Dampak Dominasi Neoliberalisme bagi Perekonomian Negara Berkembang

D. Dampak Dominasi Neoliberalisme bagi Perekonomian Negara Berkembang

Ketika berbagai kebijakan neoliberalisme direkomendasikan ke hampir semua negara berkembang, paketnya digambarkan sebagai

251 satu-satunya jalan menuju kemakmuran ekonomi global saat ini. Para

Neoliberaisme Sebagai Bentuk Mutahir Kapitalisme

penganjurnya bahkan menjadi lebih bersemangat setelah satu sampai dua dasawarsa kebijakan neoliberalisme dijalankan. Negara- negara yang mengalami krisis pada pertengahan dan akhir tahun 1990-an justeru dianggap tidak menerapkan atau setidaknya kurang konsisten dalam penerapannya.

Sementara itu, pembahasan kita telah mengarah kepada kesinambungan dominasi kapitalisme atas perekonomian dunia, dan neoliberalisme hanyalah bentuk mutakhirnya yang berlangsung hampir tiga dekade ini (terhitung sejak awal 1980-an). Segala macam ”janji” neoliberalisme harus ditelusuri sejak era-era sebelumnya, baik dari aspek konseptual maupun realita yang berkembang.

Kita memang akan kesulitan memisahkan antara kehidupan dunia modern dengan kapitalisme. Segala macam kemajuan teknologi, peningkatan produksi barang dan jasa, taraf kehidupan rata-rata yang meningkat, dan lain sebagainya bisa saja diklaim se- bagai bukti keberhasilan tatanan perekonomian kapitalisme. Kemajuan itu akan tampak jelas jika dilihat dari ukuran-ukuran teknis ekonomi, seperti : pertumbuhan ekonomi, pendapatan per kapita, nilai perdagangan antar negara, ketersediaan barang dan jasa, tingkat konsumsi, dan berbagai ukuran konsumsi lainnya.

Jika kita sederhanakan, keberatan yang utama dari para peng- kritik neoliberalisme adalah pada ketidakadilan dalam soal distribusi sumber-sumber ekonomi dan pendapatan. Ada ketimpangan yang lebar dan cenderung semakin melebar dalam perbandingan antara negara-negara yang industri maju dan yang sedang berkembang, dan antara orang-orang yang kaya dengan yang miskin di seluruh dunia. Bahkan, ada pula yang melihat terjadinya perlambatan pertumbuhan produksi total dalam banyak komoditi penting sejak neoliberalisme menjadi konsep kebijakan yang dominan di seluruh dunia.

NEOLIBERALISME MENCENGKERAM INDONESIA

1. Klasifikasi Negara-Negara Berdasar Pendapatan Bank Dunia melakukan klasifikasi berdasar tingkat pendapatan

nasional bruto ( gross national income disingkat GNI) per kapita atas sekitar 208 perekonomian. Hampir semua entitas perekonomian yang dimaksud adalah negara nasional (secara politik), namun ada beberapa diantaranya tidak dalam pengertian negara merdeka. Bank Dunia membedakan mereka menjadi pendapatan rendah ( low income biasa disingkat LIC), pendapatan menengah-bawah ( lower-middle income disingkat LMC), pendapatan menengah-atas ( upper-middle income disingkat UPC), pendapatan tinggi menurut OECD, dan negara-negara berpendapatan tinggi lainnya.

Secara periodik batas angka GNI per kapita yang dijadikan ukur- an klasifikasi mengalami perubahan. Perekonomian dengan GNI per kapita pada tahun 2005 (masih dipakai dalam laporan Bank Dunia tahun 2008) diklasifikasi sebagai berikut: kurang dari sampai dengan USD 905 disebut LIC; antara USD 906 sampai dengan USD 3.595 di- sebut LMC; antara USD 3.596 sampai dengan USD 11.115 disebut UPC; diatas USD 11.115 adalah high-income (OECD atau pendapatan tinggi lainnya).

Perlu diketahui bahwa penggunaan istilah negara berkembang oleh PBB agak sedikit berbeda dengan klasifikasi tersebut. Perbedaan utamanya berkenaan dengan sebagian perekonomian yang ter- golong pendapatan tinggi lainnya (seperti Kuwait, Qatar dan Uni Emirat Arab) yang tetap dianggap negara berkembang. Ukuran yang dipakai antara lain menyangkut soal tingkat pendidikan, akses ke- pada kesehatan, struktur ekspor, dan lain sebagainya. Ada sekitar 160 negara yang dianggap negara berkembang pada saat ini.

Dari 208 perekonomian menurut sistem klasifikasi Bank Dunia berdasar GNI per kapita pada tahun 2005, ada 61 yang termasuk berpendapatan tinggi, dan 147 yang berpendapatan rendah dan menengah. Ada sekitar 5,49 miliar penduduk yang hidup di 147

253 perekonomian itu, atau sekitar 84,21 persen dari 6,52 miliar penduduk

Neoliberaisme Sebagai Bentuk Mutahir Kapitalisme

dunia (tahun 2006). Khusus di negara berpendapatan rendah (LIC) ada sekitar 2,40 miliar jiwa atau 36,87 persen dari penduduk total dunia.

Sekadar gambaran awal dalam hal ini bisa disimak tabel 4.1, yang diolah dari laporan Bank Dunia tahun 2008, yang memakai data tahun 2005 dan tahun 2006. Perhatikan bahwa keadaan umum perekonomian dengan GNI per kapita yang rendah disertai pula de- ngan ciri-ciri lain yang secara perbandingan menunjukkan keadaan lebih buruk daripada kelompok pendapatan di atasnya. Ada soal per- tumbuhan penduduk yang tinggi dan soal komposisi penduduk de- ngan persentase usia 0-14 tahun yang tinggi, yang mencerminkan tingkat ketergantungan pada penduduk usia produktif. Ada pula soal tingkat melek huruf dan tingkat harapan hidup.

Dengan beberapa kalimat sederhana kita akan bisa me- nyimpulkan bahwa kurang dari seperenam penduduk dunia hidup di negara dengan GNI per kapita per tahun sebesar USD 37.528, yang hanya memiliki 18 % penduduk usia muda (yang hidupnya dianggap ditanggung oleh mereka yang berusia produktif), dengan ke- mungkinan bisa hidup selama 80 tahun dan hampir seluruh pen- duduk dewasanya bisa baca tulis. Sementara itu, sebagian besar pen- duduk dunia hidup dengan taraf yang berbeda. Secara lebih khusus, ada lebih dari sepertiga penduduk dunia hidup di negara ber- pendapatan rendah dengan GNI per kapita USD 650, dengan 36 % penduduk usia muda, harapan hidup sebesar 59 tahun dan hanya sekitar 61 % penduduk dewasanya yang melek huruf.

NEOLIBERALISME MENCENGKERAM INDONESIA

Tabel 4.1 Beberapa Indikator Pembangunan Menurut Kelompok Negara

Penduduk % usia GNI per Harapan Hidup % (2005)

Kelompok Tingkat Juta pertum- 0–14

Melek (2006) buhan tahun $(2006)

kapita

LP Huruf

Low income 2,403

58 60 61 Lower middle income

2,276 0.9 25 2,037 69 73 89 Upper middle income

810 0.8 25 5,913 66 74 94 High Income

1,029 0.7 18 37,528 76 82 99 Dunia

6,518 1.2 28 7,439 66 70 82 Sumber: World Development Report 2008, diolah

Penggambaran ketimpangan secara indikator ekonomi (pem- bangunan) antara berbagai penduduk dunia ini akan terlihat lebih buruk jika yang dibandingkan adalah antara 20 persen penduduk dunia yang terkaya (yang sebagian besarnya hidup di negara ber- pendapatan tinggi) dengan 20 persen penduduk dunia yang ter- miskin (yang sebagian besarnya hidup di negara berpendapatan rendah dan menengah). Ketimpangan antara mereka semakin mem- buruk, terutama ketika neoliberalisme menjadi konsep pengelolaan ekonomi yang dominan di kebanyakan negara. Perhatikan tabel 4.2 dimana keadaan sejak tahun 1980 justeru semakin parah. Pada tahun 2000, posisinya adalah tujuh puluh lima kali lipat, yang besar ke- mungkinan akan memburuk lagi pada akhir dasawarsa ini.

T Taabbeell 4.2 R Raassiioo PPeen nddaap paattaan n 2200% % PPeen nddu uddu uk kD Du un niiaa T Teerrk kaay yaa ddaan nT Teerrm miissk kiin n

Tahun Rasio

70 banding 1 Sumber: Todaro (2003) yang mengolah berbagai edisi Human Development Report dari UNDP

255 Sesungguhnya, data-data di atas hanya mengindikasikan se-

Neoliberaisme Sebagai Bentuk Mutahir Kapitalisme

bagian masalah akibat dominasi kapitalisme (yang saat ini berwujud neoliberalisme) bagi keadaan kebanyakan negara dan penduduk dunia. Kita bisa melihat pertandanya pula dalam keadaan umum perekonomian negara berkembang. Berbagai buku teks ilmu ekonomi pembangunan (yang berarti cukup diakui oleh ilmu ekonomi mainstreams) telah membahas berbagai ciri perekonomian tersebut selama beberapa dekade terakhir. Sejauh ini, segala rekomendasinya tidak memperbaiki keadaan secara berarti.

