Penelitian Bidang Sanitasi dan Pelestarian Fungsi Lingkungan
2.5 Penelitian Bidang Sanitasi dan Pelestarian Fungsi Lingkungan
Penelitian ini dapat dikelompokkan ke dalam 2 (dua) bagian yaitu (i) rekayasa fisik yang menghasilkan berbagai variasi model sistem secara fisik dan (ii) model kebijakan yang menghasilkan berbagai variasi model sistem non fisik misalnya model sistem pendukung keputusan (decision support system), model optimasi perencanaan maupun manajemen sistem, model- model simulasi berbasis trial and error maupun berbasis sistem dinamis. Kedua kategori penelitian tersebut, pada dasarnya dapat saling melengkapi untuk landasan pengambilan keputusan.
2.5.1 Penelitian Ekologi Sanitasi
Program penelitian dibidang sanitasi yang berorientasi pada ekologi sanitasi (Sanitation Research) dan disingkat “SanRes” mulai diluncurkan pada tahun 1993 oleh Swedish International Development Corporation Agency (Sida). Mandat penelitian selama 9 (sembilan) tahun tersebut telah diselesaikan pada tahun 2001 dan dinilai berhasil karena pendekatan tersebut dapat diterima secara global dan menjadi bagian dari strategi pencapaian tujuan pembangunan global yang dikenal dengan Millennium Development Goals 2015, MDGs-2015
(EcoSanRes 2002) . Walaupun demikian, penelitian yang dilakukan sebagian besar berhubungan dengan pengembangan dan penerapan model fisik atau ikonik.
Pelajaran dan pengetahuan (lesson learned) dari hasil penelitian maupun penerapan Ecosan di daerah perdesaan maupun perkotaan diperoleh dari beberapa proyek percontohan peserta SanRes. Pelajaran dan pengetahuan tersebut berhubungan dengan (i) pembangunan dan pengoperasian serta pemeliharaan sistem Ecosan, (ii) siklus dan banyaknya nutrien dan fosfor yang dibangkitkan dari kotoran manusia, (iii) pemanfaatan kotoran manusia untuk pertanian, (iv) berbagai jenis teknologi yang diaplikasikan dilapangan (biogas, toilet kering, eco toilet) , (v) percepatan pembangunan dan pendekatan desentralisasi serta pendekatan sosial termasuk gender.
Peneltian EcoSan yang berhubungan dengan konstruksi, operasi dan pemeliharaan antara lain dilakukan oleh Jiang (2001), Jiayi dan Jungi (2001), Gajurel et al. (2001), Schattauer et al. (2001), Nyiraneza dan Huber (2001), Janssen 2001). Penelitian EcoSan ya ng berhubungan dengan produksi dan siklus penggunaan nutrien dan fosfor, dilakukan oleh Gumbo dan Savenije (2001). Penelitian EcoSan yang berhubungan dengan aspek kesehatan manusia dan pencemaran air dilakukan oleh Schonning dan Stenstron (2004), Austin (2001) Holmqvist and Stenstorm (2001), Jonsson et al. (2001), Peasey (2001), Shunchang et al (2001). Penelitian EcoSan yang berhubungan dengan aspek pemanfaatan produk untuk pertanian antara lain dilakukan oleh Bo (2001), Wudi et al . (2001). Penelitian EcoSan yang berhubungan dengan pengembangan alternatif teknologi terapan antara lain dilakukan oleh Guzha (2001), Breslin (2001), Chao (2001), Jiang (2001), Redinger et al. (2001), Funamizu et al. (2001), Clark (2001), Nguyen et al. (2001). Penelitian EcoSan yang berhubungan dengan prospek pembangunan dan strategi desentralisasi serta pendekatan sosial termasuk gender antara lain dilakukan oleh Andreas (2001), Cross and Salifu (2002), Hannan and Andersson (2001), Werner et al. (2001), Drangert (2001).
Penelitian penelitian Ekologi Sanitasi tersebut berhubungan dengan pengembangan dan penerapan model model fisik dari unsur unsur atau komponen komponen sistem pengeolaan air limbah setempat. Penelitian tersebut umumnya difokuskan untuk mendapatkan model fisik yang lebih efisien.
