Kepemimpinan Kontak Tani Dan Efektivitas Pokdakan Pembenihan Ikan Lele Di Kawasan Minapolitan Kabupaten Bogor

KEPEMIMPINAN KONTAK TANI DAN EFEKTIVITAS
POKDAKAN PEMBENIHAN IKAN LELE DI KAWASAN
MINAPOLITAN KABUPATEN BOGOR

MUHAMMAD RIZQI MUBAROK

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

PERNYATAAN MENGNAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul Kepemimpinan
Kontak Tani dan Efektivitas Pokdakan Pembenihan Ikan Lele di Kawasan
Minapolitan Kabupaten Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan
tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain, telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor
Bogor, September 2016

Muhammad Rizqi Mubarok
NIM H351150396

RINGKASAN
MUHAMMAD RIZQI MUBAROK. Kepemimpinan Kontak Tani dan Efektivitas
Pokdakan Pembenihan Ikan Lele di Kawasan Minapolitan Kabupaten Bogor.
Dibimbing oleh WAHYU BUDI PRIATNA dan BURHANUDDIN.
Kabupaten Bogor adalah satu dari 197 Kabupaten / Kota yang termasuk
dalam kawasan minapolitan. Potensi yang dikembangkan terfokus pada sektor
budidaya perikanan, salah satu yang terbesar adalah pembenihan ikan lele. Dalam
pengembangannya perlu adanya peran kelompok (Pokdakan) yang dapat
memfasilitasi kebutuhan dalam meningkatkan kemampuan dan kesejahteraan para
pelaku perikanan. Guna menciptakan Pokdakan yang efektif maka diperlukan
adanya peran kontak tani dalam mengarahkan para anggotanya untuk dapat
bekerjasama.
Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi kepemimpinan kontak
tani Pokdakan di kawasan minapolitan Kabupaten Bogor; Menganalisis efektivitas

pembentukan Pokdakan dalam mencapai tujuan; Menganalisis pengaruh
kepemimpinan terhadap efektivitas Pokdakan di kawasan minapolitan Kabupaten
Bogor. Penelitian dilakukan pada Pokdakan pembudidaya pembenihan ikan lele di
kawasan minapolitan khususnya Kecamatan Ciseeng. Sebanyak 6 Pokdakan
ditentukan melalui purposive sampling. Jenis data yang dikumpulkan dalam
penelitian ini terdiri dari data primer dan sekunder. Metode yang digunakan
adalah uji rank Spearman.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan
bahwa (1) Kepemimpinan kontak tani berdasar sifatnya tergolong sedang dengan
indikator yang digunakan keingintahuan, komunikatif, daya ingat, keterampilan
mendidik, kemampuan menentukan prioritas, pengelolaan waktu, dan keberanian.
Kepemimpinan kontak tani berdasarkan perilaku tergolong memiliki tipe
demokratik dengan orientasinya terhadap hubungan dengan anggota dan tugas.
Kepemimpinan berdasarkan orientasinya terhadap hubungan dengan anggota
menunjukan perilaku yang tidak dominan. Perilaku kepemimpinan dengan
orientasi terhadap tugas menunjukan perilaku yang dominan; (2) Keefektifan
pembentukan Pokdakan dapat dikatakan dapat dikatakan sudah efektif.
Keefektifan Pokdakan dinilai berdasarkan peran lembaga, kemampuan
berbudidaya, administrasi kemampuan berinteraksi, dan kemampuan
berorganisasi; (3) Terdapat hubungan yang signifikan cukup kuat antara

kepemimpinan berdasarkan perilaku yaitu orientasi hubungan dan orientasi tugas
terhadap efektivitas.
Kata kunci: kepemimpinan sifat, kepemimpinan perilaku, efektivitas Pokdakan

SUMMARY
MUHAMMAD RIZQI MUBAROK. Leadership Kontak tani and Pokdakan
Effectiveness Catfish Hatchery in Minapolitan Kabupaten Bogor. Supervised By
WAHYU BUDI PRIATNA and BURHANUDDIN.
Bogor Regency, a district among 197 districts/cities that exist in the
minapolitan area, focuses its wealth development on aquaculture sector; catfish
breeding is one of the biggest contributors. To accelerate the development of
aquaculture sector, catfish commodity in particular, requires the role of a group
that can improve the capability and prosperity of catfish farmers. In order to create
an effective group, it is necessary to have a farmer leader that is able to unite all
the members and encourage them to perform good teamwork.
The purpose of this study is to identify the leadership of catfish farmer
associations’ leader in minapolitan district, Bogor; to analyze the effectiveness of
establishing a group in achieving its objectives; and to analyze the effect of
leadership on association’s success in minapolitan area, Bogor. The study was
conducted on several groups of catfish hatchery farmers in one of the minapolitan

district, namely Ciseeng. A total of six groups were selected through purposive
sampling. Types of data in this study consisted of primary and secondary data and
the method used is Spearman rank test.
Based on the research, it can be concluded that (1) Leadership based on the
farmer's leader trait is classified as moderate, with the variables used: curiosity,
communicative, memory power, educational skills, ability to set priorities, time
management, and courage. Leadership based on the farmer’s leader behavior is
also classified moderate, in which its orientations are for the good relation with
members and the goal/tasks completion. Leaders behavior oriented to members
showed a non-dominant attitude, whereas behavior oriented to tasks showed a
dominant attitude; (2) The effectiveness of group can be classified as effective, in
which the effectiveness is assessed on five criteria; the role of institutions,
cultivation ability, administrative, ability to interact, and organizational skills; (3)
There is a significant and slightly strong relationship between the leadership
behaviors, members-oriented and results-oriented, and the effectiveness of group.
Key words: leadership traits, leadership behaviors, effectiveness of fish farmer
group.

© Hak Cipta Milik IPB Tahun 2016
Hak Cipta Dilindungin Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis tanpa mencantumkan atau
menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumukan dan memperbanyak sebagian atau keseluruhan karya tulis
ini dalam bentuk apapun tanpa izin IPB

KEPEMIMPINAN KONTAK TANI DAN EFEKTIVITAS
POKDAKAN PEMBENIHAN IKAN LELE DI KAWASAN
MINAPOLITAN KABUPATEN BOGOR

MUHAMMAD RIZQI MUBAROK

Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Agribisnis

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis

: Dr Ir Suharno, MAdev

PRAKATA
Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta`ala
atas segala karunia, berkah dan rahmat-Nya sehingga tesis ini dapat terselesaikan.
Tesis ini disusun sebagai tugas akhir dan persyaratan untuk menyelesaikan studi
Magister Sains Agribisnis di Institut Pertanian Bogor. Hasil penelitian yang
dituliskan merupakan implementasi atas ilmu yang telah diperoleh selama
menjalani studi S2. Atas tersusunnya tesis ini penulis mengucapkan terima kasih
kepada Dr Ir Wahyu Budi Priatna, MSi selaku ketua komisi dan Dr Ir
Burhanuddin, MM sebagai anggota komisi Dr Ir Suharno, MAdev dan Dr Ir Joko
Purwono, MS selaku dosen penguji sidang yang telah memberi masukan untuk
kesempurnaan tesis ini. Serta tidak lupa kepada pihak yang telah memberikan
dukungan moril serta dan materil yaitu:

1.
Keluarga penulis terutama kepada kedua orang tua Drs Saprie H.B., MPd.
dan Dra Harsuyanti R.L., MHum serta kedua saudara kandung Muhammad
Taufiq Hudaya dan Muhammad Husni Thamrin, SH.
2.
Rekan-rekan MSA 5, Agribisnis 48, Fastrack MSA 5, dan Keluarga GTM
3.
Para kontak tani Pokdakan yang menjadi responden dalam membantu
pengumpulan data selama penelitian.
4.
Kepada seluruh dosen yang telah memberikan ilmu selama penulis
menjalankan proses belajar di Institut Pertanian Bogor, Departemen
Agribisnis khusunya program studi Magister Agribisnis.
5.
Kepada Muhammad Ridzki Wibowo, SE, Asia Miscolayati, SE, Tantri
Larasati, SE, dan pihak-pihak yang telah membantu penyelesaian yang tidak
disebutkan.

