Simpulan Dan Rekomendasi
Simpulan Dan Rekomendasi
Simpulan
1. Terbukti dari temuan penelitian bahwa bentuk produk kebijakan pembebasan tanah proyek BKT yang menggunakan Perpres, Keputusan Gubernur dan Walikota DKI Jakarta, dengan aktor utama jajaran pemerintah, telah melegitimasi NJOP sebagai dasar perhitungan kompensasi atau “ganti rugi”dengan menampilkan wajah kebijakan publik berciri dominasi kekuasaan dan represi pemerintah.
2. Temuan penelitian membuktikan bahwa alasan-alasan faktor NJOP dan non-NJOP lebih sebagai pembenaran penetapan NJOP sebagai dasar perhitungan kompensasi. NJOP sebagai dasar perhitungan ganti rugi bertentangan dengan UU No.12 Tahun 1985 dan UU No.12 Tahun 1994 bahwa NJOP untuk kepentingan perpajakan.
3. Terbukti dari hasil penelitian, bahwa kebijakan pembebasan tanah proyek BKT telah: berdampak destruksi modal sosial masyarakat korban berupa modal struktural, relasional, dan kognitif serta dimensi-dimensi krusialnya; dan reproduksi destruksi faktor lingkungan sekitar berupa pelanggaran hak ECOSOC, konflik sumber daya tanah, dan trauma psikososial.
4. Terbukti dari hasil penelitian bahwa bentuk usaha mengatasi dampak kebijakan pembebasan tanah proyek BKT: yakni: a) pemerintah dengan mengubah NJOP sebagai dasar perhitungan ganti rugi, menata administrasi proyek, memfasilitasi pemukiman kembali, evaluasi dan kontrol pembebasan tanah, tidak membiarkan situasi pasca pembebasan menjadi urusan warga sendiri. b) oleh masyarakat korban: inisiatif bersama mengatasi dampak kebijakan pembebasan tanah, mendorong pendampingan dan pemberdayaan
Pieter George Manoppo
aparat kelurahan, kejelasan informasi dan kontrol pembebasan tanah proyek BKT.
Rekomendasi Terhadap pengembangan keilmuan. (1) Hendaknya studi manajemen
SDM memperdalam pemahaman tentang modal sosial masyarakat berkaitan dengan kebijakan publik menurut: a) konteks sosial terjadinyai: kota, pinggiran kota, dan wilayah pedesaan, pulau besar, pulau-pulau, dsb. b) kekhasan isu, alasan, kasus dan klaster terjadinya terkait aneka pola kebijakan proyek. c) aktor utama: pemerintah dan swasta. d) komunitas lokal yang kena dampak. (2) seyoginya studi manajemen SDM berfokus modal sosial juga dapat dilakukan dengan pendekatan kuantitatif, dan lintas disiplin, secara khusus dengan psikologi sosial, sehingga kerangka analisis dan pemahaman realitas modal sosial masyarakat korban dalam konteks kebijakan publik dengan berbagai dampak sosial dan psikologis terjangkau. (3) Kiranya studi modal sosial dalam konteks kebijakan pembebasan tanah proyek BKT ini menginspirasi mahasiswa dan pengajar di Perguruan Tinggi agar intensif melakukan studi lintas disiplin berfokus modal sosial, psikososial, dan advokasi kebijakan yang didominasi kekuasaan berciri represif menjadi welfare state institution. (4) Hendaknya Program Studi Manajemen SDM dan Psikososial memberikan perhatian pada studi lintas disiplin berfokus modal sosial terkait produk kebijakan nasional dan daerah demi penguatan modal sosial masyarakat lokal.
Terhadap kebutuhan praktikal. (1) Hendaknya pemerintah mengubah NJOP sebagai dasar perhitungan pembebasan tanah untuk proyek pembangunan, karena terbukti berdampak destruksi dan reproduksi destruksi modal sosial masyarakat dan akar trauma psikososial berkepanjangan. (2) Hendaknya pemerintah memperluas pendekatan kompensasi berbasis NJOP (aspek fisik tanah) dengan non-fisik berfokus hak asasi manusia, modal sosial dan psikososial masyarakat pasca pembebasan tanah: pemindahan, pemukiman kembali, rehabilitasi, rekonstruksi. (3) Kiranya berkenan dengan kemauan politik pemerintah dan pemerintah daerah, merekonstruksi ciri kebijakan pembebasan tanah dari dominasi kekuasaan dan represif kepada kesejahteraan, keadilan, perdamaian dan pembangunan berkelanjutan. (4) Kiranya berkenan dengan kemauan politik pemerintah, mekonstruksi tugas dan fungsi Tim Appraisal Independen yang selama ini berbasis pada penilaian fisik tanah, dengan kerangka penilaian komponen non-fisik seperti: hak asasi pemilik tanah, modal sosial, dan psikososial pemilik tanah. (5) Agar pemerintah dan pemerintah daerah menata ulang tugas dan fungsi Panitia Pembebasan Tanah (P2T) berbasis Perpres No.55 Tahun 1993, Perpres No.36 Tahun 2005 dan Perpres No.65 Tahun 2006 dengan seluruh instrumen kebijakan jabarannya pada tingkat provinsi dan kabupaten / kota sejalan diubahnya NJOP sebagai dasar perhitungan.
Modal Sosial Masyarakat Korban Dalam Konteks Kebijakan Pembebasan Tanah Proyek Banjir Kanal Timur (BKT) Di DKI Jakarta
© Jurnal Magister Manajemen Vol. 1 No. 1, April 2012 01 - 28
23 23 www.ejurnal.asmi.ac.id