Peran Serta Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Malaria Di Desa Gunung Manaon Kecamatan Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal

(1)

PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PENCEGAHAN PENYAKIT MALARIA DI DESA GUNUNG MANAON KECAMATAN

PANYABUNGAN KABUPATEN MANDAILING NATAL

SKRIPSI

Oleh:

Amalia Rizki

071101004

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

(3)

Judul : Peran Serta Masyarakat dalam Pencegahan Penyakit Malaria di Desa Gunung Manaon Kecamatan Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal

Nama Mahasiswa : Amalia Rizki

NIM : 071101004

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Tahun : 2013

Abstrak

Peran serta masyarakat sangat penting dilakukan untuk meningkatkan status kesehatan di masyarakat yaitu dengan cara keikutsertaan seluruh masyarakat dalam memecahkan permasalahan-permasalahan yang terjadi di lingkungan tersebut. Peran serta masyarakat dalam pencegahan penyakit meliputi empat elemen yaitu motivasi, komunikasi, koordinasi dan mobilisasi. Tujuan pada penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi bagaimana peran serta masyarakat dalam pencegahan penyakit malaria dengan menggunakan desain penelitian

deskriptif. Teknik pengambilan sampel menggunakan sample random sampling

berjumlah 32 kepala keluarga. Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 8 sampai 28 agustus 2012. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner data demografi dan kuesioner isi. Hasil penelitian mayoritas peran serta masyarakat berdasarkan motivasi berkategori cukup sebanyak 24 responden (75%), berdasarkan komunikasi dalam kategori cukup sebanyak 19 responden (59,4%). Berdasarkan koordinasi kategori kurang sebanyak 21 responden (65,6%), sedangkan berdasarkan mobilisasi kategori cukup sebanyak 24 responden (75%), dan dari keempat elemen diatas peran serta masyarakat dalam pencegahan penyakit malaria berkategori cukup sebanyak 26 responden (81,25%). Hal ini menunjukkan bahwa peran serta dan kerja sama antara masyarakat dengan aparat desa belum maksimal, sehingga tidak terjadi team work. Disarankan bagi aparat desa dan masyarakat agar bekerja sama dalam menangani permasalahan lingkungan supaya terhindar dari penyakit malaria.


(4)

PRAKATA

Puji syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nyalah penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Peran Serta Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Malaria di Desa Gunung Manaon Kecamatan Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal” yang merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan Program Sarjana Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis mendapatkan bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak dengan memberikan motivasi dan pemikiran yang sangat berharga bagi penulis baik secara langsung maupun tidak langsung. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan, bimbingan, dan dukungan dalam proses penyelesaian skripsi ini, sebagai berikut:

1. Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universita Sumatera Utara.

2. Ibu Erniyati, S.Kp, MNS, selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan Universita Sumatera Utara.

3. Ibu Evi Karota Bukit, S.Kp, MNS, selaku Pembantu Dekan II Fakultas Keperawatan dan sekaligus sebagai dosen pembimbing akademik penulis yang telah memberikan arahan-arahan untuk kelancaran proses perkuliahan.

4. Ibu Lufthiani S.Kep, M.Kes selaku dosen pembimbing skripsi penulis yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan arahan, bimbingan, masukan


(5)

dengan penuh kesabaran, dan ilmu yang bermanfaat dalam penyelesaian skripsi ini. Terima kasih juga saya ucapkan kepada Ibu Anna Kasfi, S.Kep, Ns, selaku dosen pembimbing proposal.

5. Ibu Siti Saidah NST, S.Kp, M.Kep, Sp.Mat, selaku dosen penguji I dan Bapak Ismayadi S.Kep, Ns, selaku dosen penguji II yang telah memberikan masukan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

6. Seluruh staf dan dosen pengajar di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.

7. Bapak Akhiruddin, SE, selaku KASI Camat Panyabungan dan Bapak Sangkot Nst, selaku Kepala Desa Gunung Manaon yang telah memberi izin penelitian tentang Peran Serta Masyarakat dalam Pencegahan Penyakit Malaria di Desa Gunung Manaon Kecamatan Panyabungan.

8. Masyarakat Desa Gunung Manaon yang telah bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.

9. Terima kasih yang sebesar-besarnya penulis persembahkan kepada Ayahanda H. M. Yani Mardia dan Ibunda Hj. Nurhayati Siregar yang selalu menyayangi dan mendoakan penulis, senantiasa memberikan dukungan baik moril maupun materil, dan juga memberikan yang terbaik bagi penulis. Terima kasih penulis ucapkan kepada abang-abang, kakak-kakak dan orang terdekat yang telah memberi penulis dorongan dan masukan selama menjalani perkuliahan di Fakultas Keperawatan Universita Sumatera Utara. Serta terima kasih juga kepada Lokot Martua Nst yang turut membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.


(6)

10.Terima kasih kepada teman-teman yang telah memberikan semangat dan masukan dalam menyelesaikan perkuliahan serta penyusunan skripsi ini

Akhir kata, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang turut membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan yang telah kalian berikan,

Medan, Oktober 2012 Penulis

Amalia Rizki 071101004


(7)

DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Halaman Pengesahan ... ii

Abstrak ... iii

Prakata... iv

Daftar Isi ... vii

Daftar Tabel... x

Daftar Skema ... ix

BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang ... 1

2. Rumusan Masalah ... 5

3. Tujuan Penelitian ... 5

4. Manfaat Penelitian ... 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Penyakit Malaria ... 6

1.1 Etiologi ... 6

1.2 Klasifikasi Penyakit ... 12

1.3 Patologi dan Gejala ... 14

1.4 Penatalaksanaan ... 16

2. Peran Serta Masyarakat ... 21

2.1 Defenisi Peran Serta Masyarakat ... 21

2.2 Elemen-elemen Peran Serta Masyarakat ... 22

3. Partisipasi Masyarakat ... 28


(8)

4.1 Faktor Pengetahuan ... 29

4.2 Faktor Lingkungan ... 31

4.3 Faktor Perilaku dan Gaya Hidup Masyarakat ... 31

4.4 Faktor Sosial Ekonomi ... 33

4.5 Faktor Sistem Pelayanan Kesehatan ... 34

BAB 3 KERANGKA PENELITIAN 1. Kerangka Konsep ... 35

2. Definisi Operasional ... 35

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 1. Desain Penelitian ... 37

2. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling ... 37

3. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 38

4. Pertimbangan Etik ... 39

5. Instrumen Penelitian ... 39

6. Validitas ... 40

7. Realibilitas ... 41

8. Pengumpulan Data ... 41

9. Analisa Data ... 42

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Penelitian ... 43

1.1 Karakteristik Responden ... 43

1.2 Kategori Peran Serta ... 45

2. Pembahasan... 47

2.1 Peran Serta Masyarakat Berdasarkan Motivasi ... 48

2.2 Peran Serta Masyarakat Berdasarkan Komunikasi... 50

2.3 Peran Serta Masyarakat Berdasarkan Koordinasi ... 52

2.4 Peran Serta Masyarakat Berdasarkan Mobilisasi ... 54

2.5 Peran Serta Masyarakat ... 56


(9)

1. Kesimpulan ... 58

2. Saran ... 58

3. Hambatan dalam Penelitian ... 59

DAFTAR PUSTAKA ... 61

LAMPIRAN

1. Formulir Persetujuan Peserta Penelitian 2. Instrumen Penelitian

3. Surat Izin Penelitian 4. Taksasi Dana

5. Jadwal Tentatif Penelitian 6. Riwayat Hidup


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Distribusi frekuensi dan presentase karakteristik responden berdasarkan peran serta masyarakat (n=32) ... 44

Tabel 2. Distribusi frekuensi dan presentase kategori peran serta berdasarkan motivasi (n=32) ... 45

Tabel 3. Distribusi frekuensi dan presentase kategori peran serta berdasarkan komunikasi (n=32) ... 46

Tabel 4. Distribusi frekuensi dan presentase kategori peran serta berdasarkan koordinasi (n=32) ... 46

Tabel 5. Distribusi frekuensi dan presentase kategori peran serta berdasarkan mobilisasi (n=32) ... 47

Tabel 6. Distribusi frekuensi dan presentase dari keempat elemen (n=32) ... 47


(11)

DAFTAR SKEMA


(12)

Judul : Peran Serta Masyarakat dalam Pencegahan Penyakit Malaria di Desa Gunung Manaon Kecamatan Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal

Nama Mahasiswa : Amalia Rizki

NIM : 071101004

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Tahun : 2013

Abstrak

Peran serta masyarakat sangat penting dilakukan untuk meningkatkan status kesehatan di masyarakat yaitu dengan cara keikutsertaan seluruh masyarakat dalam memecahkan permasalahan-permasalahan yang terjadi di lingkungan tersebut. Peran serta masyarakat dalam pencegahan penyakit meliputi empat elemen yaitu motivasi, komunikasi, koordinasi dan mobilisasi. Tujuan pada penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi bagaimana peran serta masyarakat dalam pencegahan penyakit malaria dengan menggunakan desain penelitian

deskriptif. Teknik pengambilan sampel menggunakan sample random sampling

berjumlah 32 kepala keluarga. Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 8 sampai 28 agustus 2012. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner data demografi dan kuesioner isi. Hasil penelitian mayoritas peran serta masyarakat berdasarkan motivasi berkategori cukup sebanyak 24 responden (75%), berdasarkan komunikasi dalam kategori cukup sebanyak 19 responden (59,4%). Berdasarkan koordinasi kategori kurang sebanyak 21 responden (65,6%), sedangkan berdasarkan mobilisasi kategori cukup sebanyak 24 responden (75%), dan dari keempat elemen diatas peran serta masyarakat dalam pencegahan penyakit malaria berkategori cukup sebanyak 26 responden (81,25%). Hal ini menunjukkan bahwa peran serta dan kerja sama antara masyarakat dengan aparat desa belum maksimal, sehingga tidak terjadi team work. Disarankan bagi aparat desa dan masyarakat agar bekerja sama dalam menangani permasalahan lingkungan supaya terhindar dari penyakit malaria.


(13)

BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Penyakit malaria telah diketahui sejak zaman Yunani. Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan bagi masyarakat dunia yang dapat menyebabkan kematian terutama pada kelompok resiko tinggi yakni bayi, anak balita, ibu hamil, selain itu malaria secara langsung menyebabkan anemia dan dapat menurunkan produktivitas kerja (Ditjen PP & PL, 2008).

Wilayah penyebaran malaria di dunia sangat luas yakni antara garis bujur 600 di Utara dan 400 di Selatan yang meliputi lebih dari 100 negara yang beriklim tropis dan sub tropis. Penduduk yang berisiko terkena malaria berjumlah sekitar 2,3 miliar atau 41% dari penduduk dunia. Setiap tahun jumlah kasus malaria berjumlah 300 − 500 juta dan mengakibatkan 1,5 sampai 2,7 juta kematian (Gunawan, 2000).

Indonesia salah satu negara yang endemis malaria. Sampai tahun 2009, sekitar 80% Kabupaten/Kota masih termasuk katagori endemis malaria dan sekitar 45% penduduk bertempat tinggal di daerah yang berisiko tertular malaria. Sementara jumlah kasus yang dilaporkan pada tahun 2009 sebanyak 1.143.024 orang. Jumlah ini mungkin lebih kecil dari keadaan yang sebenarnya karena lokasi


(14)

yang endemis malaria adalah desa-desa yang terpencil dengan sarana transportasi yang sulit dan akses pelayanan kesehatan yang rendah (Dinkes Jambi, 2010).

Kematian banyak terjadi pada negara-negara yang menjadi daerah endemik malaria, antara lain negara-negara Asia Tenggara termasuk Indonesia, terutama di Propinsi bagian timur seperti daerah pedesaan di luar Jawa dan Bali. Di Jawa Tengah dan Jawa Barat, malaria merupakan penyakit yang muncul kembali (re-emerging diseases). Menurut data dari fasilitas kesehatan Depkes (2001) diperkirakan prevalensi malaria adalah 850,2 kasus per 100.000 penduduk dengan angka yang tertinggi 20% di Gorontalo, 13% di NTT dan 10% di Papua.

Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001 memperkirakan angka kematian spesifik akibat malaria di Indonesia adalah 11 per 100.000 untuk laki-laki dan 8 per 100.000 untuk perempuan. Sebagai negara endemik, malaria di Indonesia sering diidap oleh para penduduk yang tinggal di areal persawahan dekat dengan hutan.

Sumatera Utara merupakan daerah yang endemis malaria di antaranya Kabupaten Langkat, Deli Serdang, Labuhan Batu, Serdang Bedagai, Asahan, Samosir, Tapanuli Tengah, Tapanuli Utara, Tapanuli Selatan, Mandailing Natal, Nias, Nias Selatan, Batu Bara, Padang Lawas, Padang Lawas Utara dan Kabupaten Labuhan Batu Utara. Salah satu kabupaten di Sumatera Utara yang endemis malaria seperti Kabupaten Nias Selatan merupakan daerah tertinggi kasus malaria di Sumut dengan 1.163 kasus (3,73 persen), Madina dengan 1.225 kasus (3,12 persen), Batu Bara dengan 785 kasus (2,07 persen), Labuhan Batu Utara (Labura) dengan 658 kasus (1,97 persen). (Pemprovsu, 2010)


(15)

Kabupaten Mandailing Natal (Madina) Provinsi Sumatera Utara masih cukup tinggi malaria falciparum. Prevalensi penyakit malaria di wilayah Kabupaten Madina pada tahun 2006 – 2008 adalah pada tahun 2006 sebesar 23,54 per 1.000 penduduk, tahun 2007 sebesar 14,19 per 1.000 penduduk dan tahun 2008 sebesar 36,34 per 1.000 penduduk (Dinkes Madina, 2009). Bahkan jumlah kasus terbaru di Desa Gunung Manaon Kecamatan Panyabungan adalah 12 orang dari 1080 penduduk pada bulan Februari 2012 (Puskesmas Panyabungan Jae, 2012).

Terkait dengan pemberantasan malaria, Pemkab Madina melalui Kantor Pusat Penanggulangan Malaria Madina telah melakukan berbagai hal, yaitu mulai dari penemuan aktif penderita, penegakan diagnosa malaria melalui pemeriksaan mikroskopis, penatalaksanaan kasus dan pengobatan, pengobatan menggunakan Artemisinin Combination Therapy (ACT), pengobatan malaria pada ibu hamil, penyemprotan rumah, pembentukan Pos Malaria di desa (Posmaldes), penyediaan sarana, bahan laboratorium dan obat-obatan, pembagian kelambu anti nyamuk, peningkatan kualitas sumber daya manusia dan pemberantasan tempat perindukan nyamuk.

Indonesia ada berbagai suku bangsa dengan ragam kebiasaan dan perilaku yang merupakan faktor berpengaruh dalam menunjang keberhasilan partisipasi masyarakat dalam program pengendalian malaria. Masih terbatasnya studi tentang pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat yang telah dilakukan, beberapa studi yang sudah ada (Laihad & Arbani, 2010).


(16)

Beberapa perilaku yang tidak menunjang dalam upaya pengendalian malaria ini adalah kebiasaan masyarakat yang biasa mencari pengobatan sendiri dengan dosis tidak tepat, kebiasaan berada di luar rumah atau beraktivitas pada malam hari tanpa perlindungan dari gigitan nyamuk, dan adanya penebangan hutan bakau oleh masyarakat yang akan mengakibatkan terbentuknya tempat perindukan baru vektor malaria (Laihad & Arbani, 2010).

Keadaan lingkungan berpengaruh besar terhadap ada tidaknya malaria di suatu daerah. Adanya danau air payau, genangan air di hutan, pesawahan, tambak ikan, pembukaan hutan, dan pertambangan di suatu daerah akan meningkatkan kemungkinan timbulnya penyakit malaria karena tempat-tempat tersebut merupakan tempat perindukan nyamuk malaria. Suhu dan curah hujan di suatu daerah berperan penting dalam penularan penyakit malaria. Biasanya, penularan malaria lebih tinggi pada musim hujan dibandingkan kemarau. Air hujan yang menimbulkan genangan air, merupakan tempat yang ideal untuk perindukan nyamuk malaria. Dengan bertambahnya tempat perindukan, populasi nyamuk malaria juga bertambah sehingga bertambah pula jumlah penularannya (Prabowo, 2004).

Masyarakat harus ikut serta secara bersama-sama membasmi jentik-jentik nyamuk, sebab jika dalam jentik kita belum begitu bahaya, tapi setelah menjadi nyamuk maka akan berbahaya, karena peranan warga sangat mendukung, sebab sekalipun pemerintah terus-terusan membasmi tanpa ada dukungan masyarakat akan sia-sia saja (Dinas Kesehatan Madina, 2007).


(17)

Berdasarkan uraian tersebut, peneliti tertarik untuk mengetahui lebih dalam tentang peran serta masyarakat dalam pencegahan penyakit malaria di Desa Gunung Manaon Kecamatan Panyabungan.

2. Perumusan Masalah

Permasalahan dalam penelitian ini adalah sejauhmana peran serta masyarakat dalam upaya pencegahan penyakit malaria di Desa Gunung Manaon Kecamatan Panyabungan Kab. Mandailing Natal.

3. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui bagaimana peran serta masyarakat dalam pencegahan penyakit malaria di Desa Gunung Manaon Kecamatan Panyabungan Kab. Mandailing Natal.

4. Manfaat Penelitian

4.1. Bagi Pelayanan Desa

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbang saran bagi sistem pelayanan desa dan juga bagi aparat desa untuk pencegahan penyakit malaria di Desa Gunung Manaon Kecamatan Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal, sehingga lebih meningkatkan kualitas hidup.


(18)

Penelitian ini diharapkan menjadi dasar pertimbangan khususnya keperawatan komunitas untuk mengembangkan strategi promosi kesehatan kepada masyarakat untuk pencegahan penyakit malaria.

4.3. Bagi Penelitian Keperawatan

Penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai referensi bagi penelitian selanjutnya, khususnya dalam pencegahan penyakit malaria.


(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1. Penyakit Malaria

Penyakit malaria adalah penyakit infeksi dengan demam berkala yang disebabkan oleh parasit Plasmodium (termasuk Protozoa) dan ditularkan oleh nyamuk Anopheles betina.

1.1.Etiologi

Malaria biasanya berkembang dengan adanya interaksi seseorang yang sehat dengan penderita, penularannya selalu bersifat sporadic, penyebab utama penularan malaria ini meliputi peperangan, perpindahan penduduk, pertumbuhan dan perkembangan bangsa serta bepergian ke daerah endemik.

1.1.1 Pejamu/inang (Host)

Malaria mempunyai dua inang yaitu, manusia (intermediate host), nyamuk Anopheles (Defenitive host).

1. Manusia (intermediate host)

Secara umum dapat dikatakan bahwa pada dasarnya setiap orang dapat terkena malaria. Perbedaan prevalensi menurut umur dan jenis kelamin sebenarnya berkaitan dengan perbedaan derajat kekebalan karena variasi keterpaparan terhadap gigitan nyamuk. Bayi di daerah endemik malaria mendapat perlindungan antibody maternal yang diperoleh secara


(20)

transplasental. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa perempuan mempunyai respon imun yang lebih kuat dibandingkan dengan laki-laki, namun kehamilan menambah risiko terkena malaria. Malaria pada wanita hamil mempunyai dampak yang buruk terhadap kesehatan ibu dan anak antara lain berat badan lahir yang rendah, abortus, partus prematur, dan kematian janin intrauterin. Malaria kongenital sebenarnya sangat jarang dan kasus ini berhubungan dengan kekebalan yang rendah pada ibu. Secara proporsional, insiden malaria kongenital lebih tinggi di daerah prevalensi.

Faktor-faktor genetik pada manusia sangat mempengaruhi terjadinya malaria dengan pencegahan invasi parasit ke dalam sel, mengubah respon imunologik atau mengurangi keterpaparan terhadap vektor. Beberapa faktor genetik bersifat protektif terhadap malaria ialah : a). golongan darah Duffy negative, b). hemoglobin S yang menyebabkan sickle cell anemia, c). thalasemia (alfa dan beta), d). hemoglobinopati lainnya (HbF dan HbE), e). defisiensi G-6-PD (glucose-6-phosphate dehydrogenase), f). ovalositosis.

2. Nyamuk Anopheles (Defenitive host)

Nyamuk Anopheles di seluruh dunia meliputi kira-kira 2000 spesies, sedang yang dapat menularkan malaria kira-kira 60 spesies. Di Indonesia menurut pengamatan terakhir ditemukan kembali 80 spesies Anopheles, sedang yang ditemukan sebagai vektor malaria adalah 16 spesies dengan tempat perindukan yang berbeda-beda. Untuk kelangsungan hidupnya


(21)

nyamuk memerlukan tiga tempat hidup, hubungan antara ketiga tempat hidup tersebut yaitu tempat berkembang biak, tempat istirahat, dan tempat mencari darah. Nyamuk Anopheles biasanya aktif mencari darah pada malam hari, ada yang mulai senja sampai tengah malam, ada yang mulai tengah malam sampai menjelang pagi hari.

1.1.2 Penyebab (Agent)

Penyebab malaria adalah genus Plasmodium. Ada 4 macam plasmodium yaitu (1). Plasmodium falciparum (malaria tropika), (2).

Plasmodium vivax (malaria tertiana), (3). Plasmodium malarie (malaria kuartana), dan (4). Plasmodium ovale.

Plasmodium falciparum (malaria tropika) merupakan spesies yang paling berbahaya karena penyakit yang ditimbulkannya dapat menjadi berat. Parasit malaria memerlukan dua macam fase untuk kelangsungan hidupnya. Fase malaria dalam badan manusia disebut fase aseksual yang terdiri atas fase di luar sel darah merah dan fase dalam sel darah merah yang terbagi dalam : 1) fase sisogoni yang menimbulkan demam dan 2) fase gametomi yang menyebabkan seseorang menjadi sumber penular penyakit bagi nyamuk malaria. Dalam tubuh nyamuk terjadi fase seksual yang disebut sprogoni karena menghasilkan sprosoit yaitu bentuk parasit yang sudah siap untuk ditularkan kepada manusia.


(22)

Lingkungan merupakan salah satu variabel yang kerap mendapat perhatian khusus dalam menilai kondisi kesehatan masyarakat. Lingkungan menentukan baik buruknya status derajat kesehatan masyarakat (Ferry & Makhfudli, 2009).

Kesehatan lingkungan mempelajari dan menangani hubungan manusia dengan lingkungan dalam keseimbangan ekosistem dengan tujuan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal melalui pencegahan terhadap penyakit dan gangguan kesehatan dengan mengendalikan faktor lingkungan yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit. Interaksi lingkungan dengan pembangunan saat ini maupun yang akan datang saling berpengaruh (Friaraiyatini, Keman, & Yudhastuti, 2006).

a. Lingkungan Fisik

Faktor geografi dan meteorologi di Indonesia sangat menguntungkan transmisi malaria di Indonesia. Pengaruh suhu ini berbeda-beda bagi setiap spesies. Pada suhu 26,70C masa inkubasi ekstrinsik adalah 10-12 hari untuk Plasmodium falciparum dan 8-11 hari untuk Plasmodium vivax, 14-15 hari untuk Plasmodium malariae, dan Plasmodium ovale.

1.Suhu

Suhu mempengaruhi perkembangan parasit dalam nyamuk. Suhu yang optimum berkisar antara 200C dan 300C. Makin tinggi suhu (sampai batas tertentu), maka makin pendek masa inkubasi ekstrinsik dan sebaliknya


(23)

makin rendah suhu, maka makin panjang masa inkubasi ekstrinsik. 2. Kelembaban

Kelembaban yang rendah memperpendek umur nyamuk, meskipun tidak berpengaruh pada parasit. Tingkat kelembaban 60% merupakan batas paling rendah untuk memungkinkan hidupnya nyamuk. Pada kelembaban yang lebih tinggi, nyamuk lebih aktif dan lebih sering menggigit, sehingga meningkatkan penularan malaria.

3. Hujan

Pada umumnya hujan akan memudahkan perkembangan nyamuk dan terjadinya epidemik malaria. Besar kecilnya pengaruh tergantung dari jenis dan deras hujan, jenis vektor, dan jenis tempat perindukan. Hujan yang diselingi panas akan memperbesar kemungkinan berkembangbiaknya nyamuk Anopheles.

