahirannya sampai dengan umur sekitar 20 tahunan. Dari suatu penelitian yang dilakukan oleh A.F.Roche dan G.H.Davila (1972) di USA diperoleh kesimpulan bahwa laki-laki akan tumbuh dan berkembang naik sampai dengan usia 21,2 tahun, sedangkan wanita 17,3 tahun, meskipun ada sekitar 10 % yang masih terus bertambah tinggi sampai usia 23,5 tahun (laki-laki) dan 21,1 tahun (wanita).
.
3.4.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengukuran Antropometri
Manusia pada umumnya akan berbeda-beda dalam hal bentuk dan dimensi ukuran tubuhnya. Di sini ada beberapa faktor yang akan mempengaruhi ukuran tubuh manusia, sehingga sudah semestinya seorang perancang produk harus memperhatikan faktor-faktor tersebut yang antara lain adalah:
5
Wignjosoebroto, Sritomo. 1995. Ergonomi, Studi Gerak dan Waktu 6
(54)
Setelah itu, tidak akan terjadi pertumbuhan bahkan akan cenderung berubah menjadi penurunan ataupun penyusutan yang dimulai sekitar umur 40 tahunan.
b. Jenis kelamin (sex). Dimensi ukuran tubuh laki-laki umunya akan lebih besar dibandingkan dengan wanita, terkecuali untuk beberapa bagian tubuh tertentu seperti pinggul, dan sebagainya.
c. Suku/bangsa (ethnic). Setiap suku, bangsa ataupun kelompok etnik akan memilki karakteristik fisik yang akan berbeda satu dengan yang lainya.
d. Jenis pekerjaan. Beberapa jenis pekerjaan tertentu menuntut adanya
persyaratan dalam seleksi karyawan/stafnya. Misalnya buruh
dermaga/pelabuhan adalah harus mempunyai postur tubuh yang relatif lebih besar dibandingkan dengan karyawan perkantoran pada umumnya. Apalagi dibandingkan dengan jenis pekerjaan militer.
e. Cacat tubuh, dimana data antropometri disini akan diperlukan untuk perancangan produk bagi orang-orang cacat (kursi roda, kaki/tangan palsu, dan lain-lain).
f. Tebal/tipisnya pakaian yang harus dikenakan, dimana faktor iklim yang berbeda akan memberikan variasi yang berbeda-beda pula dalam pula dalam bentuk rancangan dan spesifikasi pakaian. Dengan demikian dimensi tubuh orangpun akan berbeda dari satu tempat dengan tempat yang lain.
g. Kehamilan (pregnancy), dimana kondisi semacam ini jelas akan mempengaruhi bentuk dan ukuran tubuh (khusus perempuan). Hal tersebut
(55)
jelas memerlukan perhatian khusus terhadap produk-produk yang dirancang bagi segmentasi seperti ini.
3.4.3. Aplikasi Antropometri dalam Perancangan Fasilitas Kerja
Data antropometri yang menyajikan data ukuran dari berbagai macam anggota tubuh manusia dalam percentile tertentu akan sangat besar manfaatnya pada saat suatu rancangan produk ataupun fasilitas kerja akan dibuat. Agar rancangan suatu produk nantinya bisa sesuai dengan ukuran tubuh manusia yang akan mengoperasikannya, maka prinsip-prinsip apa yang harus diambil didalam aplikasi data antropometri tersebut harus ditetapkan terlebih dahulu seperti diuraikan berikut ini :
a. Prinsip perancangan produk bagi individu dengan ukuran yang ekstrim. Disini rancangan produk dibuat agar bisa memenuhi 2 (dua) sasaran produk, yaitu:
1. Bisa sesuai untuk ukuran tubuh manusia yang mengikuti klasifikasi ekstrim dalam arti terlalu besar atau kecil bila dibandingkan dengan rata-ratanya.
2. Tetap bisa digunakan untuk memenuhi ukuran tubuh yang lain (mayoritas dari populasi yang ada ).
b. Prinsip perancangan produk yang bisa dioperasikan diantara rentang ukuran tertentu.
Disini rancangan bisa diubah-ubah ukurannya sehingga cukup fleksibel dioperasikan oleh setiap orang yang memiliki berbagai macam ukuran tubuh.