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
2 TINJAUAN PUSTAKA
Kelompok
Prinsip Kepemimpinan
Pengukuran Kepemimpinan
Pengukuran Efektivitas
Hubungan Kepemimpinan terhadap Efektivitas
3 KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Pendekatan Pengukuran Kepemimpinan
Kontak Tani
Kerangka Pemikiran Penelitian
4 METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat
Data dan Instrumen
Analisis Data
5 GAMBARAN UMUM
Kawasan Minapolitan Kabupaten Bogor
Kecamatan Ciseeng
Pokdakan
Pokdakan Pembenihan Ikan Lele
Teknik Pembudidayaan Pembenihan Ikan Lele
6 HASIL DAN PEMBAHASAN
Kepemimpinan Kontak Tani
Efektivitas Pokdakan
Hubungan Kepemimpinan Pokdakan Terhadap Efektivitas
7 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP


ii
ii
ii
1
1
4
6
6
7
7
7
8
8
9
9
10
10
10
11
14

16
16
16
19
21
21
23
23
24
30
38
38
44
49
53
53
54
55
59
65

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23

Kontribusi produksi perikanan budidaya minapolitan Kabupaten Bogor
Kontribusi produksi ikan lele Kabupaten Bogor
Kontribusi produksi lele minapolitan terhadap Kabupaten Bogor
Produksi perikanan unggulan Kabupaten Bogor tahun 2010-2015
Luas wilayah dan jumlah desa yang ada di kawasan minapolitan
Pokdakan di kawasan minapolitan Kabupaten Bogor tahun 2010-2015
Produksi perikanan budidaya komoditas unggulan di Kabupaten Bogor
Produksi benih lele di kawasan minapolitan Kabupaten Bogor 2010-2014
Data Pokdakan perikanan di Kecamatan Ciseeng
Ciri indukan siap pemijahan berdasarkan kriteria kuantitatif reproduksi
Ciri-ciri indukan yang telah matang secara gonad/ siap pijah
Saluran pemasaran benih ikan lele
Harga benih ikan lele berdasarkan ukuran
Tingkatan kepemimpinan berdasarkan sifat
Sebaran kepemimpinan berdasarkan sifat
Tingkat perilaku kepemimpinan
Tingkat orientasi perilaku kepemimpinan
Tingkat keefektifan Pokdakan
Tingkat keefektifan Pokdakan tiap indikator
Peningkatan kemampuan budidaya anggota Pokdakan
Hubungan kepemimpinan terhadap efektivitas Pokdakan
Hubungan orientasi kepemimpinan terhadap efektivitas
Hubungan orientasi kepemimpinan dengan indikator efektivitas

1
2
2
4
5
5
22
23
24
32
32
37
37
38
39
43
43
44
45
46
49
50
51

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16

Skema orientasi kepemimpinan berdasarkan perilaku
Skema pemimpin mempengaruhi kelompok
Skema hubungan antara kelompok dan efektivitas kelompok
Skema hubungan antara kepemimpinan dengan efektivitas kelompok
kerangka alur penelitian
Struktur Pokdakan Jumbo Lestari
Struktur Pokdakan Sangkuriang Indah
Struktur Pokdakan Sri Karya
Struktur Pokdakan Perwatin
Struktur Pokdakan Multitani Sejahtera
Struktur Pokdakan Kirai Sentosa
Skema alur pemasaran benih ikan lele
Kolam pengelompokan ukuran
Kolam terpal
Kolam empang
Sekretariat Pokdakan

14
15
15
15
16
25
26
27
28
29
30
36
64
64
64
64

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

Penilaian kepemimpinan berdasarkan sifat
Penilaian kepemimpinan berdasarkan perilaku
Indikator penilaian efektivitas
Karakteristik Pokdakan Jumbo Lestari
Karakteristik Pokdakan Sangkuriang Indah
Karakteristik Pokdakan Sri Karya
Karakteristik Pokdakan Perwatin
Karakteristik Pokdakan Multitani Sejahtera
Karakteristik Pokdakan Kirai Sentosa
Hasil uji analisis
Dokumentasi

60
60
61
61
62
62
62
63
63
63
64

1

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sektor perikanan Indonesia memiliki potensi besar yang dapat dioptimalkan.
Menurut Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), selama tahun 2014 sampai
2015, sektor perikanan telah mengalami peningkatan, dilihat dari produk domestik
bruto (PDB) pada kuartal1 sebesar 1.18 persen. Pengoptimalan potensi kelautan
dilakukan melalui berbagai kebijakarn serta pengimplementasiannya. Melalui
peningkatkan produksi baik pada subsektor perikanan tangkap maupun budidaya,
diharapkan mampu mengoptimalkan potensi yang ada. Salah satu kebijakan yang
diterapkan oleh KKP adalah pengembangkan komoditas perikanan ungulan
wilayah melalui pembentukan kawasan sentra perikanan atau kawasan
minapolitan. Adanya pembentukan kawasan minapolitan diharapkan mampu
memacu pelaku utama perikanan untuk mengoptimalkan potensi di wilayahnya.
Konsep kawasan minapolitan merupakan konsep yang sama dengan
agropolitan (Marham 2011; Wiadnya 2011). Menurut Keputusan Menteri No. 18
tahun 2011 minapolitan adalah konsepsi pembangunan ekonomi kelautan dan
perikanan berbasis kawasan berdasarkan prinsip-prinsip terintegrasi, efisiensi,
berkualitas dan percepatan. Adanya penetapan wilayah minapolitan diharapkan
mampu merubahan pola pikir pembangunan yang berorientasi darat menuju
maritim2. Kebijakan minapolitan di Indonesia diawali sejak tahun 2010 melalui
Keputusan Menteri kelautan No.32/Men/2010 dan No.39/Men/2011. Setelah lima
tahun pelaksanaannya, telah ditetapkan 197 Kabupaten/kota sebagai kawasan
minapolitan, salah satunya Kabupaten Bogor.
Kabupaten Bogor, pada tahun 2010, ditetapkan sebagai kawasan
minapolitan oleh Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP) berdasarkan SK
Bupati No.523.31/227/Ktps/Huk/2010, tentang penetapa kawasan minapolitan.
Kecamatan yang termasuk dalam kawasan minapolitan di Kabupaten Bogor
adalah Kecamatan Ciseeng, Kemang, Gunung Sindur, dan Parung. Kecamatan
Ciseeng ditetapkan sebagai minapolis atau pusat administrasi minapolitan
Kabupaten Bogor. Keempat kecamatan tersebut terpilih berdasarkan lokasi dan
kontribusi yang besar khususnya pada sektor budidaya, terlihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Kontribusi produksi perikanan budidaya minapolitan Kabupaten Bogor
Tahun
2010
2011
2012
2013
2014
2015

Kabupaten Bogor
36 007.73
56 486.80
74 934.00
88 721.93
108 740.52
112 690.93

Minapolitan Kabupaten Bogor
25 861.25
30 555.59
46 108.65
56 036.46
68 704.32
72 508.02

Kontribusi
72
54
62
63
63
64

Sumber: Disnakan Kabupaten Bogor (diolah)

1

2

CCN Indonesia. 2016. PDB Perikanan Naik, Menteri Susi Apresiasi Nelayan. [Internet]. [diacu
pada 2016 Maret]. Tersedia dari:http://www.cnnindonesia. com.
ITTC. 2016. Rencana Induk Minapolitan. [internet]. [diacu pada 2016 Maret]. Tersedia dari:
http://ittc.co.id/rencana-induk.php.

2

Berdasarkan Tabel 1, dapat dikatakan kontribusi sektor perikanan budidaya
di kawasan minapolitan mendominasi produksi perikanan Kabupaten Bogor
dengan agka lebih dari 50 persen sejak tahun 2010. Jenis ikan yang diproduksi
yang termasuk dalam sektor unggulan perikanan di Kabupaten Bogor adalah ikan
lele, nila, gurame, patin, bawal, mas, dan mujair. Salah satu komoditas perikanan
yang memiliki produksi terbesar adalah ikan lele, terlihat pada Tabel 3.
Tabel 2 Kontribusi produksi ikan lele Kabupaten Bogor
Tahun
2010
2011
2012
2013
2014
2015

Produksi Total
36 052.13
56 572.60
74 934.00
88 721.93
108 740.52
112 690.93

Kabapaten Bogor
24 884.52
33 922.46
47 733.14
64 047.79
79 640.83
82 379.10

Kontribusi
69
60
64
72
73
73

Sumber: Disnakan Kabupaten Bogor (diolah)

Berdasarkan Tabel 2 terlihat bahwa kontribusi produksi ikan lele di kawaan
minapolitan terhadap produksi perikanan budidaya di Kabupaten Bogor lebih dari
60 persen selama lima tahun terakhir. Selain itu dapat dikatakan bahwa jumlah
produksi ikan lele di kawasan minapolitan terus mengalami perningkatan sejalan
dengan peningkatan produksi budidaya perikanan di Kabupaten Bogor.
Ikan lele ditetapkan sebagai komoditas unggulan dari kawasan minapolitan
di Kabupaten Bogor berdasarkan besarnya kontribusinya. Dari keempat komoditas
yang dikembangkan di kawasan minapolitan Kabupaten Bogor, ikan lele menjadi
komoditas yang banyak dibudidayakan, kemudian ikan gurame, ikan hias dan
jenis ikan lainnya3. Berdasarkan data Statistik Direktorat Jenderal Perikanan
Budidaya, angka produksi lele tahun 2013 Kabupaten Bogor mencapai 11.79
persen jika dibandingkan dengan produksi lele nasional yang sebesar 543 461 ton
dan 32.38 persen dari produksi lele di Jawa Barat sebesar 197 783 ton. Hal
tersebut tidak terlepas dari kontribusi yang diberikan dari empat kecamatan yang
termasuk di dalam kawasan minapolitan, lihat Tabel 3.
Tabel 3 Kontribusi produksi lele minapolitan terhadap Kabupaten Bogor
Tahun
2010
2011
2012
2013
2014
2015

Produksi
Kabupaten Bogor
36 052.13
56 572.60
74 934.00
88 721.93
108 740.52
112 690.93

Minapolitan
23 665.00
32 257.68
34 995.19
44 023.58
54 726.02
57 889.19

Kontribusi
66
57
47
50
50
51

Sumber: Disnakan Kabupaten Bogor 2010-2015 (diolah)

Berdasarkan Tabel 3, terlihat bahwa produksi total, kawasan minapolitan
Kabupaten Bogor mengalami peningkatan sejak tahun 2010-2015. Secara
keseluruhan rata-rata kontribusi produksi ikan lele di kawasan minapolitan
terhadap produksi ikan lele Kabupaten Bogor lebih dari 50 persen sejak tahun
3

Dinas Peternakan dan Peikanan Kabupaten Bogor. 2016. Profil Kawasan Minapolitan Kabupaten
Bogor. [Internet]. [diacu pada 2016 Febuari]. Tersedia dari:https://dinkes.Bogorkab.go.id

3

2010. Rata-rata pertumbuhan produksi ikan lele di kawasan minapolitan
Kabupaten Bogor sebesar 20 persen tiap tahunnya, sedangkan secara keseluruhan,
pertumbuhan produksi ikan lele di Kabupaten Bogor mecapai rata-rata 27 persen.
Pengoptimalan potensi perikanan Kabupaten Bogor dapat dilakukan salah
satunya pembentukan dan pengembangan kelembagaan yang dapat memfasilitasi
para pelaku utama perikanan. Marham (2011) menyatakan, keberadaan
kelembahaan merupakan salah satu dukungan yang dalam keberhasilam
penerapan kawasan minapolitan. Guna mencapai keberhasilan tersebut menurut
Sofinisa et al (2015), perlu adanya pembentukan kelembagaan sektor perikanan
(Pokdakan) sebagai bentuk kerjasama sesama pelaku usaha dan pemerintah.
Kelembagaan pelaku utama perikanan menurut KKP (2012) adalah kumpulan
pelaku utama yang terdiri dari nelayan, pembudidaya ikan, dan pengelolah ikan
yang terikat secara informal atas dasar keserasian dan kebutuhan bersama serta
dalam lingkungan pengaruh dan pimpinan seorang ketua kelompok pelaku utama
perikanan. Pembentukan kelembagaan diharapkan mampu menjadi sarana dalam
pengembangan rumah tangga usaha budidaya secara bersama. Menurut KKP
(2012) fungsi kelembagaan pelaku utama perikanan adalah 1) wadah proses
pembelajaran, 2) wahana kerjasama, 3) unit penyedia sarana dan prasarana
produksi perikanan, 4) unit produksi perikanan, 5) unit pengelola dan pemasaran,
6) unit jasa penunjang, 7) organisasi kegiatan bersama, dan 8) kesatuan swadaya
dan swadana. Kelembagaan diharapkan efektif berdasarkan tujuan
pembentukannya. Salah satu tujuan yang ingin dicapai adalah adanya
pengembangaan yang dirasakan oleh setiap orang yang termasuk di dalam
kelembagaan pelaku utama perikanan.
Pokdakan merupakan kumpulan dari pelaku perikanan yang beranggotakan
minimal 10 orang. Menurut Deptan (2001), pendirian Pokdakan didasarkan pada
kesamaan tujuan dan keinginan yang dimiliki oleh para anggota. Pokdakan
memiliki peran penting dalam mengembangkan kemampuan pelaku perikanan
khususnya kemampuan teknis dan manajemen, serta dalam menyalurkan bantuan
secara langsung dan tepat sasaran. Setiap Pokdakan memiliki struktur kelompok
dan dipimpin oleh ketua kelompok yang disebut sebagai kontak tani.
Kontak tani memiliki tanggung jawab terhadap kelompok baik terhadap
anggota maupun terhadap dirinya. Kontak tani terhadap kelompok, bertanggung
jawab atas ketercapaian tujuan kelompok dan keberlangsungan kelompok
(Pertiwi, 2012). Sedangkan, kontak tani terhadap anggota bertanggung jawab atas
peningkatan kemampuan dan kesejahteraan anggota. Kontak tani memiliki peran
untuk mampu mewujudkan fungsi kelompok pembudidayaan ikan. Beberapa hal
yang perlu dilakukan oleh kontak tani adalah memberikan motivasi, mengarahkan
dan menyampaikan informasi kepada anggotanya. Kemampuan tersebut
diharapkan dimiliki dan mampu mendukung dalam pencapaian tujuan bersama.
Tingginya tanggung jawab kontak tani menyebabkan perlu adanya kemampuan
lebih yang dimiliki. Kemampuan yang dimaksud adalah kemampuan teknis serta
manajerial. Kemampuan teknis adalah kemampuan yang berhubungan pada
budidaya usaha tani. Menurut Siagian (1997), kemampuan manajerial adalah
kemampuan untuk mengelola usaha seperti perencanaan, pengorganisasian,
pemberian motivas, pengawasan, dan penilaian.
Kontak tani sebagai pemimpin di dalam kelompok diharapkan mampu
menciptakan kelompok yang efektif, serta mampu memberikan pengetahuan