Ciri-ciri negara berkembang itu yang masih menyolok antara lain: standar hidup yang rendah bagi kebanyakan warganya; per- tumbuhan penduduk dan beban ketergantungan yang masih tinggi; struktur ekonomi yang terutama bergantung kepada produksi per- tanian dan atau ekspor bahan-bahan mentah (seperti hasil per- tambangan); perekonomian yang tergantung pada hubungan internasional (asing) dan amat rentan terhadap gejolak eksternal. Termasuk dalam ciri yang terakhir itu adalah keadaan utang luar negeri, arus keluar masuk modal asing, serta dominasi asing atas komoditi ekspor-impornya.

Ketimpangan ekonomi antar negara pada dasarnya telah diindikasikan oleh hampir semua indikator yang dikenal dalam ilmu ekonomi. Diantaranya kita bisa memperhatikan soal arus per- dagangan barang internasional, arus modal internasional, pemakaian energi, produktivitas tenaga kerja, kepemilikan atau penguasaan sumber-sumber ekonomi, nilai tukar komoditi, nilai tukar mata uang, dan lain sebagainya.

2. Tingkat Kemiskinan yang Amat Tinggi Kita sudah mengetahui bahwa keadaan umum penduduk di

negara berkembang jauh berada di bawah negara industri maju. Namun perlu ditambahkan bahwa masih ada ketimpangan lagi

NEOLIBERALISME MENCENGKERAM INDONESIA

dalam kehidupan internal perekonomian negara bersangkutan. Standar hidup dari sebagian besar penduduknya sedemikian rendah, sehingga mereka biasa disebut penduduk miskin, baik dalam ukuran nasional maupun internasional. Jadi kita harus membaca GNI per kapita yang sudah rendah itu masih merupakan rata-rata dari se- bagian mereka yang kaya dan sebagian yang miskin.

Sekadar gambaran, kita bisa mencermati tabel 4.3 yang me- nyajikan tingkat kemiskinan dari beberapa negara berkembang (ada yang termasuk LIC, LMC dan UPC) yang memiliki jumlah penduduk besar. Ukuran kemiskinan USD 1 dan USD 2 per hari per kapita ber- arti adalah sekitar USD 360 dan USD 720 per tahun. Namun, cara per- hitungannya sedikit rumit karena yang dimaksud adalah dalam ukuran yang telah disesuaikan dengan paritas daya beli ( purchasing power parity -PPP) negara bersangkutan. Kita tidak perlu men- jelaskan di sini, karena dimaksudkan sebagai alat penggambaran keadaan kemiskinan dan ketimpangan saja. Yang jelas, masih ada sekitar seperlima penduduk dunia atau 1,3 miliar penduduk sangat miskin (ukuran 1 dolar) dan hampir separoh penduduk dunia jika ukurannya 2 dolar. Perhatikan bahwa dengan ukuran 2 dolar maka kebanyakan penduduk negara berkembang adalah miskin. Contohnya: Bangladesh (84 %), Ethiopia (77,8 %), India (80,4 %), Nigeria (92,4 %), dan Pakistan (73,6). Untuk Indonesia, menurut tabel adalah 52,4 %, sedangkan data yang lebih baru dari Bank Dunia (2007) hanya sedikit membaik, yaitu 49 %.

