T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Problematika Pencatatan Nomor Akta dalam Buku Reportorium Notaris T1 BAB II

BAB II PEMBAHASAN

A. TINJAUAN PUSTAKA

1. NOTARIS SEBAGAI PEJABAT UMUM

  Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Jabatan Notaris di dalam Pasal 1 angka 1 memberikan definisi Notaris sebagai berikut : “Notaris adalah Pejabat Umum yang berwenang untuk membuat akta otentik dan kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini”. Istilah dari Pejabat Umum sendiri ialah terjemahan dari openbare ambtenaren yangterdapat pada Pasal 1 Peraturan Jabatan Notaris, dan Pasal 1868 Burgerlijk Wetboek.Menurut kamushukum, salah satu arti dari ambtenaren adalah Pejabat.Dengan demikianopenbare ambtenaren adalah pejabat yang mempunyai tugas yang bertaliandengan kepentingan masyarakat.Openbare ambtenaren diartikan sebagai Pejabatyang diserahkan tugas untuk membuat akta otentik yang melayani

  kepentinganmasyarakat dan kualifikasi seperti itu diberikan kepada Notaris. 1

  Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan, bahwa Notaris sebagai Pejabat Umum ialah Pejabat yang mempunyai kewenangan untuk membuat akta otentik dengan melayani kepentingan masyarakat. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa Notaris sebagai Pejabat Umum membuat akta otentik bersifat umum, sedangkan wewenang Pejabat lainnya merupakan pengecualian, artinya wewenang itu tidak lebih dari pada pembuatan akta otentik yang secara tegas ditugaskan kepada mereka oleh Undang-Undang. Selain Notaris, pejabat umum yang berwenang membuat akta otentik adalah pegawai pencatatan jiwa burgelijke stand, jurusita deuwaarder, Hakim, Panitera Pengadilan dan lain sebagainya.

  1 Selly Masdalia Pratiwi, Tanggung Jawab Notaris Terhadap Akta Otentik yang Berakibat Batal Demi Hukum Pada Akhir Masa Jabatannya, Tesis Program Pascasarjana Universitas Udayana Denpasar, 2014, h. 48.

  Produk hukum dari Notaris ialah akta otentik berupa akta Notaris, yang hanya dibuat oleh Notaris dan tidak semua pejabat umum memiliki kewenangan demikian, kecuali memang secara tegas dikecualikan kepada dan menjadi wewenang pejabat lain atau oleh Peraturan Umum, ditegaskan juga diberikan wewenang untuk itu (membuat akta otentik) kepada pejabat lain. Dalam hal ada peraturan umum atau Undang-Undang yang juga memberikan wewenang kepada pejabat atau orang lain untuk membuat akta otentik, bukanlah berarti bahwa mereka itu kemudian menjadi Pejabat Umum. Karakteristik Notaris sebagai suatu jabatan Publik dapat dijelaskan sebagaiberikut;

  a. Sebagai Jabatan UUJN merupakan unifikasi dibidang pengaturan Jabatan Notaris yang artinyasatu- satunya aturan hukum dalam bentuk Undang-Undang yang mengaturJabatan Notaris di Indonesia.Segala hal yang berkaitan dengan Notaris diIndonesia harus mengacu kepada UUJN.Jabatan

  Notaris

  merupakan suatulembaga

  yang

  diciptakan oleh

  negara.Menempatkan Notaris sebagai jabatanmerupakan suatu bidang pekerjaan atau tugas yang sengaja dibuat oleh aturan hukum untuk keperluan dan fungsi tertentu (kewenangan tertentu) sertabersifat berkesinambungan sebagai suatu lingkungan pekerjaan tetap. 2

  b. Notaris mempunyai kewenangan tertentu. Setiap wewenang yang diberikan kepada jabatan harus ada aturan hukum yang mengaturnya sebagai suatu batasan supaya jabatan tersebut dapat berjalan dengan baik dan tidak berbenturan dengan wewenang jabatan lainnya.Dengan demikian jika seorang pejabat (Notaris) melakukan suatu tindakan diluar dari wewenang yang telah ditentukan,

  2 Habib Adjie, Sanksi Perdata Dan Administratif Terhadap Notaris Sebagai Pejabat Publik hlm.15.

  maka pejabat tersebut dapat dikategorikan telah melakukan suatu perbuatan melanggar

  wewenang. 3

  c. Diangkat dan diberhentikan oleh Menteri Berdasarkan Pasal 2 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Jabatan Notaris, “Notaris diangkat dan diberhentikan oleh Menteri”. Dalam hal ini Menteri yang membidangi hukum (Pasal 1 angka 14 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris).

  d. Tidak menerima gajipensiun dari yang mengangkatnya. Pemerintah yang mengangkat Notaris dalam hal ini adalah Menteri Hukum.Notaris hanya menerima honorarium atas jasa hukum yang diberikan kepada masyarakat berdasarkan kewenangannya. Hononarium seorang Notaris diatur dalam Pasal 36 Undang-Undang Nomor 2 Tahun

  2014 tentang Jabatan Notaris. 4

  e. Akuntabilitas atas pekerjaannya kepada masyarakat. Notaris mempunyai tanggung jawab terhadap masyarakat atas akta yang dibuatnya.Masyarakat berhak menggugat Notaris apabila ternyata akta yang dibuatnya

  bertentangan dengan Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku. 5

2. Kewenangan Notaris

  Notaris sebagai Pejabat Umum memiliki kewenangan sebagaimana yang diaturdalam Pasal 15 Undang-Undang Jabatan Notaris Nomor 2 Tahun 2014 yaitu sebagai berikut;

  1) Notaris berwenang membuat akta otentik mengenai semua perbuatan,perjanjian, dan penetapan yang diharuskan oleh peraturan perundang-undangandanatau yang dikehendaki oleh yang berkepentingan

  3 Selly Masdalia Pratiwi, Op Cit.h.51. 4 Ibid. 5 Ibid, hlm.52.

  http:arkokanadianto.com201612mengenal-peran-dan-kewenangan-notaris http:arkokanadianto.com201612mengenal-peran-dan-kewenangan-notaris

  2.kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Notaris

  berwenang pula:

  a. Mengesahkan tanda tangan dan menetapkan kepastian tanggal surat dibawah tangan dengan mendaftar dalam buku khusus

  b. Membukukan surat dibawah tangan dengan mendaftar dalam buku khusus

  c. Membuat kopi dari asli surat dibawah tangan berupa salinan yang

  d. memuat uraian sebagaimana ditulis dan digambarkan dalam surat yang bersangkutan

  e. Melakukan pengesahan kecocokan fotokopi dengan surat aslinya

  f. Memberikan penyuluhan hukum sehubungan dengan pembuatan Akta

  g. Membuat Akta yang berkaitan dengan pertanahan

  h. Membuat Akta risalah lelang.