4

kepada para anggota guna memaksimalkan potensi yang ada sehingga mampu
mencapai tujuan bersama. Sahertian (2011) menyatakan, agar sumber daya
manusia dalam organisasi atau perusahaan dapat bekerja dengan efisien dan
efektif, maka kepemimpinan memegang peranan yang penting untuk
mempengaruhi dan menggerakkan bawahan guna mencapai tujuan organisasi
secara efektif dan efisien. Peran pemimpin dianggap penting untuk mampu
mengatur keseluruhan kemampuan anggota dan bekerja secara bersama-sama
(Tampubolon 2006).
Menurut Kusnadi (2005) Keefektifan kelompok dinilai melalui ketercapaian
atas tujuan pembentukannya. Keefektifan kelompok merupakan evaluasi terhadap
pembentukan kelompok, apakah kelompok yang dibentuk dapat mencapai
tujuannya sehingga dapat dijadikan sebagai pertimbangan dalam keberlanjutan
kelompok. Kelompok yang efektif dapat terlihat dari keberhasilan kelompok,
moral kelompok dan kepuasan kelompok (Yunasaf 2007). Keberhasilan yang
dimaksud merupakan keberhasilan dalam mencapai tujuan kelompok yang telah
ditetapkan bersama atau menjadi tujuan yang mendasar pembentukan kelompok
atau organisasi. Pembentukan organisasi dapat meningkatan kemampuan
perseorangan pelaku yang menjadi anggota di dalamnya (Rousseau 2010).
Kepemimpinan kontak tani di dalam Pokdakan, sebagai pemimpin
berperan dalam meningkatkan keefektifan kelompok serta mengembangkan
kapasitas anggotanya berupa kemampuan berwirausaha. Berdasarkan hal yang
melatarbelakangi, maka penulis melakukan telaah ilmiah yang berjudul
“kepemimpinan kontak tani dan efektivitas Pokdakan di kawasan minapolitan
Kabupaten Bogor”.
Perumusan Masalah
Pembentukan kawasan minapolitan bertujuan untuk meningkatkan skala
produksi dan pendapatan para pelaku utama perikanan yang adil dan merata serta,
mengembangkannya menjadi pusat pertumbuhan ekonomi. Pembentukan kawasan
minapolitan di Kabupaten Bogor didasari keunggulan produktivitas perikanan
pada sektor budidaya komoditas ikan lele, mas, nila, dan gurame. Keempat
komoditas utama tersebut memiliki produksi yang mengalami peningkatan tiap
tahunnya dari tahun 2010 sampai 2014, Tabel 4.
Tabel 4 Produksi perikanan unggulan Kabupaten Bogor tahun 2010-2015
Komoditas
Lele
Mas
Nila
Gurame

2010
24 884.52
4 063.56
2 073.37
2 057.61

2011
33 922.46
9 042.50
6 133.40
2 340.00

Tahun
2012
47 733.14
10 557.85
6 585.95
3 783.40

2013
64 047.79
9 241.72
6 832.72
4 065.40

2014
79 640.83
11 179.77
8 095.41
5 124.24

Sumber: Disnakan Kabupaten Bogor (https://disnakan.Bogorkab.go.id/)

Pada Tabel 4 terlihat, keempat komoditas unggulan perikanan budidaya di
Kabupaten Bogor mengalami peningkatan tiap tahunnya. Selain itu, dapat
dikatakan bahwa komoditas ikan lele merupakan komoditas unggulan yang
memiliki jumlah produksi paling besar dibandingkan komoditas lainnya. Ikan lele

5

mengalami rata-rata pertumbuhan jika dibandingkan dengan komoditas lain
sebesar 34 persen.
Kabupaten Bogor memiliki keunggulan iklim (kelayakan lahan dan air,
suhu, dan curah hujan) dalam pembudidayaan ikan baik ikan konsumsi ataupun
ikan
hias.
Berdasarkan
Surat
Keputusan
Bupati
Bogor
No.523.31/227/Ktps/Huk/2010, Kabupaten Bogor ditetapkan sebagai kawasan
minapolitan dengan kecamatan yang termasuk kedalamnya adalah Ciseeng,
Gunung Sindur, Kemang, dan Parung.
Tabel 5 Luas wilayah dan jumlah desa yang ada di kawasan minapolitan
Kecamatan
Ciseeng
Gunung Sindur
Kemang
Parung

Luas Wilayah (dalam Ha)
1 309.5
192.0
484.0
607.0

Jumlah desa
10
10
9
9

Sumber: Disnakan Kabupaten Bogor (https://disnakan.Bogorkab.go.id/)

Kecamatan Ciseeng berdasarkan Tabel 5, merupakan kecamatan yang
memiliki luas wilayah yang paling luas jika dibandingkan dengan tiga kecamatan
lain. Keunggulan tersebutlah yang menjadikan Kecamatan Ciseeng sebagai pusat
administrasi atau minapolis minapolitan Kabupaten Bogor. Selain tempat
administrasi, di kawasan minapolis juga terdapat tempat memasarkan hasil-hasil
perikanan.
Luas wilayah tiap desa di masing-masing kecamatan berbanding lurus
dengan jumlah kelompok yang ada di suatu Kecamatan. Hal tersebut dikarenakan
jumlah penduduk dan luas wilayah yang terbatas. Kelompok budidaya ikan di tiap
Kecamatan mengalami peningkatan jika dilihat dari Tabel 6 sampai dengan tahun
2014.
Tabel 6 Pokdakan di kawasan minapolitan Kabupaten Bogor tahun 2010-2015
Kecamatan
Ciseeng
Gunung Sindur
Kemang
Parung

2010
23
12
1
8

2011
30
11
3
8

Tahun
2012
33
13
3
8

2013
34
13
3
10

2014
52
14
10
16

Sumber: Disnakan Kabupaten Bogor (diolah)

Pada Tabel 6 terlihat, bahwa jumlah kelompok terus mengalami
peningkatan tiap tahunnya. Setiap tahun, jumlah kelompok yang menerima
bantuan terus bertambah diantara keempat kecamatan yang ada di kawasan
minapolitan. Tidak terdapatnya data secara pasti mengenai jumlah kelompok yang
ada di tiap Kecamatan menjadikan Tabel 6 digunakan seabagai dasar dalam
penentuan jumlah kelompok yang ada di setiap kecamatan.
Kontak tani di dalam kelompok memiliki peran yang penting dalam
memimpin serta mengarahkan para anggota. Ketikan anggota sudah merasa sesuai
dengan kepemimpinan yang diterapkan, maka diharapkan para anggota mampu
bekerja secara maksimal untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi. Kepemimpinan
kontak tani dengan para anggota diduga memiliki hubungan terhadap efektivitas

