METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

4. 1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di PT Jakarana Tama Foods Industry (PT JTFI), yang berlokasi di Jl. Raya Ciawi-Sukabumi km 2,5 No.88 Ciawi, Bogor. Pemilihan lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive) dengan mempertimbangkan bahwa PT JTFI merupakan salah satu produsen Mie Instant yang mengalami penurunan volume penjualan akibat persaingan yang semakin ketat. Kegiatan pengambilan data penelitian dilaksanakan pada bulan Juni – Agustus 2008.

4. 2 Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder, baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Data primer berupa data yang diperoleh dari hasil pengamatan langsung dan wawancara kuesioner kepada pihak perusahaan. Data sekunder berupa dokumen perusahaan, data dari instansi pemerintahan, internet, dan studi pustaka untuk rujukan teoritis yang sesuai dengan topik penelitian.

4. 3 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data primer dilakukan melalui wawancara dengan pihak PT JTFI yang terkait langsung dan memahami kegiatan pemasaran. Wawancara yang dilakukan adalah berhubungan dengan kegiatan bauran pemasaran PT JTFI yaitu tujuan dari kegiatan pemasaran dan pemilihan strategi Metode pengumpulan data primer dilakukan melalui wawancara dengan pihak PT JTFI yang terkait langsung dan memahami kegiatan pemasaran. Wawancara yang dilakukan adalah berhubungan dengan kegiatan bauran pemasaran PT JTFI yaitu tujuan dari kegiatan pemasaran dan pemilihan strategi

Pengisian matriks berpasangan melalui kuesioner dilakukan kepada empat responden yaitu masing-masing Manajer Departemen, diantaranya Departemen Pemasaran, Departemen Keuangan, Departemen Quality Assurance, dan Departemen Produksi. Pemilihan responden dilakukan dengan mempertimbangkan tingkat pemahaman terhadap pemasaran dan keterkaitannya setiap bagian perusahaan tersebut terhadap strategi pemasaran. Kuesioner matriks berpasangan dapat dilihat pada Lampiran 2.

Pengumpulan data sekunder diperoleh dari instansi terkait, internet, dokumen perusahaan, dan studi pustaka. Data tersebut diperoleh langsung dan izin resmi, sehingga data tersebut bisa dipertanggung jawabkan.

4. 4 Metode Pengolahan dan Analisis Data

4. 4. 1 Metode Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif adalah transformasi data mentah ke dalam bentuk yang mudah dipahami atau diinterpretasikan (Simamora, 2004). Analisis deskriptif adalah analisis pendahuluan untuk mengetahui karakteristik setiap variabel yang digunakan. Untuk mengetahui strategi pemasaran yang telah dilakukan oleh perusahaan juga dianalisis secara deskriptif.

4. 4. 2 Metode Proses Hirarki Analitik (PHA)

Alat analisis PHA menyediakan prosedur yang dalam mengidentifikasi dan menentukan prioritas dalam pengambilan keputusan strategi pemasaran yang tepat. Alat analisis ini penting untuk diaplikasikan karena mencakup penilaian Alat analisis PHA menyediakan prosedur yang dalam mengidentifikasi dan menentukan prioritas dalam pengambilan keputusan strategi pemasaran yang tepat. Alat analisis ini penting untuk diaplikasikan karena mencakup penilaian

Langkah-langkah kerja utama PHA (Saaty, 1993) adalah sebagai berikut:

1. Mendefinisikan persoalan dan merinci pemecahan persoalan yang diinginkan. Pada langkah ini diperlukan penguasaan masalah yang mendalam, perhatian ditujukan kepada pemilihan tujuan, kriteria, dan elemen-elemen yang menyusun struktur hirarki.

2. Membuat struktur hirarki dari sudut pandang Stakeholder secara menyeluruh. Struktur hirarki ini mempunyai bentuk yang saling terkait, tersusun dari sasaran utama, sub-sub tujuan, faktor-faktor pendorong yang mempengaruhi sub-sub sistem tujuan tersebut, pelaku-pelaku yang memberi dorongan, tujuan-tujuan pelaku dan akhirnya ke altrenatif strategi, pilihan, dan skenario.

3. Menyusun matriks banding berpasangan Matriks banding berpasangan untuk kontribusi atau pengaruh setiap elemen yang relevan atas setiap kriteria yang berpengaruh dan berada setingkat di atasnya. Matriks banding berpasangan dimulai dari puncak hirarki untuk fokus

G, yang merupakan dasar untuk melakukan perbandingan antar elemen yang terkait dan ada dibawahnya. Perbandingan berpasangan pertama dilakukan pada elemen tingkat kedua (F 1 , F 2 , F 3 ,..., F n ) terhadap fokus G yang ada di puncak hirarki. Menurut perjanjian, suatu elemen yang ada di sebelah kiri diperiksa perihal dominasi atas suatu elemen di puncak matriks.