  2. Selain kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), Notaris mempunyai kewenangan lain yang diatur dalam Peraturan Perundang- Undangan Nomor 2 tahun 2014 ayat (16);

  Menurut Pasal 16 ayat (1) huruf (a) - (n) UUJN Nomor 2 tahun 2014:

  1). Dalam menjalankan jabatannya, Notaris wajib: 1). Dalam menjalankan jabatannya, Notaris wajib:

  b. Membuat Akta dalam bentuk Minuta Akta dan menyimpannya sebagai bagian dari ProtokolNotaris;

  c. Melekatkan surat dan dokumen serta sidik jari penghadap pada Minuta Akta;

  d. Mengeluarkan Grosse Akta, Salinan Akta, atau Kutipan Akta berdasarkan Minuta Akta;

  e. Memberikan pelayanan sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang ini, kecuali adaalasan untuk menolaknya;

  f. Merahasiakan segala sesuatu mengenai Akta yang dibuatnya dan segala keterangan yangdiperoleh guna pembuatan Akta sesuai dengan sumpahjanji jabatan, kecuali Undang-Undangmenentukan lain;

  g. Menjilid Akta yang dibuatnya dalam 1 (satu) bulan menjadi buku yang memuat tidak lebih dari 50 (lima puluh) Akta, dan jika jumlah Akta tidak dapat dimuat dalam satu buku, Akta tersebut dapat dijilid menjadi lebih dari satu buku, dan mencatat jumlah Minuta Akta, bulan, dan tahun pembuatannya pada sampul setiap buku;

  h. Membuat daftar dari Akta protes terhadap tidak dibayar atau tidak diterimanya surat berharga;

  i. Membuat daftar Akta yang berkenaan dengan wasiat menurut urutan waktu pembuatan Aktasetiap bulan;

  j. Mengirimkan daftar Akta sebagaimana dimaksud dalam huruf i atau daftar nihil

  yang berkenaan dengan wasiat ke pusat daftar wasiat pada kementerian yang menyelenggarakanurusan pemerintahan di bidang hukum dalam waktu 5 (lima) hari pada minggu pertamasetiap bulan berikutnya; yang berkenaan dengan wasiat ke pusat daftar wasiat pada kementerian yang menyelenggarakanurusan pemerintahan di bidang hukum dalam waktu 5 (lima) hari pada minggu pertamasetiap bulan berikutnya;

  bulan; l. Mempunyai cap atau stempel yang memuat lambing Negara Republik Indonesia

  dan pada

  ruang yang melingkarinya dituliskan nama, jabatan, dan tempat

  kedudukan yang

  bersangkutan;

  m. Membacakan Akta di hadapan penghadap dengan dihadiri oleh paling sedikit 2

  (dua) orangsaksi, atau 4 (empat) orang saksi khusus untuk pembuatan Akta wasiat di bawah tangan, danditandatangani pada saat itu juga oleh penghadap, saksi, dan Notaris; dan

  n. Menerima magang calon Notaris. 6

5. Kode Etik Notaris

  Kode Etik Notaris dan untuk selanjutnya akan di sebut Kode Etik adalah kaidah moral yang di tentukan oleh Perkumpulan Ikatan Notaris Indonesia yang selanjutnya disebut perkumpulan dan di tentukan oleh atau di atur dalam Peraturan Perundang-Undanagan yang mengatur tentang hal itu dalam menjalankan tugas Jabatan sebagai Notaris, termasuk di dalam para Pejabat sementara Notaris, Notaris penganti saat menjalankanya. 7

a. Kewajiban Etika Bagi Notaris;

  Kewajiban adalah sikap, perilaku, perbuatan atau tindakan yang harus atau wajib dilakukan oleh Notaris dalam menjaga, memelihara citra serta wibawa, lembaga kenotariatan dan menjunjung tinggi keluhuran harkat dan martabat jabatan Notaris; Menurut Undang- Undang Jabatan Notaris Nomor 2 tahun 2014hanya ada satu poin terkait kewajiban etika profesi Notaris yaitu dalam Pasal 16 ayat (1) huruf a yang berbunyi:a. bertindak amanah, jujur, saksama, mandiri, tidak berpihak, dan menjaga

  6 Undang-Undang Kode Etik Notaris Banten, 29 -30 2015 , Bab 1- 7 http:arkokanadianto.com201612mengenal-peran-dan-kewenangan-notaris

  7 Undang-Undang Kode Etik Notaris Banten, 29 -30 2015 , Bab 1- 7 http:arkokanadianto.com201612mengenal-peran-dan-kewenangan-notaris 7 Undang-Undang Kode Etik Notaris Banten, 29 -30 2015 , Bab 1- 7 http:arkokanadianto.com201612mengenal-peran-dan-kewenangan-notaris

  1. Memiliki moral, akhlak serta kepribadian yang baik;

  2. Menghormati dan menjunjung tinggi harkat dan martabat Jabatan Notaris;

  3. Menjaga dan membela kehormatan Perkumpulan;

  4. Berperilaku jujur, mandiri, tidak berpihak, amanah, seksama, penuh rasa tanggung jawab, berdasarkan Peraturan Perundang-Undangan dan isi sumpah Jabatan Notaris;

  5. Menghormati, mematuhi, melaksanakan Peraturan-peraturan dan Keputusan- Keputusan Perkumpulan;

  6. Memperlakukan setiap klien yang datang dengan baik, tidak membedakan status ekonomi danatau status sosialnya;

  7. Membuat akta dalam jumlah batas kewajaran untuk menjalankan Peraturan Perundang-Undangan, khususnya Undang-Undang tentang Jabatan Notaris dan

  Kode Etik. 8

b. Larangan Etika Bagi Notaris Larangan adalah sikap, perilakudan perbuatan atau tindakan apapun yang

  tidak boleh dilakukan oleh anggota perkumpulan maupun orang lain yang memangku dan menjalankan jabatan Notaris, yang dapat menurunkan citra,

  8 Undang- Undang Kode Etik Notaris Bab 1-8, Banten 29 -30 2015 dan Undang-Undang Kode Etik Notaris Banten, 29 -30 2015 , Bab 1- 7

  http:arkokanadianto.com201612mengenal-peran-dan-kewenangan-notaris http:arkokanadianto.com201612mengenal-peran-dan-kewenangan-notaris

  Dalam Undang- Undang Jabatan Notaris Nomor 2 tahun 2014 hanya ada satu poin terkait larangan Etika profesi Notaris yaitu dalam Pasal 17 ayat (1) huruf (i) yang berbunyi: Notaris dilarang : “Melakukan pekerjaan lain yang bertentangan dengan norma agama, kesusilaan, atau kepatutan yang dapat mempengaruhi kehormatan dan martabat jabatan Notaris.”

c. Sanksi Terhadap Notaris

  Sanksi adalah suatu hukum yang di jatuhkan oleh Dewan Kehormatan yang dimaksudkan sebagai sarana, upaya dan alat pemaksa ketaatan dan disiplin Anggota Perkumpulan maupun orang lain yang memangku menjalankan Jabatan Notaris.

  1. Sanksi yang dikenakan terhadap anggota yang melakukan pelanggaran Kode Etik dapat berupa;

  a. Teguran;

  b. Peringatan;

  c. Pemberhentian sementara dari keanggotaan perkumpulan;

  d. Pemberhentian dengan hormat dari keanggotaan perkumpulan;

  e. Pemberhentian dengan tidak hormat dari keanggotaan perkumpulan.

