Hambatan-hambatan dalam Pelaksanaan Pembagian Harta Bersama di Pengadilan Agama Sukoharjo

B. Hambatan-hambatan dalam Pelaksanaan Pembagian Harta Bersama di Pengadilan Agama Sukoharjo

Didalam Pelaksanaan Pembagaian Harta bersama Perkara Nomor: 0910/Pdt.G/2010/PA.Skh

Hambatan-hambatan

dalam pelaksanaan pembagian harta bersama dapat berupa teknis administratif meliputi tata cara pengajuan perkara sampai dengan pemanggilan para pihak, sedangkan teknis yudisial meliputi proses pemeriksaan perkara perceraian dan pembagian harta bersama sampai dengan eksekusi putusan hakim. Dalam proses persidangan ada hambatan antara lain tidak cukup bukti yang diajukan oleh penggugat maupun tergugat, para pihak saling mempertahankan pendapatnya masing- masing dan hambatan bagi hakim saat melakukan pembuktian harta bersama di lapangan karena harta bersama yang berupa rumah atau tanah harus dibuktikan kebenarannya sesuai dengan bukti yang diajukan di persidangan dan hakim akan melakukan peninjauan dilapangan untuk membuktikan data- data tentang ukuran rumah /atau tanah, besar, kecil dan luas bangunan di sesuaikan dengan data-data yang diajukan oleh para pihak.

Menurut para Hakim di Pengadilan Agama Sukoharjo yang memeriksa dan memutus perkara Nomor : 0910/Pdt.G/2010/PA.Skh, yaitu:

1) Menurut Abdul Basyir (hakim Pengadilan Agama Sukoharjo)

Beliau mengatakan dalam hal Pembagian Harta Bersama terdapat berbagai macam kendala sehingga pada saat berlangsungnya persidangan hakim selalu menyarankan kepada para pihak untuk saling melakukan mediasi baik diluar pengadilan maupun didalam pengadilan, Untuk pembagian harta bersama yang berbentuk rumah maka hakim akan menyerahkan kepada para pihak untuk diselesaikan secara musyawarah terlebih dahulu bila terjadi kesepakatan maka salah satu pihak harus mengalah dan ditetapkan dalam amar putusan majelis hakim, tetapi bila tidak terjadi kesepakatan maka majelis hakim akan secara adil memutuskan pembagin harta bersama bersama berupa rumah tersebut yaitu rumah tersebut dibagi dua yaitu setengah untuk pemohon dan setengah untuk termohon, dan untuk harta bersama berupa tanah yang

commit to user

menentukan bagian masing-masing, tanah yang berbidang-bidang yang letaknya berbeda-beda tersebut sangat sulit, meskipun telah dilakukan

pembagian masing-masing 1/2 (seperdua) tapi para pihak tidak puas terhadap pembagian tersebut maka hakim akan tetap menetapkan pembagian secara adil dan merata.

Dalam kondisi dan keadaan tertentu, terjadi kesulitan dalam membuktikan harta bersama Sebagai contoh: sebelum perkawinan suami telah memiliki sebidang tanah, maka apabila merujuk kepada Pasal 35 ayat (1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan ini merupakan harta bawaan. Namun kemudian dalam perkawinan tanah tersebut dijual dan dibelikan rumah atas nama isteri, maka dalam kasus ini kedudukan harta menjadi rumit karena apabila mengacu kepada Pasal

35 ayat (1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan, harta yang diperoleh dalam perkawinan adalah harta bersama, tanpa mempersoalkan asal harta tersebut. Apabila hal ini dipermasalahkan oleh suami sewaktu terjadi pembagian harta bersama akan sangat susah untuk melakukan pembuktian atas harta tersebut dan harta tersebut bisa dikatakan sebagai harta bersama karena pembelian rumah tersebut dilakukan setelah terjadi pernikahan.