Yang perlu dicatat adalah standar 1 dolar dipakai lebih belakangan, yang nampaknya berkaitan dengan terlampau tingginya jika yang dipergunakan adalah ukuran 2 dolar. Semula dimaksud untuk memprioritaskan penanganan mereka yang termiskin, namun belakangan jadi ukuran prestasi pembangunan. Sebagai contoh, proyek MDGs lebih suka memakai ukuran 1 dolar itu, sehingga ke-

257 majuannya lebih mungkin untuk diklaim sebagai keberhasilan

Neoliberaisme Sebagai Bentuk Mutahir Kapitalisme

proyek. Tabel 4.3 Tingkat Kemiskinan Beberapa Negara Berkembang

Garis kemiskinan Garis kemiskinan internasional

Negara Penduduk 2006 (juta) Tahun

nasional

survei % miskin Tahun survei $1 a day $2 a day

1999-00 23,0 77,8 India

73 1999-00

2004-05 34,3 80,4 Indonesia

1999-00 3,1 43,9 Meksiko

2003 14,8 43,0 Sumber: World Developmen Report, diolah

Catatan lain, tabel 4.3 itu hanya menyajikan negara berkembang yang berpenduduk amat banyak, Sebagian diantaranya sebenarnya tergolong berpendapatan menengah atas (UMC), seperti : Brazil dan Meksiko. Ada banyak negara lain yang kondisinya lebih buruk dari sebagian negara dalam tabel itu. Diantaranya (angka dalam kurung merupakan jumlah penduduk pada tahun 2006) adalah: Angola (16 juta), Burkina Faso (14 juta), Burundi (8 juta), Kamerun (17 juta), Kamboja (14 juta), Pantai Gading (18 juta), Ekuador (18 juta), Ghana (23 juta), Uganda (30 juta), Srilangka (20 juta), dan beberapa negara lain yang berpenduduk jutaan pula.

Kita pun harus memahami bahwa kemiskinan adalah penamaan kondisi yang kompleks, namun intinya adalah kesulitan me- langsungkan hidup secara layak sebagai manusia. Mereka harus

NEOLIBERALISME MENCENGKERAM INDONESIA

mengkonsumsi makanan dengan kalori yang tidak mencukupi, kesulitan mendapatkan air bersih, tinggal di rumah tak layak dan lingkungan yang amat tidak sehat, kurang mendapat layanan ke- sehatan, tidak mampu mengakses pendidikan yang baik, mendapat perlakuan buruk dalam layanan publik, serta berbagai ketidak- berdayaan lainnya. Pada saat bersamaan, mereka sempat melihat dengan mata kepala sendiri (atau melalui media seperti televisi) cara hidup yang amat berkebalikan dari sekelompok orang lain.

3. Mitos Pembangunan Neoliberalisme Dalam kondisi kemiskinan dan ketimpangan yang buruk (antar

negara, antar penduduk berbeda negara, dan antar penduduk dalam suatu negara) itu, para pendukung neoliberalisme tetap bersikukuh bahwa konsep mereka adalah yang paling mungkin untuk mem- perbaiki keadaan. Sekalipun sudah tidak setegas pada pernyataan awalnya dimana terkenal ungkapan ”tidak ada alternatif”, kaum neo- liberalis masih terus mengedepankan keyakinannya hingga kini, dan hanya sedikit ”memperbaiki” konsep kebijakan yang dianggap kurang.

Uraian berikut meminjam analisis Chang dan Grabel (2004) yang menyebutkan adanya enam mitos yang dikedepankan oleh kaum neoliberalis sebagai dasar dari berbagai kebijakannya. Disebut se- bagai mitos karena ternyata tidak memiliki cukup dasar pembuktian yang kuat, setidaknya tidak sepenuhnya benar. Mitos itu adalah: negara kaya mencapai kemakmuran berkat komitmen yang kuat ter- hadap pasar bebas; neoliberalisme berjalan dengan baik; globalisasi neoliberal tidak dapat dan tidak akan berhenti; kapitalisme ala Amerika adalah sistem ideal yang mesti diikuti semua negara berkembang; model Asia-Timur itu unik, sedangkan model Anglo- Amerika itu universal; dan negara berkembang membutuhkan

259 aturan yang ditetapkan oleh institusi lokal pembuat kebijakan yang

Neoliberaisme Sebagai Bentuk Mutahir Kapitalisme

independen secara politik. Chang dan Grabel membongkar mitos itu satu per satu. Sebagai contoh, mitos pertama dibantah dengan mengajukan fakta-fakta bahwa negara-negara kaya itu dahulunya (bahkan masih berlangsung dalam tingkat tertentu) melakukan intervensi dan proteksi atau tidak terlampau menganut perdagangan dan arus finansial bebas. Sementara itu, kisah sukses sebagian negara berkembang justeru adalah karena program intervensi yang dirancang dengan baik.