  2. Penjatuhan sanksi sebagimana terurai diatas terhadap anggota yang melanggar Kode

  Etik di sesuaikan dengan kuantitas dan kualitas pelanggaran yang di

  lakukan anggota tersebut

  3. Dewan Kehormatan pusat berwewenang untuk memutuskan dan menjatuhkan sanksi terhadap pelanggaran yang dilakukan oleh anggota biasa (dari Notaris Aktif perkumpulan) terhadap pelanggaran norma susila atau perilaku yang 3. Dewan Kehormatan pusat berwewenang untuk memutuskan dan menjatuhkan sanksi terhadap pelanggaran yang dilakukan oleh anggota biasa (dari Notaris Aktif perkumpulan) terhadap pelanggaran norma susila atau perilaku yang

  4. Pelanggaran Kode Etik yang dilakukan oleh orang lain (yang sedang dalam menjalankan Jabatan Notaris) dapat di jatuhkan sanksi teguran dan peringatan

  5. Keputusan Dewan Kehormatan berupa teguran berupa peringatan tidak dapat diajukan banding.

  6. Keputusan dewan kehormatan daerah dewan kehormatan wilayah berupa pemberhentian

  dengan hormat dan pemberhentian tidak hormat dari

  keanggotaan perkumpulan dapat di

  ajukan banding ke dewan kehormatan

  pusat.

  7. Keputusan dewan kehormatan tingkat pertama berupa pemberhentian sementara atau

  pemberhentiang dengan hormat dan pemberhentian dengan tidak

  hormat dari

  perkumpulan keanggotaan dapat di ajukan banding ke kongres.

  8. Dewan kehormatan pusat berwewenang pula untuk memberikan rekomendasi disertai

  ulasan, pemecatan debagai Notaris kepada Mentri Hukum dan Hak

  Asasi Manusia

  Republik Indonesia.

  9. Selanjutnya mengenai tanggung jawab Notaris apabila melanggar ketentuan Pasal 58 Undang- Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris dilihat dalam ketentuan Pasal 65A UUJN Nomor 2 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris berupa sanksi administratif yang meliputi peringatan tertulis; pemberhentian sementara; pemberhentian dengan hormat; atau pemberhentian dengan tidak hormat. Namun juga sesuai dengan apa yang ada dalam Pasal 16 ayat (12) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris para pihak yang menderita kerugian untuk menuntut pengantian biaya, ganti rugi dan bunga kepada Notaris.

e. Tata Cara Penegakkan Kode Etik

  Menurut Peraturan Kode Etik Notaris Tahun 2015 Pasal (7) sebagai berikut:

  a. Pada tingkat kabupaten kotaoleh pengurus Daerah dan Dewan kehormatan Daerah;

  b. Pada tingkat provinsi oleh pengurus wilayah dan dewan kehormatan wilayah;

  c. Pada tingkat Nasional oleh pengurus pusat dan dewan kehormatan pusat. 9

f. Pemeriksaan dan Penjatuhan Sanksi

  Maksudnya dari pemeriksaan dan penjatuhan sanksi adalah pengawas daerah atau biasa di singkat MPD akan memeriksa Notaris mengenai problematika pencatatan Nomor akta ke Reportorium Notaris, yang telah ada fakta dugaan pelanggaran.Menurut Pasal 8 Kode Etik Notaris Tahun 2015 sebagai berikut:

  1. Dewan kehormatan daerah dewan kehormatan wilayah dewan kehormatan pusat dapat mencari fakta atas dugaan pelanggaran Kode Etik oleh anggota perkumpulan atas

  prakarsa sendiri atau setelah menerima pengaduan secara tertulis dari anggota perkumpulan atau orang lain disertai bukti-bukti yang meyakinkan bahwa

  telah terjadi dugaan pelanggaran kode etik oleh anggota perkumpulan,

  2. Pelanggaran ataupun penerimaan pengaduan yang terlebi dahulu diperiksa oleh satu dewan kehormatan, tidak boleh lagi di periksa oleh dewan kehormatan lainya.

Pemeriksaan dan Penjatuhan Sanksi Pada Tingkat Pertama

  Menurut Peraturan Kode Etik Notaris Pasal 9 tahun 2015:

  1. Dewan kehormatan daerah daerah dewan kehormatan wilayah dewan kehormatan pusat

  setelah menemukan fakta atas dugaan pelanggaran kode etik sebagaimana

  dimaksud

  pada Pasal 8 di atas, selambat–lambatnya dalam waktu 14 hari (empat

  9 Undang-Undang Kode Etik Notaris, Banten 29-30 tahun 2015 Bab 1-8 9 Undang-Undang Kode Etik Notaris, Banten 29-30 tahun 2015 Bab 1-8

  lambatnya 14 (empat belas) hari kerja sebelum tanggal pemeriksaan.

  2. Dalam hal anggota yang di panggil tidak hadir pada tanggal yang telah ditentukan, maka dewan kehormatan yang memeriksa akan memangil kembali untuk yang kedua kali

  selambat-lambatnya dalam waktu 14 (empat belas) hari kerja setelah pemanggilan pertama

  3. Dalam hal anggota yang di panggil tidak hadir pada pemanggilan kedua, maka dewan kehormatan yang memeriksa akan memanggil kembali untuk yang ketiga kali selambat- lambatnya dalam waktu 14 (empat belas) hari kerja setelah pemangilan kedua

  4. Apabila setelah pemangilan ketiga ternyata masi juga tidak hadir, maka dewan kehormatan yang memeriksa tetap bersidang dan menetukan keputusan dan penjatuhan sanksi sebagaimana diatur dalam pasal 6 kode etik

  5. Berdasarkan hasil pemeriksaan hasil tersebut dibuat berita acara pemeriksaan yang ditandatangani oleh anggota yang bersangkutan dan dewan kehormatan yang memeriksa dalam hal anggota yang bersangkutan tidak bersedia menandatangani berita acara

  pemeriksaan cukup ditandatangani oleh dewan kehormatan yang memeriksa

  6. Dewan kehormatan yang memeriksa, selambat-lambatnya dalam waktu 30 (tiga puluh) hari

  kerja setelah tanggal sidang terakhir, diwajibkan untuk mengambil keputusan atas hasil pemeriksaan tersebut sekaligus menetukan sanksi terhadap pelanggaran apabila terbukti ada pelanggaran sebagaimana diatur dalam ketentuan pasal 6 kode etik yang dituangkan dalam surat keputusan

  7. Apabila anggota yang bersangkutan tidak terbukti melaukan pelanggaran, maka anggota tersebut dipulihkan namanya dengan surat keputusan dewan kehormatan yang memeriksa

  8. Dewan kehormatan yang memeriksa wajib mengirimkan surat keputusan tersebut kepada anggota yang di periksa dengan surat tercatatdan tembusannya kepada pengurus pusat,

  dewan kehormatan pusat, pengurus wilayah, dewan kehormatan wilayah, pengurus daerah dan dewankehormatan daerah

