Citra Produk Kajian Pustaka

Jib Fowles dalam Bungin, 2008:81 mengatakan, iklan tidak sekedar media komunikasi, namun terpenting adalah muatan konsep komunikasi yang terkandung di dalamnya, terlebih lagi konsep itu harus mampu mewakili maksud produsen untuk mempublikasikan produk-produknya, serta konsep tersebut harus dipahami oleh pemirsa sebagaimana yang dimaksud oleh si pencipta iklan. Salah satu bagian dari industri periklanan selain pengiklan dan agen periklanan, adalah media massa. Media berperan sebagai penghubung antara perusahaan dengan konsumennya. Media untuk pengiklan antara lain adalah radio, televisi, koran, majalah, internet, direct mail, billboard dan sebagainya. Dari seluruh media massa yang memungkinkan untuk menjadi media massa periklanan, televisi seringkali difavoritkan menjadi media periklanan yang utama karena efektivitas dan efisiensi dalam penyampaian pesan dan pembentukan citra di dalamnya. Televisi menjadi pilihan utama oleh banyak pemasar karena karakteristiknya yang unik dan mampu menampilkan imajinasi nyata dari iklan tersebut dalam bentuk gambar dan suara. Iklan televisi lahir dari proses panjang penggarapan sebuah iklan. Banyak kalangan tidak mengetahui kalau iklan televisi umumnya berdurasi beberapa detik, membutuhkan proses kerja yang sangat rumit dan panjang.

2.2.3 Citra Produk

Citra produk adalah sekumpulan perasaan dan emosi yang menyertai produk itu dan dapat menjadi rapuh. Citra produk menrupakan perpanjangan dari citra organisasi atau perusahan dan dapat dibentuk secara kuat. Ada banyak yang dapat membentuk citra produk yang baik,di antaranya produk itu sendiri, elemen atau identitas produk, orang-orang, pengemasan, dan lain-lain. Semua hal tersebut memiliki efek kumulatif dan penting untuk presepsi publik. Konsumen yang terbiasa menggunakan produk tertentu cenderung memiliki persepsi yang kuat terhadap produk. Jadi apabila suatu konsep produk akan menghasilkan product image yang dapat mencerminkan identitas produk yang jelas. Selain itu seperti disebutkan oleh frank jeffkins bahwa citra produk Universitas Sumatera Utara yang terbaik biasanya tercipta melalui kegiatan-kegiatan periklanan jeffkins,2000. Perusahaan dapat mengupayakan agar masyarakat memiliki pengetahuan dan pemahaman yang bener akan suatu produk melalui berbagai cara. Menurut Burhan Bungin dalam bukunya sosiologi komunikasi, sesungguhnya citra terbangun atas hasil konstruksi copywriter, visualiser, atau pun pembuatnya. Sehingga tanpa disadarin citra yang muncul telah menjadi bagian dari kesadaran palsu yang sengaja dikontruksi oleh copywriter atau pembuat mengkontruksi kesadaran individu serta membentuk pengetahuan tentang suatu realitas yang baru Bungin, 2007. Lebih lanjut, menurut Burhan Bungin dalam bukunya Sosiologi Komunakasi bahwa untuk mengkontruksi citra realitas suatu benda atau produk, bahasa saja tidak cukup untuk tujuan tersebut, sehingga diperlukan dukungan tanda bahasa simbol-simnol sebagai alat penggambaran citra tersebut. Tahap konstruksi citra ada empat,yaitu: tahap penyampaian informasi produk, tahap membangun citra, tahap pembenaran tindakan,dan tahap persuasi tindakan. Sedangkan dalam iklan, kategorisasi pencitraan ada 8, yaitu: citra kenikmatan, citra perempuan, citra maskulin, citra kemewahan dan ekslusif, citra kelas sosial, citra manfaat, citra persahabatan, citra seksisme dan seksualitas Bungin,2007:221- 224. Slogan sebagai elemen penting identitas produk harus memiliki citra dan sasaran perdagangan produk yang ingin ditampilkan perusahaan serta mencerminkan aktifitas dan fungsi-fungsinya. Slogan harus mencerminkan citra positif produk dengan cara memaksimalkan pesan-pesan yang menguntungkan dalam bentuk lambang dan gambar. Slogan menjadikan wajah dari suatu produk,berfungsi sebagai pengenal atau jati diri merk produk, untuk di kenalin dan ada ide yang terbentuk di masyarakat tentang produk itu, dan secara visual membentuk citra produk. Slogan sebagai indentitas mewakili karakter tertentu dari suatu produk dan dapat membentuk sosok tertentu akan suatu produk di mata khalayaknya. Universitas Sumatera Utara Slogan sebagai identitas mewakili karakter tertentu dari suatu produk dan dapat membentuk sosok tertentu akan suatu produk di mata khalayaknya. Produk yang tidak dapat memunculkan realitas tersebut melalui identitasnya, sepotensial apapun produk itu, akan sulit untuk mendapatkan tempat di hati rakyatnya Anggoro, 2011:291. Lebih lanjut menurut Burhan Bungin dalam bukunya Sosiologi Komunikasi, bahasa merupakan alat utama dalam penggambaran realitas Burhan Bungin, 2007:228. Dengan demikian slogan dan logo yang merupakan tanda bahasa juga dapat menjadi alat utama dalam menggambarkan realitas suatu benda, atau produk dalam hal ini.

2.2.4 Semiotika