4. Ketinggian

Secara umum malaria berkurang pada ketinggian yang semakin bertambah. Hal ini berkaitan dengan menurunnya suhu rata-rata. Pada ketinggian di atas 2000 meter jarang ada transmisi malaria. Hal ini bisa berubah bila terjadi pemanasan bumi dan pengaruh dari El-Nino. Di pegunungan Papua, yang dulu jarang ditemukan malaria, kini lebih sering ditemukan malaria. Ketinggian paling tinggi masih memungkinan


(24)

transmisi malaria ialah 2500 meter di atas permukaan laut (di Bolivia). 5. Angin

Kecepatan dan arah angina dapat mempengaruhi jarak terbang nyamuk dan ikut menentukan jumlah kontak antara nyamuk dan manusia. 6. Sinar matahari

Pengaruh sinar matahari terhadap larva nyamuk berbeda-beda. Anopheles sundaicus lebih suka tempat yang teduh, Anopheles hyrcanus sp dan Anopheles pinctulatus sp lebih suka tempat yang terbuka. Anopheles barbirostris dapat hidup baik di tempat yang teduh maupun yang terang. 7. Arus air

Anopheles barbirostris menyukai perindukan yang airnya statis atau lambat. Anopheles minimus menyukai aliran air yang deras, dan Anopheles letifer menyukai air tergenang.

8. Kadar garam

Anopheles sundaicus tumbuh optimal pada air payau yang kadar garamnya 12-18 % da tidak berkembang pada kadar garam 40 % keatas. Namun, di Sumatera Utara ditemukan pula perindukan Anopheles sundaicus dalam air tawar.

b. Lingkungan Biologik

Tumbuhan bakau, lumut, ganggang, dan tumbuhan lain dapat mempengaruhi kehidupan larva karena ia dapat menghalangi sinar


(25)

matahari atau melindungi dari serangan makhluk hidup lainnya. Adanya berbagai jenis ikan pemakan larva seperti iakn kepala timah, gambusia, nila, mujair, dan lain-lain akan mempengaruhi populasi nyamuk di suatu daerah. Adanya ternak seperti sapi, kerbau dan babi dapat mengurangi jumlah gigitan nyamuk pada manusia apabila ternak tersebut tidak dikandangkan tidak jauh dari rumah.

c. Lingkungan Sosial Budaya

Kebiasaan untuk di luar rumah sampai larut malam, dimana vektornya bersifat eksofilik dan eksofagik akan memudahkan gigitan nyamuk. Tingkat kesadaran masyarakat tentang bahaya malaria akan mempengaruhi kesediaan masyarakat untuk memberantas malaria antara lain dengan menyehatkan lingkungan, menggunakan kelambu, memasang kawat kasa pada rumah, dan menggunakan obat nyamuk. Berbagai kegiatan manusia seperti pembuatan bendungan, pembuatan jalan, pertambangan, dan pembangunan pemukiman baru sering mengakibatkan perubahan lingkungan yang menguntungkan penularan malaria (man-made malaria). Peperangan dan perpindahan penduduk dapat menjadi faktor penting untuk meningkatkan malaria. Meningkatnya pariwisata dan perjalanan dari daerah endemik mengakibatkan meningkatnya kasus malaria yang diimport (Suriadi,1999).


(26)

Ada empat spesies plasmodium penyebab malaria pada manusia, yaitu

Plasmodium vivax, Plasmodium falciparum, Plasmodium malariae, dan Plasmodium ovale. Masing-masing spesies plasmodium menyebabkan infeksi malaria yang berbeda-beda. Plasmodium vivax merupakan infeksi yang paling sering dan menyebabkan malaria vivax/tertian. Plasmodium falciparum

menimbulkan banyak komplikasi dan mempunyai perlangsungan yang cukup ganas, mudah resistensi dengan pengobatan menyebabkan malaria

falciparum/tropika. Plasmodium malariae jarang dan dapat menimbulkan sindrom nefrotik dan menyebabkan malaria malariae/quartana. Dan

Plasmodium ovale memberikan infeksi yang paling ringan dan sering sembuh spontan tanpa pengobatan, menyebabkan malaria ovale.

Umumnya, gejala yang disebabkan Plasmodium falciparum lebih berat dan lebih akut dibandingkan dengan jenis plasmodium lain, sedangkan gejala yang disebabkan oleh Plasmodium malariae dan Plasmodium ovale paling ringan (Prabowo, 2004).

Selama perkembangan di dalam sel darah merah, P. falciparum

mengekspor berbagai jenis protein pada permukaan sel darah merah terinfeksi. Protein dapat mempengaruhi sistem imun pada tubuh manusia melalui mekanisme variasi antigen. Selain itu, sel darah yang terinfeksi tersebut dapat melekat (cytoadhesion) pada reseptor sel-sel endothelial tubuh manusia sehingga terhindar dalam mekanisme clearance pada sistem imun host


(27)

Malaria dapat menimbulkan berbagai komplikasi termasuk anemia. Anemia yang diderita ibu hamil dapat menyebabkan perdarahan bahkan kematian saat persalinan, berat bayi lahir rendah, dan gangguan pertumbuhan pada anak yang mengakibatkan mundurnya kemampuan kognitif dan kemampuan memahami pelajaran di sekolah. Oleh karena itu, jika Indonesia berhasil bebas dari malaria, akan didapat peningkatan kesehatan masyarakat dan mutu generasi penerus bangsa (Depkes RI, 2010).

Berbagai langkah dan upaya ini diharapkan akan meningkatkan akses masyarakat pada pelayanan kesehatan yang bermutu. Dengan demikian masyarakat semakin dekat dengan pelayanan kesehatan dan siap-siaga dalam menghadapi berbagai tantangan di bidang kesehatan termasuk malaria dan penyakit potensial wabah lainnya, menurunkan angka kesakitan penyakit menular, menurunkan angka kematian ibu, bayi dan balita, guna mencapai visi Kementerian Kesehatan “Masyarakat Sehat yang Mandiri dan Berkeadilan” (Depkes RI, 2010).

Faktor lain yang turut memperparah kondisi malaria di dunia, termasuk di Indonesia adalah akibat resistensi nyamuk terhadap insektisida dan obat anti malaria. Zaman dulu DDT merupakan insektisida yang sangat ampuh membunuh nyamuk malaria dan berhasil menekan kasus malaria di berbagai belahan bumi. Namun belakangan diketahui bahwa ternyata nyamuk telah menjadi kebal dengan DDT dan juga pengaruh negatif DDT terhadap kematian serangga lain yang ternyata secara ekologis berguna bagi manusia (Dinkes, 2006).


(28)

1.3.Patologi dan Gejala

Perjalanan penyakit malaria terdiri dari serangan demam yang disertai oleh gejala lain dan diselingi oleh periode bebas penyakit. Gejala khas demamnya adalah periodisitasnya. Masa tunas intrinsik pada malaria adalah waktu antara sporozoit masuk dalam badan hospes sampai timbulnya gejala demam, biasanya berlangsung antara 8-37 hari, tergantung pada spesies parasit (terpendek untuk P. falciparum, terpanjang untuk P. malariae), pada beratnya infeksi dan pada pengobatan sebelumnya atau pada derajat resistensi hospes. Masa tunas intrinsik parasit malaria yang ditularkan oleh nyamuk kepada manusia adalah 12 hari untuk malaria falsiparum, 13-17 hari untuk malaria vivaks dan ovale, dan 28-30 hari untuk malaria malariae (kuartana). Di samping itu juga tergantung pada cara infeksi yang mungkin disebabkan oleh tusukan nyamuk atau secara induksi, misalnya melalui transfuse darahyang mengandung stadium aseksual. Masa pra-paten berlangsung sejak saat infeksi sampai ditemukan parasit malaria dalam darah untuk pertama kali, karena jumlah parasit telah melewati ambang mikroskopik (FK UI, 1996).

Serangan demam malaria biasanya dimulai dengan gejala prodromal, yaitu lesu, sakit kepala, tidak nafsu makan, kadang-kadang disertai dengan mual dan muntah.

Serangan demam yang khas terdiri dari beberapa stadium:

1. Stadium menggigil dimulai dengan perasaan dingin sekali, sehingga menggigil. Penderita menutupi badannya dengan baju tebal dan dengan


(29)

selimut. Nadinya cepat, tetapi lemah, bibir dan jari-jari tangannya menjadi biru, kulitnya kering dan pucat. Kadang-kadang disertai dengan muntah. Pada anak sering disertai kejang-kejang. Stadium ini berlangsung antara 15 menit sampai 1 jam.

2. Stadium puncak demam dimulai pada saat perasaan dingin sekali berubah menjadi panas sekali. Muka menjadi merah, kulit kering dan terasa panas seperti terbakar, sakit kepala makin hebat, biasanya ada mual dan muntah, nadi penuh dan berdenyut keras. Perasaan haus sekali pada saat suhu naik sampai 410C (1060F) atau lebih. Stadium ini berlangsung selama 2 sampai 6 jam.

3. Stadium berkeringat dimulai dengan penderita berkeringat banyak sehingga tempat tidurnya basah. Suhu turun dengan cepat, kadang-kadang sampai dibawah ambang normal. Penderita biasanya dapat tidur nyenyak dan waktu bangun merasa lemah tetapi sehat. Stadium ini berlangsung 2-4 jam.

Serangan demam yang khas ini sering dimulai pada siang hari dan berlangsung 8-12 jam. Setelah itu terjadi stadium apireksia. Lamanya serangan demam ini untuk tiap spesies tidak sama.

Gejala infeksi yang timbul kembali setelah serangan pertama biasanya disebut relaps. Relaps dapat bersifat : a). rekrudesensi (relaps jangka pendek) yang timbul karena parasit dalam darah (daur eritrosit) menjadi banyak. Demam timbul lagi dalam waktu 8 minggu sesudah serangan pertama hilang. b). rekurens (relaps jangka panjang) yang timbul karena parasit daur


(30)

eksoeritrosit dari hati masuk dalam darah dan menjadi banyak, sehingga demam timbul lagi dalam waktu 24 minggu atau lebih setelah serangan pertama hilang.

Bila infeksi malaria tidak menunjukkan gejala diantara serangan pertama dan relaps, maka keadaan ini dapat disebut periode laten klinis, walaupun mungkin ada parasitemia dan gejala lain seperti splenomegali. Periode laten parasit terjadi bila parasit tidak dapat ditemukan dalam darah tepi, tetapi stadium eksoeritrosit masih bertahan dalam jaringan hati.

1.4.Penatalaksanaan

1.4.1. Upaya Pencegahan

Berbeda dengan penyakit lain, malaria tidak dapat disembuhkan meskipun dapat diobati untuk menghilangkan gejala-gejala penyakit. Malaria menjadi penyakit yang sangat berbahaya karena parasit dapat tinggal dalam tubuh manusia seumur hidup. Usaha pembasmian penyakit malaria di Indonesia belum mencapai hasil yang optimal karena beberapa hambatan, yaitu tempat perindukan nyamuk malaria yang tersebar luas, jumlah penderita yang sangat banyak, serta keterbatasan sumber daya manusia, infrastruktur, dan biaya. Oleh karena itu, usaha yang paling mungkin dilakukan adalah usaha-usaha pencegahan dan pemberantasan terhadap penularan parasit (Prabowo, 2004).

Program pencegahan penyakit malaria dapat didefinisikan sebagai usaha terorganisasi untuk melaksanakan berbagai upaya menurunkan


(31)

penyakit dan kematian yang disebabkan oleh malaria, sehingga tidak menjadi masalah kesehatan yang utama.

Pencegahan malaria dilakukan terhadap perorangan maupun masyarakat yaitu: 1) mengobati penderita dan penduduk yang peka, yang berdiam di daerah endemik, 2) mengobati karier malaria menggunakan primakuin, karena mampu memberantas bentuk gametosit. Namun penggunaan obat ini tidak boleh dilakukan secara missal karena mempunyai efek samping, 3) pengobatan pencegahan pada orang yang akan masuk ke daerah endemis malaria, 4) memberantas nyamuk Anopheles yang menjadi vector penularnya dengan menggunakan insektisida yang sesuai dan memusnahkan sarang-sarang nyamuk Anopheles, 5) menghindari diri dari gigitan nyamuk dengan menggunakan kelambu jika tidur, atau menggunakan repellen yang diusapkan pada malam hari pada kulit badan jika berada di luar rumah pada malam hari (Soedarto, 2008).