  9. Dalam hal keputusan sanksi diputuskan oleh dan dalamkongres, wajib diberitahukan oleh

  kongres kepada anggota yang diperiksa dengan surat tercatat dan tembusan nya kepada

  pengurus pusat, dewan kehormatan pusat, pengurus wilayah, daerah

  kehormatan

  wilayah, pengurus daerah dan dewan kehormatan daerah

  10. pemeriksaan dan pengambilan keputusan sidang dewan kehormatan yang memeriksa harus;

  a. Tetap menghormati dan menjunjung tinggi martabat anggota yang bersangkutan

  b. Selalu menjaga suasana kekeluargaan ;

  c. Merahasiakan segala hal yang ditemukan

  11. Sidang pemeriksaan dilakukan secara tertutup, sedangkan pembacaan keputusan dilakukan secara terbuka

  12. Sidang dewan kehormatan yang memerika sah jika dihadiri oleh lebih dari ½ ( satu perdua) jumlah anggota. Apabila pada pembukaan sidang jumlah korum tida tercapai, maka sidang diundur selama 30 (tiga puluh) menit. Apabila setelah pengunduran

  waktu

  tersebut korum belum juga tercapai, maka sidang dianggap sah dan dapat

  menga

  mengambil putusan yang sah

  13. setiap angota dewan kehormatan yang memeriksa memepunyai hak untuk mengeluarkan satu suara

  14. apabila pada tingkat kepengurusan daerah belum dibentuk dewan kehormatan daerah,

  maka tugas dan kewenangan dewan kehormatan daerah di limpahkan kepada dewan kehormatan wilayah. 10

Pemeriksaan dan Penjatuhan Sanksi Pada Tingkat banding

  Menurut Peraturan Kode Etik Notaris Pasal 10 tahun 2015 sebagai berikut:

  1. Permohonan banding dilakukan oleh anggota yang bersangkutan dalam waktu 30 (tiga

  pulu) hari kerja, setelah tanggal penerimaan surat keputusan penjatuhan sanksi dari dewan kehormatan daerah dewan kehormatan wilayah

  2. Permohonan banding dikirim dengan surat tercatat, atau dikirim langsung oleh anggota

  yang bersangkutan kepada dewan kehormatan pusat dan tembusannya kepada pengurus

  pusat, pengurus wilayah dewan kehormatan wilyah pengurus daerah

  dan dewan kehormatan daerah

  3. Dewan kehormatan yang memutus sanksi selambat-lambat dalam waktu 14 ( empat belas) hari kerja setelah menerima surat tembusan permohonan banding wajib mengirim semua salinan fotocopy berkas pemeriksaan kepada dewan kehormatan pusat

  4. Setelah menerima permohonan banding, dewan kehormatan pusat wajib memanggil,

  anggota yang mengajukan banding, selambat- lambatnya dalam waktu 14 ( empat belas

  hari kerja setelah menrima permohonan tersebut di dengar keterangan dan

  diberi

  kesempatan untuk membela diri dalam sidang dewan kehormatan pusat

  5. Dewan kehormatan pusat wajib memutuskan permohonan banding selambat-lambatnya

  dalam waktu 30 (tiga puluh) hari kerja setelah anggota yang bersangkutan di periksa pada sidang terakhir

  10 Undang-Undang Kode Etik Notaris, Banten 29-30 tahun 2015 Bab 1-8

  6. Apabila anggota yang di panggil tidak hadir, maka dewan kehormatan pusat tetap akan memutuskan dalam waktu yang di tetukan pada ayat (5) di atas

  7. Dewan kehormatan pusat wajib mengirimkan surat keputusan tersebut kepada anggota yang diperiksa dengan surat tercatat dan tembusannya kepada pengurus pusat, pengurus wilayah, dewan kehormatan wilayah pengurus daerah, selambat-lambatnya dalam waktu 14 (empat belas) hari kerja setelah tanggal surat keputusan

  8. Dalam hal permohonan banding diajukan kepada kongres, maka permohonan banding dilakukan oleh anggota yang bersangkutan dalam waktu 30 (tiga puluh) hari kerja sebelum diselengarakan

  9. Permohonan banding dengan surat tercatat dikirim langsung oleh anggota yang bersangkutan kepada presidum kongres melalui sekretariat pengurus pusat dan tembusannya kepada pengurus pusat, dewan kehormatan pusat, pengurus wilayah, dewan kehormatan wilayah, pengurus daerah dan dewan kehormatan daerah

  10. Dewan kehormatan yang memutus sanksi selambat-lambatanya dalam waktu 14 (empat belas) hari kerja setelah menerima surat tebusan permohonan banding wajib mengirim semua salinan copy berkas pemeriksaan kepada presidium kongres melalui sekretariat

  pengurus pusat

  11. Kongres wajib mengagendakan pemeriksaan terhadap anggota yang mengajukan banding untuk di dengar keteranganya dan diberi kesempatan untuk membela diri dalam kongres

  12. kongres wajib memutuskan permohonan banding dalam kongres tersebut

  13. Apabila anggota yang mengajukan banding tidak hadir dalam kongres, maka kongres

  tetap akan memutuskan permohonan banding tersebut

  14. Kongres melalui dewan kehormatan pusat wajib mengirimkan surat keputusan tersebut kepada anggota yang di periksa dengan surat tercatat dan tembusannya kepada pengurus 14. Kongres melalui dewan kehormatan pusat wajib mengirimkan surat keputusan tersebut kepada anggota yang di periksa dengan surat tercatat dan tembusannya kepada pengurus

  15. keputusan sanksi sebagaimana dimaksud pada pasal 6 ayat (1) mempunyai kekuatan hukum tetap;

  a. Anggota dikenakan sanksi berupa teguran dan peringatan

  b. Anggota dikenakan sanksi berupa pemberhentian denga hormat atau pemberhentian

  dengan tidak hormat dari keanggotaan perkumpulan, menerima putusan tersebut dan tidak mengajukan banding dalam waktu yang telah ditentukan

  c. Dewan kehormatan pusatkongres telah mengeluarkan banding dalam waktu yang

  telah ditentukan

  16. Merubah pasal 11 sehingga bunyinya sebagai berikut;

  1. Ketentuan dan tata cara pemeriksaan atas dugaan pelanggaran yang dilakukan oleh anggota dan orang lain (yang sedang dalam menjalankan Jabatan Notaris) akan diatur lebih lanjut dalam Peraturan Dewan Kehormatan Pusat

  2. Pengenaan sanksi terhadap pelanggaran kode etik pada pasal 3 dan pasal 4 akan diatur lebih lanjut dalam peraturan dewan kehormatan pusat. 11

B. Tentang Akta Notaris

1. Pengertian Akta Notaris

  Istilah atau perkataan akta dalam bahasa Belanda disebut “acte” atau ”akta” dan dalam bahasa Inggris disebut “act”atau“deed”. Menurut pendapatumum, mempunyai dua

  arti yaitu 12 : 1.Perbuatan (handling) atau perbuatan hukum (rechtshandeling).

