Sang Pencetus

B. Sang Pencetus

Pertanyaan pertama yang sejatinya harus dikaji lebih dulu dalam menyikapi dinamika keistimewaan ini adalah siapa pen- cetus dinamika ini. Dengan mengetahui siapa pencetusnya, tentu arah pembahasan akan menjadi jauh lebih jelas. Pengkajian kem- bali mengenai siapa pencetus dinamika juga akan membuat wa- wasan kita lebih luas dan tidak berpikiran sempit dengan terus- menerus mengkambinghitamkan pemerintah pusat, pemerintah yang dipimpin oleh seorang presiden dengan dukungan lebih dari setengah rakyat Indonesia dalam pemilu 2009.

“Pemerintah bersikukuh menggunakan pemilihan sebagai jalan menentukan siapa gubernur DIY”, begitulah ide pokok da- lam berbagai media massa yang seakan menasbihkan pemerintah sebagai pencetus dinamika keistimewaan DIY ini. Pandangan ini tentu terlihat begitu meyakinkan hanya karena kita melihat media massa. Padahal, jika dilihat dari kaca mata yang lebih jelas, peme- rintah pusat cenderung berdiam diri dan cenderung bersikap me- nunggu aksi-aksi dari pihak lain. Ada satu hal yang secara jelas diabaikan oleh media massa, yaitu pernyataan Sri Sultan Hameng- ku Buwono X mengenai ketidaksediaan beliau menjadi gubernur DIY lagi. Sri Sultan Hamengku Buwono X menggugat keistimewa- an.

Sri Sultan pernah menyatakan tidak ingin jabatannya sebagai gubernur diperpanjang pada 9 April 2007, saat melantik sejumlah pejabat struktural di lingkungan pemprov DIY (www.bataviase. co.id.htm). “Saya akan mengakhiri jabatan selaku Gubernur Provinsi Yogyakarta pada tahun 2008. Karenanya, saya tegaskan kembali bahwa saya tidak bersedia untuk dipilih dan ditetapkan sebagai gubernur mendatang,” ujar Sultan, 9 April 2007. Apa alasannya? Sultan saat itu menjawab, “Tidak ada alasannya dan

Antologi Esai dan Cerpen Pemenang Lomba Penulisan Esai dan Cerpen Tahun 2012

keputusan itu merupakan hak saya. Dan, saya bersedia atau tidak bersedia dipilih lagi juga menjadi hak dan urusan saya sendiri.” Bahkan, pada 8 Agustus 2007, Sultan pernah mendesak peme- rintah agar segera melaksanakan pemilihan gubernur.

Pada tanggal 20 September 2008, di hadapan ratusan warga dalam kegiatan Gerakan Kawula Mataram Manunggal Yogya- karta di Keraton Kilen, Sultan juga menyatakan tidak bersedia masa jabatannya diperpanjang sampai lima tahun. Atau, Sultan enggan menjabat tiga periode sebab Sultan diangkat menjadi gu- bernur sejak tahun 1998. “Dalam undang-undang tidak ada aturan yang menyatakan jabatan kepala daerah bisa lebih dari dua perio-

de, yang ada maksimal dua periode,” katanya saat itu. Dua catatan di atas cukup menjelaskan siapa pencetus dina- mika keistimewaan DIY. Pencetusnya tidak lain ialah Sri Sultan Hamengku Buwono X. Pemacu-pemacu dinamika belum berhenti sampai di situ. Menjelang pemilihan presiden 2009, Sri Sultan Ha- mengku Buwono X mendeklarasikan diri sebagai salah satu kan- didat capres. Hal itu dilaksanakan melalui pisowanan agung yang dihelat 28 Oktober 2008 dan dihadiri segenap perwakilan rakyat DIY.

Sabda pandhita ratu tan kena wola-wali , perkataan seorang pendeta atau raja tidak boleh ditarik kembali. Pernyataan itu juga pernah dinyatakan Sri Sultan HB X dan disiarkan oleh Jogja TV dalam sebuah wawancara sambil lalu. Akhirnya, dinamika keistimewaan DIY pun bergulir sampai sekarang. Ini merupakan sebuah tantangan yang nyata untuk rakyat DIY.

Apakah Sri Sultan HB X berniat membuang jabatan guber- nur DIY dan mencari peruntungan dalam gemuruh pemilu 2009? Tentu tidak! Sri Sultan HB X adalah sosok yang sangat dicintai rakyat DIY, kita semua mengenal benar siapa Raja Kasultanan Ngayogjakarta Hadiningrat ini. Tidak mungkin Sri Sultan dengan gegabah bersabda di depan rakyatnya. Sebuah misi tentu sedang diemban beliau, sebuah misi yang mampu mengubah budaya.

MATAHARI SEGITIGA

Lalu, mengapa dinamika ini dicetuskan? Pertama, karena negara ini sudah mengalami reformasi secara nasional dan DIY pun harus mengalami reformasi menuju arah yang lebih baik. Kedua, sistem otoritarian yang identik dengan monarki absolut perlu dikaji ulang dalam penggunaannya di pemerintahan pro- vinsi DIY pada era modern ini. Bagaimana dengan tujuannya? Kita melihat penjelasan berikut ini.