Hasil Penelitian
a. Analisis
Masalah yang muncul adalah dibuatnya akta baru dan nomor baru oleh Notaris sedangkan dalam UUJN Nomor 30 Tahun 2004 jo UUJN Nomor 2 Tahun 2014 dan Kode Etik Tahun 2015 tidak memuat peraturan dengan jelas jika Notaris lalai dalam mencatatkan nomor akta dalam (Reportoriu), akan membuat lagi akta baru jadi menurut penulis akan adanya implikasi hukum pada lalainya hak dan kewajiban Notaris.
1. Hak dan kewajiban Notaris terhadap akta
a. Hak Notaris
Selain berbagai macam hak yang disebutkan sebelumnya 27 , terkait dengan kelalaian
pencatatan akta tersebut bersebrangan dengan kewenangan notaris pada pasal 15 ayat 1 UUJN Tahun 2014 yang menyebutkan bahwa:
“Notaris berwenang membuat Akta autentik mengenai semua perbuatan, perjanjian, dan penetapan yang diharuskan oleh peraturan perundang-undangan danatau yang dikehendaki oleh yang berkepentingan untuk dinyatakan dalam Akta autentik,
menjamin kepastian tanggal pembuatan Akta, menyimpan Akta, memberikan grosse, salinan dan kutipan Akta, semuanya itu sepanjang pembuatan Akta itu tidak juga ditugaskan atau dikecualikan kepada pejabat lain atau orang lain yang ditetapkan oleh undang-undang”.
Berdasarkan rumusan diatas, kelalaian pencatatan akta oleh notaris terlihat sebagai bentuk kesewenang-wenangan notaris atas tindakannya dalam membuat akta otentik. Dalam
27 Hak notaris yang dimaksudkan penulis diatas sejalan dengan kewenangan notaris yang disampaikan penulis sebelumnya. Sehingga lebih jauh terkait dengan semua jenis hak yang dimiliki notaris dapat di lihat pada
halaman 12 halaman 12
Akta yang tidak dicatatkan nomor dalam buku reportoriun berdasarkan pasal 15 di atas bukan merupakan akta otentikkelalaian notaris dalam pencatatan tersebut mengakibatkan gugurnya otentifikasi akta yaitu yang seharusnya kewenangan notaris mengharuskan untuk menjadi akta otentik berubah menjadi akta dibawah tangan. Situasi demikian tentu tidak sesuai dengan kewenangan notaris dalam menjalankan tugasnya sebagai pejabat Negara dalam rana authentic.
b. Kewajiban Notaris Lalainya notaris mencatatkan nomor akta bertentangan dengan kewajiban Notaris menurut UUJN Nomor 2 Tahun 2014 “Pasal 16 ayat (1) yaitu: huruf a Dalam menjalankan jabatannya 28 , Notaris wajib:
“a) bertindak amanah, jujur, saksama, mandiri, tidak berpihak, dan menjaga kepentingan pihak yang terkait dalam perbuatan hukum.
“b) membuat Akta dalam bentuk Minuta Akta dan menyimpannya sebagai bagian dari Protokol Notaris; “e) memberikan pelayanan sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang ini, kecuali ada alasan untuk menolaknya; “k) mencatat dalam repertorium tanggal pengiriman daftar wasiat pada setiap akhir bulan;
Kewajiban yang dilanggar poin a UUJN yang menurut penulis bahwa tidak dibenarkan karna bertantangan dengan bertindak jujurnya seoran pejabat notaris dalam menjalankan
28 Sekurangnya terdapat 14 kewajiban seorang notaris namun penulis membatasi analisis pada 4
kewajiban utama notaris yaitu kewajiban yang terkait langsung dengan kasus kelalaian pencatatan nomor akta oleh notaris. kewajiban notaris yang lain dapat di lihat secara umum dalam tulisan ini pada halama 13 kewajiban utama notaris yaitu kewajiban yang terkait langsung dengan kasus kelalaian pencatatan nomor akta oleh notaris. kewajiban notaris yang lain dapat di lihat secara umum dalam tulisan ini pada halama 13
Selanjutnya kelalaian sebagaimana dimaksud di poin a juga ikut melanggar di poin b. hal ini terlihat pada kata ”membuat akta dalam bentuk minuta .., sebagai bagian dari protocol notaris.” notaris diberikan kewajiban untuk membuat akta sebagaimana dan menyimpannya sebagimana mesti di atur oleh undang-undang. Atas hal ini lebih jauh berdasarkan protocol notaris itu akta harus di lakukan pencatatn nomor akta dalam reportorium. Maka kelalaian pencatatan tersebut mengandung arti bahwa notaris gagal menjalankan kewajibanya berdasarkan Undang- Undang Jabatan Notaris.