(56)
Contoh yang paling umum dijumpai adalah perancangan kursi mobil yang mana dalam hal ini letaknya bisa digeser maju/mundur dan sudut sandarannya bisa diubah-ubah sesuai dengan yang diinginkan. Dalam kaitannya untuk mendapatkan rancangan yang fleksibel, semacam ini maka data antropometri yang umum diaplikasikan adalah rentang nilai 5-th s/d 95-th percentile. c. Prinsip perancangan produk dengan ukuran rata-rata.
Berkaitan dengan aplikasi data antropometri yang diperlukan dalam proses perancangan produk ataupun fasilitas kerja, maka ada beberapa saran/rekomendasi yang bisa diberikan sesuai dengan langkah-langkah seperti berikut :
1. Pertama kali terlebih dahulu harus ditetapkan anggota tubuh yang mana yang nantinya akan difungsikan untuk mengoperasikan rancangan tersebut. 2. Tentukan dimensi tubuh yang penting dalam proses perancangan tersebut,
dalam hal ini juga perlu diperhatikan apakah harus menggunakan data
struktural body dimension atau functional body dimension.
3. Selanjutnya tentukan populasi terbesar yang harus diantisipasi, diakomodasikan dan menjadi target utama pemakai rancangan produk tersebut. Hal ini lazim dikenal sebagai "market segmentation", seperti produk mainan untuk anak-anak, peralatan rumah tangga untuk wanita, dan lain-lain.
4. Tetapkan prinsip ukuran yang harus diikuti semisal apakah rancangan tersebut untuk ukuran individual yang ekstrim, rentang ukuran yang fleksibel (adjustable) atau ukuran rata-rata.
(57)
5. Pilih persentase populasi yang harus diikuti, 90-th, 95-th, 99-th atau nilai
percentile yang lain yang dikehendaki.
6. Untuk setiap dimensi tubuh yang telah diidentifikasikan selanjutnya pilih/tetapkan nilai ukurannya dari tabel data antropometri yang sesuai. Aplikasi data tersebut dan tambahkan faktor kelonggaran (allowance) bila diperlukan seperti halnya tambahan ukuran akibat faktor tebalnya pakaian yang harus dikenakan oleh operator, pemakaian sarung tangan (gloves), dan lain-lain.
Selanjutnya untuk memperjelas mengenai data antropometri untuk bisa diaplikasikan dalam berbagai rancangan produk ataupun fasilitas kerja maka pada Gambar 9. dibawah ini akan memberikan informasi tentang berbagai macam anggota tubuh yang perlu diukur.
Gambar 3.9. Antropometri Tubuh Manusia yang Diukur Dimensinya
Keterangan:
(58)
2. Tinggi mata dalam posisi berdiri tegak 3. Tinggi bahu dalam posisi berdiri tegak
4. Tinggi siku dalam posisi berdiri tegak (siku tegak lurus)
5. Tinggi kepalan tangan yang terjulur lepas dalam posisi berdiri tegak (dalam gambar tidak ditunjukkan).
6. Tinggi tubuh dalam posisi duduk (diukur dari alas tempat duduk/pantat sampai dengan kepala).
7. Tinggi mata dalam posisi duduk 8. Tinggi bahu dalam posisi duduk
9. Tinggi siku dalam posisi duduk (siku tegak lurus) 10. Tebal atau lebar paha
11. Panjang paha yang diukur dari pantat s/d ujung lutut
12. Panjang paha yang diukur dari pantat s/d bagian belakang dari lutut/betis 13. Tinggi lutut yang bisa diukur baik dalam posisi berdiri ataupun duduk
14. Tinggi tubuh dalam posisi duduk yang diukur dari lantai sampai dengan paha 15. Lebar dari bahu (bisa diukur dalam posisi berdiri ataupun duduk )
16. Lebar pinggul/pantat
17. Lebar dari dada dalam keadaan membusung (tidak tampak ditunjukkan dlm gambar ).
18. Lebar perut
19. Panjang siku yang diukur dari siku sampai dengan ujung jari-jari dalam posisi siku tegak lurus
(59)
21. Panjang tangan diukur dari pergelangan sampai dengan ujung jari 22. Lebar telapak tangan
23. Lebar tangan dalam posisi tangan terbentang lebar-lebar kesamping kiri-kanan (tidak ditunjukkan dalam gambar)
24. Tinggi jangkauan tangan dalam posisi berdiri tegak, diukur dari lantai sampai dengan telapak tangan yang terjangkau lurus keatas (vertikal)
25. Tinggi jangkauan tangan dalam posisi duduk tegak, diukur seperti halnya nomor 24 tetapi dalam posisi duduk (tidak ditunjukkan dalam gambar)
26. Jarak jangkauan tangan yang terjulur kedepan diukur dari bahu sampai ujung jari tangan
Pada antropometri kaki beberapa bagian yang perlu diukur antara lain ditunjukkan pada Gambar 10. berikut.