4. Mengumpulkan semua pertimbangan yang diperlukan untuk pengembangan perangkat matriks di langkah tiga. Pada langkah ini dilakukan perbandingan berpasangan antar variabel dapat dilakukan dengan pertanyaan. Untuk mengisi matriks berpasangan, digunakan skala banding yang bisa dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Nilai Skala Banding Berpasangan

Intensitas

Penjelasan Pentingnya

Definisi

Kedua elemen sama

Dua elemen

1 pentingnya

menyumbangkan sama besar pada sifat itu

Elemen yang satu sedikit Pengalaman dan lebih penting dari elemen pertimbangan sedikit

3 yang lainnya

menyokong satu elemen atas elemen yang lainnya

Elemen yang satu sangat Pengalaman dan penting daripada elemen pertimbangan dengan

5 yang lainnya

kuat menyokong satu elemen atas elemen yang lainnya

Satu elemen dengan penting daripada elemen kuat disokong dan

Satu elemen jelas lebih

yang lainnya

dominannya telah terlihat dalam praktek

Satu elemen mutlak lebih Bukti yang menyokong penting daripada elemen elemen yang satu atas yang lainnya

yang lainnya memilih

9 tingkat penegasan yang

tertinggi yang mungkin menguatkan

Kompromi diperlukan 2,4,6,8

Nilai-nilai diantara dua

pertimbangan yang

diantara dua

pertimbangan Jika untuk kualitas i mendapat satu angka bila Kebalikan

berdekatan

dibandingkan dengan aktifitas j, maka j memiliki nilai kebalikannya bila dibandingkan dengan i

Sumber : Saaty, 1993

5. Memasukan nilai-nilai kebalikan beserta bilangan 1 sepanjang diagonal utama, penentuan proiritas dan pengujian konsistensi. Angka 1 sampai 9 digunakan bila Fi lebih mendominasi atau mempengaruhi sifat fokus puncak hirarki (G) 5. Memasukan nilai-nilai kebalikan beserta bilangan 1 sepanjang diagonal utama, penentuan proiritas dan pengujian konsistensi. Angka 1 sampai 9 digunakan bila Fi lebih mendominasi atau mempengaruhi sifat fokus puncak hirarki (G)

6. Melaksanakan langkah 3, 4, 5 untuk semua elemen pada setiap tingkat keputusan yang tedapat pada hirarki, berkenaan dengan kriteria elemen di atas. Metode pembandingan dalam metode PHA dibedakan menjadi dua, yaitu: Matriks Pendapat Individu (MPI) dan Matriks Pendapat Golongan (MPG). MPI adalah matriks hasil perbandingan yang dilakukan individu. MPI mempunyai elemen yang disimbolkan dengan aij yaitu elemen matriks pada baris kei dan kolom ke-j (Tabel 10). Tabel 10. Matriks pendapat Individu (MPI)

... aij Sumber: Saaty, 1993

MPG adalah susunan matriks baru yang elemen (Gij) berasal dari rata-rata geometriks pendapat-pendapat individu yang rasio inkonsistennya lebih kecil atau sama dengan 10 %, dan setiap elemen pada baris dan kolom yang sama dari MPI yang satu dengan MPI yang lainnya tidak terjadi konflik. Matriks Pendapat Gabungan dapat dilihat pada Tabel 11. Persyaratan MPG yang bebas dari konflik adalah: MPG adalah susunan matriks baru yang elemen (Gij) berasal dari rata-rata geometriks pendapat-pendapat individu yang rasio inkonsistennya lebih kecil atau sama dengan 10 %, dan setiap elemen pada baris dan kolom yang sama dari MPI yang satu dengan MPI yang lainnya tidak terjadi konflik. Matriks Pendapat Gabungan dapat dilihat pada Tabel 11. Persyaratan MPG yang bebas dari konflik adalah:

b. Tidak terdapat angka kelebihan (resipokal) pada baris dan kolom yang sama. Tabel 11. Matriks Pendapat Gabungan (MPG)

... gij Sumber: Saaty, 1993

Rumus matematika yang digunakan unutuk memperoleh rata-rata geometrik adalah:

Gij = m

ij ) k

Dimana : Gij = Elemen MPG baris ke-i, kolom ke-j (aij) = Elemen baris ke-i dan MPI ke-k M = Jumlah MPI yang memenuhi syarat

