Hasil Pembahasan HASIL DAN PEMBAHASAN

Persyaratan kadar sukrosa maksimal pada kembang gula yang digunakan pada pengujian ini berdasarkan Standar Nasional Indonesia SNI 3547.1:2008 syarat sukrosa dalam kembang gula adalah 25-55.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Berdasarkan pengujian yang dilakukan yaitu penetapan kadar sukrosa dalam kembang gula pada sampel permen “Alpenliebe” dengan metode titrimetri berdasarkan cara titrasi tidak langsung iodometri diperoleh hasil kadar sukrosa sebelum inversi yaitu 25,11 dan kadar sukrosa sesudah inversi yaitu 70,52, sehingga diperoleh kadar sukrosa yaitu 43,13. Data dan perhitungan hasil pengujian dapat dilihat pada lampiran 2.

4.2 Pembahasan

Berdasarkan syarat yang dicantumkan Standar Nasional Indonesia 3547.1:2008 bahwa kadar sukrosa dalam kembang gula adalah 25-55. Dari hasil pengujian didapat kadar sukrosa dalam kembang gula “Alpenlibe” adalah 43,13, maka permen tersebut telah memenuhi syarat karena kadar sukrosa yang diperoleh tidak kurang dan tidak lebih daripada standar yang telah ditetapkan. Kembang gula atau permen merupakan salah satu makanan selingan berbentuk padat, dengan rasa manis, yang sifatnya mudah larut dalam air, serta mempunyai warna dan aroma yang menarik. Kembang gula pada dasarnya adalah campuran dari gula atau gula invert, air, rasa dan pewarna. Selain berbahan dasar gula, komponen rasa juga sangat penting dalam pembuatan permen. Rasa yang digunakan untuk bahan pangan dapat berupa rasa alami atau sintetik, namun seiring dengan banyaknya indikasi yang menunjukkan bahwa secara umum bahan sintetik dapat membahayakan bagi kesehatan Faridah, 2008. Sukrosa dapat menyebabkan kerusakan gigi karena bahan bakar bakteri yang menghasilkan plak yang menyebabkan gigi berlubang. Mengonsumsi sukrosa dan makanan manis lainnya dapat meningkatkan risiko gigi berlubang dan masalah gigi lainnya. Selain itu, sukrosa dan gula lain sering ditambahkan ke dalam makanan olahan untuk meningkatkan rasa, meningkatkan kalori tetapi bukan zat gizi yang sebenarnya. Hal ini dapat menyebabkan penambahan berat badan Winarno, 1992. Pada penetapan sukrosa dalam kembang gula ini menggunakan metode Luff Schoorl, sukrosa dihidrolisis menjadi gula reduksi yaitu glukosa dan fruktosa. Glukosa dan fruktosa akan mereduksi larutan Luff Schoorl menjadi CuO 2. Jumlah larutan gula yang mereduksi larutan Luff Schoorl ditentukan dengan cara titrasi dengan larutan natrium tiosulfat. Jumlah gula reduksi ditentukan dengan cara seperti pada penetapan kadar gula reduksi. Hasil kali faktor kimia dengan selisih kadar gula sesudah dan sebelum inversi menunjukkan kadar sukrosa. SNI, 2008.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN