Performa Produksi F1 antara Ayam Ras Pedaging × Kampung dan Kampung × Ras Pedaging pada Umur 0-12 Minggu

PERFORMA PRODUKSI F1 ANTARA AYAM RAS PEDAGING × KAMPUNG
DAN KAMPUNG × RAS PEDAGING PADA
UMUR 0-12 MINGGU

ANANTA TITAN PRATIWANGGANA

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Performa Produksi F1
antara Ayam Ras Pedaging × Kampung dan Kampung × Ras Pedaging pada Umur
0-12 Minggu adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing
dan belum diaju-kan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, April 2014

Ananta Titan Pratiwanggana
NIM D14100075

ABSTRAK
ANANTA TITAN PRATIWANGGANA. Performa Produksi F1 antara Ayam
Ras Pedaging × Kampung dan Kampung × Ras Pedaging pada Umur 0-12
Minggu. Dibimbing oleh CECE SUMANTRI dan SRI DARWATI.
Ayam kampung adalah ayam asli Indonesia yang potensial untuk
dikembangkan sebagai ayam komersial. Kendala kurang minatnya peternak skala
besar untuk beternak ayam kampung dikarenakan ayam kampung memiliki
pertumbuhan lebih lambat untuk mencapai bobot potong dengan berat yang sama
dibandingkan ayam ras pedaging. Oleh karena itu, performa ayam kampung perlu
ditingkatkan melalui persilangan ayam kampung dengan ayam ras pedaging
(broiler breeder) yang mempunyai pertumbuhan yang cepat. Tujuan dari
penelitian ini untuk menganalisis pengaruh performa keturunan pertama (F1) dari

persilangan ayam kampung dan ayam ras pedaging (KB) serta resiprokalnya
(BK). Penelitian dilakukan pada F1 persilangan umur 0-12 minggu. T test
digunakan untuk mengetahui perbedaan rataan bobot badan, pertambahan bobot
badan, konsumsi pakan, dan konversi pakan. Berdasarkan hasil penelitian,
performa ayam KB jantan dengan ayam BK jantan dan ayam KB betina dengan
BK betina tidak berbeda nyata pada bobot badan, pertambahan bobot badan,
konsumsi, dan konversi pakan. Persentase mortalitas ayam BK lebih tinggi
daripada ayam KB walaupun jumlah kematiannya lebih redah. Performa ayam
KB dan BK jantan lebih baik dibandingkan ayam KB dan BK betina. Persilangan
resiprokal antara ayam kampung dengan ayam ras pedaging mempunyai performa
yang lebih baik dibandingkan ayam kampung, sehingga persilangan ayam
kampung dengan ayam ras pedaging meningkatkan kualitas genetik ayam
kampung.
Kata kunci: ayam BK, ayam KB, performa pertumbuhan, persilangan.

ABSTRACT
ANANTA TITAN PRATIWANGGANA. Production Performance Between F1
Commercial Meat Type × Kampung Chicken and Kampung Chicken ×
Commercial Meat Type at 0-12 Weeks. Supervised by CECE SUMANTRI and
SRI DARWATI.

Kampung chicken is Indonesian native chicken that potential to be
developed as commercial chicken. The large-scale breeders less interest to breed
kampung chicken because it has slow growth to reach slaughter weight than
commercial meat type. Therefore, kampung chicken’s performance need to be
improved by crossing with commercial meat type that has fast growth. This
research purposed to observed the effect performance of first generation (F1) from
kampung chicken crossing with commercial meat type (KB) and their reciprocal
(BK). Research conducted performance of crossing chicken in age 0-12 weeks
age. T test used for knowing difference body weight mean, body weight gain,
feed consumption, and feed convertion rate. The result of this research were not

significant between KB cock with BK cock and KB hen with BK hen on body
weight, body weight gain, feed consumption, and feed convertion rate. Whereas
mortality percentage BK chicken was higher than KB chicken althought less of
mortality. KB and BK cocks had better performance than hens. Reciprocal
crossing between kampung chicken and commercial meat type had performance
better than kampung chicken, so crossing had been increased genetic quality of
kampung chicken.
Key words: BK chicken, crossing, growth performance, KB chicken.