Pembasmian malaria berlangsung dalam 4 fase, yaitu : a). Fase persiapan: pengenalan wilayah, penyediaan tenaga, bahan, alat, kendaraan. b). Fase penyerangan : penyemprotan rumah dengan insektisida yang mempunyai efek residual disertai dengan PCD dan ACD. c). Fase konsolidasi : fase ini dimulai jika API (Annual Parasite Incidence) kurang dari 1 %. Kegiatan terpenting adalah PCD dan ACD. Fase ini berakhir jika selama 3 tahun berturut-turut tidak ditemukan lagi kasus malaria “indigenous”. d). Fase pemeliharaan (maintenance): fase


(32)

ini dapat berjalan beberapa tahun untuk mempertahankan hasil yang dicapai sampai dinyatakan bebas malaria oleh tim WHO setelah beberapa syarat dipenuhi antara lain berfungsinya suatu jaringan pelayanan kesehatan primer.

Dalam tahapan pencegahan penyakit peran tenaga kesehatan, keluarga atau orang-orang dalam lingkungan terdekat sangat penting dan dibutuhkan. Berbagai kegiatan yang dapat dijalankan untuk mengurangi malaria meliputi: 1). menghindari atau mengurangi kontak/gigitan nyamuk Anopheles (pemakaian kelambu, penjaringan rumah, repelon, obat nyamuk, dan lain-lain). 2). membunuh nyamuk dewasa dengan menggunakan berbagai insektisida. 3). membunuh jentik (kagiatan antilarva) baik secara kimiawi (larvisida) maupun biologik (ikan, tumbuhan, jamur, bakteri). 4). mengurangi tempat perindukan (source reduction). 5). mengobati penderita malaria jika sudah ada anggota keluarga yang terkena malaria. 6). Pemberian pengobatan pencegahan (profilaksis). 7). vaksinasi (masih dalam tahap riset dan clinical trial).

Peran keluarga sangat vital untuk pencegahan dan pemberantasan penyakit malaria. Orang tua harus memberikan dan mengajarkan apa itu arti kebersihan dan manfaatnya kepada anak-anaknya. Mulai dari hal-hal kecil seperti cuci tangan sebelum makan, mandi yang bersih, dan sebagainya (Suriadi,1999).

Tujuan pengendalian malaria di daerah-daerah yang endemik malaria adalah menurunkan serendah-rendahnya dampak malaria


(33)

terhadap kesehatan masyarakat dengan menggunakan semua sumber daya yang tersedia (Sembel, 2009).

Untuk mengatasi penyakit malaria, yang harus dilakukan adalah memutuskan mata rantai penularan penyakit. Oleh karena itu, untuk memutuskan mata rantai penularan penyakit harus memutuskan hubungan antara ketiga faktor penyebab penyakit (agent, host, dan

enviroment ). Untuk melenyapkan faktor penyebab agent berkembang biak, maka harus melenyapkan tempat hidup agent yaitu nyamuk

Anopheles, dan membunuh kuman yang ada dalam tubuh manusia dengan cara pengobatan. Upaya yang dilakukan adalah penemuan dan pengobatan penderita malaria. Lingkungan tempat perindukan nyamuk harus dilenyapkan dengan cara tidak membiarkan adanya genangan-genagan air di lingkungan manusia (Dinkes Prov Maluku, 2009).

Pengendalian dengan cara sanitasi, yaitu membersihkan sarang-sarang pembiakan nyamuk, harus dilakukan secara serentak oleh seluruh masyarakat. Pengendalian malaria dibutuhkan koordinasi dengan berbagai elemen seperti Departemen Kesehatan/Dinas Kesehatan di tingkat provinsi dan kabupaten/kota, organisasi internasional (misal WHO dan UNICEP), agen-agen pemerintah dan non-pemerintah, sektor-sektor privat, dan masyarakat (Sembel, 2009).

Aktivitas-aktivitas utama yang dapat dilakukan untuk intervensi pengendalian malaria antara lain adalah pendidikan kesehatan terhadap


(34)

komunitas untuk diberi informasi tentang apa yang harus dibuat untuk mencegah dan mengobati malaria, pelatihan dan supervisi pekerjaan-pekerjaan kesehatan, serta penyediaan peralatan dan bahan (mikroskop, obat-obat, kelambu) untuk memberi kesempatan kepada pekerja-pekerja dan masyarakat melakukan intervensi (Sembel, 2009).

1.4.2. Pengobatan

Suatu obat mempunyai beberapa kegunaan yang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti spesies parasit malaria, respon terhadap obat tersebut, adanya kekebalan parsial manusia, resiko efek toksik, juga sebab lain yang sederhana seperti ada tidaknya obat tersebut di pasaran, pilihan dan harga obat. Penggunaan obat antimalaria yang utama ialah sebagai pengobatan pencegahan (profilaksis), pengobatan kuratif (terapeutik) dan pencegahan transmisi.

Pada pemberantasan penyakit malaria, penggunaan obat secara operasional tergantung pada tujuannya. Bila obat antimalaria digunakan oleh beberapa individu untuk pencegahan infeksi maka disebut proteksi individu atau profilaksis individu. Bila obat digunakan sebagian atau seluruh penduduk disebut proteksi dengan obat secara kolektif. Dalam program pemberantasan malaria cara pengobatan juga penting seperti pengobatan presumtif, pengobatan radikal dan pengobatan masal. Pengobatan presumtif adalah tindak pencegahan yang terbatas pada beberapa individu. Pengobatan radikal dilakukan dengan tujuan membasmi semua infeksi yang ada dan mencegah timbulnya relaps.


(35)

Sedangkan pengobatan masal dilakukan di daerah dengan endemisitas tinggi (FKUI, 1996).

2. Peran Serta Masyarakat

2.1.Defenisi Peran Serta Masyarakat

Peran serta masyarakat adalah ikut sertanya seluruh anggota masyarakat dalam memecahkan permasalahan-permasalahan masyarakat tersebut. Partisipasi masyarakat di bidang kesehatan berarti keikutsertaan seluruh anggota masyarakat dalam memecahkan setiap permasalahan. Di dalam hal ini masyarakat sendirilah yang aktif memikirkan, merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasikan program-program kesehatan masyarakatnya. Lembaga atas wadah yang ada di masyarakat hanya dapat memotivasi, mendukung, dan membimbingnya (Notoatmodjo, 2007)

Partisipasi masyarakat akan membuat semua orang untuk belajar bertanggung jawab atas kesehatannya sendiri. Apabila masyarakat hanya menerima saja pelayanan kesehatan yang disediakan oleh pemerintah atau instansi penyelenggara kesehatan yang lain, masyarakat tidak merasa mempunyai tanggung jawab atas kesehatan mereka sendiri. Penyembuhan atau pengobatan penyakit terhadapnya hanya dianggap sebagai barang pinjaman dari luar saja, sehingga mereka tidak belajar apa-apa tentang penyakit dan pemeliharaan kesehatan.


(36)

2.2.Elemen-Elemen Peran Serta Masyarakat 2.2.1.Motivasi

Motivasi adalah sebuah alasan atau dorongan seseorang untuk bertindak, dimana bila orang tersebut yang tidak mau bertindak sering kali disebut tidak memiliki motivasi. Alasan atau dorongan itu bisa datang dari luar maupun dari dalam diri. Sebenarnya pada dasarnya semua motivasi itu datang dari dalam diri, faktor luar hanyalah pemicu munculnya motivasi tersebut. Motivasi dari luar adalah motivasi yang pemicunya datang dari luar diri kita. Sementara motivasi dari dalam ialah motivasi yang muncul dari diri kita (Sudrajat, 2008).

Fungsi motivasi sangat erat kaitannya dengan tujuan, apapun bentuk kegiatannya akan dengan mudah tercapai jika diawali dengan motivasi yang jelas. Untuk itu motivasi memiliki beberapa fungsi antara lain : motivasi sebagai pendorong individu untuk berbuat, fungsi motivasi dipandang sebagai pendorong seseorang untuk berbuat sesuatu. Dengan motivasi individu dituntut untuk melepaskan energi dalam kegiatannya; motivasi sebagai penentu arah perbuatan, motivasi akan menuntun seseorang untuk melakukan kegiatan yang benar-benar sesuai dengan arah dan tujuan yang ingin dicapainya; motivasi sebagai proses seleksi perbuatan, motivasi akan memberikan dasar pemikiran bagi individu untuk memprioritaskan kegiatan yang mana harus dilakukan; motivasi sebagai pendorong pencapaian prestasi, prestasi dijadikan motivasi utama bagi seseorang dalam melakukan kegiatan (Setiawan, 2008).


(37)

Jenis motivasi sendiri dilihat dari dasar pembentukannya yaitu: motivasi diri adalah sebuah kemampuan kita untuk memotivasi diri kita tanpa memerlukan bantuan orang lain. Kita memiliki kemampuan untuk mendapatkan alasan atau dorongan untuk bertindak. Proses mendapatkan dorongan bertindak ini pada dasarnya sebuah proses penyadaran akan keinginan diri sendiri yang biasanya terkubur. Setiap orang memiliki keinginan yang merupakan dorongan untuk bertindak, namun sering kali dorongan tersebut melemah karena faktor luar. Melemahnya dorongan ini bisa dilihat dari hilangnya harapan dan ketidakberdayaan. Motivasi yang dipelajari yaitu motivasi akan ada dan berkembang karena adanya keingintahuan seseorang dalam proses pembelajaran. Selanjutnya motivasi kognitif, bermakna bahwa motivasi akan muncul karena adanya desakan proses fikir, sehingga motivasi ini sangat individualistik. Motivasi ekspresi diri, motivasi individu dalam melakukan aktifitas/kegiatan bukan hanya untuk memuaskan kebutuhannya saja tetapi ada kaitannya dengan bagaimana individu tersebut berhasil menampilkan diri dalam kegiatan tersebut, dan motivasi aktualisasi diri yaitu motivasi bisa dijadikan sebagai bentuk aktualisasi diri (Setiawan, 2008).

Setiawati (2008), menyebutkan jenis motivasi atas dasar pembentukannya terdiri atas: motivasi bawaan, motivasi jenis ini ada sebagai insting manusia sebagai makhluk hidup, motivasi untuk berumah tangga, motivasi untuk memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papan serta motivasi untuk terhindar dari penyakit.


(38)

2.2.2. Komunikasi

Komunikasi adalah suatu proses pengoperasian rangsangan (stimulus) dalam bentuk lambang atau simbol bahasa atau gerak (non-verbal), untuk mempengaruhi prilaku orang lain. Stimulus atau rangsangan ini dapat berupa suara atau bunyi dan juga bisa menggunakan bahasa lisan, maupun berupa gerakan, tindakan atau simbol-simbol yang diharapkan dapat dimengerti oleh pihak lain dan pihak lain tersebut merespon atau bereaksi sesuai dengan maksud dan tujuan dari pihak yang memberikan stimulus tersebut.

Komunikasi adalah suatu proses penyampaian dan penerimaan pesan yang dapat menyampaikan ide dan penerimaan informasi kepada masyarakat. Media massa seperti tv, radio, poster, film, dan sebagainya. Sebagian dari informasi tersebut adalah sangat efektif untuk menyampaikan pesan yang akhirnya dapat menimbulkan suatu partisipasi (Notoatmodjo, 2007).