  11 Undang-Undang Kode Etik Notaris, Banten, 29-30 thun 2015, Bab 1-8 http:arkokanadianto.com201612mengenal-peran-dan-kewenangan-notaris

  12 Habib Adjie, Sanksi Perdata Dan Administratif Terhadap Notaris Sebagai Pejabat Publik h1m.57.

  2.Suatu tulisan yang dibuat untuk dipakai atau untuk digunakan sebagai perbuatan hukum

  tertentu yaitu berupa tulisan yang ditunjukkan kepada pembuktian tertentu. Pada pasal 165 Staatsblad Tahun 1941 Nomor 85 dijelaskan pengertian tentang akta yaitu sebagai berikut:

  Akta adalah surat yang diperbuat demikian oleh atau dihadapan pegwai yang berwenang untuk membuatnya menjadi bukti yang cukup bagi kedua belah pihak dan ahli warisnya maupun berkaitan dengan pihak lainnya sebagai hubungan hukum, tentang segala hal yang disebut didalam surat itu sebagai pemberitahuan hubungan langsung dengan perihal pada akta itu.

  Menurut ketentuan Umum Bab I Pasal 1 angka 7 dalam Undang-Undang Republik Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Jabatan Notaris (UUJN), Akta Notaris adalah Akta Otentik yang dibuat oleh atau dihadapan Notaris menurut bentuk dan tata cara yang ditetapkan dalam Undang-Undang. Sedangkan menurut Sudikno Mertokusumo juga memberikan pengertian tentang akta yaitu: “surat sebagai alat bukti yang diberi tanda tangan, yang memuat peristiwa- peristiwa yang menjadi dasar daripada suatu hak atau perikatan, yang dibuat sejak

  semuladengan sengaja untuk pembuktian. 13 Dengan demikian arti kata otentik mempunyai kekuatan pembuktian yang sempurna dapat pula ditentukan bahwa siapa pun terikat dengan

  akta tersebut, sepanjang tidak bisa dibuktikan bukti sebaliknya berdasarkan putusan

  pengadilan yag mempunyai kekuatan hukum tetap. 14

  Akta memiliki 2 (dua) fungsi penting, yaitu fungsi formil (formalitas causa) dan fungsi alat bukti (probationis causa).Fungsi formil (formalitas causa) berarti bahwa untuk lengkapnya atau sempurnanya (bukan untuk sahnya) suatu perbuatan hukum haruslah dibuat suatu akta.Fungsi alat bukti (probationis causa) akta itu dibuat semula dengan sengaja untuk

  13 Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, Liberty, Yogyakarta, 2006, h.149. 14 Habib Adjie, Kebatalan dan Pembatalan Akta Notais, PT. Refika Aditama, Bandung, 2015, h. 6 13 Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, Liberty, Yogyakarta, 2006, h.149. 14 Habib Adjie, Kebatalan dan Pembatalan Akta Notais, PT. Refika Aditama, Bandung, 2015, h. 6

  membuat sahnya perjanjian, tetapi agar dapat digunakan sebagai alat bukti dikemudian hari. 15

2. Macam-Macam Akta

  Berdasarkan bentuknya terdapa 2 jenis akta yakni akta otentik dan akta dibawah tangan,berikut penulis akan menjelaskan secara lebih rinci :

2.1.Akta Otentik

  Menurut R. Soegondo, “akta otentik adalah akta yang dibuat dan diresmikan dalam bentuk menurut hukum, oleh atau dihadapan penjabat umum, yang berwenang untuk

  berbuat sedemikian itu, di tempat dimana akta itudibuat” 16

  Dalam Pasal 1868 BW memberikan batasan secara unsur yang dimaksud dengan akta otentik yaitu :

  a. Akta itu harus dibuat oleh (door) atau dihadapan (ten overstaan) seorang Pejabat Umum.

  b. Akta itu harus dibuat dalam bentuk yang ditentukan oleh Undang-Undang. Pegawai Umum (Pejabat Umum) oleh-atau di hadapan siapa akta itu dibuat, harus

  mempunyai wewenang untuk membuat akta tersebut. 17 Akta yang dibuat oleh Notaris dapat dibedakan dalam 2 (dua) jenis yaitu 18 :

  1. Akta yang dibuat “oleh” (door) Notaris atau yang dinamakan pula “akta relaas” atau “akta pejabat” (ambetlijke aktem); yaitu misalnya berupa berita acara rapat umum pemegang sahan dalam Perseroan Terbatas dimana Notaris dalam aktanya menerangkan mengenai segala sesuatu yang ia lihat, ia dengar dan dialaminya dalam rapat dengan dituangkan dalam pengertian bahwa Notaris tersebut harus menuliskan segala sesuatu yang dikenal dengan risalah rapatnya.

  15 Subekti, Hukum Pembuktian, Pradnya Paramitha, Jakarta,2005, h.25. 16 R. Soegondo, Hukum Pembuktian, PT. Pradnya Paramita , Jakarta, 1991, h. 89.

  17 Habib Adjie,Kebatalan dan Pembatalan Akta Notais...Op.Cit, h. 5-6. 18 G.H.S. Lumban Tobing, peraturan Jabatan Notaris, erlangga, Jakarta, h.48.

  2. Akta yang dbuat “dihadapan” (ten averstaan) Notaris atau yang dinamakan “akta patrij” (patrij aktem). Misalnya akta kerja sama,akta sewa menyewa. Dimana didalam akta ini dicantumkan secara jelas mengenai keterangan-keterangan dari para pihak yang hadir di hadapan notaris yang bertindak sebagai pihak-pihak dalam akta tersebut mengenai apa yang hendak mereka cantumkan dalam akta. Para pihak dalam akta bersifat aktif, artinya bahwa akta itu tidak dibuat oleh Notaris melainkan berdasarkan kesepakatan para pihak sendiri mengenai yang akan dimasukkan ke dalam akta tersebut Notaris hanya membantuk mengkonstrasir keterangan-keterangan dari para pihak untuk disisin dalam bentuk akta.

  Perbedaan di atas sangat penting dalam kaitannya dengan pembuktian sebaliknya terhadap isi akta, dengan demikian terhadap kebenaran isi akta pejabat atau akta relaas tidak dapat digugat, kecuali dengan menuduh bahwa akta tersebut palsu, sedangkan pada akta partij atau pihak kebenaran, isi akta partij dapat digugat tanpa menuduh kepalsuannya dengan menyatakan bahwa keterangan dari pihak tidak benar. Pembuatan akta, baik akta relaas maupun akta pihak, yang menjadi dasar utama atau inti dalam pembuatan akta otentik, yaitu harus ada keinginan atau kehendak (wilsvorming) dan permintaan dari para pihak, jika keinginan dan permintaan para pihak tidak ada, maka Pejabat Umum tidak akan membuat akta yang dimaksud.