6

kelompok serta peningkatannya. Kelompok yang efektif dapat terlihat dari
tujuannya yang tercapai.
Jumlah kelompok yang ada di kawasan minapolitan saat ini, tidak sebanyak
yang ditampilkan pada Tabel 6. Hal tersebut dikarenakan adanya dasar
pembentukan kelompok hanya sebatas mengharapkan bantuan. Adanya
pembentukan kelompok yang hanya sebatas mengharapkan bantuan
mengakibatkan pembentukan kelompok tidak efektif di kawasan minapolitan.
Peran pemimpin dalam mengarahkan anggotanya di dalam kelompok penting
guna keberlangsungan kelompok. Kepemimpinan kontak tani menjadi hal yang
penting dalam menyesuaikan keragaman sifat yang dimiliki oleh anggota,
sehingga pembentukan kelompok dapat mencapai tujuan bersama. Dalam
mengalokasikan batuan, peran kontak tani juga diharapkan khususnya dalam
mengarahkan kelompok dalam menggunakan bantuan yang diberikan.
Kepemimpinan yang baik diharapkan mampun mengarahkan anggota dan
menjadikan kelompok efektif. Kelompok yang efektif di kawasan minapolitan
Kabupaten Bogor diharapkan mampu mensukseskan keberhasilan pembentukan
kawasan minapolitan di wilayah tersebut. Sejauh ini pembentukan kawasan
minapolitan di Kabupaten Bogor masih kurang maksimal terlihat dari masih
sedikitnya Pokdakan yang berlandaskan hukum. Ketercapaian pengembangan
wilayah melalui pengembangan kemampuan individu (pemimpin) diharap mampu
menstimulus para anggota yang ada di dalam kelompok.
Berdasarkan pada masalah penelitian yang diuraikan diatas, maka perlu
adanya pembahasan lebih lanjut. Pembahasan tersebut mengenai hubungan
kepemimpinan kontak tani terhadap efektivitas kelompok dan kemampuan
berwirausaha anggota di kawasan minapolitan Kabupaten Bogor Selanjutnya,
peneliti merumuskan masalah sejumlah pernyataan penelitian sebagai berikut:
1.
Bagaimana kepemimpinan berdasarkan sifat dan perilaku kontak tani
Pokdakan di kawasan minapolitan Kabupaten Bogor?
2.
Bagaimana efektivitas pembentukan Pokdakan di kawasan minapolitan
Kabupaten Bogor?
3.
Bagaimana hubungan kepemimpinan yang diterapkan terhadap efektivitas
kelompok?
Tujuan Penelitian
1.
2.
3.

Tujuan penelitian ini adalah
Menganalisis kepemimpinan berdasarkan sifat dan perilaku kontak tani
Pokdakan di kawasan minapolitan Kabupaten Bogor.
Menganalisis efektivitas pembentukan Pokdakan dalam mencapai tujuan
kelompok.
Menganalisis hubungan kepemimpinan terhadap efektivitas Pokdakan di
kawasan minapolitas Kabupaten Bogor.
Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dengan dilakukannya penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1.
Mampu memberikan rekomendasi kepada pelaku utama perikanan untuk
bergabung bersama kelompok.

7

2.

Merekomendasikan kepada instansi terkait pentingnya kepemimpinan yang
diterapkan oleh pemimpin dalam peningkatan efektivitas kelompok
pembudidaya ikan.
Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini difokuskan pada bahasan mengenai kepemimpinan, efektivitas
dan hubungan kepemimpinan yang diterapkan terhadap efektivitas kelompok.
Pendekatan yang digunakan dalam menilai kepemimpinan adalah sifat dan
perilaku pemimpin. Pendekatan efektivitas yang digunakan adalah model tujuan.
Penilaian sifat kepemimpinan didasari pada keingintahuan, komunikatif, daya
ingat, keterampilan mendidik, kemampuan menentukan prioritas, pengelolaan
waktu, dan keberanian. Penilian efektivitas terhadap kelompok berdasarkan
tujuan pembentukan kelompok pada Keputusan Menteri No.14 tahun 2012. Objek
penelitian ini adalah kelompok aktif pada pembudidaya perikanan khususnya
pembenihan ikan lele yang berada dikawasan minapolitan Kabupaten Bogor.
Subjek penelitian adalah pemimpin kelompok atau kontak tani serta anggota
kelompok yang termasuk dalam kelompok yang dijadikan sebagai objek
penelitian.

2 TINJAUAN PUSTAKA
Kelompok
Kelompok tani merupakan bagian dari kelembagaan agribisnis (Mubarok,
2016). Sedangkan menurut Kusnadi (2005), kelompok tani merupakan kumpulan
orang tani (dewasa, wanita, pemuda) yang terikat secara informal atas dasar
keserasian dan kebutuhan bersama, serta dalam lingkungan pengaruh yang
dipimpin oleh seorang kontak tani.
Menurut Wahyuni (2003), kelompok tani memiliki peranan yang penting
dalam kelembagaan pertanian, namun 40 persen kelompok tani masih berada pada
tingkat pemula. Syahyuti (2007) menyatakan, kelompok tani atau gapoktan yang
dapat menjalankan fungsi kelembagaan dengan baik membutuhkan persyaratan,
antara lain kepemimpinan yang baik dan keaktifan anggota dalam pertemuan,
terjalin hubungan yang baik sesama anggota, adanya kegiatan yang menghasilkan
pendapatan bagi kelompok maupun anggota, kemampuan manajerial keuangan,
dan kemampuan kelompok memenuhi kebutuhan anggota.
Pembentukan kelompok diharapkan mampu memberikan fasiltas yang dapat
meningkatkan pendapat para pelaku yang bergabung bersama kelompok.
Pembentukan kelompok tani bertujuan untuk memperkuat posisi tawar, terutama
dalam pengadaan sarana produksi dan pemasaran hasil secara kolektif (Nuryanti
dan Dewa 2011).
Kelompok dalam pertanian memiliki peran daam mengembangkan
kemampuan para anggotanya baik dari pemsaran serta penyediaan kredit usaha.
Pada kenyataannya, masih banyak pelaku pertanian yang belum mau bergabung di
dalam kelompok. Menurut Adong et al. (2013), masih rendahnya partisipasi
pelaku pertanian di dalam kelompok disebabkan oleh masih rendahnya tingkat