PERFORMA PRODUKSI F1 ANTARA AYAM RAS PEDAGING × KAMPUNG
DAN KAMPUNG × RAS PEDAGING PADA
UMUR 0-12 MINGGU

ANANTA TITAN PRATIWANGGANA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Peternakan
pada
Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi : Performa Produksi F1 antara Ayam Ras Pedaging × Kampung
dan Kampung × Ras Pedaging pada Umur 0-12 Minggu

Nama
: Ananta Titan Pratiwanggana
NIM
: D14100075

Disetujui oleh

Prof Dr Ir Cece Sumantri, MAgrSc
Pembimbing I

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Muladno, MSA
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

Dr Ir Sri Darwati, MSi
Pembimbing II


PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul
Performa Produksi F1 antara Ayam Ras Pedaging × Kampung dan
Kampung × Ras Pedaging pada Umur 0-12 Minggu. Sholawat serta salam
semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarganya, para
sahabatnya dan umatnya yang beriman hingga akhir zaman.
Penyusunan skripsi ini dilakukan untuk menganalisis pengaruh performa
keturunan pertama (F1) persilangan ayam ras pedaging jantan (broiler breeder)
dengan ayam kampung betina dan ayam kampung jantan dengan ayam ras
pedaging betina (persilangan resiprokal). Selama ini ayam kampung memiliki
pertumbuhan yang lambat untuk mencapai bobot potong. Penelitian ini
diharapkan terjadi kombinasi genetik sehingga keturunan persilangan dari ayam
kampung dan ayam ras pedaging mampu menutupi kendala atau kelemahan dari
indukan ayam kampung, dengan demikian penelitian ini dapat memberikan
informasi bagi peternak tentang mutu genetik ayam persilangan.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof Dr Ir Cece Sumantri,
MagrSc dan Ibu Dr Ir Sri Darwati, MSi. Terima kasih pula kepada seluruh staf
di Bagian Pemuliaan dan Genetika Ternak. Ungkapan terima kasih penulis
sampaikan kepada ayah (Mulyadi), ibu (Wahju Indrawati) dan seluruh keluarga

serta keluarga besar Abdul Aziz Sikar, atas segala doa dan kasih sayangnya.
Selain itu, terima kasih kepada teman kelompok penelitian (Yusuf, Andhini,
Cahyatina, Yusrini, Devi) serta teman-teman, khususnya IPTP 47 atas bantuan
dan dukungannya. Semoga hasil penelitian ini bermanfaat bagi semua pihak yang
membutuhkannya.
Bogor, April 2014
Ananta Titan Pratiwanggana

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan
Ruang Lingkup Penelitian
METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Alat
Bahan

Prosedur
Pemeliharaan
Pemberian Pakan
Analisa Data
Peubah yang Diamati
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sampel Penelitian
Konsumsi Pakan
Bobot Badan
Pertambahan Bobot Badan
Konversi Pakan
Mortalitas
SIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

vii
vii
vii

1
1
1
1
2
2
2
2
2
2
3
3
4
4
4
5
6
7
9
10

12
12
14
15

DAFTAR TABEL
1
2
3
4

Jumlah dan bobot indukan ayam yang digunakan pada penelitian
Jumlah F1 persilangan KB dan BK
Rataan dan simpangan baku bobot badan F1 KB dan BK setiap minggu
Rataan dan simpangan baku pertambahan bobot badan F1 KB dan BK
setiap minggu
5 Persentase mortalitas F1 KB dan BK pada umur 1-4 minggu
6 Persentase mortalitas F1 KB dan BK pada umur 5-12 minggu

4

5
7
9
11
11

DAFTAR GAMBAR
1 Grafik rataan konsumsi pakan ayam KB dan BK
2 Kurva laju pertumbuhan pada (A) KB ♂ optimal, KB ♂, kampung ♂;
(B) BK ♂ optimal, BK ♂, kampung ♂
3 Kurva laju pertumbuhan pada (A) KB ♀ optimal, KB ♀, kampung ♀;
(B) BK ♀ optimal, BK ♀, kampung ♀
4 Grafik konversi pakan ayam KB dan BK
5 Gambar ayam mati yang mati pada penelitian (A) ayam KB,
(B) ayam BK

6
8
8
10
12

DAFTAR LAMPIRAN
1 Performa ayam penelitian pada umur 12 minggu pada (A) ayam KB ♂
dan kampung ♂, (B) ayam kampung ♀ dan KB ♀, (C) ayam kampung
♀ dan BK ♀, (D) ayam BK ♀ dan KB ♀, (E) ayam BK ♂ dan KB ♂
2 Rata-rata dan simpangan baku konsumsi pakan F1 KB dan BK
3 Rata-rata dan simpangan baku konversi pakan F1 KB dan BK