Komunikasi kesehatan adalah usaha yang sistematis untuk mempengaruhi secara positif perilaku kesehatan masyarakat, dengan menggunakan berbagai prinsip dan metode komunikasi, baik menggunakan komunikasi interpersonal, maupun komunikasi massa. Tujuan utama komunikasi kesehatan adalah perubahan perilaku kesehatan masyarakat, dan selanjutnya perilaku kesehatan masyarakat tersebut akan berpengaruh kepada meningkatnya derajat kesehatan masyarakat. Bentuk komuniksi yang sering dipergunakan dalam program-program kesehatan


(39)

masyarakat adalah sebagai berikut: komunikasi antar pribadi yaitu komunikasi langsung, tatap muka antar satu orang dengan orang yang lain baik perorangan maupun kelompok. Di dalam pelayanan kesehatan atau komunikasi antar pribadi ini terjadi antara petugas kesehatan health provider dengan client, atau kelompok masyarakat atau anggota masyarakat. Komunikasi antar pribadi merupakan pelengkap komunikasi massa. Artinya pesan-pesan kesehatan yang telah disampaikan lewat media massa dapat ditindaklanjuti dengan melakukan komunikasi antar pribadi, misalnya: penyuluhan kelompok dan konseling kesehatan. Metode antar pribadi yang paling baik adalah konseling (councelling), karena didalam cara ini antara komunikator atau konselor dengan komunikan atau klien terjadi dialog. Klien lebih terbuka menyampaikan masalah dan keinginan-keinginannya, karena tidak ada pihak ketiga yang hadir (Notoatmodjo, 2007).

Komunikasi kesehatan mempunyai tujuan strategis diantaranya yaitu: sebagai penerus informasi, percepatan pengambilan keputusan, memperkenalkan perilaku sehat, pertukaran informasi kesehatan, pemeliharaan kesehatan secara mandiri dan pemenuhan permintaan pelayanan kesehatan. Tujuan komunikasi selanjutnya yaitu tujuan praktis, dimana tujuan umum komunikasi kesehatan adalah untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui beberapa cara yaitu diantaranya untuk meningkatkan berbagai pengetahuan terkait dengan komunikasi, meningkatkan kemampuan dan keterampilan dalam berkomunikasi yang


(40)

efektif dan untuk membentuk sikap dan perilaku berkomunikas yang baik (Setiawati,2008)

2.2.3. Koordinasi

Koordinasi adalah kerja sama dengan instansi-instansi di luar kesehatan masyarakat dan instansi kesehatan sendiri adalah mutlak diperlukan. Adanya team work antara mereka ini akan membantu menumbuhkan partisipasi. Suatu usaha kerja sama antara badan, instansi, unit dalam pelaksanaan tugas-tugas tertentu, sehingga terdapat saling mengisi, saling membantu dan saling melengkapi. Koordinasi juga merupakan suatu usaha yang sinkron/teratur untuk menyediakan jumlah dan waktu yang tepat dan mengarahkan pelaksanaan untuk menghasilkan suatu tindakan yang seragam dan harmonis pada sasaran yang telah ditentukan (Nasir, 2009).

Syarat-syarat koordinasi yaitu Sense of Cooperation yaitu perasaan untuk saling bekerja sama, dilihat perbagian. Rivalry yaitu dalam perusahaan besar sering diadakan persaingan antar bagian, agar saling berlomba untuk kemajuan. Team Spirit yaitu satu sama lain perbagian harus saling menghargai. Esprit de Corps yaitu bagian yang saling menghargai akan makin bersemangat. Cara mengadakan koordinasi yaitu antara lain: memberikan keterangan langsung dan secara bersahabat, keterangan mengenai pekerjaan saja tidak cukup, karena tindakan yang tepat harus diambil untuk menciptakan, menghasilkan koordinasi yang diharapkan. Mensosialisasikan tujuan kepada anggota, agar tujuan tersebut


(41)

berjalan secara bersama, tidak sendiri-sendiri. Mendorong anggota untuk bertukar pikiran, mengemukakan ide dan lain-lain. Serta mendorong anggota untuk berpartisipasi dalam tingkat perumusan dan penciptaan sasaran.

2.2.4. Mobilisasi

Mobilisasi merupakan partisipasi yang bukan hanya terbatas pada tahap pelaksanaan program. Partisipasi masyarakat dapat dimulai seawal mungkin sampai seakhir mungkin, dari identifikasi masalah, menetukan prioritas, perencanaan, program, pelaksanaan sampai dengan monitoring dan program. Juga hanya terbatas pada bidang kesehatan saja, melainkan bersifat multidisiplin (Notoatmodjo, 2007).

3. Partisipasi Masyarakat

Peran serta masyarakat sangat dibutuhkan dimana individu, keluarga maupun masyarakat sebagai pelaku kegiatan upaya peningkatan kesehatan serta bertanggung jawab atas kesehatannya sendiri berdasarkan azas kebersamaan dan kemandirian (Agung, 2008).

Menumbuhkan partisipasi masyarakat tidaklah mudah, memerlukan pengertian, kesadaran dan penghayatan oleh masyarakat terhadap masalah-masalah kesehatan mereka sendiri, serta upaya-upaya pencegahannya. Untuk itu diperlukan pendidikan kesehatan masyarakat melalui pengorganisasian dan pengembangan masyarakat. Jadi pendekatan utama, yang diajukan oleh Winslow


(42)

dalan rangka mencapai tujuan Kesehatan Masyarakat sebenarnya adalah salah satu strategi atau pendekatan Pendidikan Kesehatan (Notoatmodjo, 2003).

Dalam menurunkan angka kejadian penyakit malaria, sangat dibutuhkan partisipasi masyarakat untuk mendukung program yang dilaksanakan pemerintah. Partisipasi masyarakat dalam bidang kesehatan adalah keadaan dimana individu, keluarga, maupun masyarakat umum ikut bertanggung jawab terhadap kesehatan diri, keluarga maupun kesehatan masyarakat dan lingkungannya (Depkes RI, 2001).

Selanjutnya, Winslow secara implisit mengatakan bahwa kegiatan Kesehatan Masyarakat itu mencakup: a). sanitasi lingkungan, b). pemberantasan penyakit, c). pendidikan kesehatan, d). manajemen (pengorganisasian) pelayanan kesehatan, dan e). pengembangan rekayasa sosial dalam rangka pemeliharaan kesehatan masyarakat. Dari 5 bidang kesehatan masyarakat tersebut, 2 kegiatan di antaranya yakni kegiatan pendidikan hygiene dan rekaya sosial adalah menyangkut kegiatan pendidikan kesehatan. Sedangkan kegiatan bidang sanitasi pemberantasan penyakit dan pelayanan kesehatan, sesungguhnya tidak sekadar penyediaan sarana fisik, fasilitas kesehatan dan pengobatan saja, tetapi perlu upaya pemberian pengertian dan kesadaran kepada masyarakat tentang manfaat serta pentingnya upaya-upaya dan fasilitas fisik tersebut dalam rangka pemeliharaan, dengan upaya-upaya ini maka sarana-sarana atau fasilitas pelayanan tersebut tidak atau kurang berhasil secara optimal (Notoatmodjo, 2003).


(43)

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Masyarakat

Penyakit malaria merupakan masalah kesehatan masyarakat yang sampai saat ini belum dapat diatasi. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi partisipasi masyarakat yaitu faktor pengetahuan, faktor lingkungan, faktor perilaku dan gaya hidup masyarakat, faktor sosial ekonomi, dan faktor pelayanan kesehatan.

4.1.Faktor Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2007) pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang.

Pengetahuan merupakan segala sesuatu yang diketahui oleh seseorang yang didapat secara formal dan informal. Pengetahuan formal diperoleh dari pendidikan sekolah sedangkan pengetahuan informal diperoleh dari media informasi yaitu media cetak seperti buku-buku, majalah, surat kabar, juga media elektronika seperti televisi, radio, dan internet (Purwanto, 1996).

Pengetahuan formal terkait dengan tingkat pendidikan. Tingkat pendidikan yang berbeda mempunyai kecenderungan yang tidak sama dalam mengerti dan bereaksi terhadap kesehatan mereka, hal ini juga yang dapat mempengaruhi dalam hal pemilihan terhadap pengobatan. Pengetahuan kesehatan akan berpengaruh kepada perilaku sebagai hasil jangka menengah (intermediate impact) dari pendidikan kesehatan (Notoatmodjo, 2003).


(44)

Terdapat beberapa sumber pengetahuan, yaitu (1). Kepercayaan berdasarkan tradisi, adat-istiadat dan agama adalah berupa nilai-nilai warisan nenek moyang. Pengetahuan yang bersumber dari kepercayaan cenderung bersifat tetap (permanen) tetapi subjektif. (2). Otoritas kesaksian orang lain, sumber pengetahuan ini dari pihak-pihak pemegang otoritas kebenaran pengetahuan yang dapat dipercayai adalah orang tua, guru, ulama, orang yang dituakan. (3). Panca indera (pengalaman), sumber ketiga pengetahuan ini merupakan pengalaman indrawi. Kemampuan panca indera ini sering diragukan kebenarannya. (4). Sumber yang keempat yaitu akal pikiran. Akal pikiran senantiasa bersifat meragukan, pengetahuan semu dan menyesatkan. (5). Intuisi merupakan sumber pengetahuan berupa gerak hati atau bersifat spiritual. Pengetahuan yang bersumber dari intuisi merupakan pengalaman batin yang bersifat langsung (Suhartono, 2005).

4.2.Faktor Lingkungan

Kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah suatu kondisi atau keadaan lingkungan yang optimum sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya status kesehatan yang optimum pula (Notoatmodjo, 2003).

Penyakit malaria sangat dipengaruhi oleh kondisi-kondisi lingkungan yang memungkinkan nyamuk untuk berkembang biak dan berpotensi melakukan kontak dengan manusia dan menularkan parasit malaria. Contoh


(45)

faktor-faktor lingkungan itu antara lain hujan, suhu, kelembaban, arah dan kecepatan angin, ketinggian.

Menjaga kebersihan lingkungan tempat tinggal merupakan salah satu langkah yang penting untuk mencegah gigitan nyamuk yang aktif di malam hari ini. Keberhasilan langkah ini sangat ditentukan oleh kesadaran masyarakat setempat. Faktor lingkungan yang sering menjadi penyebab masalah dalam masyarakat adalah kurangnya peran serta masyarakat dalam mengatasi kesehatan dan kurangnya rasa tanggung jawab masyarakat dalam bidang kesehatan (Mubarak & Chayatin, 2009).

Keadaan lingkungan berpengaruh besar terhadap ada tidaknya malaria di suatu daerah. Adanya air payau, genangan air, pesawahan, pembukaan hutan, dan pertambangan di suatu daerah akan meningkatkan kemungkinan timbulnya penyakit malaria karena tempat-tempat tersebut merupakan tempat perindukan nyamuk malaria.

4.3. Faktor Perilaku dan Gaya Hidup Masyarakat

Robert Kwick (1974) menyatakan bahwa perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati dan bahkan dapat dipelajari. Perilaku manusia pada hakikatnya adalah suatu aktivitas dari pada manusia itu sendiri. Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respons seseorang terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, serta lingkungan (Notoatmodjo, 2003).


(46)

Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit yaitu 1). perilaku sehubungan dengan peningkatan dan pemeliharaan kesehatan seperti memelihara lingkungan, 2). perilaku terhadap pencegahan penyakit seperti tidur memakai kelambu untuk mencegah gigitan nyamuk malaria, mengolesi badan dengan obat anti gigitan nyamuk malaria, dan 3). perilaku sehubungan dengan pencarian pengobatan seperti membeli obat sendiri tanpa resep (Notoatmodjo, 2003). Agar tidak terjadi resisten pengobatan lagi, sangat diharapkan para petugas kesehatan memberikan dosis pengobatan yang tepat dan juga pasien atau masyarakat harus taat minum obat sesuai dosis yang disarankan. Jangan karena merasa sudah sembuh, lantas pengobatan dihentikan. Ini akan sangat berbahaya karena dapat menimbulkan resistensi obat malaria di masa depan.

Kebiasaan buruk sebagian masyarakat untuk berada di luar rumah sampai larut malam di mana vektor lebih bersifat eksifilik dan eksofagik akan memperbesar jumlah gigitan nyamuk. Masih banyak insiden kebiasaan masyarakat yang dapat merugikan kesehatan dan adat yang kurang bahkan tidak menunjang kesehatan (Mubarak & Chayatin, 2009).