= Perkalian dari elemen k=1 sampai k=m

= akar pangkat dari m

7. Mensintesis prioritas untuk melakukan pembobotan vektor-vektor prioritas. Menggunakan komposisi secara hirarki untuk mebobotkan vektor-vektor prioritas itu dengan bobot kriteria-kriteria dan menjumlahkan semua nilai prioritas terbobot yang bersangkutan dengan nilai prioritas dari tingkat bawah berikutnya dan seterusnya. Pengolahan matriks pendapat terdiri dari dua tahap, yaitu: (1) pengolahan horizontal dan (2) pengolahan vertikal. Kedua jenis 7. Mensintesis prioritas untuk melakukan pembobotan vektor-vektor prioritas. Menggunakan komposisi secara hirarki untuk mebobotkan vektor-vektor prioritas itu dengan bobot kriteria-kriteria dan menjumlahkan semua nilai prioritas terbobot yang bersangkutan dengan nilai prioritas dari tingkat bawah berikutnya dan seterusnya. Pengolahan matriks pendapat terdiri dari dua tahap, yaitu: (1) pengolahan horizontal dan (2) pengolahan vertikal. Kedua jenis

a. Pengolahan horizontal bertujuan untuk melihat prioritas suatu elemen terhadap tingkat yang berada satu tingkat di atas elemen tersebut, yang terdiri dari tiga bagian, yaitu penentuan vektor prioritas (Rasio vektor Eigen), uji konsistensi, dan revisi MPI dan MPG yang memiliki rasio inkonsistensi tinggi. Tahapan perhitungan yang dilakukan pada pengolahan horizontal ini adalah:

1) Perkalian baris (Z) atau Vektor Eigen (VE) dengan rumus:

= n ∏ a ij (i, j = 1, 2, ..., n)

Zi

2) Perhitungan Vektor Prioritas (VP) atau Rasio Vektor Eigen adalah:

ij

k = Vpi 1 =

VP = (VP i ), untuk i = 1, 2, ..., n

ij ∑∏ a i

3) Perhitungan nilai Eigen Maks ( maks ), dengan rumus: VA = (aij) x VA dengan VA = (Vai)

VA

VB = dengan VB = (Vbi)

VP i

maks

vb i untuk i

= 1, 2, 3, ..., n

4) Perhitungan Indeks Inkonsistensi (CI) dengan rumus: λ maks − n

CI = n − 1

5) Perhitungan Rasio Inkonsistensi (CR) adalah: CI

CR = RI

RI = Indeks acak (random indeks) yang dikeluarkan olek oak Laboratory (Saaty, 1993) dari matriks berorde 1 s/d 15 yang menggunakan sample berukuran 100.

Nilai rasio inkonsistensi (CR) yang lebih kecil atau sama dengan 10 % merupakan nilai yang mempunyai tingkat konsistensi yang baik dan dapat dipertanggung jawabkan. Hal ini dikarenakan CR merupakan tolak ukur bagi konsistensi atau tidaknya suatu hasil perbandingan berpasangan dalam suatu matriks pendapat.

Tabel 12. Nilai Indeks Acak

Orde (n) Indeks Acak RI) Orde (n) Indeks Acak (RI)

14 1,57 Sumber: Saaty, 1993

b. Pengolahan vertikal, yaitu menyusun prioritas setiap elemen pada tingkat hirarki keputusan tertentu terhadap sasaran utama atau fokus. Apabila didefinisikan sebagai nilai prioritas pengaruh elemen ke-j pada tingkat ke-i terhadap sasaran utama, maka:

Cvij = CH ∑ ij ( t − 1 ) xVWt ( i = 1 )

Untuk i = 1, 2, 3, ..., p J = 1, 2, 3, ..., r t = 1, 2, 3, ..., s

Dimana: CHij (t, i-1) = nilai prioritas pengaruh elemen ke-i terhadap elemen ke-t pada tingkat di atasnya (i-1), yang diperoleh dari hasil pengolahan horizontal.