14
15
15

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kemajuan dan perkembangan sektor peternakan di Indonesia bertujuan
untuk meningkatkan populasi dan produksi ternak dalam upaya memenuhi
kebutuhan protein hewani masyarakat Indonesia. Faktor-faktor penting yang
mempengaruhi produktivitas ternak yaitu pakan, manajemen, dan pembibitan.
Pakan diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pokok dan energi produksi pada
pemeliharaan setiap harinya. Manajemen diperlukan untuk mengatur
kelangsungan pemeliharaan ternak dengan baik dan benar. Upaya meningkatkan
mutu genetik ternak melalui seleksi dan persilangan untuk menghasilkan bibit
unggul
Ayam kampung merupakan ayam asli Indonesia yang memiliki potensi
untuk dikembangkan sebagai ayam komersial. Kendala kurang minatnya peternak
skala besar untuk beternak ayam kampung dikarenakan ayam kampung memiliki
pertumbuhan lebih lambat untuk mencapai bobot potong dibandingkan ayam ras
pedaging.
Konversi pakan ayam kampung sebesar 7.92 (Supriadi et al. 2001) lebih
tinggi dibandingkan ayam ras pedaging yang mencapai nilai dibawah 2 (Amrullah
2003). Hal ini menandakan bahwa pakan yang dibutuhkan ayam kampung untuk
menghasilkan pertambahan bobot badan masih tinggi sehingga kurang efisien
dalam penggunaan pakan. Oleh karena itu, performa ayam kampung perlu
ditingkatkan melalui persilangan dengan ayam yang mempunyai pertumbuhan
cepat yaitu ayam ras pedaging (broiler breeder).
Ayam ras pedaging merupakan ayam komersial yang biasa digunakan untuk
memenuhi kebutuhan daging ayam dalam negeri. Pemeliharaan ayam ras
pedaging sangat menguntungkan dilihat dari pertumbuhan yang sangat cepat dan
konversi pakan yang rendah jika dibandingkan dengan ayam kampung. Di sisi
lain, ayam ras pedaging mempunyai kendala sangat rentan terhadap penyakit,
pemeliharaannya harus pada suhu dan kelembaban yang sesuai, dan performa
yang baik harus diiringi dengan pakan yang berkualitas. Penerapan teknologi
persilangan diharapkan menjadi solusi dari beberapa kendala pemeliharaan ayam
ras pedaging.
Tujuan
Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis pengaruh performa keturunan
pertama (F1) persilangan ayam ras pedaging jantan dengan ayam kampung betina
dan ayam kampung jantan dengan ayam ras pedaging betina (persilangan
resiprokal)
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini merupakan usaha mendapatkan informasi performa tentang
keturunan persilangan ayam ras pedaging dan ayam kampung. Keturunan

2
persilangan ayam ras pedaging dengan ayam kampung diharapkan terjadi
kombinasi genetik sehingga meningkatkan mutu genetik ayam kampung. Oleh
karena itu, penelitian ini menguji keturunan pertama (F1) persilangan ayam jantan
ras pedaging dengan ayam betina kampung dan ayam jantan kampung dengan
ayam betina ras pedaging terhadap performa produktivitasnya yaitu bobot badan,
pertambahan bobot badan, konversi pakan, konsumsi pakan, dan mortalitas, pada
umur 0-12 minggu. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi informasi bagi
peternak dalam penyediaan bibit ayam silangan yang mempunyai mutu genetik
yang baik.

METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai Desember 2013.
Penelitian dilakukan di Laboratorium Lapang Pemuliaan dan Genetika Fakultas
Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Alat
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah 2 buah kandang berukuran 3
x 4 m, sekat bambu kandang kecil sebanyak 20 unit, tempat minum galon
kapasitas 1 L sebanyak 20 buah, dan tempat pakan sebanyak 20 buah. Timbangan
digital OSUKA dengan ketelitian 0.5 g. Alat lain yang juga digunakan yaitu
lampu, seng pembatas, wadah, gayung, dan kabel.
Bahan
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah 2 ekor ayam pejantan ras
pedaging, 10 ekor ayam ras pedaging betina dewasa, 3 ekor ayam pejantan
kampung, 15 ekor ayam betina kampung dewasa, ayam keturunan pertama (F1)
persilangan ayam ras pedaging jantan dengan ayam kampung betina (BK), serta
ayam keturunan pertama (F1) persilangan ayam kampung jantan dengan ayam ras
pedaging betina (KB). Ayam persilangan yang digunakan adalah ayam berumur
sehari (DOC) sampai berumur 12 minggu. Bahan lain yang digunakan adalah
sekam, pakan komersial berbentuk crumble, dedak, vitachick, vitastress, dan
vaksin ND.
Prosedur
Pemeliharaan
Kandang dipersiapkan terlebih dahulu dan dibersihkan menggunakan sapu
lidi dan sapu ijuk. Lantai dan sekat bambu juga dilakukan pembersihan basah
menggunakan air dan kapur. Pembatas sekat, lampu, tempat minum, dan tempat
pakan diatur sesuai kebutuhan jumlah ayam setiap penetasan.