Gambar 3.10. Anthropometri Kaki
Keterangan :
1. Panjang Kaki (A) 2. Lebar Kaki (B)
3. Jarak antara tumit dengan telapak kaki yang lebar (C) 4. Lebar tumit (D)
(60)
5. Lingkar telapak kaki (D) 6. Lingkar kaki membujur (E)
3.4.4. Alat Ukur Tubuh “Martin” Model YM-177
1. Martin Statue – Meter (Meter pengukur tinggi) Satu set alat ukur tubuh “martin” ini terdiri atas:
Panjang 2 meter, dapat dipisah menjadi 4 bagian untuk mengukur tinggi, tinggi duduk, tungkai dan lengan dan lain-lain. Alat ini bukan hanya untuk mengukur tinggi tubuh manusia tetapi juga untuk panjang atau diameter bagian tubuh lainnya. Skala pipa baja adalah dari 0 – 200 mm dapat dipisah sesuai dengan keinginan.
2. Skala Pengukur (Lurus)
Alat ini juga diukur dengan meter pengukur tinggi. Dapat digunakan dengan 1 atau 2 potong, tergantung bagian mana yang diukur
3. Skala Pengukur (Kurva)
Alat ini juga dirakit dengan meter pengukur tinggi. Untuk mengukur lebar tubuh dan bagian yang relatif pendek seperti leher, diameter kepala dan panjang kaki.
4. Martingoniometer
Dua kurva yang disambung pada satu ujung yang dapat dibuka dan ditutup, dilengkapi dengan skala yang digunakan untuk mengukur dari 1 mm – 450
(61)
mm. Alat ini digunakan untuk mengukur kepala, lipatan lemak atau bagian kecil tubuh.
5. Metal Penggaris
Metal penggaris berukuran 150 mm dengan minimum skala 1 mm untuk mengukur bagian kecil secara linier.
6. MartinCaliper
Untuk mengukur bagian kecil dari telinga, wajah, jari kaki atau sudut-sudutnya. Skala samping adalah tetap pada satu sisi dengan ukuran 200 mm x 1 mm dan pada sisi lain skala dapat digeser.
Caliper mempunyai skala 250 mm didepaknn dan dibelakang. Panjang sisi lengan adalah tetap pada sudut kanan ke titik nol dan panjangnya 120 mm. Satu ujung dari sisi lengan adalah tajam di sisi lain tumpul dan datar. Skala pada sisi juga sama seperti diatas, namun dapat digeser sepanjang caliper. Gabungkan kedua ujung lengan dan baca langsung skala. Ujung yang tajam biasanya digunakan untuk kerangka sedang yang tumpul dan datar untuk tubuh hidup.
7. Kantong Kapas Alkohol
Letakkan kapas penyerap dan alkohol ke dalam kantong untuk mensterilkan ujung alat sebelum pengukuran dilakukan.
8. Pita Pengukur
Alat ini digunakan untuk mengukur keliling dada atau kepala. Terbuat dari metal, pemutaran otomatis. Panjang adalah 2 meter dengan skala pertambahan 1 mm.
(62)
3.5.Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan
Peta tangan kiri dan tangan kanan dalam hal ini lebih dikenal sebagi peta operator adalah peta kerja setempat yang bermanfaat untuk menganalisa gerakan tangan manusia didalam melakukan pekerjaan – pekerjaan yang bersifat manual. Peta ini akan gambarkan semua gerakan ataupun delay yang terjadi yang dilakukan oleh tangan kanan dan tangan kiri secara mendetail sesuai dengan elemen – elemen therblig yang membentuk gerakan tersebut. Dengan menganalisa detail gerakan yang terjadi maka langkah – langkah perbaikan bisa diusulkan. Pembuatan peta operator ini baru terasa bermanfaat apabila gerakan yang di analisa tersebut terjadi berulang – ulang dan d lakukan secara manual. Dari analisa yang dibuat maka pola gerakan tangan yang dianggap tidak efisien dan bertentangan dengan prinsip – prinsip ekonomi gerakan bisa diusulkan untuk diperbaiki. Demikian pula akan diharapkan terjadi keseimbangan gerakan yang dilakukan oleh tangan kanan dan tangan kiri, sehingga siklus kerja akan berlangsung dengan lancar dalam ritme gerakan yang lebih baik yang akhirnya mampu memberikan delay maupun operator fatique yang minimum.
