memerlukan  waktu  yang  lama  dan  dan  resiko  gagal  yang  tinggi.  Gagalnya fermentasi  dapat  menyebabkan  hasil  jadi  busuk  dan  atau  tumbuhnya
mikrobia  pathogen  dan  beresiko  terhadap  kesehatan  Huch  et  al,  2008. Dengan adanya penambahan starter pada media fermentasi membuat proses
fermentasi menjadi lebih terkontrol daripada fermentasi alami Giraud et al, 1994.  Proses  fermentasi  dalam  pembuatan  tepung  modifikasi  ubi  kayu
bertujuan  untuk  meningatkan  nilai  gizi  dan  memperbaiki  sifat  fisikokimia yang  terkandung  di  dalam  tepung  modifikasi  ubi  kayu  Darmawan  dkk,
2013. Fermentasi  ubi  kayu  melalui  proses  perendaman  retting  dapat
mereduksi  toksin  cyanogen  yang  terdapat  secara  indigenus  pada  berbagai konsentrasi  300  hingga  500  ppm,  dan  meningkatkan  palatibilitas  umbi
tersebut  untuk  proses  lebih  jauh.  Dengan  proses  fermentasi,  umbi  menjadi lunak,  cyanigenik  glikosida  indigenus  linamarin  dan  lotaustralin  akan
terdegradasi  Ayarnor,  1985,  dan  akan  terbangun  karakteristik  flavor Ampe et al dan Oyewole, 1990.
Menurut  Tester  dan  Karkalas  1996  dalam    Nur  Richana  dan  Suarni 2010  pada  proses  gelantinisasi  terjadi  pengrusakan  ikatan  hidrogen
intramolekuler.  Ikatan  hidrogen  berperan  mempertahankan  struktur integritas  granula.  Terdapat  gugus  hidroksil  bebas  akan  menyerap  air,
sehingga  terjadi  pembengkakan  granula  pati.  Dengan  demikian,  semakin banyak  jumlah  gugus  hidroksil  dari  molekul  pati  semakin  tinggi
kemampuannya menyerap air.
4. Bakteri Asam Laktat
Bakteri  asam  laktat  BAL  adalah  kelompok  bakteri  gram  positif  yang tidak  membentuk  spora  dan  dapat  memfermentasikan  karbohidrat  untuk
menghasilkan  asam  laktat  Frazier,  1998.  Dalam  pengolahan  pangan  BAL dapat  melindungi  dari  pencemaran  bakteri  patogen,  meningkatkan  nutrisi,
dan berpotensi memberikan dampak positif bagi kesehatan manusia. Bakteri asam  laktat  adalah  kelompok  bakteri  yang  mampu  mengubah  karbohidrat
glukosa  menjadi  asam  laktat.  Efek  bakterisidal  dari  asam  laktat  berkaitan dengan  penurunan  pH  lingkungan  menjadi  3  sampai  4,5  sehingga
pertumbuhan bakteri lain termasuk bakteri pembusuk akan terhambat Amin dan Leksono, 2001.
Hampir  semua  BAL  hanya  memperoleh  energi  dari  metabolisme  gula sehingga  habitat  pertumbuhannya  hanya  terbatas  pada  lingkungan  yang
menyediakan  cukup  gula  atau  bisa  disebut  dengan  lingkungan  yang  kaya nutrisi. Kemampuan mereka untuk menghasilkan senyawa biosintesis juga
terbatas  dan  kebutuhan  nutrisi  kompleks  BAL  meliputi  asam  amino, vitamin, purin dan pirimidin Fardiaz, 1992.