2.5.2 Penelitian Sanitasi di Indonesia
Penelitian Sanitasi di Indonesia juga terdiri dari 2 (dua) kelompok yaitu penelitian rekayasa fisik untuk menghasilkan model- model fisik atau ikonik, penelitian non fisik yang menghasilkan model- model kebijakan baik kualitatif maupun kuantitatif
Penelitian rekayasa fisik, pada umumnya dilakukan terhadap unsur-unsur fisik elemen-elemen sistem pengelolaan air limbah. Melalui penelitian rekayasa fisik tersebut dapat dikembangkan berbagai alternatif inovasi teknologi yang lebih sesuai untuk diaplikasikan di suatu daerah tertentu. Sekitar 118 (seratus delapan belas) fakta teknologi telah diidentifikasi dapat berpotensi menjadi objek penelitian (EPA 1978). Hasil penelitian tersebut diharapkan mampu menghasilkan berbagai alternatif teknologi yang dapat memenuhi tujuan spesifik yang ditetapkan yaitu (i) meningkatkan daur ulang dan pemanfaatan kembali (reuse) air, nutrien dan sumberdaya alam, (ii) meningkatkan konservasi, pemulihan kembali (recovery), pemanfaatan dan daur ulang energi, (iii) meningkatkan efektifitas penggunaan biaya untuk mencapai tujuan peningkatan kualitas air dan (iv) meningkatkan pengelolaan bahan beracun dan berbahaya.
Objek penelitian rekayasa teknik di Indonesia, pada umumnya dilakukan terhadap unsur-unsur sistem sanitasi setempat (on-site) seperti pengembangan cubluk kembar dan tangki septik. Contohnya adalah penelitian tangki septik multi kompartemen (Puskim 2000). Penelitian ini selain ditujukan untuk mengamati tingkat penurunan kualitas air limbah setelah melalui setiap kompartemen, juga untuk mengetahui efektifitas pelibatan masyarakat dalam proses perencanaan sampai dengan pengoperasiannya. Contoh lain adalah penelitian tangki anaerobik bermedia kontak, ditujukan untuk mendapatkan alternatif teknologi pengolahan air limbah rumah tangga setempat secara anaerobik dengan menggunakan media kontak bahan lokal (Sarbidi dan Sumijan 1999).
Penelitian yang berhubungan dengan perencanaan dan kebijakan, pada umumnya diarahkan unt uk menyediakan informasi dalam rangka pembenaran (justifikasi) terhadap usulan pembangunan infrastruktur pengolahan air limbah. Namun, penelitian yang dilakukan masih bersifat kasus per kasus sehingga belum tararah dan terstruktur secara baik. Contoh penelitian yang berhubungan dengan
perencanaan dan kebijakan (pre-emtif) yang bersifat spesifik lokasi adalah (i) studi kajian sumber pencemaran dan kualitas air sungai Citarum di Kabupaten Bandung (DLH Kab Bandung 2003) dan (ii) perhitungan daya tampung denga n pemodelan kualitas air DAS Citarum Hulu dan Tengah (BPLHD 2001). Kedua penelitian tersebut menghasilkan informasi mengenai tingkat pencemaran air sungai Citarum beserta anak-anak sungainya dan identifikasi sumber termasuk prakiraan beban pencemaran domestik maupun non domestik. Hasilnya digunakan sebagai acuan untuk merumuskan rekomendasi mengenai upaya-upaya pengendalian pencemaran yang harus dilakukan melalui pembangunan infrastruktur pengolahan air limbah. Variabel yang digunakan dalam analisis terfokus pada aspek teknis yang berhubungan dengan kualitas maupun kuantitas air. Selain daripada itu, ke dalam penelitian tersebut belum termasuk penelitian daya dukung dan daya tampung setiap kawasan yang mempertimbangkan aspek lingkungan, sosial ekonomi dan sosial budaya serta kelembagaan. Rekomendasi penanganan pencemaran lingkungan belum dilengkapi dengan skala prioritas pelaksanaannya.