(63)
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Waktu dan Tempat
Penelitian dilakukan di UD. Karya Darma yang beralamat di Jalan Suka Subur, Medan, Sumatera Utara. Waktu penelitian dilaksanakan mulai bulan April 2012 sampai dengan bulan Mei 2012.
4.2. Objek Penelitian
Objek penelitian yang diamati adalah 2 orang operator yang bekerja pada stasiun pengukuran/pemotongan, pembulatan rangka/penyatuan rangka, dan pengepresan alas dandang. Kedua operator ini dalam satu hari dapat membuat 6 dandang dengan ukuran 15 kg. Sedangkan untuk merancang fasilitas kerja usulan dibutuhkan data dimensi tubuh operator. Jumlah sampel yang diukur berjumlah 62 orang yang berasal dari populasi mahasiswa Departemen Teknik Industri USU.
Adapun variabel dari objek penelitian yang diamati adalah sebagai berikut: 1. Objek penelitian yang diamati adalah postur kerja aktual pekerja yang
mengalami keluhan musculoskeletal disorders dengan kategori sangat sakit dan sakit pada tubuh pekerja yang dilihat berdasarkan Standard Nordic Questionaire (SNQ).
2. Dimensi tubuh pekerja. 3. Dimensi fasilitas kerja aktual.
(64)
4.3. Rancangan Penelitian
Berdasarkan sifatnya, maka penelitian ini digolongkan sebagai penelitian deskriptif (descriptive research) dan penelitian survei, yaitu penelitian yang dilakukan pemecahan terhadap suatu masalah yang ada sekarang secara sistematis dan aktual berdasarkan data yang ada, baik diukur/diamati langsung atau dengan data sekunder perusahaan.
Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif karena beban kerja operator dideskripsikan secara sistematik, faktual, dan akurat yang selanjutnya dicari solusi pemecahan masalahnya. Penelitian ini juga menggunakan jenis penelitian survei karena operator diwawancarai untuk mengetahui perasaan sakit akibat bekerja dengan menggunakan Standard Nordiq Questinare (SNQ).
4.4. Pengumpulan Data
Adapun beberapa jenis data yang dikumpulkan dalam melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Data primer
Data Primer adalah data yang diperoleh dari hasil pengamatan dan perhitungan secara langsung selama melakukan penelitian, yaitu data dimensi antropometri operator, dan data keluhan otot dengan kuesioner SNQ.
2. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan pimpinan atau karyawan untuk mendapatkan informasi dan data yang
(65)
berhubungan dengan penelitian, seperti jam kerja, laju produksi, dan sebagainya.
4.5. Metode Penelitian
4.5.1. Metode Pengumpulan Data
Data primer yang dibutuhkan dalam penelitian ini dapat dikumpulkan dengan cara sebagai berikut:
1. Observasi (Pengamatan)
Pengumpulan data ini dilakukan dengan pengamatan dan pengukuran secara langsung terhadap objek penelitian di lapangan terutama pada stasiun pengepakan. Alat yang digunakan dalam pengumpulan data secara observasi ini adalah goniometer, jangka sorong, alat body martin, dan meteran.
2. Kuesioner
Kuesioner yang digunakan adalah dengan Standard Nordic Questionaere
(SNQ). Kuesioner ini digunakan untuk mengidentifikasi awal keluhan- keluhan Musculoskeletal Disorders yang dialami operator.
4.5.2. Metode Pengolahan Data
Pada tahap ini, data yang diperoleh berdasarkan hasil pengamatan diolah sesuai dengan teknik analisis data yang digunakan.
1. Standard Nordic Questionaere (SNQ) untuk menentukan bagian tubuh yang mengalami risiko cedera Musculoskeletal Disorders (MSDs).
(66)
2. Penilaian postur kerja dengan REBA untuk memperoleh gambaran tentang postur kerja.
3. Perhitungan persentil dari dimensi tubuh operator untuk acuan dalam merancang fasilitas kerja operator dalam melakukan kegiatan pengepresan dandang.