8

pendidikan dan jarak tempat tinggal yang jauh terkait rendahnya infrastruktur
yang tersedia.
Prinsip Kepemimpinan
Sethuraman dan Suresh (2014) mendefinisikan pemimpin sebagai orang
yang bertanggung jawab untuk mempengaruhi satu atau lebih pengikut dan
mengarahkan mereka untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Menurut Jain et al.
(2013), kepemimpinan adalah suatu proses dimana seseorang mempengaruhi
orang lain untuk mencapai tujuan dan mengarahkan organisasi dengan cara yang
membuatnya lebih kohesif dan koheren. Reza (2010) mengartikan kepemimpinan
merupakan tulang punggung pengembangan organisasi karena tanpa
kepemimpinan yang baik akan sulit mencapai tujuan organisasi. Kusnadi (2005)
menjelaskan, kepemimpinan kontak tani adalah ciri-ciri aktivitas kontak tani
dalam melaksanakan perannya, untuk mencapai tujuan kelompok. Peran yang
diharapkan dapat dilakukan terhadap kelompok sebagai pemimpin kelompok
terdiri dari:
1.
Memfasilitasi anggota kelompok dalam mencapai tujuan adalah kontribusi
tindakan kontak tani dalam membantu kelompok untuk pencapaian tujuan
dengan cara pengarahan, penjelasan dan sebagai pelopor dalam kegiatan.
2.
Membantu para anggota memenuhi kebutuhan adalah kontribusi tindakan
kontak tani dalam membantu memenuhi kebutuhan anggota dalam
melaksanakan kegiatan usaha tani yaitu: penjelasan hubungan kebutuhan
anggota dengan pencapaian tujuan dan bersikap adil terhadap anggota.
3.
Mewujudkan nilai kelompok adalah kontribusi tindakan kontak tani dalam
kedekatannya dengan anggota, kesepahaman dengan anggota tentang nilai
kelompok dan mampu menampung aspirasi anggota.
4.
Mewakili pendapat anggota kelompok dalam berinteraksi dengan pihak lain
adalah kontribusi tindakan kontak tani dalam melakukan interaksi mewakili
pendapat anggota dengan pihak lain dan hubungan yang baik antara anggota
dengan kelompok lain.
Sejak munculnya teori kepemimpinan pada tahun 1902 (Bass 1981), lahir
beberapa anggapan terhadap kepemimpinan dan sudut pandang yang digunakan
dalam memahami fenomena kepemimpinan. Wagimo dan Djamaludin (2005)
menyatakan, kepemimpinan mempunyai definisi yang berbeda dan didasari pada
perspektif yang digunakan dalam penelitian terhadap pemimpin. Perbedaan
terhadap cara mendefinisikan kepemimpinan terjadi berdasarkan adanya
perbedaan dalam meneliti, variasi alat ukur dan aspek yang diukur.
Pengukuran Kepemimpinan
Kepemimpinan merupakan hal yang abstrak dan terus mengalami
perkembangan untuk dapat di ukur dari masa ke masa. Menurut Peretomode
(2012), Kepemimpinan merupakan hal yang kompleks dan dinamis. Perlu
digunakan pendekatan-pendekatan yang dapat menggambarkan atau menilai
kepemimpinan yang diterapkan. Yulk (2005) menjelaskan terdapat beberapa
pendekatan yang dapat digunakan dalam menilai kepemimpinan yang diterapkan
oleh pemimpin yaitu berdasarkan sifat, perilaku, kekuatan-pengaruh, situasional,
dan terpadu.

9

Pengukuran terhadap perilaku menurut Leary (2013), dapat dilakukan
dengan menggunakan metode LBDQ dimana, anggota menilai perilaku
pemimpinannya. Menurut Leary (2013) LBDQ merupakan metode yang
disediakan untuk menggambarkan perilaku pemimpin di dalam organisasi formal
berdasarkan penilaian anggotanya. Pengukuran terhadap kepemimpinan
berdasarkan perilaku dapat menggunakan analisis LBDQ (Wolf 1974).
Pengukuran kepemimpunan dengan menggunakan LBDQ menghasilkan hasil
yang relative bervariasi, Menurut Stodgill (1970) dalam Leary (2013), sub-skala
LBDQ dapat diukur berdasarkan dengan apa yang ingin diukur oleh peneliti.
Pengukuran terhadap kepemimpinan lain adalah dengan menggunakan
pendekatan sifat, yiitu pengamatan yang dilakukan dengan melihat perilaku, ciri
serta karateristik yang melekat pada seorang pemimpin. Pengukuran terhadap
kepemimpinan berdasarkan sifat merupakan penelitian yang banyak dilakukan
sejak tahun 1904 (Bass 1981). Fleenor (2011) menyatakan, pengukuran
menggunakan pendekatan sifat berfokus pada atribut pribadi yang dimiliki
pemimpin. Adapun atribut atau ciri yang dimaksudkan adalah fisik dan
kepribadian, kompetensi dan nilai nilai.
Pengukuran Efektivitas
Kusnadi (2005) menggunakan variabel yang terdiri dari tingkat pendapatan,
moral dan kepuasan anggota. Sulistiawati (2002) mengidentifikasi dalam
efektivitas kelompok digunakan produktivitas kelompok, tingkat kepuasan
anggota dan kemampuan untuk menembus pasar baru. Produktivitas juga
digunakan sebagai indikator penilaian peningkatan efektivitas kelompok.
Suminar (2008) melakukan pengukuran terhadap efektivitas berdasarkan
prestasi individu, kelompok dan organisasi. Prestasi individu yang dimaksud
adalah kemampuan diukur dari adanya tambahan pendapatan dan kemampuan
mengangsur sesuai dengan aturan yang telah disepakati bersama. Prestasi
kelompok kemampuan kelompok dalam memberdayakan anggotanya melalui
kemampuan membuat perencanaan, melaksanakan kesepakatan bersama, dan
kemampuan mengatasi masalah yang sedang dihadapi anggota yakni
keterlambatan dalam mengangsur, dan secara bersama-sama berusaha
memperoleh tambaham pendapatan. Bodner (2002) menyatakan, pengukuran
efektivitas dapat dilakukan dengan melihat kinerja kelompok, pertukaran
informasi, lingkungan dalam kelompok, dan keserasian.
Drajat pengukuran terhadap tingkat kelembagaan dapat diukur melalui
faktor-faktor dalam penyelesaian masalahnya. Ozerol (2013) melakukan
pengukuran dengan skala rendah-tinggi untuk melihat kemampuan kelembagaan
dalam menyelesaikan permasalahan yang terjadi. Efektivitas di dalam kelompok
dapat diukur melalui ketercapaian terhadap tujan yang telah dibentuk. Sparrow
dan Cary (2014) menggunakan indikator kinerja dan bagaimana hasil dari
pencapaian tujuan yang telah disusun di dalam kelompok.
Hubungan Kepemimpinan terhadap Efektivitas
Kusnadi (2005) menggunakan uji rank Spearman untuk melihat hubungan
keeratan antara kepemimpinan dan efektivitas di dalam kelompok. Berdasarkan

10

hasil yang diperoleh, terdapat hubungan yang nyata atara kepemimpinan kontak
tani dan keefektifan kelompok.
Sulistiawati (2002) menggunakan uji korelasi Tau-b Kendall`s dalam
melihat hubungan antar variabel yang digunakan. Diperoleh hasil yang
menunjukan terdapat hubungan antara perilaku kepemimpinan terhadap
keefektifan kelompok.