Contoh penelitian kebijakan yang berhubungan dengan sanitasi skala nasional adalah (i) pengembangan fasilitas dan pelayanan air minum dan sanitasi berbasis masyarakat (Dikun 2002) dan (ii) studi kebijakan pembangunan prasarana dan sarana air bersih dan penyehatan lingkungan berbasis lembaga (Waspola 2003). Hasil kedua penelitian tersebut berupa arah kebijakan umum dan strategi pelaksanaannya yang dianalisis dan disintesakan dari serangkaian jajak pendapat. Oleh karena itu, masih perlu dijabarkan kedalam kebijakan-kebijakan operasional. Namun, didalam laporan tersebut tidak tercantum instrumen analisis yang digunakan sehingga keandalannya belum teruji secara ilmiah.
Penelitian-penelitian kebijakan tersebut, meskipun menggunakan model kualitatif dan kuantitatif, belum mempertimbangkan pengaruh umpan balik dari kebijakan yang dikembangkan. Penelitian di bidang sanitasi, khususnya bidang pengelolaan sampah perkotaan yang menggunakan sistem dinamis dan mempertimbangkan aspek umpan balik adalah penelitian yang dilakukan oleh Sumarto (1979). Pada penelitian tersebut, variabel kebijakan yang digunakan untuk merumuskan perbaikan manajeme n pengelolaan sampah adalah cakupan Penelitian-penelitian kebijakan tersebut, meskipun menggunakan model kualitatif dan kuantitatif, belum mempertimbangkan pengaruh umpan balik dari kebijakan yang dikembangkan. Penelitian di bidang sanitasi, khususnya bidang pengelolaan sampah perkotaan yang menggunakan sistem dinamis dan mempertimbangkan aspek umpan balik adalah penelitian yang dilakukan oleh Sumarto (1979). Pada penelitian tersebut, variabel kebijakan yang digunakan untuk merumuskan perbaikan manajeme n pengelolaan sampah adalah cakupan
Penelitian terkini di Indonesia yang berhubungan dengan lingkungan dan menggunakan pendekatan sistem dinamik, antara lain adalah yang dilakukan oleh Tasrif (2001), Rahardjo dan Saraswati (2001), Darsiharjo (2004), Pranoto (2005).
Model sistem dinamik untuk merumuskan kebijakan energi yang berwawasan lingkungan merupakan karya penelitian Tasrif (2001). Pada penelitian ini, variabel kebijakan yang digunakan analisis adalah deregulasi harga energi, pajak energi dan akselerasi lingkungan melalui konservasi energi, pengembangan pemanfaatan hidro dan panas bumi serta energi terbarukan lainnya. Variabel keputusan yang digunakan untuk acuan pengambilan keputusan adalah banyaknya emisi CO2 yang dibangkitkan dari berbagai simulasi variabel kebijakan.
Model sistem dinamik untuk memperkirakan pengimbuhan air tanah dikembangkan oleh Rahardjo dan Saraswati (2001). Pada penelitian ini variabel kebijakan yang digunakan sebaga i landasan simulasi adalah tutupan lahan terhadap ketepatan Rencana Tata Ruang Wilayah, sedangkan variabel keputusan yang digunakan adalah banyaknya imbuhan air tanah.
Model sistem dinamik untuk memperkirakan kesesuaian pemanfaatan lahan berkelanjutan di daerah hulu sungai dikembangkan oleh Darsihardjo (2004). Pada penelitian ini, variabel kebijakan yang digunakan adalah ketebalan tanah, koefisien aliran permukaan, biaya konservasi dan jenis tanaman yang menguntungkan. Variabel keputusan yang digunakan dalam simulasi adalah penghasilan petani.