4.5.3. Analisis Pemecahan Masalah
Semua data, baik yang diperoleh dalam pengumpulan data maupun yang didapat dari hasil pengolahan data dianalisis dengan menggunakan metode statistik dan non-statistik.
Analisis dengan metode statistik dilakukan terhadap:
1. Uji keseragaman, kecukupan, dan kenormalan data antropometri.
2. Penentuan persentil data antropometri untuk membuat dimensi fasilitas kerja untuk mesin pres.
Sedangkan analisis dengan menggunakan metode non-statistik dilakukan terhadap:
1. Bagian tubuh operator yang mengalami keluhan MSDs dengan menggunakan kuisioner SNQ.
2. Postur kerja operator dengan menggunakan metode REBA. 3. Ketidakseimbangan tangan kanan dan tangan kiri.
Hasil analisis di atas digunakan untuk perancangan fasilitas kerja operator pada pekerjaan pengepresan dandang. Alat bantu tersebut dibuat untuk mereduksi keluhan Muskulosceletal Disorders (MSDs) berdasarkan sikap kerja operator.
(67)
4.6. Intrumen Penelitian
Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Kuesioner Standard Nordic Questionare (SNQ), digunakan untuk menilai segmen-segmen tubuh yang dirasakan operator (menurut persepsi operator), apakah sangat sakit, sakit, agak sakit, dan tidak sakit.
2. Kamera digital, digunakan untuk mengambil foto dan video gerakan aktivitas pembuatan dandang.
3. Goniometer, digunakan untuk mengukur sudut-sudut tubuh operator yang terbentuk ketika bekerja yang digunakan untuk penilaian postur kerja.
4. Tabel Score REBA, digunakan untuk menilai postur kerja berdasarkan pengamatan dan pengukuran yang dilakukan.
5. Human Body Martin, digunakan untuk mengukur dimensi tubuh operator yang hasilnya akan digunakan sebagai data untuk perancangan fasilitas kerja.
4.7. Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan yang didapat dari hasil anlisis yang dilakukan di UD. Karya Darma dengan pengadaan fasilitas kerja berupa fasilitas kerja yang ergonomis pada operator di stasiun pengepresan diharapkan dapat mengurangi risiko cidera
Musculosceletal Disorders (MSDs). Sedangkan saran yang diberikan akan diarahkan pada beberapa rancangan atau usulan perbaikan yang bermanfaat bagi perusahaan dan penelitian-penelitian berikutnya.
(68)
4.8. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian terlebih dahulu dilaksanakan dengan melakukan penelitian pendahuluan terhadap perusahaan bertujuan untuk mengetahui apa masalah yang sedang dihadapi oleh perusahaan. Langkah selanjutnya adalah mengumpulkan informasi dan data-data mengenai perusahaan dan proses pembuatan produk serta informasi mesin dan peralatan yang digunakan selama proses produksi. Penelitian dilanjutkan dengan pengolahan data dan menganalisis hasil pengolahan data yang digunakan untuk pemecahan masalah. Langkah terakhir dari penelitian ini adalah penarikan kesimpulan dan pemberian saran kepada pihak perusahaan. Adapun blok diagram langkah-langkah penelitian dapat dilihat pada Gambar 4.1.
(69)
Mulai
-Penilaian sikap kerja/postur kerja dalam proses pengepresan terhadap keluhan MSDs.
-Perancangan fasilitas kerja ergonomis dalam proses pengepakan ditinjau dari postur kerja operator.
Sasaran Penelitian
-Penilaian keluhan MSDs yang dialami operator pengepresan. -Penilaian postur kerja dengan menggunakan metode REBA
-Perancangan fasilitas kerja ergonomis stasiun pengepresan berdasarkan dimensi dan prinsip data antropometri.
Penetapan Tujuan
Perancangan fasilitas kerja operator pada aktivitas pengepresan dengan mempertimbangkan kapasitas dan keterbatasan yang dimiliki manusia untuk mengurangi risiko musculoscletal disorders (MSDs) berdasarkan postur kerja.
Pengumpulan Data Primer
-Data keluhan operator pengepresan berdasarkan kuesioner SNQ.
-Data postur kerja aktual operator. -Data antropometri operator.
Pengumpulan Data Sekunder -Urutan proses produksi.
-Jumlah produk yang dihasilkan di lantai produksi. -Jam kerja operator.
-Data antropometri tambahan dari laboratorium Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja.
Pengolahan Data -Mengidentifikasi keluhan operator berdasarkan SNQ.