4.4. Faktor Sosial Ekonomi

Faktor sosial adalah variabel yang sering pula dilihat hubungannya dengan angka kesakitan dan kematian, dan ini menggambarkan tingkat kehidupan seseorang (Notoatmodjo, 2003). Keadaan sosial ekonomi masyarakat yang bertempat tinggal di daerah endemis malaria erat hubunganya dengan infeksi malaria (Depkes: 1999), meski biasanya memiliki


(47)

imunitas alami sehingga lebih tahan. Sedangkan orang dengan status gizi rendah juga bisa lebih rentan terkena infeksi parasit dibandingkan orang berstatus gizi baik. Status sosial ekonomi merupakan jenis kegiatan atau pekerjaan yang dilakukan responden setiap harinya sebagai penghasilan ekonomi (Nursalam & Pariani, 2001).

Faktor sosial ekonomi, meliputi: pendidikan dan pekerjaan. Konsep dasar pendidikan adalah suatu proses perkembangan, atau perubahan ke arah yang lebih dewasa, lebih baik dan lebih matang pada diri individu, kelompok atau masyarakat. Hal ini berangkat dari asumsi bahwa manusia sebagai makhluk sosial dalam kehidupannya untuk mencapai nilai-nilai hidup di dalam masyarakat selalu memerlukan bantuan orang lain yang mempunyai kelebihan (Notoatmodjo, 2003).

Tujuan pendidikan kesehatan ialah untuk mengubah perilaku masyarakat yang tidak sehat menjadi sehat. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan anggapan bahwa manusia selalu dapat belajar/berubah, karena manusia selama hidupnya selalu berubah untuk menyesuaian diri terhadap perubahan lingkungan, dan bahwa perubahan dapat diinduksikan (Nurcahyo, 2008).

Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan cara mencari nafkah yang membosankan, berulang dan banyak tantangan (Erich, 1996; Nursalam & Pariani, 2001). Pekerjaan berkaitan erat dengan penghasilan. Yang sering dilakukan ialah menilai hubungan antara tingkat penghasilan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan maupun pencegahan.


(48)

Seseorang kurang memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada mungkin oleh karena tidak mempunyai cukup uang untuk membeli obat, membayar transportasi dan sebagainya (Notoatmodjo, 2003 & 2007).

4.5. Faktor Sistem Pelayanan Kesehatan

Sistem pelayanan kesehatan adalah struktur atau gabungan dari sub sistem di dalam suatu proses untuk mengupayakan pelayanan kesehatan masyarakat yang tujuan utamanya adalah pelayanan preventif (pencegahan) dan promotif (peningkatan kesehatan) dengan sasaran masyarakat. Meskipun demikian tidak berarti bahwa pelayanan kesehatan masyarakat tidak melakukan pelayanan kuratif (pengobatan) dan rehabilitatif (pemulihan).

Peran petugas kesehatan sangat menentukan dalam memutus mata rantai siklus hidup nyamuk Anopheles sp. Salah satu bentuk intervensi petugas kesehatan yaitu memberikan penyuluhan kesehatan tentang pemberantasan sarang nyamuk penyebab malaria. Penyuluhan kesehatan masyarakat bertujuan agar masyarakat menyadari mengenai masalah penanggulangan dan pemberantasan malaria, sehingga mengubah pola perilaku untuk hidup sehat dan bersih (Friaraiyatini, Keman, & Yudhastuti, 2006).


(49)

BAB 3

KERANGKA KONSEP

1. Kerangka Konsep

Kerangka konsep dalam penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi peran serta masyarakat yang mempengaruhi pencegahan penyakit malaria di Desa Gunung Manaon Kecamatan Panyabungan. Menurut Notoatmodjo (2007), peran serta masyarakat dapat diidentifikasi dari beberapa elemen yaitu motivasi, komunikasi, koordinasi, dan mobilisasi.

Skema 1 Kerangka konsep dapat digambarkan sebagai berikut:

2. Defenisi Operasional

Defenisi operasional peran serta masyarakat dalam pencegahan penyakit malaria di Desa Gunung Manaon Kecamatan Panyabungan adalah ikut sertanya seluruh anggota masyarakat dalam pencegahan penyakit malaria yang meliputi: 1). menghindari atau mengurangi kontak/gigitan nyamuk Anopheles (pemakaian

Peran serta masyarakat dalam pencegahan penyakit malaria meliputi empat elemen :

1. Motivasi 2. Komunikasi 3. Koordinasi 4. Mobilisasi

Kategori: 1. Baik 2. Cukup 3. Kurang


(50)

kelambu, penjaringan rumah, repelon, obat nyamuk, dan lain-lain). 2). membunuh nyamuk dewasa dengan menggunakan berbagai insektisida. 3). membunuh jentik (kagiatan antilarva) baik secara kimiawi (larvisida) maupun biologik (ikan, tumbuhan, jamur, bakteri). 4). mengurangi tempat perindukan (source reduction). 5). mengobati penderita malaria jika sudah ada anggota keluarga yang terkena malaria. 6). Pemberian pengobatan pencegahan (profilaksis). 7). vaksinasi (masih dalam tahap riset dan clinical trial). Peran serta masyarakat merupakan keterlibatan aktif masyarakat dalam upaya pencegahan penyakit malaria yang meliputi beberapa elemen yaitu: Motivasi adalah keinginan yang kuat dari masyarakat untuk berpartisipasi dalam program pencegahan malaria di Desa Gunung Manaon.

Komunikasi adalah suatu proses penyampaian dan penerimaan pesan berupa ide dan informasi kepada masyarakat melalui media massa seperti tv, radio, poster, film, dan sebagainya. Isi informasi tersebut adalah sangat efektif untuk menyampaikan pesan yang akhirnya dapat menimbulkan suatu partisipasi.

Koordinasi adalah kerja sama dengan instansi-instansi di luar untuk masyarakat yang diperlukan. Untuk membantu menumbuhkan pertisipasi mereka dalam pencegahan penyakit malariadi Desa Gunung Manaon.

Mobilisasi merupakan keterlibatan masyarakat, aparat desa, dan pelayanan kesehatan pada tahap pelaksanaan program, mulai dari identifikasi masalah, menentukan prioritas, perencanaan, program, pelaksanaan sampai dengan monitoring dan program, yang melibatkan masyarakat dalam pencegahan penyakit malaria di Desa Gunung Manaon.


(51)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

1. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif bertujuan untuk mengidentifikasi peran serta masyarakat dalam pencegahan penyakit malaria di Desa Gunung Manaon Kecamatan Panyabungan yang meliputi empat elemen yaitu: motivasi, komunikasi, koordinasi, dan mobilisasi.

2. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling

2.1 Populasi

Populasi adalah suatu perkumpulan yang memenuhi syarat tertentu yang berkaitan dengan masalah penelitian, atau keseluruhan dari subjek penelitian (Arikunto, 2006). Populasi dari penelitian ini adalah semua kepala keluarga di Desa Gunung Manaon yang berjumlah 315 kepala keluarga, dengan pertimbangan bahwa di desa tersebut insiden penyakit malaria adalah yang tertinggi di antara desa-desa yang ada di Kecamatan Panyabungan (Puskesmas Panyabungan Jae, 2012).

2.2 Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti (Arikunto, 2006). Pada penelitian ini yang menjadi sampel adalah kepala keluarga (ayah atau ibu) di Desa Gunung Manaon. Menurut Arikunto (2002), bila populasi lebih dari 100, maka diambil 10%-20% dari jumlah populasi.


(52)

Peneliti mengambil 10% dari jumlah populasi maka jumlah sampel yang diperoleh adalah 32 kepala keluarga.

2.3 Teknik Sampling

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik random sampling, yaitu penentuan sampel dilakukan secara acak dengan menulis nama pada kertas, letakkan dalam kotak kemudian diundi dan diambil secara acak setelah semuanya terkumpul. Maka secara acak peneliti mengambil 32 sampel. Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini adalah masyarakat Desa Gunung Manaon Kecamatan Panyabungan, kepala keluarga (ayah atau ibu), dapat membaca dan menulis, serta bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.

3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Gunung Manaon Kecamatan Panyabungan dengan pertimbangan bahwa berdasarkan data Puskesmas Panyabungan Jae daerah tersebut masih merupakan daerah endemis malaria (12 kasus pada bulan Februari 2012) dan jumlah populasinya dapat mewakili. Selain itu, penelitian tentang peran serta masyarakat dalam pencegahan penyakit malaria belum pernah dilakukan serta pertimbangan lokasi mudah dijangkau dalam proses penelitian. Penelitian ini direncanakan akan dilakukan pada bulan Juli-Agustus 2012.


(53)

4. Pertimbangan Etik

Penelitian dilakukan setelah mendapatkan persetujuan dari institusi pendidikan (Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara), Camat Panyabungan dan Kepala Desa Gunung Manaon. Pada penelitian ini diberikan penjelasan kepada calon responden penelitian tentang tujuan penelitian dan prosedur pelaksaan penelitian. Apabila calon responden bersedia, maka responden dipersilahkan menandatangani informed consent. Terdapat penjelasan bahwa penelitian ini tidak menimbulkan resiko bagi individu yang menjadi responden, baik secara fisik maupun psikis. Kerahasiaan catatan mengenai data penelitian (menggunakan kode responden). Data-data yang diperoleh dari responden hanya akan digunakan untuk kepentingan penelitian.

5. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan pada penelitian ini dibuat dalam bentuk kuesioner. Kuesioner ini disusun sendiri oleh peneliti berdasarkan tinjauan pustaka. Kuesioner terdiri dari 2 bagian yaitu kuesioner pertama mengenai data demografi, dan kuesioner yang kedua mengenai peran serta masyarakat dalam pencegahan penyakit malaria 20 pernyataan.

Kuesioner data demografi terdiri dari: nama, usia, jenis kelamin, agama, status perkawinan, pendidikan terakhir, dan pekerjaan. Kuesioner tentang peran serta masyarakat dalam pencegahan penyakit malaria yang terdiri dari empat elemen yaitu: motivasi, komunikasi, koordinasi, dan mobilisasi.


(54)

Kuesioner penelitian ini berpedoman pada skala pengukuran yang dikembangkan oleh Likert (dikenal dengan istilah skala Likert), yaitu peran serta masyarakat dalam pencegahan penyakit malaria dikategorikan dan dikuantifikasi, seperti: sangat setuju, setuju, tidak setuju, sangat tidak setuju dan selalu, sering, kadang, tidak pernah (Hidayat, 2007). Jika responden menjawab sangat setuju atau selalu maka diberi nilai 4, responden menjawab setuju atau sering diberi nilai 3, responden menjawab tidak setuju atau kadang diberi nilai 2, dan terakhir responden menjawab sangat tidak setuju atau tidak pernah maka diberi nilai 1. Maka peran serta masyarakat dimasukkan kedalam kategori baik bila nilai berada diantara 61-80, kategori cukup bila berada diantara nilai 41-60, dan nilai kurang bila berada diantara nilai 20-40. Sedangkan skor dalam tiap elemen kategori baik antara 16-20, dan kategori cukup bila berada diantara nilai 11-15, dan kategori kurang bila berada diantara nilai 5-10. Data kemudian disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi (f) dan persentase (%).

6. Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi, dan juga sebaliknya (Arikunto, 2006).

Kuesioner ini dibuat sendiri oleh peneliti berdasarkan tinjauan pustaka, oleh karena itu perlu dilakukan uji validitas. Uji validitas yang dilakukan pada penelitian ini adalah uji validitas isi. Validitas isi adalah suatu keputusan tentang bagaimana instrumen dengan baik mewakili karakteristik yang dikaji. Penelitian


(55)

tentang validitas isi ini bersifat subjektif dan keputusan apakah instrumen ini sudah mewakili atau tidak, didasarkan pada pendapat ahli (Brockopp & Dorothy, 1999). Pada penelitian ini kuesioner telah di konsultasikan kepada dosen pembimbing yang juga merupakan staf pengajar di bidang Keperawatan Komunitas Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

7. Realibilitas

Untuk mengetahui kepercayaan (reliabilitas) instrumen dilakukan uji reliabilitas instrumen. Uji reliabilitas ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar derajat atau keampuan alat ukur untuk mengukur secara konsistensi sasaran yang akan diukur. Dalam penelitian ini digunakan uji reliabilitas internal yang diperoleh dengan cara menganalisis data dari satu kali pengetesan (Arikunto, 2006). Uji reliabilitas kuesioner ini dilakukan sebelum penelitian dengan menggunakan formula Cronbach Alpha dalam progam komputerisasi. Pada uji ini didapatkan nilai 0,825. Hasil tersebut dianggap reliabel berdasarkan Ghozali (2002) bahwa suatu instrumen memiliki tingkat reliabilitas yang tinggi jika nilai koefisien yang diperoleh > 0,60.

8. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dimulai setelah peneliti mendapat surat izin pelaksanaan penelitian dari institusi pendidikan yaitu Fakultas Keperawatan USU dan surat izin dari Kecamatan Panyabungan serta izin dari Kepala Desa Gunung Manaon. Peneliti menghubungi perangkat desa/kelurahan yang ada di daerah


(56)

penelitian tersebut sebagai perantara peneliti ke masyarakat sehingga calon responden mengenal peneliti. Pada saat pengumpulan data peneliti menjelaskan waktu, tujuan, manfaat dan prosedur pengumpulan data. Calon responden yang sesuai dengan kriteria dan bersedia menjadi responden diberikan informed consent

kepada calon responden dan yang bersedia berpartisipasi diminta untuk menandatangani informed consent. Responden yang bersedia akan diberikan kuisioner dengan berpedoman pada pertanyaan yang terdapat di lembar kuesioner.

9. Analisa Data

Setelah semua data dikumpul, maka peneliti melakukan analisis dan melalui beberapa tahap. Pertama, dimulai dengan editing yaitu mengecek nama dan kelengkapan identitas maupun data responden serta memastikan bahwa semua jawaban telah diisi sesuai dengan petunjuk, tahap kedua coding yaitu memberi kode atau angka pada kuesioner untuk memudahkan penelitian dalam melakukan tabulasi data dan diberi nilai sesuai dengan jawaban yang diberikan responden. Setelah itu mengklarifikasi dan mentabulasikan data yang telah dikumpulkan serta dilakukan pengolahan data dengan menggunakan teknik komputerisasi.

Metode statistik untuk analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistik deskriptif (univariat). Deskriptif univariat digunakan untuk menganalisa peran serta masyarakat dalam pencegahan penyakit malaria di Desa Gunung Manaon Kecamatan Panyabungan yang disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan persentase setiap faktor dengan menggunakan bantuan komput erisasi.


(57)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Penelitian

Dalam bab ini akan diuraikan hasil penelitian tentang peran serta masyarakat dalam pencegahan penyakit malaria di desa Gunung Manaon kecamatan Panyabungan. Melalui proses pengumpulan data yang dilakukan pada tanggal 8 sampai 28 agustus 2012 di desa Gunung Manaon kecamatan Panyabungan.

1.1Karakteristik Responden

Sesuai dengan tujuan penelitian, maka data hasil penelitian ini menguraikan gambaran demografi responden dan peran serta masyarakat dalam pencegahan penyakit malaria di desa Gunung Manaon kecamatan Panyabungan yang akan dipaparkan mencakup jenis kelamin, agama, jenjang pendidikan, dan pekerjaan. Pada fase ini mayoritas pengkajian responden adalah sebagai jenis kelamin perempuan 19 orang (59%), beragama islam sebanyak 32 orang (100%), jenjang pendidikan SMA sebanyak 13 orang (41%), wiraswasta 15 orang (45%).


(58)

Tabel 1. Distribusi frekuensi dan presentase karakteristik responden berdasarkan peran serta masyarakat (n=32)

Karakteristik Frekuensi Presentase

Jenis Kelamin Perempuan Laki-laki Total Agama Jenjang Pendidikan SMA SMP PT SD Tidak Sekolah Total Pekerjaan Wiraswasta Lainnya Pegawai Swasta Pegawai Negeri 19 13 32 32 13 8 7 2 2 32 15 9 5 3 59 41 100 100 41 25 22 6 6 100 47 28 16 9


(59)

1.2Kategori Peran Serta

Dari hasil penelitian pada tabel 2 menunjukkan bahwa mayoritas peran serta masyarakat dalam pencegahan penyakit malaria di desa Gunung Manaon kecamatan Panyabungan motivasi yang berkategori cukup sebanyak 24 responden (75%), sedangkan minoritas peran serta masyarakat yang berkategori baik 4 responden (12,5%).

Tabel 2. Distribusi frekuensi dan presentase kategori peran serta berdasarkan motivasi (n=32)

Kategori Frekuensi Presentase

Baik Cukup Kurang

4 24

4

12,5 75 12,5

Total 32 100

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan mayoritas peran serta masyarakat berdasarkan komunikasi yang berkategori cukup sebanyak 19 responden (59,4%), sedangkan minoritas peran serta masyarakat yang berkategori kurang sebanyak 4 responden (12,5%).


(60)

Tabel 3. Distribusi frekuensi dan presentase kategori peran serta berdasarkan komunikasi (n=32)

Kategori Frekuensi Presentase

Baik Cukup Kurang 9 19 4 28,1 59,4 12,5

Total 32 100

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan pada koordinasi mayoritas yang berkategori kurang sebanyak 21 responden (65,6%), sedangkan minoritas yang berkategori baik sebanyak 4 responden (12,5%).

Tabel 4. Distribusi frekuensi dan presentase kategori peran serta berdasarkan koordinasi (n=32)

Kategori Frekuensi Presentase

Baik Cukup Kurang 4 7 21 12,5 21,9 65,6

Total 32 100

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan mayoritas peran serta masyarakat berdasarkan mobilisasi yang berkategori cukup 24 responden (75%), sedangkan minoritas yang berkategori kurang 2 responden (6,2%).


(61)

Tabel 5. Distribusi frekuensi dan presentase kategori peran serta berdasarkan mobilisasi (n=32)

Kategori Frekuensi Presentase

Baik Cukup Kurang 6 24 2 18,8 75 6,2

Total 32 100

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa dari keempat elemen diatas diperoleh kategori yang paling dominan dalam peran serta yaitu kategori cukup sebanyak 26 responden (81,25%).

Tabel 6. Distribusi frekuensi dan presentase dari keempat elemen (n=32)

Kategori Frekuensi Presentase

Baik Cukup Kurang 4 26 2 12,5 81,25 6,25

Total 32 100

2. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa karakteristik responden bervariasi mulai dari jenis kelamin, agama, jenjang pendidikan, dan pekerjaan. Dari hasil penelitian pada tabel 1 diketahui bahwa jenis kelamin responden


(62)

terbanyak adalah wanita yaitu sebanyak 19 responden (59%) dan laki-laki sebanyak 13 responden (41%). Sedangkan agama semua responden beragama islam (100%). Jenjang pendidikan yang dominan adalah SMA yaitu 13 responden (41%) dan yang paling rendah adalah SD serta tidak sekolah masing-masing 2 responden (6%). Sedangkan pekerjaan responden yang dominan adalah wiraswasta yaitu 15 responden (47%) dan yang paling rendah adalah PNS yaitu 3 responden (9%).

Dalam bab ini diuraikan pembahasan tentang peran serta masyarakat dalam pencegahan penyakit malaria di desa Gunung Manaon Kecamatan Panyabungan yang meliputi empat kategori yaitu motivasi, komunikasi, koordinasi dan mobilisasi.

2.1Peran Serta Masyarakat Berdasarkan Motivasi

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa peran serta masyarakat berdasarkan motivasi dalam kategori cukup sebanyak 24 responden (75%). Hal ini menunjukkan bahwa motivasi dalam pencegahan malaria belum sepenuhnya tercapai. Sesuai dengan pendapat Notoatmodjo (2003) dalam penelitian Afridah (2009) bahwa sikap terdiri dari berbagai tingkatan seperti menerima, merespon, menghargai dan bertanggung jawab. Mengacu kepada tingkatan sikap masyarakat dan dikaitkan dengan pencegahan penyakit malaria di daerah endemis tentunya tidak cukup hanya sekedar menerima dan merespon. Karena kemauan masyarakat untuk berpartisipasi akan lebih baik apabila masyarakat mampu menghargai dan bertanggung jawab.


(63)

Persentase niilai tertinggi diperoleh pada pernyataan no. 2 yaitu 20 responden (62%) menyatakan tidak pernah menggunakan kelambu untuk menghindari gigitan nyamuk. Hal tersebut menunjukkan bahwa rendahnya motivasi yang dimiliki oleh masyarakat serta kurangnya persepsi yang benar dari masyarakat mengenai malaria sehingga membiarkan dirinya digigit nyamuk, tidur tanpa menggunakan kelambu dan obat nyamuk (bakar, semprot, dan lotion). Hal ini sesuai dengan pernyataan Yatim (2007) bahwa upaya penggunaan kelambu juga merupakan salah satu cara untuk menghindari gigitan nyamuk. Kelambu merupakan alat yang telah digunakan sejak dahulu.

Hal ini sesuai dengan teori Notoatmodjo (2003) disebutkan bahwa perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit yaitu 1). perilaku sehubungan dengan peningkatan dan pemeliharaan kesehatan seperti memelihara lingkungan, 2). perilaku terhadap pencegahan penyakit seperti tidur memakai kelambu untuk mencegah gigitan nyamuk malaria, mengolesi badan dengan obat anti gigitan nyamuk malaria, dan 3). perilaku sehubungan dengan pencarian pengobatan seperti membeli obat sendiri tanpa resep.

Hasil penelitian Munazir (2012) menyatakan bahwa tindakan pencegahan berupa pembuatan kasa nyamuk, pemakaian kelambu, penggunaan repellent serta pemberantasan sarang nyamuk yang proporsinya secara signifikan lebih rendah pada kasus harus diupayakan. Pencegahan bagi keluarga/rumah tangga dapat dianjurkan menutup ventilasi dengan kawat kasa dan menggunakan kelambu pada tempat tidur. Dengan adanya kasanisasi maka diharapkan keluarga yang tinggal di dalam rumah dapat terlindung dari


(64)

gigitan nyamuk malaria. Penggunaan obat nyamuk bakar juga diperlukan saat tidur maupun berkumpul di dalam/luar rumah. Obat nyamuk bakar berguna untuk mengusir dan membunuh nyamuk penular penyakit malaria, sehingga kejadian penyakit malaria dapat berkurang.

Persentase pernyataan terendah dari peran serta masyarakat pada pernyataan no. 5 hanya 1 responden (3%) yang menyatakan bahwa masyarakat selalu bergotong royong. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Munazir (2012) yang menyatakan banyak sekali persoalan dan tantangan dalam penanggulangan penyakit malaria. Bukan saja masalah pengetahuan, sikap, dan tindakan masyarakat tetapi mencakup masalah kepedulian dari masyarakat tersebut dalam memecahkan persoalan tentang cara pencegahan penyakit malaria. Faktor ekonomi masyarakat yang masih minim juga sangat berpengaruh dalam penanggulangan penyakit malaria dan terlebih dalam pengendalian lingkungan tempat tinggal masyarakat tersebut. Kemudian masih rendahnya tingkat pendidikan masyarakat menyebabkan rendahnya tingkat pengetahuan masyarakat tentang pengendalian, pencegahan, serta cara penanggulangan malaria yang terjadi dilingkungan yang mereka tempati.Hal ini juga didukung dengan penjelasan Setiawan (2008) bahwa motivasi sangat erat kaitannya dengan tujuan, apapun bentuk kegiatannya akan dengan mudah tercapai jika diawali dengan motivasi yang jelas.

2.2Peran Serta Masyarakat Berdasarkan Komunikasi

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa peran serta masyarakat berdasarkan komunikasi dalam kategori cukup sebanyak 19


(65)

responden (59,4%). Hal ini menunjukkan bahwa komunikasi yang terjadi antara aparat desa, petugas kesehatan dan masyarakat belum memadai. Sesuai dengan pendapat Rumanti (2008) bahwa peningkatan kemampuan komunikasi petugas sangat penting sehingga petugas tersebut mampu menyampaikan pesan-pesan kesehatan kepada masyarakat dalam setiap kesempatan. Disamping itu advokasi kepada pemerintah daerah dan pemerintah lintas sector terkait perlu segera dilakukan agar dapat mewujudkan peran aktif mereka secara konkrit dalam penanggulangan malaria.