Model sistem dinamis untuk merumuskan kebijakan pembangunan perdesaan berkelanjutan dalam kerangka Agropilitan dikembangkan oleh Pranoto (2004). Pada penelitian ini, variabel kebijakan yang digunakan untuk simulasi model adalah komoditi unggulan yang dapat diproduksi seperti bawang daun, cabe dan wortel, sedangkan variabel keputusan yang digunakan adalah bangkitan Model sistem dinamis untuk merumuskan kebijakan pembangunan perdesaan berkelanjutan dalam kerangka Agropilitan dikembangkan oleh Pranoto (2004). Pada penelitian ini, variabel kebijakan yang digunakan untuk simulasi model adalah komoditi unggulan yang dapat diproduksi seperti bawang daun, cabe dan wortel, sedangkan variabel keputusan yang digunakan adalah bangkitan
Penelitian yang berhubungan dengan sanitasi dan berorientasi pada model non fisik (kebijakan dan perencanaan) dirangkum pada Tabel 3. Tabel 3. Rangkuman Penelitian yang Berorientasi pada Model Kebijakan di
Bidang Sanitasi
Tujuan Penelitian No (Metoda)
1 Model Pengelolaan Sampah
Penduduk, Bangkitan Sampah, Perkotaan (Sistem Dinamis)
Ritasi angkutan sampah Mengembangkan Model untuk
Sektoral
Kebijakan Operasional
9 Variabel (Bangkitan Sampah, menilai efekti fitas Pengelolaan
Kepadatan rumah, kepadatan 2 Sampah di Asia (Analisis Lohani, 1979, 1981
Regional
Peringkat Negara
negara yang
penduduk, pengumpulan
Faktor dan Taxonomi)
Sektoral
dinilai
sampah, upah pekerja, rasio pekerja per penduduk
Mengevaluasi Proses
Keberadaan bakteri, emisi logam 3 Pengelolaan Lumpur Tinja
Pengolahan dan
(Pendekatan System)
berat, konsumsi energi, pemanasan global
limbah Indeks Potensi
4 Mengkaji Daya Tampung
BPLHD,
Mikro,
Sungai (ModKual)
Kualitas Air (Fisik dan Kimiawi)
Sektoral
Sungai (IPPS)
Mengembangkan Model 5 Kebijakan Energi yang
Pajak, harga energi, akselerasi berwawasan lingkungan
Makro,
Kebijakan
lingkungan, Emisi CO2 Memperkirakan Pengimbuhan
(Sistem Dinamis)
Energi Nasional
Rahardjo,
Kebijakan
6 Air Tanah di Depok (Sistem
Tutupan Lahan, Imbuhan Air
Pengembangan Kebijakan
Kebijakan dan
7 Pelayanan Air Minum dan
Kebutuhan dasar Air Minum, Sanitasi (Focus Group
Strategi Air Minum
Nasional
dan Sanitasi
kelembagaan masyarakat
Discu ssion)
Nasional
Limbah Domestik, pertanian, (Studi Kasus)
Monitoring dan Evaluasi
Sumber
8 Pencemaran Sungai Citarum
peternakan, industri Menilai Tingkat kesejahteraan
Pencemaran Air Sungai
Angka Harapan hidup, Daya Beli, 9 masyarakat (Skala Penilaian
BPS,
Makro
Indeks dan
Bappenas, UNDP 2004
Nasional
Peringkat
Angka Partisipasi Sekolah,
& Pembobotan)
Kebutuhan dasar Memperkirakan kesesuaian
Kesejahteraan
Ketebalan tanah, aliran 10 pemanfaatan Lahan di DAS
Kebijakan
peemukaan, biaya konservasi, Cikapundung (Sistem
jenis tanah, penghasilan petani Memperkirakan Komoditi
Unggulan daerah Agropolitan
Komoditi unggulan, bangkitan
11 (Analisis Kwadran, Sistem
Pranoto
Lokal
Perdesaan dalam
limbah pertanian, pendapatan
Agropilitan Model IPFLH
Membangun Model untuk Variabel IPFLH: Investasi dan
perangkat kebijakan Utilisasi (kesehatan, pendidikan, pelestarian fungsi lingkungan
untuk evaluasi
Perumahan, Air Minum dan 12 perkotaan yang berkelanjtan
Mikro,
fungsi lingkungan
R Pamekas
Lokal,
perkotaan dan
Sanitasi, Ekonomi). Variabel
model EkoSanita
(Analisis Faktor, Taxonomi,
multi
EkoSanita IPLT: Cakupan
IPLT untuk
Skalogram dan Sistem
sektor
pelayanan, jadwal angkut,
kebijakan &
Dinamis)
konsumsi air, daya tampung
strategi perbaikan
keairan
sanitasi
2.5.3 Konsepsi dan kebaruan (novelty) Model Pe lestarian Fungsi Lingkungan Perkotaan Berbasis EkoSanita-IPLT
Sistem pengolahan sanitasi pada umumnya dan khususnya pengelolaan air limbah domestik (rumah tangga) maupun non domestik yang telah dikembangkan dari berbagai upaya penelitian, belum mampu mengimbangi kecepatan pertumbuhan dan kebutuhan penduduk perkotaan. Dengan urbanisasi yang cepat dan semakin lebarnya kesenjangan pendapatan serta meningkatnya kelangkaan air, mengakibatkan semakin mahalnya sistem konvensional serta semakin kompleksnya penanganan air limbah.