-Penentuan level tindakan berdasarkan penilaian postur kerja dengan metode REBA.
-Penentuan dimensi yang dibutuhkan untuk rancangan fasilitas kerja operator berdasarkan penilaian SNQ,
dan postur kerja.
-Perancangan Fasilitas kerja operator berdasarkan nilai yang diperoleh berdasarkan dari prinsip perancangan persentil.
Analisis Pemecahan Masalah -Analisis tempat kerja aktual.
-Analisis perancangan Fasilitas kerja . -Perbandingan metode kerja aktual dan baru.
-Analisis risiko cidera muskuloskletal disorders (MSDs) setelah perancangan
Kesimpulan dan Saran
Selesai
(70)
4.9.Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual dari penelitian ini secara umum dapat dilihat pada Gambar 4.2.
Level Muskuloskletal Disorders
(Variabel Terikat) Aktivitas berulang
(Repetitif)
Beban kerja fisik
Identifikasi awal dengan
Standard Nordic Questionaere
(SNQ) dan penilaian level risiko kerja dengan REBA
Pengukuran dimensi antropometri dengan
human body martin
Perancangan Fasilitas ergonomis untuk mengurangi risiko cidera
Muskuloskletal Disorders
Gambar 4.2. Kerangka Konseptual Penelitian
Adapun variabel bebas pada penelitian ini adalah: 1. Aktivitas berulang (repetitif)
2. Beban kerja fisik
Sedangkan variabel terikatnya adalah level Musculoskletal Disorders. Berdasarkan kerangka konseptual diatas untuk mengetahui operator mengalami keluhan Musculoskeletal Disorder perlu adanya identifikasi awal dengan menggunakan Standard Nordic Questionaere (SNQ) dan penilaian level risiko dengan REBA. Setelah mendapatkan hasil dari kuesioner operator, maka didapatkan bagian tubuh yang mengalami keluhan Musculskeletal Disorder. Keluhan tersebut mempunyai hubungan yang erat antara variabel bebas dan variabel terikat.Kemudian melakukan pengukuran dimensi antropometri.
(71)
Selanjutnya dari langkah-langkah tersebut dapat merancang fasilitas kerja yang ergonomis, yaitu efektif, aman, sehat, nyaman, dan efisien untuk mengurangi risiko cidera Musculskeletal Disorder.
(72)
BAB V
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
5.1. Pengumpulan Data
5.1.1. Data Standard Nordic Questionare (SNQ)
Standard Nordic Questionare (SNQ) dibuat untuk mengetahui keluhan yang dialami oleh operator selama melaksanakan aktivitas pengepresan pada alas dandang. Pengumpulan data SNQ diberikan kepada dua orang operator. Setiap operator yang mengisi kuesioner SNQ tersebut memilki beban dan waktu kerja yang sama. Pengambilan data SNQ hanya dilakukan sebanyak satu kali. Format standard SNQ dapat dilihat pada Lampiran 1. Gambar keluhan SNQ operator dapat dilihat pada Lampiran 2. Sedangkan hasil rekapitulasi SNQ tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.1.
Tabel 5.1. Data Pengumpulan SNQ Operator
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
1 4 4 2 2 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 3 4 3 1 1 1 1 2 2 3 3 2 2
2 3 4 2 2 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 3 1 1 1 1 2 2 3 3 3 3
Op. No Dimensi Tubuh
Keterangan nomor dimensi tubuh: 0 = Sakit kaku di leher bagian atas
1 = Sakit kaku di bagian leher bagian bawah 2 = Sakit di bahu kiri
3 = Sakit di bahu kanan 4 = Sakit lengan atas kiri
(73)
6 = Sakit lengan atas kanan 7 = Sakit pada pinggang 8 = Sakit pada bokong 9 = Sakit pada pantat 10 = Sakit pada siku kiri 11 = Sakit pada siku kanan
12 = Sakit pada lengan bawah kiri 13 = Sakit pada lengan bawah kanan 14 = Sakit pada pergelangan tangan kiri 15 = Sakit pada pergelangan tangan kanan 16 = Sakit pada tangan kiri
17 = Sakit pada tangan kanan 18 = Sakit pada paha kiri 19 = Sakit pada paha kanan 20 = Sakit pada lutut kiri 21 = Sakit pada lutut kanan 22 = Sakit pada betis kiri 23 = Sakit pada betis kanan
24 = Sakit pada pergelangan kaki kiri 25 = Sakit pada pergelangan kaki kanan 26 = Sakit pada kaki kiri
(74)
Penilaian berdasarkan kuisioner SNQ untuk pembobotan masing-masing kategori berikut:
Tidak sakit : bobot 1 Agak sakit : bobot 2 Sakit : bobot 3 Sangat sakit : bobot 4
Kategori yang dirasakan saat bekerja adalah sebagai berikut:
1. Tidak sakit, artinya bahwa operator tidak terasa nyeri sedikitpun pada bagian tubuh karena kontraksi otot yang terjadi berjalan normal.
