Kelalaian culpa dan Kesengajaan dalam Tindak pidana

C. Kelalaian culpa dan Kesengajaan dalam Tindak pidana

Undang-undang tidak memberi definisi apakah kelalaian itu. Menurut memori Memorie van toelichichting mengatakan, bahwa kelalaian culpa terletah antara sengaja dan kebetulan, oleh Karena itu Hazewinkel-suringa mengatakan bahwa delik culpa itu merupakan delik semu quasdelict sehingga diadakan pengurangan pidana bahwa culpa terletah sengaja dan kebetulan. Memori jawaban pemerintah MvA mengatakan bahwa siapa yang melakukan kejahatan dengan sengaja berarti mempergunakan salah kemampuannya sedangkan siapa karena salahnya culpa melakukan kejahatan berarti tidak mempergunakan kemampuannya yang ia harus mempergunakan. Van Hamel membagi curpa atas dua jenis : 1. Kurang melihat ke depan yang perlu 2. Kurang hati-hati yang perlu Menurut Vos mengeritik pembagian Van Hamel mengenai culpa ini dengan mengatakan bahwa tidak ada batas yang tegas antara kedua bagian tersebut. Ketidakhati-hatian itu sering timbul karena kurang melihat kedepan. Van membedakan dua jenis culpa sedangkan Vos membedakan dua unsur element adalah 1. Terdakwa dapat melihat kedepan yang akan terjadi. 2. Ketidakhati-hatian tidak dapat dipertanggungjawabkan perbuatan yang dilakukan pengabdian dengan kata lain harus ada perbuatan yang tidak boleh atau tidak dengan cara demikian dilakukan. Universitas Sumatera Utara Menurut Vos selanju tnya “dapat melihat kedepan suatu akibat” menurut syarat subjektif pembuat harus dapat melihat kedepan, misalnya seorang anak kecil memindakan wisel rel kereta api sehingga rel kereta api keluar dari rel, tidaklah ia bersalah culpa jika ia tidak tahu apakah wisel kereta api itu, tetapi culpa itu ada pula segi objektifnya, yaitu sesudah dilakukan perbuatan, dikatakan pembuat dapat melihat kedepan akibatnya jika seharusnya ia telah diperkirakan. Ia sebagai orang normal dari sekelompok orang yang dapat melihat kedepan aibat itu, jadi seorang profesional dipandang lebih dapat melihat kedepan dibanding orang awam. Mengenai kekuranghatian-hatian, Vos mengatakan ada beberapa perbuatan yang dapat melihat kedepan akibat tetapi bukan culpa. Contoh dokter yang melakukan operasi berbahaya yang dilakukan menurut keahliannya yang dapat melihat kedepan adanya kemungkinan kematian, tetapi bukanlah culpa, disini perbuatan tersebut masih dapat dipertanggungjawabkan, jadi untuk dipandang sebagai culpa, masih harus ada unsur kedua, yaitu pembuat membuat sesuatu yang lain daripada yang seharusnya ia lakukan, menurut vos ialah masih harus ada unsur kedua yaitu kurang kehati-hatian. Pengecualian terhadap larangan melakukan aborsi diberikan hanya dalam dua kondisi berikut: a indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini kehamilan, baik yang mengancam nyawa ibu danatau janin, yang menderita penyakit genetik berat danatau cacat bawaan, maupun yang tidak dapat diperbaiki sehingga menyulitkan bayi tersebut hidup di luar kandungan; atau Universitas Sumatera Utara b kehamilan akibat perkosaan yang dapat menyebabkan trauma psikologis bagi korban perkosaan. lihat Pasal 75 ayat [2] UU Kesehatan. Tindakan aborsi yang diatur dalam Pasal 75 ayat 2 UU Kesehatan itu pun hanya dapat dilakukan setelah melalui konseling danatau penasehatan pra tindakan dan diakhiri dengan konseling pasca tindakan yang dilakukan oleh konselor yang kompeten dan berwenang lihat Pasal 75 ayat [3] UU Kesehatan. 29

D. Kesengajaan