2.2. Akta Dibawah Tangan

  Pasal 1869 KUH Perdata menyatakan bahwa suatu akta yang dibuat dihadapan pejabat yang tidak berwenang bukanlah suatu akta otentik melainkan hanya berlaku sebagai akta dibawah tangan apabila para pihak telah menandatangani.Akta dibawah tangan dibuat oleh para pihak yang berkepentingan tanpa bantuan dari seorang pejabat umum.Jadi akta dibawah tangan hanya dapat diterima sebagai permulaan bukti tertulis (Pasal 1871 KUH

  Perdata) namun menurut Pasal tersebut tidak dijelaskan apa yang dimaksud dengan bukti

  tertulisitu. 19 Didalam Pasal 1902 KUH Perdata dikemukakan mengenai syarat-syarat bilamana terdapat bukti tertulis, yaitu:

  a. Harus ada akta

  b. Akta itu harus dibuat oleh orang terhadap siapa dilakukan tuntutan atau dari orang yang diwakilinya

  Akta itu harus memungkinkan kebenaran peristiwa yang bersangkutan. Jadi suatu akta dibawah tangan untuk dapat menjadi bukti yang sempurna dan lengkap dari permulaan bukti tertulis itu masih harus dilengkapi dengan alat-alat bukti lainnya. Oleh karena itu dikatakan bahwa akta dibawah tangan merupakan bukti tertulis (begin van schriftelijk bewijs). Ditinjau dari segi hukum pembuktian agar suatu tulisan bernilai sebagai akta dibawah tangan, diperlukan beberapa persyaratan pokok. Persyaratan pokok tersebut antara lain: “surat atau tulisan itu ditandatangani, isi yang diterangkan didalamnya menyangkut perbuatan hukum (rechtshandeling) atau hubungan hukum (rechts betrekking)

  dan sengaja dibuat untuk dijadikan bukti dari perbuatan hukum yang disebut didalamnya. 20

  3. Protokol Notaris Protokal Notaris ialah kumpulan dokumen yang merupakan arsip negara yang wajib disimpan dipelihara oleh Notaris. 21 Dalam Penjelasan Pasal 62 Undang-Undang Nomor 30 Tahun

  2004, jo UUJN Nomor 2 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris, disebutkan bahwa sebagai berikut:

  a. Minuta Akta;

  19 Selly Masdalia Pratiwi, Op Cit.h.66.

  20 http:www.negarahukum.comhukum akta-otentik-dan-akta-bawah-tangan.html, diakses pada

  tanggal 2 Februari 2017 pada pukul 21.09.

  21 A. A. Andi Prajitno, Pengetahuan Praktis Tentang APA DAN SIAPA PPAT (Pejabat Pembuat Akta

  Tanah?, Selaras, Malang, 2013, h. 3.

  Minuta akta adalah asli akta Notaris, dimana di dalam minuta akta ini terdiri dari (dilekatkan) data diri para penghadap dan dokumen lain yang diperlukan untuk pembuatan akta tersebut. Setiap bulannya minuta akta harus selalu dijilid menjadi satu buku yang memuat tidak lebih dari 50 akta.Pada sampul setiap buku tersebut dicatat jumlah minuta akta, bulan dan tahun pembuatannya.

  b. Buku daftar akta atau (Repertorium) adalah pelaporan tiap bulan oleh Notaris kepada Majelis Pengawas Daerah Notaris sesuai dengan daerah kerja Notaris yang dalam Repertorium ini, setiap hari Notaris mencatat semua akta yang dibuat oleh atau dihadapannya baik dalam bentuk minuta akta maupun Originali dengan mencantumkan nomor urut, nomor bulanan,hari, tanggal, sifat akta dan nama para penghadap.

  c. Buku daftar akta di bawah tangan yang pernah datanganannya dilakukan di hadapan Notaris atau akta di bawah tangan yang didaftar; Notaris wajib mencatat surat-surat di bawah tangan, baik yang disahkan maupun yang dibukukan dengan mencantumkan nomor urut, tanggal, sifat surat dan nama semua pihak.

  d. Buku daftar nama penghadap atau Klapper adalah Salah satu buku wajib yang dipergunakan untuk Notaris, buku dengan format pengisian blanko, berguna untuk mencatat laporan transaksi para penghadap di hadapan Notrais, buku ini hanya di pergunakan oleh Notaris dan PPAT. Notaris wajib membuat daftar Klapper yang disusun menurut abjad dan dikerjakan setiap bulan, dimana dicantumkan nama semua orangpihak yang menghadap, sifat dan nomor akta.

  e. Buku daftar protes; Setiap bulan Notaris menyampaikan Daftar Akta Protes dan apabila tidak ada, maka tetap wajib dibuat dengan tulisan “NIHIL”.

  f. Buku daftar wasiat; dan Notaris wajib mencatat akta-akta wasiat yang dibuatnya dalam Buku Daftar Wasiat.Selain itu,

  paling lambat pada tanggal 5 setiap bulannya, Notaris wajib membuat dan melaporkan daftar paling lambat pada tanggal 5 setiap bulannya, Notaris wajib membuat dan melaporkan daftar

  g. Buku daftar lain yang harus disimpan oleh Notaris berdasarkan ketentuan Peraturan Perundang- Undangan. Salah satunya adalah Buku daftar perseroan terbatas, yang mencatat kapan Pendiriannya dan dengan akta nomor dan tanggal berapa, Perubahan anggaran atau perubahan susunan anggota direksi, anggota dewan komisaris atau pemegang sahamnya.

  Di samping Buku Daftar yang termasuk dalam Protokol Notaris yang telah disebutkan di atas, seorang Notaris yang baik mengadministrasikan dan membuat tata kearsipan terhadap hal-hal sebagai berikut:

  1. Buku Daftar Akta Harian ;

  2. Map khusus yang berisikan minuta-minuta akta sebelum dijilid menjadi Buku setiap bulannya

  3. File Arsip Warkah Akta ;

  4. File Arsip yang berisikan copy Surat Di Bawah Tangan Yang Disahkan ;

  5. File Arsip yang berisikan copy Surat Di Bawah Tangan Yang Dibukukan ;

  6. File Arsip yang berisikan copy Daftar Protes ;

  7. File Arsip Copy Collatione (yaitu copy dari surat di bawah tangan berupa salinan yang memuat uraian sebagaimana ditulis dan digambarkan dalam surat yang bersangkutan) ;

  8. File Arsip Laporan Bulanan Notaris kepada Majelis Pengawas Daerah (MPD) yang

  dilampiri dengan tanda terima dari MPD ;

  9. File Arsip yang berisikan Laporan Wasiat kepada Direktur Perdata cq Balai Harta Peninggalan Sub Direktorat Wasiat;

  10. File Arsip yang berisikan tanda terima salinan Akta;

  11. Buku Surat Masuk dan Surat Keluar Notaris ;

  12. File Arsip Surat Masuk Notaris ;

  13. File Arsip copy Surat Keluar Notaris ;

  14. Buku Daftar tentang Badan Hukum Sosial dan Badan Usaha yang bukan badan hukum yang dibuat di kantornya.

  Setiap bulan, selambat-lambatnya tanggal 15, Notaris wajib menyampaikan secara tertulis salinan yang telah disahkannya dari daftar Akta dan daftar lain yang dibuat pada bulan sebelumnya kepada Majelis Pengawas Daerah ( Laporan Bulanan).