2. Agak sakit, artinya bahwa operator mulai terasa nyeri, namun rasa nyeri yang timbul tidak membuat operator jenuh atau cepat lelah.
3. Sakit artinya bahwa operator merasakan nyeri yang cukup hebat dan keadaan ini membuat operator mulai jenuh dan cepat lelah.
4. Sangat sakit artinya bahwa operator merasakan nyeri yang sangat luar biasa disertasi dengan ketegangan (kontraksi otot yang sangat hebat) sehingga membuat operator merasakan jenuh dan kelelahan yang cukup besar.
5.1.2. Elemen Kegiatan pada Kondisi Aktual
Proses pembuatan dandang di UD Karya Darma terdapat beberapa elemen kegiatan yang harus dikerjakan oleh operator. Adapun uraian kegiatan operator tersebut dapat dilihat pada Gambar 5.1 – Gambar 5.5.
5. Operator membuat pola dandang dengan menggunakan meteran sesuai dengan pesanan pelanggan
(75)
Pada kegiatan ini operator mengukur lempeng aluminium untuk membuat pola yang diinginkan. Aktivitas pembuatan pola tersebut dapat dilihat pada Gambar 5.1.
Gambar 5.1. Aktivitas Membuat Pola Dandang
6. Pembulatan rangka dan penyatuan rangka
Pada kegiatan ini, operator membulatkan atau melengkungkan lempeng aluminium yang telah dipotong kemudian menyatukan rangkanya. Aktivitas pembulatan rangka dan penyatuan rangka dapat dilihat pada Gambar 5.2.
(76)
7. Pengepresan pada alas dandang, dan pengepresan tutup rangka
Pada kegiatan ini operator mengepres alas dandang sehingga menjadi rata dan presisi dan selain itu juga mengepres tutup rangka. Aktivitas pengepresan tersebut dapat dilihat pada Gambar 5.4.
Gambar 5.3. Pengepresan pada Alas Dandang, dan Pengepresan Tutup Rangka
8. Merapikan sisi alas dandang
Pada kegiatan ini operator merapikan sisi alas dandang dan dilakukan
finishing akhir. Adapun aktivitas tersebut dapat dilihat pada Gambar 5.5.
(77)
5.1.3. Data Fasilitas Kerja Aktual
Data fasilitas kerja aktual kerja operator adalah untuk menggambarkan seluruh aktivitas kegiatan awal sampai dengan akhir. Pola aliran bahan pada proses pembuatan dandang tersebut adalah pola "U". Adapun susunan layout dan jarak antar stasiun kerja dapat dilihat pada Gambar 5.6.
Stasiun Kerja 1
Stasiun Kerja 2
Stasiun Kerja 3
Stasiun Kerja 4
2 m 2 m
1,5 m
Aliran proses produksi
Ket:
• stasiun pertama : pengukuran, pemotongan,
• stasiun kedua : pembulatan rangka dan penyatuan rangka
• stasiun ketiga : pengepresan pada alas dandang, pengepresan tutup rangka
• stasiun keempat : merapikan sisi alas dandang
(78)
5.1.4. Data Pengukuran Antropometri
Data pengukuran antropometri diperoleh berdasarkan pengukuran yang dilakukan oleh 2 orang operator di UD Karya Darma yang bertugas membuat dandang dari proses awal sampai akhir. Data tersebut ditambah dengan data hasil pengukuran di Laboratorium Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja (Lab. E dan PSK) , Departemen Teknik Industri, USU sebanyak 62 orang. Jumlah dimensi tubuh yang diambil berjumlah 44 dimensi yang ada di Lab. E dan PSK. Sedangkan untuk pengukuran langsung di UD Karya Darma diambil 3 dimensi tubuh yang terkait untuk merancang ulang alat pengepresan, yaitu Tinggi Siku Berdiri (TSB), Jangkauan Tangan (JT), dan Diameter Genggaman (DG). Data-data dimensi tersebut dapat dilihat pada Lampiran 3.
