SISTEM TERMINASI BUMI (GROUNDING SYSTEM)

IV.7. SISTEM TERMINASI BUMI (GROUNDING SYSTEM)

Sistem terminasi bumi (grounding network) perlu dirancang sedemikian rupa sehingga memperkecil tegangan sentuh dan tegangan langkah sehingga aman bagi manusia dan peralatan yang terdapat di sekitar daerah yang di proyeksi.

Guna mengalirkan arus petir ke bumi tampa menyebabkan tegangan lebih yang berbahaya, maka bentuk dan dimensi sistem terminasi bumi lebih pentingdari nilai spesifik elektroda bumi. Namun pada umumnya di rekomendasikan resistansi bumi yang rendah.

Sistem terminasi bumi terdiri dari satu atau lebih elektroda bumi yang dianggap mampu mengalirkan arus petir ke tanah tampa adanya lompatan tegangan yang berbahaya. Adapun jenis-jenis elektroda bumi yang digunakan adalah:

1. Elektroda cincin (ring)

2. Elektroda tegak/miring

3. Elektroda radial

4. Elektroda bumi pondasi. Sejumlah konduktor yang terdistribusi secara merata lebih disukai dari pada

sebuah konduktor bumi tunggal yang panjang karena konduktor bumi yang lebih dari satu ini, maka pada saat salah satu konduktor tersebut mengalami kegagalan di dalam menyalurkan arus petir ke bumi, maka arus petir akan tetap mengalir ketanah melalui konduktor pembumian yang lain.

Panjang minimum elektroda bumi berkaitan dengan tingkat proteksi untuk bermacam-macam resistivitas tanah dapat di lihat pada lampiran C. namun elektroda bumi yang tertanam dalam akan efektif jika resistivitas tanah menurun sesuai dengan kedalam tanah. Apabila resistivitas tanah yang diinginkan terdapat pada kedalaman yang lebih dalam dari pada elektroda batang, maka elektroda tersebut biasanya di tanam.

Terdapat dua jenis dasar susunan elektroda bumi untuk sistem terminasi bumi yaitu:

1. Susunan Jenis A

• Jenis susunan ini terdiri dari elektroda radial atau tegak.

• Masing-masing konduktor penyalur harus dihubungkan dengan sekurang-kurangnya satu elektrode bumi terpisah yang terdiri dari

elektroda radial atau tegak/miring. • Jumlah minumum elektroda bumi haruslah dua. • Panjang minimum masing-masing elektroda adalah:

L 1 untuk elektroda mendatar radial 0,5 L 1 untuk elektroda tegak/miring L 1 adalah panjang minimum elektroda radial yang diperlihatkan pada bagian yang relevan pada lampiran C.

• Pada tanah dengan resistivitas rendah, panjang minimum yang dinyatakan pada lampiran C dapat diabaikan dengan syarat resistansi

bumi lebih kecil dari 10 ohm dapat dicapai. • Untuk elektroda kombinasi sebaiknya dipertimbangkan panjang total.

2. Susunan Jenis B • Untuk elektroda bumi cincin (atau elektroda bumi pondasi), radius

rata-rata r dari daerah yang dicakup oleh elektrode bumi cincin (atau elektroda bumi pondasi) tidak boleh lebih kecil dari nilai L 1 . (8)

• Jika nilai L 1 yang di isyaratkan lebih besar dari nilai r yang tepat, maka elektrode radial atau tegak/miring harus ditambahkan dimana

masing-masing panjang L r (mendatar) dan L v (tegak/miring) diberikan oleh persamaan berikut:

(9) (10) Syarat-syarat pemasangan elektroda bumi adalah sebagai berikut:

1. Elektroda bumi cincin eksternal sebaiknya ditahan pada kedalaman paling sedikit 0,5 M tetapi tidak kurang dari 1 M terhadap dinding.

2. Elektroda bumi harus dipasang diluar ruang terproteksi dengan kedalaman sekurang-kurangnya 0.5 M dan didistribusikan secara mungkin untuk mengurangi efek kopling listrik dalam bumi.

3. Elektroda bumi cincin dipasang dengan jarak minimal sekitar 3 meter dan cincin pertama dan seterusnya tergantung dari beberapa keekonomisan yang terjadi.

4. Kedalam dan jenis elektrode bumi yang harus ditanam sedemikian sehingga mengurangi efek korosi, pengeringan dan pembekuan tanah sehingga resistansi bumi menjadi stabil.

5. Direkomendasikan untuk daerah cadat padat hanya menggunakan susunan pembumian jenis B.

Adapun ukuran minimum bahan SPP (Sistem Penangkal Petir) yang dipakai di dalam standar ini untuk terminasi bumi adalah dapat dilihat pada tabel 4.5.

Tabel 4.5. Dimensi minimum bahan SPP untuk penggunaan terminasi bumi

Konduktor Penyalur Tingkat Proteksi

I sampai IV

Al

- Fe 80

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN IMPLEMENTASI PERAWAT TENTANG PATIENT SAFETY DENGAN RESIKO CEDERA PADA INFANT DAN TODDLER

38 264 22

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN DALAM PROSES PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (StudiKasusPada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Oro-Oro Dowo Malang)

160 705 25

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

PROSES KOMUNIKASI INTERPERSONAL DALAM SITUASI PERTEMUAN ANTAR BUDAYA STUDI DI RUANG TUNGGU TERMINAL PENUMPANG KAPAL LAUT PELABUHAN TANJUNG PERAK SURABAYA

97 602 2

PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG DAKWAH USTADZ FELIX SIAUW MELALUI TWITTER ( Studi Resepsi Pada Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2011)

59 326 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENGARUH BIG FIVE PERSONALITY TERHADAP SIKAP TENTANG KORUPSI PADA MAHASISWA

11 131 124

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TENTANG DESAIN KEMASAN PRODUK DENGAN INTENSI MEMBELI

9 123 22

ANALISIS YURIDIS TENTANG PENYELESAIAN SENGKETA MEREK AIR MINUM MINERAL "AQUA-versus-INDOQUALITY" (Studi Putusan Mahkamah Agung RI No. 04.PK/N/HaKI/2004)

2 65 91