4. Kekuatan Pembuktian Akta Notaris

  Akta otentik merupakan bukti sempurna bagi kedua belah pihak dan ahli warisnya serta sekalian orang yang mendapatkan hak dari padanya.Apa yang tersebut di dalamnya perihal pokok masalah dan isi dari akta otentik itu dianggap tidak dapat disangkal kebenarannya, kecuali jika dapat dibuktikan bahwa apa yang oleh pejabat umum itu dicatat sebagai hal benar tetapi tidaklah demikian halnya.

  Daya bukti sempurna dari akta otentik terhadap kedua belah pihak, dimaksudkan jika timbul suatu sengketa dimuka hakim mengenai suatu hal dan salah satu pihak mengajukan akta otentik, maka apa yang disebutkan di dalam akta itu sudah dianggap terbukti dengan sempurna. Jika pihak lawan menyangkal kebenaran isi akta otentik itu, maka ia wajib membuktikan bahwa isi akta ituadalah tidak benar.

  Dalam suatu proses perkara perdata apabila pihak penggugat mengajukan akta otentik sebagai alat bukti, sedangkan pihak tergugat menyatakan bahwa isi dari akta itu tidak benar, maka beban pembuktian beralih kepada pihak tergugat yaitu pihak tergugat wajib membuktikan ketidakbenaran dari akta tersebut. Kekuatan pembuktian sempurna mengandung arti bahwa isi akta itu dalam pengadilan dianggap benar sampai ada bukti perlawanan yang melumpuhkan akta tersebut.

  Apabila suatua akta tidak memiliki unsur sebagaimana dimaksud dengan ketentuan akta otentik maka akta yang bersangkutan hanya mempunyai kekuatan pembuktian sebagai akta di bawah tangan atau akta tersebut didegradasi kekuatan pembuktiannya sebagai akta yang mempunyai kekuatan pembuktian sebagai akta di bawah tangan.

B. Hasil Penelitian

  Untuk mendapatkan informasi sesuai dengan rumusan masalah yang penulis paparkan di Bab

  I penulis melakukan penelitian dengan wawancara terhadap 5 Notaris seperti di bawah ini:

  1. Notaris Alfred. Yutson siki, S.H, M.Kn.yang beralamat di Jln. Printis kemerdekaan, Kelapa Lima, Kota Kupang ( NTT). Di kantor Notaris Alfred Yutson ternyata pernah terjadi kelalaian pencatatan Nomor akta ke buku (Reportorium) Notarisdikarenakan adanya kelalaian dari pegawai kantor.Disampaikan bahwa sekurangnya terdapat 1-2 akta yang lalai dicatat dalam buku Repotorium dalam setahun.Terhadap hal ini Notaris menjelaskan tentang peran mereka dalam proses pemembuatan akta. Dimana proses tersebut dimulai dengan tahapan menyimpan akta, memberikan grosse, salinan dan kutipan akta dan memberikan kepastian tanggal pembuatan akta sebagaimana kewajiban pembuat akta otentik. Adapun untuk menyelesaikan kelalaian pencatatan akta tersebut oleh Notaris dijelaskan langkah yang diambil adalah memanggil kembali para pihak untuk menyampaikan kelalaian penomeran tersebut. Langkah tersebut merupakan bentuk tanggung jawab sikap Notaris sesuai UUJN dan Kode Etikyaitu dalam pencatatan akta haruslah bersikap berperilaku yang baik dan dalam perbuatan atau tindakan yang

  dilakukan tersebut dimaksudkan untuk menjaga, memelihara citra serta wibawa, lembaga kenotariatan dan menjunjung tinggi keluhuran dan martabat Jabatan Notaris.Lebih lanjut dijelaskan bahwa tujuan dari pencatatan Nomor akta di atas menurut Notaris ini adalah sebagai bukti bahwa akta tersebut sudah tercatat ke buku (Reportorium) untuk pembuktian di pengadilan. Pencatatan akte notaris dalam ke buku (Reportorium) Notaris, menurut Notaris tersebut dilakukan setiap hari setelah di keluarkannya salinan atau minuta, atau disaat penandatanganan akta.Dengan demikian merupakan kewajiban Notaris untuk mencatatkan Nomor akta dalam buku (Reportorium) Notaris pada hari yang sama denganhari pembuatan akta atau penandatanganan atau penomeran akta. Jika terjadi kelalaian dalam mencatatkan nomor akta dalam buku repotorium akan mengakibatkan akta tersebut akan tetap sah berlaku bagi para pihak dan akta akan menjadi akta di bawa tangan. Dengan demikian kelalian dalam mencatatkan nomor akta dalam buku repotorium memberikanakibat yuridisaktatetap sah namun mengenai administratif akte harus di perbaiki setelah di sampaikan kepada para pihak.Oleh karena itu jika terjadi kelalaian dalam mencatatkan nomor akta dalam buku repotorium, makaNotaris menyampaikan kepada para pihak untuk merubah Nomor, dan tanggal akta, tersebut setelah ada kesepakatan dari para pihak. Namun tetap dilakukan pencatatan dalam Reportorium walaupuntelah lewat waktu.Secara tehnis mereka menyampaikan kelalian pencatatan nomor akta dalam buku repotorium kepada para pihak dengan cara memanggil kembali para pihak dengan melihat Nomor telpon di buku daftar tamu untuk menghubungi mereka agar datang kembali ke kantor untuk menyampaikan kelalaian tersebut. Selanjutnya dinformasikan bahwa berkaitan dengan kelalaian mencatatkan nomor akta dalam buku repotorium tidak ada sanksi terhadap Notaris. Tindakan yang dilakukan jika ia lupa atau lalai mencatat Nomor akta pada buku ReportoriumNotaris, akan dibuatt nomor tambahan seperti 1.1 atau 1.a.Diinformasikan juga bahwa kelalaian dilakukan tersebut dimaksudkan untuk menjaga, memelihara citra serta wibawa, lembaga kenotariatan dan menjunjung tinggi keluhuran dan martabat Jabatan Notaris.Lebih lanjut dijelaskan bahwa tujuan dari pencatatan Nomor akta di atas menurut Notaris ini adalah sebagai bukti bahwa akta tersebut sudah tercatat ke buku (Reportorium) untuk pembuktian di pengadilan. Pencatatan akte notaris dalam ke buku (Reportorium) Notaris, menurut Notaris tersebut dilakukan setiap hari setelah di keluarkannya salinan atau minuta, atau disaat penandatanganan akta.Dengan demikian merupakan kewajiban Notaris untuk mencatatkan Nomor akta dalam buku (Reportorium) Notaris pada hari yang sama denganhari pembuatan akta atau penandatanganan atau penomeran akta. Jika terjadi kelalaian dalam mencatatkan nomor akta dalam buku repotorium akan mengakibatkan akta tersebut akan tetap sah berlaku bagi para pihak dan akta akan menjadi akta di bawa tangan. Dengan demikian kelalian dalam mencatatkan nomor akta dalam buku repotorium memberikanakibat yuridisaktatetap sah namun mengenai administratif akte harus di perbaiki setelah di sampaikan kepada para pihak.Oleh karena itu jika terjadi kelalaian dalam mencatatkan nomor akta dalam buku repotorium, makaNotaris menyampaikan kepada para pihak untuk merubah Nomor, dan tanggal akta, tersebut setelah ada kesepakatan dari para pihak. Namun tetap dilakukan pencatatan dalam Reportorium walaupuntelah lewat waktu.Secara tehnis mereka menyampaikan kelalian pencatatan nomor akta dalam buku repotorium kepada para pihak dengan cara memanggil kembali para pihak dengan melihat Nomor telpon di buku daftar tamu untuk menghubungi mereka agar datang kembali ke kantor untuk menyampaikan kelalaian tersebut. Selanjutnya dinformasikan bahwa berkaitan dengan kelalaian mencatatkan nomor akta dalam buku repotorium tidak ada sanksi terhadap Notaris. Tindakan yang dilakukan jika ia lupa atau lalai mencatat Nomor akta pada buku ReportoriumNotaris, akan dibuatt nomor tambahan seperti 1.1 atau 1.a.Diinformasikan juga bahwa kelalaian