5.2. Pengolahan Data
5.2.1. Persentase Keluhan Otot Operator dengan SNQ
Perhitungan ini dilakukan untuk melihat persentase keluhan otot (28 bagian segmen tubuh) yang dialami operator selama bekerja. Persentase diperoleh melalui perhitungan:
Lk = x 100% di mana: Lk
segmen tubuh (%)
= Persentase penilaian untuk pembobotan masing-masing kategori di setiap
xi
masing kategori di setiap segmen tubuh
= Jumlah responden yang mengalami keluhan untuk pembobotan masing-
(79)
Sebagai contoh perhitungan untuk kategori 4 (sangat sakit) di segmen tubuh 0 (leher bagian atas) dengan xi = 1 dan n = 2, maka persentase L2
L
adalah:
2 = x 100% = 50 %
Adapun rekapitulasi persentase keluhan otot operator dengan SNQ dapat
(80)
Tabel 5.2. Rekapitulasi Persentase Keluhan Otot Operator dengan SNQ untuk Tubuh Bagian Atas
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
1 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%
2 0% 0% 100% 100% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%
3 50% 100% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 100% 100% 0% 0% 0% 50% 0% 100%
4 50% 0% 0% 0% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 0% 0% 100% 100% 100% 50% 100% 0%
Kategori No Dimensi Tubuh
22 23
20 21
24 25
26 27 8
9
19 18
7 5
4 6
1
2 3
0
10 11
14
13
15 12
16
(81)
Tabel 5.2. Rekapitulasi Persentase Keluhan Otot Operator dengan SNQ untuk Tubuh Bagian Bawah
18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
1 100% 100% 100% 100% 0% 0% 0% 0% 0% 0%
2 0% 0% 0% 0% 100% 100% 0% 0% 50% 50%
3 0% 0% 0% 0% 0% 0% 100% 100% 50% 50%
4 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%
Kategori No Dimensi Tubuh
22 23
20 21
24 25
26 27
8
9
19 18
7 5
4 6
1
2 3
0
10 11
14
13
15 12
16
(82)
5.2.2. Penentuan Level Tindakan Postur Kerja dengan REBA
Penentuan elemen kerja pada operator dapat diketahui dengan melakukan penilaian terhadap postur kerja. Hasil yang diperoleh dari penilaian postur kerja dapat menunjukkan level tindakan yang harus dilakukan sehingga elemen gerakan yang memiliki risiko untuk menimbulkan keluhan kemudian akan diperbaiki ataupun dihilangkan. Penilaian postur kerja dapat dilakukan dengan metode REBA. Metode ini dipilih karena REBA dapat mewakili penilaian seluruh sisi tubuh, baik bagian atas dan juga bagian bawah dengan membandingkan sisi kanan dankiri operator.
Pada proses pembuatan dandang terdapat 2 operator yang bekerja di satu lini produksi dengan beban dan aktivitas yang berbeda-beda. Maka dari itu, untuk penilaian postur kerja dilakukan untuk seluruh operator.
Aktivitas Pengepresan Dandang
Gambar 5.6. Aktivitas Pengepresan Dandang 20O
25O
80O 50O
(83)
Gambar 5.7. Penilaian REBA Kanan Aktual
Tabel 5.3. Nilai Level Tindakan REBAKanan Aktual Skor REBA Level Resiko Level Tindakan Tindakan
1 Dapat diabaikan 0 Tidak diperlukan
perbaikan
2-3 Kecil 1 Mungkin diperlukan
perbaikan
4-7 Sedang 2 Perlu perbaikan
8-10 Tinggi 3 Segera perbaikan
11-15 Sangat tinggi 4 Sekarang juga
(84)
Gambar 5.8. Penilaian REBA Kiri Aktual
Tabel 5.4. Nilai Level Tindakan REBAKiri Aktual Skor REBA Level Resiko Level Tindakan Tindakan
1 Dapat diabaikan 0 Tidak diperlukan
perbaikan
2-3 Kecil 1 Mungkin diperlukan
perbaikan
4-7 Sedang 2 Perlu perbaikan
8-10 Tinggi 3 Segera perbaikan
11-15 Sangat tinggi 4 Sekarang juga
perbaikan
Sedangkan untuk perhitungan REBA pada aktivitas yang lain dapat dilihat pada Lampiran 4.
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)