Kegagalan yang dimaksud diatas lebih ditegaskan dengan kewajiban huruf k yaitu notaris harus mencatatkan nomor dalam reportorium. Rumusan pasal ini menitik beratkan pada tanggal pengiriman daftar wasiat yang nota benenya tidak diulas dalam analisis ini namun melalui frase ini ingin menegaskan kewajiban utama notaris mencatat dalam buku reportorium. Hal ini pararel dengan pasal
58 ayat 1 dan 2 Undang- Undang Jabatan Notaris Nomor 30 Tahun 2004 Jo Undang- Undang Jabatan Notaris Nomor 2 Tahun 2014 Pasal 58 ayat (1) dan (2) sebagai berikut;
“Notaris wajib membuat daftar akta, daftar surat di bawa tangan yang di sahkan, daftar surat lain yang di wajibkan oleh Undang- Undang ini, dan selanjutnya ayat
Dalam daftar akta sebagaimana di maksud pada ayat (1), Notaris setiap hari mencatat semua akta yang di buat oleh ataudi
hadapanya, baik dalam bentuk minuta akta, maupun
originali, tanpa sela-sela kosong, masing- masing dalam
ruang yang
di tutup dengan garis- garis tinta, dengan mencantumkan
Nomor unit,
Nomor akta, Nomor bulanan,
tanggal, sifat akta, dan nama semua
orang yang bertindak baik untuk diri sendiri maupun sebagai kuasa orang lain.”
2. Status akta lama
Dalam rangka menelusuri eksistensi akta lama terhadap akta baru dalam tulisan ini. Maka lebih jauh Penulis akan membahas kedua mekanisme keluarnya akta baik akta lama Dalam rangka menelusuri eksistensi akta lama terhadap akta baru dalam tulisan ini. Maka lebih jauh Penulis akan membahas kedua mekanisme keluarnya akta baik akta lama
a. Proses keluarnya akta lama
1. Para pihak datang ke kantor Notaris untuk membuat akta, para pihak bawa saksi kurang lebih 2 saksi
2. Perjanjian antara para pihak untuk membuat akta yang di inginkan
3. notaris menyaksikan
4. Para pihak pulang
5. Notaris menyimpan akta tetapi lupa untuk mencatatkan nomor akta ke reportorium
b. Mekanisme Keluranya Akta Baru Berdasarkan hasil penelitian melalaui metode wawancara di beberapa kota setelah terjadinya kelalaian sebagaimana di sebutkan di aats (proses keluarnya akta lama), notaris selanjutnya Notaris memanggil kembali para pihak kembali kekantor, dengan cara melihat nomor kontak di buku kontak kantor. untuk mencatat nomor akta dan membuat akta baru sesudah membuat berita acara
Melihat kedua mekanisme diatas yaitu baik proses keluarnya akta lama maupun akta baru maka pertanyaan yang munul adalah bagaimanakah eksistensi dan kedudukan dari pada akta lama. Apakah akta baru menggantikan akta lama? Akta baru berdasarkan Undang-Undang hadir sebagai pengganti akta lama. Hal ini adalah mutatis mutandis dengan eksistensi kewajiban notaris yaitu melakukan pencatatan nomor akta di reportorium. Artinya ketika akta lama tidak dicatatkan dibuku (Reportorium) tersebut (nomornya) dan oleh Notaris para pihak dipanggil kembali dan mereka sepakat untuk melakukan pembuatan akta kembali demi pencatatan akta baru. Maka secara hukum berarti Melihat kedua mekanisme diatas yaitu baik proses keluarnya akta lama maupun akta baru maka pertanyaan yang munul adalah bagaimanakah eksistensi dan kedudukan dari pada akta lama. Apakah akta baru menggantikan akta lama? Akta baru berdasarkan Undang-Undang hadir sebagai pengganti akta lama. Hal ini adalah mutatis mutandis dengan eksistensi kewajiban notaris yaitu melakukan pencatatan nomor akta di reportorium. Artinya ketika akta lama tidak dicatatkan dibuku (Reportorium) tersebut (nomornya) dan oleh Notaris para pihak dipanggil kembali dan mereka sepakat untuk melakukan pembuatan akta kembali demi pencatatan akta baru. Maka secara hukum berarti
Selanjutnya jika terjadi kelalaian yang bertentangan dengan Undang-Undang Jabatan Notaris ataupun Kode Etik Notris maka Notaris hendaklah bertanggung jawab atas segala hal yang disebabkan olehnya, maka sanksi Notaris jika tidak di catat penomeran dalam buku (Reportorium) Notaris menurut Notaris tersebut bahwa sanksi terhadap Notaris tidak ada, namun aka ada pemeriksaan dari MPD sehingga akan ada sanksi administratif Notaris dari MPD sehingga akan adanya peneguran langsung terhadap Notaris mengenai hal tersebut.
Di smping itu ada juga cara tanggung jawab Notaris memanggil kembali para pihak dalam pembuatan akta untuk membuat akta baru dengan kembali mencatatnya dalam buku (Repertorium). Hal ini dikarenakan (Repertorium) merupakan buku pertanggung jawaban dari Notaris dan merupakan kumpulan dokumen yang merupakan arsip Negara yang harus disimpan dan dipelihara oleh Notaris.