Persentase nilai tertinggi didapat dari pernyataan no. 8 yaitu 19 responden (59%) menyatakan bahwa mereka setuju dengan pernyataan masyarakat dan aparat desa jarang melakukan gotong royong dalam pencegahan penyakit malaria. Sesuai dengan pernyataan Depkes RI (2008) yang dikutip oleh malaria adalah dengan cara mekanis yaitu penyuluhan atau pembinaan kader dan masyarakat, membersihkan sarang nyamuk baik secara perorangan maupun gotong royong. Sehingga perlu dilakukan gotong royong secara rutin. Kegiatan intervensi berupa penyuluhan secara aktif perlu dilakukan kepada masyarakat, agar masyarakat memperoleh informasi yang memadai tentang penyakit malaria.

Nilai terendah diperoleh dari pernyataan no. 10 yaitu 2 responden (6%) menyatakan sangat setuju bahwa petugas kesehatan tidak pernah memberikan penyuluhan mengenai penyakit malaria sedangkan diketahui bahwa penyuluhan membantu mengubah perilaku dan keadaan lingkungan yang


(66)

mendukung pemberantasan penyakit malaria. Hasil penelitian Munazir (2012) menyatakan bahwa kurangnya penyuluhan dari tenaga medis kepada masyarakat dapat menyebabkan ketidaktahuan masyarakat tentang bahaya yang ditimbulkan oleh penyakit malaria sehingga sikap dan tindakan masyarakat tetap buruk dalam mencegah terjadinya malaria.

Penyuluhan adalah faktor terpenting dalam pencegahan penyakit malaria. Penyuluhan perlu dibarian terutama kepada masyarakat yang berpendidikan rendah agar lebih memahami tentang bahayanya penyakit malaria. Materi utama dalam penyuluhan adalah mengajarkan tentang bagaimana cara penularan penyakit malaria, resiko terkena penyakit malaria dan yang terpenting pengenalan tentang gejala dan tanda penyakit malaria serta pengobatan dari penyakit malaria, kemudian melakukan perlindungan pribadi untuk menghindari dari gigitan nyamuk dengan menggunakan pakaian lengkap, tidur harus menggunakan kelambu,memakai obat penolak nyamuk dan menghindari untuk mengunjungi lokasi yamg rawan penyakit malaria. Kemudian merubah perilaku berupa mengurangi aktivitas diluar rumah mulai senja sampai subuh.

2.3Peran Serta Masyarakat Berdasarkan Koordinasi

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa peran serta masyarakat berdasarkan koordinasi dalam kategori kurang sebanyak 21 responden (65,6%). Hal ini menunjukkan bahwa kurangnya partisipasi aparat desa maupun warga untuk mencegah penyakit malaria. Hal ini menunjukkan bahwa pada aspek koordinasi peran serta masyarakat serta petugas kesehatan


(67)

tergolong masih kurang aktif dalam pemberantasan penyakit malaria. Dapat dilihat bahwa lebih dari setengah responden menyatakan kadang melakukan penyemprotan untuk pemberantasan malaria. Hal ini bisa saja terjadi dikarenakan belum optimalnya kerjasama antara institusi pelayanan desa dengan masyarakat itu sendiri, sehingga program yang ditetapkan tidak berjalan dengan baik. Adanya kerjasama antara masyarakat akan membantu menumbuhkan partisipasi. Suatu usaha kerjasama antara badan, instansi, unit dalam pelaksanaan tugas-tugas tertentu, sehingga terdapat saling mengisi, saling membantu dan saling melengkapi.

Persentase pernyataan nilai tertinggi didapat dari pernyataan no. 13 yaitu 20 responden (62%) menyatakan masyarakat dan petugas kesehatan jarang bekerja sama melakukan penyemprotan untuk memberantas penyakit malaria melalui penyuluhan kesehatan. Sesuai dengan pendapat Zulkoni (2010) bahwa salah satu pencegahan penyakit malaria yaitu Penyemprotan dengan menggunakan semprotan pembasmi serangga di dalam dan diluar rumah dan serta mengoleskan obat anti nyamuk dikulit. Dan didukung oleh penelitian Mardiah (2008) di kecamatan Seulimun kabupaten Aceh Besar pernah juga meneliti ini bahwa responden setuju bahwa vector malaria dapat dikurangi dengan upaya penyemperotan, yaitu sebesar 50,2%.

Persentase pernyataan terendah dari peran serta masyarakat dengan kategori koordinasi terdapat pada pernyataan no. 14 yaitu 1 responden (3%) yang menyatakan selalu dengan pernyataan petugas kesehatan mengarahkan warga untuk menghindari penyakit malaria melalui gotong royong. Hal ini


(68)

sesuai dengan pernyataan Sarudji (2010) yang dikutip oleh Harahap, Eko Maryo (2012) bahwa pengendalian lingkungan untuk mencegah perkembangbiakan nyamuk dapat dilakukan dengan: pengeringan genangan-genangan air, pengaliran air tergenang, kebersihan lingkungan dengan membersihkan sampah yang memungkinkan menjadi tempat peristirahatan dan perindukan nyamuk, pembersihan (menguras) bak atau kontener di rumah tangga minimal seminggu sekali.

Dalam lokakarya nasional keperawatan (1983) bahwa perawat sebagai pelaksana pelayanan keperawatan bertanggung jawab dalam memberikan pelayanan keperawatan dari yang bersifat sederhana sampai yang paling kompleks, secara langsung atau tidak langsung kepada klien sebagai individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.

2.4Peran Serta Masyarakat Berdasarkan Mobilisasi

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa peran serta masyarakat berdasarkan mobilisasi dalam kategori cukup sebanyak 24 responden (75%). Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat dalam penanggulangan malaria belum memadai. Sesuai dengan pendapat Harahap, Ummi Habibah (2011) bahwa kebijaksanaan yang sudah dirumuskan adalah dilakukan secara menyeluruh dan terpadu oleh pemerintah, pemerintah daerah dan lintas sektoral bersama mitra kerja pembangunan termasuk LSM, dunia usaha, dan masyarakat dan pembebasan malaria dilakukan secara bertahap dari satu pulau atau beberapa pulau sampai seluruh wilayah Indonsia menurut


(1)

(2)

(3)

(4)

Taksasi Dana

1.

Persiapan Proposal

Biaya print proposal

Rp. 100.000

Foto kopi sumber-sumber tinjauan pustaka

Rp. 50.000

Perbanyak Proposal

Rp. 75.000

Biaya Internet

Rp. 50.000

Sidang Proposal

Rp. 50.000

Survey Awal

Rp. 50.000

2.

Pengumpulan Data

Izin Penelitian

Rp. 60.000

Penggandaan Kuesioner

Rp. 75.000

Transportasi

Rp. 150.000

3.

Analisa Data dan Penyusunan Laporan Perbaikan

Biaya rental dan print

Rp.

75.000

Penjilidan

Rp. 75.000

Sidang Skripsi

Rp. 100.000

Penggandaan Laporan Penelitian

Rp. 200.000

4.

Biaya Tak Terduga

Rp. 200.000


(5)

MASTER DATA PENELITIAN

PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PENCEGAHAN PENYAKIT MALARIA

DI DESA GUNUNG MANAON KECAMATAN PANYABUNGAN KABUPATEN MANDAILING NATAL

No Motivasi Skor Kategori No Komunikasi Skor Kategori No Koordinasi Skor Kategori No Mobilisasi Skor Kategori

1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5

1 3 1 4 2 4 14 Cukup 1 3 4 3 3 4 17 Baik 1 2 1 1 2 1 17 Baik 1 2 3 3 2 3 13 Cukup

2 3 1 4 2 4 14 Cukup 2 3 3 2 3 4 15 Cukup 2 1 4 2 3 1 13 Cukup 2 2 2 2 2 3 11 Cukup

3 2 1 4 1 1 9 Kurang 3 4 4 2 3 4 17 Baik 3 1 2 2 2 3 9 Kurang 3 3 3 3 3 3 15 Cukup

4 1 1 3 2 4 11 Cukup 4 2 2 2 1 2 9 Kurang 4 1 1 2 2 2 8 Kurang 4 2 2 2 3 2 13 Cukup

5 3 1 3 2 3 12 Cukup 5 2 3 2 2 2 11 Cukup 5 2 1 2 1 2 8 Kurang 5 2 3 2 3 2 12 Cukup

6 2 3 4 2 4 15 Cukup 6 3 3 1 2 1 10 Kurang 6 2 4 3 2 1 12 Cukup 6 2 3 3 3 2 13 Cukup

7 4 3 2 1 3 13 Cukup 7 4 4 3 2 4 17 Baik 7 2 2 2 2 2 12 Cukup 7 3 3 3 3 2 14 Cukup

8 1 1 2 2 4 10 Kurang 8 2 2 2 2 2 10 Kurang 8 1 1 2 2 2 8 Kurang 8 2 3 2 3 2 12 Cukup

9 4 4 2 4 3 17 Baik 9 4 2 4 3 4 17 Baik 9 4 3 2 3 4 16 Baik 9 2 4 4 3 3 16 Baik

10 4 1 4 2 3 14 Cukup 10 3 4 4 4 3 18 Baik 10 2 2 2 3 3 12 Cukup 10 4 4 4 3 4 19 Baik

11 4 1 4 2 3 14 Cukup 11 4 3 4 4 3 18 Baik 11 2 2 2 3 3 12 Cukup 11 3 4 4 3 4 18 Baik

12 4 1 4 3 3 15 Cukup 12 4 4 2 2 2 14 Cukup 12 1 1 1 4 3 10 Kurang 12 3 3 2 3 1 12 Cukup

13 4 1 4 4 3 16 Baik 13 4 4 2 2 3 15 Cukup 13 1 1 1 1 1 5 Kurang 13 3 3 4 3 2 15 Cukup

14 3 1 4 1 3 12 Cukup 14 3 4 2 2 4 17 Baik 14 1 2 2 2 1 8 Kurang 14 3 4 2 3 1 13 Cukup

15 3 1 4 4 2 14 Cukup 15 4 4 3 2 3 16 Baik 15 3 3 3 3 4 16 Baik 15 3 4 4 4 4 19 Baik

16 2 4 3 2 4 15 Cukup 16 3 3 1 4 3 14 Cukup 16 2 1 3 3 1 10 Kurang 16 1 3 3 3 3 13 Cukup

17 2 2 3 3 3 13 Cukup 17 3 3 2 2 2 12 Cukup 17 3 2 2 3 2 12 Cukup 17 2 2 2 3 2 11 Cukup

18 2 1 2 2 4 11 Cukup 18 4 3 2 2 3 14 Cukup 18 2 2 2 2 2 10 Kurang 18 2 4 4 4 3 17 Baik

19 2 1 4 2 4 13 Cukup 19 4 4 3 2 3 16 Baik 19 2 1 2 2 2 9 Kurang 19 2 3 4 4 3 16 Baik

20 4 3 1 4 4 16 Baik 20 3 4 1 3 3 14 Cukup 20 1 1 1 3 4 10 Kurang 20 2 3 2 3 2 12 Cukup

21 4 2 4 2 2 14 Cukup 21 4 3 3 2 1 13 Cukup 21 2 2 3 3 3 12 Cukup 21 3 3 3 3 2 14 Cukup

22 4 4 1 2 4 15 Cukup 22 3 3 2 4 2 14 Cukup 22 3 3 3 3 4 16 Baik 22 2 3 4 3 1 13 Cukup

23 3 1 2 2 4 12 Cukup 23 4 3 2 3 3 15 Cukup 23 1 2 2 2 2 9 Kurang 23 2 3 3 3 3 14 Cukup

24 2 1 3 2 3 11 Cukup 24 4 3 2 1 2 12 Cukup 24 2 1 3 2 2 10 Kurang 24 1 2 2 2 2 11 Cukup


(6)

29 3 2 4 3 2 14 Cukup 29 3 3 2 3 2 14 Cukup 29 2 2 2 2 2 10 Kurang 29 2 3 2 3 2 12 Cukup

30 1 1 2 1 3 8 Kurang 30 2 3 2 2 2 11 Cukup 30 2 1 2 2 2 9 Kurang 30 2 3 2 3 2 12 Cukup

31 2 1 4 3 4 14 Cukup 31 4 4 3 2 2 15 Cukup 31 2 2 1 1 1 7 Kurang 31 2 2 3 2 2 11 Cukup