VWt(i-1) = nilai prioritas pengaruh elemen ke-t pada tingkat ke-(i-1) terhadap sasaran utama, yang diperoleh dari hasil perhitungan horizontal.

p = jumlah tingkat hirarki keputusan. r

= jumlah elemen yang ada pada tingkat ke-i s

= jumlah elemen yang ada pada tingkat ke-(i-1)

8. Mengevaluasi konsistensi untuk seluruh hirarki Langkah ini dilakukan dengan mengalikan setiap indeks kosistensi dengan prioritas kriteria yang bersangkutan dan menjumlahkan hasil kalinya. Hasil ini dibagi dengan pernyataan sejenis yang menggunakan indeks acak, yang sesuai dengan dimensi masing-masing matriks. Dengan cara yang sama, setiap indeks acak dibobot berdasarkan prioritas kriteria yang bersangkutan yang hasilnya dijumlahkan. Rasio inkonsistensi ini harus bernilai 10 % atau kurang. Jika tidak, mutu informasi harus ditinjau kembali dan diperbaiki, antara lain dengan memperbaiki cara menggunakan pertanyaan pada saat pengisian ulang kuesioner dan dengan lebih mengarahkan responden pada perbandingan berpasangan.

Langkah 1, 2, dan 3 pada penelitian ini dilakukan melalui pengamatan langsung di lapang dan hasil wawancara dengan pihak perusahaan. Langkah 4 didapatkan dari hasil pengisian kuesioner oleh masing-masing responden, dalam penelitian ini yaitu Manajer Departemen Pemasaran, Manajer Departemen Keuangan, Manajer Departemen Quality Assurance dan Manajer Departemen Produksi. Langkah 5, 6, 7, dan 8 diolah dengan menggunakan program komputer Expert Choice Version 2000 .

4. 5 Sistem Hirarki Keputusan

Dalam melakukan pengolahan data dengan metode AHP dibutuhkan sistem hirarki keputusan yang berkaitan dengan masalah penelitian. Abstraksi sistem hirarki tersebut bisa dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Abstraksi Sistem Hirarki Keputusan

Sumber: Saaty, 1993

Menurut Saaty (1993), penentuan perangkat komponen sistem hirarki dalam PHA tidak memiliki prosedur yang pasti, sehingga sistem tidak harus terbentuk secara mutlak dari komponen-komponen seperti gambar diatas. Fokus dalam tahap ini adalah komponen-komponen sistem yang dipilih dan dipergunakan dalam membentuk sistem hirarki yang ada. Hal ini diidentifikasikan berdasarkan kemampuan analisis dalam menemukan unsur-unsur yang dimaksud, sehingga penentuan unsur-unsur tersebut tergantung dari penguasaan para pakar terhadap persoalan atau masalah yang akan dipecahkan.

4. 6 Definisi Operasional

Sistem hirarki keputusan yang berkaitan dengan masalah penelitian ini adalah penjabaran dari setiap unsur yang berpengaruh dalam penentuan strategi

Prioritas Strategi Pemasaran Gaga Mie 100 PT JTFI

Meningkatkan

Meningkatkan Penjualan

q Kualitas

q Iklan Televisi q Kuantitas

q Biaya

q Kemudahan

q Iklan reklame q Desain kemasan

Operasional

Mendapatkan

q Potongan harga q Merek

q Segmentasi

q Ketersediaan

Konsumen

Produk

q Hadiah

q Harga

q Kebersihan

q Peragaan

Pesaing

Tempat

q Hubungan Masyarakat

q Pemasaran Langsung

Gambar 3. Abstraksi Sistem Hirarki Keputusan Strategi Pemasaran

§ Tingkat 1 menunjukan fokus, yaitu tujuan yang ingin dicapai dari penelitian. Pada penelitian ini tujuannya untuk menentukan prioritas strategi pemasaran Gaga Mie 100 PT JTFI yang tepat.

§ Tingkat 2 adalah tujuan, yaitu tujuan dari kegiatan pemasaran yang dilakukan oleh PT JTFI yang terdiri dari tujuan meningkatkan penjualan, menghadapi persaingan, meningkatkan keuntungan.

§ Tingkat 3 adalah faktor, yaitu empat strategi bauran pemasaran yang terdiri dari produk, harga, tempat, dan promosi.

§ Tingkat 4 adalah subfaktor, yaitu penjabaran dari empat strategi bauran pemasaran.

1) Produk, merupakan salah satu dari strategi bauran pemasaran yang dijabarkan dengan strategi operasional antara lain: kualitas, kuantitas (ukuran/berat), desain kemasan, dan merek.

2) Harga, strategi operasional harga ditentukan dengan harga dari biaya operasional, harga berdasarkan segmentasi konsumen, dan berdasarkan harga produk pesaing.

3) Tempat, berhubungan dengan kemudahan untuk mendapatkannya, ketersediaan produk, dan kebersihan tempat.

4) Promosi merupakan sarana untuk menginformasikan kepada konsumen tentang nilai dari produk. Strategi operasional dari promosi antara lain: iklan di televisi, iklan reklame, potongan harga (Discount), peragaan (demo), pemberian hadiah, hubungan masyarakat, dan pemasaran langsung.