Etika Kerja Islam Konsep Kerja dalam Islam

demikian itu terdapat tanda- tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang beriman.” QS. Az-Zumar 39 ayat 52. Agama Islam mengajarkan penegakkan spiritualitas dalam perilaku manusia ketika beraktifitas pada pekerjaannya. Muhammad 2004 menjelaskan bahwa spiritualitas tersebut dilihat melalui 3 aspek, yaitu: 1. Selalu ingat kepada Allah sebagi prioritas utama, 2. Adanya motivasi untuk berbagi, dan 3. Memiliki kemurahan hati. Aspek selalu ingat kepada Allah sebagai prioritas utama memiliki arti bahwa seorang Muslim diperintahkan untuk selalu mengingat Allah pada setiap kesibukan pekerjaannya. Hal ini bertujuan untuk menjaga aktivitas pekerjaan sesuai dengan kaidah aturan dan tidak melencengmelanggar norma agama. Aspek kedua artinya bahwa setiap aktivitas pekerjaan, hendaknya terdapat niat untuk memberikan pengabdian penuh kepada manusia dan memenuhi harapan masyarakat. Aspek kemurahan hati merujuk pada apa yang terdapat pada Al- Qur‟an, yaitu memiliki sopan santun, menghilangkan kesulitan orang lain, memberikan bantuan, memiliki sikap pemaaf, dan memberi kepada yang berhak.

2.1.2.2. Etika Kerja Islam

Etika adalah sikap kejiwaan seseorang dalam membina hubungan yang serasi, selaras, dan seimbang dengan lingkungannya Sinungan, 2005. Lingkungan disini adalah manusia, makhluk ciptaan Allah SWT seperti hewan dan tumbuhan, serta lingkungan tempat manusia tinggal. Etika kerja memiliki arti sikap kejiwaan seseorang dalam membina hubungan yang serasi dengan lingkungan pekerjaannya. Tidak hanya berupa lingkungan di dalam organisasi, tetapi juga lingkungan di luar organisasi, seperti masyarakat dan lingkungan hidup. Setiap pribadi Muslim Muslimah harus memiliki nilai yang inheren dalam dirinya. Nilai-nilai tersebut diadaptasi dari Al- Qur‟an dan digabungkan dengan Sunnah Rasullullah SAW, sehingga menjadi Kode Etik Islam Muhammad, 2004. Islam memiliki etika yang berkaitan dengan pekerjaan. Menurut Isgiyarta 2012 pandangan etika kerja dalam Islam yaitu: 1. Bekerja merupakan aktivitas wajib sebagai perwujudan ibadah dan perilaku terpuji, semata-mata menjalankan perintah Allah. “Dan katakanlah: Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang- orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada Allah Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan- Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.” QS. At-Taubah 9 ayat 105. 2. Bekerja adalah untuk kepentingan akhirat, dan bukan hanya pemenuhan kepentingan duniawi. “Barangsiapa yang menghendaki keuntungan di akhirat akan Kami tambah keuntungan itu baginya dan barang siapa yang menghendaki keuntungan di dunia Kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu bagian pun di akhirat.” QS. Asy-Syuuraa 42 ayat 20. 3. Bekerja bukan untuk mengumpulkan harta kekayaan, karena hakikatnya kekayaan merupakan ujian bukan sekedar kenikmatan. “Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang- orang yang merugi.” QS. Al-Munaafiqquun 63 ayat 9. Selain itu Islam memerintahkan untuk mencari rezeki secara halal sebagaimana sabda Rasul diriwayatkan oleh Muslim bahwa “Sesungguhnya Allah itu Dzat yang Maha Baik suci. Dia tidak menerima apapun kecuali yang baik suci saja.” Mursi, 2008.

2.1.2.3. Etos Kerja dalam Islam