Sistem konvensional selalu menimbulkan permasalahan baru, misalnya pembuangan produk akhir Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) ke badan air sering menimbulkan perubahan warna air sungai dan badan air penerima lainnya menjadi hitam. Di dalam sistem konvensional, air limbah diasumsikan sebagai kotoran yang hanya layak untuk dibuang sehingga teknologi konvensional umumnya dirancang untuk membuang kotoran tersebut. Pendekatan linier tersebut belum mempertimbangkan siklus nutrien untuk mencegah pencemaran dan melindungi kesehatan manusia. Akibatnya, air tanah dan air permukaan terkontaminasi sehingga biaya pengendalian pencemaran dan pemulihan lingkungan yang rusak semakin mahal. Selain itu, dengan hanya setengah dari jumlah penduduk yang memiliki akses ke infrastruktur sanitasi berbasis sistem konvensional tersebut, maka angka penyebaran penyakit menular dan kasus kematian balita relatif masih tinggi.
Untuk meningkatkan pencapaian sasaran pelayanan sanitasi nasional maupun global, penelitian-penelitian ekologi sanitasi dan penerapan hasil hasilnya di daerah perkotaan merupakan kecenderungan baru dalam penanganan masalah masalah sanitasi masa depan. Oleh karena itu, penelitian sanitasi dengan konsepsi siklus tertutup (closed loop ecosystem) dalam pengelolaan kotoran manusia digunakan sebagai acuan dasar dalam penelitian ini. Konsepsi ini juga menempatkan kotoran sebagai sumberdaya yang dapat dimanfaatkan kembali untuk mendukung kehidupan dan penghidupan manusia karena memiliki nilai ekonomis maupun ekologis. Dengan konsepsi tersebut, sumberdaya air yang terdapat dilingkungan perkotaan seperti air tanah dangkal, rawa, sungai, situ dan Untuk meningkatkan pencapaian sasaran pelayanan sanitasi nasional maupun global, penelitian-penelitian ekologi sanitasi dan penerapan hasil hasilnya di daerah perkotaan merupakan kecenderungan baru dalam penanganan masalah masalah sanitasi masa depan. Oleh karena itu, penelitian sanitasi dengan konsepsi siklus tertutup (closed loop ecosystem) dalam pengelolaan kotoran manusia digunakan sebagai acuan dasar dalam penelitian ini. Konsepsi ini juga menempatkan kotoran sebagai sumberdaya yang dapat dimanfaatkan kembali untuk mendukung kehidupan dan penghidupan manusia karena memiliki nilai ekonomis maupun ekologis. Dengan konsepsi tersebut, sumberdaya air yang terdapat dilingkungan perkotaan seperti air tanah dangkal, rawa, sungai, situ dan
Hasil penelitian sistem sanitasi setempat (on-site system) yang telah dilakukan di indonseia dan dikenal dengan pengembangan teknologi tepat guna, pada umumnya merupakan prototipe yang dikembangkan dari model fisik yang nantinya akan dikelola secara individu oleh pemiliknya. Tujuannya adalah untuk mendapatkan teknologi yang mampu mendaur ulang air limbah dan memanfaatkannya untuk berbagai keperluan misalnya sebagai air irigasi taman, pupuk tanaman atau energi dari gas biologi, tetapi mampu dikelola sendiri oleh pemiliknya.