  

  22

  2. Notaris Bernadeta Retno Dewanti S.H, M.Kn yang beralamat di Jln. Printis Kemerdekaan, Kelapa Lima Kota Kupang ( NTT). Informasi yang didapatkan dari Ibu Bernadeta Retno Dewanti Sh MKn, tidak jauh berbeda dengan apa yang telah dipaparkan oleh Alfred. Yutson siki, S.H, M.Kn. Diperoleh informasi bahwa di kantor notaris Bernadeta Retno Dewanti Sh MKnpernah terjadi kelalaian pencatatan nomor akta ke buku (Reportorium) karena kelalaian dari karyawan kantor. Tercatat bahwa terdapat 1-2 akta yang mereka lalai dalam setahun.Selanjutnya diinformasikan bahwa kewajiban Notaris untuk mencatat Nomor akta ke buku (Reportorium) Notaris adalah mereka mengikuti aturan Undang- Undang Jabatan Notaris dan Kode Etik Notaris wajib sikap, perilaku, perbuatan atau tindakan yang harus atau wajib dilakukan oleh, dalam menjaga, memelihara citra serta wibawa lembaga kenotariatan dan menjunjung tinggi keluhuran dan martabat Jabatan Notaris. Adapun tujuan dari pencatatan Nomor akta dalam buku Repotorium adalah sebagai bukti bahwa akta tersebut sudah tercatat ke buku (Reportorium) untuk pembuktian di pengadilan. Kewajiban Notaris untuk mencatat Nomor akta dalam ke buku (Reportorium) Notaris yakni setiap hari setelah di keluarkannya salinan atau minuta, atau disaat penandatanganan akta, setelah itu mereka mencatakan ke buku (Reportorium) Notaris. Sebagaimana ketentuan yang ada bahwa kewajiban notaris untuk memnatatkan nomor akta dalam buku repotorium adalah hari yang sama dengan hari pembuatan atau penanda tangan akte notaris. Dengan demikian akte yangdibuat pada hari itu harus dicatatakn nomor aktenya pada hari itu juga.

  22 Hasil wawancara dengan Notaris ALFRED YUTSON SIKI S.H., M.Kn, tgl 1 februari 2017, jam 1:00 siang. Kota Kupang

  Jika terjadi kelalaian dalam pencatatan nomor akte dalam buku Repotorium, maka Notaris akan memanggil kembali para pihak untuk menyampaikan kelalaian pencatatan nomor akta dalam buku Repotorium.Selanjutnya solusi Notaris terhadap kelalaian dalam mencatakan Nomor akta ke buku (Reportorium) tersebut adalah dengan caramereka menyampaikan kepada para pihak untuk merubah Nomor, dan tanggal akta, tersebut setelah ada kesepakatan dari para pihak. Pemanggilan secara tehnis dilakukan dengan mencari nomor dan alamat para pihak utnuk dihubungi dan meminta kepada para pihak untuk datang ke kantor pada waktu yang telah disepakati. Diinformasikan bahwa tidak ada sanksibagi Notaris jika tidak melakukan penomeran dalam buku (Reportorium) Notaris. Namun tindakan yang dilakukan Notaris jika ia lupa atau lalai mencatat Nomor akta yang sah ke (Reportorium) Notaris menurut Notaris tersebut mereka biasanya membuat Nomor tambahan seperti 1.1, 1a. Dalam masalah inimenurut Notaris diatas belum pernah sampai ke pengadilan, namun hanya sebatas di kantor. 23

  2. Notaris Selvie Novitasary S.H, M.Kn yang beralamat di Jln. Karanganyar Ringroad Solo Jawa Tengah. Pernah terjadi kelalaian dalam pencatatan Nomor akta ke buku (Reportorium) Notaris karena volume pekerjaan sangat tinggi di kantor. Tercatat terdapat 1-

  2 akta yang mereka lalai dalam setahun.Mengenai hal ini Notaris juga menjelaskan tentang perannya dalam proses pemembuatan akta. Pertama mereka menyimpan akta, memberikan grosse, salinan dan kutipan akta dan memberikan kepastian tanggal pembuatan akta, dan menurut Notaris diatas mereka mengikuti kewajiban pembuat akta otentik. Selanjutnya yang dilakukan Notaris jika ia lupa mencatat Nomor akta pada buku (Reportorium) Notaris adalah ia akan membuat berita acara sebelum akta di

  23 Wawancara dengan Notaris Bernadeta Retno Dewanti S.H.,M.Kn. tgl 8 februari 2017, jam 2:10 Kupang

Dokumen yang terkait

OPTIMASI FORMULASI dan UJI EFEKTIVITAS ANTIOKSIDAN SEDIAAN KRIM EKSTRAK DAUN KEMANGI (Ocimum sanctum L) dalam BASIS VANISHING CREAM (Emulgator Asam Stearat, TEA, Tween 80, dan Span 20)

97 464 23

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

Analisis tentang saksi sebagai pertimbangan hakim dalam penjatuhan putusan dan tindak pidana pembunuhan berencana (Studi kasus Perkara No. 40/Pid/B/1988/PN.SAMPANG)

8 102 57

ANALISIS YURIDIS PUTUSAN BEBAS TERHADAP ANAK PELAKU TINDAK PIDANA KESUSILAAN DENGAN KORBAN ANAK (Putusan Nomor 24/Pid.Sus/A/2012/PN.Pso)

7 78 16

Diskriminasi Perempuan Muslim dalam Implementasi Civil Right Act 1964 di Amerika Serikat

3 55 15

Identifikasi Jenis Kayu Yang Dimanfaatkan Untuk Pembuatan Perahu Tradisional Nelayan Muncar Kabupaten Banyuwangi dan Pemanfaatanya Sebagai Buku Nonteks.

26 327 121

Kekerasan rumah tangga terhadap anak dalam prespektif islam

7 74 74

Peningkatan keterampilan menyimak melalui penerapan metode bercerita pada siswa kelas II SDN Pamulang Permai Tangerang Selatan Tahun Pelajaran 2013/2014

20 223 100

Kesesuaian konsep islam dalam praktik kerjasama bagi hasil petani desa Tenggulun Kecamatan Solokuro Kabupaten Lamongan Jawa Timur

0 86 111