3 KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Kepemimpinan
Bass (1981) mendefinisikan kepemimpinan secara umum sebagai latihan
untuk mempengaruhi. Bass (1981) menyatakan bahwa ada tiga dasar untuk
menjelaskan bagaimana kepemimpinan seseorang diantaranya adalah:
1.
Beberapa ciri-ciri kepribadian dapat menyebabkan orang secara alami ke
dalam peran kepemimpinan.
2.
Krisis atau acara penting dapat menyebabkan seseorang untuk naik ke
kesempatan , yang membawa keluar kualitas kepemimpinan yang luar biasa
dalam orang biasa.
3.
Orang dapat memilih untuk menjadi pemimpin. Orang bisa belajar
keterampilan kepemimpinan.
Terdapat banyak teori kepemimpinan yang menjelaskan mengenai
pentingnya sikap dan perilakua kepemimpinan yang dimiliki oleh setiap
pemimpin. Kepemimpinan dibutuhkan dalam mengarahkan serta mengatur
anggota untuk mencapai tujuan organisasi. Munculnya teori mengenai
kepemimpinan memicu para ahli lain melakukan penelitian untuk menciptakan,
mengembangkan, atau membantah teori yang sudah ada. Peretomode (2012)
menambahakan, sampai saat ini belum adanya definisi terhadap kepemimpinan
yang dapat diterima secara universal.
Pendekatan Pengukuran Kepemimpinan
Dalam pengukuran kepemimpinan terdapat banyak pendekatan yang dapat
digunakan. Yulk (2005) menyebutkan beberap apendekatan yang umumya
digubakan dalam menganilai kepemimpinan diantaranya sifat, perilaku, situasi,
kekuatan-pengaruh, dan terpadu. Pendekatan yang digunakan dalam menilai
kepemimpinan pada penelitian ini adalah berdasarkan sifat dan perilaku ketua
kelompok (kontak tani).
Pendekatan terhadap ciri pemimpin dilakukan dengan menekankan pada
sifat kepemimpinan yang dilihat dari kepribadian, motivasi, nilai, dan
keterampilan (Yulk 2005). Penelitian mengenai sifat kepemimpinan telah banyak
selama rentang waktu 1904-1947 (Bass 1981). Kepemimipinan berdsasarkan sifat
dapat dikelompokan menjadi tiga tipe kepemimpinan yaitu Laissez-Feire,
demokratik, dan kharismatik. Penelitian mengenai kepemimpinan berdasarkan
sifat mengarahkan para peneliti dalam mempelajari karakteristik yang dimiliki
oleh para pemimpin Jenkins (dalam Bass 1981). Pengukuran yang dilakukan

11

secara personal untuk melihat sifat-sifat atau ciri-ciri kepemimpinan yang dimiliki
oleh pemimpinan di dalam kelompok atau organisasi (Bass 1981). Siagian (1994)
mengelompokan ciri-ciri ideal yang perlu dimiliki pemimpin menjadi tiga yaitu:
1.
Berdasarkan kepribadian: Pengetahuan umum yang luas, daya ingat yang
kuat, rasionalitas, objektivitas, pragmatisme, fleksibilitas, adaptabilitas, dan
orientasi masa depan.
2.
Berdasarkan nilai: Sifat inkuisitif, rasa tepat waktu, rasa kohesi yang tinggi,
naluri relevansi, keteladanan, ketegasan, keberanian, sikap yang antisipatif,
kesediaan menjadi pendengar yang baik, dan kapasitas integratif.
3.
Berdasarkan kemampuan: Kemampuan untuk bertumbuh dan berkembang,
analitik, menentukan skala prioritas, membedakan uang urgen dan yang
penting, keterampilan mendidik, dan berkomunikasi secara efektif.
Kepemimpinan berdasarkan perilaku merupakan penilaian yang dilakukan
sebagai pendalaman terhadapa teori yang menyatakan kepemimpinan berdasarkan
sifat. Penelitian terhadap kepemimpinan berdasarkan perilaku merupakan
pendalaman yang dilakukan oleh para peneliti kepemimpinan (Yulk, 2005).
Kepemimpinan berdasarkan perilaku ditujukan untuk melihat arah orientasi
kepemimpinan dalam memimpin apakah orientasi tugas atau hubungan dengan
para anggotanya. Wolf (1974) kepemimpinan berdasarkan perilaku mengacu pada
tindakan yang spesifik dalam memimpin. Richard (2006) mengelompokan
kepemimpinan berdasarkan perilaku menjadi dua yaitu berdasarkan orientasi
terhadap tugas dan hubungan dengan para anggotannya. Penelitian mengenai
kepemimpinan berdasarkan perilaku dilakukan oleh Ohio State University.
Kepemimpinan berdasarkan perilaku dapat digolongkan menjadi tiga tipe
kepemimpinan yaitu tranformasi, transaksional dan demokrasi. Kepemimpinan
transformasi menurut Sashkin (2011) adalah kemampuan pemimpin dalam
mentransformasikan orang dari pengikutnya yang bekerja seusai tugasnya menjadi
pemimpin yang mengatahkan dirinya sendiri, yang bekerja sesuai dengan apa
yang mereka harapkan.
Kontak Tani
Kontak tani merupakan pemimpin di dalam Pokdakan. Kontak tani memiliki
tugas-tugas yang berbeda jika dibandingkan dengan para aggotanya. Menurut
Kasim (1993) tugas dari pemimpin adalah (1) Pengumpulan informasi; (2)
Penyeleksian dan penempatan anggota; (3) Membantu pekerja untuk
memudahkan kerjanya dengan cara bekerja yang baru; (4) Membagikan tugas
kepada anggota. Pemimpin di dalam kelompok pembudidaya perikanan di
Indonesia dibedakan menjadi tiga kelompok yaitu kontak tani, pemuka tani, dan
kontak tani nelayan andalan. Ketiga kelompok tersebut memiliki perbedaan secara
penyebutan namun, secara garis besar peran yang dimiliki ketiganya memiliki
kesamaan. Karakter kontak tani sebagaimana disebutkan oleh departemen pertani
an (2001), sebagai berikut:
1.
Petani pengelola usahatani.
2.
Berhasil dalam usahanya dan dapat dijadikan teladan bagi petani lainnya.
3.
Ketua kelompok/ sub kelompok mampu memimpin kelompoknya.
4.
Memiliki kesadaran sendiri aktif membantu dalam menyebarkan informasi
dan mengajarkan keterampilan teknoloi produksi, teknologi usahatani dan
teknologi social yang baru.

12

5.