Hasil penelitian kebijakan yang ada, meskipun menghasilkan alternatif perencanaan, pada umumnya masih bersifat sektoral dan bersifat makro nasional maupun regional sehingga belum mengakomodasikan kebutuhan otonomi daerah.
Penelitian melalui pengembangan model pelestarian fungsi lingkungan perkotaan berbasis Ekosanita-IPLT merupakan penelitian kebijakan yang bersifat spesifik lokasi yaitu untuk kota kecil dan sedang. Penelitian dilakukan terhadap sistem yang dikelola oleh lembaga pengelola daerah yaitu dinas kebersihan dan keindahan kota yang dalam kasus ini adalah dinas setingkat kabupaten, sehingga sesuai untuk menyelesaikan masalah yang kompleks dan berhubungan dengan perkuatan pelaksanaan otonomi daerah.
Penelitian pelestarian fungsi lingkungan perkotaan berbasis Ekosanita IPLT, mempertimbangkan aspek ketersediaan dan pemanfaatan prasarana dan sarana lingkungan perkotaan (kesehatan, pendidikan, perumahan, air minum dan sanitasi, fasilitas sosial dan ekonomi). Ketersediaan prasarana dan sarana lingkungan perkotaan tersebut, pada dasarnya merupakan hasil investasi untuk mempertahankan kelangsungan daya dukung dan daya tampung lingkungan perkotaan. Ketersediaan dan tingkat pemanfaatan atau utilisasi aset perkotaan Penelitian pelestarian fungsi lingkungan perkotaan berbasis Ekosanita IPLT, mempertimbangkan aspek ketersediaan dan pemanfaatan prasarana dan sarana lingkungan perkotaan (kesehatan, pendidikan, perumahan, air minum dan sanitasi, fasilitas sosial dan ekonomi). Ketersediaan prasarana dan sarana lingkungan perkotaan tersebut, pada dasarnya merupakan hasil investasi untuk mempertahankan kelangsungan daya dukung dan daya tampung lingkungan perkotaan. Ketersediaan dan tingkat pemanfaatan atau utilisasi aset perkotaan
Pengembangan alat (sarana) untuk mengukur keberhasilan pengelolaan lingkungan perkotaan yang mempertimbangkan ketersediaan dan utilisasi prasarana dan sarana kesehatan, pendidikan, perumahan, air minum dan sanitasi serta keadaan ekonomi masyarakat dan menggunakan data yang telah tersedia serta dipublikasikan oleh Biro Pusat Statistik di tingkat kabupaten merupakan salah satu kebaruan (novelty) dari penelitian ini. Kompleksitas masalah yang diselesaikan melalui pendekatan komposit dengan menggunakan skala indeks, penggunaan data yang sudah biasa tersedia dan dipublikasikan di tingkat kabupaten serta kesederhanaan perhitungan merupakan unggulan penelitian ini.
Pengembangan model sistem dinamis yang mempertimbangkan aspek sosial, ekonomi, budaya serta lingkungan kota sedang dan kecil untuk sarana (alat) bantu dalam merumuskan kebijakan dan strategi perbaikan sistem sanitasi kota sedang dan kecil, merupakan kebaruan (novelty) berikutnya dari penelitian ini. Kompleksitas masalah pengelolaan air limbah rumah tangga termasuk pengelolaan lumpur tinja yang diselesaikan, penggunaan pendekatan sistem dinamis yang memperhitungkan umpan balik dari setiap perubahan alternatif kebijakan serta penggunaan variabel keputusan yang memperhitungkan peningkatan akses penduduk ke fasilitas sanitasi yang diperbaiki (improved) dan berasal dari sumber endogen (sebagian laba dari tarif jasa pelayanan sanitasi secara terjadwal, merupakan keunggulan penelitian ini.