Bakteri  asam  laktat  menghasilkan  sejumlah  besar  asam  laktat  sebagai hasil akhir dari metabolisme gula karbohidrat. Asam laktat yang dihasilkan
akan  menurunan  nilai  pH  dan  menimbulkan  rasa  asam.  Keadaan  ini  juga dapat  mengambat  pertumbuhan  beberapa  jenis  mikroorganisme  lainnya
Buckle, 1985. Bakteri asam laktat dikelompokkan ke dalam dua golongan yaitu  homofermentatif  dan  heterofermentatif.  Golongan  homofermentatif
mampu  memfermentasi  gula  menghasilkan  sebagian  besar  asam  laktat 85  dan  menghasilkan  sejumlah  kecil  asam  asetat,  CO
2
dan  zat-zat volatile. Sedangkan golongan heterofermentatif hanya mampu menghasilkan
asam  laktat  kurang  dari  50  dan  sejumlah  besar  asam  asetat,  etanol, gliserol, manito dan CO
2
Sneath, 1984. Keuntungan  penggunaan  bakteri  asam  laktat  untuk  industri  adalah
sifatnya  yang  non  patogenik,  tidak  membentuk  toksin,  mikroaerofilik,  dan aerotoleran sehingga membutuhkan proses fermentasi yang sederhana, dapat
tumbuh  dengan  cepat,  dapat  memfermentasi  berbagai  jenis  substrat  yang murah,  dan  pertumbuhannya  mampu  mencegah  pembusukan  dan
kontaminasi  oleh  mikroba  lain,  serta  dapat  memproduksi  bakteriosin De Vuyst dan Vandamme, 1994.
Bakteri  asam  laktat  disebut  food  grade  microorganism  atau  dikenal sebagai  organisme  yang  Generally  Recognized  As  Save  GRAS  yaitu
mikroorganisme  yang  tidak  beresiko  terhadap  kesehatan  bahkan  beberapa
jenis  bakteri  tersebut  berguna  bagi  kesehatan.  Bakteri  asam  laktat  BAL bermanfaat  untuk  peningkatan  kualitas  higiene  dan  keamanan  pangan
melalui  penghambatan  secara  alami  terhadap  flora  berbahaya  bersifat pathogen.  bakteri  asam  laktat  dapat  berfungsi  sebagai  pengawet  makanan
karena mampu memproduksi asam organik, menurunkan pH lingkungannya dan  mensekresikan  senyawa  yang  mampu  menghambat  mikroorganisme
pathogen seperti H
2
O
2,
diasetil, CO
2
, asetaldehid, d-isomer asam amino dan bakteriosin Kusmiati, 2002.
Bakteri asam laktat akan menghasilkan enzim pektinolitik dan selulolitik yang  dapat  menghancurkan  dinding  sel  ubi  kayu  sehingga  terjadi  liberasi
granula  pati.  Proses  liberasi  ini  akan  menyebabkan  perubahan  karakteristik dari  tepung  yang  dihasilkan  berupa  naiknya  viskositas,  kemampuan  gelasi,
daya  rehidrasi,  dan  kemudahan  melarut  Subagio,  2008.  Selanjutnya granula pati tersebut mengalami hidrolisis yang menghasilkan monosakarida
sebagai bahan baku untuk menghasilkan asam-asam organik terutama asam laktat  yang  akan  terimbibisi  terperangkap  dalam  bahan  dan  ketika  bahan
tersebut diolah akan dapat menghasilkan aroma dan cita rasa yang khas yang dapat  menutupi  aroma dan cita rasa  yang khas  yang dapat  menutupi  aroma
dan citarasa ubi kayu yang cenderung tidak disukai konsumen. Aroma alami ubi  kayu  hampir  hilang  sehingga  terjadi  peningkatan  dalam  penerimaan
sensorinya Loebis, 2012. Mekanisme  fermentasi  asam  laktat  dapat  dianggap  berlangsung  dari
glukosa  melalui  pembentukan  asam  piruvat  menjadi  asam  laktat.  Berikut merupakan fermentasi asam laktat:
Reaksinya: C
6
H
12
O
6
2C
2
H
5
OCOOH + Energi
energi
Prosesnya: 1. Glukosa
asam piruvat proes Glikolisis
energi
C
6
H
12
O
6
2C
2
H
3
OCOOH + Energi 2. Dehodrohenasi asam piruvat akan membentuk asam laktat
2 C
2
H
3
OCOOH + 2 NADH
2
C
2
H
5
OCOOH + 2 NAD Piruvat
Dehidrogenasi
Energi yang terbentuk dari glikolisis hingga terbentuk asam laktat: 8 ATP
– 2 NADH
2
= 8-2 3 ATP = 2 ATP Poedjiadi, 1994
5. Lactococcus lactis