Mitos kedua dibantah dengan menunjukkan fakta bahwa neo- liberalisme tidaklah membawa pertumbuhan perekonomian, bahkan dalam ukuran yang dianut oleh kaum neoliberalis itu sendiri. Disodorkan pula realita seperti: sistem itu terbukti tidak mampu menutupi biaya-biaya yang ditimbulkannya; kesenjangan dalam negeri dan antar negara yang semakin buruk; kemiskinan yang semakin parah dan kondisi sosial yang mengalami kemunduran; dan tidak menumbuhkan demokrasi seperti yang dijanjikan.

Mitos ketiga yang dibangun atas argumentasi bahwa globalisasi digerakkan oleh kemajuan teknologi, sehingga menjadi amat mahal jika menolaknya, juga dibantah. Antara lain dikemukakan bahwa globalisasi bukan hasil akhir dari kecanggihan teknologi yang tak dapat dielakkan; bahwa penggerak utama dibalik globalisasi adalah keputusan politik, bukan teknologi; jaringan antara globalisasi dan neoliberal dapat dihancurkan.

Mitos keempat dan kelima dikatakan Chang dan Grabel sebagai lebih didasarkan angan-angan mengenai kedigdayaan Amerika, bukan hasil analisa yang seksama dan obyektif. Dikatakan pula bahwa secara empiris justeru model Asia Timur telah memainkan peranan yang jauh lebih penting dalam mendorong pembangunan ekonomi di seluruh dunia. Yang jelas, model Anglo-Amerika justeru tidak universal.

NEOLIBERALISME MENCENGKERAM INDONESIA

Mitos keenam berujung kepada pelucutan peran politikus yang dipilih secara demokratis kepada para teknokrat yang mendasarkan diri pada aturan yang ditetapkan oleh institusi internasional. Masalahnya, sampai saat ini tidak ada bukti bahwa mengisolasi ke- bijakan dari proses politik telah meningkatkan kinerja perekonomi- an. Bahkan, yang terjadi adalah pemberian beban biaya yang berat pada sektor perekonomian domestik dan terutama pada segmen masyarakat yang paling rentan.

Kotak 4.4 Ringkasan Argumen Dibalik Mitos Pembangunan Neoliberalisme

Argumen Kontra Argumen

Negara kaya mencapai kemakmuran

Rahasia sukses mereka bukan per- melalui perdagangan dan arus

dagangan dan arus finansial bebas finansial bebas

Kisah sukses sebagian negara ber-

Negara berkembang menderita karena kembang karena program intervensi mengadopsi kebijakan intervensi pasar

yang dirancang dengan baik

Neoliberalisme meraih sukses, ketika

Neoliberalisme tidaklah membawa kebijakan lain gagal

pertumbuhan perekonomian, bahkan

Setelah berjalan dua dekade, neo- dalam ukurannya sendiri liberalisme memang membuahkan

Tidak mampu menutupi biaya-biaya hasil

yang ditimbulkannya

Memperburuk kesenjangan dalam negeri dan antar negara

Kemiskinan yang semakin parah dan kondisi sosial yang mengalami ke- munduran di negara berkembang

Tidak menumbuhkan demokrasi

Globalisasi digerakkan oleh kemajuan

Globalisasi bukan hasil akhir dari teknologi

kecanggihan teknologi yang tak dapat

Akan menjadi mahal jika menjalankan

dielakkan

kebijakan lain diluar neoliberalisme

Penggerak utama dibalik globalisasi adalah keputusan politik, bukan teknologi

Jaringan antara globalisasi dan neo- liberal dapat dihancurkan.

Neoliberaisme Sebagai Bentuk Mutahir Kapitalisme

Argumen Kontra Argumen

Konsep ekonomi baru tahun 1990an ■ Didasarkan angan-angan mengenai merefleksikan dinamisme dan ke-

kedigdayaan Amerika, bukan hasil unggulan model ekonomi ala Amerika

analisa yang seksama dan obyektif

Keunggulan model Amerika juga di- ■ Tidak pernah ada konsep ekonomi baru tunjukkan oleh kegagalan ekonomi di

di tahun 1990an Eropa dan Jepang

Ledakan ekonomi tahun 1990an tidak menguntungkan kehidupan masyarakat awam Amerika

Keruntuhan gelembung pasar saham Amerika mengindikasikan korupsi korporasi dan alokasi sumber daya yang salah kaprah

Banyak negara industri lain yang menunjukkan kinerja ekonomi sama atau lebih baik dari Amerika

Model Asia Timur tidak bisa diterapkan ■ Kesuksesan model Asia Timur tidak di luar wilayah itu karena kondisi

hanya bisa dijelaskan atas dasar ke- budaya dan kesejarahannya

unikannya