3
Pengoleksian telur dilakukan setiap pagi, siang, dan sore. Telur dari
indukan ayam ras pedaging dan kampung ditetaskan di mesin tetas untuk
memperoleh DOC hasil silangan dengan jarak tetas setiap 1 minggu sekali. DOC
dipasang wing band untuk memudahkan pencatatan data penelitian.
Pemeliharaan ayam silangan berumur 0-4 minggu dilakukan pada 1 sekat
bambu kandang kecil. Ukuran sekat bambu kandang kecil berdasarkan jumlah
ayam pada setiap penetasan telur. Sekat bambu kandang kecil antar kelompok
ayam dibedakan berdasarkan ulangan penetasan. Ayam silangan yang sudah
berumur 5 minggu (F1 KB dan BK) dipisah berdasarkan jenis silangan dan juga
dipisah berdasarkan jenis kelamin (jantan dan betina) dari setiap jenis ayam
silangan. F1 KB dan BK ditimbang setiap 1 minggu sekali.
Vaksinasi ND dilakukan saat ayam berumur 3 hari, 3 minggu, 3 bulan, dan
setelah itu dilakukan setiap 3 bulan sekali. Vaksinasi ND dilakukan dengan
metode tetes mata pada umur 3 hari, setelah itu vaksinasi ND diberikan dengan
cara suntikan intramuskuler di dada pada umur 3 minggu, 3 bulan, dan setiap 3
bulan sekali. Dosis vaksin yang diberikan per ekor sebesar 0.2 ml. Vitachick
dicampur ke dalam air minum dan diberikan kepada ayam silangan dari DOC
sampai berumur 2 minggu dengan dosis 1.5 g L-1.
Pemberian Pakan
Pakan dan air minum diberikan ad libitum selama pemeliharaan.
Kandungan nutrisi ransum disusun sesuai kebutuhan ayam kampung pada SNI
(7783-2013). Pakan komersial untuk ayam ras pedaging fase starter berbentuk
crumble diberikan pada anak ayam umur sehari (DOC) sampai 3 minggu,
selanjutnya dari umur 4-12 minggu diberi campuran dedak dengan komposisi
sebagai berikut :
ayam berumur 4 minggu
: 80% pakan komersial untuk ayam ras pedaging
fase starter berbentuk crumble dicampur dengan
20% dedak padi
ayam berumur 5-12 minggu : 60% pakan komersial untuk ayam ras pedaging
fase starter berbentuk crumble dicampur dengan
40% dedak padi.
Analisa Data
Uji T digunakan untuk mengetahui perbedaan rataan bobot badan,
pertambahan bobot badan, konsumsi pakan, konversi pakan, dan mortalitas antara
keturunan pertama (F1) persilangan resiprokal kampung dengan ras pedaging.
Perbandingan yang dianalisa ada 4 yaitu KB jantan-BK jantan, KB betina-BK
betina, KB jantan-KB betina, BK jantan-BK betina. Rumus dari uji T (Walpole
1995) adalah sebagai berikut :
t=

Keterangan :

xa = rataan sampel a
xb = rataan sampel b
μa = rataan populasi a
μb = rataan populasi b

xa − xb − (μa − μb )
sb a 2
na

+

sb b 2
nb

sba = simpangan baku a
sbb = simpangan baku b
na = jumlah sampel a
nb = jumlah sampel b.

4
Rumus dari Laju pertumbuhan relatif (k) menurut Broody (1945) sebagai berikut
k=
Keterangan :

(W 2 − W 1 )/(t 2 − t 1 )
0.5(W 2 + W 1 )

W1 = bobot badan pada umur t1
W2 = bobot badan pada umur t2.

Rumus dari laju pertumbuhan untuk menduga pertumbuhan optimal menurut
Broody (1945) sebagai berikut
Wt = Wo × ekt
Keterangan :

Wt
Wo
t
k
e

= bobot badan umur t (g)
= bobot badan umur 0 (awal) (g)
= umur (minggu)
= koefisien laju pertumbuhan
= konstanta (bilangan natural = 2.7183).