Dalam acara pembuktian dipersidangan diperlukan pemeriksaan setempat apabila terdapat barang sengketa yang dilakukan penyitaan dimana barang tersebut berada di luar wilayah yurisdiksi Pengadilan Agama Sukoharjo. Sehingga perkara tersebut dalam hal ini memakan waktu lama, tempat dan biaya yang tidak sedikit. Dalam hal kelengkapan bukti-bukti mengenai suatu Harta Bersama Banyak sekali terjadi ketidak lengkapan terhadap spesifikasi harta contoh : ukuran luas tidak jelas, batas-batas tidak jelas, sehingga sulit bagi hakim dalam menetapkan pembagian harta bersama (wawancara pada Tanggal 23 Nopember 2012 pukul 09.30 – 11.00 di Pengadilan Agama Sukoharjo).

commit to user

Pembagian harta bersama yang berbentuk tanah/atau rumah menurut Amir selaku Panitera Pengadilan Agama Sukoharjo memang akan cukup

rumit apabila hanya berupa putusan pengadilan yang menyatakan bahwa harta bersama tersebut dibagi menjadi dua bagian yang sama besarnya, dalam hal ini masalah penentuan luas tanah yang akan menjadi bagian masing-masing pihak. Kondisi ini menurut beliau bisa diatasi dengan 2 (dua) hal, yaitu:

a) berdasarkan putusan pengadilan para pihak mengajukan kepada kantor pertanahan setempat untuk melakukan pemecahan bidang tanah yang semula merupakan 1 (satu) bidang menjadi 2 (dua) bidang yang sama besarnya, untuk kemudian diterbitkan sertipikat baru atas bidang-bidang tanah tersebut;

b) Menjual bidang tanah tersebut dengan persetujuan kedua belah pihak dan hasil penjualan tersebut dibagi untuk bagian yang sama besarnya. (wawancara pada Tanggal 23 Nopember 2012 pukul 09.30 – 11.00 di Pengadilan Agama Sukoharjo).

Berdasarkan putusan Nomor : 0910/Pdt.G/2010/PA.Skh, Pembuktian harta bersama merupakan suatu hal lain yang cukup rumit dalam proses pembagian harta bersama. Pembuktian mengenai tanah/atau rumah dapat dilakukan dengan melihat bukti dokumen-dokumen penting, keterangan saksi-saksi dan melihat bagaimana proses pendaftaran tanah tersebut ke pejabat Badan Pertanahan Nasional, setelah dirasa baik maka barulah Hakim memutuskan sesuai dengan rasa keadilan dan kemanusiaan. Sistem pembuktian yang dianut di pengadilan Agama tidak bisa dilepaskan dari Hukum Acara Perdata, tidak bersifat Stelsel negative menurut undang- undang, seperti dalam proses pemeriksaan pidana yang menurut pencarian kebenaran yaitu :

a) Harus dibuktikan berdasarkan alat bukti yang mencapai batas minimal pembuktian, yakni sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah dalam arti memenuhi syarat formil dam materiil.

commit to user

kesalahan terdakwa. Sistem inilah yang dianut oleh Pasal 183 Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP).

Pengadilan Perdata tidak dilarang mencari dan menemukan kebenaran materiil, namun apabila kebenaran materiil tidak ditemukan dalam peradilan perdata, hakim dibenarkan hukum mengambil putusan berdasarkan kebenaran formil. Dalam rangka mencari kebenaran formil, perlu diperhatikan beberapa prinsip sebagai pegangan bagi hakim maupun para pihak yang berperkara.

Berdasarkan atas keterangan dan pendapat dari para Hakim dalam Pelaksanaan Pembagian Harta Bersama terhadap putusan putusan Nomor : 0910/Pdt.G/2010/PA.Skh, hambatan-hambatan yang dihadapi adalah bahwa penyelesaian kasus atau perkara pembagian harta bersama sebagai akibat dari perceraian yang telah diputus, Hakim mengalami suatu permasalahan- permasalahan sebagai berikut : Dalam proses persidangan ada hambatan- hambatan antara lain tidak cukup bukti yang diajukan oleh penggugat maupun tergugat, para pihak saling mempertahankan pendapatnya masing- masing dan hambatan bagi hakim saat melakukan pembuktian harta bersama di lapangan karena harta bersama yang berupa rumah atau tanah harus dibuktikan kebenarannya sesuai dengan bukti yang diajukan di persidangan dan hakim akan melakukan peninjauan dilapangan untuk membuktikan data- data tentang ukuran rumah /atau tanah, besar, kecil dan luas bangunan di sesuaikan dengan data-data yang diajukan oleh para pihak. Untuk mengatasi hambatan-hambatan yang ada, Pengadilan Agama Sukoharjo melakukan upaya dengan sungguh–sungguh mempertimbangkan keterangan saksi serta menilai alat bukti lain agar putusan yang diambil nanti tidak merugikan salah satu pihak, Selain itu para pihak yang saling mempertahankan pendapatnya hakim berusaha menengahi dengan tidak memihak salah satu pihak.

commit to user