Berpandangan positif terhadap kemajuan dan bersikap serta berprilaku
sebagai pelopor pembanginan di daerahnya.
6.
Bersih diri.
Peranan kontak tani menurut Soedijanto (1996), adalah pemimpin kelompok
tani, ketua kelas belajar bagi kelompoknya, pembaharu dan pelopor pembangunan
di desanya, dan mitra kerja penyuluh. Menurut Pusat Pengembangan Agribisnis
(PPA) (1987), kriteria yang diakui untuk pemilihan kontak tani yaitu mereka yang
benar-benar petani pemilik lahan, berkemauan mencoba teknologi baru dan diakui
mempunyai kemampuan sebagai pemimpin. Kontak tani adalah pemimpin
kelompok pembudidaya perikananyang mempunyai kemampuan memimpin
kelompok dan didukung dengan pengetahuan, pengalaman berusahatani dan
umumnya sebagai pelopor dalam kegiatan usahatani sehingga dijadikan contoh
bagi para petani anggota kelompok (Kusnadi 2005). Kusnadi (2005) peran yang
diharapkan dapat dilakukan terhadap kelompok sebagai pemimpin kelompok
terdiri dari:
1.
Memfasilitasi anggota kelompok dalam mencapai tujuan adalah kontribusi
tindakan kontak tani dalam membantu kelompok untuk pencapaian tujuan
dengan cara pengarahan, penjelasan dan sebagai pelopor dalam kegiatan.
2.
Membantu para anggota memenuhi kebutuhan adalah kontribusi tindakan
kontak tani dalam membantu memenuhi kebutuhan anggota dalam
melaksanakan kegiatan usaha tani yaitu: penjelasan hubungan kebutuhan
anggota dengan pencapaian tujuan dan bersikap adil terhadap anggota.
3.
Mewujudkan nilai kelompok adalah kontribusi tindakan kontak tani dalam
kedekatannya dengan anggota, kesepahaman dengan anggota tentang nilai
kelompok dan mampu menampung aspirasi anggota.
4.
Mewakili pendapat anggota kelompok dalam berinteraksi dengan pihak lain
adalah kontribusi tindakan kontak tani dalam melakukan interaksi mewakili
pendapat anggota dengan pihak lain dan hubungan yang baik antara anggota
dengan kelompok lain.
Kelompok
Pokdakan dapat diartikan sebagai kelompok sosial. Menurut Soekanto
(2006) Kelompok sosial atau social group adalah himpunan atau kesatuan
manusia yang hidup bersama, karena adanya hubungan di antara mereka.
Hubungan tersebut antara lain menyangkut hubungan timbal balik yang saling
mempengaruhi dan juga suatu kesadaran untuk saling menolong. Jika dilihat dari
struktur dan aturan yang ada dilamnya maka, Pokdakan juga dapat diartikan
sebagai kelompok formal. Hurearah (2006) formal group adalah kelompokkelompok yang mempunyai peraturan-peraturan yang tegas dan dengan sengaja
diciptakan oleh anggotanya untuk mengatur hubungan antara anggota-anggotanya.
Huraerah (2006), di dalam kelompok terdapat dinamika kelompok yang
terdiri dari unsur tujuan, kekompakan, fungsi tugas, pengembangan dan
pemeliharaan, suasana, efektivitas, tekanan, dan maksud terselubung. Tujuan yang
dimaksudkan adalah rumusan yang diperpadukan dari tujuan-tujuan individu dan
tujuan seluruh anggota kelompok (Nitimihardjo dan Jusman 1993).
Kelompok memiliki fungsi untuk memfasilitasi para pelaku yang tergabung
di dalamnya. Cartwright dan Zender (1968) mengklasifikasikan fungsi tugas
kedalam enam hal, yaitu: (1) Koordinasi, berfungsi untuk menjembatani

13

kesenjangan anggota; (2) Informasi, berfungsi untuk disampaikan kepada para
anggota; (3) Prakarsa, berfungsi untuk menumbuhkan dan mengembangkan
prakarsa anggota; (4) Penyebaran, berfungsi menyebarkan hal-hal yang dilakukan
kelompok kepada masyarakat atau lingkungan; (5) Kepuasan, berfungsi untuk
memberikan kepuasan kepada anggota; (6) Kejelasan, berfungsi menciptakan
kejelasan kepada anggota, seperti tujuan dan kebutuhan-kebutuhan anggota.
Efektivitas
Efektivitas merupakan ketercapaian dalam merealisasikan rencana.
Efektivitas merupakan unsur pokok untuk mencapai tujuan atau sasaran yang tela
ditentukan dalam setiap organisasi (Bahruzin 2014). Efektivitas dapat dikatakan
efektif apabila tercapainya tujuan dan sasaran yang telah direncanakan
sebelumnya. Efektivitas organisasi menggambarkan tingkatan organisasi dalam
merealisasian tujuannya (Etzioni 1964). Daft (1998) menyatakan organisasi
membawa bahan baku dari sekelilingnya dan bahan baku tersebut diolah dan
hasilnya di antarkan kembali kepada lingkungan disekelilingnya. Menurut Shadily
(1997), efektifitas menunjukan taraf tercapainya satuan tujuan. Secara ideal, taraf
efektivitas dapat dinyatakan dengan ukuran yang pasti. Menurut Weissenberg
(1997), apabila suatu kelompok berhasil dalam encapai tujuannya maka kelompok
tersebut dipandang efektif. Pengertian efektivitas lebih berorientasi pada
pelaksanaan fungsi kelompok dengan demikian efektivitas kelompok dapat
diwujudkan melalui pelaksanaan fungsi-fungsi kelompok. Menurut Weissenberg
(1997), menambahkan bahwa pemahaman terhadap efektivitas kelompok
(organisasi) dapat diperoleh melalui studi mengenai tujuan kelompok dan alat
yang digunakan untuk mencapai tujuan.
System pendekatan sumberdaya dalam menentukan efektivitas diamati dari
awal proses dan evaluasi. Daft (1998) pengukuran efektivitas dapat dilihat dengan
menggunakan pendekatan tujuan dimana melihat ketercapaian atas tujuan-tujuan
yang sudah ditetapkan di dalam kelompok. Menurut Steers (1975) dan Daft
(1998) pendekatan yang dapat dilakukan dalam menilai keefektivitasan
kelembagaan dapat berupa:
1.
System resource approach
Teori ini mengGambarkan hubungan organisasi terhadap sistem yang lebih
besar. Teori sistem menekankan pada pertahanan elemen dasar masukanproses-pengeluaran dalam beradaptasi terhadap lingkungan yang menopang
organisasi
2.
Internal prosess approach
Pendekatan internal merupakan pengamatan yang dilakukan dengan melihat
aktivitas internal. Efektivitas organisasi dalam hal ini diukr dengan efisiensi
yang dihasilkan selama proses menghasilkan produk atau jasa.
3.
Goal approach
Pendekatan tujuan untuk mendefinisikan dan mengevaluasi efektivitas
dalam mencapai suatu tujuan tertentu.
Sutrisno (2010) menambahkan empat model diantaranya multiple
constituency, the competing values, legitimasi, dan ketidakefektifan. Pembentukan
kelompok pembudidaya ikan didasari pada Keputusan Menteri No.14 Tahun 2012
sebagai berikut:
1.
Peningkatan peran lembaga dalam memajukan usaha anggotanya.

14

2.
3.
4.
5.

Peningkatan kemampuan keterampilan berproduksi bagi pelaku utama yang
bergabung sebagai anggota.
Peningkatan kemampuan administrasi usaha, yaitu mencatat semua
transaksi bisnisnya.
Peningkatan kemampuan bernegosiasi dan berinteraksi dalam bisnis bidang
kelautan dan perikanan.
Peningkatan kemampuan berorganisasi dan bekerjasama antar lembaga.
Kerangka Pemikiran Penelitian

Penelitian ini tentang hubungan kepemimpinan kontak tani terhadap
efektivitas Pokdakan pembenihan ikan lele di kawasan minapolitan Kabupaten
Bogor. Kepemimpinan kontak tani diukur dengan pendekatan sifat dan perilaku.
Kepemimpinan perilaku melihat orientasi pemimpin berdasarkan fokusnnya
terhadap tugas atau hubungan dengan para anggota. Efektivitas kelompok diukur
berdasarkan tujuan pembentukan Pokdakan yang tertulis dalam Keputusan
Menteri No. 14 tahun 2012.
Terdapat hubungan kepemimpinan yang diduga terhadap keefektivitasan
kelompok. Hal tersebut diduga dapat terlihat dari banyaknya kelompok yang tidak
aktif disebabkan oleh kepemimpinan ketuanya.
Penelitian ini diharapkan dapat menjelaskan orientasi kepemimpinan yang
diterapkan oleh pemimpin serta hubungan terhadap efektivitas Pokdakan
pembenihan ikan lele di kawasan minapolitan Kabupaten Bogor. Untuk dapat
menjawab pertanyaan tersebut, tujuan khusus dari penelitian ini adalah (1)
Mengidentifikiasi karakteristik kepemimpinan kontak tani Pokdakan di kawasan
minapolitan Kabupaten Bogor. (2) Menganalisis e