Peubah yang diamati
Peubah yang diukur sejak ayam berumur sehari (DOC) sampai ayam
berumur 12 minggu yaitu:
1. Konsumsi pakan (g ekor-1 hari-1) = jumlah pemberian pakan - sisa pakan
2. Bobot badan (BB) dalam satuan gram ekor-1 minggu-1
3. Pertambahan bobot badan (PBB) dalam satuan gram ekor-1 = bobot
badan akhir - bobot badan awal
ΣKonsumsi pakan
4. Konversi pakan =
5. Mortalitas (%) =

ΣPBB
Σ ayam mati

Σ ayam awal

× 100%

HASIL DAN PEMBAHASAN
Sampel Penelitian
Sebelum penelitian dimulai, 1 ayam jantan ras pedaging (broiler breeder)
mati karena tidak bisa beradaptasi dengan lingkungan yang berada pada
Laboratorium Lapang Pemuliaan dan Genetika Fakultas Peternakan, Institut
Pertanian Bogor sehingga ayam ras pedaging jantan yang digunakan hanya 2 ekor.
Perkawinan alami menggunakan sistem pen mating yaitu 1 ekor jantan
mengawini sekelompok betina. Selama penelitian, setiap 1 ekor ayam jantan
mengawini 5 ekor ayam betina. Pada Tabel 1 disajikan jumlah, bobot badan, dan
koefisien keragaman indukan ayam yang digunakan pada penelitian ini.
Tabel 1 Jumlah, bobot, dan koefisien keragaman indukan ayam
Persilangan
BK
KB

Indukan

Jumlah (ekor)

Bobot rata-rata (g)

Broiler breeder ♂
Kampung ♀
Kampung ♂
Broiler breeder ♀

2
10
3
15

7 650 ± 50
1 933 ± 126
3 347 ± 189
4 276 ± 171

Koefisien
keragaman (%)
0.6
6.5
5.6
4.3

5
Persilangan ayam jantan ras pedaging parent stock dengan ayam betina
kampung (BK) menghasilkan DOC sebanyak 22 ekor, sedangkan persilangan
ayam jantan kampung dengan ayam betina ras pedaging parent stock (KB)
menghasilkan DOC sebanyak 80 ekor. Ayam BK unsex 2 ekor dan ayam KB
unsex 6 ekor karena ayam mati sebelum dikelompokkan menurut jenis kelamin
pada minggu ke-5. Jumlah F1 KB dan BK berdasarkan jenis kelamin disajikan
pada Tabel 2.
Tabel 2 Jumlah F1 persilangan KB dan BK
Persilangan
F1 BK
F1 KB

Sex
Jantan (ekor)
10
40

Betina (ekor)
10
34

Unsex (ekor)

Total (ekor)

2
6

22
80

Ket: F1 BK = Filial pertama persilangan ayam broiler breeder ♂dengan ayam kampung ♀
F1 KB = Filial pertama persilangan ayam kampung ♂ dengan ayam broiler breeder ♀

Perbedaan hasil penetasan diantara kedua persilangan tersebut dikarenakan
kesulitan ayam jantan broiler mengawini ayam betina kampung dan persentase
hen day yang rendah sehingga F1 BK lebih sedikit dibandingkan F1 KB.
Kesulitan persilangan BK dikarenakan bobot badan ayam broiler jantan terlalu
berat (7 650 g) jika dibandingkan dengan ayam kampung betina (1 930 g).
Menurut Leeson dan summer (2005) bahwa ayam jantan yang overweight akan
menurunkan performa penetasan karena kualitas sperma kurang baik dan
rendahnya frekuensi perkawinan. Bobot badan ayam kampung jantan (3 347)
tidak terlalu berat jika dibandingkan dengan ayam ras pedaging betina (4 276 g)
sehingga perkawinan secara alami tidak menjadi kendala performa penetasan pada
persilangan KB.
Konsumsi Pakan
Ayam yang berumur kurang dari 12 minggu mengonsumsi ransum
utamanya untuk memenuhi hidup pokok dan pertumbuhan. Hasil penelitian
menunjukkan setiap minggu ayam KB dan BK terjadi peningkatan jumlah
konsumsi. Hal ini karena pertambahan bobot badan diiringi dengan peningkatan
jumlah konsumsi. Menurut Ensminger (2004) konsumsi pakan meningkat seiring
dengan meningkatnya bobot badan.
Ayam BK jantan mengonsumsi pakan lebih banyak dibandingkan KB
jantan, KB betina, dan BK betina. Konsumsi antara ayam KB jantan dengan BK
jantan tidak berbeda nyata selama pemeliharaan, demikian halnya konsumsi ayam
KB betina dengan BK betina sama setiap minggunya. Menurut Wahju (2004)
faktor yang mempengaruhi konsumsi pakan antara lain umur, nutrisi ransum,
kesehatan, bobot badan, suhu dan kelembaban, serta kecepatan pertumbuhan.
Total konsumsi ayam KB jantan (6 035 g) dan BK jantan (6 174 g) lebih
tinggi (P